Anda di halaman 1dari 17

LAPORAN TERAPI BERMAIN

DI RUANG ANAK RSUD ANSARI SALEH

KELOMPOK 2 (Dua) :

LUKMAN ARIZAL ALMUTTAQIN, S.Kep


ANIS SUNARTI, S.Kep
DAMHARI, S.Kep
MAGFIRAH, S.Kep
NOOR MAIDA, S.Kep
SUBLIYANNOR, S.Kep

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN TAHAP PROFESI NERS


FAKULTAS KEPERAWATAN DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH BANJARMASIN
TAHUN 2019

1
2

KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan rahmat
serta karunia-Nya kepada kami sehingga kami berhasil menyelesaikan Proposal yang
berjudul “Terapi Bermain Memasukan bola kedalam keranjang di Ruang Alexandri/Anak
RSUD Dr. H. Moch. Ansari Saleh Banjarmasin” ini tepat pada waktunya.

Proposal ini berisi tentang penjelasan terapi bermain khususnya terapi bermain dengan
menggunakan bola dan keranjang dan terapi menyusun puzzle. Terapi ini diberikan pada anak
yang menjalani perawatan di Ruang Alexandri/Anak RSUD Dr. H. Moch. Ansari Saleh
Banjarmasin sebagai salah satu cara agar anak yang menjalani perawatan tidak kehilangan
kesempatan untuk tetap bermain

Diharapkan Proposal ini dapat memberikan informasi kepada kita semua tentang bagaimana
cara melakukan terapi bermain, salah satunya terapi bermain memasukan bola kedalam
keranjang. Kami menyadari bahwa proposal ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu
kritik dan saran dari semua pihak yang bersifat membangun selalu kami harapkan demi
kesempurnaan proposal ini

Akhir kata, kami sampaikan terima kasih kepada semua pihak yang telah berperan serta
dalam penyusunan proposal ini dari awal sampai akhir. Kiranya Tuhan Yang Maha Esa
senantiasa berkenan atas segala usaha kita. Amin.

Banjarmasin, Juli 2019

Penulis,
3

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Aktivitas bermain merupakan salah satu stimulasi bagi perkembangan anak secara optimal.
Dalam kondisi sakit atau anak dirawat di rumah sakit, aktivitas bermain ini tetap
dilaksanakan, namun harus disesuaikan dengan kondisi anak. Pada saat dirawat di rumah
sakit, anak akan mengalami berbagai perasaan yang sangat tidak menyenangkan, seperti
marah, takut, cemas, sedih, dan nyeri. Perasaan tersebut merupakan dampak dari hospitalisasi
yang dialami anak karena menghadapi beberapa stressor yang ada dilingkungan rumah sakit.
Untuk itu, dengan melakukan permainan anak akan terlepas dari ketegangan dan stress yang
dialaminya karena dengan melakukan permainan anak akan dapat mengalihkan rasa sakitnya
pada permainannya (distraksi) dan relaksasi melalui kesenangannya melakukan permainan.
Tujuan bermain di rumah sakit pada prinsipnya adalah agar dapat melanjutkan fase
pertumbuhan dan perkembangan secara optimal, mengembangkan kreatifitas anak, dan dapat
beradaptasi lebih efektif terhadap stress. Bermain sangat penting bagi mental, emosional, dan
kesejahteraan anak seperti kebutuhan perkembangan dan kebutuhan bermain tidak juga
terhenti pada saat anak sakit atau anak di rumah sakit (Wong, 2009).

Permainan bongkar pasang merupakan permainan yang tidak hanya berfungsi sebagai
hiburan, tetapi juga dapat melatih kemampuan otak. Berdasarkan penelitian seorang ahli saraf
bernamaIan Robertson, bongkar pasang dapat meningkatkan kemampuan mental. Selain itu,
permainan ini juga dapat mencegah penyakit Alzheimer dan hilang ingatan(Baras, 2010)

