R C OR'
Gambar 1.1. Rumus kimia ester (Hart, 2003)
Esterifikasi berkataliskan asam dan merupakan reaksi yang reversibel. Laju
esterifikasi suatu asam karboksilat bergantung terutama pada halangan sterik dalam
alkohol dan asam karboksilatnya. Kuat asam dari asam karboksilat hanya memainkan
peranan kecil dalam laju pembentukan ester (Wikipedia, 2014). Proses esterifikasi
menggunakan katalis asam dimana yang banyak digunakan adalah katalis homogen
asam donor proton dalam pelarut organik (Susanto, dkk., 2008). Esterifikasi
merupakan penukaran gugus ester pada molekul trigliserida, molekul trigiserida, baik
dalam satu molekul maupun antarmolekul triglesrida. Proses ini biasanya dilakukan
untuk memperbaiki sifat-sifat lemak atau minyak (Purwaningsih, 2007).
Mekanisme reaksi esterifikasi merupakan reaksi substitusi asil nukleofil dengan
katalisator asam. Gugus karbonil dari asam kaboksilat tidak cukup kuat sebagai
elektrofil untuk diserang olah alkohol. Katalisator asam akan memprotonasi gugus
karbonil dan mengaktivasinya ke arah penyerangan nukleofil. Pelepasan proton akan
menghasilkan hidrat dari ester, kemudian terjadi transfer proton. Reaksi transesterifikasi
pada dasarnya merupakan reaksi esterifikasi dengan mengganti alkohol R'-OH dengan
jenis alkohol lain R"-OH. Reaksi dapat berlangsung dengan adanya asam mineral
seperti H2SO4 atau HCl. Reaksi Transesterifikasi merupakan reaksi dapat balik hingga
alkohol R"-OH harus dalam keadaan berlebihan untuk memaksimalkan prouk R-
COOR" (Wikipedia, 2014).
Proses ini disebut esterifikasi Fischer, berdasarkan Emil Fischer yang
mengembangkan metode ini. Meskipun reaksi ini berkesetimbangan, reaksi dapat
digeser ke arah kanan dengan beberapa cara. Jika alkohol atau asamnya murah,
gunakanlah secara berlebih. Cara lain, ester dan/atau air dapat dipindahkan segera
setelah terbentuk (lewat penyulingan), sehingga reaksi berjalan ke kanan (Hart, 2003).
Usaha untuk memperbesar hasil esterifikasi:
- Suhu
Pengaruh suhu terhadap penyempurnaan reaksi kecil pengaruhnya, karena reaksi
kecil.
- Menggunakan pereaksi berlebih. Biasanya digunakan alkohol berlebih.
- Pengusiran salah satu hasil
- Distilasi biasa
Bila zat yang bereaksi dan hasil titik didihnya > titik didih air. Misalnya pada
pembuatan gliserida dari gliserol dan asam stearate.
- Distilasi azeotrop
Misalnya pada esterifikasi: asam asetat + etanol etil asetat + air. Campuran
aezeotrop: ester, air dan alkohol. Etil asetat membentuk campuran azeotrop bila
didisteliasi.
- Secara kimia (tidak banyak dilakukan). (Murni, dkk, 2012)
Cara-cara mempertinggi hasil ester (penggeseran keseimbangan ke kanan) antara lain
dengan:
- Penambahan asam atau alkohol.
- Pengeluaran H2O dengan penarikan H2O (dengan H2SO4, ZnCl2 dsb.).
- Pengeluaran ester dengan penyulingan (Setyawardhani, 2005).
O O
(Asam asetat) (Etanol) (Etil asetat) (Air)
Langkah-langkah pembuatan reaksi esterifikasi suasana asam (etil asetat):
Langkah 1
Gugus karbonil dari asam terprotonasi secara reversible. Langkah ini
menjelaskan bagaimana katalis asam bekerja. Protonasi meningkatkan muatan positif
pada karbin kaboksil dan menambah reaktivitasnya terhadap nukleofili.
Langkah 2
Inilah langkah yang menentukan. Alkohol sebagai neukleofili menyerang karbon
karbonil dari asam yang terprotonasi. Inilah langkah yang membentuk ikatan baru C-O
(ikatan ester).
Langkah 3 dan 4
Kedua langkah ini merupakan kesetimbangan yang mana oksigenya lepas atau
memperoleh proton. Kesetimbangan asam-basa seperti ini bersifat reversibel dan
berlangsung cepat dan terus menerus berjalan dalam larutan bersuasana asam dari
senyawa yang mengandung oksigen. Pada langkah 4, tidak jadi masalah mana gugus –
OH yang terprotonasi karena gugus tersebut setara.
