Anda di halaman 1dari 12

MIRA WIDYA SARAGIH

225120500111015

UAS KEBIJAKAN
PUBLIK

Publik dan Kebijakan-kebijakannya


DAFTAR ISI

Persuasi Kebijakan Kebijakan Sebagai Sebab Bagi Dirinya


Sendiri
Berdebat Versus Tawar-Menawar
Hambatan

Pemerintah Jaringan Perubahan, Kendala, dan Politik Demokratis

Mendayung Versus Mengemudi Teka teki, Masalah, dan Persuasi

Kebijakan, Praktek, dan Persuasi


Persuasi Kebijakan

Seni persuasi memegang peranan Terlalu banyak fokus pada


penting. Kekuatan politik dan persuasi, mengesampingkan
formulasi kebijakan didasarkan
esensi dari substansi kebijakan
pada kemampuan untuk
itu sendiri. Selanjutnya, ada
meyakinkan orang lain. Persuasi
tidak hanya terbatas pada risiko bahwa penekanan pada
pengambilan keputusan, tetapi persuasi dapat membawa pada
juga melibatkan pengaruh kurangnya akuntabilitas dan
terhadap mereka yang harus transparansi dalam proses
melaksanakan keputusan pengambilan keputusan
tersebut.

Prof Dr. H Solichin Abdul Wahab, M. (2017). Analisis Kebijakan. Jakarta: Bumi Aksara. Hal 25
Berdebat Versus Tawar-Menawar

Analis kebijakan itu seperti menyelidiki cara Sulit untuk mencapai kebijakan yang dianggap
membuat aturan atau keputusan. Mereka baik dan adil jika tidak memperhatikan
bilang, "Kami ahli dan netral, kami prinsip-prinsip kesejahteraan sosial dan
memberikan saran yang baik untuk keadilan. Penolakan terhadap rekomendasi
pemerintah." Tapi sebenarnya, mereka kebijakan juga bisa disebabkan oleh ideologi
membuat kebijakan itu seperti nego atau dan nilai-nilai yang mendasarinya. Pendekatan
tawar-menawar. Kadang-kadang, ide-ide teknokratis tidak sepenuhnya bisa
baik ditolak karena alasan politik, bukan menyelesaikan pertentangan nilai dan
pandangan yang berbeda di masyarakat. Jadi,
karena seberapa baik ide tersebut. Jadi,
analisis kebijakan yang baik seharusnya juga
kalau kebijakan dijalankan tanpa aturan
mempertimbangkan etika dan nilai-nilai
yang baik, bisa sulit mencapai hasil yang
masyarakat.
dianggap baik dan adil bagi semua orang.

Sudiyono. (2007). Esensi Nilai Dalam Perspektif Kebijakan. Jakarta.


Pemerintah Jaringan

Di satu sisi, ada tekanan yang membuat pemerintah harus bertindak cepat untuk
mengambil kebijakan publik. Tapi di sisi lain, ada kekuatan-kekuatan yang mendorong
pembagian kekuasaan ke berbagai pihak dan upaya meyakinkan orang untuk setuju.
Konsep "pemerintahan jaringan" menjelaskan bahwa beberapa kelompok lebih penting
dalam pengambilan keputusan, tetapi harus menyadari kalau mereka tidak bisa mengatur
orang sesuka hati. Untuk mencapai tujuan, orang harus bekerja sama dan bersekutu.
Kebijakan sekarang tergantung pada "kesepakatan hubungan," yaitu setuju untuk bekerja
sama dalam menangani suatu masalah. Jadi, dalam dunia kebijakan modern, persuasi dan
negosiasi jauh lebih penting daripada memberi perintah. Pemerintahan jaringan menjadi
gambaran utama, dan keberhasilan dalam mencapai tujuan kebijakan tergantung pada
kemampuan untuk menjaga hubungan baik dan bekerja sama dengan berbagai pihak.

Dr. Nuryanti Mustari, S. M. (2015). Pemahaman Kebijakan Publik: Formulasi, Implementasi, dan Evaluasi
Kebijakan Publik. Yogyakarta: PT Leutika Nouvalitera.
Mendayung Versus Mengemudi

Model pembuatan kebijakan modern yang dulunya lebih fokus pada kendali pusat, sekarang
menghadapi kesulitan karena pemerintah kehilangan kendali terhadap cara kebijakan
diimplementasikan, terutama di daerah, dan ini semakin menjadi masalah yang terlihat.

Upaya untuk menanggapi masalah ini mencakup perubahan ke model manajemen yang lebih
demokratis, penggunaan insentif (hadiah atau ganjaran) daripada perintah langsung, dan
lebih banyak menggunakan kontrak dalam penyelenggaraan layanan publik.

