Anda di halaman 1dari 11

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Akal merupakan kelebihan yang dimiliki manusia dari mahluk lain. Dari akal pula muncul
berbagai ilmu pengetahuan, karena pemikiran yang dilakukan akal bersumber pula dari ilmu-ilmu
yang telah ada. Dengan kemampuan rasio pula manusia dapat menjangkau jauh dari sesuatu yang
hanya terlihat, sesuatu di luar indera dan menemukan sebuah kebenaran filsafat.
Dengan tingkat pemahaman manusia yang beragam menyebabkan perbedaaan pendapat
tentang kebenaran yang di anut. Hal ini menimbulkan berbagi aliran dalam dunia filsafat, salah
satunya adalah filsafat materialisme yang lebih menekankan pada kenyataan. Filsafat adalah
pandangan tentang dunia dan alam yang dinyatakan secara teori. Filsafat adalah suatu ilmu dan
suatu metode berpikir atau cara berpikir untuk memecahkan problem-problem gejala alam dan
masyarakat.
Filsafat merupakan sikap hidup manusia dan sebagai pedoman untuk bertindak dalam
menghadapi gejala-gejala alam dan masyarakat. Namun, filsafat
1.2 Rumusan Masalah
1. Apa pengertian dari filsafat materialisme ?
2. Siapa saja tokoh – tokoh sejarah perkembangan materialisme ?
3. Apa macam – macam aliran dalam materialisme ?
1.3 Tujuan
Berdasarkan rumusan masalah di atas, dapat diuraikan tujuan penulisan makalah sebagai
berikut :
1. Untuk mengetahui sejarah perkembangan dan tokoh pemikir Materialisme.
2. Untuk mengetahui jenis-jenis aliran Metafisika dikehidupan manusia.
1.4 Manfaat
Manfaat makalah ini diharapkan dapat memberikan nilai tambah bagi orang lain atau
pembacanya guna lebih mengetahui tentang cabang ilmu filsafat yaitu Materialisme. Serta
untuk mengetahui penerapan ilmu Materialisme dalam kehidupan manusia.
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Materialisme


Materialisme adalah paham dalam filsafat yang menyatakan bahwa hal yang dapat
dikatakan benar-benar ada adalah materi. Pada dasarnya semua hal terdiri atas materi dan semua
fenomena adalah hasil interaksi material. Kata materialisme terdiri dari kata materi dan isme.
Materi dapat dipahami sebagai bahan benda segala sesuatu yang tampak. Materialisme adalah
pandangan hidup yang mencari dasar segala sesuatu yang termasuk kehidupan manusia di dalam
alam kebendaan semata-mata, dengan mengesampingkan segala sesuatu yang mengatasi alam
indra. Sementara itu, orang-orang yang hidupnya berorientasi kepada materi disebut sebagai
materialis.
Orang-orang ini adalah para pengusung paham materialisme atau juga orang yang
mementingkan kebendaan semata .Materialisme adalah salah satu paham filsafat yang banyak
dianut oleh para filosof, seperti Demokritus, Thales, Anaximanoros dan Horaklitos. Paham ini
menganggap bahwa materi berada di atas segala-galanya dan biasanya paham ini dihubung-
hubungkan dengan teori atomistik yang berpendapat bahwa benda-benda tersusun dari sejumlah
unsur. Ketika paham ini pertama muncul, paham tersebut tidak mendapat banyak perhatian karena
banyak ahli filsafat yang menganggap bahwa paham ini aneh dan mustahil. Namun pada sekitar
abad 19 paham materialisme ini tumbuh subur di Barat karena sudah banyak para filosof yang
menganut paham tersebut.
Walaupun teori sudah banyak dianut para filosof, teori ini masih banyak ditentang oleh
para tokoh agama karena paham ini dianggap tidak mengakui adanya Tuhan dan dianggap tidak
dapat melukiskan kenyataan. Materialisme seringkali diartikan sebagai suatu aliran filsafat yang
meyakini bahwa tidak ada sesuatu selain materi yang sedang bergerak. Pikiran, roh, kesadaran dan
jiwa tidak lain hanyalah materi yang sedang bergerak. Menurut mereka, pikiran memang ada tetapi
tak lain disebabkan dan sangat tergantung pada perubahan-perubahan material. Intinya, mereka
menganggap bahwa materi berada di atas segala-galanya. Beberapa pendapat mereka yang lain
adalah
1. Tidak ada sesuatu yang bersifat non-material separti roh, hantu, setan, malaikat.
Pelaku-pelaku immaterial tidak ada.
2. Tidak ada Tuhan atau dunia adikodrati (supranatural). Realitas satu-satunya adalah
materi dan segala sesuatu merupakan manifestasi aktivitas materi.
3. Setiap peristiwa mempunyai sebab material, dan penjelasan material tentang semua itu
merupakan satu-satunya penjelasan yang tepat.
4. Materi dan aktivitasnya bersifat abadi. Tidak ada Sebab Pertama atau Penggerak
Pertama.
5. Bentuk material dari barang-barang dapat diubah, tapi materi tidak dapat diciptakan
atau dimusnahkan.
6. Tidak ada kehidupan yang kekal. Semua gejala berubah, akhirnya melampaui
eksistensi yang kembali lagi ke dasar material primordial, abadi dalam suatu peralih-
wujudan kembali yang abadi dari materi.

