PENDAHULUAN
Kegawat daruratan adalah kejadian yang tidak diduga atau terjadi secara tiba-
tiba seringkali merupakan kejadian yang berbahaya (Dorland, 2012). Menurut Peraturan
Mentri Kesehatan Republik Indonesia nomor 47 tahun 2018 tentang Pelayanan
Kegawatdaruratan pasal 1 ayat 3, gawat darurat adalah keadaan klinis yang membutuhkan
tindakan medis segera untuk penyelamatan nyawa dan pencegahan kecacatan.
Berdasarkan Kode Etik Kedokteran Indonesia (KODEKI), pasal 2 setiap dokter harus
senantiasa berupaya melaksanakan profesinya sesuai dengan standar profesi yang tertinggi
yaitu sesuai dengan perkembangan IPTEK kedokteran, etika umum, etika kedokteran,
hukum dan agama, sesuai tingkat/jenjang pelayanan kesehatan dan situasi setempat.
Selanjutynya berdasarkan KODEKI pasal 13, setiap dokter wajib melakukan pertolongan
darurat sebagai suatu tugas perikemanusiaan, kecuali bila ia yakin ada orang lain yang
bersedia dan lebih mampu memberikan (MKEK, 2006). Rumah sakit di indonesia memiliki
kewajiban untuk menyelenggarakan pelayanan gawat darurat 24 jam sehari dimana Dalam
pelayanan gawat darurat tidak diperkenankan untuk meminta uang muka sebagai
persyaratan pemberian layanan. Ketentuan tentang pemberian pertolongan dalam keadaan
darurat telah tegas diatur dalam pasal 51 UU No.29/2004 tentang praktik kedokteran,
dimana seorang dokter wajib melakukan pertolongan darurat atas dasar kemanusiaan
(Herkutanto, 2007).
Permukaan tubuh manusia dilindungi oleh kulit terhadap kehilangan cairan dan
elektrolit yang berlebihan. Pada kasus nekrolisis epidermal toksik (TEN), sindrom
Stevens-Johnson Syndrome (SJS), Staphylococcal scalded skin syndrome, dan
pemfigus vulgaris, dapat terjadi suatu keadaan gawat darurat, akibat hilangnya cairan
dan elektrolit dari tubuh yang menyebabkan terganggunya keseimbangan cairan dan
elektrolit. Kondisi ini harus cepat dideteksi dan diatasi sehingga prognosisnya
diharapkan menjadi lebih baik.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
BAB III
KESIMPULAN
Herkutanto, 2007. Aspek Medikolegal Pelayanan Gawat Darurat. Majelis Kedokteran Indonesia,
vol.57, no.2, p.37-40
Eccles R. Electrolytes body fluids and acid base balance. Boston: Little, Brown, and Co.
1993:1- 125.
Fritsch PO, Elias PM. Erythema multiforme and toxic epidermal necrolysis. In:
Fitzpatrick TB, Eisen AZ, Freedberg IM, Austen KF, eds. Dermatology in general
medicine. 8th ed. New York: McGraw Hill Inc. 2012: 592-99.
Champion RH. Disorder of blood vessels. In: Rook A, Wilkinson DS, Ebling FJG,
Champion RH eds. Textbook of dermatology. 9th ed. Oxford: Blackwell Scientific Publ.
2016: 1834- 7.
Pye RJ. Bullous eruption. In: Rook A, Wilkinson DS, Ebling FJG, Champion RH eds.
Textbook of dermatology. 9th ed. Oxford: Blackwell Scientific Publ. 2016: 1638-42,1665-
8.
Arnold HL, Odom RB, James WD. Andrew’s disease of the skin. 12th ed. Philadelphia:
W.B. Saunders Co. 2016: 128-30.