Anda di halaman 1dari 14

5

BAB II
LANDASAN TEORI

A. Tinjauan Pustaka
1. Recycling Aspal sebagai Filler
a. Pengertian Recycling Aspal
Recycling aspal hasil limbah dari pengerukan perkerasan jalan jenis Hot
Mix dengan mengunakan alat bongkar lapis perkerasan (hot milling) di Jalan Raya
Kartosuro (Depan Kampus UNS Pabelan) yang dihasilkan tiap 1 m2 mampu
menghasilkan 0.05 m3 recycling aspal. Sehingga dapat dimanfaatkan sebagai bahan
pengisi/filler pada campuran beton, dalam tingkat tertentu dalam pembuatan beton
dan produk bahan-bahan bangunan lainnya.
Recycling aspal merupakan sisa dari lapis permukaan jalan yang sudah tidak
terpakai, cara mendapatkannya adalah dengan cara mengeruk lapis perkerasan jalan
yang lama dengan menggunakan alat penggaruk aspal yang dinamakan alat Milling.
Soedarmanto D dan Hermanto Durdak (1991:5) dalam Abas Pamuji (2007 : 6)
Recycling aspal adalah semua hasil pengerukan yang berbahan Aspal
dengan mengunakan alat bongkar lapis perkerasan (hot milling) yang diayak
(http//www.pu.id/balitbang/pustrans/_td.htm 25 Juli 2006).
Dari uraian diatas dapat ditarik pengertian recycling aspal adalah bahan
yang berkomposisikan aspal hasil dari pengerukan lapis perkerasan jalan.
1). Pengertian Aspal
Aspal sebagai salah satu konstruksi perkerasan lentur, merupakan salah satu
komponen kecil, umumnya hanya 4 - 10 % berdasarkan berat, 10 – 15 % berdasarkan
volume. Jika pada lapisan perkerasan dengan megunakan aspal sebagai pengikat
dengan mutu yang baik dapat memberikan lapisan kedap air dan tahan terhadap
pengaruh cuaca dan reaksi kimia lain.
Aspal merupakan unsur hidrokarbon yang sangat komplek, yang berupa
bahan ikat yang berbentuk padat atau semi padat dengan komposisi dari asphaltenes
dan maltenes sangat sukar untuk memisahkan molekul-molekul yang membentuk
aspal tersebut.

5
6

Silvia S. (1992 : 59) menjelaskan bahwa “Aspal didefinisikan sebagai


material berwarna hitam atau coklat tua, pada temperatur ruang berbentuk padat
sampai agak padat.”
Menurut Suprapto (1994 : 6) “Aspal merupakan senyawa hidrogen (H) dan
karbon (C) yang terdiri dari parafins, naphtene, dan aromaties.”
2). Klasifikasi Aspal
Aspal pada konstruksi perkerasan jalan berfungsi sebagai berikut ;
a). Bahan Pengikat
fungsi dari bahan pengikat ini memberikan ikatan yang kuat antara aspal
dengan agregat (kasar dan halus) dan antara aspal itu sendiri.
b). Bahan Pengisi
fungsi dari bahan pengisi mengisi rongga antara butir-butir agregat (kasar
dan halus) dan pori-pori yang ada dalam agregat itu sendiri.
c). Daya Tahan
Daya tahan aspal adalah kemampuan aspal mempertahankan sifat asalnya
akibat pengaruh cuaca, beban lalu lintas selama masa pelayanan jalan, dan pengaruh
proses pelaksanaan konstruksi. Daya tahan pada jalan yang paling utama adalah daya
tahan terhadap proses pengerasan.
Dari uraian di atas ditinjau dari segi ketersediaan dan dari segi bahan
pembentuknya, maka dimungkinkan recycling aspal yang mempunyai daya rekat
tinggi bisa digunakan sebagai filler pada campuran beton.