Konsep pemerintahan jaringan menunjukkan hubungan yang kompleks antara entitas


"pemerintahan" dan cara kita mempelajari kebijakan sebagai upaya persuasif. Pembagian
kekuasaan juga mendorong privatisasi dan outsourcing, tetapi ironisnya, hal ini membutuhkan
lebih banyak peraturan daripada pengurangan peraturan.

Handbook Public Policy. Nusa Media: Bandung. 2015. Hal 18


Kebijakan, Praktek, dan Persuasi

Pembuatan kebijakan itu seperti


permainan yang rumit antara Dalam kenyataannya, pembuat
merencanakan kebijakan, kebijakan seringkali tidak tahu
menerapkannya di lapangan, dan cukup tentang sumber daya yang
berusaha meyakinkan banyak pihak. ada, cara mengimplementasikan
Orang yang membuat kebijakan sering kebijakan, atau bahkan tujuan
ingin membuat aturan yang berlaku yang jelas. Oleh karena itu, kita
secara seragam. Tapi, impian untuk perlu memahami bahwa pembuat
mengendalikan semuanya dari pusat kebijakan terkadang terbatas
seringkali bertentangan dengan dalam pengetahuan mereka dan
kenyataan bahwa pusat itu penuh perlu memilih berbagai alat
dengan banyak otoritas yang bersaing pemerintah dengan bijak.
satu sama lain.
Kebijakan Sebagai Sebab Bagi Dirinya Sendiri

Pada dasarnya, setiap usaha untuk memecahkan masalah bisa berisiko munculnya masalah
baru atau hasil yang tidak diinginkan. Meskipun terdengar negatif, pandangan ini juga bisa
diartikan positif, di mana kita akan mencoba berbagai kebijakan yang bisa membawa ide-ide
baru untuk mencapai tujuan yang sudah ada atau bahkan menetapkan tujuan yang baru.
Contoh: Sistem pensiun, karena orang hidup lebih lama dari yang diperkirakan. Meskipun
berhasil membuat sistem pensiun berjalan, kenyataannya, orang hidup lebih lama dapat
menimbulkan masalah keuangan untuk sistem tersebut.
Kebijakan yang sudah diterapkan dapat membentuk jalur atau arah yang akan memengaruhi
pembuatan kebijakan selanjutnya. Pengaruh ini bisa bersifat positif atau negatif, tergantung
pada bagaimana kebijakan awalnya diimplementasikan dan dampaknya terhadap kondisi
yang ada.

Handbook Public Policy. Nusa Media: Bandung. 2015. Hal 27


Hambatan

Pembuatan kebijakan itu selalu rumit karena ada banyak rintangan yang
harus dihadapi. Rintangan tersebut bisa berupa masalah uang, dukungan dari
masyarakat. Tanpa dukungan dari masyarakat, kebijakan sulit untuk
diterapkan. Pembuat kebijakan juga terhambat, terbatas dalam ide atau
gagasan yang dapat diakses atau dihasilkan. Kurangnya inovasi atau variasi
dalam perumusan kebijakan dapat membatasi efektivitas dan relevansi
kebijakan tersebut.

Handbook Public Policy. Nusa Media: Bandung. 2015. Hal 28


Perubahan, Kendala, dan Politik Demokratis

Dalam membuat kebijakan, perubahan itu pasti terjadi. Kebijakan bisa berubah
karena banyak alasan, seperti masalah yang berkembang, perubahan situasi
sekitar, perkembangan teknologi, dan pergeseran persekutuan antar
kelompok kepentingan. Meskipun ada rintangan, gerakan sosial muncul
sebagai kekuatan yang kuat untuk menginspirasi perubahan kebijakan. Ketika
kelompok-kelompok orang berkumpul dan menuntut perubahan, seperti
pekerja yang ingin hak-hak kerja lebih baik atau kelompok minoritas yang
memperjuangkan hak sipil, itu bisa menjadi dorongan besar. Untuk benar-
benar berpengaruh dalam pembuatan kebijakan, gerakan sosial perlu memiliki
tujuan kebijakan yang jelas dan spesifik.

Handbook Public Policy. Nusa Media: Bandung. 2015. Hal 31


Teka teki, Masalah, dan Persuasi

Kebijakan publik dibuat sebagai respons terhadap masalah yang dihadapi oleh
masyarakat. Tapi, apa yang dianggap sebagai masalah tidak selalu jelas, dan
agenda kebijakan bisa berubah seiring perubahan di masyarakat dan politik.
Ada perdebatan antara pendekatan yang menekankan tanggung jawab individu
dan pendekatan yang menginginkan tanggung jawab pemerintah untuk
menangani masalah tersebut.
Ketika terjadi perselisihan atau pertentangan terkait dengan kebijakan yang
tidak lagi sesuai dengan keadaan zaman, solusinya adalah melibatkan
merumuskan kembali argumen, menyajikan informasi baru, atau menggeser
fokus kebijakan agar lebih sesuai dengan nilai-nilai masyarakat.

Handbook Public Policy. Nusa Media: Bandung. 2015


TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai