Ns. Walter, M.Kep., Sp.Kep.J Staf Perawat RS Universitas Sumatera Utara Medan walter_ph@yahoo.com PERAWAT JIWA
BENCANA
ASUHAN KEPERAWATAN PERSIAPAN PERSIAPAN SEBELUM BERANGKAT
MENGENALI DAN MEMAHAMI KONTEKS
MENGENALI KEKUATAN TIM KESIAPAN DIRI SIAPA SAYA Mengenali dan memahami konteks
Kumpulkan informasi yang
akurat mengenai apa yang telah terjadi. Identifikasi berbagai layanan yang ada dalam setting tersebut (apa & dimana) Komunikasikan & lakukan koordinasi dengan berbagai pihak terkait (terutama otoritas) Lakukan orientasi pada setting & layanan yang ada Mengenali kekuatan TIM Informasi dengan siapa anda bekerja dalam satu tim. Pahami kompetensi & keterbatasan tim. Kenali sumberdaya yang dimiliki tim. Kenali waktu yang tersedia. Kenali kesipan diri Kondisi kesehatan (fisik, psikologis) yang prima sebelum memulai. Siap berada dilingkungan fisik yang berbeda dengan keseharian. Siap menghadapi penyintas dengan beragam reaksi psikologis penyintas. Mampu menghadapi pengalaman yang pernah ada Kualitas pendamping psikososial yang efektif 1. Pribadi utuh. 2. Penguasaan diri. 3. Kreatif dan fleksibel. 4. Konpetensi dalam keberagaman. 5. Energi positif dan ketangguhan. 6. Mampu bereaksi secara tepat dan cepat. 7. Potensi untuk bertumbuh. Kondisi yang diciptakan petugas dilokasi bencana TARGET: Keadaan/hasil yang diharapkan dari penyintas STRATEGI: Hal yang dilakukan oleh pendamping
Melindungi, mengamankan penyintas dari bahaya, resiko & menawarkan upaya perlindungan. Kebutuhan penyintas Safeguard 1. Keamanan dan keselamatan. 2. Perlindungan dari ekspos pengalaman traumatis. 3. Persepsi yang akurat tentang keamanan & keselamatan diri 4. Intervensi untuk perilaku beresiko tinggi membahayakan keselamatan. SAFETY SUSTAIN Memenuhi Safety Sustein Memenuhi kebutuhan dasar dan kebutuhan pokok penyintas.
Kepastian akan pemenuhan kebutuhan dasar untuk tetap survive
Apa yang bisa dilakukan…??
1. sediakan makanan dan minuman. 2. berikan perawatan medis mengobati luka sifik 3. sediakan pakaian, tempat istirahat, sanitasi 4. perhatikan cuaca sekitar, jika diperlukan sediakan tempat yang sejuk dan kering. 2. FUNCTION COMFORT Memfasilitasi Function Comfort Memberikan,kenyamanan, menenangkan, mengupayakan kondisi yang lebih stabil pada penyintas. Kebutuhan penyintas Comfort 1. Penurunan perasaan tidak nyaman. 2. Penurunan level stress 3. Stabilisasi untuk reaksi negatif yang kuat atau terlambat oleh reaksi negatif. 4. Orientasi. 5. Kenyamanan. Keterampilan yang diharapkan dari pendamping. Komunikasi suportif: Verbal – Non verbal 1. Tanggapan verbal yg menyejukkan/ menenangkan. 2. Perilaku non-verbal yg memancarkan kehangatan dan empatis. Apa yang dilakukan…?? 1. Beri rasa nyaman melalui perilaku verbal & non-verbal pd penyintas terutama: yg tampak emosional, berduka, kehilangan. 2. Ajarkan cara mengelola stress dengan tarik napas dalam atau relaksasi. 3. Orientasikan penyintas pada lingkungan sekitar FUNCTION CONNECT Memfasilitasi ACTION Connect Menghubungkan penyintas dengan lingkungan sosial terdekat dan bermakna yaitu: keluarga, sahabat, dan orang lain yang dapat memberikan bantuan. Kebutuhan penyintas Connect 1. Dekat dengan relasi/ orang yang familiar dan dapat dipercaya oleh penyintas. 