KELOMPOK 07
ANGGOTA :
Aditya Kristianto (1206249681)
Ericco Janitra (1206249845)
Osman Abhimata N (1206202002)
Zulfa Hudaya (1206261283)
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan yang Maha Esa karena atas
berkat dan anugerah-Nya, penulis dapat menyelesaikan paper ini tepat pada
waktunya. Paper mengenai proses product blending ini dibuat sebagai salah satu
bentuk tugas mata kuliah Pengolahan Minyak Bumi. Tugas ini pun tidak akan
terealisasi tanpa adanya bantuan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis juga
tidak lupa menyampaikan terima kasih kepada:
(1) Ir. Yuliusman, M.Eng. selaku dosen pembimbing yang telah menyediakan
waktu, tenaga, dan pikiran untuk mengarahkan penulis dalam penyusunan paper
ini;
(2) Orang tua dan keluarga penulis yang telah memberikan bantuan dukungan
material dan moral; dan
(3) Pihak – pihak lain yang turut membantu penulis, baik secara langsung maupun
secara tidak langsung, dalam proses penyelesaian paper ini
Ada pepatah berbunyi, “tak ada gading yang tak retak”. Begitu pula dengan paper
ini, masih banyak kekurangan dikarenakan keterbatasan kemampuan yang penulis
miliki, kurangnya sarana dan prasarana, dan lain sebagainya. Namun dibalik semua
kekurangan yang ada, penulis tetap berharap bahwa paper ini dapat bermanfaat bagi
banyak pihak untuk memperkaya wawasan mengenai product blending. Hal ini
dikhususkan bagi pihak – pihak yang terlibat di bidang Teknik Kimia.
Penulis
ii Universitas Indonesia
DAFTAR ISI
iv UNIVERSITAS INDONESIA
DAFTAR TABEL
v UNIVERSITAS INDONESIA
BAB 1
PENDAHULUAN
1 Universitas Indonesia
2
BAB 2
PEMBAHASAN
Proses pencampuran (blending) merupakan proses fisis yang dapat dilihat pada
Gambar 2.1. Operasi dilakukan dengan cara memompakan secara simultan tiap
komponen yang akan dicampur (blend stocks) dari tangki penyimpanannya masing-
masing ke suatu saluran pipa (pipeline) yang mengarah ke tangki produk, dalam hal
ini tangki penyimpanan bensin. Pompa dilengkapi dengan sistem kontrol yang
Universitas Indonesia
3
dapat mengatur proporsi yang tepat dari tiap komponen secara otomatis. Jadi,
pencampuran terjadi di dalam pipa. Pipa tersebut biasanya dilengkapi dengan
baffles yang berfungsi untuk mencampur semua komponen pada saat semua
komponen tersebut mengalir di dalam pipa ke tangki produk.
Produk kilang yang akan dicampur atau disebut juga blend stocks umumnya adalah:
Straight run naphtha
Produk hasil alkilasi (alkilat)
Produk hasil unit reforming (reformat)
Produk hasil isomerisasi (isomerat)
FCC naphtha (heavy dan light)
Coker naphtha
Hydrocracked naphtha
Aditif: MTBE, etanol, dll
N-butana
Jadi, proses yang terjadi pada product blending ini cukup sederhana. Namun, yang
sulit adalah menentukan proporsi tiap aliran blend stocks yang akan dicampur
sehingga menghasilkan produk dengan spesifikasi yang diinginkan. Karena itu,
sistem product blending ini dilengkapi dengan analyzer yang berfungsi untuk
mengukur karakteristik dari produk yang dihasilkan seperti RVP, titik didih,
specific gravity, dan lain-lain. Analyzer dipasang agar berfungsi sebagai feedback
control dari aliran tiap blend stocks dan aditif. Optimisasi hasil blending dilakukan
secara trial and error melalui pemrograman linear dan geometri dengan
menggunakan komputer. Selain itu, alat lain yang dipasang adalah semacam flow
meter untuk mengukur laju alir dari tiap aliran blend stocks. Alat yang dipilih
sebaiknya dapat mengukur laju alir dengan akurat, seperti micro motion meter agar
produk yang diperoleh dapat mencapai spesifikasi yang diinginkan dengan tingkat
error cukup kecil.
