Anda di halaman 1dari 33

SKENARIO

Seorang dokter gigi akan melakukan pencabutan gigi di RSGM YARSI.


Sebelumnya alat harus disterilisasi di ruang CSSD untuk mencegah infeksi
nosokomial. Langkah tersebut merupakan salah satu cara untuk menjamin
terlaksananya prinsip universal precaution dan patient safety. Rumah sakit secara
berkala melakukan sterilisasi ruang dan melakukan pemeriksaan bakteri dan
jamur untuk mencegah infeksi nosokomial.

1
KATA SULIT

1. CSSD :
CSSD adalah tempat untuk pembersihan dan sterilisasi semua
instrumen dan perlengkapan
2. Infeksi Nosokomial :
Infeksi yang didapat seseorang dalam waktu 3 x 24 jam sejak mereka
masuk rumah sakit. Diakibatkan oleh pemberian layanan kesehatan
dalam fasilitas perawatan kesehatan
3. Universal Precaution :
Tindakan pengendalian infeksi sederhana yang digunakan oleh seluruh
petugas kesehatan untuk semua pasien, setiap saat pada semua tempat
pelayanan dalam rangka mengurangi penyebaran infeksi
4. Patient Safety :
Bebas dari cedera aksidental atau menghindarkan cidera pada pasien
dan akibat perawatan medis
5. Sterilisasi :
Sterilisasi adalah pemusnahan atau eliminasi semua mikroorganisme
termasuk spora bakteri yang sangat resisten.

2
PERTANYAAN

1. Bagaimana cara penularan infeksi nosokomial ?


2. Apa etiologi dari infeksi nosokomial ?
3. Apa saja Faktor dari infeksi nosokomial ?
4. Apa yang dimaksud dengan CSSD ?
5. Apa Tujuan dari patient safety ?
6. Apa saja langkah – langkah pelaksanaan patient safety ?
7. Bagaimana cara mencegah infeksi nosokomial ?
8. Peralatan apa saja yang digunakan saat pelaksanaan patient safety ?

3
JAWABAN

1. – Penularan secara kontak


- Penularan melalui udara, inhalasi, dan air
- Penularan melalui makanan dan minuman
- Penularan dengan perantara vektor
2. 1. Konvensional patogen : menyebabkan penyakit pada orang sehat
2. Kondisional patogen : penyebab penyakit pada orang dengan
penurunan daya tahan tubuh
3. Opotunistik patogen : menyebabkan penyakit menyeluruh pada
penderita dengan daya tahan tubuh sangat menurun
3. 1. Faktor endogen (umur, seks, penyakit, daya tahan tubuh, dan
kondisi – kondisi lokal)
2. Faktor eksogen (lama penderita dirawat, kelompok yang
merawat, alat medis dan lingkungan)
Namun ada faktor lain yang dapat mempengaruhi :
- Faktor dalam diri pasien
- Faktor petugas atau perawat
- Faktor pasien lain yang dirawat bersamaan
- Faktor keluarga pasien yang berkunjung
- Faktor peralatan yang dipakai
- Faktor makanan dan minuman
- Faktor lingkungan sekitar
4. CSSD (Central Steril Supply Department) adalah instalasi yang
melayani pelayanan sterilisasi dengan fasilitas untuk menerima,
mendeteksi, membersihkan, mensterilkan, menyimpan, dan
mendistribusikan alat – alat (Baik yang dipakai berulang kali dan
alat yang sekali pakai) sesuai dengan standar prosedur.
Peran dan Fungsi CSSD :

4
1. Menyiapkan peralatan medis untuk merawat pasien melakukan
proses sterilisasi alat dan bahan
2. Mendistribusikan alat yang dibutuhkan oleh ruang perawatan,
kamar operasi maupun instalasi perawatan lainnya
Mekanisme Sterilisasi :
1. penerimaan alat dari pengguna (user)
2. Diserahkan CSSD melalui bagian penerimaan alat kotor
3. Pengecekan/ seleksi dan dicatat
4. Perendaman
5. Pencucian dan dekontaminasi
6. Pengeringan
7. Pengesetan
8. Pengemasan
9. Labeling
10. Proses sterilisasi
11. Gudang simpan steril
12. Distribusi
5. Agar terciptanya budaya keselamatan pasien dirumah sakit,
meningkatnya akuntabilitas rumah sakit terhadap pasien dan
masyarakat, menurunnya kejadian tidak diharapkan (KTD) di
rumah sakit dan terlaksananya program-program pencegahan
sehingga tidak terjadi pengulangan kejadian tidak diharapkan
(KTD).
6. A. Dekontaminasi
1.) Memakai sarung tangan
2.) Menyiapkan bak perendaman yang diisi dengan larutan
klorin 0,5 %
3.) Mengaduk larutan sampai terlarut
4.) Memasukkan alat-alat kesehatan yang sudah terpakai
dan bisa digunakan lagi kedalam bak

5
5.) Memasukan satu per satu alat kesehatan kedalam bak
perendaman klorin 0,5 % dengan korentang
6.) Biarkan kurang lebih 10 menit
B. Pencucian dan pembilasan
C. Sterilisasi instrument
D. Penyimpanan instrument
7. – Mencuci tangan untk menghindari infeksi
- Menggunakan alat pelindung diri (APD)
- Manajemen alat tajam secara benar
- Melakukan dekontaminasi
- Menjaga sanitasi lingkungan
8. – Penutup kepala
- Masker
- Penutup mata, dst.

6
SKEMA

Infeksi Nosokomial

CSSD

Pencegahan Infeksi Patient Safety

Mikroorganisme
yang menyebabkan
infeksi

Pandangan Islam

7
LO 1. MM Infeksi Nosokomial
1.1 Definisi Infeksi Nosokomial
Infeksi nosokomial (IN) adalah infeksi yang didapat seseorang
selama dirawat di rumah sakit. Saat ini infeksi nasokomial merupakan
salah satu sebab utama meningkatnya angka kesakitan dan angka
kematian di rumah sakit, serta menyebabkan secara langsung atau
tidak langsung bertambahnya biaya perawatan. 1

1.2 Etiologi Infeksi Nosokomial


Terdapat banyak patogen berbeda yang dapat menyebabkan
infeksi nosokomial, yaitu, bakteri, virus, parasit dan fungi.
1. Bakteri
Dibawah ini adalah patogen infeksi nosokomial yang paling sering
dijumpai:
a. Commensal bacteria
Bakteri ini merupakan flora normal yang terdapat di dalam
tubuh manusia yang sehat, dan dapat dikatakan sebagai pelindung
tubuh yang cukup signifikan. Bakteri ini berperan untuk mencegah
kolonisasi dari mikroorganisme patogen. Beberapa bakteri komensal
dapat menyebabkan infeksi jika faktor host terganggu. Sebagai
contoh, cutaneus coagulase negative staphylococci menyebabkan
infeksi intravascular line, dan Escherichia coli merupakan penyebab
umum dari infeksi saluran kemih.

b. Pathogenic bacteria
Bakteri ini memiliki tingkat virulensi yang tinggi dan dapat
menyebabkan infeksi baik sporadik ataupun epidemik. Beberapa
cobtohnya adalah:
Bakteri bentuk batang gram positif, misalnya Clostridium,
menyebabkan gangren, Bakteri gram positif (Staphylococcus aureus)
yang berkolonisasi di kulit dan hidung baik pada staff rumah sakit
maupun pada pasien merupakan penyebab berbagai penyakit paru,
tulang, jantung, dan pembuluh darah. Bakteri ini juga sering resisten
terhadap antibiotika.
Bakteri gram negatif (Enterobacteriacae), seperti Klebsiella,
Enterobacter, Proteus, Escherichia coli, dan Serratia marcescen, akan
berkolonisasi saat pertahanan tubuh menurun dan menyebabkan
infeksi serius, terutama luka operasi dan infeksi perineum.