2. Memperoleh dukungan untuk menghadapi situasi sulit. Apa yang bisa dilakukan….?? Jaga keluarga penyintas agar tetap bersama dan berhubungan satu sama lain. Pertemukan kembali penyintas yang terpisah dengan anggota keluarganya. Tanyakan kepada penyintas adakah pihak lain yang ingin diberitahu penyintas sehubungan dengan bencana yang baru saja terjadi. Hubungkan penyintas kepada sumber bantuan yang tersedia dengan penyintas yang lain. “HADIR” Bantu mencari informasi pada sumber lain yang menyediakan informasi yang dibutuhkan penyintas. ACTION ADVISE Memfasilitasi Action Advise Memberikan bimbingan & informasi (edukasi) pd penyintas mengenai apa yang terjadi, memvalidasi reaksi penyintas dan mengajarkan strategi coping yang relevan
Kebutuhan penyintas Advise
1. Mengurangi ketidak pastian. 2. Informasi tentang bencana. 3. Info tentang reaksi umum dialami o/ penyintas. 4. Info tentang cara menghadapi pengalaman sulit & membuat keadaan lebih baik. Apa yang bisa dilakukan…??
1. Ganti ketidak pastian dengan info yg akurat
2. Tenangkan penyintas reaksi mereka wajar 3. Sediakan informasi tentang pemberian/ penerimaan dukungan.
Keterampilan yang diharapkan dari pendamping :
keterampilan berkomunikasi dengan jelas dan dapat dipahami. ACTION ACTIVATE
Memfasilitasi Action Activate
Mendorong penyintas untuk berpartisifasi dalam proses pemulihan pasca bencana, mendapatkan akses ke sumberdaya yang ada dan membantu penyintas lainnya. Kebutuhan penyintas Activate 1. Bimbingan untuk membantu pemulihan 2. Kesempatan mendapatkan kembali kendali untuk hidupnya, membantu orang lain. 3. Medapatkan rujukan untuk proses pemulihan dan layanan dukungan lainnya. Apa yang bisa dilakukan…??
1. Secepat mungkin dorong penyintas untuk kembali pada rutinitasnya.
2. Memfasilitasi penyintas untuk memetakan kebutuhannya untuk merencanakan aktifitas untuk memenuhi kebutuhan tersebut. 3. Bimbing penyintas untuk mengambil langkah awal sederhana menuju pemulihan. 4. Libatkan penyintas secara aktif dalam tugas pemulihan dan perilaku bantu diri. 5. Berikan kesempatan pada penyintas untuk saling menolong. 6. Rujuk penyintas pada penyedia layanan pemulihan dan dukungan berdasarkan kebutuhan RESPON INDIVIDU DAN TINDAKAN SAAT BENCANA? 1. Segera (24 jam) setelah bencana 2. Minggu pertama-ketiga setelah bencana 3. Lebih dari minggu ketiga setelah bencana 1. Segera (24 jam) setelah bencana Reaksi individu : Tegang, cemas, panik Terpaku, linglung, syok, tidak percaya Gembira atau eforia, tidak terlalu merasa menderita Lelah, bingung Gelisah, menangis, menarik diri Merasa bersalah TINDAKAN Pertolongan kedaruratan untuk masalah-masalah fisik Memenuhi kebutuhan dasar Untuk membantu individu melalui fase krisisnya maka perawat perlu memfasilitasi kondisi yang dapat menyeimbangkan krisis seperti menjadi sumber koping (support system) bagi klien Memberikan asuhan keperawatan pada klien dengan