Anda di halaman 1dari 19

Mekanisme Vaskularisasi dan Pembekuan Darah

Deadora Winata
102018079
Mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida Wacana Jakarta
Jl. Arjuna Utara No. 6, Jakarta Barat 11510, Indonesia
deadora.2018fk079@civitas.ukrida.ac.id

Abstrak

Jantung merupakan organ yang menjadi bagian vital bagi manusia. Jantung memompa darah yang
membawa oksigen, nutrisi dan hasil sisa metabolisme dari tubuh. Jantung memiliki mekanisme sendiri
yang sangat teratur sehingga kerjanya konstan tanpa hambatan sehingga memungkinkan manusia untuk
terus beraktifitas sehari-hari. Dengan pembuluh sebagai jalannya, dan darah sebagai alat transportasinya,
sirkulasi di tubuh manusia menjadi lengkap saat semuanya bekerja sama dengan baik. Darah yang
bertindak untuk mengangkut bahan yang diperlukan oleh tubuh, dan juga mengangkut bahan buangan
untuk disekresi oleh badan. Darah sangat penting untuk memenuhi kebutuhan jaringan, dengan
kebolehan untuk mencapai seluruh jaringan tubuh. Oleh itu, sangat penting untuk jantung memiliki
kekuatan untuk memompa darah dan memastikannya sampai ke seluruh tubuh. Koagulasi atau
pembekuan darah adalah proses dimana darah membentuk gumpalan. Gangguan koagulasi dapat
menyebabkan peningkatan risiko pendarahan atau obstruktif pembekuan.

Kata kunci: jantung, pembuluh darah, koagulasi

Abstract

The heart is an organ that is a vital part of humans. The heart pumps blood which carries oxygen,
nutrients and metabolic waste from the body. The heart has its own mechanism that is very organized
so that its work is constant without obstacles so as to enable humans to continue to do their daily
activities. With vessels as a way, and blood as a means of transportation, the circulation in the human
body is complete when everything works together well. Blood that acts to transport material needed by
the body, and also transports waste material to be secreted by the body. Blood is very important to meet
tissue needs, with the ability to reach all body tissues. Therefore, it is very important for the heart to
have the power to pump blood and ensure it reaches the entire body. Coagulation or blood clotting is
the process by which blood forms clots. Coagulation disorders can cause an increased risk of bleeding
or obstructive clotting.

Key words: heart, blood vessel, coagulation

1
Pendahuluan

Komponen penting dari sistem kardiovaskular manusia adalah jantung, darah, dan
pembuluh darah. Jantung berfungsi sebagai pompa yang melakukan tekanan terhadap darah
untuk menimbulkan gradien tekanan yang diperlukan agar darah dapat mengalir ke jaringan.
Pembuluh darah berfungsi sebagai saluran untuk mnegarahkan dan mendistribusikan darah dari
jantung ke semua bagian tubuh dan kemudian mengembalikan ke jantung. Darah berfungsi
sebagai medium transportasi tempat bahan-bahan yang akan disalurkan dilarutkan atau
diendapkan. Sirkulasi sistemik mengangkut darah beroksigen dari jantung melalui aorta dari
ventrikel kiri ke seluruh tubuh, dan mengembalikan darah kembali ke jantung. Sirkulasi
sistemik adalah lebih lama dari sirkulasi paru-paru karena berfungsi mengangkut darah ke
setiap bagian tubuh, termasuk ke bagian tungkai.

Makroskopis Pembuluh Darah

Pembuluh darah adalah bagian dari sistem sirkulasi yang mengangkut darah ke seluruh
tubuh. Ada tiga jenis utama dari pembuluh darah yaitu arteri, yang membawa darah keluar dari
jantung, kapiler, yang memungkinkan pertukaran air dan bahan kimia antara darah dan jaringan,
serta vena yang membawa darah dari kapiler kembali menuju jantung.1

Gambar 1. Lapisan pada Pembuluh Darah1

Arteri dan vena terdiri daripada tiga lapisan. Lapisan yang terletak pada bagian dalam
adalah tunika intima (lapisan tipis) yaitu satu lapisan sel endotel (epitel selapis gepeng)
sederhana, dikelilingi oleh lapisan tipis jaringan ikat subendotel. Lapisan kedua adalah lapis

