Anda di halaman 1dari 17

LAPORAN KASUS

KETUBAN PECAH DINI

Disusun Oleh :

Gusti Khalida Rizma Rosa’dy


2018790053

Pembimbing :
dr. H. Awie Darwieza, Sp.OG , D.MAS

KEPANITERAAN KLINIK OBSTETRI DAN GINEKOLOGI


RUMAH SAKIT UMUM DAERAH SAYANG CIANJUR
PROGRAM STUDI PROFESI DOKTER
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH JAKARTA
2019
BAB I
LAPORAN KASUS

A. IDENTITAS PASIEN
Nama : Ny. IR
Umur : 35 tahun
Suku : Sunda
Agama : Islam
Pendidikan : SD
Pekerjaan : IRT
Status : Menikah
Alamat : MNAK 01/04 Sukawangi , warungkondang, cianjur
Tanggal Masuk RS : 14-05-2019 Jam 08.30

Identitas Suami Pasien


Nama suami : Tn. M
Umur : 56 tahun
Suku : Sunda
Agama : Islam
Pendidikan : SMA
Pekerjaan : Wiraswasta
Alamat : MNAK 01/04 Sukawangi , warungkondang, cianjur

B. ANAMNESIS
1. Keluhan Utama
Os mengeluh keluar air-air dari jalan lahir sejak jam 06.00 pagi SMRS.
2. Riwayat Penyakit Sekarang
3. Os mengaku hamil 9 bulan mengeluh keluar air-air dari jalan lahir sejak jam 06.00
pagi SMRS. Os juga mengeluh mules sejak kemarin pagi jam 08.00 . Gerakan janin
dirasakan oleh os. Os mengaku sudah di USG oleh dokter.
4. Riwayat Penyakit Dahulu
 Pernah dirawat di RS menderita penyakit paru waktu SD.
 Riwayat penyakit seperti ini : disangkal
 Riwayat Asma : disangkal
 Riwayat DM : disangkal
 Riwayat Hipertensi : disangkal

5. Riwayat Penyakit Keluarga


Hipertensi (-) , DM (-), Asma (-), Jantung (-) , Paru (-).
6. Riwayat Menstruasi
 Umur Menarche : 16 tahun
 Siklus Haid : 28 hari, teratur
 Lama haid : 7 hari
 Masalah haid : dismenorea (-), menoragia (-), metroragia (-), PMS (-)
 HPHT : 28 November 2018
7. Riwayat Perkawinan
Menikah 1 kali , menikah pada usia 22 tahun.

8. Riwayat Kontrasepsi
Os mengaku menggunakan kontrasepsi jenis KB suntik 6 bulan, sudah mengunakkan
KB suntik selama 5 tahun.
9. Riwayat Persalinan
G3P2A0
Tahun Tempat Umur Jenis Penolong Penyulit Anak Keadaan
partus partus hamil persalinan persalinan kel/BB anak skrg
2005 Puskes 9 Spontan Bidan - L/3,6 Hidup
mas bulan kg
2011 Bidan 9 Spontan Bidan - L/3,0 Hidup
bulan kg
10. Riwayat Psikososial
Istirahat cukup , pola makan teratur . Pasien menyangkal mengonsumsi rokok, obat ,
ataupun alkohol.
11. Riwayat Alergi
Tidak Memiliki Alergi

C. STATUS GENERALIS
1. Pemeriksaan Umum
 Keadaan umum : Baik
 Kesadaran : Compos mentis
 TekananDarah : 120/80 mmHg
 Nadi : 80 x / menit
 Respirasi : 20 x / menit
 Suhu : 36,5°C
 BB : 57 kg
 TB : 160 cm
 IMT : 22,26 kg/m2 ( Normoweight )
2. Pemeriksaan Fisik Generalis
 Kepala : Normocephal rambut berwarna hitam, tidak terdapat
Alopesia , rambut tidak mudah rontok.
 Mata : Konjungtiva anemis (-/-), Sklera ikterik (-/-),
Pandangan kabur (-), Refleks Cahaya (+/+)
 Hidung : Deviasi septum nasi -/-, Secret -/-, Epitaksis -/- , konka
tidak hiperemis
 Mulut : Mukosa bibir kering (-), sianosis (-), Faring hiperemis
(-), Karies gigi (-).