Universitas Indonesia
4
Universitas Indonesia
5
dimana:
Mt = total mol produk yang dicampurkan
(RVP)t = spesifikasi RVP untuk produk, psi
Mi = mol komponen i
(RVP)i = RVP dari komponen i, psi atau kPa
Universitas Indonesia
6
Total laju alir volumetrik bensin RVP 10 psi = 21000+1640 = 22640 BPD
Dalam kasus dimana volume butane yang akan dicampur untuk menghasilkan
produk blending dengan RVP tertentu akan dicari, maka dipakai persamaan:
𝐴(𝑉𝑃𝐵𝐼)𝑎 + 𝐵(𝑉𝑃𝐵𝐼)𝑏 + ⋯ + 𝑊(𝑉𝑃𝐵𝐼)𝑤 = (𝑌 + 𝑊)(𝑉𝑃𝐵𝐼)𝑚 (2.3)
Dimana:
A = bbl komponen a, dst
W = bbl dari n-butane (w)
Y = A + B + C + . . . (semua komponen kecuali n-butane)
(VPBI)m = VPBI pada nilai RVP campuran yang diinginkan
w = subskrip untuk n-butane
Universitas Indonesia
7
Universitas Indonesia
8
Contoh 2
Tabel 2.5 Data untuk Hasil Perhitungan Contoh 2
Universitas Indonesia
9
Jadi, total laju alir volumetrik bensin RVP 10 psi = 21000+1660 = 22660
BPCD
Di mana:
Bt = total gasoline campuran, bbl
ONt = angka oktan campuran yang diinginkan
Bi = bbl dari komponen i
ONi = angka oktan komponen i
Universitas Indonesia
10
Research Company telah mengeluarkan nilai faktor atau index untuk tekanan
uap, viskositas, flash point, dan aniline point. Contohnya adalah flash point
index pada tabel 2.6 di bawah. Data selengkapnya mengenai index untuk
besaran yang lain dapat dilihat pada literatur-literatur lainnya.
Contoh diberikan pada tabel dalam menggunakan indeks pencampuran.
Karena lebih rumit dari yang lain, pencampuran viskositas akan dibahas lebih
jauh pada bab ini.
Pada pencampuran beberapa produk, viskositas merupakan salah satu
spesifikasi yang harus dipenuhi. Viskositas campuran dihitung dari viskositas
tiap komponennya dengan teknik khusus. Metode yang umum diterima
adalah dengan memakai grafik yang dikembangkan dan didapatkan dari
ASTM.
Pencampuran untuk viskositas dapat dihitung dengan baik dengan
memakai faktor viskositas. Pendekatan yang dipakai adalah viskositas
campuran merupakan jumlah perkalian fraksi volume semua produk dengan
faktor viskositas tiap komponennya. Dalam persamaan dituliskan:
Tabel berisi faktor viskositas dan faktor karakteristik lainnya dapat diperoleh
dari berbagai literatur, contohnya Petroleum Refining Technologies and
Economics yang ditulis oleh James H. Gary dan Glenn E.Handwerk pada
tahun 2001. Pada tabel 2.6 di halaman berikut diberikan contoh angka indeks
untuk flash point.
Universitas Indonesia
11
Universitas Indonesia
12
Tabel 2.7 Persentase Volume Tiap Komponen Blend Stocks Pada Bensin
Gasoline merupakan salah satu produk olahan minyak bumi yang banyak
digunakan sebagai bahan bakar kendaraan bermotor khususnya kendaraan bermesin
motor. Sama seperti produk minyak bumi lainnya, gasoline dapat diperoleh secara
langsung dari proses distilasi minyak bumi. Kisaran fraksi dari gasoline adalah C5-
C12.
Kebutuhan akan bahan bakar gasoline atau yang sering disebut bensin di
Indonesia terus bertambah setiap tahun. Hal ini terjadi karena adanya peningkatan
jumlah kendaraan bermotor di Indonesia. Berdasarkan data yang diperoleh dari
Badan Pusat Statistika (BPS) jumlah kendaraan bermotor untuk setiap jenisnya
meningkat setiap tahun seperti yang dapat dilihat pada tabel 2.8 berikut ini.
