LesmanaRA JIPTegal Vol3No12018
LesmanaRA JIPTegal Vol3No12018
Abstrak
Artikel penelitian ini menawarkan re-desain proses awal kebijakan tingkat lokal. Simulation
testing digunakan untuk melihat lebih jauh beberapa konsep yang dapat memengaruhi proses awal
kebijakan. Konsep tersebut adalah difusi kebijakan dan dynamic system model, konsep ini digali
melalui deduktif untuk mencari beberapa temuan literatur yang relevan dengan tema penelitian.
Metode yang digunakan model-building method, sebuah cara untuk merekonstruksi ulang teori
dengan cara membangun dari berbagai model. Model yang berasal dari teori, atau
menyederhanakan teori yang melibatkan konsep atau hubungan antara konsep internal. Hasil
penelitian ini mengungkapkan, meningkatnya atau menurunnya kepercayaan publik juga
dipengaruhi oleh kebijakan. Diperlukan cara yang dianggap baru karena probabilitasnya lebih
tinggi untuk menghasilkan kebijakan berkualitas dengan mensimulasikan berbagai konsep yang
dianggap dapat menerjemahkan berbagai fenomena masalah publik dalam bentuk kebijakan.
Disaat ketidakpercayaan publik meningkat, maka itu sebagai respon, dan peringatan kepada
pemerintah untuk lebih berupaya meningkatkan kepercayaan publik melalui kebijakan.
Kata kunci: Kepercayaan Publik, redesain, Proses Kebijakan
Increase Public Confidence in the Government Through Redesigning the Policy Process
Abstract
This research article aims re-design the initial process of local-level policy. Mode simulation
testing used to look beyond some concepts that can affect the initial policymaking process. The
concept is policy diffusion and dynamic system model this concept was dug through the deductive by
searching some of the scientific literature findings to the theme of research. The methods used to a
model-building method, a way to reconstruct the theory by means of re-establishing various models.
The model is derived from the theory, or simplify the concept or theory that involves the relationship
between the concept of an internal concept. The results of this study reveal, the rising or declining
public trust is also influenced by the policy. The new way is considered necessary due to the higher
probability to produce a quality policy with simulate various concepts that are considered can
translate a variety of phenomena in the form of public policy issues. When public distrust is
increasing, then that response, and a warning to the government to put more effort into improving
public trust through policy.
Keywords: Public Trust, redesign, Policymaking Process
karakteristik, sedangkan yang dirasakan (Aghion et al., 2010; Bovens & Hart,
dari kepercayaan itu sendiri menentukan 2016).
karakteristik yang dirasakan (Chanley, Memperkuat hasil studi di atas
Rudolph, & Rahn, 2000; Blind, 2006; beberapa fakta yang dapat diungkapkan
Grimmelikhuijsen & Knies, 2015). Secara dari laporan Kementrian Dalam Negeri
umum para peneliti mengunakan ada sekitar 3.143 peraturan yang
indikator untuk mengukur tingkat ke- dibatalkan, 1.765 Perda/Perkada yang
percayaan publik sebagai reaksi antara dicabut/direvisi Menteri Dalam Negeri,
data dan fakta mengapa publik percaya 111 Peraturan/Putusan Menteri Dalam
dan tidak percaya terhadap pemerintah. Negeri dicabut/direvisi Menteri Dalam
Indikator yang sering digunakan Negeri, dan 1.267 Perda/Perkada yang
diantanya Eurobarometer, Latin- dicabut/direvisi oleh Gubernur
barometro, BBC, Gallup International Asia (Kemendagri, 2016). Ombudsman
Barometer, UNPAN (United Nations in Republik Indonesia melaporkan, ada
Public Administration and Finance), UNDP 41,59 persen atau 2.853 laporan
(United Nations Development Program), mengeluhkan pelayanan publik di
World Economic Forum, World Values instansi pemerintah daerah dari total
Survey, Transparency International. 6.859 laporan secara nasional pada tahun
Beberapa studi telah membuktikan 2015 (Ombudsman, 2016).
kecenderungan tingkat kepercayan Intinya ada banyak konsekuensi
publik meningkat terhadap pemerintah yang dapat meningkatkan kepercayaan
dapat terjadi dari beberapa aktivitas dan ketidakpercayaan publik terhadap
pemerintah seperti tata kelola pemerintah. Kepercayaan publik ter-
pemerintah yang baik (Salminen & Ikola- hadap pemerintah diperlukan oleh rezim
Norrbacka, 2010; Cheung, 2013). Inisiasi penguasa sebagai bahan pertimbangan
Administrative reform (Cierco, 2013; Kim untuk merumuskan setiap kebijakan.
