Anda di halaman 1dari 19

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG

Promosi kesehatan/pendidikan kesehatan merupakan cabang dari ilmu


kesehatan yang mempunyai dua sisi, yakni sisi ilmu dan sisi seni. Dilihat dari
sisi seni, yakni praktisi atau aplikasi pendidikan kesehatan adalah merupakan
penunjang bagi program-program kesehatan lain. Ini artinya bahwa setiap
program kesehatan yang telah ada misalnya pemberantasan penyakit
menular/tidak menular, program perbaikan gizi, perbaikan sanitasi
lingkungan, upaya kesehatan ibu dan anak, program pelayanan kesehatan dan
lain sebagainya sangat perlu ditunjang serta didukung oleh adanya promosi
kesehatan.
Dengan demikian bahwa promosi kesehatan adalah kombinasi
berbagai dukungan menyangkut pendidikan, organisasi, kebijakan dan
peraturan perundangan untuk perubahan lingkungan dan perilaku yang
menguntungkan kesehatan (Green dan Ottoson,1998).
Secara singkat, visi dari promosi kesehatan adalah meningkatnya
kemampuan masyarakat untuk memelihara dan meningkatkan derajat
kesehatan sehingga produktif secara ekonomi maupun sosial, serta adanya
pendidikan kesehatan di semua program kesehatan. Dalam rangka mencapai
keberhasilan visi tersebut, terdapat beberapa misi promosi kesehatan sebagai
upaya untuk merealisasikannya, salah satunya itu adalah melakukan
advokasi.
Advokasi di sini ditujukan kepada para pengambil keputusan atau
pembuat kebijakan. Advokasi merupakan perangkat kegiatan yang terencana
yang ditujukan kepada para penentu kebijakan dalam rangka mendukung
suatu isu kebijakan yang spesifik. Dalam hal ini kegiatan advokasi
merupakan suatu upaya untuk mempengaruhi para pembuat keputusan
(decission maker) agar dapat mempercayai dan meyakini bahwa program
kesehatan yang ditawarkan perlu mendapat dukungan melalui kebijakan atau
keputusan-keputusan

1
1.2 RUMUSAN MASALAH

Adapun rumusan masalahnya antara lain:

1. Apa Latar belakang advokasi dalam promosi kesehatan?


2. Jelaskan Pengertian advokasi dan advokasi dalam kesehatan?
3. Sebutkan sasaran advokasi dalam promosi kesehatan?
4. Apa prinsip dasar advokasi dalam promosi kesehatan?
5. Sebutkan metode dan teknik advokasi dalam promosi kesehatan?
6. Jelaskan langkah advokasi dalam promosi Kesehatan?
7. Bagaimana cotoh kasus dalam Advokasi Promosi Kesehatan ?

1.3 Tujuan Penulisan


Adapun tujuannya dibagi menjadi dua, antara lain:
1.3.1 Tujuan Umum
Memenuhi tugas dari mata kuliah
1.3.2 Tujuan Khusus
1.3.2.1 Untuk mengetahui latar belakang dari promosi kesehatan
1.3.2.2 Untuk mengetahui penegertian umum dan pentingnya advokasi
dalam kesehatan masyarakat
1.3.2.3 Untuk mengetahui sasaran advokasi dalam promosi kesehatan
1.3.2.4 Untuk memahami prinsip dasar advokasi
1.3.2.5 Untuk mengetahui metode dan teknik advokasi promosi kesehatan
1.3.2.6 Untuk mengetahui mekanisme dalam advokasi promosi kesehatan
1.3.2.7 Untuk memahami indicator contoh kasus dalam advokasi promosi
kesehatan