Universitas Indonesia
13
Walaupun tidak semua kendaraan yang ada pada tabel 2.8 menggunakan gasoline,
tetapi kebutuhan gasoline tetap tidak mampu dipenuhi oleh produksi dalam negeri.
Berdasarkan data yang didapat dari pertamina jumlah produksi gasoline cenderung
konstan, tetapi jumlah kebutuhannya meningkat dengan pesat setiap tahunnya. Hal
ini dapat dilihat pada Gambar 2.2 dibawah ini.
Gambar 2.2 Jumlah Pasokan dan Permintaan Gasoline di Indonesia (juta kL)
(Sumber : Pertamina, 2012)
Dari data tersebut dapat dilihat bahwa terjadi defisit gasoline di Indonesia setiap
tahunnya. Dan dapat diramalkan bahwa defisit gasoline akan mencapai angka 64
Universitas Indonesia
14
juta kilo liter pada tahun 2025 dengan asumsi produksi gasoline sama seperti tahun
2012. Hal ini sangat membebani negara karena untuk menutupi defisit tersebut
negara harus mengimpor gasoline dalam jumlah yang cukup besar.
Pertamina sebagai perusahaan minyak milik negara saat ini memiliki empat
jenis gasoline yang dijual dipasaran. Perbedaan yang paling terlihat dari keempat
jenis gasoline tersebut adalah angka oktannya. Keempat jenis gasoline tersebut
adalah adalah premium yang memiliki angka oktan 88, pertalite yang angka
oktannya 90, pertamax dengan angka oktan 92, dan pertamax plus dengan angka
oktan 95. Semakin tinggi angka oktan dari gasoline maka semakin baik kualitas
bensin tersebut.
Jika timbal sudah diperkecil penggunaannya, maka bahan aditif lain akan
digunakan untuk meningkatkan angka oktan pada bensin. Pembahasan mengenai
bahan aditif lain tersebut akan dibahas selanjutnya. Namun, sebelumnya diperlukan
pengetahuan mengenai spesifikasi gasoline dan standard yang berlaku di Indonesia
berdasarkan peraturan perundang-undangan.
Sebagai bahan bakar yang digunakan secara luas oleh masyarakat gasoline
harus memenuhi beberapa spesifikasi. Hal ini bertujuan agar hasil pembakaran
gasoline tidak mencemari lingkungan dan juga untuk meningkatkan efisiensi dari
mesin agar konsumsi BBM tidak boros. Gasoline yang beredar di Indonesia harus
memenuhi spesifikasi yang di tetapkan pemerintah melalui Keputusan Dirjen
Migas Nomor 933.K/10/DJM.S/2013 untuk bensin dengan angka oktan minimal 88
Universitas Indonesia
15
dan Keputusan Dirjen Migas nomor 3674 K/24/DJM/2006 mengenai standar dan
mutu(spesifikasi) bahan bakar minyak jenis bensin yang dipasarkan dalam negeri
untuk gasoline dengan angka oktan minimal 92 dan 95. Gambar 2.3, 2.4, dan 2.5
berikut adalah spesifikasi yang ditetapkan untuk gasoline dengan angka oktan
minimal 88,91 dan 95.
Universitas Indonesia
16
Universitas Indonesia
17
Universitas Indonesia
18
Dari spesifikasi pada gambar diatas, terdapat beberapa karakteristik yang ada pada
gasoline, seperti angka oktan riset (RON), tekanan uap, profil distilasi, kandungan
sulphur dan kandungan timbal.
Angka Oktan
Universitas Indonesia
19
Bila hal ini terjadi maka dapat mengerangi tenaga yang dihasilkan oleh
mesin, meningkatkan gesekan mesin, dan dapat menyebabkan kerusakan
yang serius pada mesin dan komponen lainnya.
Setiap senyawa memiliki angka oktan yang berbeda. Tabel 2.9 berikut ini
adalah nilai RON dan MON dari beberapa senyawa.