2
tunika media (lapisan tebal pada arteri) yaitu lapisan yang diatur serat elastis, jaringan ikat, zat
polisakarida dan otot polos. Tunika adventitia, lapisan paling luar (lapisan tebal dalam
pembuluh darah) seluruhnya terbuat dari jaringan ikat. Lapisan ini juga terdapat saraf dan
kapiler yang menyuplai nutrisi (vasa vasorum) yang hanya terdapat pada pembuluh darah besar.
Lamina elastika interna merupakan batas antara tunika intima dan tunika media manakala
lamina elastika eksterna sebagai batas antara tunika media dan tunika adventitia.1,2

Arteri adalah pembuluh darah yang membawa darah keluar dari jantung. Darah yang
dibawa arteri biasanya terkandung oksigen, kecuali arteri pulmonal dan arteri umbilika. Secara
umum, terdapat tiga tipe arteri yang ditemukan dalam tubuh yaitu arteri elastik atau arteri besar,
arteri muskular atau arteri sedang, dan arteriol atau arteri kecil.1

Arteri elastik (arteri besar) berfungsi sebagai arteri yang menyalurkan darah, meredam
tekanan yang disebabkan sistol jantung dan menjaga kelancaran aliran darah agar tidak
terhentak-hentak (dikenali sebagai conducting arteries). Arteri ini mempunyai tunika media
yang lebih tebal, terkandung serat elastin, kolagen, sel-sel otot polos serta beberapa fibroblas.
Pada tunika adventitia, lapisan ini terdiri dari jaringan ikat dan fibroblast selain beberapa serat
elastin. Terdapat juga vaso vasorum dan serat saraf pada lapisan ini yang lebih tipis daripada
tunika media.1,2

Arteri muskular (arteri sedang) membagi darah ke organ yang membutuhkan


(distributing arteries). Para tunika media yaitu lapisan paling tebal, terdiri dari sel otot polos
sirkular bersama serat elastis dan lamina elastis yang mengelilingi. Tidak ada fibroblas pada
lapisan ini. Tunika adventitia pula terdiri dari kandungan kolagen yang tinggi dengan fibroblas.
Tebal lapisan jaringan ikat hampir sama dengan tebal tunika media dan serat elastic
terkonsentrasi pada lamina elastika eksterna.1,2

Arterioles (arteri kecil) berfungsi mendistribusikan darah ke jaringan organ-organ


dalam dan mengawal aliran darah ke dalam kapiler. Tunika elastika interna dan eksterna tidak
terdapat pada arteriol, kecuali pada arteriol besar yang mempunyai lapisan elastika interna.1,2

Kapiler adalah pembuluh darah terkecil tubuh dan merupakan bagian dari
mikrosirkulasi. Lapisan endotel pada kapiler sangat tipis bagi memudahkan difusi nutrisi.
Kapiler ini menghubungkan arteriol dan venula, dan merupakan tempat bagi pertukaran air,
oksigen, karbon dioksida, dan banyak nutrisi serta bahan hasil metabolisme antara darah dan
jaringan sekitarnya.3

3
Kapiler sempurna mempunyai sel endotel yang kontinyu, terus menerus dalam arti
bahwa sel-sel endotel memberikan lapisan yang tidak terganggu, dan hanya memungkinkan
molekul kecil, seperti air dan ion untuk berdifusi. Kapiler berpori memiliki pori-pori dalam sel-
sel endotel yang sangat permeabel. Pembuluh darah ini terletak di kelenjar endokrin, usus,
pankreas, dan glomeruli ginjal.2

Sinusoid adalah kapiler jenis khusus dari fenestrated kapiler yang memiliki bukaan
besar (30-40 pM diameter) dalam endotelium. Jenis pembuluh darah ini memungkinkan sel
darah merah dan putih (7.5μm - 25μm diameter) dan berbagai protein serum untuk lewat
dengan proses yang dibantu oleh lamina basal diskontinyu. Pembuluh darah sinusoid terletak
di sumsum tulang, kelenjar getah bening, dan kelenjar adrenal. hati dan limpa.2