2
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Advokasi

Advokasi secara harfiah berarti pembelaan, sokongan atau bantuan


terhadap seseorang yang mempunyai permasalahan. Istilah advikasi mula-
mula, digunakan di bidang hukum atau pengadilan, menurut Johns Hopkins
(1990) advokasi adalah usaha untuk mempengaruhi kebijakan public melalui
bermacam-macam bentuk komunikasi persuasive. Istilah advokasi di bidang
kesehatan mulai digunakan dalam program kesehatan masyarakat pertama
kali oleh WHO pada tahun 1984 sebagai salah satu strategi global Pendidikan
Kesehatan atau Promosi Kesehatan. Advokasi diartikan sebagai upaya
pendekatan terhadap orang lain yang dianggap mempunyai pengaruh
terhadap keberhasilan suatu program atau kegiatan yang dilaksanakan. Oleh
karena itu yang menjadi sasaran advikasi adalah para pemimpin atau
pengambil kebijakan (policy makers) atau pembuat keputusan (decision
makers) baik di institusi pemerintah maupun swasta.
Perawat sebagai advokat yaitu sebagai penghubung antar klien-tim
kesehatan lain dalam rangka pemenuhan kebutuhan klien. Membela
kepentingan klien dan membantu klien, memahami semua informasi dan
upaya kesehatan yang diberikan tim kesehatan dengan pendekatan
tradisional maupun profesional. Advokasi terhadap kesehatan merupakan
sebuah upaya yang dilakukan orang-orang di bidang kesehatan, utamanya
promosi kesehatan, sebagai bentuk pengawalan terhadap kesehatan,
Advokasi dapat dilakukan dengan mempengaruhi para para pembuat
kebijakan utuk membuat peraturan-peraturan yang bisa berpihak pada
kesehatan dan peraturan tersebut dapat menciptakan lingkungan yang dapat
mempengaruhi perilaku sehat dapat terwujud di masyarakat (Kapalawi, 2007).

3
2.2 Pengertian Advokasi Dalam Kesehatan

Menurut Foss & Foss et al (1980); Toulmin (1981) advokasi adalah


upaya persuasif yang mencangkup kegiatan penyadaran, rasionalisasi,
argumentasi, dan rekomendasi tindak lanjut mengenai sesuatu (Hadi Pratomo
dalam Notoatmodjo, 2005). Advokasi adalah usaha mempengaruhi kebijakan
publik melalui bermacam-macam bentuk komunikasi persuasif (John Hopkins
School for Public Health). WHO (1989) seperti dikutip UNFPA dan BKKBN
(2002) mengungkapkan bahwa “Advocacy is a cpmbination on individual and
social action design to gain political comitment, policy support, social
acceptence and system support for particular health goal programe”.
Jadi dapat disumpulkan bahwa advokasi adalah kombinasi kegiatan
individu dan social yang dirancang untuk memperoleh komitmen politis,
dukungan kebijakan, penerimaan sosial dan sistem yang mendukung tujuan
atau program kesehatan tertentu. Kata kunci dalam advokasi adalah “valid
information” (untuk input), “free choice”, atau “persuasive”. Ringkasnya
advokasi dapat diartikan sebagai upaya atau proses untuk memperoleh
komitmen, yang dilakukan secara persuasive untuk mempengaruhi kebijakan
public dengan menggunakan informasi yang akurat dan tepat.
Advokasi Kesehatan adalah advokasi yang dilakukan untuk
memperoleh komitmen atau dukungan dalam bidang kesehatan, atau yang
mendukung pengembangan lingkungan dan perilaku sehat (Depkes, 2007).
Kaitan antara promosi kesehatan dengan advokasi adalah menurut Anderson
dalam Baum (2002), promosi kesehatan merupakan kombinasi pendidikan
kesehatan dan intervensi yang berhubungan dengan bidang organisasi, politik,
dan ekonomi yang direkayasa untuk memfasilitasi adaptasi perilaku dan
lingkungan untuk memperbaiki kesehatan. Jadi promosi kesehatan bukan
hanya perubahan perilaku melainkan juga perubahan lingkungan, karena
lingkungan diciptakan oleh keputusan yang dibuat individu, organisasi atau
pemerintah, mereka yang peduli terhadap kesehatan atau kesejahteraan
individu dan masyarakat (promotor kesehatan), perlu terlibat atau
mempengaruhi pembuatan keputusan tersebut.

4
2.3 Sasaran dan Pelaku Advokasi Kesehatan

Sasaran advokasi kesehatan adalah berbagai pihak diharapkan memberikan


dukungan terhadap upaya kesehatan, khususnya : para pengambil keputusan
dan penentu kebijakan di pemerintahan, lembaga perwakilan rakyat, para
mitra di kalangan pengusaha/ swasta, badan penyandang dana, kalangan media
massa, organisasi profesi, organisasi kemasyarakatan, lembaga swadaya
masyarakat, tokoh-tokoh berpengaruh dan tenar, dan kelompok-kelompok
potensial lainnya di masyarakat.

Mereka itu bukan hanya yang potensial pendukung, tetapi juga yang
menentang atau yang upayanya berlawanan atau merugikan kesehatan
(misalnya : Industri rokok).

