Peningkatan Keterampilan Berbicara Dengan Menggunakan Metode Role Playing Pada Siswa Kelas V SDN Pandak I Sidoharjo Sragen TAHUN AJARAN 2010/2011
Peningkatan Keterampilan Berbicara Dengan Menggunakan Metode Role Playing Pada Siswa Kelas V SDN Pandak I Sidoharjo Sragen TAHUN AJARAN 2010/2011
id
SKRIPSI
Oleh:
SUTINO
K7107055
commit to user
i
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
Oleh:
Sutino
K7107055
SKRIPSI
Ditulis dan Diajukan Untuk Memenuhi Syarat Mendapatkan
Gelar Sarjana Pendidikan Jurusan Ilmu Pendidikan
commit to user
iii
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
iv
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
ABSTRAK
commit to user
v
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
ABSTRACT
commit to user
vi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
MOTTO
³+DLRUDQJ-orang mukmin, jika kamu menolong (agama) Allah, niscaya Dia akan
PHQRORQJPXGDQPHQHJXKNDQNHGXGXNDQPX´
(QS. Muhammad: 7 )
³.HWDKXLODKSHUWRORQJDQLWXDGDEHUVDPDGHQJDQNHVDEDUDQMDODQNHOXDULWXDNDQ
VHODOXEHULULQJDQGHQJDQFREDDQGDQEHUVDPDNHVXOLWDQLWXDGDNHPXGDKDQ´
(HR. Tirmidzy)
³%HUV\XNXUDWDVVHVXDWX yang kita miliki dan bersabar atas ujian adalah kunci
kebahagiaan menjalani kehidupan´
(Penulis)
commit to user
vii
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
PERSEMBAHAN
Orang tuaku,
Almh. ibu Tuginah yang memberikan arti tulusnya kasih sayang tanpa
mengharap balas jasa dan aku selalu mendoakan semoga beliau diampuni
dosanya serta dimasukan ke dalam surga-Nya. Amiin.
Bapak Sasmo Dimejo yang telah memberikan motivasi, perhatian, kasih sayang
dengan tulus ikhlas, bekerja keras tanpa mengenal lelah untuk mencukupi
kebutuhan keluarga, dan mendoakan aku dalam setiap langkahku. Terima kasih
ayah.
Kakak-kakakku (Mas Tukidi, Mas Tugiman, Mas Sartono, Mas Suparjo, Mas
Slamet, Mas Tugimin, Mbak Sumarmiyati, dan Mbak Suwarti) yang telah
memberikan dukungan dan membantu biaya kuliahku.
commit to user
viii
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
KATA PENGANTAR
Segala puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT yang telah
memberikan nikmat dan karunia-Nya kepada kita. Atas kehendak-Nya pula skripsi
dengan judul ´3eningkatan Keterampilan Berbicara dengan Menggunakan Metode
Role Playing pada Siswa Kelas V SDN Pandak I Sidoharjo Sragen Tahun Ajaran
2010/2011´ ini dapat terselesaikan dengan baik sebagai persyaratan untuk
mendapatkan gelar Sarjana Pendidikan.
Penulis menyadari bahwa penulisan skripsi ini telah melibatkan berbagai
pihak. Maka dengan segala kerendahan hati penulis menyampaikan ucapan terima
kasih dan penghargaan setulus-tulusnya kepada semua pihak yang telah memberikan
bantuannya. Ucapan terima kasih penulis sampaikan kepada yang terhormat :
1. Prof. Dr. H. M. Furqon Hidayatullah, M.Pd selaku Dekan Fakultas Keguruan dan
Ilmu Pendidikan Universitas sebelas Maret Surakarta.
2. Drs. Rusdiana Indianto, M.Pd selaku Ketua Jurusan Ilmu Pendidikan Fakultas
Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas sebelas Maret Surakarta.
3. Drs. Kartono, M.Pd selaku Ketua Program Studi PGSD Fakultas Keguruan dan
Ilmu Pendidikan Universitas sebelas Maret Surakarta.
4. Prof. Dr. Retno Winarni, M.Pd selaku pembimbing I yang telah memberikan
bimbingan, kepercayaan, dukungan, saran, dan kemudahan yang sangat
membantu dalam penyelesaian skripsi ini.
5. Drs. Hasan Mahfud, M.Pd selaku Sekretaris Program Studi PGSD Fakultas
Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas sebelas Maret Surakarta dan
pembimbing II skripsi penulis yang telah memberikan bimbingan, arahan, dan
dorongan kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi ini dengan baik.
6. Bapak dan Ibu dosen program studi PGSD FKIP UNS yang telah memberikan
motivasi dan pengarahan kepada penulis.
7. Ibu B. Any Handayani, S. Pd selaku Kepala Sekolah SDN Pandak I yang telah
memberikan ijin untuk melaksanakan penelitian.
8. Bapak Sri Kuncoro, Ama. Pd selaku guru kelas V SDN Pandak I yang dengan
senang hati membantu penulis dalam menyelesaikan penelitian.
commit to user
ix
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
9. Guru-guru SDN Pandak I yang telah memberikan motivasi dan sebagai informan
terhadap penyusunan skripsi ini.
Penulis telah berupaya untuk berbuat yang terbaik dalam penyusunan skripsi
ini. Namun demikian, disadari hasilnya masih jauh dari kesempurnaan. Semua ini
tidak lain karena keterbatasan penulis baik pengatahuan dan pengalaman. Oleh
karena itu, segala saran dan kritik membangun sangat diharapkan.
Akhirnya, penulis tetap berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi
para pembaca budiman. Semoga kebaikan dan bantuan dari semua pihak tersebut di
atas mendapat pahala dan imbalan dari Allah.
Penulis
S.
commit to user
x
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
DAFTAR ISI
JUDUL ........................................................................................................... i
PENGAJUAN ................................................................................................ ii
PERSETUJUAN ........................................................................................... iii
PENGESAHAN ............................................................................................. iv
ABSTRAK ..................................................................................................... v
ABSTRACT ................................................................................................... vi
MOTTO .......................................................................................................... vii
PERSEMBAHAN ......................................................................................... viii
KATA PENGANTAR ................................................................................... ix
DAFTAR ISI .................................................................................................. xi
DAFTAR TABEL ......................................................................................... xiv
DAFTAR GAMBAR ..................................................................................... xv
DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................. xvi
BAB I PENDAHULUAN ....................................................................... 1
A. Latar Belakang Masalah .......................................................... 1
B. Rumusan Masalah ................................................................... 5
C. Tujuan Penelitian .................................................................... 5
D. Manfaat Penelitian .................................................................. 6
BAB II LANDASAN TEORI .................................................................. 7
A. Tinjauan Pustaka ..................................................................... 7
1. Hakikat Keterampilan Berbicara ........................................ 7
a. Pengertian Keterampilan ............................................. 7
b. Pengertian Berbicara ................................................... 8
c. Pengertian Keterampilan Berbicara ............................ 9
d. Tujuan Berbicara ......................................................... 11
e. Jenis-jenis Berbicara ................................................... 13
f. Faktor-faktor Keefektifan Berbicara ........................... 14
g. Pembelajaran Berbicara di SD .................................... 15
h. Penilaian Keterampilan Berbicara di SD ..................... 17
commit to user
xi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xii
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xiii
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
DAFTAR TABEL
commit to user
xiv
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
DAFTAR GAMBAR
commit to user
xv
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
DAFTAR LAMPIRAN
commit to user
xvii
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
BAB I
PENDAHULUAN
Bertolak dari observasi awal dan hasil wawancara dengan guru kelas V SD
Negeri Pandak I dapat diidentifikasi beberapa faktor yang melatarbelakangi masalah
rendahnya keterampilan berbicara pada siswa diantaranya adalah (1) siswa kurang
berminat dan termotivasi dalam kegiatan berbicara. Setiap ada pembelajaran terkait
kemampuan bebicara siswa kurang antusias dan tidak memperhatikan dengan baik.
(2) Sikap siswa ketika berbicara dalam kegiatan berbicara terlihat tegang dan kurang
rileks. Pada umumnya siswa merasa takut dan malu ketika harus berbicara di depan
kelas. Kondisi tersebut akan mempengaruhi kualitas tuturan siswa dan siswa masih
kesulitan dalam mengucapkan bahasa lisan yang akan disampaikan. (3) Kurangnya
latihan keterampilan berbicara yang diterapkan dalam pembelajaran. Keadaan ini
mengakibatkan siswa tidak terbiasa terlatih kemampuan bicaranya terutama di depan
kelas dan ketepatan siswa dalam mengunakan bahasa masih kurang. Siswa kurang
mampu mengorganisasi perkataannya sehingga pembicaraan ternilai kurang runtut
(sistematis) dan masih terbata-bata. (4) Proses pembelajaran keterampilan berbicara
yang diterapkan guru masih menggunakan metode yang konvensional sehingga
mengurangi minat dan antusias bagi siswa. Biasanya guru hanya terpaku pada buku
pelajaran dan menggunakan metode penugasan berbicara individu yang menyita
banyak waktu serta menurunkan mental siswa di depan kelas. Metode mengajar guru
yang masih konvensional membuat pembelajaran berbahasa pada keterampilan
berbicara menjadi sesuatu yang membosankan bagi siswa.
Beberapa faktor penyebab rendahnya keterampilan berbicara tersebut jika
tidak segera diatasi akan berdampak pada rendahnya keterampilan berbicara siswa
yang berkelanjutan. Keadaan tersebut juga menyebabkan siswa kurang terampil
berbicara terutama pada saat tampil berbicara di depan kelas sehingga siswa tidak
bisa mendapatkan nilai di atas Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) yang telah
ditetapkan oleh sekolah. Di lingkungan kehidupannya, siswa kurang bisa
berkomunikasi dan bersosialisasi dengan baik. Akhirnya dampak ini akan meluas
yang mengakibatkan rendahnya mutu atau kualitas pendidikan di Indonesia
khususnya pada keterampilan berbicara.
Sebagai salah satu solusinya, seorang guru dituntut kemampuannya untuk
menggunakan metode pembelajaran secara tepat. Metode dalam pembelajaran
commit to user
3
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
memang banyak dan baik tetapi tidak semua metode tepat digunakan dalam
pencapaian tujuan pembelajaran tertentu. Metode pembelajaran merupakan cara yang
digunakan guru agar timbul proses belajar mengajar sehubungan dengan strategi
yang digunakan oleh guru. Kegiatan belajar mengajar di kelas diperlukan
menggunakan metode pembelajaran yang tepat agar tercipta kondisi pembelajaran
yang menyenangkan bagi siswa dan materi tersampaikan secara efektif sehingga
tujuan pembelajaran yang diharapkan dapat tercapai dengan optimal. Salah satu
bentuk metode yang dapat diterapkan secara tepat dan melibatkan siswa aktif untuk
meningkatkan keterampilan berbicara siswa sekolah dasar adalah metode role
playing.
Penilitian ini menggunakan metode role playing sebagai metode
pembelajaran keterampilan berbicara. Adapun alasan pemilihan metode role playing
adalah dengan pertimbangan bahwa metode ini dirasa lebih tepat yaitu lebih efektif
dan lebih efisien untuk diterapkan dalam pembelajaran keterampilan berbicara.
Metode role playing diterapkan untuk menjawab permasalahan berbagai penyebab
rendahnya keterampilan berbicara siswa. Metode role playing dikatakan efektif
karena penerapan metode bermain peran akan lebih menghemat waktu, hal ini
disebabkan karena siswa dapat tampil praktik berbicara secara berkelompok. Selain
itu, siswa dapat menghilangkan perasaan takut dan malu karena mereka dapat tampil
dan bekerja sama dengan anggota kelompoknya. Sedangkan dikatakan efisien,
dimungkinkan karena proses belajar di SD lebih banyak dilakukan dengan bermain
sambil belajar atau belajar sambil bermain. Permainan adalah hal paling menarik
untuk anak-anak usia sekolah dasar.