Bermain dengan cara menyusun pazel pada dasarnya tidak hanya membantu mengembangkan
kemampuan motorik anak saja tetapi juga berperan penting dalam proses pengembangan
kognitif klien dan emosional klien, serta membantu klien untuk menggunakan kemampuan
bahasanya dengan bertanya sehingga klien akan terbiasa dengan proses sosialisasi dengan
orang, lingkungan dan kondisi disekitarnya. Ketika anak sudah mampu bermain menyusun
pazel secara lancar maka dia sudah siap untuk meningkatkan kemampuannya ke tingkat yang
lebih lanjut seperti bersosialisasi dengan orang lain seperti mengenalkan diri
4

Berdasarkan pengamatan kami diruangan Alexandri/Anak RSUD Dr. H. Moch. Ansari Saleh
Banjarmasin didapatkan jumlah anak usia (1-5 tahun) sebanyak 7 orang anak. Anak-anak
dapat memainkan sesuatu dengan tangannya yaitu dengan memasukan bola kedalam
keranjang yang bisa melatih kecerdasan otak anak dan berpikir secara logis untuk
memasukan suatu objek ke dalam keranjang dan bermain menyusun puzzle
Bermain ini menggunakan objek yang dapat melatih kemampuan keterampilan anak yang
diharapkan mampu untuk berkreatif dan terampil dalam sebagai hal. Sifat permainan ini
adalah sifat aktif dimana anak selalu ingin mencoba kemampuan dalam keterampilan tertentu
seperti bermain dengan memasukan bola kedalam keranjang, disini anak selalu dipacu untuk
selalu terampil contohnya mengambil bola dengan warna yang mereka sukai dan
melemparkannya kedalam keranjang.

1.2 Tujuan
1.2.1 Tujuan Umum
Anak diharapkan dapat melanjutkan tumbuh kembangnya, mengembangkan aktifitas
dan kreatifitas melalui pengalaman bermain dan beradaptasi efektif terhadap stress
karena penyakit dan dirawat.
1.2.2 Tujuan Khusus
Setelah mengikuti permainan selama 30 menit anak akan mampu:
1.2.2.1 Mengembangkan kreativitas dan daya pikirnya
1.2.2.2 Mengekspresikan perasaannya selama menjalani perawatan.
1.2.2.3 Mengekspresikan rasa senangnya terhadap permainan
1.2.2.4 Beradaptasi dengan lingkungan
1.2.2.5 Mempererat hubungan antara perawat dan anak
5

BAB II
TINJAUAN TEORITIS

2.1 Pengertian Bermain Memasukan bola kedalam keranjang dan menyusun puzzle
Bermain merupakan suatu aktivitas dimana anak dapat melakukan atau mempraktikkan
keterampilan, memberikan ekspresi terhadap pemikiran, menjadi kreatif, mempersiapkan
diri untuk berperan dan berpilaku dewasa(Alimul, 2009).

Bermain adalah suatu kegiatan yang dilakukan dengan atau tanpa mempergunakan alat
yang menghasilkan atau memberikan informasi, memberi kesenangan maupun
mengembangkan imajinasi anak (Anggani Sudono, 2000).

Permainan memasukan bola kedalam keranjang merupakan alat permainan edukatif yang
dapat merangsang kemampuan kreatif anak, yang dimainkan dengan cara mengambil
objek (bola) dan melemparkannya ke dalam keranjang.

Bermain dengan cara menyusun pazel pada dasarnya tidak hanya membantu
mengembangkan kemampuan motorik anak saja tetapi juga berperan penting dalam
proses pengembangan kognitif klien dan emosional klien, serta membantu klien untuk
menggunakan kemampuan bahasanya dengan bertanya sehingga klien akan terbiasa
dengan proses sosialisasi dengan orang, lingkungan dan kondisi disekitarnya.
Ketika anak sudah mampu bermain menyusun pazel secara lancar maka dia sudah siap
untuk meningkatkan kemampuannya ke tingkat yang lebih lanjut seperti bersosialisasi
dengan orang lain seperti mengenalkan diri

2.2 Tujuan Bermain Memasukan bola kedalam keranjang dan menyusun puzzle
Tujuan bermain pada anak yaitu memberikan kesenangan maupun mengembangkan
imajinsi anak. Sebagai suatu aktifitas yang memberikan stimulus dalam kemampuan
keterampilan, kognitif, dan afektif sehingga anak akan selau mengenal dunia, maupun
mengembangkan kematangan fisik, emosional, dan mental sehingga akan membuat anak
tumbuh menjadi anak yang kreatif, cerdas dan penuh inovatif.
6