Materialisme adalah suatu aliran dalam filsafat yang pandangannya bertitik tolak dari pada
materi (benda). Materialisme memandang bahwa benda itu primer sedangkan ide ditempatkan di
sekundernya. Sebab materi ada terlebih dahulu baru ada ide. Pandangan ini berdasakan atas
kenyataan menurut proses waktu dan zat. Misalnya, menurut proses waktu, lama sebelum manusia
yang mempunyai ide itu ada didunia, alam raya ini sudah ada. Menurut zat, manusia tidak bisa
berfikir atau mempunyai ide bila tidak mempunyai otak, otak itu adalah sebuah benda yang bisa
dirasakan oleh panca indera kita. Otak atau materi ini yang lebih dulu ada baru muncul ide dari
padanya. Atau seperti kata Marx “Bukan fikiran yang menentukan pergaulan, melainkan keadaan
pergaulan yang menentukan fikiran.” Maksudnya sifat/fikiran seorang individu itu ditentukan oleh
keadaan masyarakat sekelilingnya, “masyarakat sekelilingnya” –ini menjadi materi atau sebab
yang mendorong terciptanya fikiran dalam individu tersebut.

2.2 Aliran-aliran di dalam Filsafat Materialisme

2.2.1 Materialisme Mekanik


Materialisme mekanik adalah aliran filsafat yang pandangannya materialis sedangkan
metodenya mekanis. Aliran ini mengajarkan bahwa materi itu selalu dalam keadaan gerak dan
berubah, geraknya itu adalah gerakan yang mekanis artinya, gerak yang tetap selamanya atau gerak
yang berulang-ulang (endless loop) seperti mesin yang tanpa perkembangan atau peningkatan
secara kualitatif.

Materialisme mekanik tersistematis ketika ilmu tentang meknika mulai berkembang dengan
pesat, tokoh-tokoh yang terkenal sebagai pengusung materialisme pada waktu itu ialah Demokritus
(± 460-370 SM), Heraklitus (± 500 SM) kedua pemikir Yunanai ini berpendapat bahwa aktivitas
psikik hanya merupakan gerakan atom-atom yang sangat lembut dan mudah bergerak. Mulai abad
ke-4 sebelum masehi pandangan materialisme primitif ini mulai menurun pengaruhnya digantikan
dengan pandangan idealisme yang diusung oleh Plato dan Aristoteles. Sejak itu, ± 1700 tahun
lamanya dunia filsafat dikuasai oleh filsafat idealisme.

Baru pada akhir jaman feodal, sekitar abad ke-17 ketika kaum borjuis sebagai klas baru dengan
cara produksinya yang baru, materialisme mekanik muncul dalam bentuk yang lebih modern
karena ilmu pengetahuan telah maju sedemikian pesatnya. Pada waktu itu ilmu materialisme ini
menjadi senjata moril / idiologis bagi perjuangan klas borjuis melawan klas feodal yang masih
berkuasa ketika itu. Perkembangan materialisme ini meluas dengan adanya revolusi industri, di
negeri-negeri Eropa. Wakil-wakil dari filsafat materialis pada abad ke-17 adalah Thomas
Hobbes(1588-1679 M), Benedictus Spinoza (1632-1677 M) dsb. Aliran filsafat materialisme
mekanik mencapai titik puncaknya ketika terjadi Revolusi Perancis pada abad ke-18 yang diwakili
oleh Paul de Holbach (1723-1789 M), Lamettrie (1709-1751 M) yang disebut juga materialisme
Perancis.