Pelaku advokasi diharapkan siapa saja yang peduli terhadap upaya


kesehatan, dan memandang perlu adanya mitra untuk mendukung upaya
tersebut.

Mereka itu diharapkan : memahami permasalahan kesehatan, mempunyai


kemampuan advokasi khususnya melakukan pendekatan persuasif, dapat
dipercaya (credible), dan sedapat mungkin dihormati atau setidaknya tidak
tercela khususnya di depan kelompok sasaran.

Mereka itu juga dapat berasal dari kalangan pemerintah, swasta, Perguruan
Tinggi, Organisasi profesi, Organisasi berbasis masyarakat/agama, LSM,
tokoh berpengaruh, dll.

2.4 Prinsip Dasar Advokasi Dalam Promosi Kesehatan

Advokasi tidak hanya sekedar melakukan lobby politik , tetapi


mencakup kegiatan persuasip , memberikan semangat dan bahkan sampai
memberikan pressure atau tekanan kepada para pemimpin institusi .

5
Sharma dalam Notoatmodjo (2005), ada delapan unsur dasar advokasi,
yaitu antara lain adalah:
1. Penetapan Tujuan Advokasi
Agar upaya advokasi dapat berhasil tujuan, advokasi perlu dibuat lebih
spesifik berdasarkan pertanyyan berikut: apakah isu atau masalah tersebut
dapat menyatukan atau membuat berbagai kelompok bersatu dalam suatu
koalisi yang kuat? Apakah tujuan advokasi dapat dicapai? Apakah tujuan
advokasi memang menjawab permasalahan?
2. Pemanfaatan Data Dan Riset Untuk Advokasi
Adanya data dan riset pendukung sangat penting agar keputusan dibuat
berdasarkan informasi yang tepat dan benar. Oleh karena itu, data dan riset
mungkin diperlukan dalam menentukan masalah yang akan diadvokasi,
identifikasi solusi pemecahan masalah maupun menentukan tujuan yang
realistis.
3. Identifikasi Khalayak Sasaran Advokasi
Bila isu dan tujuan telah disusun, upaya advokasi harus ditujukan bagi
kelompok yang dapat membuat keputusan dan idealnya ditujukan bagi orang
yang berpengaruh dalam pembuatan keputusan, misalnya staf, penasihat,
orang tua yang berpengaruh, media massa dan masyarakat.
4. Pengembangan Dan Penyampaian Pesan Advokasi
Khalayak sasaran berbeda bereaksi tidak sama atas pesan yang berbeda.
Seorang tokoh politik mungkin termotivasi kalau dia mengetahui banwa
banyak dari konstituen yang diwakilinya peduli terhadap masalah tertentu.
Seorang Menkes mungkin akan mengambil keputusan ketika kepada yang
bersangkutan disajikan data rinci mengenai besarnya masalah kesehatan
tertentu. Jadi penting diketahui pesan apa yang diperlukan agar khalayak
sasaran yang dituju dapat membuat keputusan yang mewakili kepentingan
advokator.
5. Membangun Koalisi
Melibatkan orang dalam jumlah yang besar dan mewakili berbagai
kepentingan, sangat nermanfaat bagi upaya advokasi maupun dukungan
politis. Bahkan daam satu organisasi sendiri, koalisis internal yaitu melibatkan

6
berbagai orang dari berbagai divisi/ departemen dalam mengembangkan
program baru, dapat membantu consensus untuk aksi kegiatan. Pertimbangkan
lagi siapa lagi yang akan diajak bermitra dalam aliansi atau koalisi upaya
advokasi yang dirancang.
6. Membuat Persentasi Yang Persuasif
Kesempatan untuk mempengaruhi khalayak sasaran kunci seringkali
terbatas waktunya. Kecermatan dan kehati-hatian dalam meyempaikan
argument yang meyakinkan atau model/ cara presentasi dapat mengubah
kesempatan terbatas ini menjadi upaya advokasi yang berhasil.
7. Penggalangan Dana Untuk Advokasi
Semua kegiatan termasuk upaya advokasi memerlukan dana.
Mempertahankan upaya advokasi yang berkelanjutan dalam jangka panjang
memerlukan waktu, energi dalam penggalangan dana atau sumber daya lain
untuk menunjang upaya advokasi.
8. Evaluasi Upaya Advokasi
Untuk menjadi advocator yang tangguh diperlukan umpan balik
berkelanjutan serta evaluasi atas upaya advokasi yang telah dilakukan.

