Abstrak
Penelitian ini menjawab pertanyaan yaitu faktor apa di antara variabel persepsi terhadap
keadilan sosial atau variabel kepercayaan interpersonal yang paling memprediksi
kepercayaan politik. Metode penelitian yang dipakai adalah korelasional, dengan subjek
penelitian yaitu mahasiswa perguruan tinggi se-Indonesia yang berusia di atas 19 tahun,
dengan teknik accidental sampling, dan didapatkan sejumlah 1161 responden. Persepsi
keadilan sosial diukur dengan Procedural dan Distributive Justice Scale (Blader & Tyler,
2003), kepercayaan interpersonal diukur dengan Propensity to Trust Scale (Evans &
Revelle, 2008), dan kepercayaan politik diukur dengan Citizen Trust in Government
Organizations Scale (Grimmelikhuijsen & Knies, 2015). Hasil menunjukan bahwa
kepercayaan politik berkorelasi positif secara signifikan dengan persepsi keadilan sosial (r
= 0.714, n = 1161, p>0.01, one-tailed) dan kepercayaan interpersonal (r = 0.112, n = 1161,
p>0.01, one-tailed). Hasil dari analisis regresi juga menunjukan bahwa persepsi keadilan
sosial menjadi prediktor yang lebih kuat (β = 0.711) dibandingkan kepercayaan
interpersonal (β = 0.114) terhadap kepercayaan politik.
Abstract
The purpose of this research was to answer the question regarding whether perceived
social justice or interpersonal trust is the stronger predictors of political trust. The research
method was correlational study, using accidental sampling method, with university
students above 19 years old as the research respondents. We successfullygathered 1161
respondent. Perceived social justice was measured by Procedural and Distributive Justice
Scale (Blader & Tyler, 2003), interpersonal trust was measured by Propensity to Trust
Scale (Evans & Revelle, 2008), and political trust was measured by Citizen Trust in
Government Organizations Scale (Grimmelikhuijsen & Knies, 2015). Results show that
political trust was positively correlated with perceived social justice (r = 0.714, n = 1161,
p>0.01, one-tailed) and interpersonal trust (r = 0.112, n = 1161, p>0.01, one-tailed).
Regression analysis showed that perceived social justice was the better predictor (β =
0.711) rather than interpersonal trust (β = 0.114) towards political trust.
pemerintah juga berada di bawah tingkat angka partisipasi publik di ranah politik
kepercayaan masyarakat terhadap (Almond & Verba, 1963; Stokes, 1962),
perusahaan dan media (Edelman, 2016). persetujuan terhadap pengeluaran dana
Perbedaan tingkat kepercayaan masyarakat oleh pemerintah (Rudolph & Evans,
ini tidak hanya sekadar angka belaka 2005), dukungan secara umum terhadap
karena hasil studi tersebut juga kebijakan pemerintah (Chanley, Rudolph,
menunjukan bahwa 80 persen dari dan Rahn, 2000), paritisipasi pada
responden di seluruh dunia lebih pemilihan umum, dan kepatuhan
mempercayai sektor bisnis atau terhadap hukum (Schiffman, Thelen, dan
perusahaan sebagai kunci untuk Sherman, 2010; Chanley, 2002).
menyelesaikan permasalahan sosial yang Selain karena dampak pada
ada (Edelman, 2016). Hasil ini perilaku publik, kepercayaan politik juga
menunjukan bahwa secara global, menjadi penting untuk dibahas karena
pemerintah bukanlah institusi yang paling berkaitan erat dengan kepuasan warga
dipercaya oleh masyarakatnya. negara terhadap pemerintahnya (Blind,
Terdapat beberapa indikasi penyebab 2006) serta kualitas terhadap sistem
dari menurunnya kepercayaan terhadap demokrasi (Bonner, 2009). Oleh karena
pemerintah, salah satunya adalah terkait itu, menurut Blind (2006) kepercayaan
isu yang paling menjadi perhatian dari politik dapat menjadi indikator kesuksesan
masyarakat. Secara spesifik, di Indonesia, dari suatu negara. Kepercayaan politik
permasalahan yang menjadi perhatian juga dapat menjadi indikator kesuksesan
utama masyarakat adalah pengentasan dari suatu negara karena salah satu
kemiskinan (Edelman, 2016). Masyarakat faktor yang memprediksi kepercayaan
ternyata berharap sektor bisnis atau politik adalah evaluasi individu terhadap
perusahaan yang akan membantu pemerintah.