8
Organisme gram negatif seperti Pseudomonas spp. sering terisolasi
dalam air dan tempat yang lembab, dan dapat menginfeksi saluran
pencernaan pasien rawat inap.
Bakteri lainnya yang merupakan penyebab infeksi di rumah sakit
misalnya Legionella sp. yang merupakan penyebab pneumonia baik
sporadik maupun endemik melalui inhalasi aerosol yang mengandung
air yang telah terkontaminasi, misalnya pada AC, shower, bahkan
pada terapi yang menggunakan aerosol.

2. Virus
Virus termasuk patogen penyebab infeksi nosokomial,
diantaranya virus hepatitis B dan C dengan media penularan dari
transfusi, dialisis, suntikan dan endoskopi. Respiratory syncytial virus
(RSV), rotavirus, dan enterovirus yang ditularkan lewat kontak tangan
ke mulut maupun fecal-oral. Rute penularan untuk virus sama seperti
mikroorganisme lainnya, seperti melalui traktus gastrointestinal,
traktus respiratorius, kulit dan darah. Virus lain yang sering
menyebabkan infeksi nosokomial adalah cytomegalovirus, ebola,
influenza virus, herpes simplex virus, dan varicella-zoster virus.

3. Parasit dan fungi


Beberapa parasit seperti Giardia lamblia ditularkan dengan
mudah terutama pada anak-anak. Jamur dan parasit lain juga
merupakan organisme oportunistik dan dapat menyebabkan infeksi
pada pasien dengan pengobatan antibiotika spektrum luas dan
imunosupresi berat. Pencemaran lingkungan rumah sakit oleh
organisme udara seperti Aspergillus spp. yang berasal dari debu dan
tanah terutama selama pembangunan rumah sakit. Sarcoptes scabies
juga merupakan ektoparasit yang telah berulang kali menyebabkan
wabah di fasilitas kesehatan. 2

9
Gambar : Siklus terjadinya infeksi nosokomial (Depkes RI,2007)

1.3 Faktor – Faktor terjadinya Infeksi Nosokomial


Faktor-faktor yang mempengaruhi terjadinya infeksi
nosokomial.
Sesara umum factor yang mempengaruhi terjadinya
nosokomial terdiri atas 2 bagian besar, yaitu :


1. Faktor endogen (umur, seks, penyakit penyerta, daya tahan tubuh


dan kondisi- kondisi lokal)


2. Faktor eksogen (lama penderita dirawat, kelompok yang merawat,


alat medis, serta lingkungan) (1,6).

Untuk mudahnya bagaimana seorang pasien mendapat infeksi


nosokomial selama dirawat di RS dapat diringkas sebagai berikut :


1. Pasien mendapat infeksi nosokomial melalui dirinya sendiri (auto


infeksi)


2. Pasien mendapat infeksi nosokomial melalui petugas yang merwat


di RS


10
3. Pasien mendapat infeksi nosokomial melalui pasien-pasien yang
dirawat ditempat / ruangan yang sama di RS tersebut.


4. Pasien mendapat infeksi nosokomial melalui keluarga pasien yang


bekunjung kerumah sakit tersebut.


5. Pasien mendapat infeksi niosokomial melalui peralatan yang


dipakai dirumah sakit tersebut.


6. Pasien mendapat infeksi nosokomial melalui peralatan makanan


yang disediakan rumah sakit ataupun yang didapatnya dari luar rumah
sakit.


7. Disamping ke-6 cara-sara terjadinya infeksi nosokomial seperti


yang dinyatakan diatas, maka faktor lingkungan tidak kalah penting
sebagai factor penunjang
untuk terjadinya infeksi nosokomial, faktor
lingkungan tersebut adalah
 Air, Bahan yang harus di buang (
Disposial)
dan Udara.3

LO 2. MM CSSD
2.1 Alat dan Bahan CSSD
Alat :
- Sterilisasi kering yang terhubung dengan aliran listrik stenlisasi
basah (autoclave)
- Sterilisasi panas kering (oven)
- Sikat,baskom,anduk kering

Ruang pengemasan alat merupakan tempat pengemasan alat,


bongkar pasang alat, dan penyimpanan barang bersih.
- Ruang Prosesing Linen Di ruang ini dilakukan pemeriksaan,
pelipatan dan pengemasan linen yang akan disterilisasi. Di ruang ini
juga terdapat tempat tertutup untuk menyimpan barang. Selain itu di
ruangan ini juga dilakukan persiapan untuk bahan seperti kasa, kapas,
dan cotton swab.
- Ruang Sterilisasi Di ruang ini dilakukan proses sterilisasi alat atau
bahan. Untuk sterilisasi etilen oksida, sebaiknya dibuatkan ruang
tersendiri dan dilengkapi dengan saluran pembuangan (exhaust).

11
Bahan :
- Larutan hypociorite/klonin
- Clisinfeksi proses untuk membunuh mikroorganismeyang bersifat
pantogenyang digunakan dengan kimia/fisik. 4

2.2 Mekanisme CSSD


1. Dekontaminasi
Dekontaminasi adalah proses fisik atau kimia untuk membersihkan
benda-benda yang mungkin terkontaminasi oleh mikroba berbahaya
bagi kehidupan, sehingga menjadi aman untuk proses-proses
selanjutnya. Tujuan dari proses dekontaminasi ini adalah untuk
melindungi pekerja yang bersentuhan langsung dengan alat-alat
kesehatan yang sudah melalui proses dekontaminasi tersebut, dari
penyakit yang mungkin timbul akibat dari mikroorganisme pada alat
kesehatan tersebut.

a. Menangani dan Transportasi Benda Kotor


Alat kesehatan pakai ulang yang sudah terkontaminasi harus
ditangani dengan serius, dikumpulkan dan dibawa ke CSSD
sedemikian rupa sehingga dapat terhindar dari kontaminasi terhadap
pengunjung, pasien, pekerja dan fasilitas lainnya. Proses
penanganannya adalah:
1) Peralatan habis pakai dipisahkan dari limbahnya. Ditempatkan
oleh pekerjanya langsung yang mengetahui potensi terjadinya infeksi
dari peralatan tersebut.
2) Pisahkan benda tajam dan masukkan kedalam container khusus
benda tajam
3) Kain dan linen dipisahkan dan masukkan ke unit loundry untuk
penanganan lebih lanjut.
4) Peralatan yang terkontaminasi ditempatkan dalam wadah
khusus dan masuk keruang dekontaminasi melewati petugas
pencatatan

b. Pembuangan limbah
Limbah atau pembuangan harus dipisahkan dari alat pakai ulang .
Diidentifikasi dan dibuang sesuai kebijakan RS mengacu peraturan
pemerintah.

12
c. Mencuci/ Cleaning
Semua alat pakai ulang harus melalui pencucian hingga benar-
benar bersih sebelum dilakukan sterilisasi.

d. Perlakuan Alat terkontaminasi


Pembersihan alat pakai ulang yang terkontaminasi harus sesegera
mungkin setelah dipakai. Hal ini dumaksudkan untuk mencegah
kotoran menjadi kering dan lebih sulit dalam pembersihannya. Agar
tujuan tersebut dapat tercapai, maka:
1) Langsung dikirim ke CSSD segera setelah digunakan.
2) Dibersihkan dari kotoran, dicuci dengan air mengalir di
tempat pemakaian sesuai prosedur yang berlaku dan langsung
dibungkus untuk menghindari cipratan, tumpahan atau penguapan dan
dibawa keruang dekontaminasi CSSD.

e. Menangani alat terkontaminasi diruang Dekontaminasi


CSSD Mulai pembersihan :
1) Dibongkar dan periksa semua komponen dalam kondisi
lengkap.
2) Disortir berdasar cara pembersihannya.
3) Dibersihkan sebelum proses sterilisasi.
4) Gunakan teknik pencucian sesuai yang disarankan pada alat.

f. Bahan-bahan Pencuci (Cleaning Agents)


Supaya efektif, baha pencuci harus membantu menghilangkan
residu dan kotoran organic tanpa merusak alat. Bahan pencuci harus
1) Sesuai dengan bahan yang disarankan pada alat dan metode
mencuci yang dipilih.
2) Ikuti rekomendasi dari produsen alat mengenai tipe bahan
pencuci yang dapat dipakai.
3) Pemilihan bahan pencuci juga bergantung pada tipe kotoran
yang ada. Protein cukup bengan detergen yang bersifat basa. Garam
mineral dengan menggunakan detergen asam.
4) Pertimbangkan penggunaan enzyme pelarut protein untuk
mencuci alat.

g. Metode Merendam dan Membilas


Mencuci bersih adalah proses menghilangkan semua partikel yang
kelihatan dan hamper semua partikel yang tidak tampak, dan
menyiapkan alat-alat agar aman untuk proses desinfeksi dan

13
sterilisasi. Mencuci dapat dilakukan secara manual maupun mekanikal
atau kombinasi keduanya. Untuk memastikan kebersihan al;at dan
supaya tidak merusak alat, maka:
1) Dibongkar dan periksa semua komponen dalam kondisi
lengkap.
2) Dimulai dengan merendam dalam air pada suhu 20 C-43 C
selama 15-20 menit dan atau dalam produk enzyme yang dapat
melepaskan darah dan protein lainnya untuk mencegah terjadinya
koagulasi darah pada alat dan juga membantu menghilangkan
mikroorganisme.
3) Bilas dengan air keran yang mengalir untuk menghilangkan
protein dan partikel-partikel kotoran.

h. Mencuci Manual
1) Pencucian secara manual dilakukan pada intrumen atau alat
yang lembut dan rumit.
2) Gunakan sikat yang sesuai dengan kebutuhan alat atau yang
disarankan oleh produsen alat.
3) Bilas dengan air mengalir dengan suhu 40 C-50 C. Lebih
baik lagi menggunakan air deionisasi atau air sulingan.
4) Setelah dicuci, dibilas, keringkan terlebih dahulu sebelum
melalui proses berikutnya.

i. Mencuci Mekanik
1) Menggunakan mesin cuci akan dapat meningkatkan
produktifitas, lebih bersih dan lebih aman untuk petugas.
2) Pembersih ultrasonic melepas semua kotoran dari seluruh
permukaan alat/ instrument.
3) Alat pembersih juga perlu dilakukan pembersihan secara
rutin.

j. Desinfeksi Kimia
1) Pemilihan jenis desinfeksi berdasarkan pemakaian alat dan level
desinfeksi yang diperlukan untuk pemakaian tersebut.
2) Harus sesuai label instruksi dari produsen alat dan bahan
tersebut.

2. Pengemasan
Pengemasan yang dimaksud adalah termasuk semua material yang
tersedia untuk membungkus, mengemas dan menampug alat-alat yang

14
dipakai ulang sebelum proses sterilisasi, penyimpanan dan pemakaian.
Tujuan pengemasan adalah sebagai perlindungan terhadap alat dan
bahan terhadap segala penyebab yang merusak kondisi steril.

Syarat Bahan Kemasan:

a. Dapat menahan mikroorganisme dan bakteri

b. Kuat dan tahan lama

c. Mudah digunakan

d. Tidak mengandung racun

e. Segel yang baik

f. Dapat dibuka dengan mudah dan aman

g. Masa kadaluarsa

Tipe-tipe Bahan Kemasan :

a. Kertas

b. Film Plastik

c. Kain (linen)

d. Kain campuran

Prosedur dan Langkah-langkah Pengemasan

Prosedur pengemasan harus mencakup :

a. Nama alat yang akan dikemas

b. Langkah-langkah yang tepat untuk persiapan sesuai instruksi


produk dan spesifikasinya.

c. Sesuaikan dengan metode sterilisasi yang digunakan

15
d. Tipe dan ukuran alat yang akan dikemas

e. Penempatan alat-alat dalam kemasan

f. Tips dan penempatan yang tepat indicator kimia eksternal dan


internal

g. Metode atau teknik pengemasan

h. Metode pemberian segel kemasan

i. Metode dan penempelan label identifikasi isi kemasan

j. Aplikasi informasi pengendalian mutu, seperti nomer lot, tanggal,


kode petugas

k. Petunjuk penempatan kemasan di dalam mesin sterilisasi

l. Peringatan waktu pengeringan, pendinginan dan penanganan


asetelah proses sterilisasi

m. Informasi aplikasi pelindung

n. Petunjuk penempatan pada penyimpanan dan atau distribusi ke


tempat pemakaian

o. Informasi kepada pemakai untuk mencegah kemungkinan


kontaminasi

3. Metode Sterilisasi
a. Sterilisasi Panas Kering
Terjadi melalui mekanisme konduksi panas, dimana panas akan
diabsorbsi oleh permukaan luar dari alat yang disterilkan lalu
merambat ke bagian dalam permukaan sampai akhirnya suhu
sterilisasi tercapai. Biasanya digunakan pada bahan yang terbuat dari
kaca.

b. Sterilisasi Etilen Oksida (EtO)

16
Bahan kemasan harus memudahkan penyerapan gas dan uap
sterilan yang baik, dan juga siap melepaskan gas dan uap tersebut dari
kemasan dan isinya selama waktu aerasi

c. Sterilisasi uap
Uap dapat membunuh mikroorganisme melalui denaturasi dan
koagulasi sel protein secara irreversible.
d. Mesin sterilisasi uap
e. Sterilisasi dengan Plasma
Sterilisasi ini digunakan pada plasma yang terbentuk dari hidrogen
piroksida
f. Sterilisasi suhu Rendah Uap Formaldehid
Telah lama digunakan untuk mendisinfeksi ruangan, lemari,
maupun instrumen. Sayangnya formaldehid (dalam keadaan tunggal)
tidak dapat digunakan untuk sterilisasi alat rentan panas, khususnya
dengan lumen kecil, karena daya penetrasinya lemah serta aktivitas
sporisidalnya juga lemah. 4

2.3 Metode Sterilisasi


Ada 3 macam proses sterilisasi yang digunakan di kedokteran gigi
yaitu sterilisasi panas, sterilisasi gas dan sterilisasi dengan cairan
kimia. Metode sterilisasi fisika terdiri dari metode yang melibatkan
pemanasan dan paling sering digunakan. Metode sterilisasi ini
digunakan untuk bahan yang tahan panas. Metode sterilisasi kimia
dilakukan untuk bahan-bahan yang rusak bila disterilkan pada suhu
tinggi, misalnya bahan-bahan yang terbuat dari plastik.

1. Metode sterilisasi gas yaitu metode sterilisasi yang akurat terutama


untuk benda-benda yang dapat rusak akibat panas dan cairan. Semua
tindakan sterilisasi harus dilakukan menggunakan alat-alat sterilisasi
yang didesain khusus untuk mensterilisasi instrumen dental. Frekuensi
dilakukannya sterilisasi, temperatur dan parameter operasi lainnya
harus dilakukan sebagaimana direkomendasikan (disarankan) oleh
produsen alat tersebut.