b.Pengertian Filler
Filler merupakan kumpulan agregat halus yang umumnya lolos saringan
no.200, yang berfungsi untuk mengisi rongga diantara partikel agregat kasar
sehingga dapat mengurangi besarnya rongga dan meningkatkan kerapatan dan
stabilitas dari masa tersebut. Pengertian filler menurut Suprapto (1994:46) (Menurut
Skripsi Tukul Seti Aji) : “Filler adalah suatu bahan yang berbutir halus yang lewat
ayakan no. 30 (595 μ ) US standard an 65 % lewat ayakan no. 200 (74 μ ).”
Bahan filler yang dipergunakan dapat berupa debu batu, debu batu kapur,
pecahan genting, debu dolomite, semen Portland dan bahan-bahan lain, dalam hal ini
7

menggunakan recycling aspal hasil penggerukan perkerasan jalan. Bahan filler harus
tidak tercampur dengan kotoran atau bahan yang tidak dikehendaki dan dalam
keadaan kering (kadar air maksimum 1 %). Campuran agregat dan filler akan
membentuk gradasi tertentu sesuai dengan persyaratan untuk mendapatkan beton
yang memenuhi persyaratan.
Sebagai filler persyaratan yang harus dipenuhi adalah bahan tersebut tidak
boleh tercampur karbon atau bahan lain yang tidak dikehendaki dalam keadaan
kering (kadar air maksimum 1%).
Soedarsono (1987) dalam Khusnul Khotimah (1998:16) mengatakan : “Filler
terdiri dari debu atau tanah liat. Filler sebagai bahan pengisi juga sebagai bahan
pengikat.”
Sedangkan Sanusi (1986) dalam Khusnul Khotimah (1998:16)
mendefinisikan filler sebagai bagian dari debu yaitu mineral lolos saringan no. 200
(0.074 mm). Fungsinya sebagai bubuk pengisi rongga-rongga antar agregat kasar.
Selanjutnya filler tersebut harus lolos saringan pada tabel 1 berikut:
Tabel 1. Ukuran Saringan
Ukuran Saringan Proses lolos (%)
No.30 (0,59 mm) 100
No.50 (0,279 mm) 95-100
No.100 (0,149 mm) 90-100
No.200 (0,074 mm) 70-100

2. Beton
a. Pengertian Beton
Beton sangat banyak dipakai secara luas sebagai bahan bangunan.
Mengingat beton memiliki banyak keuntungan dan di Indonesia penyediaan dan
pegembangan teknologi beton terus berkembang.
Menurut Kardiyono Tjokrodimuljo (1996 : 1) menjelaskan bahwa “Beton
adalah bahan yang diperoleh dengan cara mencampurkan semen Portland, air, dan
agregat (dan kadang-kadang bahan tambahan yang sangat bervariasai mulai dari
8

bahan kimia tambahan, serat, sampai bahan buangan non kimia) pada perbandingan
tertentu.”
Sedangkan SNI-03-2847-2002 (2002 : 6) memberi definisi tentang beton
“Beton adalah campuran antara semen Portland atau semen hidrolik lainnya,agregat
halus, agregat kasar, dan air dengan atau tanpa bahan tambahan yang membentuk
massa padat”.
Menurut Segel R, Kole P & Gideon (1993 : 143) menjelaskan “Beton adalah
suatu komposit dari beberapa bahan batu-batuan yang direkatkan oleh bahan ikat,
dibentuk dari agregat campuran (kasar dan halus) dan ditambah dengan pasta
semen.”
Didalam memilih suatu konstruksi untuk bangunan, baiklah dipikirkan
dahulu keuntungan dan kerugiannya karena pemilihan konstruksi yang kurang tepat
sangat merugikan. Oleh karena itu pada konstruksi beton terdapat kebaikan dan
kejelekan dibandingkan dengan bahan bagunan lain.
Kebaikan beton menurut Kardiyono Tjokrodimuljo (1996 :2) antara lain:
1) Harganya relatif murah karena menggunakan bahan-bahan dasar dari bahan
lokal, kecuali semen Portland. Hanya untuk daerah tertentu yang sulit
mendapatkan pasir atau kerikil mungkin harga beton agak mahal.
2) Beton termasuk bahan yang berkekuatan tekan tinggi, serta mempunyai
sifat tahan terhadap perkaratan/pembusukan oleh kondisi lingkungan.
3) Beton segar dapat dengan mudah diangkat maupun dicetak dalam bentuk
apapun dan ukuran seberapapun tergantung keinginan.
4) Kuat tekannya yang tinggi mengakibatkan jika dikombinasikan dengan baja
tulangan (yang kuat tariknya tinggi) dapat dikatakan mampu untuk dibuat
struktur berat.
5) Beton segar dapat disemprotkan dipermukaan beton lama yang retak
maupun diisikan kedalam retakan beton dalam proses perbaikan.
6) Beton segar dapt dipompakan sehingga memungkinkan untuk dituang pada
tempat-tempat pada posisinya sulit.
7) Beton termasuk tahan aus dan tahan kebakaran, sehingga biaya
perawatannya termasuk rendah.

