Anda di halaman 1dari 2

NAMA : MUHAMMAD YASIN

NIM : H31114509

A. Hukum Boyle

Hukum Boyle di dasarkan dari eksperimen dengan udara, di mana ia mempertimbangkan


adanya partikel fluida di tengah mata air yang tidak terlihat. Minat boyle kemungkinan untuk
mengerti bahwa udara adalah bagian penting dalam kehidupan. Ia mempublikasikan sebagai contoh
pertumbuhan tumbuhan tanpa udara. Kemudian boyle menemukan bahwa udara dapat dimanfaatkan
dan dapat berkembang apabila dipanaskan. Setelah itu Boyle melakukan penelitan lebih lanjut dengan
melakukan serangkaian percobaan menggunakan tabung gelas bentuk J yang ujung bagian pendeknya
tertutup. Lalu, air raksa ditambahkan ke dalam tabung sehingga sejumlah gas di ujung tabung yang
pendek dan tertutup menjadi “terperangkap”. Kemudian, ditambahkan air raksa sedikit demi sedikit
ke dalam tabung. Boyle mencatat dengan sangat teliti perubahan volume gas yang terjadi. Ternyata,
tekanan gas dapat dicari dengan menghitung perbedaan ketinggian air raksa di bagian pendek tabung
yang tertutup dan bagian panjang tabung yang terbuka. Percobaan tersebut membuktikan bahwa
dalam suatu ruang tertutup, apabila suhu gas dijaga agar selalu konstan, ketika tekanan gas bertambah,
volume gas semakin berkurang. Demikian juga sebaliknya. Ketika tekanan gas berkurang, volume gas
semakin bertambah. Artinya, tekanan gas berbanding terbalik dengan volume gas. Pembuktian ini
dikenal sebagai Hukum Boyle. Aplikasi dari hukum ini adalah penggunaan barometer.

B. Hukum Gay Luccas dan Charles

Hukum Charles juga dikenal sebagai hukum volume, menjelaskan bagaimana gas cenderung
mengembang saat dipanaskan, yang pertama kali diterbitkan oleh filsuf alam Joseph Louis Lussac
pada tahun 1802, tetapi hal tersebut tidak dipublikasikan oleh Jacques Charles. Sekitar 1787 Charles
melakukan percobaan dengan mengisi 5 balon untuk volume yang sama dengan gas yang berbeda.
Dia kemudian menaikkan suhu balon sampai 80 ° C, semua volume balon meningkat dengan jumlah
yang sama. Penelitian ini direferensikan oleh Gay-Lussac pada tahun 1802 ketika ia menerbitkan
sebuah makalah tentang hubungan yang tepat antara volume dan temperatur gas. Hukum Charles
menyatakan bahwa di bawah tekanan konstan, sebuah gas dengan volume ideal sebanding dengan
suhu mutlak.
Pada tahun 1808 Joseph Louis Gay-Lussac (1778–1850) berhasil mengukur volume uap air
yang terbentuk, sehingga diperoleh perbandingan pada volume hidrogen : oksigen : uap air = 2 : 1 : 2.
Gas hidrogen + gas oksigen → uap air

2 H2(g) + O2(g) → 2 H2O(g)

perbandingan tersebut berupa bilangan bulat sederhana. Berdasarkan hasil percobaan ini, Gay Lussac
menyimpulkan bahwa :

Pada suhu dan tekanan yang sama, volume gas-gas yang bereaksi dan volume gas-gas hasil reaksi
berbanding sebagai bilangan bulat sederhana.

Penerapan hukum ini berlaku pada elektrolisis air.


C. Hipotesis Avogadro

Hipotesis Avogadro adalah percobaan hukum gas yang berkaitan dengan pengaruh volume
gas kepada jumlah zat yang terdapat dalam gas. Menurut Avogadro, partikel unsur tidak selalu berupa
atom tunggal (monoatomik), tetapi berupa 2 atom (diatomik) atau lebih (poliatomik). Hukum
Avogadro merupakan bagian dari hukum-hukum dasar kimia. Pernyataan hukum Avogadro adalah
sebagai berikut: Gas-gas yang memiliki volume yang sama, pada suhu dan tekanan yang sama,
memiliki jumlah molekul yang sama. Gay Lussac gagal menjelaskan hukum perbandingan volume. Ia
menganggap partikel unsur selalu berupa atom tunggal (monoatomik). Pada tahun 1811, Amedeo
Avogadro menjelaskan percobaan Gay Lussac. Menurut Avogadro, partikel unsur tidak selalu berupa
atom tunggal (monoatomik), tetapi berupa 2 atom (diatomik) atau lebih (poliatomik).

D. Persamaan Van Der Waals

Gas yang mengikuti hukum Boyle dan hokum Charles, disebut gas ideal. Namun, didapatkan,
bahwa gas yang kita jumpai, yakni gas nyata, tidak secara ketat mengikuti hukum gas ideal. Semakin
rendah tekanan gas pada temperatur tetap, semakin kecil deviasinya dari perilaku ideal. Semakin
tinggi tekanan gas, atau dengan dengan kata lain, semakin kecil jarak intermolekulnya, semakin besar
deviasinya. Paling tidak, ada dua alasan yang menjelaskan hal ini. Pertama, definisi temperatur
absolut didasarkan asumsi bahwa volume gas real sangat kecil sehingga bisa diabaikan.Molekul gas
pasti memiliki volume nyata walaupun mungkin sangat kecil. Selain itu, ketika jarak antarmolekul
semakin kecil, beberapa jenis interaksi antarmolekul akan muncul. Fisikawan Belanda Johannes
Diderik van der Waals (1837-1923) mengusulkan persamaan keadaan gas nyata, yang dinyatakan
sebagai persamaan keadaan van der Waals atau persamaan van der Waals. Ia memodifikasi persamaan
gas ideal dengan cara sebagai berikut: dengan menambahkan koreksi pada P untuk mengkompensasi
interaksi antarmolekul mengurangi dari suku V yang menjelaskan volume real molekul gas.

Anda mungkin juga menyukai