Anda di halaman 1dari 22

BERITA ACARA PRESENTASI PORTOFOLIO

Pada hari ini tanggal..............................................telah dipresentasikan portofolio oleh:


Nama Peserta : ...................................................................................................................................................................................
Dengan judul/topik :……………………………………………………………………………………………………………………....
Nama Pendamping :………………………………………………………………………………………………………………………
Nama Wahana :……………………………………………………………………………………………………………………....

No. Nama Peserta Presentasi No. Tanda Tangan


1 1

2 2

3 3

4 4

5 5

6 6

7 7

8 8

9 9

10 10

11 11
Berita acara ini ditulis dan disampaikan sesuai dengan yang sesungguhnya.
Pendamping

( )

Catatan: Halaman portofolio ini sebaiknya disalin sinar (fotokopi) karena anda akan membuat sejumlah laporan yang
sekaligus merupakan catatan untuk bekal dan berpraktik nantinya.
Borang Portofolio
Nama Presentan : dr. Teguh Nugroho

Nama Wahana: RS Dr.H.Moch.Ansari Saleh, Banjarmasin, Kalimantan Selatan

Topik: Kasus Jiwa

Tanggal (kasus): 14 Februari 2015


Nama Pasien: Tn. I No. RM : -

Tanggal Presentasi: Nama Pendamping: dr.Siti Rahmaniah

Tempat Presentasi: Ruang Komite Medik

Obyektif Presentasi:

Keilmuan Keterampilan Penyegaran Tinjauan Pustaka

Diagnostik Manajemen Masalah Istimewa

Neonatus Bayi Anak Remaja Dewasa Lansia Bumil

1. Deskripsi: Seorang laki-laki 33 tahun dengan keluhan mengamuk, bicara kacau, dan gaduh gelisah

Tujuan: Mengetahui diagnosis pasien dengan gangguan jiwa dan melakukan tatalaksana secara cepat dan tepat.

Bahan bahasan: Tinjauan Pustaka Riset Kasus Audit

Cara membahas: Diskusi Presentasi dan diskusi Email Pos


Data pasien: Nama: Tn. I Nomor Registrasi: -

Nama Klinik: yakut Telp: Terdaftar sejak:


Data
i Salehutama untuk bahan diskusi :

2. Diagnosis/Gambaran Klinis : Seorang laki-laki 33 tahun diantar keluarganya dengan keluhan mengamuk, bicara kacau, dan gaduh
gelisah

2. Riwayat Pengobatan : pasien belum pernah berobat untuk keluhan saat ini

3. Riwayat Penyakit Dahulu : pasien belum pernah mengalami hal seperti ini

3.
4. Riwayat Keluarga : tidak ada riwayat keluarga yang seperti ini

5. Riwayat Pekerjaan : pasien bekerja sebagai supir tangki bbm

6. Riwayat kebiasaan dan psikososial: penderita tinggal dengan isteri dan kedua orang anaknya. Penderita saat ini tidak aktif di pekerjaannya.
RIWAYAT PSIKIATRI
Berdasarkan :

Alloanamnesis : 16 Februari 2014, Pukul 10.55 WITA (dengan ibu kandung pasien)

Autoanamnesis : 16 Februari 2014, Pukul 12.45 WITA (dengan pasien)

Keluhan Utama : Mengamuk


Keluhan Tambahan : Bicara kacau dan gaduh gelisah.

RIWAYAT GANGGUAN SEKARANG


Alloanamnesa:

Sejak akhir Desember 2013 yang lalu os seperti ada perasaan takut, gaduh gelisah dan membanting bantal atau kasur lipat. Os

sering bicara sendiri seperti ada lawan bicaranya, bahkan os terkadang membukakan pintu dan mempersilahkan masuk seseorang padahal

menurut isteri os tidak ada orang pada saat itu. Os sehari harinya dahulu bekerja sebagai supir tangki bahan bakar minyak. Isteri os mengaku

os ada masalah dengan kantor tempat os bekerja. Menurut isteri, os terkendala masalah dengan kendaraan yang diberikan dari kantor sering

rusak sehingga os harus mengeluarkan biaya banyak untuk memperbaiki kendaraan tersebut. Os juga pernah bermasalah dengan polisi tetapi

isteri maupun os tidak dapat menceritakan secara jelas apa permasalahannya, yang jelas sampai membayar denda jutaan rupiah kepada pihak

berwajib.