Kejelekan beton menurut Kardiyono Tjokrodimuljo (1996 :2) antara lain :


1. Beton mempunyai kuat tarik yang rendah, sehingga mudah retak,
oleh karena itu perlu diberi baja tulangan, atau tulangan kasa.
2. Beton segar mengerut saat pengeringan dan beton keras
mengembang jika basah, sehingga dilatasi (Contraction Joint) perlu
9

diadakan pada beton yang panjang/lebar untuk memberi tempat bagi susut
pengerasan dan pengembangan.
3. Beton keras mengembang dan menyusut bila terjadi perubahan
suhu, sehingga perlu dibuat dilatasi (Contraction Joint) untuk mencegah
terjadinya retak-retak akibat perubahan suhu.
4. Beton sulit untuk dapat kedap air secara sempurna, sehingga selalu
dapat dimasuki air, dan air yang membawa kandungan garam dapat
merusakkan beton.
5. Beton bersifat getas (tidak daktail) sehingga harus dihitung dan
detail secara seksama agar setelah dikompositkan dengan baja tulangan
menjadi bersifat daktail, terutama pada struktur tahan gempa.

Bahan dasar penyusun beton yang paling sederhana terdiri dari campuran
antar semen, agregat halus (pasir), agregat kasar (kerikil), dan air secukupnya.
kadang-kadang juga ditambah dengan bahan tambahan tertentu agar diperoleh mutu
beton yang lebih baik.
b. Unsur-unsur Penyusun Beton
1) Semen Portland
Semen Portland merupakan bahan ikat yang penting dan banyak dipakai
dalam pembangunan fisik. Suatu semen jika diaduk dengan air akan terbentuk
adukan pasta semen, sedangkan jika diaduk dengan air kemudian ditambah pasir
menjadi mortar semen, dan jika di tambah lagi dengan kerikil/batu pecah disebut
beton. Bahan-bahan tersebut dapat dikelompokkan menjadi kelompok aktif yaitu
semen dan air sedangkan kelompok pasif yaitu pasir dan kerikil. Semen berfungsi
untuk merekatkan butir-butir agregat agar terjadi suatu masa padat, disamping itu
mengisi rongga-rongga diantara butiran agregat.
Semen Portland yang baik adalah semen yang bubukkannya halus, butiran
sekitar 0.05 mm dan memiliki komposisi dari bahan dengan perbandingan:
a) Batur kapur (CaO) : 60-67 %
b) Pasir silikat (SiO2) : 19-24%
c) Tanah liat (Al2O3) : 4-8%
d) Bijih besi (Fe3O3) : 2-6%
e) MgO : kurang lebih 4.5 %
f) SO3 : kurang lebih 3 %
10

Chu Kia Wang & Charles Salmon G (1995 : 5 ) menerangkan:


Semen adalah suatu jenis bahan yang memiliki adhesif dan kohesif yang
memungkinkan melekatnya fragmen-fragmen mineral menjadi suatu massa
yang padat. Meskipun definisi ini dapat diterapkan untuk banyak jenis bahan,
semen yang dimaksud untuk konstruksi beton bertulang adalah bahan jadi dan
mengeras dengan adanya air yang dinamakan semen hidrolis (hydrolis cement).

