Anda di halaman 1dari 13

ANALISIS KETERKAITAN PANCASILA SILA KEDUA DENGAN SENSE OF

BELONGING STUDI KASUS : PADA KADERISASI


KEPANITIAAN DAN UNIT DI ITB

Halida Yasmin (11222001)a , Andyta Ceria P.H (11422006)b , Sintiya Anzeli (11422019)c Samuel B.
S. (11422028)d, Rysta Elsana (11422048)e , Kemala Asadilah. A.P (11422064)f , Yusi Khalisa Z. H
(11922060)g, Muniratur Rahmi A(15719031)h , Tsazkia Aurelia (15720003)i, Rubbanayah Salwa R
(15721010)j

11222001@mahasiswa.itb.ac.ida , 11422641@mahasiswa.itb.ac.idb, 11422006@mahasiswa.itb.ac.idc,


11922060@mahasiswa.itb.ac.idd, 11422019@mahasiswa.itb.ac.ide, 15719031@mahasiswa.itb.ac.idf,
11422028@mahasiswa.itb.ac.idg, 157200013@mahasiswa.itb.ac.idh, 11422048@mahasiswa.itb.ac.idi,
15721010@mahasiswa.itb.ac.idj

Pancasila dan Kewarganegaraan (K-12)

Institut Teknologi Bandung

Abstrack

Cadre is still a hot topic of discussion, especially for students at ITB. Cadre is the initial stage
before becoming a member of an organization, committee, unit, or agency. The various goals and
stigmas of regeneration are important, especially about a sense of belonging and the 2nd Precept of
Pancasila. This study aims to determine the relationship of regeneration activities with the application
of a sense of belonging, determine the relationship of the second precept of Pancasila with a sense of
belonging, and determine the relationship between regeneration and the second precept of Pancasila.
The method used is qualitative with an interview approach and literature review. An important finding
in this research is the study of the correlation between regeneration with the second precept and the
sense of belonging. The benefit of this research is that it can add insight, especially regarding
regeneration, the 2nd precept, and a sense of belonging in the ITB campus environment so that this
research can be a guide in the problem of regeneration activities and the use of a sense of belonging.

Kata kunci : kaderisasi, kekeluargaan, nilai, dan pancasila

1
publik yang dihasilkan oleh pemerintah. Hal ini
PENDAHULUAN penting karena setiap kebijakan publik yang
dibuat oleh pemerintah selalu memiliki
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk
implikasi luas dalam masyarakat. Kebijakan
menyelidiki dan mengevaluasi sejauh mana
publik harus selalu berorientasi kepada
peran partisipasi publik dalam mengelola
kepentingan publik, bukan kepentingan pejabat
pemerintahan dengan penekanan pada
pemerintahan dan elit politik. Partisipasi publik
mewujudkan prinsip-prinsip Good
dalam pembuatan kebijakan publik merupakan
Governance. Dalam konteks ini, partisipasi
satu satunya cara untuk meyakinkan
publik merujuk pada keterlibatan aktif
masyarakat bahwa pembuatan kebijakan publik
masyarakat dalam proses pengambilan
dilakukan secara demokratis dan untuk
keputusan pemerintahan, baik melalui
kepentingan publik secara keseluruhan. Banyak
mekanisme resmi maupun nonresmi. Penerapan
keuntungan yang diperoleh, bagi masyarakat
Good Governance menjadi suatu kebutuhan
dan pemerintah jika pembuatan kebijakan
esensial bagi mayoritas penduduk guna
publik dilakukan secara demokratis.
menciptakan suatu sistem politik dan
Keuntungan pertama adalah adanya
pemerintahan yang lebih berorientasi pada
peningkatan kualitas kebijakan publik yang
kepentingan rakyat, sesuai dengan prinsip-
dihasilkan oleh pemerintah. Peningkatan
prinsip demokrasi secara universal. Konsep
kualitas kebijakan publik pada gilirannya
penerapan di suatu negara bukan sekadar tradisi
sangat menguntungkan bagi masyarakat yang
atau model pemerintahan baru dalam era
menjadi sasaran kebijakan publik tersebut,
globalisasi saat ini, tetapi mencerminkan makna
Kedua adalah mendatangkan keuntungan bagi
pemerintahan sebagai organisasi dinamis yang
masyarakat (Wagle, 2000). Partisipasi publik
perlu terus beradaptasi dalam kondisi tertentu.
dalam proses pembuatan kebijakan publik
Hal ini akan menjadikan konsep Good
menurut Smith dan Ingram (1993) juga akan
Governance sebagai dasar yang mendorong
memberi manfaat bagi pemerintah. Sebab
pemerintahan untuk selalu berubah demi
pemerintah akan menjadi lebih kuat dalam arti
memberikan pelayanan terbaik kepada
ada peningkatan kapasitas kelembagaan dalam
masyarakat secara menyeluruh.
pembuatan kebijakan yang akan berimplikasi
Keberhasilan penerapan Good pada peningkatan dukungan publik terhadap
Governance tidak hanya menjadi tanggung pemerintah, misalnya pemberian suara
jawab pemerintah semata, melainkan hasil dari pemilihan umum. Ilmuwan politik lainnya,
kerjasama antara pemerintah dan masyarakat. Sample (1993), Webler, Kastenho,Z, dan Renn
Menurut Wagle (2000), demokrasi hanya akan (1995) yang dikutip oleh Glicken (2000)
memiliki arti ketika warga negara sebagai mengatakan partisipasi publik dalam proses
stakeholders utama selalu dilibatkan dalam pembuatan keputusan akan mendatangkan
proses pembuatan seluruh jenis kebijakan keuntungan, yakni memberikan kontribusi