 Telinga : Secret -/-


 Leher : KGB (-), Tiroid (-) , Peningkatan JVP (-)
 Toraks :
 Payudara : Simetris, Putting susu menonjol, Colostrum tidak ada
 Paru paru :
- Inspeksi  Dada simetris, tidak ada dinding dada yang tertinggal ,
tidak ada bantu otot .
- Palpasi  Vokal fremitus kanan dan kiri simetris
- Perkusi  sonor pada lapangan paru
- Auskultasi  vesicular +/+, wheezing -/-, ronki -/-
 Jantung :
- Inspeksi : Ictus cordis tidak tampak
- Palpasi : Ictus cordis tidak teraba
- Perkusi : Batas jantung atas ICS II parasternalis sinistra
Batas jantung kanan ICS IV parasternalis dextra
Batas Jantung kiri ICS IV mid clavikula sinistra
- Auskultasi : S1,S2 reguler, mur-mur (-), gallop (-)

 Ekstremitas Atas : Akral hangat, edema (-/-), kekuatan tonus otot 5 ,


CRT < 2 detik
 Ekstremitas Bawah : Akral hangat, edema (-/-), kekuatan tonus otot 5 ,
CRT < 2 detik

3. Pemeriksaan Obstetri dan Ginekologi


 Obstetri
 Abdomen
 Inspeksi : Abdomen membesar, striae albican (+)
 Palpasi TFU : 30 cm
 TBJ : (30-12) x 155 gram = 2.790 gram
 Leopold I : Bokong
 Leopold II : Punggung kanan
 Leopold III : Kepala
 Leopold IV : Divergen
 Auskultasi DJJ : 150x/menit
 His : 2 x 10’ 15’’
 Pemeriksaan Dalam
- Vulva dan vagina : Tidak ada kelainan
- Porsio : Tebal lunak
- Pembukaan : 3-4 cm
- Ketuban : (-)
- Presentasi : Kepala
 Gynekologi
Inspekulo : Tidak dilakukan

D. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Tanggal Pemeriksaan Nilai Rujukan
14/05/2019 Hemoglobin 10.7 12-16 g/dL
08.40 Hematokrit 35.4 37-47 %
Eritrosit 3.71 4,2-5,4 x106/µl
Leukosit 18.3 4,8-10,8 x103/µl
Trombosit 238 150-450 x103/µl
MCV 95.5 80-94 fL
MCH 28.8 27-31pg
MCHC 30.2 33-37 %
RDW-SD 53.3 37-54fL
PDW 16.3 9-14 fL
MPV 8.9 8-12 fL
Differential
Limfosit% 16.4 26-36%
Monosit% 4.4 4-8%
Neutrofil% 76.3 40-70%
Eosinofil% 2.4 1-3%
Basofil% 0.5 <1%
Absolut
Limfosit# 3.01 1.00-1.43 x106/µl
Monosit# 0.81 0.16-1.0 x106/µl
Neutrofil# 13.98 1.8-7.6 x106/µl
Eosinofil# 0.43 0.02-0.5 x106/µl
Basofil# 0.09 0.00-0.1 x106/µl

E. RESUME

Ny. IR usia G3P2A0 mengaku hamil 9 bulan mengeluh keluar air-air dari jalan
lahir sejak jam 06.00 pagi SMRS. Os juga mengeluh mules sejak kemarin pagi jam 08.00
. Gerakan janin dirasakan oleh os. Os mengaku sudah di USG oleh dokter. Pada
pemeriksaan abdomen didapatkan TFU : 30 cm, L1 : Bokong , L2 : Punggung kanan ,
L3 : Kepala, L4 : Divergen , DJJ : 134x/menit , His : 2 x 10’ 15’’. Pada pemeriksaan
dalam didapatkan Porsio : tebal lunak , Pembukaan : 3-4 cm , Ketuban : (-), Persentasi :
Kepala . Pada pemeriksaan kertas lakmus nitrasin berubah menjadi warna biru .
Pemeriksaan penunjang didaptkan hasil leukosit 18.3x103/ul.

