Anda di halaman 1dari 13

Jurnal Psikologi Sosial

2017, Vol. 15, No. 01, 59-71


doi: 10.7454/jps.2017.6

PERSEPSI KEADILAN SOSIAL DAN KEPERCAYAAN INTERPERSONAL


SEBAGAI PREDIKTOR KEPERCAYAAN POLITIK
PADA MAHASISWA DI INDONESIA
Johan Wahyudi*1, Mirra Noor Milla2, & Hamdi Muluk1
1
Fakultas Psikologi, Universitas Indonesia, Depok
2
Fakultas Psikologi, UIN Sultan Syarif Kasim, Riau
Email*: johan.wahyudi.1994@gmail.com

Abstrak
Penelitian ini menjawab pertanyaan yaitu faktor apa di antara variabel persepsi terhadap
keadilan sosial atau variabel kepercayaan interpersonal yang paling memprediksi
kepercayaan politik. Metode penelitian yang dipakai adalah korelasional, dengan subjek
penelitian yaitu mahasiswa perguruan tinggi se-Indonesia yang berusia di atas 19 tahun,
dengan teknik accidental sampling, dan didapatkan sejumlah 1161 responden. Persepsi
keadilan sosial diukur dengan Procedural dan Distributive Justice Scale (Blader & Tyler,
2003), kepercayaan interpersonal diukur dengan Propensity to Trust Scale (Evans &
Revelle, 2008), dan kepercayaan politik diukur dengan Citizen Trust in Government
Organizations Scale (Grimmelikhuijsen & Knies, 2015). Hasil menunjukan bahwa
kepercayaan politik berkorelasi positif secara signifikan dengan persepsi keadilan sosial (r
= 0.714, n = 1161, p>0.01, one-tailed) dan kepercayaan interpersonal (r = 0.112, n = 1161,
p>0.01, one-tailed). Hasil dari analisis regresi juga menunjukan bahwa persepsi keadilan
sosial menjadi prediktor yang lebih kuat (β = 0.711) dibandingkan kepercayaan
interpersonal (β = 0.114) terhadap kepercayaan politik.

Kata kunci: kepercayaan politik, persepsi keadilan sosial, kepercayaan interpersonal.

Abstract
The purpose of this research was to answer the question regarding whether perceived
social justice or interpersonal trust is the stronger predictors of political trust. The research
method was correlational study, using accidental sampling method, with university
students above 19 years old as the research respondents. We successfullygathered 1161
respondent. Perceived social justice was measured by Procedural and Distributive Justice
Scale (Blader & Tyler, 2003), interpersonal trust was measured by Propensity to Trust
Scale (Evans & Revelle, 2008), and political trust was measured by Citizen Trust in
Government Organizations Scale (Grimmelikhuijsen & Knies, 2015). Results show that
political trust was positively correlated with perceived social justice (r = 0.714, n = 1161,
p>0.01, one-tailed) and interpersonal trust (r = 0.112, n = 1161, p>0.01, one-tailed).
Regression analysis showed that perceived social justice was the better predictor (β =
0.711) rather than interpersonal trust (β = 0.114) towards political trust.

Keywords : political trust, percieved social justice, interpersonal trust.

Pendahuluan kan bahwa tingkat kepercayaaan


Pada awal tahun 2016, Edelman masyarakat Indonesia terhadap pemerintah
mempublikasikan hasil risetnya mengenai berada di angka 58 persen, di mana
survei kepercayaan di Indonesia atau angka tersebut menurun dari tahun lalu
lebih dikenal dengan Edelman Trust yang sebesar 65 persen. Tingkat
Barometer. Hasil survei tersebut menunju- kepercayaan masyarakat terhadap
59
60 Wahyudi, Milla, & Muluk

pemerintah juga berada di bawah tingkat angka partisipasi publik di ranah politik
kepercayaan masyarakat terhadap (Almond & Verba, 1963; Stokes, 1962),
perusahaan dan media (Edelman, 2016). persetujuan terhadap pengeluaran dana
Perbedaan tingkat kepercayaan masyarakat oleh pemerintah (Rudolph & Evans,
ini tidak hanya sekadar angka belaka 2005), dukungan secara umum terhadap
karena hasil studi tersebut juga kebijakan pemerintah (Chanley, Rudolph,
menunjukan bahwa 80 persen dari dan Rahn, 2000), paritisipasi pada
responden di seluruh dunia lebih pemilihan umum, dan kepatuhan
mempercayai sektor bisnis atau terhadap hukum (Schiffman, Thelen, dan
perusahaan sebagai kunci untuk Sherman, 2010; Chanley, 2002).
menyelesaikan permasalahan sosial yang Selain karena dampak pada
ada (Edelman, 2016). Hasil ini perilaku publik, kepercayaan politik juga
menunjukan bahwa secara global, menjadi penting untuk dibahas karena
pemerintah bukanlah institusi yang paling berkaitan erat dengan kepuasan warga
dipercaya oleh masyarakatnya. negara terhadap pemerintahnya (Blind,
Terdapat beberapa indikasi penyebab 2006) serta kualitas terhadap sistem
dari menurunnya kepercayaan terhadap demokrasi (Bonner, 2009). Oleh karena
pemerintah, salah satunya adalah terkait itu, menurut Blind (2006) kepercayaan
isu yang paling menjadi perhatian dari politik dapat menjadi indikator kesuksesan
masyarakat. Secara spesifik, di Indonesia, dari suatu negara. Kepercayaan politik
permasalahan yang menjadi perhatian juga dapat menjadi indikator kesuksesan
utama masyarakat adalah pengentasan dari suatu negara karena salah satu
kemiskinan (Edelman, 2016). Masyarakat faktor yang memprediksi kepercayaan
ternyata berharap sektor bisnis atau politik adalah evaluasi individu terhadap
perusahaan yang akan membantu pemerintah.
pengentasan tersebut, dibandingkan Dilihat dari subjeknya, kepercayaan
institusi pemerintah (Edelman, 2016). politik dapat dibedakan secara makro dan
Sementara, menurut amanat Undang mikro (Blind, 2006). Subjek dari
Undang Dasar Republik Indonesia 1945 kepercayaan politik yang dimaksud adalah
negara seharusnya yang pertama acuan terhadap kata ‘pemerintah’ dalam
berkewajiban melayani setiap warga definisi kepercayaan politik. Kepercayaan
negara dan penduduk untuk memenuhi politik secara makro (macro-level atau
hak dan kebutuhan dasarnya (Arisman, organizational trust) berarti melihat
2014). Hasil tersebut mengindikasikan ‘pemerintah’ sebagai suatu agregat dan
bahwa masyarakat Indonesia tidak lagi melihat insitusi-institusi politik yang ada,
sepenuhnya mempercayai pemerintah sedangkan mikro (micro-level atau
yang seharusnya menjadi aktor utama individual politcal trust) berarti melihat
untuk menyelesaikan permasalahan ‘pemerintah’ dalam konteks tokoh
sosial yang ada. politiknya, seperti gubernur tertentu,
Kepercayaaan terhadap pemerintah presiden, dan lainnya. Secara makro,
memiliki berbagai istilah lain. Dari ‘pemerintah’ dapat dilihat secara diffuse
berbagai literatur akademik, kepercayaan (system based trust) yaitu secara agregat
terhadap pemerintah disebut dengan dan mengacu pada pemerintah secara
kepercayaan politik atau political trust umum dari suatu negara, maupun secara
(Seyd, 2016). Kepercayaan politik dapat specific political trust yaitu melihat
didefinisikan secara singkat sebagai rasa ‘pemerintah’ berdasarkan institusi-institusi
percaya individu bahwa pemerintah akan politik seperti DPR dan kepolisian (Blind,
berperforma dengan baik (Hardin, 2002). 2006). Dalam penelitian ini, peneliti
Kepercayaan politik menjadi penting memakai konteks kepercayaan politik
untuk dibahas karena berkaitan dengan dalam tingkat makro, tepatnya diffuse
berbagai hal lain seperti peningkatkan atau system-based trust sesuai dengan
Persepsi keadilan sosial dan kepercayaan interpersonal 61