Dalam sistem peredaran darah, vena adalah pembuluh darah yang membawa darah
menuju ke arah jantung. Kebanyakan vena membawa darah terdeoksigenasi dari jaringan
kembali ke jantung, kecuali vena pulmonal paru dan vena umbilikal yang keduanya membawa
darah beroksigen ke jantung. Vena berbeda dari arteri dalam struktur dan fungsi, misalnya,
arteri mempunyai lebih banyak otot dibandingkan vena, vena sering dekat dengan kulit dan
mengandung katup untuk membantu menjaga pengaliran darah.2

Vaskularisasi Extremitas Inferior

Arteri pada tungkai dibagi menjadi beberapa segmen. Di daerah panggul, pada tingkat
vertebra lumbalis terakhir, aorta abdominal (kelanjutan dari aorta descendens), terbagi menjadi
sepasang arteri iliaka umum dan kemudian dibagi menjadi arteri iliaka internal dan eksternal.3

4
Gambar 2. Arteri Iliaca Eksterna3

Arteri memasuki daerah paha sebagai arteri femoralis yang turun pada sisi medial paha
ke saluran adduktor. Saluran ini berjalan dari anterior ke sisi posterior ekstremitas di mana
arteri keluar melalui hiatus adduktor dan menjadi arteri poplitea. Pada bagian belakang lutut
arteri poplitea berjalan melalui fossa poplitea ke otot poplitea di mana arteri terbagi menjadi
anterior dan posterior arteri tibialis.3

Gambar 3. Arteri Poplitea3

Pada tungkai bagian bawah, anterior tibialis memasuki kompartemen ekstensor


berhampiran perbatasan atas membrana interosseus dan turun antara tibialis anterior dan
ekstensor hallucis longus. Posterior tibialis membentuk kelanjutan langsung dari arteri poplitea
yang memasuki kompartemen fleksor tungkai bawah untuk turun di belakang maleolus medial
di mana kemudian terbagi menjadi arteri plantar medial dan lateral, yang cabang posterior
menjadi arteri fibula.3

Pada kawasan anterior, daerah subinguinal dibatasi oleh ligamentum inguinalis,


sartorius, dan pectineus dan merupakan bagian dari segitiga femoralis yang memanjang secara
distal ke longus adduktor. Pada kawasan posterior, daerah gluteal berhubungan dengan gluteus
maximus. Daerah anterior paha memanjang secara distal dari segitiga femoralis ke daerah lutut
dan lateral ke tensor fascia latae. Daerah posterior berakhir sebelum fossa poplitea. Daerah

5
anterior dan posterior lutut berterusan dari daerah proksimal ke tingkat tuberositas dari tibia.
Di tungkai bagian bawah daerah anterior dan posterior memperpanjang ke malleoli. Di balik
malleoli adalah daerah retromalleolar lateral dan medial dan di sebalik adalah wilayah tumit.
Akhirnya, kaki dibagi menjadi daerah superior dorsal dan daerah plantar inferior. 3

Gambar 4. Arteri Tibialis Posterior3

Vena terbagi menjadi tiga sistem. Sistem epifascial mengembalikan sekitar 85 persen
dari darah dan sistem superficial atau intermuskularis sekitar 15 persen. Serangkaian katup
vena yang disebut sistem perforasi menghubungkan sistem epifascial dan superficial. Pada
posisi berdiri, vena dari kaki harus menangani beban yang luar biasa karena bertindak melawan
gravitasi ketika mengembalikan darah ke jantung. Katup vena membantu dalam menjaga arah
aliran darah.3

6
Gambar 5. Vena pada Tungkai3

Mikroskopis Pembuluh Darah

Arteri

Serangkaian pembuluh yang membawa darah dari jantung menuju seluruh bagian tubuh
melalui percabangan-percabangan pembuluh yang semakin lama semakin kecil diameternya,
sampai menjadi kapiler.3,4

Arteri mempunyai dinding otot lebih tebal, jadi tunika medianya lebih tebal daripada vena
dan lapisan ini mempunyai serat elastin lebih banyak. Sebaliknya, tunika adventisia vena lebih
tebal daripada tunika adventisia arteria.4

Arteri diklasifikasikan menjadi 3 kategori berdasarkan penggolongan dari yang terbesar


sampai terkecil yaitu arteri tipe elastis atau arteri besar, arteri tipe muskular atau arteri sedang
dan arteri kecil atau arteriol.4