& Han, 2014), Desentralisasi (Kim, 2010; Apakah kebijakan yang langsung ber-
Tang & Huhe, 2014), kolaborasi dan sentuhan dengan masyarakat maupun
partisipasi masyarakat dalam aktivitas tidak, dan menjamin kepatuhan
pemerintah (Michels & Graaf, 2010; masyarakat terhadap kebijakan itu
Tholen, 2015). Namun dibeberapa sendiri tanpa paksaan. Ketika masyarakat
kondisi dapat meningkatkan ketidak- menarik dukungan kepada pemerintah
percayaan publik terhadap pemerintah. dan tingkat ketidakpercayaan meningkat
Seperti, pelayanan publik buruk maka rezim penguasa dapat untuk
diakibatkan oleh patologi birokrasi dipertanyakan (Blind, 2006; Walle & Six,
(Caiden, 1991; Walle & Bouckaert, 2003; 2014). Oleh sebab itu pemerintah
Hacek, Kukovic, & Brezovsek, 2013). memiliki cara tersendiri dari rezim
Sistem politik, demokrasi dan penegakan penguasa ke rezim penguasa selanjutnya
hukum yang buruk (Lindvall, 2011; untuk terus meningkatkan kepercayaan
Trägårdh, 2013; Lenard, 2015). Produk publik. Pasca reformasi Indonesia pada
kebijakan yang buruk dapat mem- tahun 1998 misalnya, diberlakukan
pengaruhi kehidupan masyarakat desentralisasi kekuasaan yang sebelum-
nya sentralisasi, pembentukan Komisi
kendala fiskal yang ketat dan nya akan menuai kritik dan bahkan
harapan yang terus meningkat, lebih jauh kebijakan itu akan diuji
pemerintah semakin terlibat dengan materi kembali, negara mem-
warga negara untuk memastikan fasilitasi hal itu dengan adanya
kualitas, daya tanggap dan pada Makkamah Konstitusi. Bagi
akhirnya mempercayai layanan pemerintah daerah kebijakan yang
publik. buruk diindikasikan bertentangan
c. Openness; dengan peraturan yang lebih tinggi,
Kebijakan pemerintah terbuka menghambat investasi,
(open government) yang menghambat pembangunan sosial,
berkonsentrasi pada keterlibatan budaya dan ekonomi masyarakat.
warga negara dan akses terhadap Sepertinya kebijakan yang buruk
informasi dapat membantu cenderung dihasilkan oleh sistem
meningkatkan ke-percayaan publik. politik yang tidak demokratis dalam
Pehaman tentang open government analisis kebijakan, sumber daya
tidak terlepas dari perjalan konsep manusia, dan proses pembelajaran
tata kelola pemerintahan yang baik kebijakan yang kurang (Autant-
(good governance). Pemerintah yang Bernard, Fadairo, & Massard, 2013;
membuka diri akan memberikan Bender, Keller, & Willing, 2014).
ruang terwujudnya prinsip-prinsip e. Integrity & Fairness;
transparansi, menghilangkan nilai- Integritas merupakan faktor yang
nilai komersialisasi pelayanan, dan sangat penting dalam menumbuh-
partisipasi warga negara (Attard, kan kepercayaan publik (OECD,
et.al, 2016). Tidak adanya 2016). Proses politik yang buruk,
transparansi dalam aktivitas intervensi politik secara berlebihan
pemerintah akan membuka pintu dalam birokrasi akan menimbulkan
yang lebar tindakan korupsi integritas yang rendah (Bozeman,
(Lindstedt & Naurin, 2010; 2000). Ketika birokrasi diintervensi
Peisakhin, 2012). oleh politik secara berlebihan akan
d. Better Regulation; mengarah kepada pemusatan ke-
Membangun, memelihara dan mem- kuasaan. Para elit politik mencoba
validasi kepercayaan merupakan untuk memengaruhi kegiatan
agenda permanen bagi banyak birokrasi untuk kepentingan politik,
Negara melalui penerapan praktek sisanya para aparatur birokrasi dan
peraturan yang baik (OECD, 2016). sumber daya menjadi eksploitasi
Kebijakan pemerintah atau kebijak- permainan para elit politik (Tolbert,
an baru yang akan diumumkan 2010).
