BAB II
LANDASAN TEORI
A. Tinjauan Pustaka
1. Recycling Aspal sebagai Filler
a. Pengertian Recycling Aspal
Recycling aspal hasil limbah dari pengerukan perkerasan jalan jenis Hot
Mix dengan mengunakan alat bongkar lapis perkerasan (hot milling) di Jalan Raya
Kartosuro (Depan Kampus UNS Pabelan) yang dihasilkan tiap 1 m2 mampu
menghasilkan 0.05 m3 recycling aspal. Sehingga dapat dimanfaatkan sebagai bahan
pengisi/filler pada campuran beton, dalam tingkat tertentu dalam pembuatan beton
dan produk bahan-bahan bangunan lainnya.
Recycling aspal merupakan sisa dari lapis permukaan jalan yang sudah tidak
terpakai, cara mendapatkannya adalah dengan cara mengeruk lapis perkerasan jalan
yang lama dengan menggunakan alat penggaruk aspal yang dinamakan alat Milling.
Soedarmanto D dan Hermanto Durdak (1991:5) dalam Abas Pamuji (2007 : 6)
Recycling aspal adalah semua hasil pengerukan yang berbahan Aspal
dengan mengunakan alat bongkar lapis perkerasan (hot milling) yang diayak
(http//www.pu.id/balitbang/pustrans/_td.htm 25 Juli 2006).
Dari uraian diatas dapat ditarik pengertian recycling aspal adalah bahan
yang berkomposisikan aspal hasil dari pengerukan lapis perkerasan jalan.
1). Pengertian Aspal
Aspal sebagai salah satu konstruksi perkerasan lentur, merupakan salah satu
komponen kecil, umumnya hanya 4 - 10 % berdasarkan berat, 10 – 15 % berdasarkan
volume. Jika pada lapisan perkerasan dengan megunakan aspal sebagai pengikat
dengan mutu yang baik dapat memberikan lapisan kedap air dan tahan terhadap
pengaruh cuaca dan reaksi kimia lain.
Aspal merupakan unsur hidrokarbon yang sangat komplek, yang berupa
bahan ikat yang berbentuk padat atau semi padat dengan komposisi dari asphaltenes
dan maltenes sangat sukar untuk memisahkan molekul-molekul yang membentuk
aspal tersebut.
5
6
b.Pengertian Filler
Filler merupakan kumpulan agregat halus yang umumnya lolos saringan
no.200, yang berfungsi untuk mengisi rongga diantara partikel agregat kasar
sehingga dapat mengurangi besarnya rongga dan meningkatkan kerapatan dan
stabilitas dari masa tersebut. Pengertian filler menurut Suprapto (1994:46) (Menurut
Skripsi Tukul Seti Aji) : “Filler adalah suatu bahan yang berbutir halus yang lewat
ayakan no. 30 (595 μ ) US standard an 65 % lewat ayakan no. 200 (74 μ ).”
Bahan filler yang dipergunakan dapat berupa debu batu, debu batu kapur,
pecahan genting, debu dolomite, semen Portland dan bahan-bahan lain, dalam hal ini
7
menggunakan recycling aspal hasil penggerukan perkerasan jalan. Bahan filler harus
tidak tercampur dengan kotoran atau bahan yang tidak dikehendaki dan dalam
keadaan kering (kadar air maksimum 1 %). Campuran agregat dan filler akan
membentuk gradasi tertentu sesuai dengan persyaratan untuk mendapatkan beton
yang memenuhi persyaratan.
Sebagai filler persyaratan yang harus dipenuhi adalah bahan tersebut tidak
boleh tercampur karbon atau bahan lain yang tidak dikehendaki dalam keadaan
kering (kadar air maksimum 1%).
Soedarsono (1987) dalam Khusnul Khotimah (1998:16) mengatakan : “Filler
terdiri dari debu atau tanah liat. Filler sebagai bahan pengisi juga sebagai bahan
pengikat.”
