Anda di halaman 1dari 5

TUGAS

KUALITAS PELAYANAN PUBLIK

Nama : Morets Kuway


NPM : 36 2012 0067
Prodi : Administrasi Negara
Judul Buku : Reformasi Birokrasi & Pelayanan Publik
Bab :V

Critical Review
Ringkasan Materi

Membangun Kepercayaan Publik terhadap Pemerintah

A. Konsep kepercayaan Publik


Konsep kepercayaan secara umum dapat dibedakan ke dalam dua jenis, yaitu political trust (kepercayaan politik)
dan social trust (kepercayaan sosial). Dalam perspektif politik, kepercayaan terjadi ketika warga dapat menilai lembaga
pemerintah dan para pemimpinnya dapat memenuhi janji, efisien, adil, dan jujur (Blind, 2007).
Blind (2007) lebih jauh membedakan kepercayaan politik berdasarkan subjek, yaitu siapa warga menaruh
kepercayaan, dan motivasi warga mempercayai pemerintah dan kebijakannya. Dilihat dari subjeknya, kepercayaan
publik mencakup kepercayaan terhadap organisasi (organizational political trust) dan kepercayaan terhadap pejabatnya
(individual political trust). Kepercayaan publik terhadap lembaga pemerintah pada umumnya selalu terkait dengan isu-
isu publik tertentu. Kepercayaan publik pada tingkat organisasional dan individual sangat tergantung pada kredibilitas
dalam pengambilan kebijakan (Blind, 2007).
B. Dimensi penting Kepercayaan Publik.
Kepercayaan publik sebagaimana dijelaskan sebelumnya mencakup kepercayaan warga terhadap negara dan atau
pemerintah, yang termasuk di dalamnya ialah institusi, kebijakan, dan para pejabatnya.
Dalam persektif psikologi, kepercayaan publik melibatkan penilaian warga tentang nilai-nilai moral dan karakteristik
yang dimiliki oleh tertentu pemerintah lembaga politik, atau para pejabat publik tertentu. Sementara dalam ilmu
ekenomi, kepercayaan seseorang cenderung dapat dilihat dari harapan yang bersifat kalkulatif dan rasional terhadap
hasil yang diberikan oleh suatu organisasi atau pihak lain (Klim, 2007; Williamson, 1993). Meskipun demikian,
kebanyakan masyarakat sering memperoleh informasi mengenai hal yang terkait dengan pelayanan publik melalui
media massa.
Peneliti lainnya seperti Kass (1990), Carnevelle (1995), dan Jennings (1998) menggunakan variabel yang berbeda
untuk mengukur kepercayaan publik, tetapi sebenarnya merujuk pada fenomena yang sama. Kim (2005) telah mengkaji
kembali variabel-variabel yang telah digunakan oleh para peneliti terdahulu dalam pengukuran kepercayaan publik.
Lebih dari tiga puluh model pengukuran kepercayaan publik dikajinya untuk mengidentifikasi variabel yang penting
dalam pengukuran kepercayaan publik. Kim sampai pada kesimpulan bahwa kepercayaan publik setidaknya bisa
diukur dari lima variabel, yaitu komitmen yang kredibel, ketulusan, kejujuran, kompetensi dan keadilan.