Kemudian setelah itu seminggu sebelum os datang ke IGD Jiwa RSUD Dr. H. Moch. Ansari Saleh os seperti tidak ada niat bekerja,

hingga os mencabut kartu handphone dengan alasan tidak ingin dihubungi oleh perusahaan tempat dia bekerja Sejak saat itu os mulai tidak ada

niat untuk mandi terakhir isteri os menyuruh os untuk mandi, kemudian nafsu makan os berkurang, dalam sehari os hanya makan 1 kali

bahkan dalam porsi yang sedikit. Tidur os juga mulai terganggu sejak seminggu terakhir dan 2 hari belakangan sebelum os datang ke rumah

sakit os tidak dapat tidur sama sekali.


Os sering melamun dan juga sering mencurigai istrinya apabila bertanya tentang keadaan os. Os dirumah kerap memarahi isterinya

apabila isterinya banyak menanyakan tentang kegiatan os sehari-hari atau jika isteri melarang os agar tidak menggunakan obat macam-

macam maupun minum alkohol hingga sampai os membanting bantal. Menurut pengakuan isteri os, os sering bersikap berbeda jika bersama

temannya os bersikap baik dan menyapa teman di tempat os tinggal maupun tempat os bekerja, os bersikap curiga terhadap isterinya, dan

terkadang os ingin semua kemauan os harus diturutin oleh isterinya, jika tidak os kerap memarahi isteri os. Os juga kerap dirumah sering

memarahi anak os tetapi os tidak pernah memukul isteri dan anaknya. Menurut isteri os tidak ada menyakiti diri sendiri ataupun berniat

menyakiti dirinya sendiri.

Ibu os mengatakan bahwa os pernah melakukan kegiatan malam di pub yang menurut ibu os sudah sering pergi ke pub dan minum

alkohol semenjak os bujangan atau belum menikah kira-kira ketika berumur 25 tahun. Isteri os juga kerap memergoki os etahun terahir ini os

datang malam dengan keadaan mabuk, mata merah, dan badan dipenuhi bau rokok. Menurut pengakuan isteri os setahun belakangan ini tidak

pernah memergoki suaminya pulang kerumah seperti keadaan tadi disebutkan. Penderita mengkonsumsi diazepam yang baru diketahui oleh

isteri os ± 3 bulan yang lalu. Isteri os kerap mendengar jika os menanyakan ada atau tidak barang kepada seseorang yang isteri os tidak

mengetahuinya. Saat datang ke IGD RSUD Dr. H. Moch. Ansari Saleh os menunjukkan obat diazepam 2mg sebanyak 5 butir, isteri os

mendapatkannnya dari saku baju os.


Autoanamnesa:

Pada tanggal 7 Februari 2015 tepatnya pukul 00.00 WITA os datang ke IGD Jiwa RSUD Dr. H. Moch. Ansari Saleh dengan keadaan
gaduh gelisah, mata merah, dan datang dengan paksaan keluarga. Os mengaku ada mengkonsumsi sabu-sabu terakhir kali dalam minggu ini.
Ketika ditanya sejak kapan os tidak mau menjawab dan kerap os hanya berdiam. Ketika ditanya os ada mengkonsumsi sabu – sabu os
mengatakan ada dan mengaku ada mengkonsumsi dalam seminggu terakhir ini tetapi ketika ditanya sejak kapan dan bagaimana awalnya os
diam tidak menjawab dan tidak mempertahankan kontak mata. Os mengaku 1 bulan terakhir os pergi ke pub dengan teman- temannya dan
mengkonsumsi alkohol saat itu, ketika ditanya yang lain os kembali diam. Os mengaku ada mengkonsumsi obat golongan diazepam karena
terakhir seminggu yang lalu os berhenti mengkonsumsi sabu-sabu yang kerap mengakibatkan os susah untuk tidur, sehingga os kerap minum
obat diazepam ini. Ketika ditanya berapa banyak os mengkonsumsi obat diazepam ini os menjawab kacau dan tidak pasti. Os sangant sulit
dievaluasi sehingga sangat sulit di gali informasi penting mengenai penggunaan sabu dan obat sedativa.
RIWAYAT PENYAKIT DAHULU

Isteri dan ibu os mengaku bahwa os pernah bersikap seperti ini dan isteri os mengaku membawanya ke paranormal atau orang
menyebutkannya sebagai orang pintar selama 2 minggu berturut-turut. Isteri os mengaku tidak ada diberi obat oleh paranormal tersebut dan
hanya diberi air putih yang telah diberi mantra oleh paranormal tersebut. Setelah 2 minggu rutin datang ke paranormal isteri mengaku os
sembuh dan bersikap seperti biasa lagi. Sehingga isteri tidak menghawatirkan lagi keadaan os. Menurut ibu os sejak masa bujang dan belu
menikah os kerap datang ke pub dan mengkonsumsi alkohol. Tetapi ibu tidak mengetahui apakah os mengkonsumsi sabu-sabu atau obat-
obatan sejenisnya.