2.3 Fungsi Bermain Memasukan bola kedalam keranjang dan menyusun puzzle
Fungsi utama bermain adalah merangsang perkembangan sensoris-motorik,
perkembangan intelektual, perkembangan social, perkembangan kreativitas,
perkembangan kesadaran diri, perkembangan moral dan bermain sebagai terapi.
2.3.1 Perkembangan Sensoris – Motorik
Pada saat melakukan permainan, aktivitas sensoris-motorik merupakan
komponen terbesar yang digunakan anak dan bermain aktif sangat penting untuk
perkembangan fungsi otot. Misalnya, alat permainan yang digunakan untuk bayi
yang mengembangkan kemampuan sensoris-motorik dan alat permainan untuk
anak usia toddler dan prasekolah yang banyak membantu perkembangan aktivitas
motorik baik kasar maupun halus.

2.3.2 Perkembangan Intelektual


Pada saat bermain, anak melakukan eksplorasi dan manipulasi terhadap segala
sesuatu yang ada di lingkungan sekitarnya, terutama mengenal warna, bentuk,
ukuran, tekstur dan membedakan objek. Pada saat bermain pula anak akan
melatih diri untuk memecahkan masalah. Pada saat anak bermain mobil-mobilan,
kemudian bannya terlepas dan anak dapat memperbaikinya maka ia telah belajar
memecahkan masalahnya. Semakin sering anak melakukan eksplorasi seperti ini
akan semakin terlatih kemampuan intelektualnya.

2.3.3 Perkembangan Social


Perkembangan social ditandai dengan kemampuan berinteraksi dengan
lingkungannya. Melalui kegiatan bermain, anak akan belajar memberi dan
menerima. Bermain dengan orang lain akan membantu anak untuk
mengembangkan hubungan social dan belajar memecahkan masalah dari
hubungan tersebut. Pada saat melakukan aktivitas bermain, anak belajar
berinteraksi dengan teman, memahami bahasa lawan bicara, dan belajar tentang
nilai social yang ada pada kelompoknya. Hal ini terjadi terutama pada anak usia
sekolah dan remaja. Meskipun demikian, anak usia toddler dan prasekolah adalah
tahapan awal bagi anak untuk meluaskan aktivitas sosialnya dilingkungan
keluarga.
7

2.3.4 Perkembangan Kreativitas


Berkreasi adalah kemampuan untuk menciptakan sesuatu dan mewujudkannya
kedalam bentuk objek dan/atau kegiatan yang dilakukannya. Melalui kegiatan
bermain, anak akan belajar dan mencoba untuk merealisasikan ide-idenya.
Misalnya, dengan membongkar dan memasang satu alat permainan akan
merangsang kreativitasnya untuk semakin berkembang.

2.3.5 Perkembangan Kesadaran Diri


Melalui bermain, anak mengembangkan kemampuannya dalam mengatur
mengatur tingkah laku. Anak juga akan belajar mengenal kemampuannya dan
membandingkannya dengan orang lain dan menguji kemampuannya dengan
mencoba peran-peran baru dan mengetahui dampak tingkah lakunya terhadap
orang lain. Misalnya, jika anak mengambil mainan temannya sehingga temannya
menangis, anak akan belajar mengembangkan diri bahwa perilakunya menyakiti
teman. Dalam hal ini penting peran orang tua untuk menanamkan nilai moral dan
etika, terutama dalam kaitannya dengan kemampuan untuk memahami dampak
positif dan negatif dari perilakunya terhadap orang lain

