Anda di halaman 1dari 5

KRONOLOGIS TERJADINYA KRISIS EKONOMI TAHUN 1997-1998

I. Jelaskan secara singkat kronologis terjadinya krisis moneter di Indonesia pada tahun 1997-
1998!
Pada tahun 1997, Negara Indonesia mengalami suatu krisis yang menyebabkan keaadan
Indonesia sangat kacau bahkan akibat kekacauan tersebut menyebabkan banyaknya jatuh
korban orang-orang yang tidak bersalah, krisis itu disebut dengan krisis moneter atau biasa
di singkat dengan Krismon. Berikut ini latar belakang terjadinya krisis moneter yang
melanda bangsa Indonesia pada tahun 1997.

Krisis di Indonesia di awali oleh jatuhnya mata uang Bath Thailand pada Juni 1997 akibat
ulah para spekulan. Pada saat itu spekulan menjual mata uang Bath dengan harapan dapat
menurunkan harga Bath yang berharga 26 Bath per 1 dollar, pada akhirnya keinginan
spekulan tersebut berhasil karena banyak Bath yang keluar maka pemerintah Thailand harus
membeli mata uang Bath dan menghabiskan cadangan devisa mereka sebesar US$6.8. Pada
januari 1998 harga Bath jatuh keposisi 54 per dollar, jatuhnya mata uang Bath diikuti oleh
jatuhnya mata uang Negara-negara Asia tenggara dan menyebabkan efek domino.

Sedaangkan menurut Edy Suandy Hamid,2017:1.20, krisis moneter yang terjadi di Indonesia
pada tahun 1997 ditandai dengan melemahnya nilai tukar rupiah terhadap dollar yang
sangat drastis. Adapun yang melatarbelakangi terjadinya krisis moneter yang terjadi di
Indonesia tersebut, menurutnya ada dua factor yaitu factor internal dengan melemahnya nilai
tukar rupiah dan naiknya harga-harga barang sedangkan faktor eksternal yang mendorong
terjadinya krisis moneter adalah krisis finansial yang terjadi di tiga kutub ekonomi dunia
yaitu AS, Eropa dan Jepang pada paruh kedua dekade 1990-an, karena perekonomian yang
dialami jepang dan juga proses ekonomi-politik penyatuan mata uang Eropa.

Sedangkan menurut Tarmidi (1991: 1), penyebab terjadinya krisis bukanlah karena
fundamental ekonomi yang lemah saja, tetapi terutama karena utang swasta luar negeri yang
telah mencapai jumlah yang cukup besar. Krisis yang berkepanjangan ini adalah krisis
merosotnya nilai tukar rupiah yang sangat tajam, adanya serbuan mendadak dan secara
bertubi-tubi melalui Dollar AS (spekulasi) serta jatuh temponya utang swasta luar negeri
dalam jumlah besar dan secara bersamaan sehingga permintaan akan dollar meningkat,
ditambah lemahnya sistem perbankan nasional sebagai akar terjadinya krisis finansial.
Menurut Bank Dunia dalam (Tarmidi, 1999:3) Bank Dunia melihat adanya empat sebab
utama yang bersama sama membuat krisis menuju ke arah kebangkrutan (World Bank,
1998, pp. 1.7 -1.11). Yang pertama adalah akumulasi utang swasta luar negeri yang cepat
dari tahun 1992 hingga Juli 1997, sehingga l.k. 95% dari total kenaikan utang luar negeri
berasal dari sektor swasta ini, dan jatuh tempo rata-ratanya hanyalah 18 bulan. Bahkan
selama empat tahun terakhir utang luar negeri pemerintah jumlahnya menurun. Sebab yang
kedua adalah kelemahan dalam teori, overshooting nilai tukar biasanya bersifat sementara
untuk kemudian mencari keseimbangan jangka panjang baru. Tetapi selama krisis ini
berlangsung, nilai overshooting adalah sangat besar dan sudah berlangsung sejak akhir tahun
1997.pada sistim perbankan. Ketiga adalah masalah governance, termasuk kemampuan
pemerintah menangani dan mengatasi krisis, yang kemudian menjelma menjadi krisis
kepercayaan dan keengganan donor untuk menawarkan bantuan finansial dengan cepat.
Yang keempat adalah ketidak pastian politik menghadapi Pemilu yang lalu dan pertanyaan
mengenai kesehatan Presiden Soeharto pada waktu itu.