pemerintah dapat meningkatkan f. Inclusive Policy Making.
dan menurunkan kepercayaan Prioritas bagi pemerintah adalah
publik terhadap pemerintah. Ketika membangun proses pembuatan
kebijakan pemerintah tidak me- kebijakan yang kondusif untuk
nunjukkan berpihak terhadap dipercaya (OECD, 2016). Meningkat-
publik, maka kebijakan itu seperti- kan komitmen untuk melindungi
2015; Oomselsat et al., 2016). Kedua tingkat lokal yang berkualitas, walaupun
aspek tersebut seperti dua arah yang masih banyak cara dalam aktivitas
saling membutuhkan seperti terdeskripsi pemerintah untuk meningkatkan ke-
pada Tabel 1: percayaan publik yang pernah
Yang patut diwaspadai ketika publik diungkapkan dari beberapa literatur
tidak percaya kepada pemerintah, kondisi seperti, reformasi birokrasi, inisiasi
ini akan dimanfaatkan oleh sekelompok inovasi dalam aktivitas pemerintah, tata
orang untuk kepentingan pribadi dan kelola pemerintah, anti korupsi, dan lain
kelompok (Fuoli & Paradis, 2014). sebagainya. Redesain proses awal
Sebagai contoh, buruknya tata kelola kebijakan ini akan mencoba memberikan
pemerintah akan berdampak pada pemikiran yang konstruktif untuk
terhambatnya pembangunan suatu menyikapi fenomena masalah yang
negara, membuka pintu korupsi, terdeskripsi dalam latar belakang
pelayanan publik yang buruk. Kondisi penelitian. Banyaknya kebijakan tingkat
seperti ini akan menarik negara maju lokal yang bermasalah menjadi indikasi
(negara donor) dengan alasan ingin adanya permasalahan yang serius untuk
membantu, namun perlu diperhatikan memroduksi kebijakan tingkat lokal yang
teori defedensi mengajarkan kita akan tidak bertentangan dengan aturan yang
ketergantungan kepada negara-negara lebih tinggi. Oleh sebab itu, peneliti
maju seolah menjadi rujukan utama mencoba mendesain ulang produksi
setiap langkah kebijakan yang mereka kebijakan tersebut dari komparasi
putuskan dan harus dilaksanakan konseptual teoritis yang relevan, dan juga
menjadi obyek trial and error policy. mencoba memberikan kontribusi
Tidak ada cara lain, mengikuti sebagai pengetahuan.
obyek pemasaran produk (kebijakan, Walaupun sepertinya berbagai
perdagangan) negara donor dan negara argumentasi konsep atau teori menyebut
penerima donor akan lebih kepada proses kebijakan tidak memiliki
negara konsumtif. Kita masih ingat keseragama definisi, namun secara umum
konsep Governance and Development, artikel penelitian ini menggunakan
berawal dari kasus sub-sahara Afrika pendekatan proses kebijakan dapat
pada tahun 1990-an, bahwa pemerintah diidentifikasi dari problem identification
adalah sumber kegagalan pembangunan. and agenda setting, formulation, adoption,
Oleh sebab itu Good governance adalah implementation, and evaluation
alat lembaga neoliberal (lembaga donor) (Anderson, 2015). Namun aktivitas yang
untuk melancarkan pembangunan normal ini sering tidak didukung oleh
kapitalisme dunia (Rindermann, Kodila- produksi kebijakan dengan kualitas yang
Tedika, & Christainsen, 2015). baik. Untuk memulai pemikiran re-desain
kepercayaan publik melalui proses
kebijakan yang berkualitas dapat dilihat
Redesain Proses Kebijakan
pada Gambar 2:
Proses kebijakan yang baik salah
Banyak cara yang dapat dilakukan
satu cara untuk meningkatkan kepercaya-
untuk memproduksi kebijakan yang
an publik dengan memroduksi kebijakan
berkualitas, ukuran kualitas kebijakan me
Tabel 1.