2.5 Tujuan Advokasi Kesehatan

Menurut Departemen Kesehatan RI (2007), tujuan advokasi kesehatan


adalah sebagai berikut:
1. Tujuan Umum
Diperolehnya komitmen dan dukungan dalam upaya kesehatan, baik
berupa kebijakan, tenaga, dana, sarana, kemudahan, keiktusertaan dalam
kegiatan, maupun berbagai bentuk lainnya sesuai keadaan dan usaha.
2. Tujuan Khusus
1) Adanya pemahaman atau pengenalan atau kesadaran.
2) Adanya ketertarikan atau peminatan atau tanpa penolakan.
3) Adanya kemauan atau kepedulian atau kesanggupan untuk
membantu dan menerima perubahan
4) Adanya tindakan/ perbuatan/ kegiatan nyata (yang diperlukan)

7
5) Adanya kelanjutan kegiatan (kesinambungan kegiatan)
Menurut Notoatmodjo, (2007) secara inklusif terkandung tujuan-tujuan
advokasi antara lain yaitu:
1. Komitmen Politik (Political Comitment)
Komitmen para pembuat keputusan atau penentu kebijakan di
tingkat dan di sektor manapun sangat diperlukan terhadap permasalahan
kesehatan dan upaya pemecahan permasalahan kesehatan. Pembangunan
nasional tidak terlepas dari pengaruh kekuasaan politik yang sedang
berjalan. Oleh sebab itu pembangunan di sector kesehatan juga tidak
terlepas dari kondisi dan situasi politik pada saat ini. Baik kekuasaan
eksekutif maupun legislative di Negara manapun ditentukan oleh proses
politik, terutama hasil pemeliharaan umum pada eksekutif dan legislative
terhadap masalah kesehatan masyarakat, ditentukan oleh pemahaman
mereka terhadap masalah-masalah kesehatan.
Demikian pula seberapa jauh mereka mengalokasikan anggran
pembangunan nasional begi pembangunan sektor kesehatan, juga
tergantung pada cara pandang dan kepedulian (concern) mereka terhadap
kesehatan dalam konteks pembangunan nasional. Oleh sebab itu untuk
meningkatkan komitmen para eksekutif dan legislative terhadap
kesehatan perlu advokasi kepada mereka. komitemen politik ini dapat
diwujudkan antara lain dengan pernyataan-pernyataan, baik secara lisan
maupun tertulis, dapi para pejabat eksekutif maupun legislative,
mengenai dukungan atau persetujuan terhadap isu-isu kesehatan.
2. Dukungan Kebijakan (Policy Support)
Dukungan konkret yang diberikan oleh para pimpinan institusi di
semuua tingkat dan di semua sektor yang terkait dalam rangka
mewujudkan pembangunan di sektor kesehatan. Dukungan politik tidak
akan berarti tanpa dikeluarkannya kebijakan yang konkret dari pembuat
keputusan. Oleh sebab itu, setelah adanya komitmen politik dari para
eksekutif maka perlu ditindak lanjuti dengan advokasi agar
dikeluarkannya kebijakan untuk mendukung program yang telah
memperoleh komitmen politik tersebut. Dukungan kebijakan ini dapat

8
berupa Undang-undang, peraturan pemerintah atau peraturan daerah,
surat keputusan pimpinan institusi baik pemerintah maupun swasta,
instruksi atau surat edaran dari para pemimpin lembaga/ institusi, dan
sebagainya.
3. Dukungan Masyarakat (Social Acceptance)
Dukungan masyarakat berarti diterimanya suatu program oleh
masyarakat. Suatu program kesehatan apa pun hendaknya memperoleh
dukungan dari sasaran utama program tersebut, yakni masyarakat,
terutama tokoh masyarakat. Oleh sebab itu apabila suatu program telah
mendapat komitmen dan dukungan kebijakan, maka langkah selanjutnya
adalah memperoleh dukungan masyarakat. Untuk sosialisasi program ini,
para petugas tingkat operasional atau local, misalnya petugas dinas
kesehatan kabupaten dan puskesmas, mempunyai peranan yang sangat
penting. Oleh sebab itu para petugas tersebut juga mempunyai
kemampuan advokasi. Untuk petugas kesehatan tingkat distrik, sasaran
advokasi adalak kepala distrik, parleman distrik, pejabat lintas sektoral di
tingkat distrik dan sebagainya. Sedangkan sasaran advokasi petugas
puskesmas adalah kepala wilayah kecamatan, pejabat lintas sektoral
tingkat subdistrik, para tokoh masyarakat setempat, dan sebagainya.
4. Dukungan Sistem (System Support)
Agar suatu program berjalan dengan baik, perlu adanya sistem,
mekanisme, atau prosedur kerja yang jelas yang mendukungya. Oleh
sebab itu sistem kerja atau organisasi kerja yang melibatkan kesehatan
perlu dikembangkan. Mengingat bahwa masalah kesehatan merupakan
dampak dari berbagai sektor, maka program untuk pemecahannya atau
penanggulangannya pun harus bersama-sama dengan sektor lain. Dengan
kata lain, semua sektor pembangunan yang mempunyai dampak terhadap
kesehatan, harus memasukkan atau mempunyai unit atau sistem yang
menangani masalah kesehatan di dalam struktur organisasinya. Unit ini
secara internal menangani masalah kesehatan yang dihadapi oleh
karyawan, dan secara eksternal mengatasi dampak institusi tersebut
terhadap kesehatan masyarakat.