2. Sterilisasi uap adalah sterilisasi dengan memaparkan uap jenuh


pada tekanan tertentu pada suhu dan waktu tertentu terhadap suatu
objek sehingga terjadi pelepasan energi laten uap yang mengakibatkan
pembunuhan mikroorganisme secara irreversibel akibat denaturasi
atau koagulasi protein sel.18 Sterilisasi dapat dilakukan pada suhu

17
121oCelcius pada 15psi selama 15 menit atau 132oC pada 30psi
selama 3-7 menit untuk mensterilkan instrumen yang tidak dibungkus,
serta tambahan 5 menit untuk instrumen yang dibungkus.2Selama
proses sterilisasi, dilakukan pengaturan suhu dan waktu disesuaikan
dalam suatu tahap yang disebut siklus sterilisasi. Siklussterilisasipada
autoklaf dapat dibagimenjadi tigaperiodeyaitu heating-up period,
holding perioddan cooling period.3 Selama waktu sterilisasi dilakukan
alat tidak boleh dibuka walaupun untuk mengambil atau
menambahkan instrumen. Gangguan yang terjadi selama siklus
sterilisasi akan menyebabkan instrumen menjadi tidak steril yang akan
membahayakan jika digunakan kepada pasien nantinya. Penggunaan
autoklaf merupakan metode yang paling efektif dilakukan karena
bersifat nontoksik, mudah diperoleh, dan relatif mudah dikontrol.
Selain itu autoklaf juga merupakan pembawa energi termal paling
efektif dan semua lapisan pelindung luar mikroorganisme dapat
dilunakkan, sehingga memungkinkan terjadinya koagulasi.
Kebanyakan jenis mikroorganisme pada alat kedokteran gigi tidak
tahan panas terhadap suhu yang tinggi sehingga mikroorganisme
tersebut akan mati bila melalui proses sterilisasi menggunakan
autoklaf. Agar sterilisasi berjalan efektif, uap yang dihasilkan harus
bisa mendorong keluar udara yang ada didalam ruang sterilisasi.

3. Sterilisasi panas kering (dry-heat)


Pada sterilisasi panas kering pembunuhan mikroorganisme terjadi
melalui mekanisme oksidasi hingga terjadinya koagulasi protein sel.
Proses sterilisasi panas kering terjadi melalui mekanisme konduksi
panas. Panas akan diserap oleh permukaan luar alat yang disterilkan,
lalu merambat ke bagian dalam permukaan sampai akhirnya suhu
sterilisasi tercapai. Sterilisasi panas kering biasa digunakan pada alat-
alat yang tidak mudah menyerap uap, atau pada peralatan yang terbuat
dari kaca.18Pada sterilisasi panas kering menggunakan temperature
160oC (320oF) selama 1 hingga 2 jam untuk mencegah terjadinya
korosi untuk alat logam dan alat gelas.18,22Temperatur yang lebih
tinggi memungkinkan waktu sterilisasi yang lebih singkat dari waktu
yang ditentukan oleh peraturan. Sebaliknya temperatur yang lebih
rendah membutuhkan waktu yang lebih lama.Sterilisasi panas kering
digunakan untuk mensterilkan bahan yang mungkin akan rusak oleh
panas lembab. Meskipun panas kering memiliki keuntungan dari biaya
operasional yang rendah dan tidak berkarat. Penggunaan jangka

18
panjang dan suhu tinggi tidak baik untuk perawatan pada pasien
tertentu.

4. Sterilisasi menggunakan uap kimia (khemiklaf)


Kombinasi dari formaldehid, alkohol, aseton, keton dan uap pada
tekanan 138 kPa menghasilkan agen sterilisasi yang efektif. Secara
umum, penggunaan uap kimia mensterilkan lebih lambat dari
autoklaf(30 menit dibandingkan 15-20 menit), tetapi lebih cepat dari
dry-heat. Temperatur dan kombinasi tekanan yang biasa yaitu 127-
132°C pada138-176 kPa selama 30 menit.3 Proses sterilisasi ini tidak
dapat digunakan untuk bahan atau benda yangdapat dirusak oleh
bahan kimia ataupun yang terbuat dari bahan yang peka terhadap
panas. Umumnya karat tidak terjadi jika instrumen telah dikeringkan
sebelum sterilisasi dilakukan karena kelembaban yang relatif rendah
pada proses ini sekitar 7-8%. Keuntungan utama dari khemiklaf
adalah membutuhkan proses sterilisasi yang lebih cepatdibandingkan
sterilisasi dry-heat, tidak menimbulkan korosi pada instrumenatau bur
dan instrumen langsung kering segera setelahsiklus sterilisasi
berakhir. Instrumen harus dikeringkanuntuk menghilangkan asap sisa
pada pembukaan ruanganpada akhir siklus.3Pembungkusan instrumen
yang dianjurkan pada metode ini adalah kain muslin, kertas dan
plastik yang dapat menembus uap atau nilon.

5. Sterilisasi dengan Etilen OksidaSterilisasi ini adalah alternatif lain


untuk alat yang sensitif terhadap panas. Sterilisasi gas digunakan
dalam pemaparan gas atau uap untuk membunuh mikroorganisme dan
sporanya.23Etilen oksida merupakan senyawa organik kelompok
epoksida dari golongan eter. Beberapa parameter untuk sterilisasi
dengan etilen oksida :a. Konsentrasi, makin tinggi konsentrasi gas,
waktu yang diperlukan makin tinggi. Konsentrasi dinyatakan dalam
mg/liter ruang chamber. b. Semakin tinggi suhu, waktu yang
diperlukan makin rendah, biasanya menggunakan suhu 47-60oC c.
Kelembaban untuk meningkatkan daya penetrasi gasd. Waktu siklus
2-6 jam tergantung suhu dan konsentrasi.Adapun keuntungan dari
metode ini adalah menggunakan temperatur rendah dan memiliki
kemampuan penetrasi gas yang baik. Sedangkan kerugiannya adalah
agen kimia yang digunakan bersifat karsinogenik dan mutagenik.
Metode sterilisasi gas biasa diaplikasikan untuk mensterilkan materi
yang sensitif terhadap panas seperti sediaan enzim, antibiotik, obat-

19
obatan lain, serta alat-alat endoskopi yang terbuat dari kaca atau
kateter. 6,7,8

LO 3. MM Patient Safety
3.1 Tujuan Patient Safety
 Tujuan Sistem Keselamatan Pasien Rumah Sakit adalah:
1. Terciptanya budaya keselamatan pasien di Rumah Sakit
2. Meningkatnya akuntabilitas Rumah Sakit terhadap pasien dan
masyarakat
3. Menurunnya KTD di Rumah Sakit
4. Terlaksananya program-program pencegahan sehingga tidak terjadi
penanggulangan KTD
 Tujuan keselamatan pasien secara internasional adalah:
1. Identify patients correctly (mengidentifikasi pasien secara benar)
2. Improve effective communication (meningkatkan komunikasi yang
efektif)
3. Improve the safety of high-alert medications (meningkatkan
keamanan dari pengobatan resiko tinggi)
4. Eliminate wrong-site, wrong-patient, wrong procedure
surgery(mengeliminasi kesalahan penempatan, kesalahan pengenalan
pasien, kesalahan prosedur operasi)
5. Reduce the risk of health care-associated infections (mengurangi
risiko infeksi yang berhubungan dengan pelayanan kesehatan)

20
6. Reduce the risk of patient harm from falls (mengurangi risiko
pasien terluka karena jatuh). 9

3.2 Langkah – langkah pencegahan Patient Safety

Langkah-langkah Pencegahan :
1. Mencuci dan membersihkan tangan sebelum dan sesudah
memeriksa pasien
2. Penyimpanan dan pembuangan jarum dan alat tajam lainnya di
dalam kotak khusus di setiap lokasi perawatan pasien
3. Menggunakan sarung tangan ketika kontak dengan darah, cairan
tubuh, kulit dan membran mukosa pasien
4. Menggunakan peralatan pelindung (masker, sarung tangan,
pelindung mata, tutup kepala dan jas atau jubah) untuk melindungi
dari darah atau cairan tubuh
5. Melindungi semua luka di tubuh dengan pelindung tahan air
6. Pembersihan tumpahan darah dan cairan tubuh dengan disinfektan
7. Mengikuti manajemen pembuangan sampah rumah sakit sesuai
prosedur.