Efek Percaya dan Tidak Percaya
Pemerintah Masyarakat
Percaya (Trust)
Pemerintah lebih mudah untuk Tingkat kebahagian hidup semakin tinggi
menjalankan fungsinya, kepercayaan pada suatu negara;
kepada institusi pemerintah akan sangat Angka kemiskinan akan semakin
mudah menyukseskan kebijakan berkurang;
pemerintah; Masyarakat lebih bermakna dimata
Memberikan peluang investasi dari pihak pemerintah karena ikut berpartisipasi
asing, meningkatkan kepercayaan diri dari dalam pembangunan nasional;
investor dan konsumen; Keterbukaan pemerintah akan
Pemerintah lebih mudah untuk memudahkan masyarakat untuk
menjalankan pembagunan nasional melalui mengakses segala informasi tentang
program-program dan peraturan; program, regulasi, kebijakan pemerintah.
Kesuksesan kebijakan publik yang luas
tergantung pada pola perilaku publik;
Kepercayaan menjadi kunci aktivitas
ekonomi dan keuangan.
Tidak Percaya (Distrust)
Investasi asing akan menurun sehubungan Akan meningkatkan angka kemiskinan
dengan maraknya kasus korupsi, tidak karena pertumbuhan ekonomi terhambat;
adanya kepastian hukum, prosedur yang Kualitas pelayanan publik yang buruk akan
panjang dan berbelit yang akan mengalihkan masyarakat untuk
memengaruhi pertumbuhan ekonomi; menggunakan pelayanan publik yang
Stabilitas keamanan terganggu dengan isu disediakan oleh swasta.
terorisme, radikalisme.
Gambar 2.
Redesain Model Proses Kebijakan (simulation testing)
kebijakan tertentu dalam waktu dan praktisi agar kebijakan yang dihasilkan
tempat yang berbeda. Makna yang berkualitas (Shipan & Volden, 2008,
tersirat, mengindikasikan bentuk difusi 2012; Meseguer & Gilardi, 2009;
kebijakan merupakan pilihan kebijakan Maggetti & Gilardi, 2015; Gilardi, 2016).
yang diambil (diadopsi) terhadap Studi kelayakan sering dianggap hanya
kebijakan yang sukses di tempat yang melihat dan menyerap, namun difusi
berlainan untuk dianalisis dan dipelajari kebijakan bukanlah seperti itu. Difusi
oleh orang, institusi di tempat yang kebijakan tidak bisa dilakukan hanya
berbeda. Dengan desentralisasi, untuk melihat dan menyerap kebijakan
pemerintah daerah lebih terbuka untuk yang sukses pada daerah tertentu, tapi
merangsang inovasi dan difusi kebijakan ada kausalitas yang harus dipenuhi.
dalam praktek yang nyata. Kausalitas itu dapat memengaruhi difusi
Walker (1969) menyebut diffusion kebijakan seperti, budaya daerah yang
theory suggests that policy-making sama, kedekatan goegrafis memberikan
activity at the state level may occur either tingkat keberhasil-an difusi semakin
through internal processes or by building tinggi. Kualitas sumberdaya manusia
on what has occurred in other states. legislatif dan eksekutif akan berdampak
Boushey (2010) memberikan kepada analisis adopsi kebijakan, situasi
argumentasi, the process of public policy politik yang kondusif menjadi awal
diffusion can be gained by integrating kerjasama antara legislatif dan eksekutif
research on innovation diffusion with untuk perencanaan difusi kebijakan.
studies of agenda setting in political Disisi lain ada efek difusi yang berbeda
decision making. Pandangan ini merujuk untuk adopsi kebijakan, bahwa proses
kepada proses politik untuk amandemen kebijakan, adopsi kebijkan
pengambilan keputusan sebuah memerlukan legislatif yang lebih
kebijakan. Konsepsi difusi kebijakan juga profesional, dan pengetahuan yang
dapat dijumpai dari pandangan Braun cukup untuk mengubah dan
dan Gilardi (2006); Maggetti dan Gilardi memengaruhi proses adopsi (Baybeck,
(2015); Gilardi (2016) memberikan Berry, & Siegel, 2011; Fay & Wenger,
pengertian difusi kebijakan adalah 2015).