2.3.6 Perkembangan Moral


Anak mempelajari nilai benar dan salah dari lingkungannya, terutama dari orang
tua dan guru. Dengan melakukan aktivitas bermain, anak akan mendapatkan
kesempatan untuk menerapkan nilai-nilai tersebut sehingga dapat diterima di
lingkungannya dan dapat menyesuaikan diri dengan aturan-aturan kelompok
yang ada dalam lingkungannya. Melalui kegiatan bermain anak juga akan belajar
nilai moral dan etika, belajar membedakan mana yang benar dan mana yang salah,
serta belajar bertanggung-jawab atas segala tindakan yang telah dilakukannya.
Misalnya, merebut mainan teman merupakan perbuatan yang tidak baik dan
membereskan alat permainan sesudah bermain adalah membelajarkan anak untuk
bertanggung-jawab terhadap tindakan serta barang yang dimilikinya. Sesuai
dengan kemampuan kognitifnya, bagi anak usia toddler dan prasekolah,
permainan adalah media yang efektif untuk mengembangkan nilai moral
dibandingkan dengan memberikan nasihat. Oleh karena itu, penting peran orang
tua untuk mengawasi anak saat anak melakukan aktivitas bermain dan
mengajarkan nilai moral, seperti baik/buruk atau benar/salah.
8

2.4 Kategori Bermain


Bermain harus seimbang, artinya harus ada keseimbangan antara bermain aktif dan yang
pasif yang biasanya disebut hiburan. Dalam bermain aktif kesenangan diperoleh dari apa
yang diperbuat oleh mereka sendiri, sedangkan bermain pasif kesenangan didapatkan
dari orang lain.
2.4.1 Bermain aktif
2.4.1.1 Bermain mengamati /menyelidiki (Exploratory play)
Perhatikan pertama anak pada alat bermain adalah memeriksa alat
permainan tersebut. Anak memperhatikan alat permainan, mengocok-
ngocok apakah ada bunyi mencuim, meraba, menekan, dan kadang-
kadang berusaha melempar sesuatu.
2.4.1.2 Bermain konstruksi (construction play)
Pada anak umur 3 tahun, misalnya dengan menyusun balok-balok
menjadi rumah-rumahan dan lain-lain.
2.4.1.3 Bermain drama (dramatik play)
Misalnya main sandiwara boneka, main rumah-rumahan dengan saudara-
saudaranya atau dengan teman-temanny
2.4.1.4 Bermain bola, tali, dan sebagainya

2.4.2 Bermain pasif


2.4.3 Dalam hal ini anak berperan pasif, antara lain dengan melihat dan mendengar.
Bermain pasif ini adalah ideal, apabila anak sudah lelah bermain aktif dan
membutuhkan sesuatu untuk mengatasi kebosanan dan keletihannya.
Contohnya:
a. Melihat gambar- gambar dibuku- buku/ majalah
b. Mendengarkan cerita atau musik
c. Menonton televisi, dll
Biasanya dilakukan oleh anak usia sekolah Adolesen.

2.5 Hal-hal yang Harus Diperhatikan


2.5.1 Bermain/alat bermain harus sesuai dengan taraf perkembangan anak.
2.5.2 Permainan disesuaikan dengan kemampuan dan minat anak.
2.5.3 Ulangi suatu cara bermain sehingga anak terampil, sebelum meningkat pada
keterampilan yang lebih majemuk.
9

2.5.4 Jangan memaksa anak bermain, bila anak sedang tidak ingin bermain. Jangan
memberikan alat permainan terlalu banyak atau sedikit.

2.6 Bentuk-bentuk Permainan Menurut Usia


2.6.1 Usia 0 – 12 bulan
2.6.1.1 Tujuannya adalah :
a. Melatih reflek-reflek (untuk anak bermur 1 bulan), misalnya mengisap,
menggenggam.
b. Melatih kerjasama mata dan tangan.
c. Melatih kerjasama mata dan telinga.
d. Melatih mencari obyek yang ada tetapi tidak kelihatan.
e. Melatih mengenal sumber asal suara.
f. Melatih kepekaan perabaan.
g. Melatih keterampilan dengan gerakan yang berulang-ulang.

2.6.1.2 Alat permainan yang dianjurkan :


a. Benda-benda yang aman untuk dimasukkan mulut atau dipegang.
b. Alat permainan yang berupa gambar atau bentuk muka.
c. Alat permainan lunak berupa boneka orang atau binatang.
d. Alat permainan yang dapat digoyangkan dan keluar suara.
e. Alat permainan berupa selimut dan boneka.
2.6.2 Usia 13 – 24 bulan
2.6.2.1 Tujuannya adalah :
a. Mencari sumber suara/mengikuti sumber suara.
b. Memperkenalkan sumber suara.
c. Melatih anak melakukan gerakan mendorong dan menarik.
d. Melatih imajinasinya.
e. Melatih anak melakukan kegiatan sehari-hari semuanya dalam bentuk
kegiatan yang menarik
2.6.2.2 Alat permainan yang dianjurkan:
a. Genderang, bola dengan giring-giring didalamnya.
b. Alat permainan yang dapat didorong dan ditarik.
c. Alat permainan yang terdiri dari: alat rumah tangga(misal: cangkir
yang tidak mudah pecah, sendok botol plastik, ember, waskom, air),
10

balok-balok besar, kardus-kardus besar, buku bergambar, kertas untuk


dicoret-coret, krayon/pensil berwarna.
2.6.3 Usia 25 – 36 bulan
2.6.3.1 Tujuannya adalah ;
a. Menyalurkan emosi atau perasaan anak.
b. Mengembangkan keterampilan berbahasa.
c. Melatih motorik halus dan kasar.
d. Mengembangkan kecerdasan (memasangkan, menghitung, mengenal
dan membedakan warna).
e. Melatih kerjasama mata dan tangan.
f. Melatih daya imajinansi.
g. Kemampuan membedakan permukaan dan warna benda.
2.6.3.2 Alat permainan yang dianjurkan :
a. Alat-alat untuk menggambar.
b. Lilin yang dapat dibentuk
c. Pasel (puzzel) sederhana.
d. Manik-manik ukuran besar.
e. Berbagai benda yang mempunyai permukaan dan warna yang berbeda.
f. Bola.
2.6.4 Usia 32 – 72 bulan
2.6.4.1 Tujuannya adalah :
a. Mengembangkan kemampuan menyamakan dan membedakan.
b. Mengembangkan kemampuan berbahasa.
c. Mengembangkan pengertian tentang berhitung, menambah,
mengurangi.
d. Merangsang daya imajinansi dsengan berbagai cara bermain pura-
pura (sandiwara).
e. Membedakan benda dengan permukaan.
f. Menumbuhkan sportivitas.
g. Mengembangkan kepercayaan diri.
h. Mengembangkan kreativitas.
i. Mengembangkan koordinasi motorik (melompat, memanjat, lari, dll).
j. Mengembangkan kemampuan mengontrol emosi, motorik halus dan
kasar.
11

k. Mengembangkan sosialisasi atau bergaul dengan anak dan orang


diluar rumahnya.
l. Memperkenalkan pengertian yang bersifat ilmu pengetahuan, misal :
pengertian mengenai terapung dan tenggelam.
m. Memperkenalkan suasana kompetisi dan gotong royong.
2.6.4.2 Alat permainan yang dianjurkan :
a. Berbagai benda dari sekitar rumah, buku bergambar, majalah anak-
anak, alat gambar & tulis, kertas untuk belajar melipat, gunting, air,
dll.
b. Teman-teman bermain : anak sebaya, orang tua, orang lain diluar
rumah.

2.7 Faktor Yang Mempengaruhi Aktivitas Bermain


a. Tahap perkembangan, tiap tahap mempunyai potensi / keterbatasan
b. Status kesehatan, anak sakit; perkembangan psikomotor kognitif terganggu
c. Jenis kelamin
d. Lingkungan : lokasi, negara, kultur
e. Alat permainan
f. Intelegensia dan status sosial ekonomi

2.8 Tahap Perkembangan Bermain


a. Tahap eksplorasi : Merupakan tahapan menggali dengan melihat cara bermain
b. Tahap permainan : Setelah tahu cara bermain, anak mulai masuk dalam tahap
permainan
c. Tahap bermain sungguhan : Anak sudah ikut dalam permainan
d. Tahap melamun : Merupakan tahapan terakhir anak membayangkan permainan
berikutnya.
2.9 Prinsip Bermain Di Rumah Sakit
a. Tidak banyak energi, singkat dan sederhana
b. Tidak mengganggu jadwal kegiatan keperawatan dan medis
c. Tidak ada kontra indikasi dengan kondisi penyakit pasien
d. Permainan harus sesuai dengan tahap tumbuh kembang pasien
e. Jenis permainan disesuaikan dengan kesenangan anak
f. Permainan melibatkan orang tua untuk melancarkan proses kegiatan
12