ANSIETAS 2. Minggu pertama – ketiga setelah bencana Reaksi individu : Ketakutan, waspada, sensitif, mudah marah, sulit tidur Khawatir, sangat sedih Mengulang-ulang kembali (flashback) kejadian Bersedih REAKSI KEHILANGAN DAN BERDUKA Reaksi positif yang masih dimiliki : berharap atau berpikir tentang masa depan, terlibat dalam kegiatan menolong dan menyelamatkan Menerima bencana sebagai takdir TINDAKAN 1. Berikan informasi yang sederhana dan mudah diakses tentang lokasi jenazah 2. Dukung keluarga jika jenazah dimakamkan tanpa upacara tertentu 3. Bantu mencari anggota keluarga yang terpisah pada individu yang beresiko seperti lansia, ibu hamil, anak, remaja. 4. Anjurkan pasien dan keluarga untuk melakukan aktivitas kelompok yang terorganisir seperti ibadah bersama, TINDAKAN 5. Motivasi anggota tim lapangan untuk terlibat dalam proses berkabung, misalnya tahlilan, takziah. 6. Lakukan aktifitas rekreasi bagi anak-anak 7. Informasikan pada korban tentang reaksi psikologis normal yang terjadi setelah bencana. Yakinkan mereka bahwa hal tersebut normal dan berlangsung sementara; akan hilang dengan sendirinya dan dialami oleh semua orang 8. Informasikan tentang reaksi stres yang normal pada masyarakat secara massal (libatkan ulama, guru dan pemimpin sosial lainnya) 3. Lebih dari minggu ketiga setelah bencana Reaksi individu : Kelelahan Merasa panik Kesedihan terus berlanjut, pesimis dan berpikir tidak realistis Tidak beraktivitas, isolasi dan menarik diri Kecemasan; yang dimanifestasikan dengan : palpitasi, pusing, letih, mual, sakit kepala, dll. TINDAKAN Pertolongan pertama pada masalah psikososial sebagai berikut : 1. Identifikasi individu dengan koping yang tidak efektif yang ditandai dengan gejala psikologis yang dilaporkan 2. Bina hubungan saling percaya 3. Penuhi kebutuhan fisik yang mendesak 4. Mobilisasi dukungan sosial (tapi jangan memaksa) Pertolongan pertama pada masalah psikososial sebagai berikut : 5. Cegah timbulnya bahaya yang lain (seperti berjangkitnya penyakit menular) 6. Mulai berkomunikasi: mendengarkan masalah mereka, sampaikan keprihatinan, berikan bantuan yang berkelanjutan (tapi tidak pernah memaksa 7. Sampaikan bahwa semua korban bencana merasakan perasaan yang sama 8. Tetap mensupervisi perawatan sampai reaksi berlalu. 9. Motivasi para korban untuk bekerja bersama memenuhi kebutuhan mereka seperti membersihkan lokasi bersama-sama, memasak bersama. 10. Libatkan korban yang masih sehat dalam pelaksanaan bantuan 11. Motivasi pemimpin masyarakat dan tokoh kunci lainnya untuk terlibat dalam diskusi kelompok dan dapat memotivasi klien untuk berbagi perasaan 12. Pastikan informasi yang diterima akurat 13. Pastikan distribusi bantuan merata 14. Berikan pelayanan dengan empati “yang sehat” dan tidak memihak pada salah satu bagian dari masyarakat (misalnya golongan minoritas) Lanjutan...........
Tindakan psikososial khusus
Konseling terhadap trauma Konseling terhadap proses berduka Bimbingan antisipasi Konseling krisis Konseling untuk menyelesaikan masalah Bagaimana membantu anak dan remaja ?