LO 4. MM Mikroorganisme yang menyebabkan infeksi

4.1 Bakteri

a) Coccus Gram positif: Staphylococcus aureus, Streptococci group


A, B, C, dan G, Enterococci, Micrococcus, Enterococcus
b) Anaerobic Bacilli: Histotoxic clostridia, Clostridium tetanii,
golongan bukan spora Gram negatif
c) Aerobic bacilli Gram negatif: Samonella, Shigella, E.coli, Proteus
vulgaris, Klebsiella, Pseudomonas aeruginosa, Acinetobacter,
Enteribacter spp, Serratia spp, Flavobacterium meningosepticum,
Alcaligenes faecalis, Vibrio cholera

21
d) Bakteri lain: Corynebacterium diphteriae, Listeria, Mycobacterium
tuberculosis, Anonymous mycobacteria, Bordetella pertussis. 11

4.2 Virus

Virus yang menyebabkan terjadinnya infeksi nasokomial :


1. Virus hepatitis B dan C
2. HIV
3. Ebola
4. Situmegalovirus
5. Influenza
6. Herpes simpleks
7. Varicella-zoster.12

4.3 Jamur

Jamur yang menjadi penyebab infeksi nosokomial adalah Candida


albicans sebanyak 10%. Selain Candida albicans, jamur yang menjadi
penyebab infeksi nosokomial adalah Aspergillus, Eksim, Norcadia,
Moulds, Histoplasma, Coccidioides, Cryptococcus dan Frambosia.
Banyak jamur yang dapat timbul selama pemberian obat antibiotik
bakteri dan immunosupresan.
Pencemaran lingkungan rumah sakit oleh organisme udara seperti
Aspergillus spp. yang berasal dari debu dan tanah terutama selama
pembangunan rumah sakit dan Sarcoptes scabies juga merupakan
ektoparasit yang telah berulang kali menyebabkan wabah di fasilitas
kesehatan.13

LO 5. MM Pandangan Islam

“DALIL-DALIL AL-QUR’AN TENTANG PENTINGNYA MENJAGA


KESEHATAN DAN KEBERSIHAN”
Didalam Al-Qur’an terdapat beberapa ayat tentang hal ini antara lain
1. Al-Baqarah ayat 282
2. Al-Maidah ayat 6
3. Al-Anfaal ayat 11
4. Al-Hajj ayat 26
5. Al-Muddatsir ayat 4
6. Al-Baqarah ayat 125

22
7. At-Taubah ayat 108
8. Al-Furqan ayat 48
9. Al-Ahzab ayat 33
10. Al-Waqi’ah ayat 79

Islam adalah agama yang diturunkan Allah Swt untuk kepentingan dan
keselamatan, kebahagian serta kesejahteraan umat manusia lahir dan
bathin, di dunia maupun di akhirat. Oleh karena itu Islam sebagai yang
sanggup mengantar dan memberikan keselamatan hidup secara utuh,
memiliki ajaran secara lengkap, yang mencakup segala aspek kehidupan
umat manusia termasuk didalamnya masalah kesehtan,secara khusus
kesehatan yang dikehendaki Islam meliputi kesehatan fisik, mental dan
sosial.
Kesehatan merupakan salah satu rahmat dan krunia Allah yang
sangat besar yang diberikan kepada umat manusia, karena kesehatan
adalah modal pertama dan utama dalam kehidupan dan kehidupan
manusia. Tanpa kesehatan manusia tidak dapat melakukan kegiatan yang
menjadi tugas serta kewajibannya yang menyangkut kepentingan diri
sendiri, kelurga dan masyarakat mapun tugas dan kewajiban
melaksanakan ibadah kepada allah swt.
Selain merupakan rahmat dan karunia Allah Swt kesehatan
merupakan amanah yang wajib kita syukuri dengan cara menjaga,
memellihara, merawat dan harus dapat dimanfaatkan sebaik-baiknya untuk
hal-hal yang diridhoi Allah Swt. Mensyukuri nikmat kesehatan berarti
menjadikan kesehatan sebagai modal utama dalam melaksankan serta
meningkatkan amal shaleh dan ketaatan kepada Allah Swt.
Kesehatan merupakan kebutuhan pokok bagi kehidupan manusia,
mendapat perhang besar dalam Islam. Islam mengnjukrkan untuk hidup
serba sehat, didahului oleh perintah mewujudkan kesucian dan kebersihan.
Oleh karena itu pembahasan dalam kitab Fiqih diawali pembahsan
mengenai “thaharah” artinya “kebersihan”. Seseorang akan sholat terlebih
dahulu harus suci serta bersih dari hadast dan na’jis baik tubuh, pakaian
maupun tempat yang akan dipergunakan untuk sholat demikian pula
ibadah lain seperti Itikaf. Thawaf dan mem baca Al-Qur’an.
Demikian besarnya perhatian Islam terhadap kesehatan umatnya
dapat kita lihat dari adanya beberapa dipensasi atau rukhshah yang
disyariatkan seperti kebolehan bertayamum bagi orang yang sakit yang
apabila terkena air penyakitnya bertambah parah. Demikian pula
dibolehkan berbuka puasa bag. Demikian pula dibolehkan berbuka puasa
bagi musafir, ibu yang sedang mengandung, ibu menyusui, orang yang

23
sedang sakit dan lanjut usia dengan menggantinya pada hari lain atau
membayar fidiyah.
Betapa besar perhatian islam terhadap masalah kesehatan dapat
dilihat pula dari tuntunan mengenai cara mendapatkan makanan, mengolah
dan memakannya. Islam memrintahkan manusia untuk memperoleh
makanan dengan cara yang sah dan hahal. Jika seseorang makan atau
minum hendaknya tidak berlebihan. Islam menetapkan adanaya beberapa
jenis makanan dan minuman yang dihramkan karena dapat membahayakan
kesahatan jasmani, rohani dan akal pikiran.
Besarnya perhatian Islam terhadap kesehatan ini dapat dilihat dari
urutan tutunan yang tercantum dalam Al-Qur’an. Surat pertama yang
diturunkan mengenai manusia untuk berpengetahuan ( surat Al-Alaq).
Sedangkan surat yang kedua mengajak manusia untuk memperhatikan soal
kebersihan.

Firman Allah dalam Al-Qur’an surat Al-Muddatsir ayat 4


“dan pakaianmu bersihkanlah”
Demikianpula perhatian Islam terhadap perorangan seperti dinyatakan
dalam sebuah hadist Rasullah Saw.
Artinya:
Kalaulah tidak memberatkan ummatku, niscaya aku wajibkan mereka
menggosok gigi setiap hendak melakukan wudhu. (HR-Al-
Baikhaqi,Malik,Assyafii dan Hakim)

Islam mengatur cara berwudhu dengan mendahulukan membasuh


kedua belah tangan, dimaksudkan agar dapat diketahui keadaan air
tersebut sebelum mengenai anggota wudhu’ lainnya. Disamping itu
dimaksudkan juga agar kotoran dan bakteri yang mungkin ada di kedua
belah tangan tersebut dapat dibersihkan terlebih dahalu.