F. DIAGNOSA KEBIDANAN DAN MASALAH


G3P2A0 parturien aterm kala I Fase Laten dengan KPD

G. PENATALAKSANAAN
 Infus RL 20 tetes/menit
 Observasi KU, TTV, DJJ, His, pembukaan
 Cefotaxim IV 2x 500mg jam 09.30 WIB
 R/ partus pervaginam
 Misoprostol 1 tab 50ug selama 6 jam
 Induksi oksitosin

H. LAPORAN PERSALINAN
1. Keadaan Ibu Pasca Persalinan
 Keadaan Umum : baik
 Tek. Darah : 110/70 mmHg
 Suhu Badan : 36,5°C
 Nadi : 60 x/menit
 Uterus : baik
 Pendarahan Kala III : 200 cc
 Pendarahan Kala IV : 100 cc

2. Placenta
 Bentuk/ ukuran : dalam batas normal
 Tali pusat : dalam batas normal
 Kulit Ketuban : dalam batas normal
3. Anak
 Jenis kelamin : Laki-laki
 Berat Badan : 2800 g
 Panjang Badan : 49 cm
 Lahir : Hidup
 Apgar Score : 4 (1 menit pertama), 6 (5 menit berikutnya)
4. Ikhtisar Persalinan
 lahir tanggal, jam : 14/05/2019, 17.05
 Indikasi : partus spontan drip atas indikasi KPD
5. Lain-lain
Induksi 1 amp (+), plasenta lahir spontan, kontraksi uterus (+), epis perineum (+),
rupture perineum grade 2

I. FOLLOW UP
Tanggal SOAP
14-05-2019 S : Mules (+) , G. Janin (+) , Keluar air (+)
Jam 09.00 O : Ku = Baik Kes =Cm , TD = 120/80 mmHg, DJJ = 142x/menit
WIB PD : v/v tidak ada kelainan , porsio tebal lunak , pembukaan 3-4 cm , ket (-) ,
persentasi kepala
A : G3P2A0 parturien aterm kala I F.Laten + KPD
P : Obs KU ,TV, DJJ, kemajuan persalinan
Partus per vaginam
Cefotaxime IV 2x 09.30
Misoprostol 1 tab 50 ug/ 6 jam
14-05-2019 S : Mules (+) , Perdarahan (+)
Jam 19.00 O : Ku = Baik , Kes = CM , TD= 110/70 mHg , Nadi = 60x/menit
WIB A : P3A0 post partum dengan KPD
P : Obs TTV , perdarahan , anjuran mobilisasi
15-05-2019 S : Perdarahan Sedikit (+) , BAK (+) , BAB (-) , Flatus (+) , ASI (-/-)
Jam 10.00 O : Ku = baik, Kes= CM , TD = 120/80 mmHg , Nadi = 80x/menit
WIB A : P3A0 post partum dengan KPD
P : BLPL
- Cefadroxil 2 dd I tab 500 mg
- Asam mefenamat 3 dd I tab 500 mg
BAB II
ANALISA KASUS

1. Bagaimana cara mendiagnosis kasus di atas?

Ketuban pecah dini adalah robeknya selaput korioamnion dalam kehamilan ( sebelum
onset persalinan )
Dibedakan menjadi 2 yaitu :

- PPROM ( Preterm Premature Rupture of Membranes ) : Ketuban pecah pada saat usia
kehamilan < 37 minggu
- PROM ( Premature Rupture of Membranes ) : Ketuban pecah pada saat usia
kehamilan > 37 minggu