Martinis Yamin (2005:76) menyatakan bahwa metode bermain peran (role
playing) adalah metode yang melibatkan interaksi antara dua siswa atau lebih tentang
suatu topik atau situasi. Siswa melakukan peran masing-masing sesuai dengan tokoh
yang diperankannya. Sejalan dengan pendapat tersebut, menurut Abdul Azis Wahab
(2009: 109) role playing yaitu berakting sesuai dengan peran yang telah ditentukan
terlebih dahulu untuk tujuan-tujuan tertentu. Dari kedua pendapat tersebut dapat
disimpulkan bahwa metode role playing (bermain peran) merupakan salah satu
metode pembelajaran yakni peserta didik melakukan kegiatan memainkan peran
commit to user
4
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
tokoh lain dengan penuh penghayatan dan kreativitas berdasarkan peran suatu kasus
yang sedang dibahas sebagai materi pembelajaran pada saat itu. Melalui penerapan
metode ini diharapkan siswa mampu memfokuskan pikiran, kemampuan, dan
pengetahuan yang mereka miliki ke dalam perannya sehingga siswa akan lebih
mudah mengorganisasikan ide-ide dan gagasannya dalam bahasa lisan. Selain itu,
dengan penerapan metode role playing diharapkan siswa mampu memerankan dari
karakter tokoh yang diperankannya.
Bertolak dari uraian di atas, maka peneliti akan mengadakan upaya
peningkatan keterampilan berbicara melalui penilitian dengan judul ³Peningkatan
Keterampilan Berbicara dengan Menggunakan Metode Role Playing pada Siswa
KelDV96'1HJHUL3DQGDN,6LGRKDUMR6UDJHQ7DKXQ$MDUDQ´
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah di atas maka dapat dirumuskan
permasalahan sebagai berkut:
1. Apakah penggunaan metode role playing dapat meningkatkan kualitas proses
keterampilan berbicara pada siswa kelas V SD Negeri Pandak I Sidoharjo Sragen
tahun ajaran 2010/2011?
2. Apakah penggunaan metode role playing dapat meningkatkan kualitas hasil
keterampilan berbicara pada siswa kelas V SD Negeri Pandak I Sidoharjo Sragen
tahun ajaran 2010/2011 ?
C. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah di atas maka penelitian ini bertujuan untuk:
1. Meningkatkan kualitas proses keterampilan berbicara dengan menggunaan metode
role playing pada siswa kelas V SD Negeri Pandak I Sidoharjo Sragen tahun
ajaran 2010/2011.
2. Meningkatkan kualitas hasil keterampilan berbicara dengan menggunakan metode
role playing pada siswa kelas V SD Negeri Pandak I Sidoharjo Sragen tahun
ajaran 2010/2011.
commit to user
5
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
D. Manfaat Penelitian
1. Manfaat Teoretis
Secara teoretis, hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai masukan
metode inovatif yaitu penggunaan metode role playing dalam pembelajaran
keterampilan berbicara di sekolah dasar demi kemajuan siswa.
2. Manfaat Praktis
a. Bagi Siswa :
1) Meningkatkan minat dan keaktifan siswa dalam pembelajaran
keterampilan berbicara.
2) Siswa akan merasakan pembelajaran yang menyenangkan dan inovatif
dengan bermain peran (role playing).
3) Meningkatkan keterampilan berbicara sehingga hasil belajar akan
meningkat secara signifikan.
b. Bagi Guru :
1) Guru dapat menerapkan metode role playing dalam meningkatkan
pembelajaran keterampilan berbicara.
2) Guru dapat termotivasi agar bisa menerapkan variatif metode
pembelajaran yang menyenangkan demi tercapainya tujuan pembelajaran.
c. Bagi Sekolah :
1) Meningkatkan perbaikan dan keberhasilan proses pembelajaran di
sekolah yaitu terkait pembelajaran keterampilan berbicara dengan role
playing.
2) Hasil penelitian ini dapat dijadikan acuan dalam upaya pengadaan
inovasi metode pembelajaran di sekolah.
3) Hasil penelitian juga dapat meningkatkan kualitas pendidikan sekolah
yang semakin maju.
commit to user
6
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
BAB II
LANDASAN TEORI
Pembahasan pada bab II ini berkaitan dengan: (A) Tinjauan Pustaka, (B)
Penelitian yang Relevan, (C) Kerangka Berpikir, dan (D) Hipotesis Tindakan.
A. Tinjauan Pustaka
1. Hakikat Keterampilan Berbicara
a. Pengertian Keterampilan
Keterampilan seseorang di dalam menyelesaikan suatu pekerjaan atau
bidang tertentu jelas berbeda-beda. Keterampilan itu hanya dapat diperoleh
melalui proses belajar dan latihan yang berkesinambungan. Dengan
keterampilan, seseorang akan mampu menghasilkan suatu pola pikir dan karya
inovatif dengan penyelesaian yang efektif dan efisien.
Kamus Besar Bahasa Indonesia (2007:1180) mengartikan terampil adalah
cakap dalam menyelesaikan tugas, mampu, dan cekatan. Sedangkan,
keterampilan adalah kecakapan untuk menyelesaikan tugas, kecakapan seseorang
untuk memakai bahasa dalam menulis, membaca, menyimak atau berbicara.
Soemarjadi, Muzni Ramanto, dan Wikdati Zahri (2001:2) berpendapat
bahwa kata keterampilan sama artinya dengan kata kecekatan. Terampil atau
cekatan adalah kepandaian melakukan sesuatu pekerjaan dengan cepat dan benar.
Ruang lingkup keterampilan cukup luas meliputi kegiatan berupa perbuatan,
berpikir, berbicara, melihat, mendengar, dan sebagainya.
Tri Budiharto (2008:1-2) mengungkapkan bahwa keterampilan berasal
dari kata terampil yang artinya adalah mampu bertindak dengan cepat dan tepat.
Istilah lain dari terampil adalah cekatan, cakap mengerjakan sesuatu. Dengan
kata lain keterampilan dapat disebut juga kecekatan, kecakapan, atau kemampuan
untuk melakukan sesuatu dengan baik dan cermat.
Pengertian keterampilan dalam konteks pembelajaran mata pelajaran
keterampilan di sekolah adalah usaha untuk memperoleh kompetensi cekat,
cepat, dan tepat dalam menghadapi permasalahan belajar. (http://aksay.
commit to user
7
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
b. Pengertian Berbicara
Berbicara merupakan salah satu keterampilan berbahasa. Dalam
kehidupan sehari-hari kita lebih sering memilih berbicara untuk berkomunikasi.
Komunikasi akan lebih efektif jika dilakukan dengan berbicara. Oleh karena itu,
berbicara memegang peranan penting dalam kehidupan sehari-hari.
Berbicara (KBBI, 2007:148) adalah berkata, bercakap, berbahasa, dan
melahirkan pendapat dengan perkataan. Berbicara itu mengutarakan isi pikiran
atau melisankan sesuatu yang dimaksudkan.
Beberapa ahli bahasa telah mendefinisikan pengertian berbicara, di
antaranya adalah H.G Tarigan (2008:16) menyatakan bahwa berbicara adalah
kemampuan seseorang dalam mengucapkan bunyi-bunyi artikulasi atau kata-kata
yang bertujuan untuk mengekspresikan, menyatakan serta menyampaikan
pikiran, gagasan, dan perasaan orang tersebut. Berbicara merupakan sistem
tanda-tanda yang audible (dapat didengar) dan visible (dapat dilihat) dengan
memanfaatkan otot dan jaringan tubuh manusia untuk menyampaikan maksud
dan tujuan, gagasan atau ide-ide yang dikombinasikan.
Djago Tarigan (1992:132) berpendapat bahwa berbicara adalah
keterampilan menyampaikan pesan melalui bahasa lisan. Dikemukakan pula
commit to user
8
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
bahwa kaitan antara pesan dan bahasa lisan sebagai media penyampaian sangat
erat. Pesan yang diterima oleh pendengar tidaklah dalam wujud asli, melainkan
dalam bentuk lain yakni bahasa. Pendengar kemudian mencoba mengalihkan
pesan dalam bentuk bunyi bahasa itu menjadi seperti semula.
Sejalan dengan pendapat di atas, St. Y. Slamet (2008:33) mengungkapkan
bahwa berbicara merupakan suatu penyampaian maksud bisa berupa gagasan,
pikiran, isi hati seseorang kepada orang lain. Selain itu, dijelaskan juga berbicara
merupakan bentuk perilaku manusia yang memanfaatkan faktor-faktor fisik,
psikologi, neurologis, semantik, dan linguistik sehingga dapat dianggap sebagai
alat manusia yang paling penting terutama bagi kontrol sosial.
Menurut Mulgrave (dalam H. G. Tarigan, 2008:16) berbicara bukan
sekedar pengucapan bunyi-bunyi atau kata-kata tetapi berbicara merupakan suatu
alat untuk mengkomunikasikan gagasan-gagasan yang disusun sesuai dengan
kebutuhan pendengar. Melalui berbicara seseorang berusaha untuk
mengungkapkan pikiran dan perasaannya kepada orang lain secara lisan. Tanpa
usaha untuk mengungkapkan dirinya, orang lain tidak akan mengetahui apa yang
dipikirkan dan dirasakannya. Tanpa berbicara, seseorang akan mengucilkan diri
sendiri dan akan terkucilkan dari orang di sekitarnya.
Berdasarkan beberapa pendapat di atas maka dapat disimpulkan bahwa
berbicara adalah suatu kegiatan mengujarkan bunyi-bunyi bahasa untuk
menyampaikan pesan berupa ide, gagasan, maksud atau perasaan kepada orang
lain secara lisan yang bersifat aktif dan produktif. Berbicara merupakan kegiatan
berbahasa yang aktif dari seorang pemakai bahasa, yang menuntut prakarsa nyata
dalam penggunaan bahasa untuk mengungkapkan diri secara lisan.
suatu ragam yang luas bunyi artikulasi, tekanan, nada, kesenyapan, dan lagu
bicara. Keterampilan ini juga didasari oleh kepercayaan diri untuk berbicara
secara wajar, jujur, benar, dan bertanggungjawab dengan menghilangkan masalah
psikologis seperti rasa malu, rendah diri, ketegangangan, berat lidah, dan lain-
lain.
Sabarti Akhadiah, dkk (1991/1992:153) mengungkapkan bahwa
keterampilan berbicara adalah keterampilan menyampaikan pesan melalui bahasa
lisan. Apabila isi pesan itu dapat dapat diketahui oleh penerima pesan, maka akan
terjadi komunukasi antara pemberi pesan dan penerima pesan. Komunikasi itu
pada akhirnya akan menimbulkan pengetian atau pemahaman terhadap isi pesan
bagi penerimanya.
H.G. Tarigan (2008:16) berpendapat bahwa keterampilan berbicara
adalah kemampuan mengucapkan bunyi-bunyi artikulasi atas kata-kata untuk
mengekspresikan, menyatakan, serta menyampaikan pikiran, gagasan dan
perasaan.
Speaking is the productive skill in the oral mode. It, like the other skills, is
more complicated than it seems at first and involves more than just pronouncing
words. (SIL internasional: 1999). Diartikan bahwa berbicara adalah keterampilan
yang sangat produktif dalam segi liguistik. Keterampilan berbicara itu seperti
keterampilan lainnya, keterampilan berbicara ternyata lebih rumit dari
kelihatannya dan melibatakan lebih dari mengucapkan kata-kata.
Keterampilan berbicara adalah tingkah laku manusia yang paling
distingtif dan berarti. (Djago Tarigan, 1992:146). Tingkah laku ini harus
dipelajari, baru dapat dikuasai. Anak ± anak usia sekolah dasar harus belajar dari
manusia di sekitarnya, anggota keluarga, teman sepermainan, teman satu sekolah,
dan guru di sekolah. Semua pihak turut membantu anak belajar keterampilan
berbicara.
St. Y. Slamet (2008:35) menyatakan bahwa keterampilan berbicara
merupakan keterampilan yang mekanistis. Dari pendapat ini dapat dijelaskan
bahwa semakin banyak berlatih, semakin dikuasai dan terampil seseorang dalam
berbicara. Tidak ada orang yang langsung terampil berbicara tanpa melalui
commit to user
10
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
d. Tujuan Berbicara
Berbicara tentu memiliki tujuan yang ingin disampaikan kepada lawan
bicaranya. Agar tujuan itu dapat tersampaikan dengan baik dan efektif, maka
pembicara harus memahami hal yang akan disampaikan dan menguasai aspek
keterampilan berbicara. Dalam hal ini, pendengar akan memaknai informasi atau
pesan yang disampaikan oleh pembicara.
