Anda di halaman 1dari 5

1.

7 Kerangka Pemikiran/Konsep

Penelitian ini akan menggunakan konsep political will yang merupakan salah satu konsep
penting dalam perumusan kebijakan luar negeri. Adapun konsep ini dipilih karena dapat
digunakan sebagai tolak ukur dalam menentukan arah tindakan politik (political action)
pemerintah. Sebuah kebijakan luar negeri perlu didukung oleh political will yang kuat dari
pemerintah (pendekatan top down) sekaligus public will yang kuat dari masyarakat (pendekatan
bottom up) agar permasalahan sosial dapat ditempatkan dalam agenda bersama pemerintah dan
publik untuk diatasi secara spesifik. Berbagai penelitian sebelumnya telah mencoba
mendefinisikan serta menetapkan indikator untuk mengukur political will dan public will, adapun
yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1.7.1 Political Will

Definisi konsep political will dapat dibedakan menjadi dua, yakni: menggunakan
pendekatan individu maupun kelompok. Department for International Development (DFID)
mendefinisikan political will menggunakan pendekatan individu, yakni sebagai “kebulatan tekad
atau keyakinan seorang aktor politik untuk melakukan atau menyatakan suatu hal untuk
memperoleh suatu hasil yang ingin dicapai”. (DFID, 2004). Definisi political will ini memiliki
sejumlah dampak, yaitu: 1. Political will tidak selalu menentukan hasil politik (political
outcome) karena ada faktor-faktor lain yang mempengaruhinya, seperti: ketidakmampuan
instrumen politik atau administrative, sumber daya yang tidak memadai, serta hambatan dari
kelompok kepentingan. 2. Jika seorang pemimpin memiliki political will untuk mengubah atau
mencapai sesuatu, maka ia harus memiliki visi untuk mewujudkan suatu hal secara berbeda. Visi
tidak dapat disamakan dengan political will (DFID, 2004).

Berbeda dengan tulisan sebelumnya, Lori Ann Post, Amber Raile dan Eric Raile dalam
tulisannya Defining Political Will mendefinisikan political will dengan menggunakan
pendekatan kelompok, yaitu: “tingkat dukungan atau komitmen yang diberikan oleh sejumlah
aktor kunci dalam pengambilan keputusan terhadap suatu solusi kebijakan untuk mengatasi suatu
permasalahan tertentu.” (Lori, dkk; 2010). Adapun penelitian ini akan menggunakan definisi
political will menurut Lori dikarenakan penelitian ini akan berfokus pada negara India sebagai
subjek dalam penelitian ini.
Adapun lima variabel yang digunakan untuk mengukur political will, yaitu: (Post, dkk; 2010)

1. Adanya sejumlah aktor pengambil keputusan


2. Memiliki pemahaman yang sama terkait suatu permasalahan dalam agenda formal
3. Memiliki komitmen untuk mendukung pemecahan suatu masalah
4. Adanya solusi kebijakan bersama yang berpotensi menjadi solusi kebijakan yang efektif
5. Ketiadaan atau tidak signifikannya faktor penghambat political will

Dalam penelitian ini, kelima variabel tersebut digunakan untuk mengukur political will India
pada kasus tenaga kerja anak, maka tampak sebagai berikut:

Matrix 1.1 Indikator Political Will India

Aktor Negara: Pemerintah India


1. Aktor Pengambil Keputusan Aktor Non-Negara yang terlibat (MNC, NGO, IO, INGO)

Dengan melihat bagaimana masing-masing aktor


2. Pemahaman yang sama terkait
Permasalahan dalam Agenda Formal memahami permasalahan yang ada dan
menuangkannya dalam keputusan formal

3. Komitmen untuk mendukung Kerjasama yang dibangun antar aktor terhadap sebuah
pemecahan masalah isu

4. Solusi Kebijakan Bersama yang Kebijakan yang disepakati bersama tanpa adanya
berpotensi menjadi solusi kebijakan penolakan
yang efektif

Faktor-faktor tersebut diantaranya; penolakan dari


organisasi kepentingan, instrumen administratif dan
5. Ketiadaan atau tidak signifikannya politik tidak memadai, gangguan pada stabilitas
faktor penghambat political will pemerintah, terlalu radikal, dapat memicu konflik
sosial/politik, adanya hambatan konstitusional, sumber
daya tidak memadai, menyebabkan kerugian ekonomi,
merusak reputasi pemimpin, adanya isu lain yang lebih
penting

Sumber: Olahan sendiri

Selanjutnya, political will yang telah terbentuk melalui pendekatan “top down” perlu didukung
oleh public will melalui pendekatan “bottom up” agar suatu kebijakan dapat menghasilkan
perubahan sosial. Keduanya memiliki keterkaitan yang erat dan bersifat interdependensi. Hal ini
dikarenakan, agar masyarakat mampu mengatasi permasalahan sosial, pemerintah dan mayoritas
publik harus memiliki kemauan yang sama untuk mengatasi isu yang bersangkutan. (Amber N.
W. Raile)