Menurut Edward Nawy G (1998: 9) menerangkan bahwa “Semen Portland


adalah bahan yang dibuat dari serbuk halus mineral kristalin yang komposisi
utamanya adalah kalsium dan alumunium silikat, dimana penambahan air pada
mineral ini menghasilkan suatu pasta yang jika mengering akan mempunyai kekuatan
seperti batu.”
Berdasarkan uraian diatas maka dapat ditarik suatu pengertian semen adalah
bahan yang dihasilkan dari serbuk halus kristalin yang memilki sifat adhesif dan
kohesif yang akan mengikat dan mengeras secara hidrolis setelah dicampur dengan
air.
Menurut SNI 03-2847-2002 (2002:14), Persyaratan semen:
a) Semen harus memenuhi salah satu dari ketentuan berikut:
(1) SNI-15-2049-1994, Semen Portland
(2) “Spesifikasi semen blended hidrolis” (ASTM C 595), kecuali tipe S
dan SA yang tidak diperuntukkan sebagai unsur pengikat utama
struktur beton.
(3) “Spesifikasi semen hidrolis ekspansif” (ASTM C 845)
b) Semen yang digunakan pada pekerjaan konstruksi harus sesuai dengan
semen yang digunakan pada perancangan proporsi campuran.

Berdasarkan American Society For Testing And Material (ASTM) jenis-


jenis semen yaitu sebagai berikut:
a) Jenis I, yaitu PC yang digunakan pembuatan beton secara umum, dimana
tidak dituntut syarat-syarat khusus.
b) Jenis II, yaitu PC yang digunakan pembuatan konstruksi beton yang tahan
terhadap pengaruh sulfat yang sedang saja atau apabila ada proses hidrasi
diperlukan panas yang sedang-sedang saja.
c) Jenis III, yaitu jenis PC yang digunakan untuk konstruksi beton yang
memerlukan kekuatan awal tinggi.
d) Jenis IV, Yaitu jenis PC untuk konstruksi beton yang harus tahan terhadap
pengaruh sulfat yang tinggi.
11

2) Agregat
Agregat adalah butiran mineral alami yang berfungsi sebagai bahan pengisi
dalam campuran mortar atau beton. Agregat merupakan komponen beton paling
berperan dalm menentukan besarnya. Pada beton biasanya terdapat sekitar 60 %
sampai 80 % volume agregat. Agregat harus bergradasi sedemikian rupa sehingga
seluruh massa beton dapat berfungsi sebagai benda yang utuh, homogen dan rapat,
diantara agregat berukuran besar. Agregat harus mempunyai bentuk yang baik (bulat
atau mendekati kubus), bersih, keras, kuat dan gradasinya baik.
Kardiyono Tjokrodimuljo (1996 : 13) mendefinisikan “Agregat adalah
butiran mineral yang berfungsi sebagai bahan pengisi dalam campuran mortar atau
beton.”
SNI 03-2847-2002 (2002 : 4) menjelaskan “Agregat adalah material
granular, misalnya : pasir, kerikil, batu pecah dan kerak tungku besi, yang dipakai
bersama-sama dengan suatu media pengikat untuk membentuk suatu beton semen
hidroulik.”
Sifat yang paling penting dari suatu agregat (batu-batuan, kerikil, pasir)
adalah kekuatan hancur dan ketahanan terhadap benturan, yang dapat mempengaruhi
ikatannya dengan pasta semen, porositas dan karakteristik penyerapan air yang
mempengaruhi daya tahan terhadap proses pembekuan waktu musim dingin dan
agresi kimia, serta ketahanan terhadap penyusutan.
Berdasarkan ukurannya butir agregat dibedakan menjadi 2 jenis yaitu:
a) Agregat halus (pasir)
Agregat yang mempunyai ukuran butir-butir kecil. disebut agregat halus,
butirannya 0 mm sampai 5 mm.
Pasir terbentuk dari pecahan batu karena beberapa sebab. Pasir dapat
diperoleh dari dalam tanah, pada dasar sungai, atau dari tepi laut. Oleh karena itu
pasir digolongkan menjadi 3 macam:
(1) Pasir galian, diperoleh dari permukaan tanah atau dengan cara
menggali terlebih dahulu. Pasir ini biasanya tajam, bersudut, berpori dan
bebas dari kandungan garam, tetapi harus dicuci terlebih dahulu.
12