H. G. Tarigan (2008:16) mengungkapkan bahwa kegiatan berbicara
memiliki tujuan utama untuk berkomunikasi. Untuk menyampaikan pikiran
secara efektif, berbicara harus memahami makna sesuatu hal yang akan
dikomunikasikan. Dia juga harus dapat mengevaluasi efek komunikasinya
terhadap para pendengar dan harus mengetahui prinsip-prinsip yang mendasari
segala situasi pembicaraan, baik secara umum maupun perorangan.
Gorys Keraf (dalam St. Y. Slamet, 2008:37) berpendapat bahwa tujuan
berbicara adalah (1) mendorong pembicara untuk memberi semangat, (2)
meyakinkan pendengar, (3) berbuat atau bertindak, (4) memberitahukan, (5)
menyenangkan atau menghibur.
Sejalan dengan pendapat Gorys Keraf, Djago Tarigan (1992:134)
mengemukakan bahwa tujuan orang berbicara adalah untuk :
1) Menghibur
commit to user
11
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
14
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
15
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
drama yang tepat. Selain itu, masih terdapat kompetensi dasar berbahasa lainnya
yang juga harus dikuasai dan saling mendukung atau berkaitan.
Pembelajaran keterampilan berbicara di SD dapat dilakukan dengan
banyak cara. Pembelajaran keterampilan berbicara sangat terkait dengan
pembelajaran keterampilan berbahasa lainnya. Puji santosa, dkk (2008:6.38)
mengemukakan bahwa tujuan keterampilan berbicara di SD adalah melatih siswa
dapat berbicara dalam bahasa Indonesia dengan baik dan benar. Untuk mencapai
tujuan pembelajaran tersebut, guru dapat menggunakan bahan pembelajaran
membaca atau menulis, kosakata, dan sastra sebagai bahan pembelajaran
berbicara. Misalnya, menceritakan pengalaman yang mengesankan, menceritakan
kembali cerita yang pernah dibaca dan didengar, mengungkapkan pengalaman
pribadi, bermain peran (role playing), dan berpidato. Pengamatan guru terhadap
aktivitas berbicara siswa dapat direkam dengan menggunakan format yang telah
dipersiapkan sebelumnya. Faktor-faktor yang diamati adalah lafal kata, intonasi
kalimat, kosakata, tata bahasa, kefasihan berbicara, dan pemahaman.
Melihat pentingnya tujuan pembelajaran keterampilan berbicara di
SD, maka seharusnya pembelajaran tersebut lebih dioptimalkan dengan
mengingat bahwa keterampilan berbicara bukanlah sesuatu yang dapat
diajarkan melalui uraian atau keterangan guru saja. Melainkan siswa harus
dihadapkan pada aneka bentuk teks lisan ataupun kegiatan-kegiatan nyata yang
mempergunakan bahasa sebagai alat komunikasi. Keberhasilan pembelajaran
tersebut juga tidak lepas dari bagaimana cara atau metode yang diterapkan oleh
guru dalam menjalankan tugas pembelajaran keterampilan berbicara. Metode
pembelajaran adalah teknik penyajian yang dikuasai guru untuk mengajar
atau menyajikan bahan pelajaran kepada siswa di dalam kelas agar
pelajaran tersebut dapat ditangkap, dipahami dan digunakan siswa dengan
baik.
Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa pembelajaran
keterampilan berbicara di SD berperan penting dalam meningkatkan
keterampilan berbahasa lainnya, sehingga perlu diterapkan cara atau metode yang
tepat dalam pembelajarannya. Salah satu penerapan metode yang dapat dipilih
commit to user
16
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
17
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
18
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
19
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
20
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
21
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
22
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
III. Kelancaran
Kemampuan kelancaran berbicara dapat dijelaskan sebagai berikut:
a. Berbicara sangat lancar: berbicara dengan sangat lancar, tidak terputus-putus,
GDQWLGDNWHUGDSDWVLVLSDQEXQ\L³HH«´ dan sejenisnya.
b. Berbicara lancar: sedikit sekali berbicara dengan terputus tetapi tidak terdapat
VLVLSDQEXQ\L³HH«´GDQsejenisnya.
c. Berbicara cukup lancar: terkadang berbicara dengan terputus-putus dan
WHUGDSDWVLVLSDQEXQ\L³HH«´GDQVHMHQLVQ\D
d. Berbicara kurang lancar: berbicara sering terputus-putus dan menyisipkan
EXQ\L³HH«´GDQVHMHQLVQ\D.
e. Berbicara tidak lancar: berbicara selalu terputus-putus, banyak pengucapan
VLVLSDQEXQ\L³HH«´GDQVHMHQLVQ\DGDQVDQJDWPHPERVDQNDQODZDQELFDUD
IV. Ekspresi Berbicara
Kemampuan ekspresi berbicara dijelaskan sebagai berikut:
a. Ekspresi berbicara sangat tepat: hampir keseluruhan terdapat
mimik/pantomimik berbicara yang meyakinkan dan komunikatif.
b. Ekspresi berbicara tepat: terkadang menggunakan mimik/pantomimik
berbicara yang dapat membangkitkan perhatian lawan bicara.
c. Ekspresi berbicara cukup tepat: terdapat mimik/pantomimik berbicara tetapi
tidak proporsional (terlalu berlebihan/tidak tepat pada keadaan).
d. Ekspresi berbicara kurang tepat: ragu-ragu dalam memberikan gerak-gerik
(mimik/pantomimik) yang dapat meyakinkan lawan bicara.
e. Ekspresi berbicara tidak tepat: berbicara tanpa ada gerakan, statis, dan
terkesan kaku.
V. Pemahaman Isi
Kemampuan pemahaman isi pembicaraan dijelaskan sebagai berikut:
a. Sangat paham isi pembicaraan: isi pembicaraan sesuai dengan topik dan
tokoh yang diperankan tanpa kesulitan.
b. Memahami isi pembicaraan: isi pembicaraan sesuai dengan topik dan tokoh
yang diperankan tetapi sedikit mengalami kesulitan (kekeliruan).
commit to user
24
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
26
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
sehingga pada hakikatnya metode yang paling tepat untuk setiap mata
pelajaran sukar ditentukan. Begitu juga guru sukar menggunakan metode yang
bervariasi, mengkombinasikan dengan metode lain yang sesuai dan saling
menunjang. Namun, dapat disimpulkan bahwa setiap metode pembelajaran
itu dikatakan baik apabila memenuhi kriteria sebagai berikut: (1) Sesuai dengan
tujuan; (2) Dapat dilakukan sesuai dengan kemampuan guru; (3) Tergantung
dengan kemampuan siswa; (4) Sesuai dengan besarnya kelompok; (5)
Melihat waktu pengumuman; (6) Melihat fasilitas yang ada. Metode yang
digunakan dalam penelitian ini adalah metode bermain peran (role playing)
yaitu cara penguasaan bahan pelajaran melalui pengembangan imajinasi, daya
ekspresi, dan penghayatan siswa dalam memainkan tokoh drama.
recreating historical scenes of the past, possible event of the future, significant
current events, or imaginary situations at any place or time. Dapat diartikan
bahwa bermain peran adalah memerankan dari suatu keputusan peraturan yang
teratur, untuk tujuan seperti menciptakan kembali adegan sejarah dari peristiwa
masa lalu, memungkinkan peristiwa yang akan datang, peristiwa nyata yang
signifikan, atau situasi imajiner di setiap tempat atau waktu.
Mulyani Sumantri dan Johar Permana (2006:56) berpendapat bahwa
metode role playing termasuk dalam kelompok model interaksi sosial. Bermain
peran adalah siswa mengkaji masalah-masalah hubungan manusia dengan
memerankan situasi -situasi masalah kemudian mendiskusikannya. Siswa dapat
menjelajah dan mengkaji perasaan, sikap, nilai, dan strategi pemecahan masalah.
Bruce Joyce dan Marsha Weil (1996:91), mengemukakan bahwa In role
playing, students explore human relations problems by enacting problem
situations and then discussing the enactments. Diartikan bahwa dalam metode
role playing, siswa mengeksplorasi masalah-masalah tentang hubungan antar
manusia dengan cara memainkan peran dalam situasi permasalahan kemudian
mendiskusikan peraturan-peraturan. Role playing merupakan metode
pembelajaran yang berasal dari dimensi pendidikan individu maupun sosial.
Metode ini membantu siswa untuk menemukan makna pribadi dalam dunia sosial
mereka dan membantu memecahkan masalah pribadi dengan bantuan kelompok
sosial. Dalam level yang sangat sederhana, role playing dimainkan dalam
beberapa rangkaian tindakan yaitu menguraikan masalah, memerankan, dan
mendiskusikan masalah tersebut.
Abdul Azis Wahab (2009: 109) berpendapat bahwa role playing yaitu
berakting sesuai dengan peran yang telah ditentukan terlebih dahulu untuk
tujuan-tujuan tertentu. Metode bermain peran (role playing) adalah salah satu
bentuk permainan pendidikan (education games) yang dipakai untuk menjelaskan
perasaan, sikap, tingkah laku, dan nilai dengan tujuan untuk menghayati
perasaan, sudut pandang, dan cara berpikir orang lain dengan memerankan peran
orang lain.
commit to user
29
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
32
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
INSTRUKSIONAL
Empati, Analisis tentang Strategi dalam
hormat nilai dan perlaku memecahkan
personal masalah
interpe-
sonal
Metode
role
playing
PENGIRING
commit to user
33
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
34
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
35
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
39
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
42
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
C. Kerangka Berpikir
Keterampilan berbicara merupakan salah satu keterampilan yang harus
diajarkan dan dikuasai oleh siswa dalam kegiatan belajar dan mengajar di Sekolah
Dasar (SD), karena keterampilan berbicara bermanfaat bagi siswa (khususnya siswa
SD) untuk meningkatkan kemampuan berkomunikasi dengan baik dan
mengembangkan kemampuan siswa dalam berbahasa.
Berdasarkan hasil observasi awal (kondisi awal) yang dilakukan oleh
peneliti menunjukkan bahwa keterampilan berbicara dalam mata pelajaran
Bahasa Indonesia pada siswa kelas V SD Negeri Pandak I Sidoharjo Sragen
diidentifikasikan masih mengalami kesulitan dan tergolong rendah. Pembelajaran
berbicara yang selama ini dilakukan di dalam kelas masih mengalami beberapa
hambatan yang dapat menyebabkan rendahnya keterampilan tersebut. Penyebab
rendahnya keterampilan berbicara siswa antara lain sebagai berikut: (1) siswa
kurang berminat dan termotivasi dalam kegiatan berbicara. memperhatikan dengan
baik. (2) Sikap ketika berbicara dalam kegitan berbicara siswa terlihat tegang dan
kurang rileks. Sehingga siswa masih kesulitan dalam mengucapkan bahasa lisan
yang akan disampaikan. (3) Kurangnya latihan keterampilan berbicara yang
commit to user
44
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
45
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
D. Hipotesis Tindakan
Berdasarkan kajian teori, penelitian yang relevan, dan kerangka berpikir di
atas, maka dapat dirumuskan hipotesis penelitian tindakan kelas sebagai berikut:
1. Penggunaan metode role playing dapat meningkatkan kualitas proses
keterampilan berbicara pada siswa kelas V SD Negeri Pandak I Sidoharjo Sragen
tahun ajaran 2010/2011.
2. Penggunaan metode role playing dapat meningkatkan kualitas hasil keterampilan
berbicara pada siswa kelas V SD Negeri Pandak I Sidoharjo Sragen tahun ajaran
2010/2011.
commit to user
46
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
B. Subjek Penelitian
Subjek penelitian adalah siswa kelas V SD Negeri Pandak I Sidoharjo, Sragen
tahun ajaran 2010/2011, dengan jumlah siswa 21 siswa yang terdiri dari 7 siswa laki-
laki dan 14 siswa perempuan dengan bapak Sri Kuncoro, Ama. Pd bertindak sebagai
guru kelas V. Di kelas tersebut kondisi siswa heterogen (berbeda-beda
kemampuannya).
commit to user
47
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
F. Validitas Data
Semua data yang dikumpulkan hendaknya mencerminkan apa yang
sebenarnya diukur atau diteliti. Untuk memperoleh data yang valid dalam penelitian
ini, peneliti menggunakan teknik triangulasi. Menurut Iskandar (2009:84) triangulasi
merupakan teknik pemeriksaan keabsahan data yang memanfaatkan sesuatu yang
lain di luar data itu untuk keperluan pengecekan atau pembanding terhadap suatu
data. Dapat diartikan bahwa untuk menarik simpulan yang mantap dan bisa diterima
commit to user
50
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
dalam reduksi data maupun penyajian data diambil suatu simpulan. (3) Penarikan
simpulan tentang peningkatan yang terjadi dilaksanakan secara bertahap.