C. Komitmen yang Kredbel (Credible commitment )


Para ilmuwan politik dan administrasi publik telah lama menggunakan variabel ini untuk menjelaskan tingkat
kepercayaan publik terhadap pemerintah dan para pejabatnya.
Ada beberapa penjelasan yang biasanya digunakan untuk menjelaskan komitmen yang kredibel. Komitmen yang
kredibel, menurut Hardin, memiliki dua unsur, yaitu adanya encapsulated interest dan konsistensi. komitmen yang
kredibel adalah konsistensi dari tindakan pemerintah dan pejabatnya.
D. Baik Hati (Benevolence)
Keyakinan penuh warga bahwa para institusi pemerintah dan pejabatnya memiliki niat baik dan kepedulian yang
tulus (genuine) terhadap semua kepentingan warga sering menjadi penjelasan mengapa warga memiliki kepercayaan
penuh terhadap pemerintah. Beberapa penulis sebelumnya telah menjadikan variabel ini sebagai variabel yang penting
untuk menjelaskan kepercayaan publik (Berman, 1997; Braitwaite, 1998, Montgomery, Jordens, & Little, 2008).
Perpektif seperti ini mendorong para ilmuwan administrasi publik untuk menjelaskan pentingnya mengembangkan
benevolent bureaucrats.
Dalam literatur administrasi publik konsep ini telah lama dikembangkan untuk menjelaskan karakteristik seorang
administrator yang memiliki kepedulian yang tulus dan semangat tinggi untuk melayani warga (Hart dalam Kim, 2005).
Administrator yang seperti itu cenderung menggunakan kekuasaan yang dimilikinya untuk membantu menyelesaikan
permasalahan–permasalahan publik yang dihadapi warga dan selalu berusaha memahami kepentingan warga.
Administrator yang memiliki niat baik dan sikap pengabdian yang tulus tidak akan menggunakan kekuasaan yang
dimilikinya untuk merugikan warga, walaupun warga mungkin tidak mengetahuinya.
E. Kejujuran (Honesty)
Pentingnya kejujuran sebagai variabel yang dapat digunakan untuk menjelaskan kepercayaan publik juga telah
banyak dikutip oleh para peneliti. Berman (1997) dan Nye (1997) menggunakan kejujuran sebagai variabel yang
penting untuk menjelaskan perubahan kepercayaan public
Persepsi tentang kejujuran para institusi pemerintah dan pejabanya dapat terbentuk karena adanya penilaian
terhadap perilaku para pejabat publik ketika mereka menyelenggarakan pelayanan publik atau dari berbagai sumber
informasi termasuk dari media yang memberitakan perilaku para pejabat dalam menjalankan kekuasaan dan mandat
dari rakyatnya.
F. Kompetensi
Kepercayaan publik selalu menggambarkan penilaian warga tentang kapasitas dan kapabilitas institusi pemerintah
dan para pejabatnya dalam menjalankan tugasnya. Warga yang memiliki tingkat kepercayaan yang sangat tinggi pada
umumnya adalah warga yang menilai para institusi pemerintah dan pejabat publiknya memahami masalah yang sedang
dihadapi warga dan mampu melakukan tindakan untuk menyelesaikan masalah tersebut.
Namun, terlepas dari dinamika harapan warga, kapasitas dan kapabilitas pemerintah dan para pejabat publik dalam
menjalankan fungsinya berpengaruh besar terhadap persepsi warga tentang kinerja pemerintah. Kemampuan pejabat
publik dalam menjalankan fungsinya, terutama dalam menyelenggarakan pelayanan publik, dapat meningkatkan
kepuasan warga terhadap kinerja peemrintah
G. Keadilan (Fairness)
Faktor lainnya yang sering memengaruhi kepercayaan publik adalah keadilan. Keadilan dinilai dari tindakan yang
telah dilakukan oleh para pejabat publik pada saat melayani warga, yaitu apakah mereka melayani warga secara adil
berdasarkan prinsip-prinsip yang dapat diterima oleh akal sehat masyarakat atau menggunakan logikanya sendiri. Jika
prinsip dan nilai keadilan yang digunakan oleh pemerintah dalam membuat kebijakan atau dalam menyelenggarakan
pelayanan publik dapat diterima oleh akal sehat masyarakat, maka tindakan yang dilakukan oleh pemerintah dan
pejabatnya dapat dinilai adil oleh warga dan pemangku kepentingan.
Aspek lainnya dari konsep kepercayaan relasional adanya risiko yang lebih kecil ketika berhubungan dengan
institusi pemerintah dan para pejabat publik. Ketika warga percaya bahwa keberadaan pemerintah dapat memperkecil
risiko dalam kehidupannya, mereka akan memiliki kepercyaan yang tinggi terhadap pemerintah. Sedangkan,
kepercayaan rasional diukur dari penilaian warga terhadap kinerja institusi pemerintah dan para pejabatnya.
Perbedaan bukan hanya muncul dari pemahaman tentang konsep dan unsur dari kepercayaan publik, tetapi juga
teori yang menjelaskan penyebab dari kepercayaan atau ketidakpercayaan publik dan tindakan yang perlu dilakukan
untuk mengubah kepercayaan publik.