Sedangkan Sanusi (1986) dalam Khusnul Khotimah (1998:16)
mendefinisikan filler sebagai bagian dari debu yaitu mineral lolos saringan no. 200
(0.074 mm). Fungsinya sebagai bubuk pengisi rongga-rongga antar agregat kasar.
Selanjutnya filler tersebut harus lolos saringan pada tabel 1 berikut:
Tabel 1. Ukuran Saringan
Ukuran Saringan Proses lolos (%)
No.30 (0,59 mm) 100
No.50 (0,279 mm) 95-100
No.100 (0,149 mm) 90-100
No.200 (0,074 mm) 70-100
2. Beton
a. Pengertian Beton
Beton sangat banyak dipakai secara luas sebagai bahan bangunan.
Mengingat beton memiliki banyak keuntungan dan di Indonesia penyediaan dan
pegembangan teknologi beton terus berkembang.
Menurut Kardiyono Tjokrodimuljo (1996 : 1) menjelaskan bahwa “Beton
adalah bahan yang diperoleh dengan cara mencampurkan semen Portland, air, dan
agregat (dan kadang-kadang bahan tambahan yang sangat bervariasai mulai dari
8
bahan kimia tambahan, serat, sampai bahan buangan non kimia) pada perbandingan
tertentu.”
Sedangkan SNI-03-2847-2002 (2002 : 6) memberi definisi tentang beton
“Beton adalah campuran antara semen Portland atau semen hidrolik lainnya,agregat
halus, agregat kasar, dan air dengan atau tanpa bahan tambahan yang membentuk
massa padat”.
Menurut Segel R, Kole P & Gideon (1993 : 143) menjelaskan “Beton adalah
suatu komposit dari beberapa bahan batu-batuan yang direkatkan oleh bahan ikat,
dibentuk dari agregat campuran (kasar dan halus) dan ditambah dengan pasta
semen.”
Didalam memilih suatu konstruksi untuk bangunan, baiklah dipikirkan
dahulu keuntungan dan kerugiannya karena pemilihan konstruksi yang kurang tepat
sangat merugikan. Oleh karena itu pada konstruksi beton terdapat kebaikan dan
kejelekan dibandingkan dengan bahan bagunan lain.
Kebaikan beton menurut Kardiyono Tjokrodimuljo (1996 :2) antara lain:
1) Harganya relatif murah karena menggunakan bahan-bahan dasar dari bahan
lokal, kecuali semen Portland. Hanya untuk daerah tertentu yang sulit
mendapatkan pasir atau kerikil mungkin harga beton agak mahal.
2) Beton termasuk bahan yang berkekuatan tekan tinggi, serta mempunyai
sifat tahan terhadap perkaratan/pembusukan oleh kondisi lingkungan.
3) Beton segar dapat dengan mudah diangkat maupun dicetak dalam bentuk
apapun dan ukuran seberapapun tergantung keinginan.
4) Kuat tekannya yang tinggi mengakibatkan jika dikombinasikan dengan baja
tulangan (yang kuat tariknya tinggi) dapat dikatakan mampu untuk dibuat
struktur berat.
5) Beton segar dapat disemprotkan dipermukaan beton lama yang retak
maupun diisikan kedalam retakan beton dalam proses perbaikan.
6) Beton segar dapt dipompakan sehingga memungkinkan untuk dituang pada
tempat-tempat pada posisinya sulit.
7) Beton termasuk tahan aus dan tahan kebakaran, sehingga biaya
perawatannya termasuk rendah.
diadakan pada beton yang panjang/lebar untuk memberi tempat bagi susut
pengerasan dan pengembangan.
3. Beton keras mengembang dan menyusut bila terjadi perubahan
suhu, sehingga perlu dibuat dilatasi (Contraction Joint) untuk mencegah
terjadinya retak-retak akibat perubahan suhu.