Materialisme Perancis dengan tegas mengatakan materi adalah primer dan ide adalah
sekunder, Holbach mengatakan : “materi adalah sesuatu yang selalu dengan cara-cara tertentu
menyentuh panca indera kita, sedang sifat-sifat yang kita kenal dari bermacam hal-ichwal itu
adalah hasil dari bermacam impresi atau berbagai macam perubahan yang terjadi di alam pikiran
kita terhadap hal-ichwal itu”. Materialisme Perancis menyangkal pandangan religus tentang
penciptann dunia (Demiurge), yang sebelum itu menguasai alam pikiran manusia.. Bahkan secara
terang-terangan Holbach mengatakan “nampaknya agama itu diadakanhanya untuk memperbudak
rakyat dan supaya mereka tunduk dibawah kekuasaan raja lalim. Asal manusia merasa dirinya
didalam dunia ini sangat celaka, maka ada orang yang datang mengancam mereka dengan
kemarahan Tuhan, memakasa mereka diam dan mengarahkan pandangan mereka kelangit, dengan
demikian mereka tidak lagi dapat melihat sebab sesungguhnya daripada kemalangannnya itu”.

Materialisme Perancis adalah pandangan yang menganggap segala macam gerak atau gejala-
gejala yang terjadi dialam itu dikuasai oleh gerakan mekanika, yaitu pergeseran tempat dan
perubahan jumlah saja. Bahkan manusia dan segala aktivitetnya pun dipandang seperti mesin yang
bergerak secara mekanik, ini tampak jelas sekali dalam karya Lamettrie yang berjudul “Manusia
adalah mesin”. Mereka tidak melihat adanya peranan aktif dari ide atau pikiran terhadap materi.
Pandangan ini adalah ciri dan sekaligus kelemahan materialisme Perancis.

2.2.2 Materialisme Metafisik

Materialisme metafisik mengajarkan bahwa materi itu selalu dalam keadaan diam, tetap
atau statis selamanya seandainya materi itu berubah maka perubahan tersebut terjadi karena faktor
luar atau kekuatan dari luar. Gerak materi itu disebut gerak ekstern atau gerak luar. selanjutnya
materi itu dalam keadaan terpisah-pisah atau tidak mempunyai hubungan antara satu dengan yang
lainnya. Materialisme metafisik diwakili oleh Ludwig Feurbach, pandangan materialisme ini
mengakui bahwa adanya “ide absolut” pra-dunia dari Hegel , adanya terlebih dahulu “kategori-
kategori logis” sebelum dunia ada, adalah tidak lain sisa-sisa khayalan dari kepercayaan tentang
adanya pencipta diluar dunia; bahwa dunia materiil yang dapat dirasakan oleh panca indera kita
adalah satu-satunya realitet.Tetapi materialisme metafisik melihat segala sesuatu tidak secara
keseluruhannya, tidak dari saling hubungannya, atau segala sesuatu itu berdiri sendiri dan segala
sesuatu yang real itu tidak bergerak, diam.

Pandangan ini mengidamkan seorang manusia suci atau seorang resi suci yang penuh cinta
kasih. Feurbach berusaha memindahkan agama lama yang menekankan hubungan manusia dengan
Tuhan menjadi sebuah agama baru yaitu hubungan cinta kelamin antara manusia dengan manusia.
Seperti kata Feurbach “Tuhan adalah bayangan manusia dalam cermin”, Feurbach menentang
teologi, dalam filsafatnya atau “agama baru”-nya Feurbach mengganti kedudukan Tuhan dengan
manusia, pendeknya manusia itu Tuhan. Feurbach tidak melihat peran aktif dari ide dalam
perkembangan materi, yang materi bagi Feurbach adalah misalnya, manusia (baca: materi, pen)
sedangkan dunia dimana manusia itu tinggal tidak ada baginya, atau menganggap sepi ativitet yang
dilakukan manusia/materi tersebut.