pengentasan tersebut, dibandingkan Dilihat dari subjeknya, kepercayaan
institusi pemerintah (Edelman, 2016). politik dapat dibedakan secara makro dan
Sementara, menurut amanat Undang mikro (Blind, 2006). Subjek dari
Undang Dasar Republik Indonesia 1945 kepercayaan politik yang dimaksud adalah
negara seharusnya yang pertama acuan terhadap kata ‘pemerintah’ dalam
berkewajiban melayani setiap warga definisi kepercayaan politik. Kepercayaan
negara dan penduduk untuk memenuhi politik secara makro (macro-level atau
hak dan kebutuhan dasarnya (Arisman, organizational trust) berarti melihat
2014). Hasil tersebut mengindikasikan ‘pemerintah’ sebagai suatu agregat dan
bahwa masyarakat Indonesia tidak lagi melihat insitusi-institusi politik yang ada,
sepenuhnya mempercayai pemerintah sedangkan mikro (micro-level atau
yang seharusnya menjadi aktor utama individual politcal trust) berarti melihat
untuk menyelesaikan permasalahan ‘pemerintah’ dalam konteks tokoh
sosial yang ada. politiknya, seperti gubernur tertentu,
Kepercayaaan terhadap pemerintah presiden, dan lainnya. Secara makro,
memiliki berbagai istilah lain. Dari ‘pemerintah’ dapat dilihat secara diffuse
berbagai literatur akademik, kepercayaan (system based trust) yaitu secara agregat
terhadap pemerintah disebut dengan dan mengacu pada pemerintah secara
kepercayaan politik atau political trust umum dari suatu negara, maupun secara
(Seyd, 2016). Kepercayaan politik dapat specific political trust yaitu melihat
didefinisikan secara singkat sebagai rasa ‘pemerintah’ berdasarkan institusi-institusi
percaya individu bahwa pemerintah akan politik seperti DPR dan kepolisian (Blind,
berperforma dengan baik (Hardin, 2002). 2006). Dalam penelitian ini, peneliti
Kepercayaan politik menjadi penting memakai konteks kepercayaan politik
untuk dibahas karena berkaitan dengan dalam tingkat makro, tepatnya diffuse
berbagai hal lain seperti peningkatkan atau system-based trust sesuai dengan
Persepsi keadilan sosial dan kepercayaan interpersonal 61
dalam jangka waktu yang lama dan yaitu ability (kumpulan kemampuan,
memengaruhi berbagai hal, namun di kompetensi, dan karakteristik yang
zaman modern ini, interaksi dapat terjadi membuat sebuah pihak memiliki pengaruh
secara tidak langsung seperti media pada suatu konteks), benevolence
massa. (keinginan untuk menolong orang lain,
Secara teoretis, pendekatan cultural walaupun mengorbankan diri mereka
perspective juga menjelaskan bahwa sendiri), dan integrity (keinginan untuk
kepercayaan politik bermula dari mempertahankan aturan dan norma
kepercayaan interpersonal yang terbentuk sosial). Ketiga faktor ini juga sesuai
selama kehidupan dan kemudian mem- dengan faktor kepercayaan politik yang
bentuk kepercayaan individu terhadap diukur, namun memiliki perbedaan inti di
pemerintah (Inglehart, 1997; Putnam, mana pada kepercayaan politik, persepsi
1993). Mayer dkk. (1995) mendefinisikan kepercayaan mengacu kepada pemerin-
kepercayaan secara umum sebagai tahan dan pada kepercayaan inter-
kesediaan bagi suatu pihak untuk menjadi personal mengacu pada manusia secara
rentan terhadap perilaku pihak lain, umum. Pandangan bahwa kepercayaan
berdasarkan harapan bahwa pihak lain interpersonal dapat berkorelasi dengan
akan melakukan perilaku yang baik bagi kepercayaan politik juga didasari oleh
dirinya tanpa perlu diawasi dan argumen bahwa individu yang lebih