Universitas Indonesia
20
Tekanan Uap
Tekanan uap adalah salah satu sifat yang penting dari gasoline untuk
kemudahan start up mesin dalam keadaan dingin dan dalam keadaan
panas. Keadaan dingin yang dimaksud adalah temperatur udara yang
dingin pada tekanan ambient. Ketika tekanan uap gasoline rendah, maka
mesin akan sulit dinyalakan dan memerlukn waktu yang lama untuk start
up. Ketika tekanan uap gasoline sangat rendah maka mesin tidak dapat
menyala sama sekali. Dinegara dengan empat musim tekanan uap gasoline
bervariasi berdasarkan musimnya. Rentang yang normal untuk tekanan uap
gasoline adalah 48,2 kPA sampai 103 kPa (7 psi sampai 15 psi). Tekanan
uap gasoline diukur pada temperatur 37,8oC (100oF) dan tekanan 1 atm.
Nilai yang tinggi akan menyebabkan start up mesin pada keadaan dingin
menjadi baik, namun nilai yang rendah baik untuk mencegah vapor lock.
Universitas Indonesia
21
Profil distilasi
Kandungan Sulfur
Universitas Indonesia
22
(Sumber : www.unep.org)
Kandungan Timbal
Universitas Indonesia
23
Gasoline harus bersih, aman, tidak rusak dan tidak merusak ketika
digunakan maupun pada saat penyimpanan. Parameter yang terkait dengan
sifat ini adalah zat getah, korosi dan berbagai kandungan lain yang
menyebabkan dapat korosi. Selain getah (gum) yang sudah ada pada
gasoline, getah juga dapat terbentuk karena komponen – komponen bensin
bereaksi dengan udara selama penyimpanan. Hidrokarbon jenuh
mempunyai kecenderungan untuk mengalami pembentukan getah.
Universitas Indonesia
24
oktan dari gasoline. Pada tahun 1990-an, penggunaan TEL sudah dilarang
karena emisi Pb (timbal) dapat menyebabkan racun yang berbahaya dari
reaksi pembakaran pada kendaraan yang menggunakan TEL pada bahan
bakarnya. Alasan lainnya adalah karena mengurangi efisiensi dari converter
katalitik yang dipasang pada kendaraan. TEL masih digunakan pada bahan
bakar aviasi bermesin pembakaran internal.
Penambahan TEL fluid adalah 0,8 ml per liter gasoline, setara dengan
menambahkan 0,5 gram timbal per liter gasoline, menghasilkan
penambahan bilangan oktan yang cukup signifikan.
Berikut adalah properties dari TEL yang dapat dilihat pada Tabel 2.11 :
Universitas Indonesia
25
Universitas Indonesia
26
3. Ethanol
Etanol pertama digunakan pada tahun 1880-an sebagai bahan bakar dari
alcohol. Keuntungan dari etanol adalah dapat diproduksi dari bahan
terbarukan, berbeda dengan gasoline yang terbuat dari bahan yang tak-
terbarukan. Namun, secara aspek ekonomis, etanol masih sulit diproduksi
dalam skala besar. Etanol memiliki karakteristik anti-knocking yang cukup
baik.
Universitas Indonesia
27
Kegunaan IPA dalam aditif gasoline adalah untuk melarutkan air atau es di
dalam jalur bahan bakar. Air merupakan masalah pada tangki bahan bakar,
karena terpisah dari gasoline dan dapat membeku pada temperature rendah.
IPA tidak menghilangkan air tersebut, namun hanya melarutkan air tersebut.
Setelah larut, air tidak akan menjadi beku pada temperature rendah. Berikut
adalah karakteristik dari IPA :
(Sumber : http://www.cqconcepts.com/chem_isopropylalcohol.php)
Universitas Indonesia
28
5. Nitrous-Oxide (NOS)
NOS dibagi menjadi dua bagian, yaitu nitrogen dan oksigen , sekitar 36%-
w oksigen. Ketika NOS dipanaskan mencapai 572oF, atau ketika kompresi,
NOS menjadi terpecah dan melepaskan ekstra oksigen tersebut. Energi
besar didapatkan dari kemampuan oksigen untuk membakar bahan bakar
lebih banyak. Ketika NOS diinjeksi kedalam mesin, fasa nya berubah dari
liquid menjadi gas (mendidih). Efek mendidih ini mengurangi temperature
NOS menjadi 127oF. Efek ini mengurangi temperature masukan bahan
bakar menjadi 60-75oF. Efek ini menyebabkan tambahan power. Nitrogen
yang dilepaskan pada proses kompresi, berfungsi sebagai buffer atau
damper¸ untuk mengontrol tekanan silinder, membuat pelepasan panas
menjadi lebih lambat dan dapat mengontrol proses pembakaran. Rule of
thumb : setiap pengurangan tmeperatur masukan sebesar 10oF, sebesar 1%
power akan meningkat.