7
Gambar 6. Arteri Tipe Elastis5

Arteri elastis merupakan arteri terbesar dan timbul secara langsung dari jantung seperti
aorta dan cabang-cabang arkus aorta (arteri karotis komunis dan arteri subklavia), arteri iliaka
komunis, dan trunkus pulmonalis. Arteri ini terkena perubahan siklik dari tekanan darah, tinggi
ketika ventrikel memompa darah ke lumennya dan rendah antara pengosongan ruang-ruang ini
sehingga untuk mengimbangi pengaruh tekanan yang bergantian, terdapat sejumlah serat
elastin pada dinding pembuluh ini. Serat elastin ini tidak hanya memberi stabilitas strukturnya
tapi juga membantu dalam mempertahankan tekanan darah di antara denyutan jantung.4

Gambar 7. Arteri Tipe Muskular5

Arteri muskular meliputi arteri brakhialis, arteri ulnaris, arteri renalis. Tunika intima
arteri muskular lebih tipis daripada arteri elastis. Tunika media pada arteri ini terdiri atas
banyak sekali lapisan sel otot polos. Tunika adventisia arteri muskular terususun oleh serat
elastin dan serat kolagen.4

8
Arteriol

Arteriol adalah pembuluh darah dengan dinding otot polos yang relatif tebal. Otot
dinding arteriol dapat berkonstraksi atau berelaksasi. Normalnya dinding arteriol dalam
keadaan kontraksi sebagian. Kontraksi menyebabkan kontriksi diameter pembuluh darah.
Tunika media arteriol disusun oleh 1 sampai 3 lapis otot polos yang secara menyeluruh
mengelilingi sel endotel. Tunika adventisia nya sangat sedikit, hanya berupa jaringan ikat
fibroelastis dan sedikit fibroblast.4

Gambar 8. Arteriol5

Gambar 9. Arteriol dan Venula6

Kapiler Darah

9
Kapiler berawal dari ujung akhir arteriol yang terbentuk dari percabangan dan
anastomosis, bantalan kapiler antara arteriol dan venula. Kapiler ialah pembuluh yang sangat
kecil yang terdiri atas selapis sel-sel endotel dikelilingi oleh lamina basalis dan terkadang
perisit.6

Gambar 10. Kapiler Darah6

Pembuluh Darah Vena

Pembuluh balik adalah pembuluh darah yang menghantar darah menuju ke jantung.
Darah dari kapiler dalam jaringan tubuh kembali ke jantung melalui dengan venula, setelah itu
ke pembuluh balik atau vena. Pembuluh balik memiliki dinding lebih tipis, tidak elastis, dan
berdiamater lebih ledar daripada pembuluh nadi. ini terjadi karena darah dalam perjalanannya
kembali ke jantung memiliki tekanan yang sangat rendah.6

Gambar 11. Vena Sedang5

10
Proses Pembekuan Darah

Koagulasi (pembekuan darah) adalah proses dimana darah membentuk gumpalan. Ini
adalah bagian penting dari hemostasis, penghentian kehilangan darah dari pembuluh yang
rusak, dimana dinding pembuluh darah yang rusak ditutupi oleh trombosit dan gumpalan yang
mengandung fibrin untuk menghentikan pendarahan dan mulai perbaikan pembuluh darah
yang rusak.7

Gambar 12. Mekanisme Pembekuan Darah8

Koagulasi dimulai setelah cedera pada pembuluh darah hingga merusak lapisan
endotelium pembuluh darah. Paparan darah pada protein memulakan perubahan trombosit
darah dan plasma protein fibrinogen (faktor pembekuan). Trombosit segera membentuk
gumpalan di lokasi cedera, disebut hemostasis primer. Hemostasis sekunder terjadi apabila
protein dalam plasma darah, yang disebut faktor koagulasi atau faktor pembekuan, merespon
dalam kaskade kompleks untuk membentuk fibrin yang memperkuat gumpalan trombosit.8