Selaput ketuban yang membatasi rongga amnion terdiri atas amnion dan korion yang
sangat erat kaitannya. Lapisan ini mengandung berbagai tipe sel, termasuk sel epitel, sel
mesenkim, dan sel trofoblas yang terikat erat dalam matriks kolagen. Selaput ketuban
berfungsi menghasilkan air ketuban dan melindungi janin dari infeksi saluran reproduksi.
Pada usia kehamilan aterm, 8-10% wanita hamil mengalami ketuban pecah dini, dan
para wanita ini memiliki risiko infeksi intrauteri yang meningkat bila interval antara pecah
ketuban dan pelahiran semakin lama. KPDP terjadi pada kira-kira 1% dari seluruh kehamilan
dan berkaitan dengan 30-40% kelahiran prematur.
Insiden KPD banyak terjadi pada wanita dengan serviks inkopenten, polihidramnion,
malpresentasi janin, kehamilan kembar, atau infeksi vagina.
Tanda dan gejala pada kehamilan yang mengalami KPD adalah keluarnya cairan
ketuban merembes melalui vagina. Aroma air ketuban berbau amis dan tidak seperti bau
amoniak, mungkin cairan tersebut masih merembes atau menetes, dengan ciri pucat dan
bergaris warna darah. Cairan ini tidak akan berhenti atau kering karena terus diproduksi
sampai kelahiran. Tetapi bila anda duduk atau berdiri, kepala janin yang sudah terletak di
bawah biasanya mengganjal atau menyumbat kebocoran untuk sementara. Demam, bercak
vagina yang banyak, nyeri perut, denyut jantung janin bertambah cepat merupakan tanda-
tanda infeksi yang terjadi (Manuaba, 2009).
Penegakkan diagnosis KPD dapat dilakukan dengan berbagai cara yang meliputi :
a. Menentukan pecahnya selaput ketuban dengan adanya cairan ketuban di vagina.
b. Memeriksa adanya cairan yang berisi mekonium, vernik kaseosa, rambut lanugo dan
kadang-kadang bau kalau ada infeksi.
c. TFU untuk menentukan usia kehamilan.
d. Pemeriksaan his melihat apakah his adekuat atau tidak, frekuensi his nya, serta lama
his.
e. Dari pemeriksaan inspekulo terlihat keluar cairan ketuban dari cairan servikalis.
f. Pemeriksaan dalam dilakukan bila akan dilakukan penanganan aktif. Dinilai tanda-
tanda penting saat memasuki kala persalinan, yaitu vulva-vagina, porsio, ketuban,
pembukaan, dan presentasi.
g. Tentukan tanda-tanda persalinan dan scoring pelvic.
h. Test nitrazin/lakmus, kertas lakmus merah berubah menjadi biru (basa) bila ketuban
sudah pecah. Pemeriksaan pH perempuan hamil sekitar 4,5. Bila ada cairan ketuban
pH sekitar 7,1 sampai 7,3
i. Tentukan ada tidaknya infeksi. Tanda-tanda infeksi adalah bila suhu ibu lebih dari
38˚c serta ketuban keruh dan berbau, leukosit darah lebih dari 15.000/mm3. Janin
yang mengalami takikardi mungkin mengalami infeksi intrauterine.
j. Pemeriksaan penunjang
 Pemeriksaan laboratorium
Cairan yang keluar dari vagina perlu diperiksa warna, konsentrasi, bau dan
PHnya. Pemeriksaan mikroskopik (tes pakis), dengan meneteskan air ketuban
pada gelas objek dan dibiarkan kering, pemeriksaan mikroskopik
menunjukkan gambaran daun pakis.
 Pemeriksaan ultrasonografi (USG)
Pemeriksaan ini dimaksudkan untuk melihat usia kehamilan, jumlah cairan
ketuban dalam kavum uteri. Pada kasus KPD terlihat jumlah cairan ketuban
yang sedikit (Manuaba, 2009).

G3P2A0 didapatkan saat anamnesis yaitu kehamilan ketiga dan pernah melahirkan 2
kali dan tidak pernah keguguran sebelumnya.