2
terhadap peningkatan kompetensi para pembuat METODE PENELITIAN
keputusan melalui pengembangan pembuatan
kebijakan yang berkualitas, memberikan Metode penelitian yang digunakan

legitimasi yang lebih besar terhadap keputusan- adalah metode penelitian kualitatif dengan

keputusan yang dibuat karena partisipasi publik teknik wawancara terstruktur. Metode

dapat meningkatkan akuntabilitas publik dalam penelitian kualitatif bersifat deskriptif analisis

proses pengambilan keputusan, serta dengan menonjolkan berbagai persepsi subjek.

memberikan citra positif sebagai suatu Penelitian kualitatif bertujuan untuk memahami

masyarakat demokratis. Oleh karena itu, perilaku, persepsi, motivasi, dan tindakan

pemahaman yang mendalam tentang subjek kemudian mendeskripsikan

bagaimana partisipasi publik dapat menggunakan kata-kata. Metode penelitian ini

ditingkatkan dan diarahkan untuk mendukung cenderung subjektif namun tetap berlandaskan

prinsip-prinsip Good Governance menjadi pada dasar teori dan rumusan masalah yang ada

sangat penting. Dalam kerangka ini, perlu untuk menjaga pokok bahasan agar tetap berada

dilakukan analisis rinci terkait faktor-faktor di dalam ruang lingkupnya (Zakariah et al.,

yang memengaruhi tingkat partisipasi publik, 2020).

mengidentifikasi hambatan yang mungkin


Wawancara merupakan cara
timbul, dan mengevaluasi dampak partisipasi
pengumpulan data paling umum pada metode
publik terhadap penyelenggaraan
penelitian kualitatif. Definisi wawancara
pemerintahan.
sendiri merupakan proses komunikasi yang

Melalui penelitian ini, diharapkan memiliki tujuan dengan pendekatan informal

dapat ditemukan temuan yang substansial untuk maupun formal. Wawancara dapat dilakukan

memberikan wawasan mendalam tentang secara lisan langsung, lisan jarak jauh, angket,

keterkaitan antara partisipasi publik dan kuisioner, maupun pendekatan secara personal

implementasi Good Governance. Dengan untuk mendapatkan informasi satu arah

pemahaman yang lebih mendalam mengenai (Makbul, 2021). Wawancara memiliki

peran masyarakat dalam proses pengambilan beberapa jenis, diantaranya terstruktur, tidak

keputusan pemerintahan, dapat dirumuskan terstruktur, informal, dan terfokus. Wawancara

strategi dan rekomendasi kebijakan yang dapat yang dipilih oleh peneliti adalah wawancara

meningkatkan peran partisipasi publik sebagai terstruktur yang mana merupakan wawancara

komponen integral dalam pembangunan dan dengan pertanyaan tepat dan pemilihan sampel

pemeliharaan pemerintahan yang berkualitas. target yang telah ditentukan sebelum


wawancara (Rachmawati, 2021).