Gangguan koagulasi dapat menyebabkan peningkatan risiko pendarahan atau obstruktif


pembekuan (trombosis).8

Gumpalan (trombus) yang terbentuk di arteri dapat membatasi atau benar-benar


menghalang darah (dan dengan demikian oksigen) ke bagian tubuh. Kurangnya oksigen ke
jaringan disebut sebagai iskemia. Iskemia berkepanjangan dapat menyebabkan kematian
jaringan, disebut sebagai infarksi (infarction). Proses ini dapat terjadi di mana saja di tubuh.
Misalnya, serangan jantung (infarksi miokardial) terjadi ketika aliran darah yang menyediakan
oksigen ke jantung tersumbat. Stroke pula terjadi ketika aliran darah yang menyediakan
oksigen ke otak tersumbat.9

Gumpalan yang terbentuk di vena dapat menghalang aliran darah kembali ke jantung.
Sekali lagi, gumpalan ini dapat terbentuk dalam pembuluh darah di mana-mana bagian seluruh
tubuh, namun salah satu tempat yang paling umum adalah di vena pada tungkai. Ketika

11
gumpalan terbentuk di salah satu vena (disebut Deep Vein Thrombosis), ini dapat menyebabkan
kemerahan, bengkak, kehangatan dan rasa sakit pada tungkai. Bagian dari bekuan ini dapat
berpecah dari bekuan utama, menjadi embolus (benda asing yang mengalir dalam aliran darah).
Embolus ini berjalan dalam aliran darah dan dapat berjalan melalui jantung dan ke paru-paru,
sehingga menimbulkan gumpalan dalam paru-paru (emboli paru). Emboli pada paru
menghalang aliran darah ke paru-paru dan menghalang oksigenasi yang memadai pada darah.
Seperti stroke dan serangan jantung, emboli paru dapat menjadi kecil dan tanpa gejala atau
besar dan mengancam nyawa.9

Komponen-komponen Darah

Darah merupakan suatu jaringan yang terdiri atas eritrosit, leukosit, dan trombosit yang
terendam dalam plasma darah cair. Darah beredar dalam sistem vaskular, mengangkut oksigen
dari paru-paru dan nutrien dari saluran cerna ke jaringan lain di seluruh tubuh. Darah juga
membawa karbondioksida dari jaringan ke paru-paru dan limbah bernitrogen ke ginjal untuk
dikeluarkan dari tubuh. Darah juga berperan penting dalam fungsi integratif kelenjar endokrin
dengan membawa hormon dari asalnya ke sel-sel sasaran jauh.9

Volume darah manusia kurang lebih 5 liter, merupakan 7% dari berat badan. Eritrosit
sendiri mencakup 45% dari volume ini, leukosit dan trombosit 1%, dan sisanya adalah plasma
darah, yaitu cairan kuning bening yang merupakan matriks ekstrasel jaringan ini.10

Gambar 13. Komponen Darah10

12
Plasma darah

Plasma darah adalah matriks cair yang menampung sel-sel darah dan mengandung
sejumlah protein penting secara fisiologis. Bila darah membeku dan bekuan itu mengkerut,
beberapa protein plasma besar terperangkap dalam bekuan darah. Cairan yang tertinggal
disebut serum darah. Kategori utama dari protein plasma adalah albumin, globulin, fibrinogen
dan komplemen.10

Eritrosit

Eritrosit merupakan cakram bikonkaf berdiameter sekitar 8 mikrometer, ketebalan


maksimum 2 mikrometer, dengan luas permukaan kira-kira 140 mikrometer persegi.1 Bentuk
eritrosit yang bikonkaf sangat sesuai dengan fungsinya karena dengan bentuk ini eritrosit
memberi luas permukaan 20-30% lebih besar dibanding dengan isinya daripada berbentuk
bulat. Luas permukaan yang lebih besar ini memudahkan dan mempercepat tercapainya
saturasi dengan oksigen dari hemoglobinnya.10

Hemoglobin adalah suatu pigmen yang berwarna secara alami. Karena kandungan
besinya maka hemoglobin tampak kemerahan jika berikatan dengan O2 dan keungunan jika
mengalami deoksigenasi. Karena itu, darah arteri yang teroksigenasi penuh akan berwarna
merah dan darah vena yang telah kehilangan sebagian dari kandungan O2 nya akan memiliki
rona kebiruan.10

