KELOMPOK 2 (Dua) :
1
2
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan rahmat
serta karunia-Nya kepada kami sehingga kami berhasil menyelesaikan Proposal yang
berjudul “Terapi Bermain Memasukan bola kedalam keranjang di Ruang Alexandri/Anak
RSUD Dr. H. Moch. Ansari Saleh Banjarmasin” ini tepat pada waktunya.
Proposal ini berisi tentang penjelasan terapi bermain khususnya terapi bermain dengan
menggunakan bola dan keranjang dan terapi menyusun puzzle. Terapi ini diberikan pada anak
yang menjalani perawatan di Ruang Alexandri/Anak RSUD Dr. H. Moch. Ansari Saleh
Banjarmasin sebagai salah satu cara agar anak yang menjalani perawatan tidak kehilangan
kesempatan untuk tetap bermain
Diharapkan Proposal ini dapat memberikan informasi kepada kita semua tentang bagaimana
cara melakukan terapi bermain, salah satunya terapi bermain memasukan bola kedalam
keranjang. Kami menyadari bahwa proposal ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu
kritik dan saran dari semua pihak yang bersifat membangun selalu kami harapkan demi
kesempurnaan proposal ini
Akhir kata, kami sampaikan terima kasih kepada semua pihak yang telah berperan serta
dalam penyusunan proposal ini dari awal sampai akhir. Kiranya Tuhan Yang Maha Esa
senantiasa berkenan atas segala usaha kita. Amin.
Penulis,
3
BAB I
PENDAHULUAN
Permainan bongkar pasang merupakan permainan yang tidak hanya berfungsi sebagai
hiburan, tetapi juga dapat melatih kemampuan otak. Berdasarkan penelitian seorang ahli saraf
bernamaIan Robertson, bongkar pasang dapat meningkatkan kemampuan mental. Selain itu,
permainan ini juga dapat mencegah penyakit Alzheimer dan hilang ingatan(Baras, 2010)
Bermain dengan cara menyusun pazel pada dasarnya tidak hanya membantu mengembangkan
kemampuan motorik anak saja tetapi juga berperan penting dalam proses pengembangan
kognitif klien dan emosional klien, serta membantu klien untuk menggunakan kemampuan
bahasanya dengan bertanya sehingga klien akan terbiasa dengan proses sosialisasi dengan
orang, lingkungan dan kondisi disekitarnya. Ketika anak sudah mampu bermain menyusun
pazel secara lancar maka dia sudah siap untuk meningkatkan kemampuannya ke tingkat yang
lebih lanjut seperti bersosialisasi dengan orang lain seperti mengenalkan diri
4
Berdasarkan pengamatan kami diruangan Alexandri/Anak RSUD Dr. H. Moch. Ansari Saleh
Banjarmasin didapatkan jumlah anak usia (1-5 tahun) sebanyak 7 orang anak. Anak-anak
dapat memainkan sesuatu dengan tangannya yaitu dengan memasukan bola kedalam
keranjang yang bisa melatih kecerdasan otak anak dan berpikir secara logis untuk
memasukan suatu objek ke dalam keranjang dan bermain menyusun puzzle
Bermain ini menggunakan objek yang dapat melatih kemampuan keterampilan anak yang
diharapkan mampu untuk berkreatif dan terampil dalam sebagai hal. Sifat permainan ini
adalah sifat aktif dimana anak selalu ingin mencoba kemampuan dalam keterampilan tertentu
seperti bermain dengan memasukan bola kedalam keranjang, disini anak selalu dipacu untuk
selalu terampil contohnya mengambil bola dengan warna yang mereka sukai dan
melemparkannya kedalam keranjang.
1.2 Tujuan
1.2.1 Tujuan Umum
Anak diharapkan dapat melanjutkan tumbuh kembangnya, mengembangkan aktifitas
dan kreatifitas melalui pengalaman bermain dan beradaptasi efektif terhadap stress
karena penyakit dan dirawat.
