Anda di halaman 1dari 3

3 Hal agar Tetap Semangat

Kreeek teel …. Suara aneh dari belakangku terdengar. Ada apa akhi? Tanya ku kepada teman
dibelakangku. “Gak apa-apa akh cuman tali tas ini putus” jawab temanku. “Yakin ente gak papa,
tas ente kan berat , perjalanan juga masih jauh puncak gunung ini juga masih 4 km lagi, yakin nte
ente kuat?” tanya ku. “Woles aja keles yang putus cuman sebelah masih bisa pakai tali
sebelahnya nih gini caranya” , katanya sambil menyampirkan tas cariernya. “Yakin ente?” tanya
ku lagi , “Iya Akhi ane kuat kok InsyaAlloh yang penting tetap semangat dan ikhlas menapaki
jalan ini akhi , InsyaAlloh kuat sampe tujuan kok” jawabnya menyakinkan aku. “Oke sip lah
akhi , antum luar biasa pokoknya.. hehe” kata ku sambil melanjutkan perjalanan. “Saling
menyemangati dan menjaga aja akhi hehe” kata temenku lagi menambahkan. Jawaban yang luar
biasa menurutku mengingat dia pasti berat membawa ta scariernya yang berat apalagi dengan
cara disampirkan, dibawa biasa aja udah berat hehe, tetapi tak sedikitpun terlihat kelesuan dan
keletihannya bahkan yang terlihat adalah semangat yang menyala-nyala menapaki perjalanan dan
sampai di tujuan.
Begitulah seharusnya semangat yang dimiliki oleh seorang kader dakwah, semangat yang
kuat bagaikan Gunung yang kokoh lagi mengokohkan, dalam keadaan bagaimanapun seorang
kader dakwah akan berusaha sekuat tenaga untuk mencapai cita-citanya walaupun kondisinya
sedang lemah atau sulit. Allah SWT berfirman “Berangkatlah kamu baik dalam keadaan merasa
ringan maupun berat, dan berjihadlah kamu dengan harta dan dirimu di jalan Allah. Yang
demikian itu adalah lebih baik bagimu, jika kamu mengetahui (At-Taubah: 41)”.
Pada tulisan ini akan membahas mengenai cara-cara agar tetap semangat dalam
berdakwah khususnya, dimanapun kita berada baik itu di keluarga , kampus, sekolah,
masyarakat, , dll. Karena semangat yang besar dan benar maka gunung tinggi menjulang,
samudera luas menghadang tak kan jadi halangan untuk kita berdakwah dimanapun dan
kapanpun. Seperti Semangatnya Mohammed Al-Fath yang membawa kapal-kapal melewati
gunung yang menjulang untuk menaklukan Konstantinopel, Umar Bin Abdul Aziz yang bekerja
mensejahterakan Rakyatnya hingga dalam waktu 2 negerinya adil dan sejahtera, Abu Bakar Ash-
Shidiq yang menginfakkan semua hartanya untuk Dakwah, Rasululloh yang mengorbankan
segalanya dalam menyampaikan Islam.
Hal pertama yang dilakukan dalam mempertahankan semangat dalam berdakwah
adalah meluruskan niat. Niat yang benar dan besar adalah hanya mengharapkan Ridho Alloh.
Hendaknya pekerjaan yang kita lakukan dilandasi dengan niat ikhlas lillahi ta’ala. Jangan ada
sedikitpun niat buruk apalagi sampai merugikan orang banyak dalam pekerjaan kita. Seperti
dalam Hadits pertama dalam Hadist Arbain. Dari Amirul Mukminin Abu Hafsh, Umar bin Al-
Khathab radhiyallahu 'anhu, ia berkata : “Aku mendengar Rasulullah shallallahu 'alaihi wa
sallam bersabda: “Segala amal itu tergantung niatnya, dan setiap orang hanya mendapatkan
sesuai niatnya. Maka barang siapa yang hijrahnya kepada Allah dan Rasul-Nya, maka
hijrahnya itu kepada Allah dan Rasul-Nya. Barang siapa yang hijrahnya itu Karena kesenangan
dunia atau karena seorang wanita yang akan dikawininya, maka hijrahnya itu kepada apa yang
ditujunya”.