4. Beton sulit untuk dapat kedap air secara sempurna, sehingga selalu
dapat dimasuki air, dan air yang membawa kandungan garam dapat
merusakkan beton.
5. Beton bersifat getas (tidak daktail) sehingga harus dihitung dan
detail secara seksama agar setelah dikompositkan dengan baja tulangan
menjadi bersifat daktail, terutama pada struktur tahan gempa.
Bahan dasar penyusun beton yang paling sederhana terdiri dari campuran
antar semen, agregat halus (pasir), agregat kasar (kerikil), dan air secukupnya.
kadang-kadang juga ditambah dengan bahan tambahan tertentu agar diperoleh mutu
beton yang lebih baik.
b. Unsur-unsur Penyusun Beton
1) Semen Portland
Semen Portland merupakan bahan ikat yang penting dan banyak dipakai
dalam pembangunan fisik. Suatu semen jika diaduk dengan air akan terbentuk
adukan pasta semen, sedangkan jika diaduk dengan air kemudian ditambah pasir
menjadi mortar semen, dan jika di tambah lagi dengan kerikil/batu pecah disebut
beton. Bahan-bahan tersebut dapat dikelompokkan menjadi kelompok aktif yaitu
semen dan air sedangkan kelompok pasif yaitu pasir dan kerikil. Semen berfungsi
untuk merekatkan butir-butir agregat agar terjadi suatu masa padat, disamping itu
mengisi rongga-rongga diantara butiran agregat.
Semen Portland yang baik adalah semen yang bubukkannya halus, butiran
sekitar 0.05 mm dan memiliki komposisi dari bahan dengan perbandingan:
a) Batur kapur (CaO) : 60-67 %
b) Pasir silikat (SiO2) : 19-24%
c) Tanah liat (Al2O3) : 4-8%
d) Bijih besi (Fe3O3) : 2-6%
e) MgO : kurang lebih 4.5 %
f) SO3 : kurang lebih 3 %
10
2) Agregat
Agregat adalah butiran mineral alami yang berfungsi sebagai bahan pengisi
dalam campuran mortar atau beton. Agregat merupakan komponen beton paling
berperan dalm menentukan besarnya. Pada beton biasanya terdapat sekitar 60 %
sampai 80 % volume agregat. Agregat harus bergradasi sedemikian rupa sehingga
seluruh massa beton dapat berfungsi sebagai benda yang utuh, homogen dan rapat,
diantara agregat berukuran besar. Agregat harus mempunyai bentuk yang baik (bulat
atau mendekati kubus), bersih, keras, kuat dan gradasinya baik.
Kardiyono Tjokrodimuljo (1996 : 13) mendefinisikan “Agregat adalah
butiran mineral yang berfungsi sebagai bahan pengisi dalam campuran mortar atau
beton.”
SNI 03-2847-2002 (2002 : 4) menjelaskan “Agregat adalah material
granular, misalnya : pasir, kerikil, batu pecah dan kerak tungku besi, yang dipakai
bersama-sama dengan suatu media pengikat untuk membentuk suatu beton semen
hidroulik.”
Sifat yang paling penting dari suatu agregat (batu-batuan, kerikil, pasir)
adalah kekuatan hancur dan ketahanan terhadap benturan, yang dapat mempengaruhi
ikatannya dengan pasta semen, porositas dan karakteristik penyerapan air yang
mempengaruhi daya tahan terhadap proses pembekuan waktu musim dingin dan
agresi kimia, serta ketahanan terhadap penyusutan.
Berdasarkan ukurannya butir agregat dibedakan menjadi 2 jenis yaitu:
a) Agregat halus (pasir)
Agregat yang mempunyai ukuran butir-butir kecil. disebut agregat halus,
butirannya 0 mm sampai 5 mm.