bagaimana pemerintah dilihat secara semenjak tahap kehidupan awal, yang


keseluruhan pada survei Edelman (2016). nantinya terarah kepada insititusi politik
Kepercayaan politik menurut serta penilaian performanya (Inglehart,
Grimmelikhuijsen dan Knies (2015) terdiri 1997; Putnam, 1993). Cultural perspective
atas tiga dimensi yaitu perceived cocok untuk menjelaskan temuan bahwa
competence, perceived benevolence, dan kepercayaan politik dipengaruhi oleh latar
perceived integrity. Perceived competence belakang individu seperti gender, umur,
didefinisikan sebagai sejauh mana warga pendidikan, preferensi politik (lihat King,
negara mempersepsikan pemerintah 1997; Putnam, 2000; Norris, 2001), status
mampu, efektif, cakap, dan profesional minoritas (You, 2005), dan lainnya.
dalam bekerja (Grimmelikhuijsen & Knies, Berbeda dengan pendekatan institutional
2015). Perceived benevolence didefinisi- theory, cultural perspective menekankan
kan sebagai sejauh mana warga negara pengaruh lingkungan dalam jangka waktu
mempersepsikan pemerintah peduli akan yang lama dan berpengaruh terhadap
kesejahteraan publik dan termotivasi perbedaan individual dalam melihat
untuk bertindak atas kepentingan umum kepercayaan politik (Mishler dan Rose,
(Grimmelikhuijsen & Knies, 2015). 2013).
Terakhir, perceived integrity didefinisikan Hasil studi Mishler dan Rose (2001)
sebagai sejauh mana warga negara di 10 negara menunjukan bahwa
mempersepsikan pemerintah tulus, jujur, penjelasan dari institusional theory lebih
dan memenuhi janjinya (Grimmelikhuijsen tepat dalam memprediksi kepercayaan
& Knies, 2015). politik dibandingkan cultural perspective.
Terdapat berbagai faktor yang dapat Hasil serupa juga ditemukan oleh peneliti
memprediksi kepercayaan politik, selain lain bahwa kepercayaan politik lebih
evaluasi individu terhadap pemerintah. dapat dijelaskan secara rasional (lihat
Mishler dan Rose (2001) menjelaskan van Elsas, 2015; Tao, Su, Sun, dan Lu,
dua perspektif yang menjadi pendekatan 2011) terkait evaluasi performa
untuk melihat faktor-faktor yang pemerintahan sesuai dengan institusional
memprediksi kepercayaan politik yaitu theory. Dalam penjelasan dari institusional
institutional theory dan cultural perspective. theory, juga diakui adanya pengaruh
Institutional theory menjelaskan bahwa cultural perspective dalam membentuk
institusi yang berperforma baik akan kepercayaan politik seperti halnya evaluasi
menciptakan kepercayaan, sedangkan terhadap pemerintahan sebelumnya
institusi yang bekerja dengan tidak baik (Mishler & Rose, 2001). Oleh karena itu,
akan menciptakan ketidakpercayaan dan baik institusional theory maupun cultural
skeptisme (Mishler & Rose, 2001). perspective tidak dapat menjelaskan
Kepercayaan politik dibentuk atas kepercayaan politik secara independen.
terpenuhinya ekspektasi bahwa sebuah Perdebatan yang masih berlanjut antara
institusi politik berperforma secara kedua pendekatan ini perihal pandangan
memuaskan (Coleman, 1990, dalam mana yang dapat lebih diandalkan untuk
Mishler & Rose, 2001). Oleh karena itu, menjelaskan kepercayaan politik (Mishler
kepercayaan politik merupakan dampak & Rose, 2001).
performa suatu institusi dan bukan hal Indikasi menurunnya tingkat
yang memprediksi penilaian performa kepercayaan terhadap pemerintah karena
suatu institusi (Mishler & Rose, 2001). isu tertentu sesuai fenomena studi ini
Pendekatan kedua dari Mishler dan dapat dijelaskan dengan institusional
Rose (2001), yaitu cultural perspective. theory bahwa pemerintah tidak menjalan-
Cultural perspective menjelaskan bahwa kan performanya dengan baik, yaitu
kepercayaan politik adalah perpanjangan pengentasan kemiskinan. Kumlin (2004)
dari interpersonal trust atau kepercayaan menjelaskan bahwa terdapat tiga faktor
interpersonal di mana hal tersebut dibentuk utama terkait evaluasi terhadap
62 Wahyudi, Milla, & Muluk