[Diriwayatkan oleh dua orang ahli hadits yaitu Abu Abdullah Muhammad bin Ismail bin Ibrahim
bin Mughirah bin Bardizbah Al Bukhari (orang Bukhara) dan Abul Husain Muslim bin Al Hajjaj
bin Muslim Al Qusyairi An Naisaburi di dalam kedua kitabnya yang paling shahih di antara
semua kitab hadits. Bukhari no. 1 dan Muslim no. 1907]. Jadi semua dakwah yang kita lakukan
haruslah Ikhlas hanya mengharapkan Ridho Alloh, dengan ikhlas maka semangat kita akan lebih
besar karena Alloh melihat usaha-usaha kita. Jangan hanya karena ada kakak itu, mbak itu, atau
adik itu.. uppss.
Kedua kita harus senantiasa menjaga kualitas Rukhiyah kita. Mengutip perkataan Ust
Anis Matta dalam sebuah sesi beliau mengatakan , “syarat pertama yang harus dilalui oleh
umat ini adalah al yaqizhatur Ruhiyah (Kebangkitan spiritual)”. Tema ini adalah salah satu
episode terpenting dalam episode-episode kebangkitan umat, kalau kita memandang dalam
konteks dakwah adalah salah satu kebangkitan itu adalah tersampaikannya risalah ini kepada
seluruh manusia, sebagaimana yang Allah SWT katakan dalam Al Qur’an kisah Ashhabul
ukhdud, walaupun secara kasat mata sang pemuda mukmin mati dipanah akan tetapi semangat
keteguhan, idealismenya dalam mempertahankan ideologinya menghujam ke dalam sanubari
manusia yang menyaksikan proses kematiannya. Setidaknya ada dua agenda penting yang
mesti kita lakukan dalam strategi perjuangan ruhiyah yang sedang kita jalani saat ini.
Pertama, bina’aur ruhiatul qawiyah (membangun kekuatan ruhiyah) merupakan sebuah
strategi yang tak dapat tidak mesti kita lakukan kita buat program edukasi ruhiyah bagi
masyarakat merupakan peran sosial mahasiswa dalam kehidupan sosial kemasyarakatan. Kita
melihat sudah banyak di antara para aktivis dakwah yang mulai berangsur-angsur meninggalkan
hal ini, kita berdoa kepada Allah SWT agar diberi kekuatan untuk terus semangat dalam
berdakwah dan membangkitkan Islam.
Kedua, binaa’ul manna’atur ruhiyah (membangun kekebalan ruhiyah) hal ini penting
dilakukan. Karena hal yang paling esensial setelah kita melakukan prosesi penguatan ruhiyah
adalah menjaga agar tetap terjaga dari degradasi ruhiyah yang akan berimplikasi pada lambatnya
prosesi kebangkitan Islam, kita bisa melihat realitas sirah ketika Shalahuddin al Ayyubi menjaga
kondisi ruhiyah para tentaranya dengan berjalan di setiap kemah untuk memperhatikan qiyamul
lail para jundinya, dan beliau mendapati salah satu kamp seorang tentara tertidur lalu beliau
membangunkannya dan seraya berkata perbuatan kamu ini akan menjadi penghalang
kemenangan kita.
Jadi jangan menjadi kader yang kualitas rukhiyahnya keder ya. Karena kekuatan
Rukhiyah lebih besar daripada kekuatan fisik kita. Contohnya Syeikh Ahmad Yasin yang sanggat
luar biasa kekuatan Rukhiyahnya mampu menjadi orang yang sanggat ditakuti oleh bangsa
yahudi dan sekutunya. Walaupun jika diukur melalui fisiknya , mungkin fisik kita lebih kuat
daripada beliau karena beliau kemana-mana memakai kursi roda. Namun semangatnya selalu
membara, dari kursi roda menguncang dunia berusaha membebaskan Palestina.