Dalam hal menjaga kebersihan makanan, agar tidak terkena hama


penyakit, Rasullah Saw bersabda:
Artinya: tutuplah bejana dan tempat minum, sebab seseungguhnya
dalam setahun ada satu
Malam waktu wabah penyakit diturunkan, bila wabah itu lewat sedang
makanan/minuman terbuka, maka wabah tersebut akan masuk
kedalamnya(HR.Ahmad dan Muslim)

Selanjutnya Islam pun memberikan tuntunan dalam hal menjaga kesehatan


lingkungan, yang diungkapkan dalam hadist:

24
Artinya: Maka bersihkanlah pekaranganmu dan ruang tempat tinggalmu,
dan janganlah kamu seperti orang yahudi yang menumpuk-numpuk
sampah dirumah.(HR.Al-Bazzar)
Artinya: jauhilah hal-hal yang menyebabkakn timbulnya 3(tiga) laknat:
membuang kotoran
Di sumber air bersih,dijalan raya dan ditempat berteduh(HR.Abu Daud)
Manusia diciptakan Allah sebagai mahluk yang paling sempurna ,
dimuliakan lebih dari mahluk lain. Manusia dijadikan khalifah dimuka
bumi, dan diberi tugas untuk membawa rahmat bagi seluruh alam.
Manusia diberikan berbagai nikmat oleh Allah, nimamat paling tinggi
sesudah iman dan islam ialah kesehatan yang harus kita syukuri oleh
segenap manusia dalam hidupnya. Allah Swt juga menempatkan kesehatan
jasad dan alat-alat tubuh sebagai amanat yang diserahkan kepada manusia
untuk dipelihara dengan sebaik-baiknya. Dalam pengertian untuk dijaga
agar berfungsi dengan baik digunakan untuk beramal sholeh.

Allah Swt berfirman pada ayat 1-4 surat At-Tiin


Artinya: Demi (buah) Tin dan buah Zaitun, dan demi bukit Sinai, dan
demi Kota (Mekkah) Ini yang aman, sesungguhnya Kami kelak
menciptakan manusia dalam bentuk yang sebaik-baiknya.

Juga pada surat Al-Isroa’ ayat 70 Allah Swt berfriman.


Artinya: Dan sesungguhnya Kami muliakan anak Adam, Kami angkat
mereka di daratan dan dilautan, Kami beri mereka rizqi, dari yang baik-
baik dan Kam lebihkan mereka dengan kelebihan yang sempurna atas
kebanyakan mahluk yang telah Kami ciptakan.

Sejalan dengan firman Allah Swt ini Nabi bersabda:


Artinya: Orang mikmin yang kuat lebih baik dan lebih dicintai oleh Allah
dari pada orang Mukmin yang lemah.

Mukmin yang kuat adalah lebih baik dan lebih disukai Allah,
dengan kekautan itulah makna hidup manusia dapat dicapai.
Memperhatikan dan menjaga kesehatan merupakan upaya yang harus
selalu dilakukan dengan tetap kuat dan tidak menjadi lemah. Islam
mengenal satu konsep yang dinamik tentang kesehatan didalamnya
tercakup pengertian tentang “SHIHHAH” yaitu keadaan jasmani yang
memungkinkan seluruh anggota tubuh berfungsi dengan baik. Di atas
pengertian shihhah tersebut masih ada pengertian tentang “AAFIYAH”

25
ialah suatu keadaan yang lebih afdhal yang dampaknya menjangkau
kebahgian manusia di dunia dan akhirat.
Menurut penelitian Imam Ibnul-Qayyim Al-Jauzy upaya yang
dilakukan Islam dalam mewujudkan kesehatan terdiri dari tiga macam
kegiatan sebagai berikut :
1. Memelihara kesehatan.
Atas dasar ini Islam memperbolehan orang tidak berpuasa dalam
bulan Ramadhan karena uzur seperti sakit atau musafir. Bagi orang sakit
tujuannya agar cepat sembuh dan pulih kembali kesehatannya. Bagi
musafir agar kondisi fisik dan kesehatannya tetap stabil, sebab dalam
keadaan lapar dan haus disertai pengeluaran tenaga dalam berpergian
dapat menyebabkan badan menjadi lemah dan jatuh saki, sesuai dengan
firman Allah Swt Surat Al-Baqarah 184:
Artinya: Maka jika diantara kamu ada yang saki atau dalam perjalanan
(lalu berbuka) maka(wajiblah baginya berpuasa) sebanyak hari ya ng
ditinggalkan itu pada hari yang lain.
2. Menjaga diri agar penyakit tidak semakin parah.
Atas dasar ini Islam memperbolehkan tayamum bagi orang sakit
sebagai ganti dari wudhu’ atau mandi apabila ia kuatir penyakitnya akan
bertambah parah bila terkena air. Hal ini berdasarkan ayat Al-Qur’an surat
AN-Nisa 43
Artinya: Dan jika kamu sakit dan dalam musafir atau datang dari buag air
atau kamu menyetuh perempuan, kamu tidak mendapatkan air maka
bertayamumlah kamu dengan tanah yang baik(suci).

Menghilangkan hal-hal yang apabila dibiarkan akan menyebabkan sakit.


Atas dasar ini diperboleh kan mencukur rambut bagi orang yang sedang
Ihram karena banyak ketombe atau kutu sehingga menggagu konsentrasi
ibadah . Hal ini berdasarkan ayat :
Artinya: Jika ada diatara kamu yang sakit atau gangguan di kepalanya
(lalu bercukur) maka wajiblah atasnya berfidiyah yaitu berpuasa atau
bersedekah atau berkorban (Al-Baqarah 196)

Berdasarkan hal ini semua maka Islam memberi tuntunan agar


orang membiasakan makan dan minum secara teratur serta memperhatikan
gizi, istirahat dan tidur secukupnya, menjaga stamina badan agar selalu
stabil melalui olahraga. Islam melarang seseorang shalat dalam keadaan
sangat mengantuk, menahan kentut, menahan kencing, menahan buang air,
atau terlalu lapar, bahkan apabila terjadi dua pilihan antara shalat dan

26
makan , maka Islam mengajarkan agar makan terlebih dahulu, hal ini
tentusaja bila waktu shalat masih panjang.
Dengan demikian Prilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) adalah
sekumpulan prilaku yang kita praktikkan atas dasar kesadaran sebagai
hasil pembelajaran, yang menjadikan seseorang, keluarga, kelompok atau
masyarakat mampu mendorong dirinya sendiri dibidang kesehatan untuk
mencapai drajat kesehatan yang kita harapkan
Ajaran Islam menentukan penganutnya supaya hidup sehat baik
jasmani maupun rohani. Untuk itu umat Islam harus melaksanakan
berbagai upaya pembinaan prilaku hidup bersih dan sehat (PHBS) juga
upaya memahami ilmu kesehatan,maupun upaya untuk berobat,
memelihara kesehatan, mencegah berjangkitnya suatu penyakit dan
sebagainya.
Takdir sebagai salah satu rukun iman telah disepakati oleh jumhur
ulama sebagai suatu kewajiban setiap muslim untuk meyakininya, namun
kita sebagai umat islam tidak dapat menyerah begitu saja kepada takdir,
harus ada upaya kearah itu

Sebagaimana firman Allah Swt surat Ar-Ra’ad ayat 11


Artinya: Sesungguhnya Allah tidak mengubah keadaan suatu
kaum sehingga mereka mengubah keadaan yang ada pada diri mereka
sendiri.