dikendalikan. Terdapat dua hal yang mempercayai orang lain secara umum
membentuk kepercayaan secara umum akan memandang pemerintah sebagai
yaitu kesediaan untuk merasa rentan dan objek yang lebih dapat dipercaya,
penilaian terhadap orang lain. Kedua hal dibandingkan individu yang tidak
ini selanjutnya menjadi komponen mempercayai orang secara umum. Hasil
kepercayaan interpersonal (Evans & ini dibuktikan oleh studi Schiffman,
Revelle, 2008) yaitu trust dan Thelen, dan Sherman (2010), yang
trustworthiness. Trust secara umum menemukan bahwa terdapat korelasi
dalam kepercayaan interpersonal terkait positif antara kepercayaan interpersonal
dengan penerimaan individu terhadap dengan kepercayaan terhadap institusi
kerentanan atas dirinya. Trust muncul di pemerintahan dan kepercayaan terhadap
situasi di mana individu menerima hasil tokoh politik. Studi dari Luhmann (1989)
yang tidak pasti yaitu kemungkinan menunjukan bahwa terdapat hubungan
adanya reciprocity atau betrayal (Evans & antara kepercayaan interpersonal dan
Revelle, 2008). Kemungkinan yang kepercayaan politik.
dimaksud adalah, individu akan berada di Studi sebelumnya (lih. Mishler &
situasi di mana dirinya bergantung kepada Rose, 2001; van Elsas, 2015; Tao dkk.,
orang lain dan hasil kebergantungannya 2011) menunjukan bahwa faktor
dapat menguntungkan bagi dirinya sesuai institusional theory menjadi prediktor yang
atas kepercayananya (reciprocity) atau lebih kuat dibandingkan pendekatan
tidak menguntungkan dan tidak sesuai cultural approach. Studi sebelumnya
dengan kepercayaannya (betrayal). meneliti di berbagai negara di Eropa dan
Selanjutnya, trustworthiness yang sering negara Republik Rakyat Tiongkok,
diteliti bersamaan dengan trust dianggap namun studi serupa di Indonesia belum
menjadi kompelemen natural dari trust dilakukan. Mengingat data penelitian dari
(Evans & Revelle, 2008) dalam konteks Mishler dan Rose (2001) berasal dari
kepercayaan interpersonal. Hal ini negara-negara selain Indonesia, konteks
dikarenakan kepercayaan interpersonal Indonesia mungkin memberikan penjelasan
tidak terlepas dari ekspektasi atas pihak yang berbeda terkait kepercayaan politik.
lainnya. Jumlah studi terkait kepercayaan politik di
Mayer dkk. (1995) mengidentifikasi Indonesia masih cukup minim, terutama
tiga faktor yang terkait trustworthiness terkait kepercayaan politik secara diffuse
64 Wahyudi, Milla, & Muluk
atau system-based trust. Studi terkait data langsung dari sampel penelitian
kepercayaan politik di Indonesia lebih (Kumar, 1996).
berfokus pada hubungan kepercayaan
politik dengan partisipasi politik (lih. Metode Penelitian
Handaningrum & Rini, 2014; Wahyudi Desain penelitian ini adalah cross-
dkk., 2013). Studi lebih lanjut terkait sectional studies karena hanya
kepercayaan politik diperlukan untuk melakukan satu kali pengambilan data
mengetahui terlebih dahulu faktor-faktor dari sampel penelitian, retrospective
yang memprediksi kepercayaan politik di study karena meneliti variabel yang
Indonesia. Dua pendekatan dari Mishler ditampilkan pada gejala atau fenomena
dan Rose (2001) dapat menjadi awal yang sudah terjadi di masa lalu, dan non-
untuk menjelaskan faktor-faktor yang experimental study karena dalam
memprediksi kepercayaan politik di penelitian ini sama sekali tidak dilakukan
Indonesia. Oleh karena itu, dengan 2 manipulasi terhadap variabel independen
variabel yang mewakilkan kedua (Kumar, 2005).