9
2.6 Metode Dan Teknik Advokasi Kesehatan
Seperti yang diuraikan di atas, bahwa tujuan utama advokasi di sektor
kesehatan adalah memperoleh komitmen dan dukungan kebijakan para
penentu kebijakan atau pembuat keputusan di segala tingkat.
Metode atau cara dan tehnik advokasi untuk mencapai tujuan itu
semua ada bermacam-macam, antara lain:
1. Lobi Politik (political lobying)
 Lobi adalah bincang-bincangsecara informal dengan para pejabat
untuk menginformasikan dan membahas masalah dan program kesehatan
yang dilaksanakan
2. Serminar / Presentasi
 Seminar / presentasi yang di hadiri oleh para pejabat lintas program
dan sektoral. Petugas kesehatan menyajikan maslah kesehatan diwilayah
kerjanya, lengkap dengan data dan ilustrasi yang menarik, serta rencana
program pemecahannya. Kemudian dibahas bersama-sama, yang
akhirnya dharafkan memproleh komitmen dan dukungan terhadap
program yang akan dilaksanakan tersebut.
3. Media
 Advokasi media (media advocacy)adalah melakukan kegiatan
advokasi dengan mengumpulkan media, khususnya media massa.
4. Perkumpulan (asosiasi) Peminat
 Asosiasi atau perkumpulan orang-orang yang mempunyai minat atau
interes terhadap permaslahan tertentu atau perkumpulan profesi, juga
merupakan bentuk advokasi.

2.7 Langkah-langkah dalam Advokasi Kesehatan


Menurut Sharma (dikutip dari Hadi Pratomo dalam Notoatmodjo,
2005), terdapat delapan unsur dasar dalam advokasi, yaitu penetapan tujuan,
pemanfaatan data, identifikasi khalayak sasaran, pengembngan dan
penyampaian pesan, membangun koalisi, membuat penyajian atau persentasi
yang persuasif, penggalangan dana dan evaluasi. Menurut Depkes (2007),
terdapat lima langkah kegiatan advokasi antara lain adalah:

10
1. Identifikasi Dan Analisis Masalah Atau Isu Yang Memerlukan Advokasi
Masalah atau isu advokasi perlu dirumuskan berbasis data atau
fakta. Data sangat penting agar keputusan yang dibuat berdasarkan
informasi yang tepat dan benar. Data berbasis fakta sangat membantu
menetapkan masalah, mengidentifikasi solusi dan menentuka tujuan
yang realistis. Adanya data sering menjadi argumen yang sangat
persuasif.
2. Identifikasi Dan Analisis Kelompok Sasaran
Sasaran kegiatan advokasi ditujukan kepada para pembuat
keputusan (decision makers) atau penentu kebijakan (policy makers),
baik dibidang kesehatan maupun di luar sector kesehatan yang
berpengaruh terhadap publik. Tujuannya agar para pembuat keputusan
mengeluarkan kebijakan-kebijakan. Antara lain dalam bentuk peraturan,
undang-undang, instruksi, dan yang menguntungkan kesehatan. Dalam
mengidentifikasi sasaran perlu ditetpkan siapa saja yang menjadi
sasaran, mengapa perlu diadvokasi, apa kecenderunagnnya, dan apa
harapan kita kepadanya.
3. Siapkan Dan Kemas Bahan Informasi
Tokoh politik mungkin akan termotivasi dan akan mengambil
keputusan jika mereka mengetahui secara rinci besarnya masalah
kesehatan tertentu. Oleh sebab itu penting diketahui pesan atau informasi
apa yang diperlukan agar sasaran yang dituju dapat membuat keputusan
yang mewakili kepentingan advocator. Kata kunci untuk bahan informasi
ini adala informasi yang akurat, tepat dan menarik.