Pemerintahan yang dapat berpengaruh berupa mekanisme pemilihan umum,


terhadap kepercayaan politik yaitu self- mekanisme check and balances, serta
interest (minat pribadi), distributive justice, pelibatan dalam pembuatan kebijakan.
dan procedural justice. Distributive justice Blader dan Tyler (2003) menyatakan
(keadilan distributif) dan procedural justice empat kriteria dari dua dimensi keadilan
(keadilan prosedural) dikategorikan prosedural yaitu (a) evaluasi terhadap
sebagai social justice atau keadilan sosial aturan dan kebijakan terkait kebijakan
(Kumlin, 2004). dibentuk (formal decision making), (b)
Minat pribadi menjelaskan bahwa evaluasi terhadap aturan dan kebijakan
individu membentuk sikap terhadap politik yang memengaruhi bagaimana suatu
berdasarkan ketertarikan dan kebutuhan kelompok diperlakukan (formal quality of
individualnya. Sedangkan keadilan sosial treatment), (c) evaluasi terhadap
berorientasi pada penilaian menyeluruh bagaimana proses suatu kelompok yang
individu secara makro terhadap pemerintah berkuasa membuat aturan (informal
dan keadaan di sekitar individu. decision making), and (d) evaluasi
Pengentasan kemiskinan merupakan terhadap bagaimana kelompok yang
suatu permasalahan sosial dan cenderung berkuasa memperlakukan kelompok
di luar dari individu yang bersangkutan, lainnya (informal quality of treatment).
terkecuali apabila individu tersebut merasa Sebagai suatu konsep yang melibatkan
masuk ke dalam masyarakat miskin. Oleh proses kognitif, persepsi keadilan dilihat
karena itu, pendekatan dari faktor bukan sebagai evaluasi sebenarnya
persepsi terhadap keadilan sosial lebih terkait pemerintah saja. Dalam konteks
sesuai dengan latar belakang studi ini penelitian, pengukuran terkait keadilan
dibandingkan dengan pendekatan minat atau justice maupun fairness memakai
pribadi. kata “perceive” (lih. Lind, Kanfer, & Early,
Keadilan sosial terdiri atas keadilan 1990). Keadilan yang dinilai oleh individu
distributif dan keadilan prosedural. Rawls terkait keadilan distributif atau keadilan
(1971) mendefinisikan keadilan distributif prosedural merupakan persepsi dari
sebagai keadilan yang berorientasi pada individu dan tidak benar-benar meng-
alokasi dan hasil dari sumber daya yang gambarkan keadilan absolut secara
sesuai dengan prinsip keadilan. Secara sebenarnya. Studi ini menilai keadilan
lebih detil, keadilan distributif berawal dari sosial sebagai keadilan yang dipersepsikan
tiga hal. Tiga hal tersebut adalah “equality” oleh individu.
yang berarti setiap orang menerima hasil Mengingat karakteristik dan budaya
yang sama, “equity” yang berarti hasil di masyarakat di tiap negara berbeda,
pribadi seharusnya sesuai dengan pandangan dari cultural perspective juga
kontribusinya, dan “need” yang berarti diperlukan untuk melihat kepercayaan
hasil dapat bervariasi menyesuaikan politik di Indonesia. Salah satu faktor
kebutuhan pribadi (Deutsch, 1985). Kumlin yang termasuk dalam cultural perspective
(2004) berpendapat bahwa keadilan akan dan dapat menjelaskan kepercayaan
mempengaruhi rasa keadilan secara politik adalah interpersonal trust. Mengutip
umum dan membentuk persepsi Rotter (1967), interpersonal trust atau
kepercayaan. Oleh karena itu, keadilan kepercayaan interpersonal adalah
dalam konteks politik dapat mempengaruhi pengharapan yang dimiliki oleh individu
kepercayaan politik. Keadilan prosedural atau kelompok bahwa kata, janji,
secara singkat dapat didefinisikan sebagai perkataan, dan tulisan dari pihak lain
kebebasan dan kesamaan yang adil dapat diandalkan. Pengharapan yang
terhadap kesempatan berpartisipasi dalam dimaksud digeneralisir dan menjadi stabil
pemerintahan (Rawls, 1971). Menurut pada berbagai konteks dan membentuk
Rawls (1971, dalam Kumlin 2004), bentuk kepribadian (Rotter, 1980). Kepercayaan
kebebasan dan kesempatan ini dapat interpersonal terbentuk atas interaksi
Persepsi keadilan sosial dan kepercayaan interpersonal 63