process whereby policy choices in one unit
are influenced by policy choices in other Dynamic System Model
units. Disisi lain difusi kebijakan Model ini kurang terungkap
dianggap sebagai concerns the spread of melalui studi dalam negeri yang dapat
policies from government to government ditelusuri dari berbagai literatur ilmiah
(Volden, Ting, & Carpenter, 2008; Shipan yang dipublikasikan, namun model ini
& Volden, 2008; Nicholson-Crotty & telah digunakan untuk mendapatkan
Carley, 2016). berbagai opsi kebijakan pada negara-
Sebelum kebijakan dirumuskan negara maju, sebagian negara
perlu dipertimbangkan melakukan studi berkembang, dan sering digunakan
kelayakan terhadap sebuah kebijakan untuk proses kebijakan diberbagai
yang akan diputuskan, pernyataan ini sektor dengan mem-pertimbangkan
juga direkomendasikan oleh beberapa kausalitas diantara beberapa
Distrust. New York: Cambridge Shipan, C. R., & Volden, C. (2012). Policy
University Press. Diffusion: Seven Lessons for
Rosenbloom, D. H., O'Leary, R., & Chanin, Scholars and Practitioners. Public
J. (2010). Public Administration Administration Review, 72(6),
and Law (3rd ed.). Boca Raton, FL: 788-796. doi:10.111/j.1540-
CRC Press. 6210.2012.02610.x.
Rowell, D., & Wormley, D. N. (1997). Smith, K. B., & Larimer, C. W. (2009). The
System Dynamics: An Introdustion. Public Policy Theory Primer.
Upper Saddle River, NJ: Prentice- Boulder, CO: Westview Press.
Hall. Stewart, J. (2009). Public Policy Values.
Salminen, A., & Ikola-Norrbacka, R. Hampshire: Palgrave Macmillan.
(2010). Trust, Good Governance Tambulasi, R. I., & Kayuni, H. M. (2007).
and Unethical Actions in Finnish Decentralization Opening a New
Public Administration. Window for Corruption: An
International Journal of Public Accountability Assessment of
Sector Management, 23(7), 647- Malawi’s Four Years of
668. Democratic Local Governance.
doi:10.1108/095135510110789 Journal of Asian and African
05 Studies, 42(2), 163-183.
Sayyadi, R., & Awasthi, A. (2016). A doi:10.1177/002190960707486
System Dynamics Based 6
Simulation Model to Evaluate Tang, M., & Huhe, N. (2014). The Variant
Regulatory Policies for Effect of Decentralization on
Sustainable Transportation Trust in National and Local
Planning. International Journal of Governments in Asia. Political
Modelling and Simulation, 37(1), Studies, 64(1), 216-234.
25-35. doi:10.1111/1467-9248.12177
doi:10.1080/02286203.2016.121 Tholen, B. (2015). Citizen Participation
9806 and Bureaucratization: the
Saz-Carranza, A., & Serra, A. (2009). Participatory Turn Seen Through
Institutional Sources of Distrust a Weberian Lens. International
in Government Contracting. Review of Administrative Sciences,
Public Management Review, 11(3), 0(0), 1-19.
263-279. doi:10.1177/002085231454815
doi:10.1080/147190309027982 2
06 Tolbert, P. S. (2010, May 04). Robert
Shabbir, C. C., & Rondinelli, D. A. (2007). Michels and the Iron Law of
Decentralization Governance Oligarchy. Retrieved from Cornell
Emerging Concept and Practice. University, ILR School:
Washington DC: Brooking http://digitalcommons.ilr.cornell
Institute Press. .edu/articles/397/
Shipan, C. R., & Volden, C. (2008). The Trägårdh, L. (2013). Commentary: The
Mechanisms of Policy Diffusion. Politics of Distrust. Journal of Civil
American Journal of Political Society, 9(1), 100-104.
Science, 52(4), 840-857. Retrieved doi:10.1080/17448689.2013.784
from 503
http://www.jstor.org/stable/251 Vincent, A. (2010). Modern Political
93853 Ideologies (3rd ed.). West Sussex:
Wiley-Blackwell.