Interaksi ketiga komponen utama tersebut dapat divisualisasikan pada gambar
3 sebagai berikut:
Reduksi Data
Data Collection
commit to user
52
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
3) Penarikan simpulan/verifikasi
Simpulan dalam penelitian ini ditarik berdasarkan reduksi dan sajian data.
Penarikan simpulan dilakukan sebagai proses pengambilan intisari dan sajian
data yang telah terorganisasi tersebut dalam bentuk pernyataan kalimat yang
singkat dan padat, tetapi mengandung pengertian yang luas.
H. Indikator Ketercapaian
Indikator ketercapaian merupakan rumusan indikator ketercapaian yang akan
dijadikan acuan atau tolok ukur dalam menentukan keberhasilan atau keefektifan
penelitian (Sarwiji Suwandi, 2009: 61). Hal yang dijadikan sebagai indikator
ketercapaian dalam penelitian ini adalah meningkatnya kualitas proses dan hasil
keterampilan berbicara pada siswa kelas V Sekolah Dasar Negeri Pandak I melalui
metode bermain peran (role playing).
Untuk mengukur ketercapaian tujuan penelitian, dirumuskan indikator-
indikator pada tabel 5 sebagai berikut:
Tabel 5. Indikator Ketercapaian Tujuan Penelitian
Persentase
No. Aspek yang Dinilai Cara Mengukur
Pencapaian
1. Kualitas proses pembelajaran Tiap tiap Diamati saat
keterampilan berbicara: aspek sikap pembelajaran dengan
a. Minat siswa menggunakan lembar
b. Keaktifan tersebut observasi penilaian
c. Kerja sama mencapai proses siswa kemudian
d. Kesungguhan ketuntasan dihitung dari jumlah
75% dari siswa yang menunjukkan
jumlah siswa. sikap: minat, keaktifan,
kerja sama, dan
kesungguhan untuk
dibuat persentase dari
jumlah siswa yang ada.
2. Kualitas hasil keterampilan 80% dari Diamati saat
berbicara: jumlah siswa pembelajaran dengan
a. Lafal yang jelas saat mendapat menggunakan lembar
berbicara. nilai lebih penilaian tes unjuk kerja
b. Penempatan intonasi yang dari atau kemudian dihitung dari
tepat. sama dengan jumlah skor yang didapat
c. Kelancaran saat berbicara. 62 siswa dari aspek
d. Cara ekspresi berbicara yang berbicara: lafal, intonasi,
commit to user
53
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
I. Prosedur Penelitian
Penelitian ini berbentuk penelitian tindakan kelas, sehingga mekanisme
kerjanya diwujudkan dalam bentuk siklus (direncanakan 2 siklus), yang dalam setiap
siklusnya tercakup 4 kegiatan, yaitu: (1) perencanaan, (2) pelaksanaan (tindakan), (3)
observasi, dan (4) refleksi. Hal tersebut diperkuat dengan pendapat Suhardjono
(dalam Suharsimi Arikunto dkk, 2006: 74) bahwa penelitian tindakan kelas
merupakan proses pengkajian sistem berdaur dalam suatu siklus. Sistem prosedur
penelitian ini digambarkan pada gambar 4 sebagai berikut:
Pengamatan/
Siklus Refleksi I
pengumpulan
data I
Permasalahan
baru hasil Perencanaan Pelaksanaan
refleksi tindakan II tindakan II
Siklus II Pengamatan/
Refleksi II
pengumpulan
data II
Apabila
permasalahan Dilanjutkan ke siklus
belum berikutnya
terselesaikan
commit to user
54
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
Pertemuan II
Kegiatan awal :
Guru mengucapkan salam dilanjutkan mengkondisikan kelas (tindakan
preventif). Berdoa bersama kemudian presensi kehadiran siswa. Guru
menjelaskan tujuan pembelajaran. Apersepsi dengan bernyanyi dan tanya
jawab materi drama.
Kegiatan Inti:
a) Eksplorasi
Tanya jawab siswa dengan guru: Apakah cara berbicara dalam
memerankan tokoh drama menentukan penilaian atau keberhasilan drama?
Siswa berpikir terkait hal-hal yang perlu diperhatikan saat bermain peran
dalam drama.
commit to user
56
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
b) Elaborasi
Melalui demonstrasi, siswa dijelaskan hal-hal yang perlu diperhatikan
saat bermain peran dalam drama, diantaranya faktor-faktor penunjang
keefektifan berbicara. Siswa dibentuk sesuai kelompok sebelumnya dan
diberikan waktu untuk mempersiapkan setting bermain peran (Tahap
menentukan setting). Guru mempersiapkan kelompok tertentu sebagai
pengamat role playing (Tahap mempersiapkan pengamat). Masing-masing
kelompok memainkan peran (role playing) drama pendek yang sudah dibuat
sebelumnya (Tahap bermain peran). Dengan lembar penilaian, dilakukan
penilaian keterampilan berbicara siswa oleh guru secara individu. Kelompok
pengamat memberikan tanggapan dari kelompok yang sudah bermain peran.
c) Konfirmasi
Pemberian reward (penguatan) kepada masing-masing kelompok dan
pemberian hadiah kepada kelompok terbaik. Siswa diberikan kesempatan
untuk menyatakan kesulitan yang dihadapi. Guru memberikan konfirmasi
hasil belajar siswa dalam bermain peran drama (Tahap evaluasi). Siswa
dimotivasi agar lebih semangat dan berpartisipasi aktif.
Kegiatan Akhir :
Siswa bersama guru mengevaluasi (refleksi) hasil pembelajaran. Siswa
diberikan tugas rumah untuk belajar kelompok berlatih memainkan peran
(role playing) agar semakin terbiasa sehingga penampilan berikutnya akan
lebih baik lagi. Penyampaian pesan-pesan moral dari guru. Salam penutup.
c. Tahap Observasi
Observasi dilakukan oleh guru kelas V terhadap pelaksanaan tindakan
oleh peneliti dalam pembelajaran keterampilan berbicara dengan
menggunakan metode role playing. Pada tahap pengamatan dilakukan
beberapa hal, diantaranya sebagai berikut:
1) Melakukan pengamatan terhadap sikap siswa (penilaian proses) dan kerja
guru di dalam proses pembelajaran keterampilan berbicara di kelas
dengan berpedoman pada lembar observasi aktivitas siswa dan guru.
commit to user
57
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
58
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
2. Siklus II
a. Tahap Perencanaan
Peneliti merencanakan tindakan, meliputi: (1) menganalisis kekurangan
yang terdapat pada siklus I untuk menentukan suatu perbaikan, (2)
penyusunan RPP sesuai SK dan KD yang ditetapkan dengan menggunakan
metode role playing, (2) menyiapkan sarana pendukung seperti ruang kelas,
materi, sumber, dan media pembelajaran, (3) menyiapkan instrumen tes
keterampilan berbicara, dan (4) mempersiapkan lembar observasi siswa dan
guru.
Perbaikan tindakan yang akan dilakukan dari hasil refleksi siklus I
yaitu:
1) Guru meningkatkan kulitas proses dari aspek minat, keaktifan, kerjasama,
dan kesungguhan di dalam proses pembelajaran dengan menciptakan
kondisi pembelajaran yang menyenangkan dan memotivasi siswa untuk
belajar.
2) Memperbaiki naskah drama pendek yang sudah dibuat pada siklus I
dengan melakukan diskusi kelompok kembali. Siswa yang belum aktif
berdiskusi, perlu dibangkitkan semangatnya sehingga diskusi yang
dilaksanakan bermanfaat untuk menyempurnakan hasil kerjanya.
3) Guru lebih memotivasi siswa agar berani dan percaya diri tampil berbicara
di depan kelas dengan cara penguatan verbal dan pemberian hadiah bagi
aktor dan aktris pemeran drama terbaik
commit to user
59
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
b) Elaborasi
Siswa dijelaskan kelebihan dan kekurangan (kesalahan) dari naskah
drama yang sudah dibuat dari pertemuan sebelumnya. Melalui pengamatan
cerita bergambar ³.HKLGXSDQ 1HOD\DQ´ EHVHUta teks naskah dramanya, siswa
diminta membacakan naskah drama pendek tersebut. Siswa dibagi ke dalam 5
kelompok. Diberikan cerita bergambar, siswa diminta memperbaiki naskah
drama yang sudah dibuat dari pertemuan sebelumnya (Tahap pemaparan
masalah). Guru membimbing diskusi kelompok siswa. Masing-masing
kelompok membacakan hasil perbaikan naskah drama di depan kelas dan
memantapkan pembagian peran (Tahap pembagian peran). Siswa yang lain
menanggapi pembacaan naskah drama kelompok yang maju.
c) Konfirmasi
Pemberian reward (penguatan) kepada masing-masing kelompok. Siswa
diberikan kesempatan untuk menyatakan kesulitan yang dihadapi. Guru
memberikan konfirmasi hasil belajar siswa dalam menyusun naskah drama.
Siswa dimotivasi agar lebih semangat dan berpartisipasi aktif.
Kegiatan Akhir:
Siswa bersama guru mengevaluasi hasil pembelajaran (refleksi). Siswa
diberikan tugas untuk memainkan peran (role playing) kedua dari drama yang
telah diperbaiki tersebut. (tindak lanjut). Penyampaian pesan-pesan moral dari
guru. Salam penutup.
Pertemuan II
Kegiatan awal:
Guru mengucapkan salam dilanjutkan mengkondisikan kelas (tindakan
preventif). Berdoa bersama kemudian presensi kehadiran siswa. Menjelaskan
tujuan pembelajaran secara singkat dan jelas. Apersepsi : tepuk drama bersama
dan tanya jawab terkait materi drama.
Kegiatan inti:
commit to user
61
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
a) Eksplorasi
Tanya jawab siswa dengan guru : 1) Hal-hal apa saja yang perlu
diperhatikan saat bermain peran dalam drama?, 2)Sebutkan faktor-faktor
penunjang keefektifan berbicara? 3) Mengapa cara berbicara dalam
memerankan tokoh drama menentukan penilaian atau keberhasilan drama ?
b) Elaborasi
Melalui demonstrasi, siswa dijelaskan kembali hal-hal yang perlu
diperhatikan saat bermain peran dalam drama. (difokuskan pada faktor-faktor
penunjang keefektifan berbicara). Siswa diperlihatkan video drama anak
dengan durasi pendek. Siswa dikondisikan dalam kelompok belajar. Siswa
diberi kesempatan mempersiapkan setting bermain peran (Tahap menentukan
setting). Guru mempersiapkan kelompok pengamat bermain peran (Tahap
mempersiapkan pengamat). Masing-masing kelompok memainkan peran
(role playing) drama pendek yang sudah diperbaiki sebelumnya (Tahap
bermain peran). Dengan lembar penilaian, dilakukan penilaian keterampilan
berbicara siswa oleh guru secara individu. Siswa (pengamat) memberikan
tanggapan dari kelompok yang sudah bermain peran.
c) Konfirmasi
Pemberian reward (penguatan) kepada masing-masing kelompok dan
pemberian hadiah pemain peran terbaik. Siswa diberikan kesempatan untuk
menyatakan kesulitan yang dihadapi. Guru memberikan konfirmasi hasil
belajar siswa dalam bermain drama (Tahap evaluasi). Siswa dimotivasi agar
lebih semangat dan berpartisipasi aktif.
Kegiatan Akhir:
Siswa bersama guru mengevaluasi hasil pembelajaran sebagai refleksi.