(2) Pasir sungai, diperoleh langsung dari dasar sungai, pada umumnya
berbutir halus, bulat-bulat akibat gesekan. Karena daya lekat kurang dan
butir-butirnya kecil, maka baik dipakai untuk memplester tembok.
(3) Pasir laut, diambil dari pantai. Butirnya halus dan bulat karena
gesekan. Pasir laut merupakan pasir paling jelek karena kotoran-
kotorannya mengandung garam.
Pasir tidak boleh mengandung kotoran-kotoran lempung, bahan organis dan
bahan anorganis lainnya. Kotoran yang terkandung dalam pasir tidak boleh lebih dari
5 % beratnya. Untuk menyelidiki ada tidaknya kotoran yang terkandung dalam pasir
biasanya digunakan suatu gelas ukuran yang diisi dengan pasir yang diselidiki,
kemudian dengan diberi air, dikocok-kocok dan diaduk, kemudian gelas ukur itu
diletakkan beberapa lama, maka bagian yang ringan jatuh diatasnya. Tebalnya lapisan
inilah akan memberikan pengertian bahwa seberapa banyak kotoran yang
terkandung.
Menurut SNI 03-2847-2002 (2002 : 4) agregat halus adalah: “Pasir alam
sebagai hasil disintegrasi “alami” batuan atau pasir yang dihasilkan oleh industri
pemecah batu dan mempunyai ukuran butir terbesar 5.0 mm
Sedangkan menurut Kardiyono Tjokrodimuljo (1996 : 13-14) menerangkan
bahwa:
Pasir alam terbentuk dari pecahan batu karena beberapa sebab. Pasir dapat
diperoleh dari dalam tanah, pada dasar sungai atau tepi laut. Agregat halus
mempunyai bentuk yang baik (bulat atau mendekati kubus), bersih, keras, dan
gradasinya baik. Agregat halus punya kestabilan kimiawi, dan dalam hal-hal
tertentu harus tahan aus dan tahan cuaca.
Kardiyono Tjokrodimuljo (1996 : 21) menerangkan tentang gradasi agregat:
Tabel 2. Gradasi Agregat
Lubang Persen berat butir yang lewat ayakan
Ayakan Daerah I Daerah II Daerah III Daerah IV
(mm)
10 100 100 100 100
4.8 90-100 90-100 90-100 95-100
2.4 60-95 75-100 85-100 95-100
1.2 30-70 55-90 75-100 90-100
0.6 15-34 35-59 60-79 80-100
0.3 5-20 8-30 12-40 15-50
13

Lubang Persen berat butir yang lewat ayakan


Ayakan Daerah I Daerah II Daerah III Daerah IV
(mm)
0.15 0-10 0-10 0-10 0-15
Keterangan:
Daerah I = pasir kasar
Daerah II = pasir agak kasar
Daerah III = pasir agak halus
Daerah IV = pasir halus

b). Agregat Kasar (kerikil)