dalam jangka waktu yang lama dan yaitu ability (kumpulan kemampuan,
memengaruhi berbagai hal, namun di kompetensi, dan karakteristik yang
zaman modern ini, interaksi dapat terjadi membuat sebuah pihak memiliki pengaruh
secara tidak langsung seperti media pada suatu konteks), benevolence
massa. (keinginan untuk menolong orang lain,
Secara teoretis, pendekatan cultural walaupun mengorbankan diri mereka
perspective juga menjelaskan bahwa sendiri), dan integrity (keinginan untuk
kepercayaan politik bermula dari mempertahankan aturan dan norma
kepercayaan interpersonal yang terbentuk sosial). Ketiga faktor ini juga sesuai
selama kehidupan dan kemudian mem- dengan faktor kepercayaan politik yang
bentuk kepercayaan individu terhadap diukur, namun memiliki perbedaan inti di
pemerintah (Inglehart, 1997; Putnam, mana pada kepercayaan politik, persepsi
1993). Mayer dkk. (1995) mendefinisikan kepercayaan mengacu kepada pemerin-
kepercayaan secara umum sebagai tahan dan pada kepercayaan inter-
kesediaan bagi suatu pihak untuk menjadi personal mengacu pada manusia secara
rentan terhadap perilaku pihak lain, umum. Pandangan bahwa kepercayaan
berdasarkan harapan bahwa pihak lain interpersonal dapat berkorelasi dengan
akan melakukan perilaku yang baik bagi kepercayaan politik juga didasari oleh
dirinya tanpa perlu diawasi dan argumen bahwa individu yang lebih
dikendalikan. Terdapat dua hal yang mempercayai orang lain secara umum
membentuk kepercayaan secara umum akan memandang pemerintah sebagai
yaitu kesediaan untuk merasa rentan dan objek yang lebih dapat dipercaya,
penilaian terhadap orang lain. Kedua hal dibandingkan individu yang tidak
ini selanjutnya menjadi komponen mempercayai orang secara umum. Hasil
kepercayaan interpersonal (Evans & ini dibuktikan oleh studi Schiffman,
Revelle, 2008) yaitu trust dan Thelen, dan Sherman (2010), yang
trustworthiness. Trust secara umum menemukan bahwa terdapat korelasi
dalam kepercayaan interpersonal terkait positif antara kepercayaan interpersonal
dengan penerimaan individu terhadap dengan kepercayaan terhadap institusi
kerentanan atas dirinya. Trust muncul di pemerintahan dan kepercayaan terhadap
situasi di mana individu menerima hasil tokoh politik. Studi dari Luhmann (1989)
yang tidak pasti yaitu kemungkinan menunjukan bahwa terdapat hubungan
adanya reciprocity atau betrayal (Evans & antara kepercayaan interpersonal dan
Revelle, 2008). Kemungkinan yang kepercayaan politik.
dimaksud adalah, individu akan berada di Studi sebelumnya (lih. Mishler &
situasi di mana dirinya bergantung kepada Rose, 2001; van Elsas, 2015; Tao dkk.,
orang lain dan hasil kebergantungannya 2011) menunjukan bahwa faktor
dapat menguntungkan bagi dirinya sesuai institusional theory menjadi prediktor yang
atas kepercayananya (reciprocity) atau lebih kuat dibandingkan pendekatan
tidak menguntungkan dan tidak sesuai cultural approach. Studi sebelumnya
dengan kepercayaannya (betrayal). meneliti di berbagai negara di Eropa dan
Selanjutnya, trustworthiness yang sering negara Republik Rakyat Tiongkok,
diteliti bersamaan dengan trust dianggap namun studi serupa di Indonesia belum
menjadi kompelemen natural dari trust dilakukan. Mengingat data penelitian dari
(Evans & Revelle, 2008) dalam konteks Mishler dan Rose (2001) berasal dari
kepercayaan interpersonal. Hal ini negara-negara selain Indonesia, konteks
dikarenakan kepercayaan interpersonal Indonesia mungkin memberikan penjelasan
tidak terlepas dari ekspektasi atas pihak yang berbeda terkait kepercayaan politik.
lainnya. Jumlah studi terkait kepercayaan politik di
Mayer dkk. (1995) mengidentifikasi Indonesia masih cukup minim, terutama
tiga faktor yang terkait trustworthiness terkait kepercayaan politik secara diffuse
64 Wahyudi, Milla, & Muluk

atau system-based trust. Studi terkait data langsung dari sampel penelitian
kepercayaan politik di Indonesia lebih (Kumar, 1996).
berfokus pada hubungan kepercayaan
politik dengan partisipasi politik (lih. Metode Penelitian
Handaningrum & Rini, 2014; Wahyudi Desain penelitian ini adalah cross-
dkk., 2013). Studi lebih lanjut terkait sectional studies karena hanya
kepercayaan politik diperlukan untuk melakukan satu kali pengambilan data
mengetahui terlebih dahulu faktor-faktor dari sampel penelitian, retrospective
yang memprediksi kepercayaan politik di study karena meneliti variabel yang
Indonesia. Dua pendekatan dari Mishler ditampilkan pada gejala atau fenomena
dan Rose (2001) dapat menjadi awal yang sudah terjadi di masa lalu, dan non-
untuk menjelaskan faktor-faktor yang experimental study karena dalam
memprediksi kepercayaan politik di penelitian ini sama sekali tidak dilakukan
Indonesia. Oleh karena itu, dengan 2 manipulasi terhadap variabel independen
variabel yang mewakilkan kedua (Kumar, 2005).
pendekatan tersebut, studi ini melihat Karakteristik dari responden adalah
persepsi keadilan sosial dan kepercayaan warga negara Republik Indonesia di atas
interpersonal sebagai prediktor dari 19 tahun dengan pertimbangan,
kepercayaan politik. Studi ini melihat responden pernah mendapat kesempatan
korelasi dari persepsi keadilan sosial untuk mengikuti pemilu 2014 lalu yaitu
dengan kepercayaan politik, korelasi dari memenuhi batas usia 17 tahun.
kepercayaan interpersonal dengan Responden diharapkan sudah memiliki
kepercayaan politik, dan terakhir melihat kesempatan untuk memberikan
besarnya kontribusi dari persepsi partisipasi politik secara konkret.
keadilan sosial dan kepercayaan Karakteristik kedua adalah responden
interpersonal terhadap kepercayaan merupakan mahasiswa aktif di negara
politik. Republik Indonesia, karena kemudahan
Berdasarkan tinjauan teoritis mengakses data dan mengontrol
tersebut, peneliti merancang metode extraneous variable agar data yang
penelitian yang akan dipakai. Hipotesis masuk tidak terlalu beragam latar
yang peneliti ajukan yaitu, (1) terdapat belakangnya. Penelitian sebelumnya
korelasi yang positif dan signifikan antara terkait kepercayaan politik di Indonesia
persepsi keadilan sosial dengan juga sudah memakai responden
kepercayaan politik di Indonesia, (2) mahasiswa karena mahasiswa sudah
terdapat korelasi yang positif dan potensial memberikan partisipasi politik
signifikan antara kepercayaan yang kongrket seperti mengikuti diskusi,
interpersonal dengan kepercayaan politik studi terkait pemerintahan, mengikuti
di Indonesia, dan (3) persepsi keadilan pemilihan umum dalam kampus maupun
sosial adalah prediktor kepercayaan secara nasional, dan mengikuti lembaga
politik yang lebih kuat dibandingkan kemahasiswaan yang sesuai sejarah
kepercayaan interpersonal. Penelitian ini memiliki kekuatan politik seperti BEM (lih.
tergolong sebagai applied research Handaningrum & Rini, 2014; Wahyudi
berorientasi pada penerapan teori dkk., 2013).
terhadap situasi dan permasalahan asli, Berdasarkan karakteristik responden,
serta hasilnya dapat dimanfaatkan untuk teknik pengambilan responden yang
tujuan praktis, correlational research dipakai adalah non-probability sampling
karena berorientasi meneliti kaitan antara karena jumlah populasi total mahasiswa
dua atau lebih variabel, quantitative di atas 19 tahun tidak diketahui secara
research karena memakai data pasti dan setiap responden tidak memiliki
numerikal/angka, dan studi ini memakai kesempatan yang sama untuk diukur
primary data karena peneliti mengambil sebagai responden. Secara lebih spesifik,
Persepsi keadilan sosial dan kepercayaan interpersonal 65