(Tahap generalisasi). Siswa diarahkan agar selalu melatih keterampilan
berbicaranya dalam kehidupan sehari-hari (tindak lanjut). Penyampaian pesan-
pesan moral dari guru. Guru mengucapkan terima kasih dilanjutkan salam
penutup.
c. Tahap Observasi
commit to user
62
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
63
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Pada bab IV ini akan dikemukakan tentang: (A) Deskripsi kondisi awal
(prasiklus), (B) Pelaksanaan tindakan (siklus), (C) Hasil penelitian, dan (D)
Pembahasan hasil penelitian. Penelitian tindakan dilakukan dalam 2 siklus dengan
empat tahap dalam setiap siklusnya. Tahapan tersebut meliputi: perencanaan,
pelaksanaan tindakan, observasi, dan refleksi.
konvensional yang dipakai guru adalah ceramah. Siswa cenderung pasif di dalam
pembelajaran dan kurang tertarik dengan pembelajaran dari guru kelas. Materi
yang disampaikan guru terlihat sangat menjenuhkan siswa, akibatnya selama
pembelajaran berbicara terdapat beberapa siswa yang tidak memperhatikan. (3)
Posisi guru saat mengajar lebih banyak di depan dan kurang memberikan perhatian
kepada siswa yang duduk paling belakang. (4) Proses pembelajaran keterampilan
berbicara kurang efektif dan efisien yang masih bersifat individu seperti pada
umumnya. Padahal dalam kenyataannya penerapan pembelajaran keterampilan
berbicara memerlukan waktu yang lama dan sangat ditunjang oleh faktor
nonkebahasaan seperti keberanian siswa. Pada umumnya siswa takut jika harus maju
dan berbicara sendiri di depan kelas.
Berdasarkan observasi awal penilaian proses siswa oleh peneliti terkait sikap
siswa yaitu: minat, keaktifan, kerja sama, dan kesungguhan siswa di dalam proses
pembelajaran diperoleh data penilaian proses prasiklus siswa. Hasil penilaian proses
prasiklus secara detail dapat dilihat pada lampiran 23. Selanjutnya, data penilaian
proses prasiklus dapat dimasukkan ke dalam tabel 6 di bawah ini :
Tabel 6. Data Penilaian Proses (Sikap Siswa) Pembelajaran Keterampilan Berbicara
kelas V SDN Pandak I pada Kondisi Awal (Prasiklus)
commit to user
66
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
berbicara sebanyak 7 siswa (33,33%). Data dalam tabel 6 tersebut dapat disajikan
dalam grafik pada gambar 5 sebagai berikut :
14 61,9%
12
47,62%
10 42,86%
Frekuensi
8 33,33%
0
Minat Keaktifan Kerja sama Kesungguhan
Sikap Siswa
Tabel 7. Data Frekuensi Nilai Keterampilan Berbicara Siswa Kelas V SDN Pandak I
pada Kondisi Awal (Prasiklus)
5
4
3
2
1
0
44-52 53-61 62-70 71-79 80-88
Interval Nilai
Gambar 6. Grafik Nilai Keterampilan Berbicara Siswa Kelas V SDN Pandak I pada
Kondisi Awal (Prasiklus)
Nilai keterampilan berbicara prasiklus pada tabel 7 dan gambar 6 di atas
menunjukkan bahwa siswa yang mendapat nilai dalam interval 44-52 sebanyak 4
commit to user
68
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
siswa (19, 05%), interval nilai 53-61 terdapat 9 siswa (42,86%), interval nilai 62-70
sejumlah 3 siswa (14,29%), terdapat 5 siswa (23,81%) mendapat nilai dalam interval
71-79, dan tidak ada yang mendapat interval nilai 80-88 (0%). Nilai rata-rata kelas
adalah 61,14 dengan ketuntasan klasikal sebanyak 8 siswa (38,1%) dari jumlah
siswa. Hasil ini menunjukkan kualitas hasil keterampilan berbicara pada kondisi
awal masih rendah sehingga perlu diupayakan peningkatan.
Berdasarkan kondisi awal tersebut, selanjutnya guru dan peneliti melakukan
diskusi untuk mencari solusi permasalahan yang terdapat dalam pelaksanaan
pembelajaran keterampilan berbicara, sehingga dicapailah kesepakatan bahwa
peneliti akan melakukan penelitian tindakan kelas bersama guru kelas V sebagai
kolaborator dengan MXGXO ´3HQLQJNDWDQ .HWHUDPSilan Berbicara dengan
Menggunakan Metode Role Playing pada Siswa Kelas V SD Negeri Pandak I
6LGRKDUMR6UDJHQ7DKXQ$MDUDQ´Penerapan tindakan ini difokuskan pada
peningkatan proses dan hasil pembelajaran keterampilan berbicara siswa. Melihat
penyebab rendahnya keterampilan berbicara yang bersumber dari siswa yaitu pada
rendahnya sikap meliputi: minat, keaktifan, kerjasama, dan kesungguhan, maka
peningkatan proses pada penelitian ini lebih memfokuskan pada keempat aspek
tersebut. Sedangkan, hasil pembelajaran difokuskan pada peningkatan keterampilan
berbicara dan jumlah ketuntasan belajar siswa dengan menggunakan metode role
playing.
commit to user
69
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
a. Perencanaan Tindakan
Peneliti dan guru kelas V mendiskusikan rencana tindakan yang akan
dilakukan dalam proses penelitian siklus I ini untuk mendapatkan hasil yang
optimal sesuai harapan bahwa target yang akan dicapai adalah meningkatnya
kualitas proses pembelajaran dan sebesar 70 % siswa tuntas dari hasil tes unjuk
kerja keterampilan berbicara. Tahap-tahap perencanaan pada siklus I meliputi
kegiatan sebagai berikut :
1) Menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)
Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) disusun berdasarkan
silabus Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) kelas V semester II
tahun 2007 materi keterampilan berbicara. Perencanaan pelaksanaan
pembelajaran pada siklus I dirancang dengan 2 kali pertemuan. Alokasi
waktu setiap pertemuan adalah 2x35 menit, sehingga dalam satu siklus
terdapat alokasi waktu 4x35 menit. Rancangan pelaksanaan pembelajaran
yang dibuat mencakup penentuan: identitas RPP, standar kompetensi,
kompetensi dasar, indikator, tujuan pembelajaran, materi, pembelajaran,
model dan metode pembelajaran, langkah-langkah kegiatan (skenario)
pembelajaran, sumber dan media pembelajaran, dan teknik penilaian.
Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) siklus I dapat dilihat pada
lampiran 4.
2) Mempersiapkan Fasilitas dan Sarana Pendukung
Fasilitas yang perlu dipersiapkan untuk pelaksanaan pembelajaran adalah:
a) Ruang kelas, ruang kelas yang digunakan adalah kelas V yang biasa
digunakan setiap hari. Ketika diskusi berlangsung, tempat duduk atau
kursi diatur sedemikian rupa sehingga mereka dapat melakukan diskusi
dengan baik.
b) Materi pembelajaran, materi pertemuan I mempelajari tentang cara
menyusun naskah drama pendek. Sebagai hasilnya adalah siswa dapat
merancang kerangka naskah drama untuk dikembangkan menjadi naskah
drama pendek. Sedangkan materi pada pertemuan II mempelajari tentang
hal-hal yang harus diperhatikan ketika bermain peran dalam drama
commit to user
70
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
b. Pelaksanaan Tindakan
Tindakan siklus I dilaksanakan dalam dua kali pertemuan. Pertemuan
pertama dilaksanakan pada hari Rabu, 16 Februari 2011 dan pertemuan kedua
pada hari Jumat, 18 Februari 2011. Pelaksanaan tindakan tersebut dilaksanakan di
ruang kelas V SD Negeri Pandak I.
Dalam pelaksanaan tindakan I ini, peneliti bertindak sebagai guru/ pengajar
proses kegiatan pembelajaran keterampilan berbicara dengan menggunakan
metode role playing, sedangkan guru kelas V (bapak Sri Kuncoro, Ama. Pd)
melakukan observasi atau pengamatan terhadap jalannya proses pembelajaran.
Peneliti bertindak sebagai partisipan aktif yang mengendalikan dan mengamati
jalannya pembelajaran keterampilan berbicara di dalam kelas.
Deskripsi pelaksanaan tindakan siklus I adalah sebagai berikut:
Pertemuan I (2x35 menit)
Pada pertemuan pertama yang diajarkan kepada siswa kelas V terlebih
dahulu adalah mengenai materi cara menyusun naskah drama pendek yang
meliputi: penjelasan materi drama, cara membuat kerangka drama dari cerita
bergambar, dan mengembangkan kerangka menjadi naskah drama pendek.
Kegiatan awal menghabiskan waktu kurang lebih 10 menit. Kegiatan yang
guru (peneliti) lakukan yakni membuka pembelajaran dengan mengucapkan salam
dilanjutkan dengan mengkondisikan kelas sebagai tindakan preventif
(pencegahan) terhadap penghambat jalannya proses pembelajaran. Kemudian
berdoa bersama yang dipimpin oleh ketua kelas dan diadakan presensi kehadiran
siswa untuk lebih mengenal dan mengetahui jumlah siswa yang masuk maupun
yang tidak masuk pada hari itu. Pertemuan pertama, siswa masuk semua sesuai
jumlah siswa kelas V yaitu ada 21 siswa. Guru juga menjelaskan tujuan
pembelajaran yang akan dicapai siswa secara singkat dan jelas sehingga anak akan
commit to user
72
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
memiliki gambaran arah yang jelas pula hal yang akan dipelajarinya. Tujuan
pembelajaran pada pertemuan pertama yaitu siswa mampu menyebutkan cara
menyusun naskah drama dengan benar dan siswa mampu menyusun naskah drama
pendek dengan baik berdasarkan permasalahan cerita bergambar. Setelah itu, guru
memberikan apersepsi sebagai upaya meningkatkan motivasi belajar siswa dan
menyamakan pandangan tentang materi drama yang akan dipelajari siswa.
Apersepsi diberikan dengan dua cara, pertama dengan bersama-sama
menyanyikan lagu berlirikkan materi drama dengan nada seperti lagu naik-naik ke
puncak gunung, lagunya sebagai berikut :
0DULNDZDQEHUPDLQGUDPDVXQJJXKDV\LNVHNDOL«
0DULNDZDQEHUPDLQGUDPDVXQJJXKDV\LNVHNDOL«
%DJDLPDQDEHUPDLQGUDPDDNX«LQJLQPHQJHUWL«
%DJDLPDQDEHUPDLQGUDPDDNX«LQJLQPHQJHUWL«
Apersepsi yang kedua dengan cara tanya jawab seputar lagu tersebut. Misalnya,
³'DULODJXWHUVHEXWNLWDDNDQPHPSHODMDULDSDDQDN-DQDN"´
Langkah selanjutnya masuk pada inti pembelajaran dengan durasi waktu
sekitar 50 menit. Kegiatan yang dilakukan guru dalam inti pembelajaran terdapat
tiga (3) bentuk tindakan nyata yakni eksplorasi, elaborasi, dan konfirmasi. Secara
sistematika awal inti pembelajaran dilakukan tindakan eksplorasi agar siswa
mampu menggali pemahaman awal yang ada pada dirinya. Guru mengadakan
tanya jawab dengan siswa seperti berikut :
- Anak-DQDN«VLDSD\DQJSHUQDKPHQRQWRQSHUWXQMXNDQGUDPD"'LPDQD"
- Apa saja yang anak-anak lihat dari pertunjukan drama itu ?
Siswa selanjutnya ditanya tentang pengertian drama agar siswa lebih
berpikir tentang pengertian drama yang mereka ketahui. Tindakan selanjutnya
yaitu elaborasi dengan pendalaman materi kerja sama timbal balik dalam
pembelajaran antara guru dan siswa. Dalam kegiatan elaborasi ini siswa
menyimak penjelasan dari guru tentang materi yang berkaitan dengan drama, cara
merancang kerangka naskah drama, dan kemudian menyusun naskah drama
dengan mengembangkan dari kerangka yang telah dibuatnya. Secara ringkas, isi
materi pada pertemuan pertama dapat dilihat pada bagian RPP Siklus I lampiran 4.
commit to user
73
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
74
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
kepada siswa berupa motivasi untuk giat belajar dan bersikap yang baik dalam
kehidupan. Terakhir, guru menutup proses pembelajaran dengan salam.
Pertemuan 2 (2x35 menit)
Pertemuan kedua materi yang disampaikan berkaitan dengan cara bermain
peran (role playing) dari naskah drama yang dibuat pada pertemuan I. Tujuan
utama pembelajaran yang akan dicapai pada pertemuan II ini yaitu siswa mampu
memainkan peran sesuai karakter tokoh dengan lafal, intonasi, dan ekspresi yang
tepat.