Leukosit

Gambar 14. Leukosit11

13
Leukosit atau sel darah putih adalah satuan mobile pada sistem pertahanan imun tubuh.
Imunitas adalah kemampuan tubuh menahan atau menyingkirkan benda asing yang berpotensi
merugikan atau sel abnormal. Leukosit dan turunan-turunannya, bersama dengan berbagai
protein plasma, membentuk sistem imun, suatu sistem pertahanan internal yang mengenali dan
menghancurkan atau menetralkan benda-benda asing dalam tubuh. Jumlah total leukosit dalam
keadaan normal berkisar dari 5 juta hingga 10 juta per milimeter darah. Leukosit merupakan
sel darah paling sedikit jumlahnya (sekitar 1 sel darah putih untuk 700 sel darah merah).11

Berbeda dengan sel darah merah, leukosit tidak memiliki hemoglobin sehingga tidak
berwarna(putih) kecuali jika secara spesifik diwarnai agar dapat dilihat dengan mikroskop. Di
dalam darah terdapat 5 jenis leukosit yang berbeda, masing-masing dengan struktur dan fungsi
tersendiri. Sel-sel ini sedikit lebih besar dari eritrosit. 5 jenis leukosit dibagi menjadi 2 jenis
yaitu11:

1. Granulosit(bergranula)  Neutrofil, Eosinofil dan Basofil


2. Agranulosit(tidak bergranula)  Monosit dan Limfosit

Neutrofil

Neutrofil memiliki nukleus yang terdiri dari dua sampai lima lobus(ruang). Sel-sel ini
berukuran sekitar 8 mikrometer dalam keadaan segar. Neutrofil bersifat fagosit dengan cara
masuk ke jaringan yang terinfeksi. Sebuah sel neutrofil dapat memfagositosis 5-20 bakteri
sebelum sel neutrofil menjadi inaktif dan mati. Neutrofil hanya aktif sekitar 6-20 jam.11

Basofil

Basofil memiliki nukleus berbentuk huruf S dan bersifat fagosit. Basofil melepaskan
heparin dalam darah. Heparin adalah mukopolisakarida yang banyak terdapat dalam hati dan
paru-paru. Heparin juga berfungsi dalam pembekuan darah. Selain heparin, basofil juga
melepaskan histamin, yaitu suatu senyawa yang dibebeskan sebagai reaksi terhadap antigen
yang sesuai.11

Eosinofil

Eosinofil berbentuk seperti bola dan berukuran 9 mikrometer dalam keadaan segar.
Eosinofil memiliki nukleus yang terdiri dari dua lobus dan bersifat fagosit namun berbeda
dengan neutrofil dan basofil, daya fagositosis eosinofil lemah. Eosinofil memiliki

14
kecenderungan untuk berkumpul dalam suatu jaringan yang mengalami reaksi alergi. Eosinofil
juga dianggap dapat mendetoksifikasi toksin penyebab radang.11

Monosit

Monosit memiliki satu nukleus besar dan berbentuk tapal kuda atau ginjal. Monosit
berdiameter 12-20 mikrometer. Monosit dapat berpindah dari aliran darah ke jaringan. Di
dalam jaringan, monosit membesar dan bersifat fagosit menjadi makrofag. Makrofag ini
bersama neutrofil merupakan leukosit fagosit utama, paling efektif dan berumur panjang.11

Limfosit

Limfosit berbentuk seperti bola dengan ukuran diameter 6-14 mikrometer. Limfosit
dibentuk di sumsum tulang, sedangkan pada janin dibuat di hati. Terdapat 2 jenis sel limfosit,
yaitu limfosit B dan limfosit T. Limfosit yang tetap berada di sumsum tulang berkembang
menjadi limfosit B dan limfosit yang berpindah dari sumsum tulang ke timus berkembang
menjadi sel T. Limfosit B berperan dalam pembentukan antibodi. Sebaliknya, sel T tidak
menghasilkan antibodi. Limfosit T memiliki berbagai fungsi, misalnya limfosit sitotoksik-T
berfungsi untuk menghancurkan sel yang terserang virus.11