Pada kasus didapatkan anamnesis, Ny. IR usia G3P2A0 mengaku hamil 9 bulan
mengeluh keluar air-air dari jalan lahir sejak jam 06.00 pagi SMRS. Os juga mengeluh
mules-mules sejak kemarin pagi jam 08.00 . Gerakan janin dirasakan oleh os. Os mengaku
sudah di USG oleh dokter. Pada pemeriksaan abdomen didapatkan TFU : 30 cm, L1 :
Bokong , L2 : Punggung kanan , L3 : Kepala, L4 : Divergen , DJJ : 134x/menit , His : 2 x
10’ 15’’. Pada pemeriksaan dalam didapatkan Porsio : tebal lunak , Pembukaan : 3-4 cm ,
Ketuban : (-), Persentasi : Kepala . Pada pemeriksaan kertas lakmus nitrasin berubah menjadi
warna biru . Pemeriksaan penunjang didaptkan hasil leukosit 18.3x103/ul.

Berdasarkan informasi diatas, maka dapat ditegakkan diagnosis yaitu: G3P2A0


parturient aterm kala 1 fase laten + ketuban pecah dini.

2. Apa saja penyebab pada kasus di atas?

Etiologi Ketuban pecah dini

Sampai saat ini etiologi KPD belum diketahui dengan pasti. Beberapa keadaan yang
merupakan predisposisi untuk terjadinya KPD antara lain
1. Trauma : Amniosentesis, pemeriksaan dalam, koitus
2. Peningkatan tekanan intra uterin : Hidramnion, gemelli
3. Inkompeten serviks
4. Kelainan letak : Letak lintang, letak sungsang
5. Infeksi : Vagina, serviks, traktus urinarius
6. Riwayat keluarga dengan KPD
Diantara berbagai predisposisi yang ada, infeksi merupakan penyebab tersering
terjadinya KPD. Infeksi ini dapat langsung terjadi pada selaput janin ataupun melalui infeksi
vagina yang menjalar secara asenden ke selaput janin atau infeksi pada cairan amnion. Pada
penelitiannya mendapatkan bahwa bakteri yang bekerja lokal pada selaput janin
menghasilkan enzim peroksidase yang dapat melemahkan selaput tersebut dan menyebabkan
ketuban pecah.
Bertambahnya umur kehamilan akan menyebabkan melunaknya selaput janin dan
disertai peregangan yang bertambah karena pertumbuhan janin. Hal ini dapat menyebabkan
kemungkinan pecahnya ketuban.
Penyebab ketuban pecah dini menjadi:
1. Penyebab pertama adalah melemahnya selaput ketuban. Hal ini dapat diakibatkan
berbagai sebab, termasuk kelainan struktur membran (kolagen tipe III, defisiensi
tembaga, defisiensi vitamin C) atau disebabkan mikroba dan aktivitas enzim
antimikroba (granulosit elastase, faktor peroksida antimikroba).
2. Penyebab kedua adalah meningkatnya tekanan terhadap selaput ketuban, bila ada
pembukaan pada serviks (inkompeten serviks) atau meningkatnya tekanan intrauterin
(hamil ganda, polihidramnion)

Faktor risiko

1. Berkurangnya asam askorbik sebagai komponen kolagen.


2. Kekurangan tembaga dan asam askorbik yang berakibat perubahan struktur abnormal
karena antara lain merokok.
Degradasi kolagen dimediasi matriks metaloproteinase (MMP) yang dihambat oleh
inhibitor jaringan spesifik dan inhibitor protease. Mendekati waktu persalinan keseimbangan
antara MMP dan TIMP-1 mengarah pada degradasi proteolitik dari matriks ekstraseluler dan
membran janin. Aktivitas degradasi proteolitik ini meningkat menjelang persalinan. Pada
penyakit periodontitis dimana terdapat peningkatan MMP, cenderung terjadi KPD
Selaput ketuban sangat kuat pada kehamilan muda. Pada trimester ketiga, selaput
ketuban mudah pecah. Melemahnya selaput ketuban ada hubungannya dengan pembesaran
uterus, kontraksi rahim, dan gerakan janin. Pada trimester terakhir terjadi perubahan biokimia
pada selaput ketuban. Pecahnya ketuban pada kehamilan aterm merupakan hal fisiologis.
KPD pada kehamilan prematur desebabkan adanya faktor-faktor eksternal misalnya infeksi
yang menjalar dari vagina. Ketuban pecah dini prematur sering terjadi pada polihidramnion,
inkompeten serviks, solusio plasenta.