Universitas Indonesia
29
Diesel merupakan salah satu bahan bakar yang digunakan untuk mesin
kompresi. Mesin kompresi adalah sebuah mesin pembakaran internal yang
menggunakan panas kompresi untuk memulai pengapian dan membakar bahan
bakar yang disuntikkan ke dalam ruang pembakaran.
Bahan bakar diesel merupakan salah satu fraksi minyak bumi dengan rentang
atom karbon C8 – C18. Di indonesia, bahan bakar ini di sebut sebagai solar.
Kebutuhan solar dalam negeri terus meningkat setiap tahun. Hal ini disebabkan
karena adanya pertumbuhan kendaraan dan industri yang menggunakan diesel
sebagai bahan bakar mesin diesel. Pada Gambar 2.11 akan ditampilkan grafik
peningkatan permintaan solar di Indonesia.
Gambar 2.11 Jumlah Pasokan dan Permintaan Diesel Oil di Indonesia (juta kL)
(Sumber : Pertamina, 2012)
Dari Gambar 2.11 dapat kita lihat bahwa permintaan diesel lebih banyak dari
produksi dalam negeri. Defisit diesel tersebut akan di atasi dengan impor diesel dari
Universitas Indonesia
30
luar negeri. Dan diprediksi bahwa defisit diesel akan mencapai 35 juta kilo liter
pada tahun 2025 jika kapasitas produksi tetap seperti tahun 2012.
Universitas Indonesia
31
Universitas Indonesia
32
Angka Setana
Angka setana adalah parameter untuk mengukur waktu delay ignition dari
suatu bahan bakar diesel. Semakin singkat waktu antara injeksi bahan
bakar dan waktu saat terjadi pembakaran merepresentasikan angka setana
yang tinggi. Hidrokarbon dengan kemampuan ignition yang cepat lebih
Universitas Indonesia
33
Angka setana adalah ukuran dari kualitas pembakaran pada mesin diesel.
Sama seperti angka oktan, angka setana mengukur kecenderungan bahan
bakar untuk melakukan auto – ignition pada mesin tes standar. Semakin
tinggi angka setananya maka semakin mudah mesin terbakar. Angka
setana adalah perbandingan antara besarnya kadar volume cetana dalam
campurannya dengan alphamethyl naphthalene. Berdasarkan ASTM D
613, Cetana murni mempunyai angka cetana sebesar 100, sedangkan
alphamethyl naphthalene mempunyai angka cetana sebesar 0. Pada
Gambar 2.14 berikut adalah angka setana dari beberapa senyawa.
Angka setana yang rendah akan menyebabkan mesin susah dihidupkan dan
terjadi ketukan mesin. Dari segi ekonomi juga tidak baik karena bahan
bakar kehilangan banyak energi akibat knocking dan dapat merusak mesin
diesel.
Universitas Indonesia
34
Densitas
Kandungan Aromatik
Volatilitas
Universitas Indonesia
35
Kandungan Sulfur
Universitas Indonesia
2.5.3 Aditif Diesel
Penggunaan solar sebagai bahan bakar mesin diesel menghasilkan gas buang
dengan kandungan NOx, SOx, hidrokarbon dan partikulat-partikulat. Gas buang
yang dihasilkan oleh kendaraan di Indonesia masih berada di atas baku mutu yang
ditetapkan oleh Pemerintah Indonesia. Emisi partikulat yang dikeluarkan oleh
mesin diesel ini sangat berbahaya dibandingkan dengan emisi yang dikeluarkan
oleh mesin berbahan bakar bensin. Hal ini disebabkan karena partikulat yang
dikeluarkan oleh mesin diesel mempunyai kadar toksisitas relatif paling tinggi,
yaitu 106,7 dibandingkan dengan emisi CO yang memiliki toksisitas relatif=1.