RIWAYAT KEHIDUPAN PRIBADI

1.Riwayat Prenatal

Keadaan ibu os saat mengandung sehat, tidak pernah mengalami sakit berat dan tidak pernah sakit-sakitan. Os lahir cukup bulan dengan bantuan bidan

kampung di rumah., lahir spontan dan langsung menangis, tidak ada kesulitan saat dilahirkan, tidak terdapat cacat bawaan.
2. Infancy (usia 0-1,5 tahun, trust vs mistrust)

Os diberi ASI sejak pertama kali lahir. Os diberi ASI sampai usia 1 tahun 6 bulan. Pada usia ini os tidak pernah mengalami kejang panas tinggi dan

sakit berat.

3. Early childhood (1,5-3 tahun, autonomy vs shame, doubt)

Riwayat tumbuh kembang selama anak-anak baik. Pada usia ini os tidak pernah mengalami sakit berat, demam tinggi ataupun kejang

4. Preschool age (3-6 tahun, initiative vs guilt)

Anak sering di larang membantu pekerjaan ayah atau ibunya. Karena kedua orang tuanya takut anak salah. Pada usia ini os tidak pernah mengalami

sakit berat, demam tinggi ataupun kejang

5. School age (6-12 tahun, industry vs inferiority)

Os anak yang nakal pada masa ini os sekolah SD, sampai tamat SD . Os mudah bergaul dengan teman sebayanya. Os tidak pernah

tinggal kelas. Tetapi os sering mengganggu temannya. Anak jarang dituruti keinginannya seperti minta dibelikan mainan.

6. Adolesence (12-20 tahun, identity vs identity confusion)

Os adalah remaja yang bergaul dengan siapa saja dan kurang suka berolahraga, os tidak termasuk orang yang pendiam, selama ini os

pernah terlibat dalam perkelahian atau bertengkar dengan orang lain. Os adalah orang patuh kepada orang tua tetapi pernah melawan

orang tua tetapi os takut kepada ayahnya. Os adalah orang yang agak pendiam dan sedikit tertutup untuk menceritakan masalahnya

kepada orang lain. Os adalah anak yang penurut dan patuh dengan orang tua Os adalah orang yang tertutup apabila ada masalah dan

jarang bercerita dengan keluarga ataupun temannya.


7. Young adulthood (20-32 tahun, intimacy vs isolation)

Os memiliki hubungan dengan keluarga, tetangga dan teman kerja yang baik dan tidak ada masalah. Os menikah pada umur 27 tahun,

sejak 5 tahun pernikahannya os memiliki 2 anak laki-laki.

8. Riwayat Pendidikan

Pada usia 6 tahun, os sekolah di SD selama 6 tahun, ibu os mengaku prestasinya biasa saja. Pada usia 12 tahun, os sekolah di SMP 12

Banjarmasin selama 3 tahun. Kemudian os masuk SMA dan ketika kelas 3 SMA hendak ujian akhir os tidak mengikutinya dan os tidak

menyelesaikan SMA nya.

9. Riwayat Pekerjaan

Sekitar tahun 2012 os mulai bekerja sebagai supir tangki BBM di perusahaan di daerah Banjarmasin. Os sebelumnya dipekerjakan

sebagai supir tangki BBM hingga akhirnya dipindah tugaskan sebagai supir tangki bahan bakar pesawat. Sejak seminggu yang lalu os

tidak bekerja lagi.

10. Riwayat Perkawinan

Os menikah bulan Maret 2005, saat usia os 27 tahun os menikah dengan seorang perempuan yang dikenalnya dari teman sekolah isteri

os dulu. Os kemudian punya anak pertama yang sekarang sudah berusia 6 tahun dan anak kedua yang sekrang berusia 1,6 tahun. Isteri

os orang yang baik dan penurut.


STATUS MENTAL

A. DESKRIPSI UMUM

1. Penampilan

Pada saat datang ke IGD Jiwa Rumah Sakit Umum Daerah Dr. H. Moch. Ansari Saleh tanggal 7 Agustus seorang laki-laki perawakan

sedang rambut lurus berumur 33 tahun, mengenakan baju kaos berkerah warna coklat bergaris serta celana pendek jeans tampak tidak

rapi.