Trombosit

Gambar 15. Trombosit11

Trombosit adalah badan kecil tanpa nukleus dan tak berwarna yang ditemukan dalam
darah semua mamalia. Badan kecil ini berfungsi untuk pembekuan darah pada tempat cedera
pembuluh darah, dan berfungsi mencegah kehilangan darah yang berlebihan. Trombosit adalah

15
cakram bikonveks tipis, berdiameter 2-3 mikrometer, yang bulat atau lonjong bila dilihat dari
atas dan fusiform bila dilihat dari samping. Pada manusia, jumlahnya berkisar antara 150.000
sampai 350.000 per mm3 darah.11

Sintesis & Metabolisme

Heme disintesis di dalam sel hidup. Dua buah bahan awalnya adalah suksinil-KoA dari
siklus asam sitrat di mitokondria dan asam amino glisin, dimana glisin "diaktifkan" melalui
suatu reaksi oleh piridoksal fosfat. Produk reaksi kondensasi antara suksinil-KoA dan glisin
adalah asam α-amino-β-ketoadipat yang dengan cepat mengadakan dekarboksilasi untuk
membentuk δ-aminolevulinat (ALA). Rangkaian reaksi ini dikatalisis oleh enzim ALA sintase
yang merupakan enzim pengendali laju reaksi pada biosintesis profirin di hati mamalia. Sintesis
ALA terjadi di mitokondria. Dua buah molekul ALA mengalami kondensasi oleh enzim ALA
dehidratase membentuk dua molekul air dan satu molekul porfobilinogen (PBG).12
Pembentukan tetrapirol siklik, terjadi lewat kondensasi 4 molekul PBG. Keempat
molekul ini berkondensasi secara kranial-ke-kaudal hingga terbentuk tetrapirol linier, yaitu
hidroksimetilbilana yang dikatalisis oleh enzim uroporfirinogen I sintase yang dikenal sebagai
enzim PBG deaminase. Hidroksimetilbilana mengadakan reaksi siklisasi spontan membentuk
uroporfirinogen atau diubah menjadi uropofirinogen III melalui kerja uroporfirinogen
kosintase, karena pada kondisi normal, uroporfirinogen yang terbentuk hampir selalu berupa
isomer III, pada kelainan porfiria tertentu terbentuk tipe I dengan jumlah berlebih. Kedua
uroporfirinogen (Tipe I dan III) mempunyai sejumlah cincin pirol yang dihubungkan jembatan
metilen.12
Uroporfirinogen III diubah menjadi koproporfirinogen III melalui dekarboksilasi
semua gugus asetat (A) yang mengubahnya menjadi substituen metil (M). Reaksi tersebut
dikatalisis oleh enzim uroporfirinogen I menjadi koproporfirinogen I. Koproporfirinogen III
memasuki mitokondria dan diubah menjadi protoporfirinogen III yang kemudian menjadi
protoporfirin III. Oksidasi protoporfirinogen menjadi protoporfirin dikatalisis oleh enzim
mitokondria lainnya yaitu protoporfirinogen oksidase. Pada hati mamalia, konversi tersebut
memerlukan oksigen.12
Tahap akhir sintesis heme meliputi penyatuan besi fero dengan protoporfirin di dalam
reaksi yang dikatalisis oleh enzim heme sintase atau ferokelatase. Biosintesis heme terjadi pada
seagian besar jaringan mamalia, kecuali eritrosit matur yang tak mengandung mitokondria.
Kurang lebih 85% sintesis heme terjadi di sel-sel prekursor eritroid di dalam sumsum tulang
dan mayoritas sisanya di dalam hepatosit.12