Ukuran partikulat atau jelaga (PM-10) yang lebih kecil dari 10 μm yang
menyebabkan mudah terhirup ke paru-paru bersama udara. Untuk mengurangi laju
polusi udara ini maka perlu dilakukan perbaikan pada mesin diesel dan bahan bakar
solar. Salah satu cara yang dapat dilakukan untuk mengurangi emisi gas buang
seperti NOx, SOx, dan partikulat adalah dengan meningkatkan Cetane Number
(CN) pada solar. CN yang tinggi berarti waktu tunda penyalaan lebih singkat.
Hasilnya solar akan mempunyai cetane number lebih besar hal ini dikarenakan
Cetane number Napthena 40-70, Aromatics 0-60, Parafin 80-110.
7. Mencampur dengan Biodiesel
Biodiesel dari minyak kelapa (Coconut Methyl Ester) punya CN hingga 70,
dari Sawit (Palm Methyl Ester) punya CN sampai 65; makin tinggi prosentase
biodieselnya; makin tinggi kenaikan CN nya.
8. Menambahkan aditif
a. Nitrate dan turunannya: senyawa nitrete yang paling banyak dipakai untuk
aditif adalah 2 Ethylhexylnitrate (2 EHN). 500-4000 ppm dari senyawa ini bisa
menaikkan 3-8 angka CN. 2 EHN merupakan additive CN yang paling banyak
dipakai saat ini.
b. Peroxides dan turunannya: senyawa peroksida yang paling umum dipakai
Ditertiary butyl peroxide (DTBP) namun penggunaannya masih belum
sebanyak 2 EHN.
c. Vegetable oil + chemical & derivatives : alternatif aditif termasuk BioAdd
UNIVERSITAS INDONESIA
38
UNIVERSITAS INDONESIA
39
UNIVERSITAS INDONESIA
40
avtur minimal 38°C. Titik nyala yang rendah menunjukkan bahwa avtur
tidak mudah menyala oleh percikan api, sehingga aman dari kebakaran.
7. Viskositas
Viskositas merupakan nilai yang menyatakan batasan suatu cairan untuk
mengalir pada tekanan tertentu. “Thin liquid”, misalnya gasoline,
memiliki viskositas yang rendah. “Thick liquid”, misalnya oli motor,
memiliki viskositas yang tinggi. Viskositas suatu cairan akan meningkat
seiring dengan menurunnya temperatur. Avtur yang diinjeksikan pada
bagian pembakaran pada mesin harus memiliki batasan viskositas
tertentu. Hal ini karena viskositas avtur berhubungan langsung dengan
aliran distribusi avtur dengan bagian pembakaran pada mesin pesawat.
Sehingga avtur harus memiliki spesifikasi tertentu agar dapat
mempertahankan performa penerbangan pesawat pada segala kondisi
lingkungan, termasuk suhu ekstrim. Berdasarkan ASTM D 1655,
viskositas avtur pada -20°C maksimal 8,0 mm2/s.
Tabel 2.13 Menunjukkan spesifikasi yang perlu dipenuhi untuk berbagai jenis avtur
dan pada Tabel 2.14 Menunjukkan peraturan yang mengatur spesifikasi masing-
masing jenis tipe bahan bakar:
Tabel 2.13 Spesifikasi jenis bahan bakar pesawat
UNIVERSITAS INDONESIA
41
UNIVERSITAS INDONESIA
42
d. Inhibitor korosi, untuk mencegah korosi pada tanki penyimpanan dan pipa
pendistribusi bahan bakar serta meningkatkan sifat pelumasan bahan bakar.
e. Metal deactivator, menghambat efek katalitik oleh beberapa logam seperti
tembaga terhadap oksidasi bahan bakar.
f. Biocide, untuk memerangi pertumbuhan mikrobiologi dalam bahan bakar, sering
ditambahkan langsung ke tangki bahan bakar pesawat.