Pasir terbentuk dari pecahan batu karena beberapa sebab. Pasir dapat
diperoleh dari dalam tanah, pada dasar sungai, atau dari tepi laut. Oleh karena itu
pasir digolongkan menjadi 3 macam:
(1) Pasir galian, diperoleh dari permukaan tanah atau dengan cara
menggali terlebih dahulu. Pasir ini biasanya tajam, bersudut, berpori dan
bebas dari kandungan garam, tetapi harus dicuci terlebih dahulu.
12
(2) Pasir sungai, diperoleh langsung dari dasar sungai, pada umumnya
berbutir halus, bulat-bulat akibat gesekan. Karena daya lekat kurang dan
butir-butirnya kecil, maka baik dipakai untuk memplester tembok.
(3) Pasir laut, diambil dari pantai. Butirnya halus dan bulat karena
gesekan. Pasir laut merupakan pasir paling jelek karena kotoran-
kotorannya mengandung garam.
Pasir tidak boleh mengandung kotoran-kotoran lempung, bahan organis dan
bahan anorganis lainnya. Kotoran yang terkandung dalam pasir tidak boleh lebih dari
5 % beratnya. Untuk menyelidiki ada tidaknya kotoran yang terkandung dalam pasir
biasanya digunakan suatu gelas ukuran yang diisi dengan pasir yang diselidiki,
kemudian dengan diberi air, dikocok-kocok dan diaduk, kemudian gelas ukur itu
diletakkan beberapa lama, maka bagian yang ringan jatuh diatasnya. Tebalnya lapisan
inilah akan memberikan pengertian bahwa seberapa banyak kotoran yang
terkandung.
Menurut SNI 03-2847-2002 (2002 : 4) agregat halus adalah: “Pasir alam
sebagai hasil disintegrasi “alami” batuan atau pasir yang dihasilkan oleh industri
pemecah batu dan mempunyai ukuran butir terbesar 5.0 mm
Sedangkan menurut Kardiyono Tjokrodimuljo (1996 : 13-14) menerangkan
bahwa:
Pasir alam terbentuk dari pecahan batu karena beberapa sebab. Pasir dapat
diperoleh dari dalam tanah, pada dasar sungai atau tepi laut. Agregat halus
mempunyai bentuk yang baik (bulat atau mendekati kubus), bersih, keras, dan
gradasinya baik. Agregat halus punya kestabilan kimiawi, dan dalam hal-hal
tertentu harus tahan aus dan tahan cuaca.
Kardiyono Tjokrodimuljo (1996 : 21) menerangkan tentang gradasi agregat:
Tabel 2. Gradasi Agregat
Lubang Persen berat butir yang lewat ayakan
Ayakan Daerah I Daerah II Daerah III Daerah IV
(mm)
10 100 100 100 100
4.8 90-100 90-100 90-100 95-100
2.4 60-95 75-100 85-100 95-100
1.2 30-70 55-90 75-100 90-100
0.6 15-34 35-59 60-79 80-100
0.3 5-20 8-30 12-40 15-50
13
Menurut Murdock L.J & Brook K.M, Stephanus Hendarko (1999 : 44)
menyatakan bahwa: Syarat-syarat gradasi agregat kasar dapat dilihat dalam tabel 3.
prosentase berat yang lolos saringan bs berikut ini:
Tabel 3. Prosentase Berat yang Lolos Saringan BS
Saringan Persentase berat yang lolos saringan BS
uji BS Ukuran nominal Ukuran nominal dari agregat dengan ukuran tunggal
410 mm 40mm 50mm 14mm 63mm 40mm 20mm 14mm 10mm
s/d 5mm s/d 5mm s/d 5mm
75.0 100 - 100 - - - - -
63.0 - - 85-100 100 - - - -
37.5 95-100 - 0-30 85-100 100 100 - -
20.0 35-70 100 0-5 0-25 85-100 85-100 100 -
14.0 - 95-100 - - - - 85-100 100
10.0 10-40 50-85 - 0-5 0-25 0-25 0-50 85-100
5.00 1-5 0-10 - - 0-5 0-5 0-10 0-25
2.36 - - - - - - - 0-5
3) Air
Air merupakan bahan dasar pembuat beton yang paling penting dan
harganyapun paling murah. Air diperlukan untuk bereaksi dengan semen, serta untuk
menjadi bahan pelumas antar butir-butir agregat agar dapat mudah dikerjakan dan
dipadatkan. Untuk bereaksi dengan semen air yang diperlukan hanya sekitar 25 %
berat semen saja. Proporsi air yang sedikit akan memberikan kekuatan yang tinggi
pada beton, tetapi kekerasan beton atau daya kerjanya akan berkurang. Sedangkan
proporsi air yang agak besar akan memberikan kemudahan pada waktu pelaksanaan
pengecoran, tetapi kekuatan hancur beton menjadi rendah.