3. Bagaimana penatalaksanaan pada kasus di atas?

Penatalaksanaan ketuban pecah dini meliputi :


 Pastikan diagnosis
 Tentukan usia kehamilan
 Evaluasi ada tidaknya infeksi maternal ataupun infeksi janin
 Apakah dalam keadaan inpartu terdapat keadaan gawat janin
Penderita dengan kemungkinan ketuban pecah dini harus masuk rumah sakit untuk
diperiksa lebih lanjut. Jika pada perawatan air ketuban berhenti keluar, pasien dapat pulang
utnuk rawat jalan. Bila terdapat persalinan dalam kala aktif, korioamnionitis, gawat janin,
kehamilan diterminasi. Bila ketuban pecah dini pada kehamilan prematur, diperlukan
penatalaksanaan yang komprehensif. Secara umum penatalaksanaan ketuban pecah dini yang
tidak dalam persalinan serta tidk ada infeksi dan gawat janin, penatalaksanaannya bergantung
pada usia kehamilan.
Pengelolaan ketuban pecah dini, bila ketuban pecah dini terjadi pada saat kehamilan
aterm segera dilakukan induksi maka angka seksio sesarea meningkat. Apabila ditunggu
sampai persalinan spontan maka kemungkinan infeksi meningkat. Saat kehamilan prematur
dapat dilakukan penanganan konservatif.
a. Konservatif
Dilakukan bila tidak ada penyulit pada ibu maupun janin, pada umur kehamilan 28-36
minggu dirawat selama 2 hari.
Selama perawatan dilakukan :
 Observasi kemungkinan adanya amnionitis atau tanda-tanda infeksi misalnya,
suhu, leukosit, tanda-tanda infeksi intra uterin.
 Adanya tanda-tanda persalinan atau tidak
 Pemberian antibiotik (ampisilin 4 x 500 mg atau eritromisisn bila tidak tahan
ampisilin dan metronidazol 2 x 500 mg selama 7 hari)
 Jika usia kehamilan <32-34 minggu, dirawat selama air ketuban masih keluar
atau sampai air ketuban tidak keluar lagi.
 Jika usia kehamilan 32-37 minggu, belum inpartu, tidak ada tanda infeksi, tes
busa negatif beri deksametason, observasi tanda-tanda infeksi dan
kesejahteraan janin. Terminasi pada kehamilan 37 minggu.
 Jika usia kehamilan 32-37 minggu, sudah inpartu, tidak ada tanda infeksi
berikan tokolitik (salbutamol), deksametason dan induksi sesudah 24 jam.
 Jika usia kehamilan 32-37 minggu, ada tanda infeksi, beri antibiotik dan
lakukan induksi, nilai tanda-tanda infeksi (suhu, leukosit, tanda-tanda infeksi
intrauterin).
 Pada usia kehamilan 32-37 minggu berikan steroid untuk memacu kematangan
paru janin.
 Pemberian injeksi deksametason 4 x 5 mg intramuskular (setiap 6 jam),
betametason 1 x 12 mg (selama 24 jam) selama 2 hari berturut-turut.
b. Aktif
 Kehamilan >37 minggu, induksi dengan oksitosin.
 Bila gagal seksio sesarea. Dapat pula diberikan misoprostol 4 x 25-50 µg
intravaginal (tiap 6 jam)
 Bila ada tanda-tanda infeksi berikan antibiotik dosis tinggi dan persalinan
diakhiri.
 Bila skor pelvik <5, lakukan pematangan serviks, kemudian induksi. Jika tidak
berhasil, akhiri dengan seksio sesarea.
 Bila skor pelvik >5, induksi persalinan.