Pada umumnya yang dimaksud agregat kasar adalah yang mempunyai
ukuran lebih besar dari 5 mm. Agregat kasar harus terdiri dari butir-butir kasar dan
tidak berpori. bentuk kerikil harus tajam seperti pada batu pecah/kricak, selain itu
pada bentuk tajam terdapat rongga-rongga lebih banyak sehingga memerlukan pasta
semen lebih banyak pula.
Butir-butir kerikil harus bersifat kekal, artinya tidak pecah atau hancur oleh
pengaruh perubahan cuaca, yaitu terik matahari, dan hujan. Sifat kerikil
mempengaruhi akhir beton keras dan daya tahannya terhadap desintegrasi beton,
cuaca dan efek-efek perusak lainnya. Kerikil harus bersih dari bahan-bahan organik.
Apabila kerikil mengandung lumpur dari 1 % berat kering, maka kerikil harus dicuci
lebih dahulu.
Menurut Edward Nawy G (1998 : 14) menerangkan bahwa: “Agregat
disebut kasar apabila ukurannya sudah melebihi ¼ in (6mm). Sifat agregat kasar
mempengaruhi kekuatan akhir beton keras dan daya tahannya terhadap disintegrasi
beton, cuaca, dan efek-efek perusak lainnya”.
Menurut Murdock L.J & Brook K.M, Stephanus Hendarko (1999 : 42)
menerangkan bahwa:
Agregat kasar dapat diartikan sebagai agregat yang tertinggal di atas saringan
uji 5 mm BS 410 dan hanya mengandung bahan lebih halus seperti yang
diijinkan untuk bermacam-macam ukuran seperti yang tercantum BS 882
bagian 2: 1973. Agregat kasar boleh diartikan sebagai kerikil yang utuh,
kerikilk pecah, batu pecah atau sebagian terdiri dari kerikil pecah dengan
kombinasi kerikil utuh dengan kerikil pecah
14

Sedangkan menurut SNI 03-2847-2002 (2002 : 4) menerangkan bahwa:


Agregat kasar sebagai hasil disintegrasi “alam” dari batu pecah yang diperoleh dari
industri pemecah batu dan mempunyai ukuran butir antara 5 mm sampai 40 mm.
Menurut SNI 03-2847-2002 (2002 : 14) syarat-syarat agregat kasar:
Besar butir maksimum harus diambil harga terkecil dari:
(1) 1/5 (seperlima) jarak terkecil bidang samping cetakan
(2) 1/3 (sepertiga) tebal plat lantai, ataupun
(3) ¾ (tiga per empat) dari jarak bersih antara tulangan atau kawat-kawat,
bundel tulangan, atau tendon-tendon prategang atau selongsong-selongsong.

Menurut Murdock L.J & Brook K.M, Stephanus Hendarko (1999 : 44)
menyatakan bahwa: Syarat-syarat gradasi agregat kasar dapat dilihat dalam tabel 3.
prosentase berat yang lolos saringan bs berikut ini:
Tabel 3. Prosentase Berat yang Lolos Saringan BS
Saringan Persentase berat yang lolos saringan BS
uji BS Ukuran nominal Ukuran nominal dari agregat dengan ukuran tunggal
410 mm 40mm 50mm 14mm 63mm 40mm 20mm 14mm 10mm
s/d 5mm s/d 5mm s/d 5mm
75.0 100 - 100 - - - - -
63.0 - - 85-100 100 - - - -
37.5 95-100 - 0-30 85-100 100 100 - -
20.0 35-70 100 0-5 0-25 85-100 85-100 100 -
14.0 - 95-100 - - - - 85-100 100
10.0 10-40 50-85 - 0-5 0-25 0-25 0-50 85-100
5.00 1-5 0-10 - - 0-5 0-5 0-10 0-25
2.36 - - - - - - - 0-5

3) Air
Air merupakan bahan dasar pembuat beton yang paling penting dan
harganyapun paling murah. Air diperlukan untuk bereaksi dengan semen, serta untuk
menjadi bahan pelumas antar butir-butir agregat agar dapat mudah dikerjakan dan
dipadatkan. Untuk bereaksi dengan semen air yang diperlukan hanya sekitar 25 %
berat semen saja. Proporsi air yang sedikit akan memberikan kekuatan yang tinggi
pada beton, tetapi kekerasan beton atau daya kerjanya akan berkurang. Sedangkan
proporsi air yang agak besar akan memberikan kemudahan pada waktu pelaksanaan
pengecoran, tetapi kekuatan hancur beton menjadi rendah.
15