2. Kesadaran

Jernih

3. Perilaku dan Aktivitas Psikomotor

Gaduh gelisah

4. Pembicaraan

Inkoheren, tidak relevan, tidak nyambung bila diajak bicara

5. Sikap terhadap Pemeriksa

Tidak kooperatif

6. Kontak Psikis

Kontak ada, wajar dan tidak dapat dipertahankan


KEADAAN AFEKTIF, PERASAAN EKSPRESI AFEKTIF KESERASIAN SERTA EMPATI

1. Afek (mood) : hiperthym


2. Ekspresi afektif : sinis
3. Keserasian : appropiate
4. Empati : tidak dapat dirabarasakan
FUNGSI KOGNITIF
1. Kesadaran : jernih
2. Orientasi
- Waktu : baik
- Tempat : tidak baik
- Orang : baik
- Situasi : baik
3. Konsentrasi : terganggu
4. Daya Ingat :
Jangka pendek : tidak baik
Jangka panjang : baik
Segera : baik
5. Intelegensi dan Pengetahuan Umum :
Sesuai usia dan taraf pendidikan
6. Pikiran abstrak : baik
GANGGUAN PERSEPSI
1. Halusinasi :
- Auditorik : penderita merasa adanya bisikan-bisikan suara
- Visual : penderita merasa ada melihat bayangan berupa bayangan hitam, berupa sosok manusia dengan perawakan tinggi
sama dengan penderita.
2. Ilusi (-)
3. Depersonalisasi / Derealisasi : tidak ada

PROSES PIKIR
1. Arus pikir
a. Produktivitas : tidak baik, tidak spontan dan terkadang tidak menjawab bila ditanya.
b. Kontinuitas : jawaban tidak relevan, tidak sesuai pertanyaan
c. Hendaya berbahasa : tidak ada
2. Isi Pikir
a. Preocupasi : ada
b. Gangguan pikiran :
Waham curiga : penderita selalu merasa curiga terhadap isterinya takut isterinya tahu jika penderita mengkonsumsi obat
diazepam.

PENGENDALIAN IMPULS
Tidak dapat mengendalikan impuls
DAYA NILAI
1. Daya nilai sosial : baik
2. Uji Daya nilai : baik
3. Penilaian Realita : tidak terganggu, empati (tidak dapat dirabarasakan), gangguan persepsi (halusinasi auditorik dan visual), isi
pikir (waham curiga)
TILIKAN
Terganggu derajat 3 sadar bahwa dirinya sakit tetapi menyalahkan orang lain atau faktor dari luar atau faktor organik sebagai
penyebabnya
TARAF DAPAT DIPERCAYA
Tidak dapat dipercaya

IV. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK LEBIH LANJUT


1. STATUS INTERNUS
Keadaan umum : tampak baik
Gizi : baik
Tanda vital : TD = 120/80
N = 80 x/m
RR = 20x/m
T = 36,5° C
Kepala:
Mata : palpebra tidak edema, konjungtiva tidak anemis, sklera tidak ikterik, pupil isokor, refleks cahaya +/+
Telinga : bentuk normal, sekret tidak ada, serumen minimal
Hidung : bentuk normal, tidak ada epistaksis, tidak ada tumor, kotoran hidung minimal
Mulut : bentuk normal dan simetris, mukosa bibir tidak kering dan tidak pucat, pembengkakan gusi tidak ada dan tidak mudah
berdarah, lidah tidak tremor.
Leher : Pulsasi vena jugularis tidak tampak, tekanan tidak meningkat, tidak ada pembesaran kelenjar getah bening.

Thoraks:
Inspeksi : bentuk dan gerak simetris
Palpasi : fremitus raba simetris
Perkusi :
- pulmo : sonor
- cor : batas jantung normal
Auskultasi:
- pulmo : vesikuler
- cor : S1S2 tunggal
Abdomen :
Inspeksi : Simetris
Palpasi : Tidak nyeri tekan, hepar dan lien tidak teraba
Perkusi : timpani
Auskultasi: bising usus (+) tidak meningkat
Ekstemitas : pergerakan bebas, tonus baik, tidak ada edema dan atropi, tremor (-)
1. STATUS NEUROLOGIKUS
N I – XII : Tidak ada kelainan
Gejala rangsang meningeal : Tidak ada
Gejala TIK meningkat : Tidak ada
Refleks Fisiologis : Normal
Refleks patologis : Tidak ada
EVALUASI MULTIAKSIAL
1. AKSIS I : Gangguan mental dan perilaku akibat penggunaan zat multipel dan penggunaan zat psikoaktif lainnya dengan gangguan
psikotik (F.19.5)
2. AKSIS II : Ciri Kepribadian paranoid
3. AKSIS III : None
4. AKSIS IV : Masalah pekerjaan
5. AKSIS V : GAF scale 70-61 (beberapa gejala ringan dan menetap, disabilitas ringan dalam fungsi, secara umum masih baik).
VII. DAFTAR MASALAH
1. ORGANOBIOLOGIK
Status interna dan neurologis dalam batas normal
2. PSIKOLOGIK
Perilaku dan aktivitas psikomotor hiperaktif, ekspresi afektif sinis, kontak ada, wajar dan tidak dapat dipertahankan, empati tidak dapat
dirabarasakan, ada halusinasi visual dan auditorik, waham curiga, taraf tidak dapat dipercaya dan tilikan derajat 3.
3. SOSIAL/KELUARGA
Stresor dari pekerjaan