Ketiga yaitu ukhuwah yang kuat antar para kader dakwah. Kita memang seperti lidi
yang apabila sendiri maka akan gampang dipatahkan dan apabila bersatu maka akan kuat dan
sulit dipatahkan apalagi dihancurkan. Dengan Ukhuwah yang kuat kader dakwah bisa saling
mengingatkan, saling tolong-menolong, saling bekerjasama dalam berdakwah. Firman Allah
SWT yang masyhur di kalangan kita menyatakan sebagai berikut: “Sesungguhnya orang-orang
beriman itu bersaudara. Oleh karena itu, damaikanlah (perbaiki hubungan) antara kedua
saudaramu itu. Dan patuhlah kepada Allah supaya kamu mendapat rahmat.” (Q.S. Al-Hujurat:
10). Rasulullah SAW pun bersabda:“Seorang muslim adalah bersaudara dengan sesama
muslim. Tidak menganiayanya dan tidak akan dibiarkan dianiaya orang lain. Barangsiapa
mencukupi kebutuhan saudaranya, maka Allah akan mencukupi kebutuhannya. Barangsiapa
melapangkan kesusahan seorang muslim, maka Allah akan melapangkan kesukarannya di hari
Kiamat. Dan barangsiapa menutupi aurat seorang muslim, maka Allah akan menutupi auratnya
di hari Kiamat.” (HR. Bukhari dan Muslim dari Abdullah bin Umar RA). Cerita tentang ukhuwah
yang kuat tergambarkan saat hijrah. Rasul mempersaudarakan antara kaum Muhajirin dan
Anshar, antara Aus dan Khazraj. Saat itu Rasul menggenggamkan tangan dua orang, seorang
dari Muhajirin dan seorang lagi dari Anshar. Rasul berkata pada mereka, "Bersaudaralah
karena Allah dua-dua." Maka Rasulullah mempersaudarakan antara Sa’ad bin Rabi’ dan
Abdurrahman bin Auf. Saat itu, Sa’ad langsung menawarkan setengah hartanya kepada
Abdurrahman, memberikan salah satu dari dua rumahnya. Bahkan ia siap menceraikan salah
satu istrinya supaya bisa dinikahi oleh Abdurrahman. Pemuliaan keimanan kaum Anshar ini
diterima kaum Muhajirin dengan keimanan pula, sehingga Abdurrahman bin Auf berkata,
"Biarkanlah harta, rumah, dan istrimu bersamamu. Tunjukkanlah aku pasar." Maka
Abdurrahman meminjam uang dari Sa’ad, sehingga Allah membukakan pintu-pintu rizki
baginya, sehingga Abdurrahman bin Auf menjadi salah satu sahabat Nabi yang sangat kaya.
Ukhuwah juga membangun umat yang kokoh. Ia adalah bangunan maknawi yang
mampu menyatukan masyarakat manapun. Ia lebih kuat dari bangunan materi, yang suatu saat
bisa saja hancur diterpa badai atau ditelan masa. Sedangkan bangunan ukhuwah Islamiah akat
tetap kokoh. Rasulullah Saw. bersabda "Mukmin satu sama lainnya bagaikan bangunan yang
sebagiannya mengokohkan bagian lainnya." (HR. Imam Bukhari). Kader dakwah harus menjadi
bagian dari sebuah bangunan yang tersusun kokoh yang tidak mudah hancur ketika badai
menerjang, menjadi bagian dari barisan yang teratur, yang akan menggentarkan setiap musuh
yang melihat, membuat ciut nyali siapa saja yang akan menghadang.
Jadi ada 3 hal yang InsyaAlloh bisa mempertahankan semangat kita dimanapun dan
kapanpun dalam berdakwah khususnya. Pertama adalah meluruskan niat, kedua menigkatkan
rukhiyah, dan ketiga menguatkan ukhuwah. Semoga tulisan ini bisa menjadi pengingat untuk
diri sendiri khususnya dan bermanfaat juga untuk semua orang, Wallahu A’lam Bish Shawab .
Diposting oleh Islamic Student Center IPB di 20.05
Label: Dakwah Diluar Kampus

Anda mungkin juga menyukai