Pada penelitian ini, dilakukan


wawancara terstruktur untuk memperoleh data.
Wawancara dilakukan secara terstruktur namun

3
dibebaskan metode wawancaranya, apakah Apakah ada keterkaitan dengan sila ke-2
online maupun secara lisan langsung. Terdapat Pancasila atau tidak? dan (8) Apakah penting
dua target spesifik wawancara, pertama, memahami sila ke-2 Pancasila dalam konteks
mahasiswa ITB mulai tahun kedua sebagai sense of belonging dalam proses kaderisasi?
pihak panitia kaderisasi yang telah merasakan
kaderisasi dan merancang suatu kaderisasi dan
kedua, mahasiswa TPB ITB sebagai pihak yang HASIL DAN PEMBAHASAN
belum, sedang, dan akan melakukan kaderisasi
di masa mendatang. Wawancara dua target ini A. Peserta Kaderisasi
bertujuan untuk mencari korelasi dan solusi
Hasil pembahasan ditulis berdasarkan
terkait stigma dan pandangan terhadap
hasil wawancara yang dilakukan pada
kaderisasi di ITB.Adapun pertanyaan yang
mahasiswa ITB dengan total responden
diajukan untuk pihak panitia kaderisasi,
sebanyak 4 orang. Mahasiswa yang menjadi
diantaranya: (1) Bagaimana definisi dan fungsi
target responden merupakan mahasiswa yang
kaderisasi menurut respondens? (2) Apakah ada
telah melewati masa kaderisasi baik organisasi
stigma negatif terkait kaderisasi dan bagaimana
maupun unit/kepanitian. Mahasiswa tersebut
respondens menyikapi stigma negatif tersebut?
diantaranya yaitu Fadhilah (Teknik Metalurgi
(3) Nilai-nilai apa saja yang ditanamkan selama
2020), Shinta (SITH-R 2023), Shilfina (SAPPK
proses kaderisasi? (4) Bagaimana metode yang
23), dan Esa (SITH-R 2023).
digunakan untuk mencapai nilai-nilai yang
ditanamkan selama proses kaderisasi? dan (5) a. Stigma Kaderisasi
Bagaimana hubungan antara nilai yang
ditanamkan dengan nilai-nilai pada sila Stigma merupakan perasaan atau

Pancasila? pemikiran yang dirasakan oleh seseorang


sebelum terjun dan menyelami hal yang
Sedangkan, pertanyaan yang diajukan akan dilakukan tersebut. Setiap orang
untuk peserta dan calon peserta kaderisasi, memiliki stigma yang berbeda dalam
diantaranya: (1) Bagaimana stigma dan merespon sesuatu. Stigma organisasi
pandangan respondens terhadap kaderisasi? (2) adalah evaluasi yang dilakukan dan sering
Bagaimana tanggapan akan stigma negatif yang kali diungkapkan oleh sejumlah khalayak
beredar terkait kaderisasi? (3) Apa saja hal yang sosial bahwa suatu organisasi atau
dirasakan selama kaderisasi? (4) Bagaimana serangkaian organisasi diremehkan,
dampak yang diberikan melalui proses didiskreditkan, atau dinodai dalam
kaderisasi? (5) Apakah respondens merasakan beberapa hal (Clark & Li, 2023).
mendapatkan sense of belonging dari kaderisasi
yang telah dilakukan? (6) Bagaimana definisi Diantara keempat responden, 4 dari

sense of belonging menurut respondens? (7) lima responden memiliki stigma negatif