Kegiatan awal pembelajaran menghabiskan waktu kurang lebih 5 menit.
Kegiatan awal yang guru (peneliti) lakukan tidak berbeda jauh dari pertemuan I
karena dimulai awal masuk sekolah (jam pertama) yakni membuka pembelajaran
dengan mengucapkan salam, dilanjutkan dengan mengkondisikan kelas sebagai
tindakan preventif (pencegahan) terhadap penghambat jalannya proses
pembelajaran. Kemudian berdoa bersama yang dipimpin oleh ketua kelas dan
diadakan presensi kehadiran siswa untuk lebih memahami dan mengetahui jumlah
siswa yang masuk maupun yang tidak masuk pada hari itu. Jumlah siswa yang
hadir lengkap ada 21 siswa. Guru juga menjelaskan tujuan pembelajaran yang
akan dicapai siswa secara singkat dan jelas sehingga anak akan memiliki
gambaran arah yang jelas pula hal yang akan dipelajarinya. Tujuan pembelajaran
yang akan dicapai yaitu siswa mampu menjelaskan hal-hal yang harus
diperhatikan bermain peran (role playing) dalam drama secara tepat dan mampu
memainkan peran tokoh drama pendek dengan lafal, intonasi, penghayatan, dan
ekspresi yang sesuai karakter tokoh secara tepat. Setelah itu, guru memberikan
apersepsi sebagai upaya meningkatkan motivasi belajar siswa dan menyamakan
pandangan tentang materi drama yang akan dipelajari siswa. Apersepsi diberikan
dengan tepuk drama bersama-sama sebagai berikut :
6LDSDVXNDGUDPDWHSXNWDQJDQ«
6LDSDVXNDGUDPDWHSXNEDKX«
6LDSDVXNDGUDPDWHSXNSDKD«
6LDSDVXNDGUDPDGDQVXNDVHPXDQ\D«
6LDSDVXNDGUDPDVHPXDQ\D«
commit to user
75
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
Kemudian guru mengadakan tanya jawab setelah tepuk drama tersebut untuk
mengetahui tingkat kepekaan siswa.
Langkah selanjutnya masuk pada inti pembelajaran dengan durasi waktu
sekitar 55 menit. Kegiatan yang dilakukan guru dalam inti pembelajaran terdapat
tiga (3) bentuk tindakan yakni eksplorasi, elaborasi, dan konfirmasi. Secara
sistematika awal inti pembelajaran dilakukan tindakan eksplorasi agar siswa
mampu menggali pemahaman awal yang ada pada dirinya. Guru mengadakan
tanya jawab dengan siswa seperti berikut :
- Anak-DQDN«VXGDKVLDSEHUPDLQ drama seperti yang bapak tugaskan kemarin?
- Siapa yang pernah bermain peran, misalnya dalam kegiatan drama ?
- Apakah keterampilan berbicara dalam memerankan tokoh drama menentukan
penilaian atau keberhasilan dalam drama ?
Siswa memberikan feedback berupa jawaban dari pertanyaan yang
diberikan oleh guru. Untuk memperdalam kegiatan berpikir, siswa diberikan
pertanyaan dengan memancing jawaban siswa terkait cara melakukan role playing
dengan memperhatikan keterampilan berbicara yang benar dan baik.
- Bagaimana cara kita bermain peran yang baik dan benar agar mendapat nilai
baik dan menghibur? (siswa berpikir)
Tindakan selanjutnya yaitu elaborasi dengan melakukan proses kerjasama
dalam pembelajaran antara guru dan siswa. Dalam kegiatan elaborasi siswa
dijelaskan hal-hal yang perlu diperhatikan saat bermain peran dalam drama,
diantaranya faktor-faktor penunjang keefektifan berbicara. Penjelasan dilakukan
dengan menggunakan metode demonstrasi yaitu memperagakan tentang materi
yang disampaikan. Secara ringkas, isi materi pada pertemuan kedua ini dapat
dilihat pada bagian RPP siklus I lampiran 4. Sebelum siswa mencoba memainkan
peran dari tokoh drama pendek, guru menanyakan kejelasan dari materi yang
sudah dijelaskan. Kemudian, guru mengkondisikan tempat duduk seperti
pelaksanaan diskusi pada pertemuan I dengan duduk saling berhadapan sesuai
dengan kelompoknya masing-masing. Siswa diberikan waktu 5 menit untuk
mempersiapkan diri dengan kelompoknya sebelum maju bermain peran (role
playing). Kegiatan selanjutnya adalah masing-masing kelompok siswa maju
commit to user
76
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
memerankan dari naskah drama pendek yang sudah dipersiapkan siswa. Kegiatan
bermain peran ini penilaiannya hanya difokuskan pada keterampilan berbicara.
Tugas guru yaitu bertindak sebagai fasilitator dan memberikan penilaian. Dengan
lembar penilaian, dilakukan penilaian keterampilan berbicara siswa oleh guru
secara individu. Kegiatan konfirmasi, guru memberikan reward (penguatan)
kepada masing-masing kelompok dan pemberian hadiah kepada kelompok
terbaik. Siswa diberikan kesempatan untuk menyatakan kesulitan yang dihadapi.
Guru memberikan konfirmasi hasil belajar siswa dalam bermain peran drama.
Siswa dimotivasi agar lebih semangat dan berpartisipasi aktif.
Kegiatan akhir kurang lebih menghabiskan waktu 10 menit. Siswa bersama
guru menyimpulkan hasil pembelajaran sebagai bentuk refleksi yang dilakukan
guru. Siswa diberikan tugas rumah untuk belajar kelompok berlatih memainkan
peran (role playing) agar semakin terbiasa sehingga penampilan berikutnya akan
lebih baik lagi. Hal ini merupakan tindak lanjut yang diberikan guru mengingat
penampilan bermain peran siswa masih kurang memuaskan. Guru juga
menyampaikan pesan-pesan moral kepada siswa berupa motivasi untuk giat
belajar, hidup rukun, membantu orang tua, dan bersikap yang baik dalam
kehidupan. Terakhir, guru menutup proses pembelajaran dengan salam.
c. Observasi
Tahap observasi siklus I pada hari Rabu dan Jumat, 16-18 Februari 2011
yaitu dilakukan pengamatan terhadap kegiatan guru dan siswa selama
proses pembelajaran. Proses pengamatan dilakukan oleh guru kelas V terhadap
RPP, pelaksanaan pembelajaran yang dilakukan guru, dan penilaian proses siswa
ketika mengikuti pembelajaran berbicara dengan metode role playing. Kegiatan
pengamatan ini menggunakan lembar observasi yang sudah dipersiapkan.
Pengamatan difokuskan pada tiga aspek yaitu: (1) RPP yang dijadikan
pedoman mengajar guru (peneliti), (2) berlangsungnya proses pelaksanaan
pembelajaran terkait sikap siswa dan kegiatan guru selama pembelajaran
berlangsung, (3) hasil penilaian tes unjuk kerja keterampilan berbicara dengan
metode role playing oleh siswa. Dalam pengamatan ini, peneliti bertindak sebagai
commit to user
77
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
78
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
16 71,42% 71,42%
14 61,9%
57,14%
12
10
Frekuensi
8
6
4
2
0
Minat Keaktifan Kerjasama Kesungguhan
Sikap Siswa
commit to user
79
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
5
Frekuensi
0
44-52 53-61 62-70 71-79 80-88
Interval Nilai
sebanyak 6 siswa, dan pada kelas 80-88 terdapat sebanyak 2 siswa. Dengan
jumlah keseluruhan 21 siswa, masih terdapat 6 siswa yang belum tuntas KKM.
Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa ketuntasan hasil keterampilan
berbicara VLVZD\DQJPHPSHUROHKQLODL62 (KKM) pada siklus I belum mencapai
80%, sehingga pembelajaran akan dilanjutkan untuk siklus II.
d. Refleksi
Berdasarkan hasil observasi, dapat disimpulkan bahwa kualitas
pembelajaran berbicara siklus I baik proses maupun hasil telah menunjukkan
adanya peningkatan dari kondisi awal (prasiklus).
Keberhasilan proses pembelajaran berbicara siklus I dapat dilihat dari
beberapa indikator berikut ini:
1) Minat
Minat siswa terhadap pembelajaran berbicara dengan penerapan metode
bermain peran di siklus I, telah menunjukkan peningkatan dari kondisi awal
47,62% menjadi sebesar 61,9%. Siswa tampak tertarik dan lebih antusias
mengikuti pembelajaran dengan metode bermain peran, sehingga perhatian
siswa pun lebih terfokus pada pelajaran. Adapun indikator pengukuran minat
siswa dapat diukur dari jumlah siswa yang menampakkan ketertarikan dan
kesungguhannya dalam pembelajaran.
2) Keaktifan
Keaktifan siswa dalam pembelajaran siklus I meningkat. Siswa terlihat
lebih aktif untuk bertanya dan mengungkapkaan ide gagasan secara lisan ketika
diskusi kelompok serta aktif dalam melakukan bermain peran (role playing)
dari drama yang dibuat. Keaktifan siswa dapat diamati selama proses
pembelajaran berlangsung. Dari 21 siswa terdapat 15 siswa (71,42%) yang
terlihat aktif dalam pembelajaran.
3) Kerjasama
Siswa yang menunjukkan sikap kerja sama yang baik selama mengikuti
pembelajaran berbicara sebesar 71,42% atau sebanyak 15 siswa, sedangkan
28,58% atau 6 siswa sisanya tampak belum mampu melakukan kerjasama yang
commit to user
82
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
5) Sebagian siswa masih kurang terampil berbicara di depan kelas, masih terlihat
diam karena lupa apa yang akan dikatakan.
6) Guru jarang menegur atau memperingatkan siswa yang tidak fokus terhadap
proses pembelajaran yang sedang berlangsung.
7) Pada umumnya siswa belum dapat memanfaatkan waktu. Hal ini karena siswa
tidak memikirkan betapa terbatasnya waktu yang tersedia sehingga mereka
kurang bisa memanfaatkan waktu dengan baik.
2. Siklus II
Tindakan pada siklus II dilaksanakan 2 kali pertemuan. Setiap pertemuan
terdiri dari 2 jam pelajaran (2x35 menit). Siklus II dilaksanakan pada hari Senin, 21
Februari 2011 (pertemuan 1) dan Rabu, 23 Februari 2011 (pertemuan 2).
Bertolak dari hasil refleksi pada siklus I, maka peneliti bersama guru kelas V
yang sekaligus bertindak sebagai observer, berdiskusi mengenai cara yang tepat
untuk memperbaiki kekurangan yang ada pada siklus I. Tahap ini dilakukan pada
hari Sabtu, 19 Februari 2011 di ruang kelas V SDN Pandak I setelah
dilaksanakannya siklus I. Proses pembelajaran keterampilan berbicara pada siklus II
ini, rencananya akan dilakukan dengan beberapa langkah perbaikan dari tindakan
siklus I, yaitu:
1) Guru meningkatkan kulitas proses dari aspek minat, keaktifan, kerjasama, dan
kesungguhan di dalam proses pembelajaran dengan menciptakan kondisi
pembelajaran yang menyenangkan dan memotivasi siswa untuk belajar.
2) Memperbaiki naskah drama pendek yang sudah dibuat pada siklus I dengan
melakukan diskusi kelompok kembali. Siswa yang belum aktif berdiskusi, perlu
dibangkitkan semangatnya sehingga diskusi yang dilaksanakan bermanfaat untuk
menyempurnakan hasil kerjanya.
3) Guru lebih memotivasi siswa agar berani dan percaya diri tampil berbicara di
depan kelas dengan cara penguatan verbal dan pemberian hadiah bagi aktor dan
aktris pemeran drama terbaik
4) Guru menciptakan setting panggung bermain peran seperti keadaan sebenarnya
dengan perlengkapan sederhana seperti meja dan kursi serta menyarankan siswa
commit to user
84
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
b. Pelaksanaan Tindakan
Tindakan siklus II dilaksanakan dalam dua kali pertemuan. Pertemuan
pertama dilaksanakan pada hari Senin, 21 Februari 2011 dan pertemuan kedua
pada hari Rabu, 23 Februari 2011. Pelaksanaan tindakan tersebut dilaksanakan di
ruang kelas V SD Negeri Pandak I Sidoharjo.