Diantara praktek yang dijumpai dalam sejarah Islam adalah


kebijaksanaan yang dilakukan oleh Khalifah Umar bin Khatab. Diwatu
Umar bin Khatab menarik tentaranya dari Syiria karena didaerah tersebut
berjangkit wabah sampar, sebahagian sahabat berkeberatan atas
kebijaksanaan tersebut, mereka mengangap Khalifah Umar melarikan diri
dari takdir Allah terhadap anggapan tersebut Khalifah Umar menjawab
dengan tegas :”Ya aku lari dari kehedak Allah, tetapi menuju kehendak
Allah”. Apa yang dilakukan oleh Khalifah Umar tidak berarti menentang
takdir Allah, tetapi justru berusaha supaya terhindar dari musibah yang
buruk yakni penyakit wabah sampar.
Dengan pemahaman takdir seperti itu, isalam menganjurkan dan
cendrung mewajibkan seseorang untuk mampu memlihara kesehatan baik
perorangan, keluarga maupun masyarakat. Untuk itu ada beberapa
tuntunan yang perlu kita perhatikan sekaligus meningkatkan drajat
kesehatan meliputi 4 hal yaitu 1. Penyuluhan, 2. Prepentif atau pencegahan
3.kuratif atau pengobatan dan rehabilitatif yaitu pemulihan.
1. Peningkatan Penyuluhan ( Promosi )

27
Untuk mendapatkan drajat kesehatan yang optimal, setiap orang
harus berupaya meningkatkan drajat kesehatannya meskipun dalam
keadaan tidak sakit. Meningkatnya drajat kesehatan merupakan salah satu
langkah dalam upaya melestarikan dan meningkatkan mutu kehidupan.
Islam mengutamakan peningkatan drajat kesehatan salah satu yang
sangat ditekankan dalam upaya meningkatkan drajat kesehatan adalah
menjaga kesehatan baik kebersihan perorangan, maupun kebersihan
lingkungan kkita. Berulangkali Nabi Saw menganjurkan dan memberi
teladan dalam hidupnya, tentang penjaan dan peningkatan kebersihan
lingkungan. Contoh ynag sangat jelas ialah anjuran untuk mandi, terutama
dalam keadaan tertentu, begitupula membersihkan lingkungan hidup dan
alat-alat rumah tangga:
Allah Swt berfirman surat At-Taubah 108
Artinya: Didalamnya ada orang-orang yang ingin memberikan diri,
dan Allah menyukai orang-orang yang bersih.
Rasullah Saw bersabda dalam sebuah hadist yang diriwayatkan oleh
turmudzi dari sa’ad
Artinya: Sesungguhnya Allah itu baik menyukai yang baik,
bersih menyukai yang bersih, Murah menyukai kemurahan, dermawan
menyukai kedermawanan, maka bersihkanlah halaman/pekarangan dan
janganlah kamu meniru orang-orang yahudi.
Artinya: Kebersihan adalah sebagian dari Iman
Pada hadits lain Rasullah bersabda:
Artinya:Mandi adalah merupakan keharusanbagi setiap muslim dal
am tujuh hari, Membersihakan rambut dan tubuhnya(HR.At-Thabrani
dari Ibnu Abbas)
Disamping itu terdapat pula hadist-hadist mengenai anjuran-
anjuran mebersihkan gigi, membersihkan tangan, mulut dan anggota tubuh
yanng lain. Selain masalah kebersihan makanan juga merupakan suatu hal
sangat diperhtikan. Allah memerintahkan manusia untuk memakan
makanan yang baik dan halal, bergizi dan dalam jumlah yang cukup dan
seimbang. Makanan yang baik lagi halal akan mempertinggi fungsi alat-
alat tubuh. Makanan yang kurang baik merupakan sumber penyakit.
Firman Allah Swt surat Al-Baqarah ayat 172
Artinya: Hai orang –orang yang beriman, makanlah diantara rizqi yang
baik-baik yang kami berikan kepadamu.
Artinya: Hai sekalian manusia,makanlah yang halal lagi baik dari apa
yang terdapat dibumi

28
Pendengar muslimin muslimat rahimakumullah marilah kita
budayakan pembinaan perilaku hidup bersih dan sehat dikalangan keluarga
dan masyarakat kita Amin.
Hadist Nabi R. Al-Hakim,At-Turmuzi, Ibnu Majah, Ibnu Hibban dalam
shahih mereka.
Artinya: Tak ada yang lebih buruk daripada seseorang yang mengisi
perutnya melebihi batas, Cukuplah bagi seseorang beberapa suap yang
membuat tubuhnya tegak seharusnya perit itu sepertiga untuk makan,
sepertiga untuk minum, dan sepertiga lagi untuk bernafas.
2. Pencegahan (Preventif)
Salah satu sebagai upaya pembinaan perilaku hidup bersih dan
sehat (PHBS) adalah upaya pencegahan atau prepentif untuk mencapai
tingkat derajat kesehatan yang optimal pada diri kita, keluarga, masyarakat
serta lingkungan kita. Khusus untuk kepentingan kesehatan ibu dan anak,
upaya pencegahan terhadap penyakit menular tertentu dilakukan melalui
imunisasi. Upaya ini dianggap sangat bermanfaat dan dapat dilakukan
dengan mudah dan murah.
penyakit yang menimpa seseorang selalu dirasakan
sebagainsesuatu yang menyusahkan. Untuk menghindarinya, sebaiknya
mengamkbil langkah pencegahan. Untuk menegarkan betapa pentingnya
upaya pencegahan penyakit. Islam memberikan tuntunan sebagaimana
sikap tegar yang ditunjukan Rasulallah SAW. Dengan memerintahkan
umatnya agar mengakui darkan diri dari penyakit dan mengisolasikan diri
pada saat terkena penyakit menular agar orang-orang lain tidak ketularan
penyakit tersebut. rasulallah SAW bersabda :
Artinya :”At-Tha’un (penyakit menular) adalah na’jis yang dikirimkan
kepada suatu golongan dari golongan orang israil dan kepada orang-
orang sebelummu. Maka apabila kamu mendengar penyakit menular
tersebut terjangkit disuatu tempat, janganlah kamu memasuki daerah
tersebut . dan apabila di suatu tempat berjangkit penyakit menular
tersebut sedang kamu sedang kamu berada di dalamnya janganlah kamu
keluar atau lari dari padanya.”(HR. Bukhari dan Muslim).
Penjagaan diri pada waktu sehat, lebih baik dari pada pengobatan
pada waktu sakit. Allah SWT. Melarang manusia membiarkan dirinya
binasa. Sunnah nabi pada riwayat para sahabat menunjukan berbagai
upaya untuk melakukan tindakan pencegahan penyakit seperti di nyatakan
dalam Al-Quran serta beberapa hadist Rasulallah SAW. Sebagai berikut :
Artinya :”dan janganlah kamu menjatuhkan dirimu sendiri kedalam
kebinasaan”.( Al-Baqarah;195).