Materialisme metafisik menganggap kontradiksi sebagai hal yang irasionil bukan sebagai hal
yang nyata, disinilah letak dari idealisme Feurbach. Pandangannya bertolak daripada materialisme
tetapi metode penyelidikan yang dipakai ialah metafisis. Metode metafisis inilah yang menjadi
kelemahan terbesar bagi materialisme Feurbach.

2.2.3. Materialisme Dialektis

Materialisme dialektis adalah aliran filsafat yang bersandar pada matter (benda) dan
metodenya dialektis. Aliran ini mengajarkan bahwa materi itu mempunyai keterhubungan satu
dengan lainnya, saling mempengaruhi, dan saling bergantung satu dengan lainnya. Gerak
materi itu adalah gerakan yang dialektis yaitu pergerakan atau perubahan menuju bentuk yang
lebih tinggi atau lebih maju seperti spiral. Tokoh-tokoh pencetus filsafat ini adalah Karl Marx
(1818-1883 M), Friedrich Engels (1820-1895 M).Gerakan materi itu adalah gerak intern, yaitu
bergerak atau berubah karena dorongan dari faktor dalamnya (motive force-nya). Yang disebut
“diam” itu hanya tampaknya atau bentuknya, sebab hakikat dari gejala yang tampaknya atau
bentuknya “diam” itu isinya tetap gerak, jadi “diam” itu juga suatu bentuk gerak.

Metode yang dipakai adalah dialektika Hegel, Marx mengakui bahwa orang Yunani-lah yang
pertama kali menemukan metode dialektika, tetapi Hegel-lah yang mensistematiskan metode
tersebut. Tetapi oleh Marx dijungkir balikkan dengan bersandarkan materialisme. Marx dan
temannya Engels mengambil materialisme Feurbach dan membuang metodenya yang metafisis
sebagai dasar dari filsafatnya. Dan memakai dialektika sebagai metode dan membuang pandangan
idealis Hegel.Dialektika Hegel menentang dan menggulingkan metode metafisis yang selama
beabad-abad menguasai lapangan filsafat. Hegel mengatakan “yang penting dalam filsafat adalah
metode bukan kesimpulan-kesimpulan mengenai ini dan itu”. Ia menunjukkan kelemahan-
kelemahan metafisika :
1. Kaum metafisis memandang sesuatu bukan dari keseluruhannya, tidak dari saling hubungannya,
tetapi dipandangnya sebagai sesuatu yang berdiri sendiri, sedangkan Hegel memandang dunia
sebagai badan kesatuan, segala sesuatu didalamnya terdapat saling hubungan organic.

2. Kaum metafisis melihat segala sesuatu tidak dari geraknya, melainkan sebagai yang diam, mati
dan tidak berubah-ubah, sedang Hegel melihat segala sesuatu dari perkembangannya, dan
perkembangannya itu disebabkan kontradiksi internal, kaum metafisik berpendapat bahwa:
“segala yang bertentangan adalah irasionil”. Mereka tidak tahu bahwa akal (reason) itu sendiri
adalah pertentangan.

3. Sumbangan Hegel yang terpenting adalah kritiknya tentang evolusi vulgar, yang pada ketika itu
sangat merajalela, dengan mengemukakan teorinya tentang “lompatan” (sprong) dalam proses
perkembangan. Sebelum Hegel sudah banyak filsuf yang mengakui bahwa dunia ini berkembang,
dan meninjau sesuatu dari proses perkembangannya, tetapi perkembangannya hanya terbatas pada
perubahan yang berangsur-angsur (perubahan evolusioner) saja. Sedang Hegel berpendapat dalam
proses perlembangan itu pertentangan intern makin mendalam dan meruncing dan pada suati
tingkat tertentu perubahan berangsur-angsur terhenti dan terjadilah “lompatan”. Setelah
“lompatan” itu terjadi, maka kualitas sesuatu itu mengalami perubahan.