Beberapa pertimbangan dalam menetapkan bahan informasi ini


meliputi:
a. Bahan informasi minimal memuat rumusan masalah yang
dibahas, latar belakang masalahnya, alternative mengatasinya,
usulan peran atau tindakan yang diharapkan, dan tindak lanjut
penyelesaiannya. Bahan informasi juga minimal memuat tentang
5 W 1 H (what, why, who, where, when dan how).

11
b. Dikemas menarik, ringkas, jelas dan mengesankan.
c. Bahan informasi tersebut akan lebih baik lagi jika disertai data
pendukung, ilustrasi contoh, gambar dan bagan.
d. Waktu dan tempat penyampaian baan informasi, apakah sebelum,
saat atau setelah pertemuan.
4. Rencanakan Teknik Atau Cara Atau Kegiatan Operasional
Beberapa teknik atau kegiatan operasional avokasi dapat meliputi
konsultasi, lobi, pendekatan atau pembicaraan formal atau informal
terhadap para pembuat keputusan, negoisasi atau resolusi konflik,
pertemua khusus, debat publik, petisi, pembuatan opini, dan seminar-
seminar kesehatan.
5. Laksanakan kegiatan, pantau dan evaluasi serta lakukan tindak lanjut
Upaya advokasi selanjutnya adalah melaksanakan kegiatan sesuai
rencana yang telah disusun, memantau dan mengevaluasinya serta
melakukan tindak lanjut. Evaluasi diperlukan untuk menilai ketercapaian
tujuan serta menyempurnakan dan memperbaiki strategi advokasi. Untuk
menjadi advokat yang tangguh, diperlukan umpan balik berkelanjutan
dan evaluasi terhadap upaya advokasi yang telah dilakukan.

2.8 Contoh Kasus


Peran Advokat Keperawatan

1. Melindungi hak klien sebagai manusia dan secara hukum


2. Membantu klien dalam menyatakan hak – haknya bila dibutuhkan
3. Memberi bantuan yang mengandung dua peran : yaitu peran aksi dan
peran nonaksi.

KASUS :

Di desa kalipecabean dimana terdapat puskesmas kalipecabean, kecamatan


Candi, Sidoarjo. Kepala diknas sidoarjo menyatakan pada januari tahun 2018
jumlah penderita demam berdarah di desa kalipecabean mencapai 70 orang
sedangkan ditahun sebelumnya hanya 52 orang dikarenakan banyaknya air

12
menggenang disekitar desa tersebut, dan belum dilaksanakannya penyuluhan 3M
(Mengubur, Menguras, Menutup).

1. Identifikasi kasus
Setelah kita identifikasi dari masalah di desa tersebut, Meningkatnya
warga yang terkena DBD dikarenakan banyaknya air menggenang
disekitar desa pecabean, belum dilaksanakannya penyuluhan 3M
(Mengubur, Menguras, Menutup) selain itu gaya hidup dimasyarakat desa
pecabean kurang bersih, banyaknya sampah yang menumpuk, saluran air
yang tersumbat dan menyebabkan berkembang biaknya jentik nyamuk.
2. Analisis kelompok sasaran
Kegiatan ini dilakukan dengan maksud dan tujuan untuk memberikan
informasi dan hal penting lainnya tentang penyakit DBD, pada masyarakat
kecamatan candi khususnya di desa kalipecabean
3. Siapkan dan kemas bahan informasi
Yang akan disampaikan kepada masyarakat adalah seputar pengertian,
penyebab, dampak, gejala, faktor risiko penularan dan pencegahan DBD.
a. Pengertian DBD
Menurut Depkes (2005), Demam Berdarah Dengue (DBD) adalah
penyakit yang disebabkan oleh virus dari golongan Arbovirus yang
ditandai dengan demam tinggi mendadak tanpa sebab yang jelas,
berlangsung terus menerus selama 2‐7 hari, manifestasi perdarahan
(peteke, purpura, perdarahan konjungtiva, epistaksis, perdarahan
mukosa, perdarahan gusi, hematemesis, melena, hematuri)
termasuk uji tourniquet (Rumple Leede) positif, trombositopeni
(jumlah trombosit ≤ 100.000/l, hemokonsentrasi (peningkatan
hemotokrit ≥ 20%) disertai atau tanpa pembesaran hati
(hepatomegali).
b. Penyebab DBD
1) Demam berdarah disebabkan oleh virus Dengue yang dibawa
oleh nyamuk Aedes aegypti dan Aedes albopictus. Virus