1.2.2 Tujuan Khusus
Setelah mengikuti permainan selama 30 menit anak akan mampu:
1.2.2.1 Mengembangkan kreativitas dan daya pikirnya
1.2.2.2 Mengekspresikan perasaannya selama menjalani perawatan.
1.2.2.3 Mengekspresikan rasa senangnya terhadap permainan
1.2.2.4 Beradaptasi dengan lingkungan
1.2.2.5 Mempererat hubungan antara perawat dan anak
5
BAB II
TINJAUAN TEORITIS
2.1 Pengertian Bermain Memasukan bola kedalam keranjang dan menyusun puzzle
Bermain merupakan suatu aktivitas dimana anak dapat melakukan atau mempraktikkan
keterampilan, memberikan ekspresi terhadap pemikiran, menjadi kreatif, mempersiapkan
diri untuk berperan dan berpilaku dewasa(Alimul, 2009).
Bermain adalah suatu kegiatan yang dilakukan dengan atau tanpa mempergunakan alat
yang menghasilkan atau memberikan informasi, memberi kesenangan maupun
mengembangkan imajinasi anak (Anggani Sudono, 2000).
Permainan memasukan bola kedalam keranjang merupakan alat permainan edukatif yang
dapat merangsang kemampuan kreatif anak, yang dimainkan dengan cara mengambil
objek (bola) dan melemparkannya ke dalam keranjang.
Bermain dengan cara menyusun pazel pada dasarnya tidak hanya membantu
mengembangkan kemampuan motorik anak saja tetapi juga berperan penting dalam
proses pengembangan kognitif klien dan emosional klien, serta membantu klien untuk
menggunakan kemampuan bahasanya dengan bertanya sehingga klien akan terbiasa
dengan proses sosialisasi dengan orang, lingkungan dan kondisi disekitarnya.
Ketika anak sudah mampu bermain menyusun pazel secara lancar maka dia sudah siap
untuk meningkatkan kemampuannya ke tingkat yang lebih lanjut seperti bersosialisasi
dengan orang lain seperti mengenalkan diri
2.2 Tujuan Bermain Memasukan bola kedalam keranjang dan menyusun puzzle
Tujuan bermain pada anak yaitu memberikan kesenangan maupun mengembangkan
imajinsi anak. Sebagai suatu aktifitas yang memberikan stimulus dalam kemampuan
keterampilan, kognitif, dan afektif sehingga anak akan selau mengenal dunia, maupun
mengembangkan kematangan fisik, emosional, dan mental sehingga akan membuat anak
tumbuh menjadi anak yang kreatif, cerdas dan penuh inovatif.
6
2.3 Fungsi Bermain Memasukan bola kedalam keranjang dan menyusun puzzle
Fungsi utama bermain adalah merangsang perkembangan sensoris-motorik,
perkembangan intelektual, perkembangan social, perkembangan kreativitas,
perkembangan kesadaran diri, perkembangan moral dan bermain sebagai terapi.
2.3.1 Perkembangan Sensoris – Motorik
Pada saat melakukan permainan, aktivitas sensoris-motorik merupakan
komponen terbesar yang digunakan anak dan bermain aktif sangat penting untuk
perkembangan fungsi otot. Misalnya, alat permainan yang digunakan untuk bayi
yang mengembangkan kemampuan sensoris-motorik dan alat permainan untuk
anak usia toddler dan prasekolah yang banyak membantu perkembangan aktivitas
motorik baik kasar maupun halus.
2.5.4 Jangan memaksa anak bermain, bila anak sedang tidak ingin bermain. Jangan
memberikan alat permainan terlalu banyak atau sedikit.