4
terhadap kaderisasi. Kaderisasi dianggap individu (Sitinjak & Kadu, 2016).
suatu hal yang menyimpang atau buruk Seperti yang dikatakan oleh
karena cenderung keras dan menggunakan responden, kaderisasi itu belum tentu
intensi tinggi. Akan tetapi, stigma hanyalah bisa dianggap baik atau buruk,
suatu pemikiran yang timbul di benak tergantung bagaimana seseorang
seseorang sebelum orang tersebut meresponnya. Anggapan bahwa
merasakan apa yang sebenarnya. Stigma kaderisasi adalah sesuatu yang buruk
belum tentu benar atau salah, karena itu dan menakutkan, itu karena seseorang
hanya berdasarkan pikiran seseorang. Satu memiliki persepsi yang buruk
dari lima responden ada yang menjawab terhadap kaderisasi. Persepsi
bahwa kaderisasi itu belum tentu baik atau merupakan bagaimana individu
buruk. Hal ini tergantung bagaimana mengamati dunia luar dengan
respon seseorang dalam menerima sistem menggunakan alat inderanya
dan metode yang diterapkan dalam (Walgito, 2004). Persepsi adalah
kaderisasi. Kaderisasi akan dianggap buruk proses yang menyangkut masuknya
ketika seseorang tidak merespon kaderisasi pesan atau informasi ke dalam otak
tersebut dengan baik. Begitu pula manusia sehingga akan terjadi
sebaliknya, kaderisasi akan dianggap baik hubungan antara manusia dengan
ketika seseorang merespon kaderisasi lingkungannya melalui indera-
dengan baik. inderanya yaitu indera penglihatan,
pendengaran, peraba, perasa, dan
b. Faktor yang Mempengaruhi
penciuman (Slameto, 1995).

Pemikiran tentang baik buruknya Kaderisasi akan menjadi hal yang

kaderisasi itu muncul karena dipengaruhi buruk atau salah ketika seseorang

oleh beberapa faktor. Terdapat dua faktor memiliki persepsi yang buruk

yang mendasari yaitu faktor internal dan terhadap kaderisasi, serta menafsirkan

faktor eksternal: bahwa kaderisasi adalah hal yang


salah. Responden juga menuturkan
1. Faktor Internal bahwa ternyata setelah menjalani
masa kaderisasi, mereka merasa
Faktor internal merupakan
bahwa kaderisasi itu bukanlah suatu
faktor yang timbul dari dalam diri
yang buruk. Mereka menuturkan
seseorang misalnya persepsi,
bahwa setelah menjalani masa
pemikiran, karakter, dan mentalitas.
kaderisasi, persepsi mereka berubah,
Faktor Internal adalah faktor yang
ternyata kaderisasi tidak seperti apa
berasal dari dalam diri individu dan
yang mereka bayangkan. Pikiran,
dapat mempengaruhi hasil belajar
stigma dan persepsi buruk akan