13
tersebut akan masuk ke aliran darah manusia melalui gigitan
nyamuk.
2) Penularan virus Dengue terjadi bila seseorang yang terinfeksi
digigit oleh nyamuk perantara. Virus dari orang yang terinfeksi
akan dibawa oleh nyamuk, dan menginfeksi orang lain yang
digigit nyamuk tersebut. Virus Dengue hanya menular melalui
nyamuk, dan tidak dari orang ke orang.
3) Virus Dengue terbagi menjadi empat tipe, yaitu DEN 1, DEN
2, DEN 3, dan DEN 4. Ketika seseorang terinfeksi salah satu
tipe virus Dengue dan berhasil pulih, maka tubuhnya akan
membentuk kekebalan seumur hidup terhadap tipe virus
tersebut. Akan tetapi, kekebalan terhadap salah satu virus tidak
menutup kemungkinan terjadinya infeksi oleh tipe virus
Dengue yang lain. Bahkan, seseorang yang pernah terinfeksi
virus Dengue lebih berisiko terinfeksi untuk kedua kalinya.
4) Selain pernah mengalami infeksi virus Dengue, faktor lain
yang dapat meningkatkan risiko seseorang terkena demam
berdarah adalah tinggal atau bepergian ke daerah tropis.
Demam berdarah juga lebih berisiko dialami oleh bayi, anak-
anak, lansia, dan orang dengan kekebalan tubuh lemah.
c. Gejala DBD
1) Tanda – tanda perdarahan
2) Hepatomegali
3) Syok
4) Suhu badan tinggi (demam) yang bisa mencapai 40 derajat
Celcius atau lebih.
5) Sakit kepala berat
6) Nyeri pada sendi, otot, dan tulang.
7) Hilang nafsu makan.
8) Nyeri pada bagian belakang mata.
9) Mual dan muntah.
10) Pembengkakan kelenjar getah bening.

14
11) Ruam kemerahan (muncul sekitar 2-5 hari setelah demam).
d. Komplikasi DBD
1) Tekanan darah menurun.
2) Pelebaran pupil.
3) Napas tidak beraturan.
4) Mulut kering.
5) Kulit basah dan terasa dingin.
6) Denyut nadi lemah.
7) Jumlah urine menurun.
e. Faktor resiko penularan DBD
Beberapa faktor penularan DBD sebagai berikut :
1) Peningkatan populasi nyamuk dan tempat – tempat
perindukan
2) Adanya perubahan cuaca
3) Pertumbuhan penduduk yang tidak stabil
4) Sistem pengolahan limbah dan penyediaan air bersih yang
tidak memadai
5) Kemiskinan yang mengakibatkan orang tidak mempunyai
kemampuan untuk menyediakan rumah yang layak dan
sehat
6) Mobilisasi penduduk yang sangat mudah
f. Pencegahan DBD
Upaya yang paling tepat untuk mencegah demam berdarah adalah
membasmi jentik-jentiknya ini dengan cara sebagai berikut :
a. Bersihkan ( kuras ) tempat penyimpanan air (seperti bak mandi
/ WC, drum dll) seminggu sekali.
b. Tutuplah kembali tempayan rapat-rapat setelah mengambil
airnya, agar nyamuk demam berdarah tidak dapat masuk dan
bertelur disitu.
c. Gantilah air di vas bunga dan pot tanaman air setiap hari.
d. Kubur atau buanglah sampah pada tempatnya, plastik dan
barang-barang bekas yang bisa digenangi air hujan.

15
e. Untuk tempat-tempat air yang tidak mungkin atau sulit
dikuras, taburkan bubuk Abate ke dalam genangan air tersebut
untuk membunuh jentik-jentik nyamuk. Ulangi hal ini setiap
2-3 bulan sekali atau peliharalah ikan ditempat itu.
4. Rencanakan teknik atau cara kegiatan operasional
Metode yang akan digunakan adalah
1) Penyuluhan tentang peyakit DBD
2) Demonstrasi pembuatan larvitrap
3) Pemberian pamflet tentang 3M
4) Pemberian abate disetiap rumah
5) Mengajak masyarakat untuk melakukan kerja bakti
Rangkaian kegiatan diatas dilaksanakan pada hari sabtu – minggu tanggal
20 - 21 oktober 2018 yang bertempatan dibalai desa kalipecabean, candi –
sidoarjo pada pukul 09.00 – selesai pada hari sabtu dan pukul 07.00 –
selesai pada hari minggu.