2.10 Hambatan Yang Mungkin Muncul


a. Usia antar pasien tidak dalam satu kelompok usia
b. Pasien tidak kooperatif atau tidak antusias terhadap permainan
c. Adanya jadwal kegiatan pemeriksaan terhadap pasien pada waktu yang bersamaan.
2.11 Antisipasi hambatan
a. Mencari pasien dengan kelompok usia yang sama
b. Libatkan orang tua dalam proses terapi bermain
c. Jika anak tidak kooperatif, ajak anak bermain secara perlahan-lahan
d. Perawat lebih aktif dalam memfokuskan pasien terhadap permainan
e. Kolaborasi jadwal kegiatan pemeriksaan pasien dengan tenaga kesehatan lainnya.
2.12 Cara Bermain Memasukan bola kedalam keranjang
a. Sediakan bola dan keranjang
b. Dekatkan bola kepada anak
c. Beri contoh anak memasukan bola kedalam keranjang
d. Kerjakan sampai anak bisa meniru atau mengulng yang di lakukan pasilitator

BAB III
SAP TERAPI BERMAIN

Pokok Bahasan : Terapi Bermain Pada Anak Di Rumah Sakit


Sub Pokok Bahasan : Terapi Bermain Anak Usia 1-3 tahun
Tujuan : Mengoptimalkan Tingkat Perkembangan Anak
Hari/Tanggal : Jum’at / 19 Juli 2019
Jam / Durasi : Pukul 10.00 sd selesai
Tempat Bermain : Ruangan Alexandri/Anak RSUD Dr. H. Moch. Ansari Saleh
Banjarmasin
Peserta : Untuk kegiatan ini peserta yang dipilih adalah pasien di Ruang
Alexandri/ Nilam 1 yang memenuhi kriteria :
- Anak usia 1-5 tahun
- Tidak mempunyai keterbatasan fisik
- Dapat berinteraksi dengan perawat dan keluarga
- Pasien kooperatif
Peserta terdiri dari :
13

- Anak usia 1-5 tahun sebanyak 7 orang didampingi keluarga


Target : 5 orang

A. Sarana dan Media


Sarana:
 Ruangan tempat bermain
 Tikar untuk duduk
Media:
 Bola berwarna, keranjang, dan beberapa balon, puzzle

B. Pengorganisasian
Leader : Co Leader :
Observer : Fasilitator :

Pembagian Tugas
Peran Leader :
 Katalisator, yaitu mempermudah komunikasi dan interaksi dengan jalan menciptakan
situasi dan suasana yang memungkinkan klien termotivasi untuk mengekspresikan
perasaannya
 Auxilery Ego, sebagai penopang bagi anggota yang terlalu lemah atau mendominasi
 Koordinator, yaitu mengarahkan proses kegiatan kearah pencapaian tujuan dengan
cara memberi motivasi kepada anggota untuk terlibat dalam kegiatan
Peran Co Leader :
 Mengidentifikasi issue penting dalam proses, mengidentifikasi strategi yang
digunakan Leader, mencatat modifikasi strategi untuk kelompok pada sesion atau
kelompok yang akan datang, memprediksi respon anggota kelompok pada sesion
berikutnya
Peran Fasilitator :
 Mempertahankan kehadiran peserta, mempertahankan danmeningkatkan motivasi
peserta, mencegah gangguan atau hambatan terhadap kelompok baik dari luar maupun
dari dalam kelompok
Peran Observer :
 Mengamati keamanan jalannya kegiatan play therapy, memperhatikan tingkah laku
peserta selama kegiatan, memperhatikan ketepatan waktu jalannya kegiatan play
therapy, menilai performa dari setiap tim terapis dalam memberikan terapi
14

