NIM : H31114509
A. Hukum Boyle
Hukum Charles juga dikenal sebagai hukum volume, menjelaskan bagaimana gas cenderung
mengembang saat dipanaskan, yang pertama kali diterbitkan oleh filsuf alam Joseph Louis Lussac
pada tahun 1802, tetapi hal tersebut tidak dipublikasikan oleh Jacques Charles. Sekitar 1787 Charles
melakukan percobaan dengan mengisi 5 balon untuk volume yang sama dengan gas yang berbeda.
Dia kemudian menaikkan suhu balon sampai 80 ° C, semua volume balon meningkat dengan jumlah
yang sama. Penelitian ini direferensikan oleh Gay-Lussac pada tahun 1802 ketika ia menerbitkan
sebuah makalah tentang hubungan yang tepat antara volume dan temperatur gas. Hukum Charles
menyatakan bahwa di bawah tekanan konstan, sebuah gas dengan volume ideal sebanding dengan
suhu mutlak.
Pada tahun 1808 Joseph Louis Gay-Lussac (1778–1850) berhasil mengukur volume uap air
yang terbentuk, sehingga diperoleh perbandingan pada volume hidrogen : oksigen : uap air = 2 : 1 : 2.
Gas hidrogen + gas oksigen → uap air
perbandingan tersebut berupa bilangan bulat sederhana. Berdasarkan hasil percobaan ini, Gay Lussac
menyimpulkan bahwa :
Pada suhu dan tekanan yang sama, volume gas-gas yang bereaksi dan volume gas-gas hasil reaksi
berbanding sebagai bilangan bulat sederhana.
Hipotesis Avogadro adalah percobaan hukum gas yang berkaitan dengan pengaruh volume
gas kepada jumlah zat yang terdapat dalam gas. Menurut Avogadro, partikel unsur tidak selalu berupa
atom tunggal (monoatomik), tetapi berupa 2 atom (diatomik) atau lebih (poliatomik). Hukum
Avogadro merupakan bagian dari hukum-hukum dasar kimia. Pernyataan hukum Avogadro adalah
sebagai berikut: Gas-gas yang memiliki volume yang sama, pada suhu dan tekanan yang sama,
memiliki jumlah molekul yang sama. Gay Lussac gagal menjelaskan hukum perbandingan volume. Ia
menganggap partikel unsur selalu berupa atom tunggal (monoatomik). Pada tahun 1811, Amedeo
Avogadro menjelaskan percobaan Gay Lussac. Menurut Avogadro, partikel unsur tidak selalu berupa
atom tunggal (monoatomik), tetapi berupa 2 atom (diatomik) atau lebih (poliatomik).
Gas yang mengikuti hukum Boyle dan hokum Charles, disebut gas ideal. Namun, didapatkan,
bahwa gas yang kita jumpai, yakni gas nyata, tidak secara ketat mengikuti hukum gas ideal. Semakin
rendah tekanan gas pada temperatur tetap, semakin kecil deviasinya dari perilaku ideal. Semakin
tinggi tekanan gas, atau dengan dengan kata lain, semakin kecil jarak intermolekulnya, semakin besar
deviasinya. Paling tidak, ada dua alasan yang menjelaskan hal ini. Pertama, definisi temperatur
absolut didasarkan asumsi bahwa volume gas real sangat kecil sehingga bisa diabaikan.Molekul gas
pasti memiliki volume nyata walaupun mungkin sangat kecil. Selain itu, ketika jarak antarmolekul
semakin kecil, beberapa jenis interaksi antarmolekul akan muncul. Fisikawan Belanda Johannes
Diderik van der Waals (1837-1923) mengusulkan persamaan keadaan gas nyata, yang dinyatakan
sebagai persamaan keadaan van der Waals atau persamaan van der Waals. Ia memodifikasi persamaan
gas ideal dengan cara sebagai berikut: dengan menambahkan koreksi pada P untuk mengkompensasi
interaksi antarmolekul mengurangi dari suku V yang menjelaskan volume real molekul gas.