Tabel 2.15 akan menunjukkan aditif yang ditambahkan untuk berbagai jenis avtur
UNIVERSITAS INDONESIA
43
1. Unit Pengolahan II
Lokasi : Dumai dan Sungai Pakning, Riau
Kapasitas : 170.0 MBSD
Dioperasikan pertama kali pada tahun 1971, berbagai produk bahan bakar
Minyak (BBM) dan Non Bahan Bakar Minyak (NBBM) telah dihasilkan dari
kilang Putri Tujuh Dumai - Sungai Pakning.
Produk Pertamina UP II yang dapat dinikmati keberadaannya bagi masyarakat
sebagai berikut :
a. BBM dan BBK
Aviation Turbine Fuel
Minyak Bakar
Minyak Diesel
Minyak Solar
Minyak Tanah
b. Non BBM
Solvent
Green Coke
Liquid Petroleum Gas (LPG)
UNIVERSITAS INDONESIA
44
a. Kilang BBM
Avigas (Low lead)
Avtur
Premium atau motor gasoline (mogas)
Kerosin
Solar/ADO (automotive diesel oil)
IDO (Industrial Diesel Oil)
IFO (Industrial Fuel Oil)
Racing Fuel
c. Produk Petrokimia
Produk petrokimia yang dihasilkan unit polypropylene adalah
polypropylene, yang merupakan bahan baku pembuatan plastik.
UNIVERSITAS INDONESIA
45
3. Unit Pengolahan IV
Lokasi : Cilacap, Jawa Tengah
Kapasitas : 348.0 MBSD
Unit Pengolahan IV Cilacap memiliki kapasitas produksi terbesar dan
terlengkap fasilitasnya. Kilang ini memasok 34% kebutuhan BBM nasional atau
60% kebutuhan BBM di Pulau Jawa. Selain itu kilang ini merupakann satu-
satunya kilang di tanah air saat ini yang memproduksi aspal dan base oil untuk
kebutuhan pembangunan infrastruktur di tanah air.
UNIVERSITAS INDONESIA
46
Lube Base Oil adalah bahan baku pelumas atau disebut pelumas dasar,
diproduksi oleh MEK Dewaxing Unit (MDU) I, II, dan III di Kilang PT
PERTAMINA (PERSERO) Unit Pengolahan IV Cilacap. Diproduksi dalam
bentuk cair.
d. Low Sulphur Waxy Residue
Low Sulphur Waxy Residue (LSWR) merupakan bottom produk yang
diproduksi oleh Crude Distilasi Unit Kilang PT PERTAMINA (PERSERO)
Unit Pengolahan IV Cilacap.
e. Minarex
Minarex dihasilkan oleh Kilang minyak PT PERTAMINA (PERSERO)
Unit Pengolahan IV Cilacap untuk memenuhi kebutuhan proccessing oil
pada industri barang karet, ban dan tinta cetak.
Minarex sebagai proccessing aid sangat penting perannya dalam pembuatan
komponen karet pada industri ban dan industri barang karet, yaitu:
Memperbaiki proses penulakan dan pemekaran karet.
Menurunkan kekentalan komponen karet.
f. Paraffinic Oil
Paraffinic oil produksi Kilang PT PERTAMINA (PERSERO) Unit
Pengolahan IV Cilacap adalah proccessing oil dari jenis Paraffinic dengan
komposisi Paraffinic Hydrocarbon, Nepthenic, dan sedikit Aromatic
Hydrocarbon.
g. Paraxylene
h. Slack Wax
i. Toluene
4. Unit Pengolahan V
Lokasi : Balikpapan, Kalimantan Timur
Kapasitas : 260.0 MBSD
Pada awalnya berupa Kilang Balikpapan I untuk mengolah minyak dari sumur
Sanga-sanga. Setelah Perang Dunia II, dibangun Kilang Balikpapan II dengan
jenis Hydroskimming Complex (HSC) dan Hydrocracking Complex (HCC).