VIII. PROGNOSIS
Diagnosa penyakit : dubia ad bonam
Perjalanan penyakit : dubia ad bonam
Ciri kepribadian : dubia ad malam
Stressor psikososial : dubia ad malam
Riwayat Herediter : dubia ad bonam
Usia saat menderita : dubia ad bonam
Pola keluarga : dubia ad bonam
Pendidikan : dubia ad bonam
Aktivitas pekerjaan : dubia ad bonam
Perkawinan : dubia ad bonam
Ekonomi : dubia ad bonam
Lingkungan sosial : dubia ad bonam
Organobiologik : dubia ad bonam
Pengobatan psikiatrik : dubia ad bonam
Ketaatan berobat : dubia ad bonam
Kesimpulan : Dubia ad bonam
IX. RENCANA TERAPI
Medika mentosa :
 Chlorpromazine injeksi 100 mg (K/P) jika pasien gelisah dan TD ≥110/70 mmHg
 Chlorpromazine 3 x 100mg
 Haloperidol 2 x 2 mg
 Trihexipenidil 2 x 1,5 mg
Psikoterapi : Psikoterapi suportif terhadap penderita dan keluarga
Rehabilitasi : sesuai bakat dan minat penderita
Usul pemeriksaan penunjang:
- Laboratorium darah.
- Tes psikologi
X. DISKUSI
Berdasarkan hasil anamnesa dan pemeriksaan psikiatri, dengan berdasarkan kriteria diagnostik dari PPDGJ III menunjukkan bahwa
penderita mengalami gangguan mental dan perilaku akibat penggunaan zat multipel dan penggunaan zat psikoaktif lainnya dengan gangguan
psikotik. Gangguan mental dan perilaku akibat penggunaan zat didefinisikan sebagai gangguan yang bervariasi luas dan berbeda tingkat
keparahannya akibat penggunaan satu/lebih zat psikoaktif tanpa resep dokter. Pedoman diagnostik secara umum telah terpenuhi yaitu adanya
riwayat penderita dalam penggunaan zat psikoaktif yaitu yang termasuk golongan amphetamine yang menimbulkan gangguan bukan intoksikasi,
bukan akibat sindrom ketergantungan dan bukan keadaan putus zat, tetapi tampak adanya gangguan psikotik yang jelas.
Psikosa secara sederhana didefinisikan sebagai suatu gangguan jiwa dengan kehilangan rasa kenyataan (sense of reality). Hal ini diketahui
dengan terdapatnya gangguan pada hidup perasaan (afek dan emosi), proses berfikir, psikomotorik dan kemauan sedemikian rupa sehingga semua
ini tidak sesuai dengan kenyataan lagi.
Gangguan psikotik yang terjadi ditegakkan dengan ditemukannya afek yang tidak wajar, terdapat gangguan persepsi yang ditandai dengan
adanya halusinasi, isi pikiran yang berwaham serta didapatkan pula adanya perubahan yang konsisten dan bermakna dalam mutu keseluruhan
(overall quality) dari beberapa aspek perilaku pribadi (personal behaviour) dari penderita. Sehingga secara spesifik digolongkan ke dalam kode
F.19.5
Pada penderita ini beberapa kriteria sudah terpenuhi untuk penegakkan diagnosa gangguan mental dan kepribadian akibat penggunaan zat
multiple dan zat psikoaktif lainnya dengan gangguan psikotik. Karena berdasarkan autoanamnesa dan alloanamnesa didapatkan riwayat penderita
sebagai pemakai obat sabu (methamphetamine) dan obat sedativa. Selain itu diagnosa ditegakkan karena gangguan psikotik terjadi didahului
dengan adanya stressor psikososial yang menyebabkan gangguan isi pikiran dan persepsi. Pada penderita ini fase prodormal dimulai pada bulan Juli
2011 yang ditandai dengan penderita mulai menarik diri dari pergaulan, pekerjaan, mulai sering melamun, bicara sendiri dan menyendiri serta
tampak bingung. Sedangkan fase aktif dimulai sekitar bulan Agustus 2011 ditandai dengan perilaku penderita adanya halusinasi auditorik dan
visual serta timbulnya waham curiga terhadap orang di sekitarnya terutama kepada isterinya. ±1 minggu terakhir daya pikir penderita menjadi
sangat lambat (sulit berkonsentrasi) dan halusinasi timbul setiap harinya (setiap malam hari). Penderita juga kerap marah terhadap isteri dan
anaknya dirumah.