Deskripsi pelaksanaan tindakan siklus II adalah sebagai berikut:
Pertemuan I (2x35 menit)
Pada pertemuan pertama siklus II yang diajarkan kepada siswa kelas V
terlebih dahulu adalah mengulang kembali mengenai materi drama dan
memperbaiki dalam penyusunan naskah drama pendek.
Kegiatan awal menghabiskan waktu kurang lebih 5 menit. Kegiatan yang
guru (peneliti) lakukan yakni membuka pembelajaran dengan mengucapkan salam
dilanjutkan dengan mengkondisikan kelas sebagai tindakan preventif
commit to user
87
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
(pencegahan). Kemudian berdoa bersama yang dipimpin oleh ketua kelas dan
diadakan presensi kehadiran siswa untuk mengetahui jumlah kehadiran siswa.
Jumlah siswa yang hadir pada pertemuan I lengkap yaitu 21 siswa. Guru juga
menjelaskan tujuan pembelajaran yang akan dicapai siswa secara singkat dan
jelas. Tujuan pembelajaran pada pertemuan pertama yaitu siswa mampu
menyebutkan cara menyusun naskah drama dengan benar dan siswa mampu
menyusun naskah drama pendek dengan baik berdasarkan permasalahan cerita
bergambar. Setelah itu, guru memberikan apersepsi sebagai upaya meningkatkan
motivasi belajar dan membuka wawasan siswa tentang drama. Apersepsi
diberikan dengan bersama-sama menyanyikan lagu berlirikkan materi drama
dengan nada seperti lagu naik-naik ke puncak gunung, lagunya masih sama
dengan pertemuan pertama pada siklus I.
Langkah selanjutnya masuk pada inti pembelajaran dengan durasi waktu
sekitar 55 menit. Kegiatan yang dilakukan guru dalam inti pembelajaran terdapat
tiga (3) bentuk tindakan nyata yakni eksplorasi, elaborasi, dan konfirmasi. Secara
sistematika, awal inti pembelajaran dilakukan tindakan eksplorasi agar siswa
mampu menggali pemahaman awal yang ada pada dirinya. Guru mengadakan
tanya jawab dengan siswa seperti berikut :
- Anak-DQDN«VLDSD\DQJPDVLKLQJDWSHQJHUWLDQGUDPD"
- Unsur-unsur apa saja yang terdapat dalam drama ?
Siswa juga diminta menyebutkan contoh drama yang pernah dilihatnya.
Tindakan selanjutnya yaitu elaborasi, dalam kegiatan elaborasi siswa menyimak
penjelasan dari guru tentang materi yang berkaitan dengan drama, cara merancang
kerangka naskah drama, dan kemudian menyusun naskah drama dengan
mengembangkan dari kerangka yang telah dibuatnya. Guru juga menjelaskan
kelebihan dan kesalahan dalam naskah drama yang dibuat siswa sebelumnya.
Secara ringkas, isi materi pada pertemuan pertama dapat dilihat pada bagian RPP
siklus II pada lampiran 5. Guru menjelaskan materi ini dengan menggunakan
media cerita bergambar EHUMXGXO ³.HKLGXSDQ 1HOD\DQ´ EHVHUWD WHNV QDVNDK
dramanya. Guru memperlihatkan media tersebut kepada siswa dan empat siswa
PDMX XQWXN PHPEDFDNDQ WHNV QDVNDK GUDPD ³.HKLGXSDQ 1HOD\DQ´ VHVXDL WRNRK
commit to user
88
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
isi materi pada pertemuan kedua ini dapat dilihat pada bagian RPP siklus II
lampiran 5. Sebelum siswa mencoba memainkan peran dari tokoh drama pendek,
guru memperlihatkan video drama pendek anak SD. Kemudian, guru
mengkondisikan tempat duduk seperti pelaksanaan diskusi pada pertemuan I
dengan duduk saling berhadapan sesuai dengan kelompoknya masing-masing.
Siswa diberikan waktu 5 menit untuk mempersiapkan setting dengan
kelompoknya sebelum maju bermain peran (role playing).
Selanjutnya, masing-masing kelompok siswa maju memerankan dari
naskah drama pendek yang sudah diperbaiki pada pertemuan I. Kegiatan bermain
peran ini penilaiannya hanya difokuskan pada keterampilan berbicara. Tugas guru
yaitu bertindak sebagai fasilitator dan memberikan penilaian. Guru membantu
menciptakan setting bermain peran sesuai tema drama masing-masing kelompok
sehingga siswa lebih bisa berekspresi. Dengan lembar penilaian, dilakukan
penilaian keterampilan berbicara siswa oleh guru secara individu. Siswa yang
tidak maju diberikan tugas sebagai pengamat untuk memberikan tanggapan dari
kelompok yang sudah bermain peran.
Kegiatan konfirmasi, yaitu pemberian reward (penguatan) kepada masing-
masing kelompok dan pemberian hadiah pemain peran terbaik. Siswa diberikan
kesempatan untuk menyatakan kesulitan yang dihadapi. Guru memberikan
konfirmasi hasil belajar siswa dalam bermain drama. Siswa dimotivasi agar lebih
semangat dan berpartisipasi aktif. Untuk kelompok terbaik dalam bermain peran
drama juga diberikan hadiah oleh guru yang sudah dipersiapkan.
Kegiatan akhir kurang lebih menghabiskan waktu 10 menit. Siswa bersama
guru menyimpulkan hasil pembelajaran sebagai bentuk refleksi yang dilakukan
guru. Hasil pembelajaran sudah menunjukkan peningkatan dari bermain peran
yang sebelumnya. Guru mengucapkan terimakasih atas perhatian, kerjasama, dan
kesungguhan siswa. Guru juga menyampaian pesan-pesan moral kepada siswa.
Kemudian guru menutup pembelajaran dengan salam.
commit to user
91
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
c. Observasi
Tahap observasi siklus II pada hari Senin dan Rabu, 21-23 Februari 2011
dilakukan pengamatan terhadap kegiatan guru dan siswa selama proses
pembelajaran. Proses pengamatan dilakukan oleh guru kelas V bapak Sri
Kuncoro, Ama.Pd. Pengamatan menggunakan lembar observasi yang sudah
dipersiapkan. Pengamatan difokuskan pada tiga aspek yaitu (1) RPP yang
dijadikan pedoman mengajar peneliti, (2) berlangsungnya proses pelaksanaan
pembelajaran terkait sikap siswa (penilaian proses) dan kegiatan guru selama
pembelajaran berlangsung. (3) hasil penilaian tes unjuk kerja keterampilan
berbicara dengan metode role playing oleh siswa.
Berdasarkan kegiatan observasi tersebut, secara garis besar diperoleh
gambaran tentang jalannya pembelajaran dari mata pelajaran Bahasa Indonesia
tentang keterampilan berbicara siswa dengan menggunakan metode role playing
sebagai berikut:
1) Rencana Pelaksanaan Pembelajaran guru
Pengamatan terhadap rencana pelaksanaan pembelajaran yang digunakan
guru dalam mengajar sangat penting karena sebagai prosedur mengajar guru di
dalam kelas. RPP peneliti dinilai oleh guru kelas V dengan lembar pengamatan
RPP yang sudah dipersiapkan. Hasil penilaian RPP siklus II dapat dilihat pada
lampiran 20. Guru menilai RPP yang digunakan oleh peneliti dengan hasil rata-
rata nilai 3,85 yang menunjukkan penyusunan RPP dalam kategori sangat baik.
Secara garis besar RPP yang disusun sudah relevan dengan standar kompetensi
dan kompetensi dasar yang ada dengan sistematika yang runtut dan tujuan
pembelajaran yang jelas mencakup ranah kognitif, afektif, dan psikomotor.
2) Sikap Siswa (Penilaian Proses)
Hasil pengamatan siklus II terhadap sikap siswa dapat dilihat pada lampiran
25. Pengamatan sikap siswa selama pembelajaran ini adalah bentuk penilaian
kualitas proses. Di dalam proses pembelajaran siklus II siswa sudah terlihat lebih
aktif dan bersungguh-sungguh dibandingkan dengan siklus I. Secara klasikal
terdapat peningkatan terhadap minat, keaktifan, kerjasama, dan kesungguhan pada
commit to user
92
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
diri siswa. Data pengamatan sikap siswa pada siklus II dapat dimasukkan ke
dalam tabel 10 sebagai berikut :
Tabel 10. Data Penilaian Proses (Sikap Siswa) Pembelajaran Keterampilan
Berbicara Kelas V SDN Pandak I pada Siklus II
20 90,47%
18 80,95% 80,95%
76,19%
16
14
Frekuensi
12
10
8
6
4
2
0
Minat Keaktifan Kerjasama Kesungguhan
Sikap Siswa
commit to user
93
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
94
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
Dari tabel 11 di atas dapat dilihat persentase siswa yang belum dan
sudah tuntas KKM. Dari 21 siswa kelas V Sekolah Dasar Negeri Pandak I
Sidoharjo, hanya terdapat sebesar 14,29% siswa belum tuntas KKM yang terbagi
dalam kelas 44-52 sebesar 0%, dan pada kelas 53-61 sebesar 14,29%.
Sisanya sebesar 85,71% siswa sudah tuntas KKM yang terbagi pada kelas 62-
70 sebesar 28,57%, pada kelas 71-89 sebesar 23,81%, dan interval kelas 80-88
terdapat 33,33%. Dari tabel 11 tersebut juga dapat diketahui ketuntatasan hasil
belajar siswa pada siklus II mencapai 85,71% atau 15 siswa sudah tuntas.
Sedangkan siswa yang belum tuntas 14,29% atau 3 siswa.
Berdasarkan data pada tabel 11 maka hasil pembelajaran keterampilan
berbicara setelah diadakan tindakan siklus II pada siswa kelas V SDN Pandak I
dapat disajikan dalam grafik pada gambar 10 dibawah ini :
8
5
Frekuensi
0
44-52 53-61 62-70 71-79 80-88
Interval Nilai
Gambar 10. Grafik Nilai Keterampilan Berbicara Siswa Kelas V SDN Pandak I
pada siklus II
Pada gambar 10 di atas ditunjukkan frekuensi dari masing-masing kelas.
Pada kelas 44-52 terdapat 0 siswa, pada kelas 53-61 terdapat sebanyak 3
siswa, pada kelas 62-70 terdapat sebanyak 6 siswa, pada kelas 71-79 terdapat
sebanyak 5 siswa, dan pada interval kelas 80-88 terdapat 7 siswa. Dengan
jumlah keseluruhan 21 siswa, hanya terdapat 3 siswa yang belum tuntas KKM.
commit to user
95
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
d. Refleksi
Berdasarkan hasil observasi, peneliti menyimpulkan bahwa kualitas proses
dan hasil pembelajaran berbicara siklus II ini telah menunjukkan adanya
peningkatan yang signifikan dari siklus I.
Keberhasilan proses pembelajaran berbicara siklus II dapat dilihat dari
beberapa indikator berikut ini:
1) Minat
Minat siswa terhadap pembelajaran berbicara dengan penerapan metode
bermain peran di siklus II, secara klasikal telah menunjukkan peningkatan dari
siklus I dari 61,9% menjadi sebesar 90,47% pada siklus II. Siswa lebih antusias
mengikuti pembelajaran dengan metode bermain peran, sehingga perhatian
siswa pun lebih terfokus pada pelajaran.
2) Keaktifan
Keaktifan siswa dalam pembelajaran meningkat. Siswa terlihat lebih aktif
untuk bertanya dan mengungkapkan gagasan ketika berdiskusi, aktif
melakukan kegiatan bermain peran. Keaktifan klasikal siswa meningkat
menjadi 80,95% atau sebanyak 17 siswa.
3) Kerja sama
Siswa yang menunjukkan sikap kerjasama yang baik selama mengikuti
pembelajaran berbicara sebesar 76,19% atau sebanyak 16 orang, sedangkan
23,81% atau 5 orang sisanya tampak belum mampu melakukan kerja sama
yang baik dengan anggota kelompoknya.