Perspektif administrasi publik menjelaskan penurunan kepercayaan publik juga sebagai akibat dari kegagalan
pemerintah dalam menyelenggarakan pelayanan. Namun, berbeda dari perspektif manajemen, perspektif administrasi
publik lebih menganggap kegagalan tersebut terjadi karena pemerintah memiliki pekerjaan yang terlalu banyak hingga
melebihi kapasitasnya.
Sedangkan perspektif sosiologi lebih melihat kepercayaan publik sebagai hasil interaksi berbagai fenomena yang
lebih kompleks daripada sekadar kegagalan pemerintah dalam menyelenggarakan pelayanan dan memenuhi harapan
warganya. Teori sosiologi melihat dinamika kepercayaan publik dari perubahan nilai-nilai yang menggerus modal sosial
yang ada dalam masyarakat.
Menurut Dwiyanto (2011) kesimpulan dari diskusi ini sebenarnya sangat sederhana, yaitu kepercayaan publik tidak
hanya ditentukan oleh apa yang dilakukan pemerintah atau sektor publik itu sendiri. Perubahan kepercayaan publik
terhadap pemerintah juga ditentukan oleh perubahan nilai-nilai sosial budaya yang ada di luar institusi pemerintah.
Kepercayaan publik terhadap pemerintah adalah hasil interaksi yang sangat dinamika antara kondisi dan karakteristik
pemerintah atau sektor publik dengan kondisi dan karakteristik yang ada pada masyarakat dan lingkungannya.
H. Pentingnya Kepercayaan Publik Penting dalam Penyelenggaraan Pemerintahan
Walaupun dinamika kepercayaan publik terhadap pemerintah sering dipahami secara berbeda-beda, kepercayaan
publik pada tingkat tertentu sangat penting dalam penyelenggaraan pemerintahan, (Dwiyanto, 2011). Setiap kebijakan
publik selalu mendistribusikan manfaat dan biaya kepada kelompok kepentingan yang berbeda-beda. Apa yang
menjadi manfaat bagi suatu kelompok warga merupakan kerugian bagi kelompok warga lainnya.
Contoh sederhana dikemukakan oleh Dwiyanto (2011) adalah mengenai pentingnya kepercayaan publik dalam
mengurangi biaya transaksi pada proses kebijakan dapat dilihat dari kebijakan yang diambil oleh pemerintah kota
(pemkot) Surakarta, atau lebih dikenal dengan Kota Solo, dalam merelokasi pedagang kaki lima (PKL). Untuk
membangun kepercayaan publik terutama dari kalangan PKL mengenai tujuan dilakukannya relokasi tersebut, walikota
Surakarta menjamu makan dan mengadakan pertemuan dengan para PKL sebanyak puluhan kali.
Adanya kepercayaan terhadap pemerintah juga dapat meringankan warga dan pemangku kepentingan karena
kebutuhan mereka untuk melakukan verifikasi dan monitoring terhadap proses kebijakan menjadi semakin rendah.
Hubungan yang harmonis dan saling menghormati sangat penting dalam pengembangan suatu sistem pelayanan
publik yang efisien dan efektif.
Kepercayaan publik yang optimal dapat diukur dari manfaat keberadaan kepercayaan publik atau ketidakpercayaan
publik itu sendiri (Choudhory, 2008). Jika keberdaan kepercayaan publik membuat pemerintah dapat bekerja secara
efisien, efektif, dan akuntabel maka tingkat kepercayaan publik masih berada pada titik optimalnya.
I. Krisis Kepercayaan Publik di Indonesia?
Walaupun krisis kepercayaan terhadap pemerintah telah banyak diteliti di negara-negara maju, kajian serupa di
Indonesia masih sangat langka. Belum banyak riset yang dilakukan untuk mengumpulkan data yang dapat digunakan
untuk memperkirakan krisis kepercayaan publik di Indonesia.
Berbagai spekulasi dapat dikembangkan untuk menjelaskan mengapa institusi penegak hukum dan institusi yang
selama ini dikenal publik mengelola berbagai kegiatan dan proyek yang rentan dengan perilaku korupsi cenderung
mengalami erosi kepercayaan publik. Faktor yang sering menyebabkan menurunnya kepercayaan publik dari sisi
internal pemerintah di antaranya adalah munculnya berbagai skandal, kegagalan menunjukkan kinerja, dan
ketidakpuasan terhadap pemerintah.
Erosi kepercayaan publik tidak hanya melanda DPRD saja tetapi meluas pada semua partai politik. Kegagalan
partai politik sebagai instrumen kelembagaan bagi warga untuk memperjuangkan kepentingan dan aspirasinya dalam
proses kebijakan telah membuat warga kehilangan kepercayaan terhadap mereka. Ekspektasi publik untuk menjadikan
partai politik sebagai alat demokrasi untuk memperjuangkan kepentingan publik semakin tergerus.