4. Bagaimana komplikasi dan prognosis pada kasus di atas?

Komplikasi
Komplikasi yang timbul akibat KPD bergantung pada usia kehamilan. Dapat terjadi
infeksi maternal, ataupun neonatal, persalinan prematur, hipoksia karena kompresi tali pusat,
deformitas janin, meningkatnya inseden Seksio Sesaria atau gagalnya persalinan normal.
1. Persalinan prematur
Setelah ketuban pecah biasanya segera disusul oleh persalinan. Periode laten
tergantung umur kehamilan. Pada kehamilan aterm 90% terjadi dalam 24 jam setelah
ketuban pecah. Pada kehamilan antara 28-34 minggu 50% kehamilan dalam 24 jam.
Pada kehamilan >26 minggu persalinan terjadi dalm 1 minggu.
2. Infeksi
Resiko terjadi infeksi pada ibu dan anak meningkat pada KPD. Pada ibu terjadi
korioamnionitis. Pada bayi dapat terjadi septikemia, pnemonia, omfalitis. Umumnya
terjadi korioamnionitis sebelum janin terinfeksi. Pada ketuban pecah dini prematur,
infeksi lebih sering pada aterm. Secara umum, inseden infeksi sekunder pada KPD
meningkat sebanding dengan periode laten.
3. Hipoksia dan asfiksia
Dengan pecahnya ketuban terjadi oligohidramnion yang menekan tali pusat sehingga
terjadi hipoksia atau asfiksia. Terdapat hubungan antara terjadinya gawat janin dan
derajat oligohidramion, semakin sedikit air ketuban, janin semakin gawat.
4. Sindrom deformitas janin
KPD yang terjadi terlalu dini menyebabkan pertumbuhan janin terhambat. Kelainan
disebabkan kompresi muka dan anggota badan janin serta hipoplasi pulmonar.

Prognosis

Prognosis pada ketuban pecah dini sangat bervariatif tergantung pada usia kehamilan,
ada tidaknya infeksi atau sepsis, faktor resiko atau penyebab, dan ketepatan diagnosis awal
dan penatalaksanaannya. Prognosis dari KPD pada janin tergantung pada waktu terjadinya
KPD, waktu terjadinya persalinan. Bagaimanapun, umumnya bayi yang lahir antara 34
sampai 37 minggu mempunyai prognosis lebih baik dibandingkan prematur.
DAFTAR PUSTAKA

1. Bagian Obstetri dan Ginekologi Fakultas Kedokteran Universitas Padjadjaran. 2005.


Pedoman Diagnosis dan Terapi Obstetri dan Ginekologi RS Dr. Hasan Sadikin Bagian
pertama. Bandung: Bagian Obstetri dan Ginekologi Fakultas Kedokteran Universitas
Padjadjaran,
2. Cuningham FG, Mac Donald PC, Gant NF, Leveno KJ, Gilstrap III LC. William
Obstetrics. 24st ed. Connecticut : Prentice-Hal International Inc., 2014
3. High Risk Pregnancy, Premature Rupture of The Membranes(PROM).http//www.
healthsystem.virginia.edu/uvahealth/pedshrpregnant/online.cfm
4. Prawirohardjo, S. 2014. Ilmu Kebidanan, Edisi IV. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka
Sarwono Prawirohardjo..
5. Achadiat, CM. 2004.Prosedur Tetap Obstetri dan Ginekologi. Jakarta: EGC
6. Hecker, M. 2001. Esensial Obstetri dan Ginekologi. Edisi 2. Jakarta: Hipokrates
7. Edmoson K, Sydor AM (Editor). 2007. Current diagnosis and treatment obstetrics and
gynecology. United Stated of America: McGraw-Hill

Anda mungkin juga menyukai