Air yang digunakan untuk pembuatan beton yang paling baik adalah air
tawar yang bersih dan memenuhi syarat sebagai air minum, karena bila digunakan air
yang tidak baik akan merusak konstruksi.
Menurut SNI 03-2847-2002 (2002:14), syarat air untuk pembuatan beton
dan perawatan beton adalah sebagai berikut:
a) Air yang digunakan dalam campuran beton harus bersih dan bebas dari
bahan-bahan merusak yang mengandung oli, asam.
b) Air pencampur yang digunakan pada beton prategang atau pada beton yang
didalamnya tertanam logam alumunium, termasuk air bebas yang
terkandung dalam agregat tidak boleh mengandung ion klorida dalam
jumlah yang membahayakan.
c) Air yang tidak dapat diminum tidak boleh digunakan pada beton, kecuali
ketentuan berikut:
(1) Pemilihan proporsi campuran beton harus didasarkan pada campuran
beton yang menggunakan air dari sumber yang sama.
(2) Hasil pengujian pada umur 7 dan 28 hari pada kubus uji mortar yang
dibuat dengan air yang dapat diminum harus mempunyai kekuatan
sekurang-kurangnya sama dengan 90% dari kekuatan benda uji yang
dibuat dengan air yang dapat diminum. Perbandingan uji kekuatan
tersebut harus dilakukan pada adukan serupa, terkecuali pada air
pencampur, yang dibuat dan diuji sesuai dengan “Metode uji kuat tekan
mortar semen hidrolis”

Menurut Kardiyono Tjokrodimuljo (1996 : 46) pemakaian air untuk beton


itu sebaiknya air memenuhi syarat sebagai berikut:
a) Tidak mengadung lumpur (benda melayang lainnya) lebih dari 2 gram/liter.
b) Tidak mengadung garam-garam yang dapat merusak beton (asam, zat
organik, dan sebagainya) lebih dari 15 gram/liter.
c) Tidak mengadung Khlorida (I) lebih dari 0.5 gram/liter.
d) Tidak mengandung senyawa sulfat lebih dari gram/liter.

Dari uraian diatas dapat ditarik suatu pengertian tentang syarat air yang
digunakan untuk beton harus bersih, tidak boleh mengandung minyak, asam, alkali,
garam, dan bahan-bahan lain yang dapat merusak beton.
c. Kuat Tekan Beton
Telah diketahui bersama bahwa sifat beton pada umumnya yang lebih baik
jika kuat tekannya lebih tinggi. Dengan demikian untuk meninjau mutu beton
biasanya secara kasar hanya ditinjau dari kuat tekan.
16

SNI (1990 : 3) menyatakan bahwa: “Kuat tekan beton adalah besarnya


beban per satuan luas, yang menyebabkan benda uji beton hancur bila dibebani
dengan gaya tekan tertentu, yang dihasilkan oleh mesin tekan
Sedangkan menurut SNI 03-2847-2002 (2002 : 9) menerangkan “Kuat tekan
beton adalah kuat tekan beton yang ditetapkan oleh perencanaan struktur (benda uji
silinder diameter 150 mm dan tingginya 300 mm) yang dipakai dalam perencanaan
struktur beton dinyatakan dalam mega pascal (MPa).”
Ismoyo P.H (1995 : 23) dalam Dewi Rahmawati (2000 : 25) menyatakan :
“Yang dimaksud kekuatan tekan adalah kekuatan tekan yang diperoleh dari
pemeriksaan benda uji kubus bersisi 15 cm dan berumur 28 hari.”
Menurut Murdock L.J & Brook K.M, Stephanus Hendarko, (1991 : 233)
menguraikan beberapa faktor penting yang mempengaruhi kuat desak beton yaitu:
a. Jenis semen dan karakternya mempengaruhi kekuatan rata-rata dan kuat
batas beton.
b. Jenis lekuk-lekuk pada permukaan agregat.
Kenyataannya menunjukkan bahwa penggunaan agregat akan menghasilkan
beton, dengan kuat desak maupun kuat tarik yang besar dan pada
penggunaan kerikil halus sungai
c. Efisiensi dari perawatan (curring) kehilangan kekuatan sampai 40 % dapat
terjadi bila pengeringan diadakan sebelum waktunya.
Perawatan adalah hal yang sangat penting pada pekerjaan lapangan dan
pada pembuatan benda uji laboratorium.
d. Suhu. Pada umumnya kecepatan pengecoran bertambah dengan
bertambahnya suhu. Pada titik beku kuat hancur akan tetap rendah untuk
waktu lama.
e. Umur. Pada keadaan yang normal kekuatan beton bertambah dengan
umurnya. Kecepatan pertambahannya kekuatan tergantung pada jenis
semen. Misalnya semen dengan kadar Alumina yang tertinggi menghasilkan
beton yang kuat hancurnya pada 24 jam sama dengan portland semen biasa
pada umur 28 hari. Pengerasan berlangsung terus secara lambat sampai
beberapa tahun.