UNIVERSITAS INDONESIA
47
5. Unit Pengolahan VI
Lokasi : Balongan, Jawa Barat
Kapasitas : 125.0 MBSD
Keberadaan RU VI Balongan sangat strategis bagi bisnis Pertamina maupun
bagi kepentingan nasional. Sebagai Kilang yang relatif baru dan telah
menerapkan teknologi terkini, Pertamina RU VI mempunyai nilai ekonomis
yang tinggi. Dengan produk-produk unggulan seperti Premium, Pertamax,
Pertamax Plus, Solar, Pertamina DEX, Kerosene (Minyak Tanah), LPG,
Propylene, Pertamina RU VI mempunyai kontribusi yang besar dalam
menghasilkan pendapatan baik bagi PT Pertamina maupun bagi negara. Selain
itu RU VI Balongan mempunyai nilai strategis dalam menjaga kestabilan
pasokan BBM ke DKI Jakarta, Banten, sebagian Jawa Barat dan sekitarnya
yang merupakan sentra bisnis dan pemerintahan Indonesia.
UNIVERSITAS INDONESIA
48
Kilang BBM Kasim dibangun diatas areal seluas kurang lebih 80 HA. dan
terletak di desa Malabam kecamatan Seget kabupaten Sorong Papua
bersebelahan dengan Kasim Marine Terminal (KMT) Petro China, kurang lebih
90 km sebelah selatan kota Sorong. Kilang tersebut mulai beroperasi sejak Juli
1997 sampai saat ini.
Produk yang dihasilkan adalah :
Fuel Gas : 969 Barrel / Hari
Premium : 1.987 Barrel / Hari (Unleaded)
Kerosene : 1.831 Barrel / Hari
Ado (Solar) : 2.439 Barrel / Hari
Residue : 3390 Barrel / Hari
Dari total produksi BBM RU VII dapat memberi kontribusi sekitar 15 % dari
total kebutuhan Maluku dan Papua.
Jenis umpan, produk, unit, dan jenis crude oil yang diolah pada unit
pengolahan di Indonesia dapat dilihat pada tabel 1.2 berikut:
UNIVERSITAS INDONESIA
49
Unit
Umpan Unit Produk Jenis Crude
Pengolahan
SPD
LPG
TAP
Mogas
Ramba/Kuang
Destilasi Avigas
Jene
atmosferis, Kerosene
Lalang
destilasi hampa, Avtur
SLC Asphaltene-
UP-III rekahan termal, ADO
Geragai paraffinic
rekahan katalis, Diesel Oil
Mixed
pembuatan aspal, Fuel Oil
SPD/TAP
pembuatan wax SLWR
Mixed Crude
Solvent
Klamono
Raw PP
Bula
Destilasi
atmosferis, LPG
destilasi hampa, Gasoline
platforming, Kerosene
hydrotreating, ADO/IDO
Arabian Light
hydrosulfurisasi, IFO
UP-IV Crude Paraffinic
meroxtreating, HVI 60
Mixed Crude
visbreaking, HVI 160
propane HVI 650
deasphalting, Minarex
ekstraksi furfural, Slack Wax
dewaxing MEK
LPG
Destilasi
Heavy
Bekapai/Handil atmosferis,
Naphta
UP-V Badak/Waluyo destilasi hampa, Asphaltene
Premium
Mixed Crude pabrik malam,
Kerosene
naphta
Avtur
UNIVERSITAS INDONESIA
50
Unit
Umpan Unit Produk Jenis Crude
Pengolahan
hydrocracker, ADO
pabrik hidrogen IDO
Wax
Food Oil
POD
LSWR
Destilasi
atmosferis,
demetalisasi
LPG
residu atmosferis,
Propylene
hydrotreater
Premium
minyak gas,
Pertamax
rengkahan katalis
Duri Kerosene
UP-VI residu, Asphaltene
Minas ADO
hydrotreater
IDO
minyak daur
MFO
ringan, pabrik
Decand Oil
hidrogen, treating
Sulfur
amina, propylene
recovery, pabrik
berelang
Light
Naphta
Crude Oil 8.96 Destilasi Premium
UP-VII Asphaltene
Light Slop 0.11 atmosferis Reformate
ADO
Residue
(Sumber: Hardjono, 2000)
UNIVERSITAS INDONESIA
BAB 3
KESIMPULAN
51 Universitas Indonesia
DAFTAR PUSTAKA
White, R. 1999. Refining and Blending of Aviation Turbine Fuels. [Journal]. Drug
and Chemical Toxicology, 22(1), 143-153.
52 Universitas Indonesia