pendekatan tersebut, studi ini melihat Karakteristik dari responden adalah
persepsi keadilan sosial dan kepercayaan warga negara Republik Indonesia di atas
interpersonal sebagai prediktor dari 19 tahun dengan pertimbangan,
kepercayaan politik. Studi ini melihat responden pernah mendapat kesempatan
korelasi dari persepsi keadilan sosial untuk mengikuti pemilu 2014 lalu yaitu
dengan kepercayaan politik, korelasi dari memenuhi batas usia 17 tahun.
kepercayaan interpersonal dengan Responden diharapkan sudah memiliki
kepercayaan politik, dan terakhir melihat kesempatan untuk memberikan
besarnya kontribusi dari persepsi partisipasi politik secara konkret.
keadilan sosial dan kepercayaan Karakteristik kedua adalah responden
interpersonal terhadap kepercayaan merupakan mahasiswa aktif di negara
politik. Republik Indonesia, karena kemudahan
Berdasarkan tinjauan teoritis mengakses data dan mengontrol
tersebut, peneliti merancang metode extraneous variable agar data yang
penelitian yang akan dipakai. Hipotesis masuk tidak terlalu beragam latar
yang peneliti ajukan yaitu, (1) terdapat belakangnya. Penelitian sebelumnya
korelasi yang positif dan signifikan antara terkait kepercayaan politik di Indonesia
persepsi keadilan sosial dengan juga sudah memakai responden
kepercayaan politik di Indonesia, (2) mahasiswa karena mahasiswa sudah
terdapat korelasi yang positif dan potensial memberikan partisipasi politik
signifikan antara kepercayaan yang kongrket seperti mengikuti diskusi,
interpersonal dengan kepercayaan politik studi terkait pemerintahan, mengikuti
di Indonesia, dan (3) persepsi keadilan pemilihan umum dalam kampus maupun
sosial adalah prediktor kepercayaan secara nasional, dan mengikuti lembaga
politik yang lebih kuat dibandingkan kemahasiswaan yang sesuai sejarah
kepercayaan interpersonal. Penelitian ini memiliki kekuatan politik seperti BEM (lih.
tergolong sebagai applied research Handaningrum & Rini, 2014; Wahyudi
berorientasi pada penerapan teori dkk., 2013).
terhadap situasi dan permasalahan asli, Berdasarkan karakteristik responden,
serta hasilnya dapat dimanfaatkan untuk teknik pengambilan responden yang
tujuan praktis, correlational research dipakai adalah non-probability sampling
karena berorientasi meneliti kaitan antara karena jumlah populasi total mahasiswa
dua atau lebih variabel, quantitative di atas 19 tahun tidak diketahui secara
research karena memakai data pasti dan setiap responden tidak memiliki
numerikal/angka, dan studi ini memakai kesempatan yang sama untuk diukur
primary data karena peneliti mengambil sebagai responden. Secara lebih spesifik,
Persepsi keadilan sosial dan kepercayaan interpersonal 65
teknik yang dipakai adalah accidental expert judgement. Alat ukur tersebut
sampling di mana responden terpilih kemudian diujicobakan untuk melihat
berdasarkan kemudahan mengakses validitas dan reliabilitas alat ukur tersebut.