5
kaderisasi tersebut ternyata adalah kaderisasi misalnya merubah pola
salah. pikir, mendapat banyak teman dan
relasi, menjadi pribadi yang lebih baik,
Selain itu, mentalitas dan melatih skill manajemen waktu.
merupakan salah satu faktor yang
2. Faktor Eksternal
menimbulkan stigma buruk pada
kaderisasi. Mentalitas peserta Faktor eksternal merupakan
kaderisasi menentukan bagaimana faktor yang dipengaruhi oleh
respon mereka terhadap kaderisasi. lingkungan luar atau dari luar diri
Kaderisasi akan dianggap suatu hal seseorang. Faktor eksternal adalah
baik jika saat itu mental para peserta faktor yang berasal dari luar seseorang
kaderisasi sedang dalam kondisi baik. (Rooijakkers, 2000). Stigma buruk
Kesehatan mental yang baik adalah akan kaderisasi dapat dipengaruhi oleh
kondisi ketika batin kita berada dalam faktor eksternal, misalnya karena
keadaan tentram dan tenang, sehingga pengaruh orang lain atau karena
memungkinkan kita untuk menikmati kondisi lingkungan atau budaya yang
kehidupan sehari-hari dan menghargai melekat pada suatu daerah. Pengaruh
orang lain di sekitar (Kemenkes, orang lain memiliki dampak yang
2018). Kondisi mental yang baik besar dalam persepsi seseorang.
mampu membuat seseorang menjadi Pengaruh merupakan kekuasaan yang
menghargai orang lain, sehingga tidak mengakibatkan perubahan perilaku
akan mudah menyimpulkan sesuatu orang lain atau kelompok lain (Sitinjak
yang tidak dia sukai adalah hal yang & Kadu, 2016). Apabila seseorang
buruk. Hal ini karena mereka memberikan pengaruh buruk pada
berpikiran positif akan kaderisasi. seseorang, biasanya seseorang
Pikiran positif akan kaderisasi dapat cenderung tergerus dan mengikuti
diwujudkan dengan memikirkan hal- pengaruh tersebut. Apabila ada
hal positif dari kaderisasi, misalnya seseorang yang memberi pengaruh
pikiran positif akan serunya kegiatan bahwa kaderisasi adalah hal yang
kaderisasi dan menganggap bahwa buruk, seseorang yang belum terjun
kaderisasi adalah hal yang menantang dalam kaderisasi tersebut akan
bagi mereka. Dengan metalitas yang percaya dan akhirnya menganggap
baik, seseorang pasti akan merasakan bahwa kaderisasi adalah hal yang
impact yang dia didapatkan setelah salah.
mengikuti suatu kegiatan. Responden
menuturkan bahwa mereka merasakan
impact atau manfaat setelah mengikuti

6
Selain itu, lingkungan atau c. Keterkaitan Sense of Belonging
budaya yang melekat pada diri dengan Pancasila ke-2 (Berdasarkan
seseorang juga menjadi salah satu Hasil Wawancara)
faktor timbulnya stigma buruk.
Sense of belonging merupakan
Metode dalam kaderisasi dapat
perasaan suatu individu terhadap rasa
dianggap buruk ketika tidak sesuai
diterima atau layak berada dalam suatu
dengan budaya yang melekat pada
bagian baik organisasi atau wilayah.
seseorang. Misalnya budaya di Suku
Berdasarkan hasil wawancara, keempat
Sunda tentu ada beberapa yang
responden menjawab sense of belonging
berbeda dengan Suku Jawa. Budaya
adalah rasa diterima, keterikatan,
adalah faktor yang mendasar dalam
kepemilikkan, dan kekeluargaan. Hal-hal
pembentukan norma-norma yang
tersebut dirasakan sebagai bentuk dari
dimiliki seseorang yang kemudian
sense of belonging. Sense of belonging
membentuk atau mendorong
menurut Goodenaw adalah rasa
keinginan dan perilaku seseorang,
penerimaan, dihargai, merasa termasuk
budaya dalam hal ini meliputi hal-hal
atau terlibat, mendapatkan dorongan dari
yang dapat dipelajari dari keluarga,
orang lain dan lingkungannya, serta
tetangga, teman, guru maupun tokoh
perasaan bahwa dirinya adalah bagian
masyarakat (Iskandar, 2015).
yang penting dan berharga dalam aktifitas
Perbedaan budaya inilah yang
maupun kehidupan kelompok (Shofi,
melahirkan perbedaan persepsi dan
2019). Dalam keterkaitan sense of
stigma seseorang dalam menilai
belonging dan Pancasila sila ke-2, keempat
apakah suatu kaderisasi itu baik atau
responden menjawab adanya keterkaitan
buruk. Biasanya, kaderisasi akan
seperti rasa saling menghargai, adil dan
dianggap baik ketika sesuai dengan
beradab, serta rasa kemanusian yang
budaya dan norma yang berkembang
memicu hubungan yang sehat, rasa
di masyarakat tersebut. Begitu pula,
kekeluargaan yang meningkat, dan
kaderisasi akan dianggap buruk ketika
keterikatan sesama anggota dalam
tidak sesuai atau menyimpang dari
organisasi. Hal-hal itu merupakan bentuk
nilai dan budaya yang diajarkan di
sense of belonging sehingga sense of
lingkungan masyarakat tersebut.
belonging dan Pancasila ke-2 mempunyai
kaitan seperti yang diketahui bahwa
pancasila ke-2 menerapkan saling
menghargai satu sama lain, tidak boleh
melakukan diskriminasi, serta menjaga
adab dan etika pergaulan dalam