Langkah 5
Pada langkah ini terbentuk air, yaitu satu produk dari reaksi keseluruhan. Supaya
langkah ini berlangsung, gugus –OH harus terprotonasi untuk meningkatkan kapasitas
gugus perginya.
Langkah 6
Langkah deprotonasi ini menghasilkan ester dan meregenerasi katalis asam
(Hart, 2003).
3 -H-
OH OH
H+
R C OH2 HO C R
4
O R' O R'
5 -H2O
OH2 O
H+
R C R C
6
O R'
O R'
Hasil teoritis (theoretical yield) dari suatu hasil reaksi merupakan hasil maksimum
yang mungkin dapat diperoleh jika rektan hanya menghasilkan senyawa tersebut tanpa
adanya reaksi samping. Hasil teoritis adalah hasil yang diperoleh dari perhitungan. Hasil
yang sebenarnya diperoleh (actual yield) adalah jumlah hasil reksi yang sebenarnya
diperoleh dari percobaan. Hasil persentase (rendemen) adalah ukuran efisiensi suatu
reaksi dan disebut sebagai (Brady,1999):
yield sebenarnya
%Yield 100% ………………………. (1.1)
yield teoritis
air keluar
air masuk
waterbath
(Holic, 2011)
Gambar 1.3. Refluks
Refluks adalah ekstraksi dengan pelarut pada temperatur titik didihnya, selama
waktu tertentu dan jumlah pelarut yang ralatif konstan dengan adanya pendingin balik
(Wulandari, 2011). Refluks, salah satu metode dalam ilmu kimia untuk men-sintesis
suatu senyawa, baik organik maupun anorganik. Umumnya digunakan untuk
mensistesis senyawa-senyawa yang muda menguap atau volatile. Pada kondisi ini jika
dilakukan pemanasan biasa maka pelarut akan menguap sebelum reaksi berjalan sampai
selesai.
Prinsip dari metode refluks adalah pelarut volatil yang digunakan akan
menguappada suhu tinggi, namun akan didinginkan dengan kondensor sehingga pelarut
yang tadinya dalam bentuk uap akan mengembun pada kondensor dan turun lagi ke
dalam wadah reaksi sehingga pelarut akan tetap ada selama reaksi berlangsung.
Kondensor yang digunakan adalah pendingin bola, bukan pendingin Liebig, tujuannya
untuk menghalangi uap pelarut tetap ada. Apabila menggunakan Liebig, kemungkinan
senyawa yang akan disintesis tidak ada hasilnya, karena kesemuanya sudah menguap
(Styaningrum, 2013).
termometer
pendingin
Air masuk
air keluar
pemanas
produk
2 C2H5OH + HCH
2SO4
2COOH Terjadi
Lar. 1 - Larutan tidak pencampuran
berwarna larutan etanol
- Larutan berbau etanol dengan asam cuka
dan asam cuka
- Larutan menimbulkan
panas
didinginkan
3 Lar. 1 + H2SO4 Lar. 2 Terjadi
Warna larutan putih
pencampuran
bening, berbau balon dan
larutan etil asetat
suhu 27 oC
dengan asam cuka
refluks
4 Terjadi pemisahan
78 oC Lar. 2 Lar. 3 Warna larutan putih
bening, berbau balon dan larutan etanol
didestilasi
5 Lar. 3 Lar. 4 + residu Warna larutan putih
78 oC
bening dan berbau balon
dipisahkani Terdapat dua lapisan, Terjadi pemisahan
6 Lar. 4 + Na2CO3 Lar. 5
2x lapisan atas berwarna antara etil asetat
bening (etil asetat) dan dengan residu
putih keruh (Na2CO3 dan
pengotor). Pada
pencucian pertama
didapatkan volume etil
asetat sebanyak 38 ml.
Sedangkan pada
pencucian kedua
didapatkan 34 ml.
O O
(Asam Asetat) (Etanol) (Etil Asetat) (Air)
(Nuryoto, 2008)
1.9. Pembahasan
- Reaksi esterifikasi adalah reaksi antara asam karboksilat dengan etanol
dengan bantuan katalis asam yang menghasilkan senyawa ester yang
mempunyai bau khas dan air. Sintesis etil asetat dibuat dari reaksi antara etanol
dengan asam asetat yang menghasilkan suatu ester yang mempunyai bau yang
khas etil asetat dan air. Untuk mempercepat reaksi, ditambahkan suatu katalis
H2SO4.