Diagnosa banding pada kasus ini adalah gangguan mental lain yang dicetuskan dan diberatkan oleh penggunaan zat psikoaktif misal
skizofrenia (F20). Pada skizofrenia onset gejala lebih dari 1 bulan lamanya dan timbul bukan karena diinduksi obat-obatan, sedangkan pada kasus
ini ditemukan adanya riwayat penggunaan zat stimulansia dan zat sedativa sehingga diagnosa skizofrenia tidak sesuai. Diagnosa banding yang lain
adalah gangguan psikotik lir-skizofrenia akut (F32.2). Pada gangguan psikotik lir-skizofrenia akut onset gejala psikotik 2 minggu atau kurang dan
memenuhi kriteria skizofrenia (F20) dan tidak ditemukan adanya riwayat penggunaan zat psikoaktif. Selain itu juga dapat didiagnosa banding
dengan Gangguan Kepribadian Paranoid (F60.0), dengan ditemukannya kepekaan berlebihan terhadap penolakan, kecurigaan yang mendalam tanpa
memperhatikan situasi yang ada dan tanpa adanya halusinasi dan waham. Namun pada kasus ini penderita mengalami halusinasi auditorik dan
visual sehingga diagnosa tersebut dapat disingkirkan.
Penderita mendapatkan zat sabu (methamphetamine) dari teman korban yang diakui isterinya bahwa korban memiliki banyak teman yang
bekerja di bagian farmasi. Awalnya hanya mencoba tanpa modus lain. Namun akhirnya pasien menjadi ketagihan karena pasien merasa dengan
mengkonsumsi sabu, ia menjadi lebih bertenaga dalam bekerja dan lebih mudah berkonsentrasi. Pasien mengkonsumsi narkoba jenis sabu ini tidak
diketahui sejak kapan mulainya. Kemudian berhenti dan kurang lebih satu minggu yang lalu yaitu awal bulan Agustus 2011 kemudian ketika
datang ke IGD pasien meminta perawat dsitu obat jenis sabu lagi karena ada perasaan ingin memakai lagi.
Amfetamin termasuk golongan psikotropika kelas II mempunyai turunan MDMA dan methamphetamine. MDMA pada umumnya berada
dalam bentuk sediaan tablet, sedangkan methamphetamine (sabu) biasanya berupa serbuk. Serbuk methamphetamine dapat digunakan secara
suntikan, inhalasi, dihisap atau dihirup. Sedangkan MDMA biasanya dikonsumsi secara oral dalam bentuk tablet atau kapsul.
Amfetamin sangat baik diabsorbsi melalui permukaan mukosa dari saluran cerna, nasofaring, cabang trakeobronkus dan vagina.
Penggunaan intravena akan langsung mencapai otak dalam beberapa detik, pada penggunaan dihirup pertama kali dikondensasi di paru-paru dan
secara cepat diabsorbsi ke dalam pembuluh darah. Kadar plasma puncak setelah penggunaan oral terjadi 1-3 jam, hal ini bervariasi tergantung pada
aktivitas fisik dan jumlah makanan dalam lambung.
Efek amfetamin yang berhubungan dengan penyalahgunaan dibagi menjadi dua bagian yaitu fase awal. Selama fase ini efek akut dari
amfetamin ditentukan oleh efek farmakologinya (pelepasan dopamine) dan akan menimbulkan euphoria, energy yang meningkat dan menambah
kemampuan bekerja dan interaksi social. Kemudian fase konsolidasi. Konsumsi lama dan intermiten, membuat individu akan meningkatkan dosis
untuk mendapatkan efek yang lebih besar. Pada pemakaian yang terus menerus individu akan meningkatkan frekuensi dan dosis zat untuk
merasakan flash atau rush dari penggunaan amphetamine. Selama masa transisi penggunaan dosis tinggi, individu menggunakan amphetamine yang
bereaksi cepat yaitu secara intravena dan dihisap.
Sejak seminggu terakhir pasien menjadi mudah curiga pada orang lain terutama pada istrinya. Selain itu pasien juga sering bicara sendiri
seperti mendengar bisikan dan melihat bayangan yang datang sehingga pasien membukakan pintu dan mempersilahkan masuk bayangan yang
dianggapnya orang tersebut.
Pasien ini mendapatkan terapi medikamentosa berupa Chlorpromazine injeksi 100 mg (K/P) jika pasien gelisah dan TD ≥110/70 mmHg,