teknik yang dipakai adalah accidental expert judgement. Alat ukur tersebut
sampling di mana responden terpilih kemudian diujicobakan untuk melihat
berdasarkan kemudahan mengakses validitas dan reliabilitas alat ukur tersebut.
data dan kesediaan untuk berpartisipasi Uji reliabilitas dengan alpha –Cronbach
(Gravetter & Forzano, 2012). dengan hasil yaitu ketiga alat ukur yang
Berdasarkan hipotesis penelitian, dipakai di penelitian ini memiliki reliabilitas
terdapat tiga variabel yang diukur dalam yang tinggi (Procedural dan Distributive
penelitian ini yaitu persepsi keadilan Justice Scale α = 0.943, Propensity to
sosial, kepercayaan interpersonal, dan Trust Scale α = 0.839, Citizen Trust in
kepercayaan politik. Variabel keadilan Government Organizations Scale α =
sosial pada penelitian ini diukur dengan 0.930). Uji validitas dilakukan dengan
memamaki alat ukur Procedural and melihat internal consistency, dengan hasil
Distributive Justice Scale yang yaitu tidak ada item pada alat ukur yang
dikembangkan oleh Blader dan Tyler memiliki konsistensi internal yang buruk.
(2003). Alat ukur ini mengukur keadilan Pengambilan data penelitian
prosedural dengan lima komponennya dilakukan pada 10 Juni-12 Juni 2016.
sejumlah 32 item dan mengukur keadilan Pengambilan data dilakukan dengan
distributif sejumlah 9 item. Kuesioner metode survei online dan menggunakan
yang mengukur keadilan distributif platform Google Form. Metode survei
dimodifikasi sesuai dengan komponen online dipakai peneliti dengan
keadilan distributif oleh Deutsch (1985) pertimbangan lebih luasnya cakupan
yaitu equality, equity, dan need. Total demografis data, kemudahan mengakses
item dari kuesioner ini berjumlah 42 item. kuesioner, dan efisiensi waktu yang
Variabel kepercayaan interpersonal dibutuhkan untuk mendapatkan data
pada penelitian ini diukur dengan yang besar. Pengambilan data responden
memamaki alat ukur Propensity to Trust ditutup pada 12 Juni 2016 pukul 23.59
Scale yang dikembangkan oleh Evans WIB. Jumlah responden yang mengisi
dan Revelle (2008). Alat ukur ini mengukur kuesioner penelitian ini berjumlah 1333
kecenderungan orang untuk percaya orang. Setelah melakukan pengecekan
kepada orang lain, dilihat dari 2 komponen data dan eliminasi data berdasarkan uji
yaitu trustworthiness sebanyak 10 item normalitas, peneliti memakai data dari
dan trust sebanyak 11 item. Total item 1161 responden.
dari kuesioner ini berjumlah 21 item. Peneliti memakai 3 analisis untuk
Variabel kepercayaan politik pada mengolah data penelitian. Analisis
penelitian ini diukur dengan memakai alat deskriptif dipakai untuk melihat gambaran
ukur Citizen Trust in Government karakteristik demografis responden yaitu
Organizations Scale yang dikembangkan usia, jenis kelamin, dan domisili. Analisis
oleh Grimmelikhuijsen dan Knies (2015). deskriptif juga dipakai untuk melihat
Alat ukur ini mengukur kepercayaan gambaran umum variabel penelitian seperti
orang terhadap institusi pemerintah dan rata-rata total skor, standar deviasi, nilai
terdiri dari tiga dimensi yaitu perceived maksimum, dan nilai minimum. Analisis
competence sebanyak 5 item, perceived selanjutnya yang dipakai untuk menguji
benevolence sebanyak 3 item, dan hipotesis penelitian adalah Pearson
perceived integrity sebanyak 4 item. Total product-moment correlation untuk melihat
item dari kuesioner ini berjumlah 12 item. hubungan dari seluruh faktor dan variabel
Peneliti melakukan proses adaptasi yang diteliti. Peneliti memfokuskan pada
alat ukur penelitian yang aslinya tertulis variabel yang menjadi hipotesis penelitian.
dalam bahasa Inggris. Pertama, alat ukur Teknik ini dipakai untuk membuktikan
yang sudah ditranslasi, diujikan kepada hipotesis pertama dan kedua penelitian.
tiga orang, direvisi, dilakukan back Hipotesis ketiga dan keempat penelitian
translation, kemudian terakhir dilakukan
66 Wahyudi, Milla, & Muluk