16
Gambar 16. Sintesis Heme12

Aliran Darah

Darah terus menerus mengaliri sistem sirkulasi ke dan dari jantung melalui dua
lengkung vaskular terpisah, dengan keduanya berasal dari dan berakhir di jantung, yaitu
sirkulasi paru (teriri dari lengkung tertutup pembuluh-pembuluh yang mengangkut darah antara
jantung dan paru) dan sirkulasi sistemik adalah sirkuit pembuluh yang mengangkut darah
antara jantung dan sistem tubuh lain. Sirkulasi paru secara bersamaan mengalir melalui paru
kanan dan paru kiri, sirkulasi sistemik secara bersamaan mengalir melalui setengah bagian atas
dan setengah bagian bawah tubuh.13
Jantung dibagi menjadi paruh kanan dan kiri serta memiliki empat rongga, satu rongga
atas dan satu bawah di tiap-tiap bagian. Pada rongga atas yaitu atrium, menerima darah yang
kembali ke jantung kemudian memindahkannya ke rongga bawah, ventrikel, yang memompa
darah dari jantung.13
Pembuluh yang membalikan darah dari jaringan ke atrium adalah vena, dan yang
membawa darah menjauhi bentrikel ke jaringan adalah arteri. Kedua paruh jantung dipisahkan
oleh septum yang mencegah pencampuran darah dari kedua sisi jantung. Separuh kanan
jantung kanan menerima dan memompa darah miskin O2, sementara sisi kiri jantung menerima
dan memompa arah kaya O2.13
Darah yang kembali dari sirkulasi sistemik masuk ke atrium kanan melalui dua vena
besar yaitu vena kava, satu mengembalikan darah dari bagian di atas jantung dan yang lain dari

17
bagian bawah jantung. Darah yang masuk ke atrium kanan telah kembali dari jaringan tubuh,
tempat O2 diambil darinya dan CO2 ditambahkan ke dalamnya. Dari atrium kanan mengalir ke
ventrikel kanan yang memompanya keluar melalui arteri pulmonaris membentuk dua cabang
yang masing-masing berjalan ke sisi paru.13

Kesimpulan

Pembuluh darah yang ada pada manusia terdiri dari tiga jenis, yaitu arteri, vena, dan
kapiler. Darah merupakan suatu jaringan yang terdiri atas eritrosit, leukosit, dan trombosit yang
terendam dalam plasma darah cair. Darah beredar dalam sistem vaskular, mengangkut oksigen
dari paru-paru dan nutrien dari saluran cerna ke jaringan lain di seluruh tubuh. Hemostasis
mengacu pada penghentian pendarahan. Pembekuan adalah kemampuan darah untuk berubah
dari cair menjadi massa semipadat. Jika terjadi gangguan pada pembekuan darah maka tubuh
kita akan kehilangan sejumlah darah.

Daftar Pustaka

1. Snell RS. Clinical anatomy. 7th ed. Philadelphia: Lippincott Williams&Wilkins; 2004.
p.107-15,121.
2. Snell RS. Anatomi klinik untuk mahasiswa kedokteran. Ed.6. Jakarta: EGC; 2006.
h.101-12.
3. Drake RL, Vogl AW, Mitchell AWM. Gray’s anatomy for students. 2nd ed.
Philadelphia: Churchill Livingstone/ Elsevier; 2009. p.177,192-4,198-200.
4. Agur AMR, Dalley AF. Grant’s atlas of anatomy. 13th ed. Philadelphia: Lippincott
Williams & Wilkins; 2013. p.48-9,52-3,56-7,67,73.
5. Penuntun praktikum histologi. Hal. 47-50.
6. Saputra L. Atlas berwarna histologi. Jakarta: Binarupa Aksara; 2012.h.185-90
7. Sherwood L. Fisiologi manusia dari sel ke sistem. Edisi 6. Jakarta: EGC, 2011. Hal.
421-44.
8. Murray RK, Granner DK, Rodwell VW. Biokimia harper. Edisi 27. Jakarta: EGC, 2009.
Hal. 288-94.
9. Marks DB, Marks AD, Smith CM. Biokimia kedokteran dasar: sebuah pendekatan
klinis. Jakarta: EGC, 2000. Hal. 86.
10. Mescher AL. Histologi dasar junquiera teks dan atlas. Ed-12. Jakarta : EGC; 2012. h.
198-209.

18
11. Barrett KE, Barman SM, Boitano S, Brooks HL. Ganong’s review of medical
physiology. 24th ed. Chicago: McGraw-Hill Companies,Inc.; 2012. p. 521-5.
12. Bloom, Fawcet. Buku ajar histologi. Edisi 12. Jakarta: EGC, 2002. Hal. 97-117.
13. Sherwood L. Fisiologi manusia dari sel ke sistem. Ed-8. Jakarta : EGC; 2015. h. 326-
7, 42-45.

19

Anda mungkin juga menyukai