- Penggunaan refluks pada proses reaksi esterifikasi antara asam asetat
dengan etanol adalah untuk membantu agar etanol tidak hilang karena
menguap selama proses berlangsung. Hal itu dikarenakan etanol yang menguap
akan kembali mengembun karena adanya kondensor pada refluks. Untuk
memisahkan katalis asam sulfat yang terdapat dalam larutan dan sekaligus
untuk mengurangi jumlah air yang dihasilkan maka dilakukan destilasi dengan
suhu antara 74-76 oC. Kemudian dipisahkan kembali dengan corong
pemisah untuk memaksimalkan hasil pemisahan. Untuk menghilangkan sisa air
dan pengotor yang masih terdapat didalam larutan asam asetat maka larutan
dicuci dengan larutan Na2CO3 20 %. Pada proses pencucian lapisan atas adalah
larutan etil asetat dan lapisan bawah adalah larutan Na 2CO3 dan pengotor. Hal
ini disebabkan karena perbedaan massa jenis etil asetat dan Na2CO3, pencucian
dilakukan sebanyak dua kali untuk mendapatkan hasil yang maksimal. Dari
proses destilasi didapatkan volume destilat sebanyak 41 ml. Pada proses
pencucian etil asetat dengan menggunakan larutan Na2CO3 20 % dengan
pencucian sebanyak dua kali didapatkan volume pada pencucian pertama
sebanyak 38 ml dan pencucian kedua sebanyak 34 ml. Dengan menggunakan
piknometer didapatkan massa jenis larutan etil asetat sebesar 0,924 g/ml.
DAFTAR PUSTAKA
Brady, James E. 1999. Kimia Universitas Asas & Struktur Jilid Satu. Binarupa Aksara:
Jakarta.
Hart, Harold, dkk. 2003. Kimia Organik Suatu Kuliah Singkat Edisi Kesebelas.
Erlangga: Jakarta.
Hartomo, A.J. dan Widiatmoko, M.C. 1993. Emulsi dan Pangan Instat Ber-lesitin. Andi
Offset: Yogyakarta.
Purwaningsih, Eko. 2007. Cara Pembuatan Tahu dan Manfaat Kedelai. Ganeca
Fauziah, Norma. 2009. Studi Rekasi Esterifikasi Asam p-Hidroksi Benzoat Dengan
Etilen Glikol Menggunakan Katalis Asam Homogen dan Heterogen,
http://lib.ui.ac.id/file?file=digital/20181840-S30352-Norma%20Fauziah.pdf.,
diakses tanggal 21 November 2014.
Murni, dkk. 2012. Esterifikasi, http://hmtkupnyogya.files.wordpress.com/2012/02/6-
esterifikasi.pdf., diakases tanggal 21 November 2014.
Nuryoto. 2008. Studi Kinerja Katalisator Lewatit Monoplus s-100 pada Rekasi
Esterifikasi antara Etanol dan Asam Asetat, http://journal.ugm.ac.id/jrekpros/
article/download/551/369., diakses tanggal 21 November 2014.
Setyawardhani, dkk. 2005. Kinetika Reaksi Esterifikasi Asam Format Dengan Etanol
Pada Variasi Suhu dan Konsentrasi Katalis, http://eprints.uns.ac.id/664/
1/Kinetika_Reaksi_Asam_Formiat_dengan_Etanol_pada_Variasi_Suhu_dan_Kata
lis.pdf., diakses tanggal 27 November 2014.
Styaningrum, R.W. 2013. Pembuatan Etil Asetat Melalui Reaksi Esterifikasi,
http://www.scribd.com/doc/143276015/PEMBUATAN-ETIL-ASETAT-
MELALUI-REAKSI-ESTERIFIKASI., diakses tanggal 27 November 2014.
Wikipedia. 2014. Rendemen Kimia, http://id.wikipedia.org/wiki/Rendemen_Kimia.,
diakses tanggal 22 November 2014.
Wikipedia. 2014. Etil Asetat, http://id.wikipedia.org/wiki/Etil_asetat., diakses tanggal 22
November 2014.
Widhiarso. 2011. Prarancangan Pabrik Etil Asetat dari Asam Asetat dan Etanol
dengan Katalis Asam Sulfat, http://repository.upnyk.ac.id/1040/1/EKSUM.pdf.,
diakses tanggal 21 November 2014.
Wulandari. 2011. Metode Ekstraksi, http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/
26083/4/Chapter%20II.pdf., diakses tanggal 27 November 2014.