4) Kesungguhan
Siswa yang menunjukkan kesungguhan dalam mengikuti pembelajaran
berbicara sebayak 17 siswa atau sebesar 80,95%, sedangkan 4 siswa lainnya
atau sebesar 19,05% menunjukkan sikap kurang serius selama mengikuti
commit to user
96
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
C. Hasil Penelitian
Hasil penelitian ini akan disajikan dalam bentuk peningkatan dari hubungan
antarsiklus. Untuk hasil penelitian persiklus sudah disajikan pada tahap observasi
(pengamatan) pada masing-masing siklus. Berdasarkan pengamatan dari analisis data
yang ada, dapat dilihat adanya peningkatan kualitas proses dan hasil siswa kelas V
SDN Pandak I Sragen dalam pembelajaran bahasa Indonesia pada aspek
keterampilan berbicara dengan metode role playing.
Peningkatan kualitas proses ditunjukkan dari sebaran frekuensi sikap siswa
meliputi minat, keaktifan, kerjasama, dan kesungguhan siswa yang semakin besar
(meningkat) seperti pada tabel 12 berikut ini :
commit to user
97
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
Tabel 12. Data Frekuensi Penilaian Proses (Sikap Siswa) Pembelajaran Keterampilan
Berbicara Kelas V SDN Pandak I pada Prasiklus, Siklus I dan II
Frekuensi
No. Sikap Siswa
Prasiklus Siklus I Siklus II
1. Minat 10 13 19
2. Keaktifan 13 15 17
3. Kerja sama 9 15 16
4. Kesungguhan 7 12 17
20
15
Frekuensi
10
0
Minat Keaktifan Kerjasama Kesungguhan
Sikap Siswa
commit to user
98
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
pemahaman isi yang semakin besar (meningkat) pada interval nilai di atas KKM (62)
seperti pada tabel 13 berikut ini :
Tabel 13. Data Frekuensi Nilai Keterampilan Berbicara Siswa Kelas V SDN Pandak
I pada Prasiklus, Siklus I, dan Siklus II
Frekuensi
No. Interval Nilai
Prasiklus Siklus I Siklus II
1. 44-52 4 3 0
2. 53-61 9 3 3
3. 62-70 3 7 6
4. 71-79 5 6 5
5. 80-88 0 2 7
Jumlah Siswa 21 21 21
Siswa Tidak Tuntas 13 6 3
Siswa Sudah Tuntas 8 15 18
Nilai Rata-Rata Kelas 61,14 66,09 73,33
Ketuntasan Klasikal 38,1% 71,42% 85,71%
commit to user
99
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
10
9
8
7
6
Frekuensi
5
4
3
2
1
0
44-52 53-61 62-70 71-79 80-88
Intrval Nilai
Gambar 12. Grafik Frekuensi Nilai Keterampilan Berbicara Siswa Kelas V SDN
Pandak I pada Prasiklus, Siklus I, dan Siklus II
Dari gambar 12 tersebut terlihat bahwa prasiklus (merah) lebih mendominasi
pada interval nilai rendah, siklus I (kuning) mendominasi interval nilai sedang, dan
siklus II (hijau) dominasi pada interval nilai tinggi.
commit to user
100
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
101
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
b. Siklus I
Berdasarkan tindakan yang sudah dilaksanakan pada siklus I terbukti adanya
peningkatan kualitas proses dan hasil keterampilan berbicara siswa. Dalam proses
pembelajaran berbicara siklus I ini peneliti menggunakan metode role playing,
siswa bermain peran dari tokoh drama pendek yang dibuat oleh siswa secara
berkelompok. Proses pembelajaran terkesan lebih hidup dan menyenangkan
meskipun hasilnya belum maksimal karena siswa baru pertama kali bermain
peran. Siswa lebih berminat dan terlihat aktif dalam pembelajaran terutama ketika
praktik berbicara secara berkelompok melalui bermain peran. Kerjasama dan
kesungguhan siswa sangat jelas terlihat karena metode role playing ini dilakukan
secara kelompok yang mengutamakan kerjasama dan keseriusan dari anggota
kelompoknya. Peningkatan kualitas proses berbicara ini dibuktikan dengan nilai
persentase kualitas proses klasikal yaitu minat 61,9%, keaktifan 71,42%,
kerjasama 71,42%, dan kesungguhan 57,14%.
Pada siklus I kualitas hasil keterampilan berbicara yang ingin dicapai adalah
70% siswa dapat tuntas KKM. Hal ini berarti dalam siklus I diharapkan
sebanyak 15 siswa memperoleh nilai di atas KKM. Dilihat dari banyaknya siswa
yang tuntas KKM diketahui tepat sebanyak 15 siswa atau 71,42% sudah tuntas
dan masih terdapat 6 siswa atau 28,58% yang belum tuntas KKM. Dengan
jumlah ketuntasan seperti itu dapat dikatakan indikator kinerja siklus I telah
tercapai. Akan tetapi, pada siklus I nilai siswa belum memuaskan. Karena
kebanyakan siswa hanya memperoleh nilai pada interval nilai sedang.
Pengamatan dari tindakan pada siklus I ditemukan beberapa hal yang
terkait faktor-faktor penilaian keterampilan berbicara siswa yaitu: pertama, rata-
rata siswa menggunakan lafal dan intonasi yang cukup jelas dalam berbicaranya
karena siswa cukup percaya diri dan tidak merasa takut ketika penampilannya
dilihat teman-temannya. Kedua, kelancaran siswa pada siklus I rata-rata cukup
lancar dan dari segi pemahaman isi drama juga sudah baik. Namun, untuk ekspresi
berbicara siswa rata-rata nilainya masih kurang memuaskan, terkadang siswa
berbicara tidak melihat kepada teman atau lawan bicaranya. Gerakan-gerakan
commit to user
102
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
tubuh belum begitu terlihat pada siklus I sehingga kegiatan berbicara siswa masih
terkesan kaku dan monoton.
Peningkatan kualitas proses dan hasil pada siklus I belum memuaskan dan
masih terdapat kekurangan yang harus diperbaiki dan diharapkan keterampilan
berbicara siswa semakin meningkat. Oleh karena itu, penelitian ini dilanjutkan ke
siklus II.
c. Siklus II
Pada tindakan siklus II terjadi peningkatan kualitas proses dan hasil yang
signifikan dari tindakan sebelumnya. Dilihat dari proses pembelajaran
keterampilan berbicara dengan metode role playing, siswa semakin berminat yang
ditandai dengan banyaknya siswa yang lebih antusias dan memperhatikan
jalannya proses pembelajaran berbicara. Persentase minat siswa secara klasikal
mencapai 90,47%. Keaktifan klasikal siswa meningkat menjadi 80,95% ditandai
dengan banyaknya siswa yang lebih aktif bertanya dan berpendapat ketika diskusi
kelompok serta bermain peran. Kerja sama dari siswa dalam kelompoknya juga
semakin meningkat menjadi 76,19%, dalam hal ini siswa lebih bertanggung jawab
sebagai bagian dari kelompoknya. Pengamatan dari segi kesungguhan siswa juga
terjadi peningkatan menjadi 80,95% ditandai siswa lebih serius untuk melakukan
diskusi dan bermain peran (role playing).
Kualitas hasil keterampilan berbicara siklus II terjadi peningkatan. Indikator
ketercapaian kualitas hasil pada siklus II adalah 80% atau sebanyak 17 siswa
mampu tuntas KKM dalam pembelajaran keterampilan berbicara. Dari 21 siswa
kelas V setelah diadakan tindakan siklus II terdapat 18 siswa atau 85,71%
tuntas KKM dan 3 siswa atau 14,29% belum tuntas KKM. Hal ini dibuktikan
dengan naiknya jumlah frekuensi pada tiap kelas interval. Dari 21 siswa kelas V
ditunjukkan pada kelas 44-52 saat siklus I terdapat 3 siswa meningkat menjadi
tidak ada. Setelah tindakan siklus II nilai terendah terdapat pada kelas 53-61
sebanyak 3 siswa atau 14,29%, pada kelas 62-70 sebanyak 6 siswa atau
28,57%, pada kelas 71-79 sebanyak 23,81%, dan pada kelas 80-88 sebanyak 7
siswa atau 33,33%. Dilihat dari nilai rata-rata klasikal siswa juga terdapat
commit to user
103
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
104
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
105
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
BAB V
SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN
A. SIMPULAN
Berdasarkan hasil penelitian tindakan kelas yang telah dilaksanakan
dalam dua siklus dengan menggunakan metode role playing dalam pembelajaran
keterampilan berbicara pada siswa kelas V Sekolah Dasar Negeri Pandak I Sidoharjo
Sragen dapat disimpulkan bahwa :
1. Penggunaan metode role playing dapat meningkatkan kualitas proses
keterampilan berbicara pada siswa kelas V SDN Pandak I Sidoharjo Sragen tahun
ajaran 2010/2011. Hal ini ditandai dengan meningkatnya persentase minat,
keaktifan, kerjasama, dan kesungguhan dalam proses pembelajaran. Pada siklus
I persentase klasikal minat siswa sebesar 61,9%, keaktifan 71,42%, kerja sama
71,42%, dan kesungguhan 57,14%. Pada siklus II terjadi peningkatan yaitu
persentase klasikal minat siswa menjadi 90,47%, keaktifan 80,95%, kerja sama
76,19%, dan kesungguhan 80,95%.
2. Penggunakan metode role playing dapat meningkatkan kualitas hasil
keterampilan berbicara pada siswa kelas V SDN Pandak I Sidoharjo Sragen
tahun ajaran 2010/2011. Hal ini ditandai dengan nilai rata-rata keterampilan
berbicara siswa yang mengalami peningkatan pada tiap siklusnya, yaitu siklus I
sebesar 66,09 dan siklus II sebesar 73,33. Dilihat dari hasil tes berbicara pada
siklus I diketahui 15 siswa (71,42%) dari 21 siswa telah mencapai nilai KKM (62)
dan meningkat pada siklus II sebanyak 18 siswa (85,71%) dari 21 siswa telah
berhasil mencapai nilai KKM.
B. IMPLIKASI
Penggunaan metode bermain peran (role playing) terbukti dapat
meningkatkan kualitas proses dan kualitas hasil dalam pembelajaran keterampilan
berbicara, karena bermain peran merupakan metode belajar sambil bermain yang
sesuai dengan karakteristik siswa sekolah dasar. Dalam metode role playing, siswa
berperan secara aktif menjadi tokoh atau orang lain sesuai naskah drama pendek
commit to user
106
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
yang disusun oleh siswa sendiri. Kegiatan dan keberhasilan belajar siswa sangat
ditentukan oleh kemampuan siswa sendiri dalam menguasai materi dan
mengungkapkan ide serta gagasannya dalam bentuk praktik berbicara sambil
berperan di depan kelas. Oleh karena itu, siswalah yang menjadi pusat kegiatan
pembelajaran. Peran guru di sini hanya sebagai mediator, motivator, dan fasilitator
belajar siswa.
Metode role playing ini lebih efektif dan efisien dibanding dengan metode
konvensional yang pada umumnya masih sering digunakan guru dalam pembelajaran
keterampilan berbicara. Dikatakan efektif karena penerapan metode role playing
akan lebih menghemat waktu, hal ini disebabkan karena siswa dapat tampil praktik
berbicara secara berkelompok. Sedangkan dikatakan efisien, dimungkinkan karena
proses belajar di SD lebih banyak dilakukan dengan bermain sambil belajar atau
belajar sambil bermain.
Penelitian ini membuktikan bahwa dengan penggunaan metode bermain
peran (role playing) dapat membuat siswa lebih aktif, berminat dalam mengikuti
pembelajaran berbicara, dan pembelajaran lebih hidup serta menyenangkan. Selain
itu, meode ini dapat meningkatkan kualitas hasil pembelajaran berbicara yang
ditandai dengan meningkatnya rata-rata nilai siswa dan persentase ketuntasan pada
tiap siklusnya.
Berdasarkan uraian di atas, maka dapat diimplikasikan bahwa metode role
playing dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan dan acuan bagi guru dalam
kegiatan pembelajaran keterampilan berbicara. Di samping itu, metode pembelajaran
ini dapat digunakan sebagai metode alternatif yang menyenangkan, kreatif, dan
inovatif dalam pembelajaran berbicara di tingkat SD.
C. SARAN
Berdasarkan simpulan dan implikasi penelitian di atas, peneliti dapat
mengajukan saran-saran sebagai berikut:
1. Bagi Siswa
a. Siswa seharusnya memahami bahwa keterampilan berbicara merupakan hal
penting yang harus dikuasai, untuk itu siswa perlu mengikuti pembelajaran
commit to user
107
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
108