1. Jalin hubungan yang dekat & terbuka dengan anak /
remaja. 2. Identifikasi, perjelas, dan fokuskan pada kebutuhan / concerns. 3. Memahami perasaan anak-anak / remaja. 4. Menyimak dengan seksama. 5. Berkomunikasi dengan jelas. Masalah mental dan emosional pada anak dan remaja. 1. Sering memikirkan peristiwa. 2. Menjadi sangat pasif atau tidak perduli. 3. Merasa takut dan ingin selalu dekat dengan orang dewasa. 4. Merasa sedih dan kehilangan. Khawatir akan terjadi kehilangan lagi. 5. Merasa ditinggal & kehilangan percaya diri. 6. Merasa lemas, kurang bersemangat, kurang nafsu makan, sakit kepala. 7. Gelisah, tidak dapat duduk tenang. 8. Masalah tidur: sulit tidur, sering mimpi buruk. 9. Takut pada situasi tertentu: Penyebab bencana. 10. Mengompol. 11. Perubahan pada kegiatan belajar: menurun. 12. Kehilangan minat yg biasa dilakukan. 13. Memiliki keraguan terhadap masa depan. Kegiatan yang bisa dilakukan terhadap anak dan remaja. 1. Olah raga 2. Bermain 3. Musik dan tari. 4. Menggambar. 5. Tarian yang bersifat spontan. 6. Menonton film. 7. Relaksasi. 8. Ibadah. Respon yang muncul pada orang dewasa. 1. Rasa tidak percaya dan syock. 2. Ketakutan dan keresahan masa depan. 3. Bingung, apatis, merasa hampa. 4. Mudah kesal dan hampa. 5. Sedih dan depresi, sulit tidur. 6. Merasa lemah dan tidak berdaya. 7. Merasa lapar atau tidak ada selera makan. 8. Kesulitan membuat keputusan. 9. Menangis tanpa sebab yang jelas. 10. Sakit kepala, pusing, masalah pencernaan. Hal-hal yang bisa dilakukan terhadap orang dewasa. 1. Temani mereka. 2. Ajak bicara tentang apa saja (tidak sendiri) 3. Menjadi pendengar yang baik. 4. Dorong untuk istirahat, makan yang cukup, melakukan kegiatan yang positif. 5. Dorong melakukan kegiatan rutin sehari-hari. 6. Ajak untuk melakukan kegiatan menyenangkan kartu, catur, bicara ringan tentang saat ini. 7. Ajak bercanda dengan humor yang tepat dan cukup. 8. Bantu mencari sanak saudara. 9. Berikan informasi yang dibutuhkan seperti korban selamat, posko, pelayanan kesehatan. Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam berinteraksi dengan lansia 1. Menurunnya fungsi alat indera. 2. Lambatnya respon karena menurunnya aktivitas kognitif dan motorik. 3. Kondisi kesehatan. 4. Pengaruh kesehatan yang berlipat ganda. 5. Trauma ketika dikirim ke lokasi. Lingkungan tidak dikenal dan kehilangan tempat tinggal awal, hal ini dapat menyebabkan depresi dan disorientasi. Prinsip penanganan lansia 1. Berikan kenyamanan positif secara verbal dan berulang-ulang. 2. Dampingin dalam pemulihan fisik. 3. Buat kunjungan secara berkala dan teratur. 4. Bantu untuk membangun kembali kontak dengan keluarga & lingkungan sosial lain. 5. Dampingin dalam pengobatan dan bantuan keuangan. EVALUASI DAN RUJUKAN Bila melalui beberapa konseling diatas ternyata tidak membuat kondisi emosional pasien semakin baik maka dibutuhkan evaluasi dan penanganan oleh tenaga kesehatan mental professional (perawat jiwa, psikiater atau psikologis). Kriteria kasus yang perlu dirujuk
Kasus-kasus gangguan mental yang telah diketahui sebelumnya
Korban dengan gejala-gejala psikologis yang tidak memperlihatkan perubahan setelah 3 minggu dilakukan tindakan oleh perawat
Korban yang mengalami disfungsi
Korban yang berniat bunuh diri
Penyalahgunaan alkohol / obat-obatan
Kekerasan fisik dalam keluarga
Kelompok resiko tinggi
Masalah kesehatan jiwa pasca kejadian traumatis (bencana) Beberapa masalah kesehatan jiwa pasca kejadian traumatis (bencana): Reaksi stres akut Berkabung Depresi Gangguan ansietas PTSD Psikosis, gangguan bipolar, dan skizofrenia Gangguan penyesuaian Eksaserbasi gangguan jiwa sebelumnya Penyalahgunaan zat, gangguan makan, dan gangguan tidur