Akan tetapi dialektika Hegel ini diselimuti dengan kulit mistik, reaksioner, yaitu pandangan
idealismenya sehingga dia memutar balikkan keadaan sebenarnya. Hukum tentang dialektika yaitu
hukum tentang saling hubungan dan perkembangan gejala-gejala yang berlaku didunia ini
dipandangnya bukan seabagai suatu hal yang obyektif, yang primer melainkan perwujudan dari
“ide absolut”. Kulitnya yang reaksioner inilah yang kemudian dibuang oleh Marx, dan isinya yang
“rasionil” diambil serta ditempatkan pada kedudukan yang benar.

Sedangkan jembatan antara Marx dan Hegel adalah Feurbach, Materialisme dijadikan sebagai
dasar filsafatnya tetapi Feurbach melihat gerak dari penjuru idealisme yang membuat ia berhenti
dan membuang dialektika Hegel. Membuat hasil pemeriksaannya terpisah dan abstrak, Marx
membuang metode metafisisnya, dan menggantinya dengan dialektika, sehingga menghasilkan
sebuah system filsafat baru yang lebih kaya dan lebih sempurna dari pendahulunya.
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Materialisme adalah salah satu paham filsafat yang banyak dianut oleh para filosof, seperti
Demokritus, Thales, Anaximanoros dan Horaklitos. Paham ini menganggap bahwa materi berada
di atas segala-galanya. Ketika paham ini pertama muncul, paham tersebut tidak mendapat banyak
perhatian karena banyak ahli filsafat yang menganggap bahwa paham ini aneh dan mustahil.
Namun pada sekitar abad 19 paham materialisme ini tumbuh subur di Barat karena sudah banyak
para filosof yang menganut paham tersebut.
Filsafat materialisme inilah yang mempengaruhi filosof alam dalam menyelidiki asal-usul
kejadian alam ini. Di antara filosof-filosof alam tersebut adalah:
 Thales (625-545 SM) berpendapat bahwa unsur asal adalah air.
 Anaximenes (585-528 SM) berpendapat bahwa unsur asal adalah udara.
 Heraklitos (540-475 SM) berpendapat bahwa unsur asal adalah api.
 Demokritus (460-360 SM) berpendapat bahwa hakikat alam adalah atom-atom yang amat
banyak dan halus. Atom-atom itulah yang menjadi asal kejadian alam semesta.
Sedangkan materialisme dialektika secara singkat dapat diterangkan sebagai paham yang
berkeyakinan bahwa segala perubahan yang terjadi di alam semesta adalah akibat dari konflik
persaingan dan kepentingan pribadi antar kekuatan yang saling bertentangan. Ahli-ahli pikir yang
meletakkan dasar bagi sistem ini adalah Karl Marx (1818-1883) dan Friederich Engels (1820-
1895). Marx dan Engels menggunakan dialektika untuk menjelaskan keseluruhan sejarah dunia.
Marx menyatakan bahwa sejarah kemanusiaan senantiasa didasarkan pada konflik, yang terutama
antara kaum buruh (proletar) dan masyarakat kelas atas (borjuis). Ia meramalkan bahwa kaum
buruh pada akhirnya akan menyadari bahwa harapan satu-satunya untuk mereka adalah bersatu
dan melakukan revolusi. Di negara-negara komunis, materialisme dialektika merupakan filsafat
resmi negara.
3.2 Saran
Diharapkan kepada semua pihak yang membaca makalah ini, agar kiranya dapat
menjadikan sebagai salah satu rujukan yang sifatnya membangun dalam perkembangan ilmu
pengetahuan. Orang bijak mengatakan bahwa manusia perlu berfikir untuk mengetahu siapa
dirinya dan kemana arah tujuan perjalanan hidupnya, sehingga tidak hanya berfikir secara
materialistik dan hedonis.
DAFTAR PUSTAKA

Abdul Rozak, Isep Zainal Arifin, Filsafat Umum, Bandung: Gema Media Pusakatama, 2002.

Praja, juhaya s. 2006. Aliran-Aliran Filsafat dan Etika. Bandung: Yayasan PIARA (Pengembangan
Ilmu Agama dan Humaniora).

Beerling, R.F. 1966. Filsafat Dewasa Ini. Terj. Hasan Amin, Djakarta:Balai Pustaka.
Dagun, Save M. 1990. Filsafat Eksistensialisme, Jakarta:Rineka Cipta.

Ahmad Syadali dan Mudzakir, Filsafat Umum, Bandung: PT Pustaka Setia, 1997.

Anda mungkin juga menyukai