data dan kesediaan untuk berpartisipasi Uji reliabilitas dengan alpha –Cronbach
(Gravetter & Forzano, 2012). dengan hasil yaitu ketiga alat ukur yang
Berdasarkan hipotesis penelitian, dipakai di penelitian ini memiliki reliabilitas
terdapat tiga variabel yang diukur dalam yang tinggi (Procedural dan Distributive
penelitian ini yaitu persepsi keadilan Justice Scale α = 0.943, Propensity to
sosial, kepercayaan interpersonal, dan Trust Scale α = 0.839, Citizen Trust in
kepercayaan politik. Variabel keadilan Government Organizations Scale α =
sosial pada penelitian ini diukur dengan 0.930). Uji validitas dilakukan dengan
memamaki alat ukur Procedural and melihat internal consistency, dengan hasil
Distributive Justice Scale yang yaitu tidak ada item pada alat ukur yang
dikembangkan oleh Blader dan Tyler memiliki konsistensi internal yang buruk.
(2003). Alat ukur ini mengukur keadilan Pengambilan data penelitian
prosedural dengan lima komponennya dilakukan pada 10 Juni-12 Juni 2016.
sejumlah 32 item dan mengukur keadilan Pengambilan data dilakukan dengan
distributif sejumlah 9 item. Kuesioner metode survei online dan menggunakan
yang mengukur keadilan distributif platform Google Form. Metode survei
dimodifikasi sesuai dengan komponen online dipakai peneliti dengan
keadilan distributif oleh Deutsch (1985) pertimbangan lebih luasnya cakupan
yaitu equality, equity, dan need. Total demografis data, kemudahan mengakses
item dari kuesioner ini berjumlah 42 item. kuesioner, dan efisiensi waktu yang
Variabel kepercayaan interpersonal dibutuhkan untuk mendapatkan data
pada penelitian ini diukur dengan yang besar. Pengambilan data responden
memamaki alat ukur Propensity to Trust ditutup pada 12 Juni 2016 pukul 23.59
Scale yang dikembangkan oleh Evans WIB. Jumlah responden yang mengisi
dan Revelle (2008). Alat ukur ini mengukur kuesioner penelitian ini berjumlah 1333
kecenderungan orang untuk percaya orang. Setelah melakukan pengecekan
kepada orang lain, dilihat dari 2 komponen data dan eliminasi data berdasarkan uji
yaitu trustworthiness sebanyak 10 item normalitas, peneliti memakai data dari
dan trust sebanyak 11 item. Total item 1161 responden.
dari kuesioner ini berjumlah 21 item. Peneliti memakai 3 analisis untuk
Variabel kepercayaan politik pada mengolah data penelitian. Analisis
penelitian ini diukur dengan memakai alat deskriptif dipakai untuk melihat gambaran
ukur Citizen Trust in Government karakteristik demografis responden yaitu
Organizations Scale yang dikembangkan usia, jenis kelamin, dan domisili. Analisis
oleh Grimmelikhuijsen dan Knies (2015). deskriptif juga dipakai untuk melihat
Alat ukur ini mengukur kepercayaan gambaran umum variabel penelitian seperti
orang terhadap institusi pemerintah dan rata-rata total skor, standar deviasi, nilai
terdiri dari tiga dimensi yaitu perceived maksimum, dan nilai minimum. Analisis
competence sebanyak 5 item, perceived selanjutnya yang dipakai untuk menguji
benevolence sebanyak 3 item, dan hipotesis penelitian adalah Pearson
perceived integrity sebanyak 4 item. Total product-moment correlation untuk melihat
item dari kuesioner ini berjumlah 12 item. hubungan dari seluruh faktor dan variabel
Peneliti melakukan proses adaptasi yang diteliti. Peneliti memfokuskan pada
alat ukur penelitian yang aslinya tertulis variabel yang menjadi hipotesis penelitian.
dalam bahasa Inggris. Pertama, alat ukur Teknik ini dipakai untuk membuktikan
yang sudah ditranslasi, diujikan kepada hipotesis pertama dan kedua penelitian.