1.7.2 Public Will

Public Will diartikan oleh Pollster Craig Charney sebagai persepsi publik tentang suatu
isu dengan kombinasi dari 3 faktor, yaitu: opini (opinion), intensitas (intensity), serta tingkat
kepentingan (salience)1. Opini (opinion) diartikan sebagai keyakinan atau penilaian seseorang
tentang suatu isu. Masyarakat perlu memiliki opini tentang suatu isu agar public will dapat
terbentuk. Selanjutnya, intensitas (intensity) diartikan sebagai kekuatan dari opini seseorang.
Dalam hal ini, masyarakat perlu memiliki keyakinan yang kuat terhadap opininya dalam suatu
isu, baik pro ataupun kontra agar public will dapat terbentuk. Terakhir, tingkat kepentingan
(salience) diartikan sebagai tingkat pentingnya suatu isu bagi masyarakat/publik. Banyaknya
kampanye yang dilakukan terhadap suatu isu dapat meningkatkan arti penting isu tersebut di
mata publik. Dapat disimpulkan, definisi public will diatas melihat public will sebatas kesadaran
tentang suatu isu. Namun, penelitian penulis akan melihat definisi tersebut secara lebih
mendalam.
Adapun, Leiderman melengkapi definisi Charney mengenai public will dengan
menambahkan elemen kemauan untuk bertindak. Sehingga, definisinya secara lengkap adalah
public will sebagai ekspresi publik tentang suatu isu (mencakup opini, intensitas, serta tingkat
kepentingan) serta kemauan publik untuk bertindak terhadap isu tersebut 2. Contohnya, public
will terhadap suatu isu yang mempengaruhi anak-anak dan keluarga dapat diartikan sebagai
perasaan kepemilikan bersama terhadap kesejahteraan anak-anak dan keluarga serta komitmen
bersama untuk melakukan perubahan bersama. Sehingga, dapat disimpulkan 4 variabel yang
digunakan dalam tulisan ini untuk mengukur public will, adalah:
1. Opini terhadap suatu isu
2. Intensitas opini dalam suatu isu
3. Tingkat kepentingan isu di mata publik
4. Kemauan publik untuk bertindak
1
Charney, C. (2009). Political will: What is it? How is it measured? New York: Charney Research.
2
Leiderman, S.A., Wolf, W.C., & York, P. (2000). Some thoughts about public will [Electronic version]. Washington,
DC: Center for Assessment and Policy Development.
Pengaitan public will dengan kemauan untuk bertindak untuk mendukung suatu isu
menjadi penting karena hal ini menunjukkan pentingnya kampanye untuk “mendorong”
dihasilkannya suatu solusi kebijakan atau tindakan yang mempengaruhi perilaku aktor pengambil
keputusan, seperti voting atau memobilisasi perubahan kebijakan. Suatu isu memiliki
kemungkinan besar untuk masuk dalam agenda kebijakan jika pengambil kebijakan menilai
publik peduli dan berkemauan untuk bertindak tentang isu tersebut. Hasil kampanye dan
penelitian membuktikan bahwa banyaknya pengetahuan tentang suatu isu tidak cukup signifikan
dalam mempengaruhi tindakan3. Kampanye public will harus mampu memastikan masyarakat
memiliki opini yang kuat tentang suatu isu dan menilai suatu isu penting. Keberhasilan
kampanye public will diukur dari kemampuannya dalam mendorong publik untuk memiliki
kemauan dan kemampuan untuk bertindak terhadap suatu isu. Selanjutnya, public will yang telah
terbentuk melalui pendekatan bottom up akan berdampak positif dalam merespon political will
pemerintah yang dibawa melalui pendekatan top down. Tanpa public will yang kuat, maka
political will tidak dapat berdampak secara efektif, begitupula sebaliknya. Sehingga, keduanya
memiliki interdependensi yang bersifat saling melengkapi.

1.7.3 Operasionalisasi Konsep/Teori

Berdasarkan definisi yang telah dikemukakan diatas, maka konsep/teori tersebut dapat
dioperasionalisasikan sebagai berikut:

Bagan 1.1 Operasionalisasi Teori

Variabel Independen Variabel Dependen

Keputusan India
Political Will Meratifikasi Konvensi ILO
Pemerintah India Nomor 138 Terkait Batas
Usia Minimum Kerja

3
Fishbein, M., Trafimow, D., Francis, C., Helquist, M., Helquist, M., Eustace, M., Ooms, M., & Middlestadt, S.
(1993). AIDS knowledge, attitudes, beliefs, and practices (KABP) in two Caribbean countries: A comparative
analysis. Journal of Applied Social Psychology, 23(9), 687-702.
Dalam penelitian ini, political will akan diperlakukan sebagai variabel independen yang
akan memberikan pengaruh pada variabel dependen yaitu keputusan pemerintah India untuk
meratifikasi Konvensi ILO Nomor 138 terkait Batas Usia Minimum Kerja. Visi pengentasan
tenaga kerja anak di India telah ada sejak UU Nasional tenaga kerja anak pertama kali
diresmikan yaitu pada tahun 1986. Namun, political will India untuk meratifikasi konvensi ILO
baru muncul pada tahun 2017 setelah hambatan-hambatan terhadap political will tersebut
berhasil ditangani.

Anda mungkin juga menyukai