7
melakukan segala aktivitas (Sutadi et al., mahasiswa ITB, yaitu Faqih (Rekayasa
2023). Infrastruktur Lingkungan 2021), Amy
(Rekayasa Infrastruktur Lingkungan 2019),
d. Keterkaitan Kegiatan Kaderisasi
Tarida (Teknik Dirgantara 2015), Amanda Lyra
dengan Sila ke-2 Pancasila
Kalista Sahab (Manajemen 2020) sebagai

Kaderisasi adalah tahap awal panitia kaderisasi 8eh, dan Shinta Puspita (

pembentukkan karakter dan sifat pada Teknologi Pascapanen 2022) sebagai panitia

seorang individu sebelum memasuki suatu kaderisasi Gamais dan panitia lapangan TPB

lembaga atau organisasi. Dengan Cup.

kaderisasi ini memunculkan perilaku


a. Tujuan dan Arti Kaderisasi
saling menghargai, menjaga adab dan etika
pergaulan yang memicu rasa sense of Kaderisasi dalam sebuah
belonging. Maka itu, penerapan Pancasila organisasi adalah suatu hal yang sangat
ke-2 akan membawa suatu individu penting bagi keberadaan dan
merasakan sense of belonging dalam keberlanjutan organisasi. Kaderisasi
kaderisasi yang merupakan salah satu merupakan suatu sarana untuk dapat
tujuan dari kaderisasi. Dalam hasil memahami visi dan orientasi dan dapat
wawancara, keempat responden dijalankan oleh kader dan pengkader.
mengatakan bahwa kaderisasi ini memiliki Dari kaderisasi, kita dapat melihat baik
kaitan dengan Pancasila ke-2 karena buruknya dan langgengnya organisasi.
kaderisasi membawa rasa kekeluargaan Jika tidak serius dalam melaksanakan
atau penerapan Pancasila ke-2 lainnya kaderisasi yang sistematis, berjenjang,
sehingga sense of belonging itu muncul. berkelanjutan, dan masif, maka suatu
Maka, kaderisasi ini dapat membentuk organisasi akan mati secara perlahan-
rasa kekeluargaan, keterikatan, dan lahan karena minimnya jumlah dan
interaksi yang baik. Selain itu, dengan sifat kualitas kader (Rusydi, 2014).
beradab juga dapat membuat hubungan Kaderisasi adalah suatu wadah untuk
yang sehat antar anggota sehingga mengenalkan budaya, nilai-nilai, visi
membuat suatu individu merasa misi, program, dan organisasi tersebut.
penerimaan yang tinggi dalam organisasi Kaderisasi juga dilakukan untuk
tersebut. membangun hubungan antar anggota
dan untuk memastikan keberjalanan
B. Panitia Kaderisasi
dan keberlanjutan suatu organisasi.