Chlorpromazine 3 x 100mg, Haloperidol 2 x 2 mg, dan Trihexipenidil 2 x 1,5 mg. Clorpromazin merupakan obat anti psikotik yang berguna untuk
menghindari terjadinya gejala peningkatan aktivitas fisik dan mental,kurang tidur. Haloperidol sebagai anti psikotik yang mempunyai efek sedasi
lemah dan membantu menghilangkan pikiran-pikiran tentang waham dan ilusi yang mengganggu pasien. Triheksifenidil adalah antikolinergik yang
mempunyai efek sentral lebih kuat daripada perifer, sehingga banyak digunakan untuk terapi penyakit parkinson. Senyawa ini bekerja dengan
menghambat pelepasan asetilkolin endogen dan eksogen. Efek sentral terhadap susunan saraf pusat akan merangsang pada dosis rendah dan
mendepresi pada dosis toksik. Obat ini biasa digunakan untuk pengobant penyakit Parkinson akibat penggunaan obat antipsikosis jangka lama.
Obat antipsikotik juga dikenal sebagai neuroleptik dan juga sebagai tranquilizer mayor. Obat antispikotik pada umumnya membuat tenang
dengan mengganggu kesadaran dan tanpa menyebabkan aksitasi paradoksikal. Penggunaan panjang obat-obat ini memerlukan juga pemutusan obat
secara hati-hati. Pasien dapat kambuh kembali apabila prosedur pemutusan obatnya kurang memadai. Sementara itu kambuhnya penyakit dapat
terjadi beberapa minggu kemudian sesudah pemutusan obat itu terjadi.
Mekanisme kerja obat antipsikosis adalah memblokade Dopamine pada reseptor pasca sinaptik neuron di otak, khususnya di sistem limbik
dan sistem ekstrapiramidal sehingga efek samping obat anti psikosis adalah 1) sedasi dan inhibisi psikomotor, 2) gangguan otonomik (hipotensi
ortostatik, antikolonergik berupa mulut kering, kesulitan miksi dan defekasi, hidung tersumbat, mata kabur; 3) gangguan endokrin 4) gangguan
ekstrapiramidal (distonia akut, akathisia, dan sindrom Parkinson), 5) hepatotoksik. Sindrom Parkinson: tremor, bradikinesia, rigiditas. Efek
samping ini ada yang cepat dan ditolerir oleh pasien, ada yang lambat, dan ada yang sampai membutuhkan obat simptomatis untuk meringankan
pasienan pasien. Bila terjadi sindrom Parkinson maka penatalaksanaannya: hentikan obat anti psikosis atau bila obat antipsikosis masih diperlukan
diberikan trihexyphenidyl 3 x 2 mg/hari p.o. atau sulfas atropin 0,5 – 0,75 mg im. Apabila sindrom Parkinson sudah terkendali diusahakan
penurunan dosis secara bertahap, untuk menentukan apakah masih dibutuhkan penggunaan obat antiparkinson. Efek samping obat antipsikosis
salah satunya hepatotoksis maka perlu dilakukan pemeriksaan laboratorium rutin dam kimia darah terutama untuk memeriksa fungsi hati (SGOT,
SGPT) dapat juga dari pemeriksaan fisik, tanda ikterik, palpasi hepar. Pada pasien ini tidak didapatkan tanda-tanda hepatotoksik dari pemeriksaan
fisik.
Usulan terapi selanjutnya yang dapat diajukan bila pasien telah agak tenang adalah psikoterapi untuk menguatkan mental pasien terutama
dalam menghadapi masalah dan agar mempercepat penyembuhan pasien. Juga diperlukan rehabilitasi yang disesuaikan dengan bakat dan minat
pasien dan dipilih metode yang sesuai untuk pasien tersebut.
Selain itu dilakukan psikoterapi berupa terapi keluarga dan masyarakat agar bisa menerima keadaan penderita dengan tidak menimbulkan
stressor-stressor baru, melainkan dapat menciptakan suasana yang kondusif untuk kesembuhan penderita. Psikoterapi dan rehabilitasi merupakan
penatalaksanaan gangguan jiwa lanjutan yang sudah tenang bertujuan untuk menguatkan daya tahan mental, mempertahankan kontrol diri dn
mengembalikan keseimbangan adaptatif. Psikoterapi ataupun rehabilitasi pada penderita ini sebaiknya ditunjang dengan pemeriksaan psikologi
terlebih dahulu, sehingga bisa dipilih metode yang cocok untuk menunjang kesembuhan penderita.