J. Reformasi Birokrasi untuk Meningkatkan Kepercayaan Publik


Keterkaitan antara reformasi birokrasi dan peningkatan kepercayaan publik terhadap pemerintah dapat dilihat dari
seberapa besar kontribusi reformasi birokrasi terhadap perubahan dimensi-dimensi kepercayaan publik sebagaimana di
jelaskan sebelumnya.
Reformasi birokrasi dapat memberikan kontribusi terhadap perbaikan kompetensi pemerintah dalam
menyelenggarakan pemerintah secara efektif dan efisien apabila reformasi birokrasi mampu mengembalikan
akuntabilitas dan loyalitas aparatur birokrasi kepada kepentingan publik dan menjadikan aparatur birokrasi sebagai
profesi yang independen dari kepentingan kekuasaan dan politik. Politisasi birokrasi selama ini bukan hanya
mengganggu kompetensi pemerintah tetapi juga telah merusak integritas birokrasi pemerintah dan para pejabatnya.
Eksplorasi tentang keterkaitan antara reformasi birokrasi dan dinamika kepercayaan publik tentu dapat dilakukan
lebih jauh dan lebih luas, tergantung pada kesungguhan pemerintah menjadikan reformasi birokrasi yang sedang
digagasnya itu sebagai solusi untuk menyelesaikan berbagai permasalahan sangat mendasar yang di hadapi oleh
birokrasi pemerintah. Sampai dengan saat ini birokrasi publik belum menjadi institusi yang peduli terhadap kepentingan
publik.
Dalam bidang ekonomi ,kepercayaan public diperlukan untuk mendorong investasi yang merupakan prasyarat
penting bagi pertumbuhan ekonomi. Ketika kepercayaan terhadap pemerintah semakin tinggi maka warga akan
semakin tergerak untuk melakukan investasi.
Meningkatkan kepercayaan publik dapat dilakukan dengan cara mengelola persepsi publik tentang ketiga hal di
atas, yaitu kemampuan, integritas, dan ketulusan. Jika persepsi publik tentang ketiganya dapat dibentuk secara wajar,
terbuka, dan alami, maka kepercayaan publik terhadap institusi pemerintah dan para pejabat publik dapat ditingkatkan
sampai pada titik optimalnya
Kepercayaan publik sangat diperlukan untuk membangun pemerintahan yang efisien, responsif, dan akuntabel.
Tetapi, jika kepercayaan publik itu menjadi berlebihan justru dapat menjadi ancaman bagi keberadaan tata
pemerintahan yang demokratis.