C. Setting Tempat

: Co Leader

: Leader

: Peserta

: Observer

: Fasilitator

: Keluarga anak

D. Susunan Kegiatan
No Waktu Terapy Anak Ket
1 5 menit Pembukaan :
1. Co-Leader membuka dan 1. Menjawab salam
mengucapkan salam
2. Memperkenalkan diri terap 2. Mendengarkan
3. Memperkenalkan pembimbing 3. Mendengarkan
4. Memperkenalkan anak satu 4. Mendengarkan dan saling
persatu dan anak saling berkenalan
berkenalan dengan temannya
5. Kontrak waktu dengan anak 5. Mendengarkan
6. Mempersilahkan Leader 6. Mendengarkan
2 20 menit Kegiatan bermain :
1. Leader menjelaskan cara 1.Mendengarkan
permainan
2. Menanyakan pada anak, anak 2.Menjawabpertanyaan
mau bermain atau tidak
3. Menbagikan permainan 3.Menerima permainan
4. Leader,co-leader, dan Fasilitator 4.Bermain
memotivasi anak
5. Fasilitator mengobservasi anak 5.Bermain
6. Menanyakan perasaan anak 6.Mengungkapkan perasaan
3 5 menit Penutup :
1. Leader Menghentikan 1. Selesai bermain
permainan
2. Menanyakan perasaan anak 2. Mengungkapkan perasaan
3. Menyampaikan hasil permainan 3. Mendengarkan
15

4. Membagikan souvenir/kenang- 4. Senang


kenangan pada semua anak
yang bermain
5. Menanyakan perasaan anak 5. Mengungkapkan perasaan
6. Co-leader menutup acara 6. Mendengarkan
7. Mengucapkan salam 7. Menjawab salam

E. Evaluasi
1. Evaluasi struktur yang diharapkan
a) Alat-alat yang digunakan lengkap
b) Kegiatan yang direncanakan dapat terlaksana
2. Evaluasi proses yang diharapkan
a) Terapi dapat berjalan dengan lancar
b) Anak dapat mengikuti terapi bermain dengan baik
c) Tidak adanya hambatan saat melakukan terapi
d) Semua anggota kelompok dapat bekerja sama dan bekerja sesuai tugasnya
3. Evaluasi hasil yang diharapkan
a) Anak dapat mengembangkan motorik halus dengan memasang kembali mainan
yang sudah dibongkar
b) Anak dapat mengikuti kegiatan dengan baik
c) Anak merasa senang
d) Anak tidak takut lagi dengan perawat
e) Orang tua dapat mendampingi kegiatan anak sampai selesai
f) Orang tua mengungkapkan manfaat yang dirasakan dengan aktifitas bermain
16

BAB IV
PENUTUP

5.1 Kesimpulan
Bermain merupakan aspek penting dalam kehidupan anak yang mencerminkan kemampuan
fisik, intelektual, emosional, dan social anak tersebut, Salah satunya adalah permainan
memasukan bola kedalam keranjang. Bermain di rumah sakit selain memenuhi hak anak
untuk bermain, terapi ini merupakan salah satu metode mencegah anak takut dengan perawat
sehingga anak lebih kooperatif dalam menjalani perawatan

5.2 Saran
1. Orang tua
Sebaiknya orang tua lebih selektif dalam memilih permainan bagi anak agar anak dapat
tumbuh dengan optimal. Pemilihan permainan yang tepat dapat menjadi poin penting
dari stimulus yang akan didapat dari permainan tersebut. Faktor keamanan dari
permainan yang dipilih juga harus tetap diperhatikan.
2. Rumah Sakit
Sebagai tempat pelayanan kesehatan, sebaiknya rumah sakit dapat meminimalkan trauma
yang akan anak dapatkan dari hospitalisasi dengan menyediakan berbagai macam tipe
permainan untuk terapi bermain.
3. Mahasiswa
Mahasiswa diharapkan dapat tetap membantu anak untuk mengurangi dampak
hospitalisasi dengan terapi bermain yang sesuai dengan tahap tumbuh kembang anak.
Karena dengan terapi bermain yang tepat, maka anak dapat terus melanjutkan tumbuh
kembang anak walaupun dirumah sakit.
17

DAFTAR PUSTAKA

Soetjiningsih. 1995. Tumbuh Kembang Anak. Jakarta: EGC


Supartini, Yupi. (2004). Konsep Dasar Keperawatan Anak. Jakarta: EGC.
http://belajarbarengrizalyuk.blogspot.com/2013/10/terapi-bermain-mewarnai.html
http://belajarbarengrizalyuk.blogspot.com/2013/10/terapi-bermain-mewarnai.html

Banjarmasin, 19 Juli 2019

Preseptor Akademik, Preseptor Klinik,

( ) ( )

Anda mungkin juga menyukai