tiga orang, direvisi, dilakukan back Hipotesis ketiga dan keempat penelitian
translation, kemudian terakhir dilakukan
66 Wahyudi, Milla, & Muluk
Total (N=1161)
Karakteristik Demografis
Frekuensi Persentase
Asal Universitas
Universitas Indonesia 650 56.0%
Lainnya 551 44.0%
Usia
19 – 24 tahun 1146 98.7%
24 – 31 tahun 15 1.3%
Domisili
Jabodetabek 861 74.2%
Luar Jabodetabek 300 25.8%
Jenis Kelamin
Pria 391 33.7%
Wanita 770 66.3%
r= 0,714
r= 0,112
pada LoS 0,01 (p=0,00). Korelasi antar lebih kuat dibandingkan kepercayaan
variabel dapat dilihat pada gambar 2. interpersonal.
Pengujian hipotesis ketiga dilakukan Hasil studi ini menunjukan bahwa
dengan memakai teknik analisis statistik keadilan sosial dapat memprediksi
linear regression dengan metode enter. kepercayaan politik di Indonesia, tidak
Hipotesis ketiga penelitian ini mengacu berbeda dengan hasil riset di negara
pada variabel keadilan sosial atau Eropa (lihat Kestilä-Kekkonen & Söderlund.
kepercayaan interpersonal yang menjadi 2015). Keadilan sosial merupakan salah
prediktor yang lebih kuat atas satu cara untuk melihat hasil evaluasi
kepercayaan politik. Hasil pembuktian kerja pemerintah dan hasil riset selama
hipotesis dengan linear regression, ini berfokus pada pengaruh evaluasi kerja
menghubungkan keadilan sosial dan pemerintahan terhadap kepercayaan
kepercayaan interpersonal dengan politik. Evaluasi terhadap pemerintahan
kepercayaan politik secara terpisah. Hasil dapat memprediksi kepercayaan politik
menunjukan bahwa keadilan sosial karena secara filosofis, konsep
(β=0,714) lebih kuat berkontribusi atas pemerintahan dan kepercayaan politik
skor kepercayaan politik dibandingkan terhadapnya adalah gambaran dari
kepercayaan interpersonal (β=0,112). Hal kedaulatan pemerintahan itu sendiri.
ini berarti, skor keadilan sosial memiliki Bentham (1999, dalam Blind, 2006)
kontribusi yang lebih besar terhadap menyatakan bahwa kepercayaan politik
kepercayaan politik dibandingkan muncul karena pada dasarnya kita
kepercayaan interpersonal. Secara lebih memang seharusnya waspada kepada
lanjut, sebelum peneliti menyimpulkan pemerintah karena mereka memiliki
terbuktinya hipotesis penelitian, dilakukan kekuasaan yang besar dan dapat menjadi
hierarichal multiple regression terhadap tergoda untuk menyalahgunakannya. Hal
variabel keadilan sosial, kepercayaan ini disebabkan juga karena kita tidak
interpersonal, dan kepercayaan politik. dapat mengetahui secara pasti motivasi
Dengan model ini, dilakukan kontrol dan tindakan yang akan dilakukan oleh
terhadap karakteristik demografis yang pemimpin politik kedepannya (Przeworski,
dapat mempengaruhi hasil analisis 1991, dalam Blind, 2006).
statistik. Hasil menunjukan bahwa bahwa Studi lebih lanjut mengenai
skor keadilan sosial (β=0,711) masih hubungan kepercayaan interpersonal dan
lebih kuat berkontribusi atas skor kepercayaan politik juga dapat dilakukan.
kepercayaan politik dibandingkan Studi sebelumnya yang dilakukan oleh
kepercayaan interpersonal (β=0,114) Schiffman, Thelen, dan Sherman, (2010)
setelah mengontrol variabel demografis. menunjukan bahwa terdapat korelasi
Dengan demikian, hasil analisis ini yang signifikan antara kepercayaan inter-
membuktikan penolakan atas H03, serta personal dan kepercayaan pemerintah.
menerima HA3 bahwa keadilan sosial Secara spesifik, kepercayaan inter-
adalah prediktor kepercayaan politik yang personal berkorelasi kuat dengan
68 Wahyudi, Milla, & Muluk