BAB III
SAP TERAPI BERMAIN
B. Pengorganisasian
Leader : Co Leader :
Observer : Fasilitator :
Pembagian Tugas
Peran Leader :
Katalisator, yaitu mempermudah komunikasi dan interaksi dengan jalan menciptakan
situasi dan suasana yang memungkinkan klien termotivasi untuk mengekspresikan
perasaannya
Auxilery Ego, sebagai penopang bagi anggota yang terlalu lemah atau mendominasi
Koordinator, yaitu mengarahkan proses kegiatan kearah pencapaian tujuan dengan
cara memberi motivasi kepada anggota untuk terlibat dalam kegiatan
Peran Co Leader :
Mengidentifikasi issue penting dalam proses, mengidentifikasi strategi yang
digunakan Leader, mencatat modifikasi strategi untuk kelompok pada sesion atau
kelompok yang akan datang, memprediksi respon anggota kelompok pada sesion
berikutnya
Peran Fasilitator :
Mempertahankan kehadiran peserta, mempertahankan danmeningkatkan motivasi
peserta, mencegah gangguan atau hambatan terhadap kelompok baik dari luar maupun
dari dalam kelompok
Peran Observer :
Mengamati keamanan jalannya kegiatan play therapy, memperhatikan tingkah laku
peserta selama kegiatan, memperhatikan ketepatan waktu jalannya kegiatan play
therapy, menilai performa dari setiap tim terapis dalam memberikan terapi
14
C. Setting Tempat
: Co Leader
: Leader
: Peserta
: Observer
: Fasilitator
: Keluarga anak
D. Susunan Kegiatan
No Waktu Terapy Anak Ket
1 5 menit Pembukaan :
1. Co-Leader membuka dan 1. Menjawab salam
mengucapkan salam
2. Memperkenalkan diri terap 2. Mendengarkan
3. Memperkenalkan pembimbing 3. Mendengarkan
4. Memperkenalkan anak satu 4. Mendengarkan dan saling
persatu dan anak saling berkenalan
berkenalan dengan temannya
5. Kontrak waktu dengan anak 5. Mendengarkan
6. Mempersilahkan Leader 6. Mendengarkan
2 20 menit Kegiatan bermain :
1. Leader menjelaskan cara 1.Mendengarkan
permainan
2. Menanyakan pada anak, anak 2.Menjawabpertanyaan
mau bermain atau tidak
3. Menbagikan permainan 3.Menerima permainan
4. Leader,co-leader, dan Fasilitator 4.Bermain
memotivasi anak
5. Fasilitator mengobservasi anak 5.Bermain
6. Menanyakan perasaan anak 6.Mengungkapkan perasaan
3 5 menit Penutup :
1. Leader Menghentikan 1. Selesai bermain
permainan
2. Menanyakan perasaan anak 2. Mengungkapkan perasaan
3. Menyampaikan hasil permainan 3. Mendengarkan
15
E. Evaluasi
1. Evaluasi struktur yang diharapkan
a) Alat-alat yang digunakan lengkap
b) Kegiatan yang direncanakan dapat terlaksana
2. Evaluasi proses yang diharapkan
a) Terapi dapat berjalan dengan lancar
b) Anak dapat mengikuti terapi bermain dengan baik
c) Tidak adanya hambatan saat melakukan terapi
d) Semua anggota kelompok dapat bekerja sama dan bekerja sesuai tugasnya
3. Evaluasi hasil yang diharapkan
a) Anak dapat mengembangkan motorik halus dengan memasang kembali mainan
yang sudah dibongkar
b) Anak dapat mengikuti kegiatan dengan baik
c) Anak merasa senang
d) Anak tidak takut lagi dengan perawat
e) Orang tua dapat mendampingi kegiatan anak sampai selesai
f) Orang tua mengungkapkan manfaat yang dirasakan dengan aktifitas bermain
16
BAB IV
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Bermain merupakan aspek penting dalam kehidupan anak yang mencerminkan kemampuan
fisik, intelektual, emosional, dan social anak tersebut, Salah satunya adalah permainan
memasukan bola kedalam keranjang. Bermain di rumah sakit selain memenuhi hak anak
untuk bermain, terapi ini merupakan salah satu metode mencegah anak takut dengan perawat
sehingga anak lebih kooperatif dalam menjalani perawatan
5.2 Saran
1. Orang tua
Sebaiknya orang tua lebih selektif dalam memilih permainan bagi anak agar anak dapat
tumbuh dengan optimal. Pemilihan permainan yang tepat dapat menjadi poin penting
dari stimulus yang akan didapat dari permainan tersebut. Faktor keamanan dari
permainan yang dipilih juga harus tetap diperhatikan.
2. Rumah Sakit
Sebagai tempat pelayanan kesehatan, sebaiknya rumah sakit dapat meminimalkan trauma
yang akan anak dapatkan dari hospitalisasi dengan menyediakan berbagai macam tipe
permainan untuk terapi bermain.
3. Mahasiswa
Mahasiswa diharapkan dapat tetap membantu anak untuk mengurangi dampak
hospitalisasi dengan terapi bermain yang sesuai dengan tahap tumbuh kembang anak.
Karena dengan terapi bermain yang tepat, maka anak dapat terus melanjutkan tumbuh
kembang anak walaupun dirumah sakit.
17
DAFTAR PUSTAKA
( ) ( )