Hasil dan pembahasan yang dilakukan


oleh para peneliti ini didasarkan pada hasil Suatu kaderisasi dapat dinilai

wawancara dengan total 5 responden baik jika dijalankan sesuai dengan

8
esensi kaderisasi dan didasarkan nilai- b. Keterkaitan Sense of Belonging
nilai kemanusiaan dan keadilan. dengan Kaderisasi
Kaderisasi juga memerlukan batasan
1. Hubungan Sense of Belonging
tertentu agar tidak terjadi hal yang tidak
dalam Kaderisasi
mengenakkan dan menimbulkan
stigma negatif. Adanya stigma negatif Kaderisasi umumnya
yang muncul bisa diakibatkan karena merupakan suatu pembekalan dari
kurang pahamnya kader tentang makna suatu organisasi atau kepanitiaan bagi
kaderisasi tersebut. Selain itu, stigma peserta yang tujuannya positif. Adanya
negatif juga bisa muncul karena kurang kaderisasi ini tidak terlepas dari
tepatnya pelaksanaan kaderisasi dari rangkaian kegiatannya, seefektif apa
pengkader. kegiatan yang ada agar kaderisasi ini
Berdasarkan respon dari lima bisa berdampak bagi para pesertanya.
responden tentang “bagaimana Para panitia dari kaderisasi sendiri akan
tanggapan tentang adanya stigma merangkai berbagai kegiatan yang
negatif” didapatkan hasil bahwa sekiranya efektif untuk diterima
biasanya stigma negatif muncul karena dengan baik oleh para peserta. Salah
adanya cerita-cerita terdahulu dan satu nilai yang ada dalam rangkaian
biasanya tentang ajang balas dendam kegiatan kaderisasi ini yaitu sense of
pengkader. Walaupun memang benar belonging. Menurut jawaban
terkadang stigma negatif itu benar responden dari pihak panitia maupun
terjadi, namun sebagian besar hal peserta merasa nilai sense of belonging
tersebut tidaklah benar karena memang penting untuk dikembangkan
kaderisasi dijalankan atas batasan- dalam kaderisasi. Sense of belonging
batasan tertentu dan sesuai dengan merupakan hal yang penting, karena
esensi kaderisasi. Untuk meminimalisir peserta akan merasa aman, nyaman,
adanya stigma negatif, diharapkan jika dan termotivasi untuk terlibat dalam
kader merasa ada hal yang dirasa organisasi atau kepanitiaan yang dituju.
kurang perlu dilakukan atau dirasa Dalam penelitian menunjukkan bahwa
tidak nyaman untuk disampaikan ke sense of belonging ini akan
pengkader agar pengkader bisa berhubungan dengan persepsi peserta
membuat metode kaderisasi yang lebih terhadap lingkungan dan pengalaman
tepat dan kader merasa lebih nyaman emosional mereka di lingkungan
dalam proses kaderisasi. tersebut (O’Meara et al., 2017).

9
2. Cara Menumbuhkan Sense of kaderisasi yang ideal dan sesuai dengan
Belonging esensinya sudah berhasil tercapai.

Cara untuk menumbuhkan 2. Sila Kedua Pancasila


sense of belonging bisa diciptakan
Dari sekian banyak nilai yang
dengan berbagai cara. Pertama yaitu
dikandung dalam sila kedua pancasila,
dengan menciptakan hubungan yang
nilai utama yang sering dan selalu ada
harmonis serta kondusif antara suatu
pada kegiatan kaderisasi adalah
organisasi dengan anggotanya
penurunan sikap Sense of Belonging.
(Aggraeni, 2017). Kemudian bisa
Secara singkat sense of belonging
dilakukan dengan berbagai kegiatan
adalah rasa memiliki sehingga dapat
kelompok untuk menciptakan rasa
meningkatkan kepedulian antar
memiliki serta dinamika antar anggota
anggota yang berarti hal ini sejalan
yang kuat. Lalu dengan
dengan makna dari sila kedua
menyinkronkan perspektif serta latar
pancasila. Dengan kata lain Sense of
belakang berbeda untuk mencapai
Belonging adalah representasi dari sila
tujuan organisasi atau kepanitiaan yang
kedua Pancasila.
jelas. Maka dari itu penting sekali nilai
sense of belonging diterapkan dalam 3. Hubungan Kaderisasi dengan Sila
kegiatan kaderisasi. Kedua Pancasila