15
Air yang digunakan untuk pembuatan beton yang paling baik adalah air
tawar yang bersih dan memenuhi syarat sebagai air minum, karena bila digunakan air
yang tidak baik akan merusak konstruksi.
Menurut SNI 03-2847-2002 (2002:14), syarat air untuk pembuatan beton
dan perawatan beton adalah sebagai berikut:
a) Air yang digunakan dalam campuran beton harus bersih dan bebas dari
bahan-bahan merusak yang mengandung oli, asam.
b) Air pencampur yang digunakan pada beton prategang atau pada beton yang
didalamnya tertanam logam alumunium, termasuk air bebas yang
terkandung dalam agregat tidak boleh mengandung ion klorida dalam
jumlah yang membahayakan.
c) Air yang tidak dapat diminum tidak boleh digunakan pada beton, kecuali
ketentuan berikut:
(1) Pemilihan proporsi campuran beton harus didasarkan pada campuran
beton yang menggunakan air dari sumber yang sama.
(2) Hasil pengujian pada umur 7 dan 28 hari pada kubus uji mortar yang
dibuat dengan air yang dapat diminum harus mempunyai kekuatan
sekurang-kurangnya sama dengan 90% dari kekuatan benda uji yang
dibuat dengan air yang dapat diminum. Perbandingan uji kekuatan
tersebut harus dilakukan pada adukan serupa, terkecuali pada air
pencampur, yang dibuat dan diuji sesuai dengan “Metode uji kuat tekan
mortar semen hidrolis”
Dari uraian diatas dapat ditarik suatu pengertian tentang syarat air yang
digunakan untuk beton harus bersih, tidak boleh mengandung minyak, asam, alkali,
garam, dan bahan-bahan lain yang dapat merusak beton.
c. Kuat Tekan Beton
Telah diketahui bersama bahwa sifat beton pada umumnya yang lebih baik
jika kuat tekannya lebih tinggi. Dengan demikian untuk meninjau mutu beton
biasanya secara kasar hanya ditinjau dari kuat tekan.
16
C. Kerangka Pemikiran
Pengaruh recycling aspal sebagai filler terhadap kuat tekan beton dan
prosentase penambahan recycling aspal sebagai filler terhadap kuat tekan beton yang
tepat memungkinkan akan tercapai hasil yang maksimal. Selain menambah kekuatan
tekan beton dengan penambahan recycling aspal juga memliki beberapa keuntungan
antara lain:
1. Pemanfaatan recycling aspal dalam dunia konstruksi.
2. Mudah dalam pencarian bahan pengisi yaitu recycling aspal
18
D. Hipotesis
Berdasarkan kajian teori dan kerangka pemikiran diatas maka dapat dirumuskan
hipotesanya sebagai berikut:
1. Ada pengaruh penambahan recycling aspal sebagai filler
terhadap kuat tekan beton.
2. Didapatkan prosentase optimal tertentu penambahan
recycling aspal sebagai filler untuk mencapai kuat tekan beton maksimal.
3. Ada pengaruh penambahan recycling aspal sebagai filler
terhadap berat jenis beton.