5. Pelaksanaan kegiatan
Setelah dilakukan pelaksanaan tersebut, sebagian warga telah faham dan
ada beberapa warga yang mulai menggunakan metode 3M. Dibuktikan
dengan mulai dilakukan pembersihan dan pemilihan terhadap barang –
barang yang sudah tidak digunakan, warga juga sudah mulai membuat
larvitrap dari barang – barang bekas seperti botol aqua, jaring – jaring,
kain dan lain – lain. Selain itu ada juga beberapa warga yang hanya
menyimak dan ikut – ikutan saja.

6. Evaluasi
a. Masyarakat dapat memahami materi pencegahan demam berdarah
b. Masyarakat dapat melakukan kegiatan menguras air, mengubur
samapah yang dapat menampung air, dan menutup air tampungan
(3M) di rumah
c. Masyarakat dapat menggunakan bubuk abate di rumah untuk
membunuh jentik nyamuk Aedes Aegypty

16
d. Masyarakat dapat membuat dan memakai larvitrap sebagai perangkap
nyamuk
e. Masyarakat dapat membersihkan lingkungan secara mandiri.

17
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Perawat sebagai advokat yaitu sebagai penghubung antar klien-tim
kesehatan lain dalam rangka pemenuhan kebutuhan klien. Membela
kepentingan klien dan membantu klien, memahami semua informasi dan
upaya kesehatan yang diberikan tim kesehatan dengan pendekatan tradisional
maupun profesional. Oleh karena itu, advokasi sebagai salah satu strategi
promosi kesehatan untuk mendukung perubahan perilaku individu maupun
masyarakat menjadi penting. Advokasi hakekatnya adalah bekerja dengan
individu dan organisasi untuk membuat suatu perubahan, suatu proses dimana
orang terlibat dalam proses pembuatan keputusan yang mempengaruhi
kehidupan mereka. tujuan dari advokasi kesehatan adalah diperolehnya
komitmen dan dukungan dalam upaya kesehatan, baik berupa kebijakan,
tenaga, dana, sarana, kemudahan, keiktusertaan dalam kegiatan, maupun
berbagai bentuk lainnya sesuai keadaan dan usaha.
Sasaran advokasi kesehatan adalah berbagai pihak yang yang
diharapkan dapat memberikan dukungan terhadap upaya kesehatan,
khususnya para pengambil keputusan dan penentu kebijakan di pemerintahan.
Pelaku advokasi kesehatan: siapa saja yang peduli terhadap upaya kesehatan,
dan memandang perlu adanya mitra untuk mendukung upaya tersebut.
Pendekatan advokasi kesehatan antara lain: melibatkan para pemimpin,
bekerja dengan media massa, membangun kemitraan, memobilisasi massa
dan membangun kapasitas

3.2 Saran
Dalam memberikan promosi kesehatan mencangkup advokasi
diharapkan dapat bekerja sama antara individu dan organisasi dalam
membuat suatu perubahan.

18
DAFTAR PUSTAKA

Ellis, J. L, & Celia L, H. 2001.Conseptuals Foundations : The Bridge to


Profesional Nursing Practice. (3rd ed).St Louis: Mosby

Notoatmodjo, Soekidjo. 2003. Pendidikan dan Perilaku Kesehatan.Jakarta : PT


Rineka Cipta

Gustin. 2012. Advokasi Dalam Promosi Kesehatan. Diakses pada tanggal 21


September 2018. Pada pukul 20.00 WIB. Tersedia di http://gustin74.
blogspot.com/2012/10/advokasi-dalam-promosi-kesehatan.html?m=1

Keristianto, Aji. 2013. Konsep Advokasi Dalam Promosi Kesehatan Kesehatan.


Diakses pada tanggal 21 September 2018. Pada pukul 17.00 WIB.
Tersedia di http://ajikeristianto2013.blogspot.com/2013/04/konsep-
advokasi-dalam-promosi-kesehatan.html

19

Anda mungkin juga menyukai