Anda di halaman 1dari 2

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Persalinan kurang bulan (persalinan prematur/ preterm labor) adalah persalinan
sebelum usia kehamilan 37 minggu atau berat badan lahur antara 500-2499 gram.
Kejadiannya masih tinggi dan merupakan penyebab utama kematian neonatus, di
Amerika serikat kejadiannya 8-10%, sementara di Indonesia 16-18% dari semua
kelahiran hidup. Ibu yang pernah melahirkan bayi prematur berisiko 20-30% melahirkan
bayi prematur kembali di kehamilan berikutnya. Akan tetapi, 50% ibu yang melahirkan
prematur tidak mempunyai faktor risiko.1
Angka kejadian persalinan prererm pada umumnya adalah sekitar 6 - 10 %. Hanya
1,5% persalinan terjadi pada umur kehamilan kurang dari 32 minggu dan 0,5% pada
kehamilan kurang dari 28 minggu. Namun, kelompok ini merupakan duapertiga dari
kematian neonatal. Kesulitan utama dalam persalinan preterm ialah perawatan bayi
preterm, yang semakin muda usia kehamilannya semakin besar morbiditas dan
mortalitas. Penelitian lain menunjukkan bahwa umur kehamilan dan berat bayi lahir
saling berkaitan dengan risiko kematian perinatal. Pada kehamilan umur 32 minggu,
dengan berat bayi > 1.500 gram keberhasilan hidup sekitar 85%, sedang pada umur
kehamilan sama dengan berat janin < 1.500 gram angka keberhasilan sebesar 80%. Pada
umur kehamilan < 32 minggu dengan berat lahir < 1.500 gram angka keberhasilan hanya
sekitar 59 %. Hal ini menunjukkan bahwa keberhasilan persalinan prererm tidak hanya
tergantung umur kehamilan, tetapi juga berat bayi lahir. Permasalahan yang terjadi pada
persalinan preterm bukan saja pada kematian perinatal, melainkan bayi prematur ini
sering pula disertai dengan kelainan, baik kelainan jangka pendek maupun jangka
panjang. Kelainan jangka pendek yang sering terjadi adalah: RDS (Respiratory Distress
Syndrome), perdarahan intra/periventrikular, NEC (Necrotizing Entero Cilitis), displasi
bronko-pulmonar, sepsis, dan paten duktus arteriosus. Adapun kelainan jangka panjang
sering berupa kelainan neurologik seperti serebral palsi, retinopati, retardasi mental, juga
dapat terjadi disfungsi neurobehavioral dan prestasi sekolah yang kurang baik. Dengan
melihat permasalahan yang dapat terjadi pada bayi preterm, maka menunda persalinan
preterm, bila mungkin, masih tetap memberi suatu keuntungan.2
Preeklamsia diidentifikasi melalui adanya hipertensi, dan proteinuria pada seorang
perempuan hamil yang tadinya normotensif. Penyakit ini timbul sesudah minggu ke 20
dan paling sering terjadi pada primagravida yang muda. Preeklamsia adalah penyakit
primigravida dan bila timbul pada seorang multigravida biasanya ada faktor predisposisi
seperti hipertensi, diabetes atau kehamilan ganda. Disebut sebagai sindrom preeklamsia
karena merupakan kelainan yang ditandai oleh beberapa gejala spesifik dalam kehamilan
akibat terlibatnya banyak sistem organ.1
Pada kasus kali ini penulis akan membahas faktor risiko terjadinya preeklamsia pada
kasus ini, ketepatan diagnosa dan tatalaksana pasien G4P3A0 Gravida 33-34 minggu +
Preeklamsia Early Onset.

1.2. Rumusan Masalah


1 Apakah faktor risiko terjadinya preeklamsia pada pasien ini?
2 Apakah diagnosis pada kasus ini sudah tepat?
3 Apakah tatalaksana pada pasien ini sudah tepat?

1.3. Tujuan
1 Mengetahui faktor risiko preeklamsia pada pasien ini.
2 Mengetahui adakah kesalahan dalam diagnosis kasus ini.
3 Mengetahui ketepatan pada penatalaksanaan kasus ini.

Anda mungkin juga menyukai