29
Nabi bersabda:
Artinya :” tutuplah bejana dan tempat minummu, sebab sesungguhnya
dalam setahun ada stu malam waktu wabah penyakit diturunkan. Bila
wabah itu lewat sedang makanan atau minuman terbuka, maka wabah
tersebut akan masuk kedalamnya”(HR. Ahmad dan Muslim).
Artinya :”orang yang sakit jangan dibawa mendekati orang yang
sehat”,(HR. Bukhari dan muslim).
Bila setiap orang diharuskan memelihara kesehatan , maka
berusaha mencegah timbulnya penyakit merupakan keharusan pula,
sepertinya halnya upaya memberikan sentuhan kekebalan (imunisasi)
kepada ibu hamil, bayi, dan anak. Imunisasi memberikan perlindungan
yang efektif terhadap anak dari serangan beberapa jenis penyakit
tertentu dengan imunisasi anak dapat hidup secara sehat karna tubuhnya
telah kebal dari gangguan pe nyakit harapan serta peluang untuk hidup
selanjutnya menjadi semakin besar.
Kondisi anak seperti itu sangat memungkinkan untuk mampu
tambah dan berkembang secara optimal. Dengan kata lain anak yang
memiliki derajat kesehatan yang tinggi mempunyai masa depan yang
cerah. Kesehatan yang sempurna menjadikan anak cerdas, terampil,
kreatif, berguna bagi diri, keluarga, masyarakat dan agamanya. Anak yang
seperti inilah yang dapat menjadi anak yang shaleh dan shalehah.
Oleh karnanya pencegahan atau tindakan prepentif ini yang perlu
dan penting kita laksanakan lebih-lebih setiap tahun didaerah kita ini ada
musim-musim tertentu waktu atau masa penyakit itu kerja melanda seperti
demam berdarah diare atau colera yang lebih kita kenal dengan sebutan
mutah berak.
Untuk itu tidak ada istilah terlambat, mulai saat ini kita bersama-
sama berupaya untukk mengadakan pencegahan sedini mungkin dari
semua jenis penyakit, yaitu antara lain kita kerjakan mencuci tangan
dengan sabun sebelum makan, setelah buang air besar,setelah mencebok
bayi, bahkan setelah bangun tidur hendaknya kita mencuci tangan. Sebab
sewaktu kita tidur tangan kita ini berkeliaran entah kemana, makanya perlu
tangan kita cuci dengan sabun. Termasuk pula kita biasakan minum air
yang sudah dimasak , dan jangan kita biarkan sampah bertumpuk
dihalaman rumah agar tidak mengundang lalat.#
Demikianlah sebagian kecil upaya pencegahan yang perlu kita
lakukan dalam upaya meningkatkan derajat kesehatan kita. Semoga
bermanfaat,amin ya robbal alamin.

30
3. Pengobatan (Kuratif)
Sesuia dengan ajaran Islam yang amat memperhatikan kesehatan, Rasullah
Saw memberikan tuntunan agar melakukan upaya penyembuhan apabila
sakit yaitu dengan cara berobat, walaupun yang akan memberikan
kesembuhan tersebut hakikatnya adalah Allah. Nabi Ibrahim As pernah
berdialog dengan ayah beserta kaumnya seperti tercantum dalam Al-
Qur’an surat Asy-Syu’ara 78-81,
Artinya:(Yaitu Tuhan) yang telah menciptkan aku, maka Dialah yang
menunjuki aku dan
Tuahanku yang Dia memberikan dan minum kepadaku dan apabila aku
sakit , Dialah yang menyembuhkan aku, dan yang akan mematikan aku,
kematian akan menghidupkan aku (kembali)
Pengobatan penyakit pengobatan penyakit yang sangat
diperlukan . berulangkali Nabi Muhammad Saw mengungkapkan
pentingnya upaya pengobatan atas dasar keyakinan bahwa Allah tidak
menurunkan suatu penyakit, kecuali dengan obatnya, orang yang
menderita sakit menjadi sembuh, dalam hadist disebutkan
Merka bertanya, ya Rasulullah, apakah boleh
kita berobat? Rasulullah Saw
Menjawab, ya wahai hamba-hamba Allah, berrobatlah, sesungguhnya
Allah tidak menurunkan penyakit kecuali menurunkan pula obatnya,
kecuali satu penyakit yaitu pikun (HR.Bokhari dan Muslim)
Dalam melakukan upaya pengobatan, perlu dipedomani
tuntunan bahwa Islam hanya membenarkan iktiar pengobatan berdasarkan
ilmu kesehatan dan kedokteran yang telah diakui kebenarannya. Berobat
merupakan wasilah, adanya wasilah tidak boleh bertentangan dengan
dasar-dasar aqidah Islam
4. Pemulihan ( Rehabilitatif)
Islam menuntun manusia untuuk memperhatikan pemulihan
kesehatan atau rehabilitasi, yaitu upaya untuk memfungsikan kembali
organ tubuh setelah mendapat serangan penyakit, juga termasuk upaya
untuk menerima dan memberikan kesempatan seluas-luasnya kepada
orang yang cacat untuk dapat berfungsi kembali dalam masyarakat. Dalam
salah satu hadist yang diriwayatkan oleh Abu Daud, Akhmad, Al-Hakim
dan Ibnu Majah
Umul Mundzir berkata: Rasulullah Saw ketempatku bers
ama Ali Karramallahhuwajwah. Kami ketika itu mempunyai tandan-
tandan kurma muda yang kergelan tangan. Nabi pun memakannya dan Ali
ikut, maka sabda Nabi: hai, kau baru saja sembuh Ali, Ummul Mundzir
berkata maka akupun membuatkan mereka makanan dari gandum dan

31
Rasulullah kemudian berkata: nah, Ali, inilah makananmu, ini lebih sesuai
dengan kondisimu.
Mengenai kesempatan bagi penyandang cacat agar dapat berfungsi
dalam masyarakat, terdapat riwayat yang banyak diketahui orang tentang
kisah Abdullah bin Ummi Maktum. Ia adalah seorang sahabat Rasulullah
yang cacat (buta) tuna netra. Abdullah tidak saja diangkat Rasulullah
sebagai mu’adzin, tapi pernah pula diberi kepercayaan untuk memegang
jabatan pimpinan kota Madinah, sewaktu Rasulullah pergi memimpin
perang suatu peperangan.
Rehabilitatif ini berlaku pada yang baru sembuh dari RSJ, Kusta,
Narapidana, Budirini dll.
Drajat kesehatan dapat diukur dengan berbagai indikator antaralain
1. Umur harapan hidup
2. Angka kematian
3. Angka kematian Ibu melahirkan
4. Angka kematian bayi

32
DAFTAR PUSTAKA

1. Jawetz E and Grossman, M. (1979) Introduction to infectiousdisease.


Nosocomial infection. Current Medical Diagnosis and Treatment.
Krupp.M.A and Chatton, M.J. (Eds). Lange Medical Publication 1979:
813-814.
2. Ginting Mardan. Infeksi Nosokomial dan Manfaat Pelatihan Keterampilan
Perawat terhadap Pengendaliannya di Ruang Rawat Inap Penyakit Dalam
RSUP H.Adam Malik. Medan 2001. Poltekkes Medan, 2001.
3. Panjaitan, B : Infeksi Nosokomial, dibawakan pada Orientasi Pra
Pendidiakan PPDS- I Rs. Dr. Pringadi / FK – USU Medan.27 Ferbruari –
4 Maret 1989.
4. Departemen Kesehatan RI. Pedoman Instalasi Pusat Sterilisasi (Central
Sterile Supply Department/CSSD) Di Rumah Sakit. Jakarta : DepKes RI,
2009.
5. Hoth WF, Miller CH, Neeb JM, Sheldrake MA. Sterilization of
orthodontic instrument and bads in cassettes. Am J Orthod Dentofac
Orthop.1990:98:411-416.
6. Bednar JR, Greudeman GW. Auxiliary for dry heat sterilization of bands.
J Clin Orthod. 1990. 24:701
7. Smith GE. Glass Bead Sterilization for Orthodontic Band. Am J Ortho
Dentofac Orthop. 1986; 90; 243-249
8. Komalawati, Veronica. Community&Patient Safety Dalam Perspektif
Hukum Kesehatan, 2010.
9. Entjang, I., Mikrobiologi dan Parasitologi. Untuk Akademi Keperawatan
dan Sekolah Tenaga Kesehatan Yang Sederajat. PT. Citra Aditya Bakti.
Bandung. 2003. hal : 40,55-56.
10. Londok P. Pola bakteri aerob yang berpotensi menyebabkan infeksi
nosokomial di Ruang ICU BLU RSUP Prof. Dr. R. D. Kandou Manado.
Manado: Universitas Sam Ratulangi; 2015.
11. Rachma, Futia. Faktor Risiko Infeksi Nosokomial pada Pasien Anak di
Ruang HCU dan PICU RSUP Dr Kariadi Semarang. 2015.

33

Anda mungkin juga menyukai