d. Berat Jenis Beton


Beton merupakan bahan konstruksi bangunan yang cukup berat. Sehingga
salah satu kelemahan dari beton adalah berat jenis dari beton tersebut yang sangat
besar. Kardiyono Tjokrodimuljo (1996:117). Berat jenis beton adalah berat beton per
satuan isi. SNI 03-1973-1990.
17

Dalam penelitian ini digunakan recycling aspal sebagai filler sehingga


nantinya diharap berat jenis dari beton tersebut menjadi lebih rendah namun masih
memenuhi persyaratan beton normal yaitu menurut SNI 03-847-2002 beton normal
adalah beton yang mempunyai berat satuan 2.200 kg/m 3 sampai 2.500 kg/m3 dan
dibuat menggunakan agregat alam yang dipecah atau tanpa dipecah.

B. Penelitian yang Relevan


Penelitian yang relevan yang digunakan sebagai acuan oleh penulis adalah
sebagai berikut:
1. Penelitian Harjono (1992 : h.53) dengan judul: “Fly Ash sebagai Alternatif
Filler pada Campuran Beton Aspal) menyimpulkan:
a. Fly ash yang digunakan sebagai filler mampu memenuhi karakteristik lapis
tipis beton aspal beton.
b. Kadar aspal optimum yang dihasilkan 6.6 %.
2. Penelitian dari Khusnul Khotimah (1998) dengan judul Pengaruh Abu
Batubara Sebagai Filler Terhadap Kuat Tekan Beton umur 14 dan 28 hari dengan
Prosentase Penambahan 0 %, 5 %, 10 % menyimpulkan:
a. Beton dengan adanya penambahan abu batu bara menunujukan
terjadinya peningkatan baik tekanan maupun karakteristiknya.
b. Pada penambahan beton dengan kadar 0 %, 5 %, 10 % abu batu
bara terhadap semen, terjadi peningkatan mutu beton dan untuk peningkatan
tertinggi pada kadar 10 % pada umur sama yaitu 10,5 %.

C. Kerangka Pemikiran
Pengaruh recycling aspal sebagai filler terhadap kuat tekan beton dan
prosentase penambahan recycling aspal sebagai filler terhadap kuat tekan beton yang
tepat memungkinkan akan tercapai hasil yang maksimal. Selain menambah kekuatan
tekan beton dengan penambahan recycling aspal juga memliki beberapa keuntungan
antara lain:
1. Pemanfaatan recycling aspal dalam dunia konstruksi.
2. Mudah dalam pencarian bahan pengisi yaitu recycling aspal
18

3. Mencegah penyusutan pada beton dan menambah kekuatan pada beton.


4. Meningkatkan kerapatan beton yaitu dengan mengisi rongga-rongga pada
beton.
Penggunaan recycling aspal sebagai bahan pengisi dengan perbandingan
yang tepat akan menghasilkan kekuatan tekan yang tinggi. Dan dengan pengerjaan
yang benar dan perbandingan recycling aspal yang tepat dapat mengurangi jumlah
pemakaian air dalam campuran.

D. Hipotesis
Berdasarkan kajian teori dan kerangka pemikiran diatas maka dapat dirumuskan
hipotesanya sebagai berikut:
1. Ada pengaruh penambahan recycling aspal sebagai filler
terhadap kuat tekan beton.
2. Didapatkan prosentase optimal tertentu penambahan
recycling aspal sebagai filler untuk mencapai kuat tekan beton maksimal.
3. Ada pengaruh penambahan recycling aspal sebagai filler
terhadap berat jenis beton.

Anda mungkin juga menyukai