DIAGNOSIS : gangguan mental dan perilaku akibat penggunaan zat multipel dan penggunaan zat psikoaktif lainnya dengan gangguan
psikotik (F.19.5)

DAFTAR MASALAH
1. Problem organobiologi : Terdapat ketidakseimbangan neurotransmitter di otak sehingga membutuhkan farmakoterapi.
2. Problem psikologik dan perilaku : Adanya riwayat halusinasi, waham persekutorik
3. Problem sosial dan lingkungan : Pasien memiliki hendaya dalam bidang sosial, pekerjaan dan penggunaan waktu senggang sehingga
pasien membutuhkan psikoterapi dan farmakoterapi
Daftar Pustaka : Maslim, Rusdi. 2001. Diagnosis Gangguan Jiwa Rujukan Ringkas dari PPDGJ-III. Jakarta : Bagian Ilmu Kedokteran
Jiwa FK Unika Atmajaya.hal 28-29, 54-55.

Hasil Pembelajaran :
1. Penegakkan diagnosis gangguan psikotik akut
2. Mengetahui perbedaan gangguan psikotik akut dengan gangguan waham organik
3. Tatalaksana pasien dengan gangguan psikotik akut
4. Edukasi pada keluarga pasien dengan gangguan psikotik akut

“Assessment “ (penalaran klinis)

Berdasarkan hasil FK-Unika Atmajaya.


anamnesa dan pemeriksaan psikiatri, dengan berdasarkan kriteria diagnostik dari PPDGJ III menunjukkan bahwa penderita
mengalami gangguan mental dan perilaku akibat penggunaan zat multipel dan penggunaan zat psikoaktif lainnya dengan gangguan psikotik.
Gangguan mental dan perilaku akibat penggunaan zat didefinisikan sebagai gangguan yang bervariasi luas dan berbeda tingkat keparahannya
akibat penggunaan satu/lebih zat psikoaktif tanpa resep dokter. Pedoman diagnostik secara umum telah terpenuhi yaitu adanya riwayat penderita
dalam penggunaan zat psikoaktif yaitu yang termasuk golongan amphetamine yang menimbulkan gangguan bukan intoksikasi, bukan akibat
sindrom ketergantungan dan bukan keadaan putus zat, tetapi tampak adanya gangguan psikotik yang jelas.
”Plan”:
Diagnosis: gangguan mental dan perilaku akibat penggunaan zat multipel dan penggunaan zat psikoaktif lainnya dengan gangguan psikotik
(F.19.5)

Pengobatan:
Medika mentosa :
 Chlorpromazine injeksi 100 mg (K/P) jika pasien gelisah dan TD ≥110/70 mmHg
 Chlorpromazine 3 x 100mg
 Haloperidol 2 x 2 mg
 Trihexipenidil 2 x 1,5 mg
Psikoterapi : Psikoterapi suportif terhadap penderita dan keluarga
Rehabilitasi : sesuai bakat dan minat penderita
Pendidikan:
Psikoterapi
a. Suportif
 Memberikan dukungan dan perhatian kepada pasien dalam mengatasi masalahnya.
 Memberikan gambaran keuntungan individu jika memanfaatkan waktu luang dengan hal-hal positif, dengan menjalankan hobi yang
bermanfaat.
 Memberikan semangat dan masukan positif serta mengarahkan pasien agar selalu percaya akan kemampuan dirinya dan selalu berpikir
positif terhadap orang lain.

b. Keluarga
 Menjelaskan kepada keluarga mengenai penyakit yang diderita oleh pasien, penyebabnya, faktor pencetus, dan rencana terapi.
Menyarankan keluarga untuk selalu memberikan dukungan dan perhatian lebih kepada pasien.
 Memotivasi keluarga pasien untuk selalu mendorong pasien mengungkapkan perasaan dan berbagi tentang masalah yang sedang
dihadapinya.
 Memberikan nasihat kepada keluarga untuk bersama-sama membantu dan mendukung kesembuhan baik mental, jiwa, emosi, dan rohani
pasien dalam kesinambungannya dengan pemulihan kesembuhan yang seutuhnya.
 Menghindarkan sikap tak acuh anggota keluarga terhadap masalah yang terjadi oleh pasien, karena perhatian dan kasih sayang anggota
keluarga sangat berarti.

Anda mungkin juga menyukai