Tabel 1. Gambaran Demografis Responden Penelitian

Total (N=1161)
Karakteristik Demografis
Frekuensi Persentase
Asal Universitas
Universitas Indonesia 650 56.0%
Lainnya 551 44.0%
Usia
19 – 24 tahun 1146 98.7%
24 – 31 tahun 15 1.3%
Domisili
Jabodetabek 861 74.2%
Luar Jabodetabek 300 25.8%
Jenis Kelamin
Pria 391 33.7%
Wanita 770 66.3%

dibuktikan dengan linear regression. Nusantara). Mayoritas dari responden


Pertama, peneliti melakukan linear yang mengisi data penelitian ini berusia
regression atas variabel prediktor yaitu antara 19-24 tahun (N=1146, 98.7%),
keadilan sosial dan kepercayaan inter- berdomisili di Jabodetabek (N=861,
personal secara terpisah terhadap 74.2%). Responden di luar Jabodetabek
kepercayaan politik. Setelah melihat berasal dari berbagai wilayah seperti
hasilnya dan dirasa perlu mengontrol Sumatera (Aceh, Lampung, dan lainnya),
faktor demografis, peneliti melakukan Jawa (Bandung, Jogjakarta, Surabaya,
hierarichal multiple regression untuk dan lainnya), Bali, serta wilayah
membuktikan hipotesis keempat dan Indonesia Tengah (Gowa dan Makassar).
kelima penelitian. Berdasarkan jenis kelamin responden,
66.3% responden adalah wanita (N=770)
Hasil Penelitian dan 33.7 responden adalah pria (N=391).
Peneliti mendapatkan 1141 data Peneliti menggunakan pearson
sebagai hasil dari pengambilan data yang product-moment correlation test untuk
dilakukan oleh peneliti setelah melewati menguji hipotesis pertama dan kedua
proses seleksi data dan uji normalitas. penelitian. Hipotesis pertama yaitu apakah
Gambaran demografis dari responden keadilan sosial berkorelasi positif secara
tercantum pada tabel 1. signifikan dengan kepercayaan politik.
Responden penelitian sebagian Hasil menunjukan korelasi positif yang
besar berasal dari Universitas Indonesia signifikan antara keadilan sosial (social
(N=650, 56.0%) dan lainnya berasal dari justice) dengan kepercayaan politik
lebih dari 100 universitas di seluruh (political trust) sebesar 0,714. (r = 0.714,
Indonesia seperti dari Sumatera (contoh, n = 1161, p>0.01, one-tailed). Hipotesis
Universitas Syiah Kuala), Jawa (contoh, kedua penelitian yaitu apakah kepercayaan
Universitas Gadjah Mada), Bali (contoh, interpersonal berkorelasi positif secara
Universitas Udayana), dan Indonesia signifikan dengan kepercayaan politik.
Tengah (contoh, Universitas Hassanudin). Hasil menunjukan korelasi positif yang
Variasi universitas juga berasal dari signifikan antara kepercayaan inter-
universitas negeri (contoh, Institut personal (interpersonal trust) dengan
Pertanian Bogor, Universitas Diponegoro) kepercayaan politik sebesar 0,112. (r =
dan universitas swasta (contoh, 0.112, n = 1161, p>0.01, one-tailed).
Universitas Ciputra, Universitas Bina Koefisien korelasi tersebut signifikan
Persepsi keadilan sosial dan kepercayaan interpersonal 67

r= 0,714

r= 0,112

Gambar 1. Korelasi Antar-Variabel

pada LoS 0,01 (p=0,00). Korelasi antar lebih kuat dibandingkan kepercayaan
variabel dapat dilihat pada gambar 2. interpersonal.
Pengujian hipotesis ketiga dilakukan Hasil studi ini menunjukan bahwa
dengan memakai teknik analisis statistik keadilan sosial dapat memprediksi
linear regression dengan metode enter. kepercayaan politik di Indonesia, tidak
Hipotesis ketiga penelitian ini mengacu berbeda dengan hasil riset di negara
pada variabel keadilan sosial atau Eropa (lihat Kestilä-Kekkonen & Söderlund.
kepercayaan interpersonal yang menjadi 2015). Keadilan sosial merupakan salah
prediktor yang lebih kuat atas satu cara untuk melihat hasil evaluasi
kepercayaan politik. Hasil pembuktian kerja pemerintah dan hasil riset selama
hipotesis dengan linear regression, ini berfokus pada pengaruh evaluasi kerja
menghubungkan keadilan sosial dan pemerintahan terhadap kepercayaan
kepercayaan interpersonal dengan politik. Evaluasi terhadap pemerintahan
kepercayaan politik secara terpisah. Hasil dapat memprediksi kepercayaan politik
menunjukan bahwa keadilan sosial karena secara filosofis, konsep
(β=0,714) lebih kuat berkontribusi atas pemerintahan dan kepercayaan politik
skor kepercayaan politik dibandingkan terhadapnya adalah gambaran dari
kepercayaan interpersonal (β=0,112). Hal kedaulatan pemerintahan itu sendiri.
ini berarti, skor keadilan sosial memiliki Bentham (1999, dalam Blind, 2006)
kontribusi yang lebih besar terhadap menyatakan bahwa kepercayaan politik
kepercayaan politik dibandingkan muncul karena pada dasarnya kita
kepercayaan interpersonal. Secara lebih memang seharusnya waspada kepada
lanjut, sebelum peneliti menyimpulkan pemerintah karena mereka memiliki
terbuktinya hipotesis penelitian, dilakukan kekuasaan yang besar dan dapat menjadi
hierarichal multiple regression terhadap tergoda untuk menyalahgunakannya. Hal
variabel keadilan sosial, kepercayaan ini disebabkan juga karena kita tidak
interpersonal, dan kepercayaan politik. dapat mengetahui secara pasti motivasi
Dengan model ini, dilakukan kontrol dan tindakan yang akan dilakukan oleh
terhadap karakteristik demografis yang pemimpin politik kedepannya (Przeworski,
dapat mempengaruhi hasil analisis 1991, dalam Blind, 2006).
statistik. Hasil menunjukan bahwa bahwa Studi lebih lanjut mengenai
skor keadilan sosial (β=0,711) masih hubungan kepercayaan interpersonal dan
lebih kuat berkontribusi atas skor kepercayaan politik juga dapat dilakukan.
kepercayaan politik dibandingkan Studi sebelumnya yang dilakukan oleh
kepercayaan interpersonal (β=0,114) Schiffman, Thelen, dan Sherman, (2010)
setelah mengontrol variabel demografis. menunjukan bahwa terdapat korelasi
Dengan demikian, hasil analisis ini yang signifikan antara kepercayaan inter-
membuktikan penolakan atas H03, serta personal dan kepercayaan pemerintah.
menerima HA3 bahwa keadilan sosial Secara spesifik, kepercayaan inter-
adalah prediktor kepercayaan politik yang personal berkorelasi kuat dengan
68 Wahyudi, Milla, & Muluk

kepercayaan terhadap tokoh politik lebih besar terhadap kepercayaan politik


(incumbent trust) dan berkorelasi lemah dibandingkan dengan kepercayaan inter-
namun signfikan terhadap pemerintah personal. Keempat, faktor demografis
sebagai sebuah keseluruhan (trust in yang berpengaruh terhadap kepercayaan
government form). Terdapat kemungkinan politik adalah faktor domisili dan jenis
bahwa kepercayaan interpersonal tidak kelamin. Kelima, responden yang mem-
dapat langsung menjadi variabel prediktor bayangkan institusi pemerintahan eksekutif
terhadap kepercayaan politik, walaupun memiliki tingkat kepercayaan politik yang
menurut Inglehart (1997) dan Putnam lebih tinggi dibandingkan responden yang
(1993), kepercayaan politik terbentuk membayangkan institusi pemerintahan
atas perpanjangan dari kepercayaan legislatif.
interpersonal, kepercayaan interpersonal Saran metodologis yang didapat
tidak dapat langsung dijadikan prediktor dari penelitian ini dapat dipakai sebagai
dari kepercayaan politik. pertimbangan ketika akan melakukan
Hasil studi juga menunjukan bahwa penelitian selanjutnya. Saran tersebut
faktor demografis ternyata dapat mem- yaitu mengembangkan lebih lanjut ketiga
prediksi kepercayaan politik lebih baik kuesioner penelitian ini. Selama proses
dibandingkan mengukur kepercayaan pengambilan data, beberapa responden
interpersonal. Penelitian ini berusaha ternyata masih tidak sepenuhnya mengerti
mengontrol variasi demografis dengan makna dari item yang ada pada kuesioner.
membatasi partisipan meliputi mahasiswa Saran kedua adalah melakukan metode
saja, namun dari faktor demografis yang lebih bervariasi untuk menjawab
lainnya, ternyata perbedaan masih permasalahan penelitian. Kepercayaan
ditemukan. Hasil yang ditemukan di politik adalah konsep yang abstrak dan
penelitian ini berbeda dengan hasil yang faktor yang memprediksinya baru dibahas
ditemukan dari penelitian Schoon dan oleh peneliti dari luar negri. Dengan
Cheng (2011). Walaupun domisili yang metode penelitian mengikuti alur kuantitatif
dapat mewakilkan perbedaan sosial- seperti ini, penjelasan baru yang belum
ekonomi, sumber daya, dan lainnya, pada ditemukan menjadi sulit ditemukan. Saran
riset Schoon dan Cheng (2011) ketiga adalah memakai teknik sampling
menunjukan individu dengan akses yang yang lebih memungkinkan mendapat
lebih tinggi atas sumber daya memiliki responden penelitian yang merata dan
kepercayaan politik yang lebih tinggi. representatif. Quota sampling adalah salah
Kesimpulan dari diskusi ini adalah, satu contoh metode pengumpulan data
persepsi keadilan sosial memiliki yang dapat memberikan kemungkinan
pengaruh yang lebih kuat terhadap mendapat sampel yang representatif dari
kepercayaan politik dengan melalui berbagai daerah.
pemrosesan informasi jalur sentral atas Penelitian akademik terkait
kepercayaan politik. Faktor jenis kelamin kepercayaan politik Indonesia belum
dan faktor domisili juga dapat menjadi terlalu banyak dilakukan, terutama
prediktor terhadap kepercayaan politik. dengan melihat kepercayaan politik
sebagai variabel terikat. Penelitian terkait
Kesimpulan hubungan antara keadilan sosial dan
Terdapat lima kesimpulan yang kepercayaan interpersonal dengan
dapat diambil dari hasil penelitian ini. kepercayaan politik juga belum pernah
Pertama adalah bahwa persepsi keadilan dilakukan sebelumnya di Indonesia.
sosial memiliki hubungan dengan Penelitian banyak melihat dampak dari
kepercayaan politik. Kedua, kepercayaan kepercayaan politik seperti terhadap
interpersonal memiliki hubungan dengan perilaku politik dan lainnya, namun
kepercayaan politik. Ketiga, persepsi penelitian yang melihat sebab dan
keadilan sosial memiliki pengaruh yang prediktor dari kepercayaan politik masih
Persepsi keadilan sosial dan kepercayaan interpersonal 69

perlu lebih banyak dilakukan. Kedepannya, Deutsch, M. (1985). Distributive Justice.


studi terkait variabel lain dari kedua A Social-Psychological Perspective.
pendekatan ini perlu dilakukan di konteks New Haven :Yale University Press
Indonesia, terutama variabel selain Edelman (2016). Edelman trust
kepercayaan interpersonal yang terbukti barometer 2016. Diakses di
tidak menjadi prediktor yang kuat http://www.edelman.com/insights/int
terhadap kepercayaan politik. ellectual-property/2016-edelman-
trust-barometer/ pada 20 Mei 2016.
Daftar Pustaka Evans, A. M., dan Revelle, W. (2008).
Survey and behavioral
Almond, G. A., dan Verba, S. (1963). The measurements of interpersonal
Civic Culture: Political Attitudes and trust. Journal of Research in
Democracy in Five Nations. Personality, 42(6), 1585-1593.
Princeton: Princeton University Gravetter, F. J., dan Forzano, L. A. B.
Press. (2012). Research Methods for the
Arisman, O. (2014). Peran kepemimpinan Behavioral Sciences 4th edition.
dalam membangun kepercayaan Wadsworth: Cengage Learning.
masyarakat terhadap pelayanan Grimmelikhuijsen, S., dan Knies, E.
publik. Makalah Kepemimpinan (2015). Validating a scale for citizen
Kementrian Hukum dan HAM. trust in government organizations.
Kementrian Hukum dan HAM. International Review of
Blader, S. L., dan Tyler, T. R. (2003). A Administrative Scien ces,
four-component model of procedural 0020852315585950.
justice: Defining the meaning of a Grimmelikhuijsen, S. G., dan Meijer, A. J.
“fair” process. Personality and (2012). The effects of transparency
Social Psychology Bulletin, 29(6), on the perceived trustworthiness of
747-758. a government organization:
Blind, P. K. (2007). Building trust in Evidence from an online
government in the twenty-first experiment. Journal of Public
century: Review of literature and Administration Research and
emerging issues. In 7th Global Theory
Forum on Reinventing Government Hardin, R. (1993). The street-level
Building Trust in Government (pp. epistemology of trust. Politics and
26-29). Society 21(4): 505–529.
Bonner, D. E. (2009). A comprehensive Hardin, R. (2002). Trust dan
examination of the determinants and Trustworthiness. Sage Foundation
consequences of political trust Series on Trust. New York: Russell
among Latinos. ProQuest. Sage Foundation, Russell.
Chanley, V. A. (2002). Trust in Inglehart, R. (1997). Modernization and
government in the aftermath of 9/11: postmodernization: Cultural, economic,
Determinants and consequences. and political change in 43 societies.
Political psychology, 23(3), 469– Princeton, NJ: Princeton University
483. Press.
Chanley, V. A., Rudolph, T. J., dan Rahn, Kestilä-Kekkonen, E., dan Söderlund, P.
W. M. (2000). The origins and (2015). Politica l Trust,
consequences of public trust in Individual-level Characteristics and
government: A time series analysis. Institutional Performance: Evidence
Public opinion quarterly, 64(3), 239- from Finland, 2004–13.
256. Scandinavian Political Studies.
70 Wahyudi, Milla, & Muluk

39: 138–160. doi: 10.1111/1467- Rawls, J. (1971). A Theory of Justice.


9477.12052 Harvard University Press.
King, D.C. (1997). The polarization of Cambridge, England
american parties and mistrust of Rudolph, T. J., dan Evans, J. (2005).
government. In Why people don’t Political trust, ideology, and public
trust government, edited by J.S. support for government spending.
Nye, P.D. Zelikow, and D.C. King, American Journal of Political
155-178. Cambridge: Harvard Science, 49(3), 660-671.
University Press Rotter, J. (1967). A new scale for the
Kumar, R. (1996, 2005). Research measurement of interpersonal trust.
methodology: A step-by-step guide Journal of Personality, Vol. 35, pp.
for beginners. London: SAGE 651-65.
Publications. Rotter, J. (1980). Interpersonal trust,
Kumlin, S. (2004). The personal and the trustworthiness, and gullibility.
political. In The Personal and the American Psychologists, Vol. 35,
Political: How Personal Welfare January, pp. 1-7.
State Experiences Affect Political Seyd, B. (2016). How should we measure
Trust and Ideology (pp. 3-19). political trust? PSA Annual
Palgrave Macmillan US Conference Paper. Brighton.
Lind, E. A., Kanfer, R., dan Earley, P. C. Schiffman, L., Thelen, S. T., dan
(1990). Voice, control, and Sherman, E. (2010). Interpersonal
procedural justice: Instrumental and and political trust: modeling levels of
noninstrumental concerns in citizens' trust. European Journal of
fairness judgments. Journal of Marketing, 44(3/4), 369-381.
Personality and Social psychology, Schoon, I., dan Cheng, H. (2011).
59(5), 952. Determinants of political trust: a
Mayer, R. C., Davis, J. H., dan lifetime learning model.
Schoorman, F. D. (1995). An Developmental psychology, 47(3),
Integrative model of organizational 619.
trust. Academy of Management Stokes, D. E. (1962). Popular evaluation
Review, 20, 709-734. of government: An empirical
Mishler, W., dan Rose, R. (2001). What assessment. In H. Cleveland dan H.
are the origins of political trust? D. Lasswell (Eds.), Ethics and
Testing institutional and cultural bigness: Scientific, academic,
theories in post-communist religious, political and military (pp.
societies. Comparative political 61-72). New York: Harper
studies, 34(1), 30-62. Tao, R., Su, F., Sun, X., dan Lu, X.
Norris, P. (2001). Digital Divide: Civic (2011). Political trust as rational
engagement, information poverty, belief: Evidence from Chinese
and the internet worldwide. village elections. Journal of
Cambridge: Cambridge University Comparative Economics, 39(1),
Press 108-121
Putnam, R. (1993). Making democracy Wahyudi, H., Fernando, T., Ahmad, A.,
work: Civic traditions in modern Khairani, A., Fatimah, F., Agung, I.
Italy. Princeton, NJ: Princeton M., dan Milla, M. N. (2013). Peran
University Press. kepercayaan politik dan kepuasan
Putnam, R. (2000). Bowling alone. The demokrasi terhadap partisipasi
collapse and revival of american politik mahasiswa. Jurnal Psikologi
community. New York: Simon and 9 (2), 94-99.
Schuster.
Persepsi keadilan sosial dan kepercayaan interpersonal 71

van Elsas, E. (2015). Political trust as a You, J. S. (2005). Corruption and


rational attitude: A comparison of inequality as correlates of social
the nature of political trust across trust: Fairness matters more than
different levels of education. Political similarity. Hauser Center for
Studies, 63(5), 1158-1178. Nonprofit Organizations, Harvard
University.

Anda mungkin juga menyukai