Kajian juga menunjukkan bahwa dinamika kepercayaan publik juga terkait dengan kualitas tata pemerintahan.
Ketika pemerintahan menjadi semakin partisipatif dan transparan dalam membuat peraturan daerah, merumuskan
APBD, dan menentukan prioritas pembangunan daerah maka kepercayaan publik cenderung semakin tinggi.
Fenomena tersebut mengisyaratkan peningkatan kepercayaan publik dapat dilakukan dengan cara memperbaiki
kualitas tata pemerintahan. Para penyelenggara pemerintahan dapat memperbaiki tingkat kepercayaan publik dengan
cara melakukan perbaikan praktik tata pemerintahan. Dengan membuat proses kebijakan menjadi lebih partisipatif,
terbuka, dan akuntabel kepercayaan publik akan meningkat dengan sendirinya.
CRITICAL

Berikut ini beberapa kritikan saya terhadap buku yang berjudul REFORMASI BIROKRASI DAN PELAYANAN PUBLIK,
yang ditulis oleh Dr. H. Dahyar,M.Si. Bab V tentang Membangun Kepercayaan Publik terhadap Pemerintah. Pada bab ini
diawali dengan penulis menjelaskan tentang bagaimana Membangun Kepercayaan public terhadap pemerintah, dan dilama
memaparkan konsep kepercayaan public menurut subjeknya dan menjelaskan tentang dimensi pentingnya kepercayaan
public.
Pada bab ini juga. Komitmen yang Kredbel (Credible commitment) Para ilmuwan politik dan administrasi publik
telah lama menggunakan variabel ini untuk menjelaskan tingkat kepercayaan publik terhadap pemerintah dan dalam point
ini menjelaskan penggunaan variable ini.
Pada bab V ini menjelaskan poin per poin tentang bagaimana membangun kepercayaan public terhadap
pemerintah mulai dari konsep sampai pada pemaparan kepercayaan public terhadap pemerintah; yang mana dalam bab ini
menjelaskan tentang ; Komitmen yang Kredbel (Credible commitment ), Baik Hati (Benevolence), Kejujuran (Honesty),
Kompetensi, Keadilan (Fairness), Pentingnya Kepercayaan Publik Penting dalam Penyelenggaraan Pemerintahan, Krisis
Kepercayaan Publik di Indonesia, Reformasi Birokrasi untuk Meningkatkan Kepercayaan Publik.Dalam penjelasan masing
point per point, penulis menjelaskan tentang konsep sampai pada reformasi birokrasi dalam menjelaskan kepercayaan
public.
Pada bab ini juga menunjukkan bahwa dinamika kepercayaan publik juga terkait dengan kualitas tata
pemerintahan. Ketika pemerintahan menjadi semakin partisipatif dan transparan dalam membuat peraturan daerah dapat
memperbaiki tingkat kepercayaan publik dengan cara melakukan perbaikan praktik tata pemerintahan. Dengan membuat
proses kebijakan menjadi lebih partisipatif, terbuka, dan akuntabel kepercayaan publik akan meningkat dengan sendirinya.
Pada bab ini penulis telah menjelaskan dengan baik tentang bagaimana membangun kepercayaan public terhadap
pemerintah, dengan tidak melupakan tentang kejujuran, keadilan dalam membangun masyarakat yang aman dan majemuk
dalam menjalankan pemerintah yang peduli terhadap masyarakat dan realitas yang terjadi.

 SARAN
Pada bab ini, saya ingin menyarankan kepada penulis bahwa ketika dalam penulisan, penulis menggunakan
istilah-istilah baru, penulis harus menuangkan catatan kaki untuk pembaca sehingga pembaca ketika membaca artikel
ini pembaca dapat mampu memahami apa yang penulis maksudkan.

Anda mungkin juga menyukai