Krisis ekonomi yang terjadi ini membuktikan bahwa perekonomian nasional tidak sekokoh
seperti yang dibayangkan selama ini. Akibat krisis ekonomi pendapatan per kapita Indonesia
pada saat itu telah terpuruk dari awalnya 980 $ US pada 1997 menjadi sekitar 500 $ US
pada tahun 1999 atau menyamai tingkat pendapatan perkapita sekitar tahun 80-an. Artinya
hasil pembangunan selama 30 tahun lebih sejak awal orde baru, telah dihancurkan hanya
dalam waktu 2 tahun. Akibat krisis, laju pertumbuhan ekonomi nasional mesorot tajam dari
8.2 persen pada tahun 1995 menjadi -13.4 persen pada tahun 1998. Penurunan laju
pertumbuhan ekonomi akibat krisis moneter juga dialami oleh Negara lain di kawasan Asia.
Misal, pertumbuhan ekonomi Thailand dan Philipina masing-masing mengalami penurunan
dari 4.8 persen dan 8.8 persen pada tahun 1995 menjadi -0.6 persen dan -8.0 persen pada
tahun 1998. Itulah penyebab terjadinya krisis moneter yang terjadi di beberapa Negara Asia
pada tahun 1997-1998.
II. Langkah-langkah apa saja yang dapat dilakukan untuk mencegah terjadinya inflasi?

Secara umum, Pengertian inflasi adalah suatu keadaan perekonomian di mana harga-harga
secara umum mengalami kenaikan dalam waktu yang panjang. Sebenarnya inflasi tidak
dapat dihilangkan atau dicegah tapi yang bisa dilakukan adalah hanya sampai sebatas
mengurangi dan mengendalikannya.
Beberapa ahli ekonomi sepakat bahwa inflasi tidak hanya berhubungan dengan jumlah uang
yang beredar, akan tetapi juga berhubungan dengan jumlah barang dan jasa yang tersedia di
masyarakat. Oleh sebab itu, untuk mengatasi masalah inflasi dibutuhkan kebijakan yang
tepat. Kebijakan yang bisa diambil untuk mengatasi masalah inflasi ada tiga yaitu kebijakan
moneter, kebijakan fiskal, dan kebijakan lainnya.
A. Kebijakan Moneter
Kebijakan moneter adalah segala bentuk kebijakan yang diambil pemerintah di bidang
moneter (keuangan) yang tujuannya untuk menjaga kestabilan moneter agar dapat
meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Kebijakan moneter meliputi:

Kebijakan Penetapan Persediaan Kas


Bank sentral dapat mengambil kebijakan untuk mengurangi uang yang beredar
dengan jalan menetapkan persediaan uang yang beredar dan menetapkan
persediaan uang kas pada bank-bank. Dengan mengurangi jumlah uang beredar,
inflasi dapat ditekan.

Kebijakan Diskonto
Untuk mengatasi inflasi, bank sentral dapat menerapkan kebijakan diskonto
dengan cara meningkatkan nilai suku bunga. Tujuannya adalah agar masyarakat
terdorong untuk menabung. Dengan demikian, diharapkan jumlah uang yang
beredar dapat berkurang sehingga tingkat inflasi dapat ditekan.

Kebijakan Operasi Pasar Terbuka


Melalui kebijakan ini, bank sentral dapat mengurangi jumlah uang yang beredar
dengan cara menjual surat-surat berharga, misalnya Surat Utang Negara (SUN).
Semakin banyak jumlah surat-surat berharga yang terjual, jumlah uang beredar
akan berkurang sehingga dapat mengurangi tingkat inflasi.

B. Kebijakan Fiskal
Kebijakan fiskal adalah langkah untuk memengaruhi penerimaan dan pengeluaran
pemerintah. Kebijakan itu dapat memengaruhi tingkat inflasi. Kebijakan fiskal antara
lain sebagai berikut :
Menghemat Pengeluaran Pemerintah
Pemerintah dapat menekan inflasi dengan cara mengurangi pengeluaran,
sehingga permintaan akan barang dan jasa berkurang yang pada akhirnya dapat
menurunkan harga.

Menaikkan Tarif Pajak


Untuk menekan inflasi, pemerintah dapat menaikkan tarif pajak. Naiknya tarif
pajak untuk rumah tangga dan perusahaan akan mengurangi tingkat konsumsi.
Pengurangan tingkat konsumsi dapat mengurangi permintaan barang dan jasa,
sehingga harga dapat turun.

C. Kebijakan Lainnya

Meningkatkan Produksi & Menambah Jumlah Barang di Pasar


Untuk menambah jumlah barang, pemerintah dapat mengeluarkan perintah untuk
meningkatkan produksi. Hal itu dapat ditempuh dengan memberi premi atau
subsidi pada perusahaan yang dapat memenuhi target tertentu. Selain itu, untuk
menambah jumlah barang yang beredar, pemerintah juga dapat melonggarkan
keran impor. Misalnya, dengan menurunkan bea masuk barang impor.

Menetapkan Harga Maksimum untuk Beberapa Jenis Barang


Penetapan harga tersebut akan mengendalikan harga yang ada sehingga inflasi
dapat dikendalikan. Tetapi penetapan itu harus realistis. Kalau penetapan itu tidak
realistis, dapat berakibat terjadi pasar gelap (black market).

Anda mungkin juga menyukai