c. Hubungan Kaderisasi dengan Sejalan dengan tujuan dan


Lingkungan pengertian dari kaderisasi dan makna
sila kedua pancasila maka dapat
1. Kaderisasi
dihubungkan, bahwasanya kegiatan
Seperti yang sudah dijelaskan kaderisasi ini dilakukan karena dasar
pada sub-bab sebelumnya, tujuan untuk menumbuhkan sikap sense of
kaderisasi adalah untuk mendidik dan belonging yang merupakan
menurunkan nilai-nilai positif terhadap representasi dari sila kedua pancasila.
para peserta kaderisasi yang sesuai dan Kegiatan kaderisasi ini disusun
sejalan dengan nilai-nilai pancasila. berdasarkan nilai-nilai pancasila yang
Suatu kaderisasi dapat berhasil dicapai tentunya tidak hanya untuk kesuksesan
jika tujuannya pun tercapai, sehingga acara, namun lebih dari itu, untuk
jika para peserta kaderisasi paham dan membantu di kehidupan sehari-hari.
memaknai setiap nilai yang diberikan
Hal ini pun sesuai dengan
panitia yang mana hal tersebut adalah
pendapat yang berdasarkan dengan
nilai dari pancasila, maka proses

10
kenyataan kegiatan kaderisasi secara SIMPULAN
nyata di lingkungan kampus ITB. Di
mana dari 5/5 responden wawancara Menurut peserta, kaderisasi memiliki

yang merupakan panitia aktif dalam stigma negatif walaupun mengakui bahwa

keberjalanan kaderisasi unit ataupun stigma tersebut tergantung pada tanggapan

kepanitiaan di ITB mengatakan bahwa awal peserta terhadap kegiatan tersebut. Stigma

kaderisasi dan sila kedua pancasila tersebut dipengaruhi oleh faktor internal yang

memiliki hubungan yang nyata. meliputi persepsi, pemikiran, karakter, dan

Menurut responden, Setelah peserta mentalitas serta faktor eksternal yang meliputi

kader lulus dari suatu kaderisasi lingkungan dan sugesti sesama. Menurut

dengan telah memenuhi standar peserta, sense of belonging adalah rasa

tertentu, peserta kader tersebut secara keterikatan, kepemilikan, dan kekeluargaan.

tidak sadar akan selalu memiliki sifat Keterkaitan sense of belonging dengan sila

simpati dan empati terhadap sesama. kedua Pancasila termuat dalam nilai-nilai saling

Sehingga, jika dihadapkan dengan menghargai, adil dan beradab, serta rasa

permasalahan di suatu kondisi, mereka kemanusian yang memicu hubungan yang

secara natural akan menangani ini sehat, rasa kekeluargaan yang meningkat, dan

dengan asas keadilan. Selain dari sisi keterikatan sesama anggota dalam organisasi.

kemanusiaan, kaderisasi juga Kaderisasi memiliki kaitan dengan sila kedua

menitikberatkan kegiatannya untuk Pancasila karena mampu membawa rasa

menjadikan para kader atau peserta kekeluargaan dan keterikatan, sehingga mampu

kaderisasi dapat beradab dengan menumbuhkan rasa sense of belonging.

mematuhi peraturan-peraturan yang


Menurut panitia, kaderisasi penting
ada.
bagi keberlanjutan organisasi karena menjadi

Maka didapatkan benang sarana untuk meneruskan nilai dan budaya.

merah dari ketiga hal yang selalu kita Kaderisasi dapat dinilai baik jika dijalankan

bahas, yaitu Kaderisasi, Sila Kedua sesuai dengan esensi kaderisasi dan didasarkan

Pancasila, dan Sense of Belonging. nilai-nilai kemanusiaan dan keadilan. Stigma

Bahwasanya, Kegiatan kaderisasi yang negative terhadap kaderisasi dapat terjadi

sudah menjadi budaya umum karena kurangnya pemahaman terhadap

khususnya di lingkungan kampus ITB kaderisasi. Menurut panitia, terdapat

dilandaskan dengan tujuan salah keterkaitan antara kaderisasi dengan sila kedua

satunya untuk membangun Sense of Pancasila. Dengan tumbuhnya sense of

Belonging, yang berarti kegiatan belonging, melalui kaderisasi, kader yang telah

kaderisasi tersebut berlandaskan nilai- memenuhi standar tertentu mampu

nilai Pancasila khususnya sila Kedua. menyelesaikan masalah bersama-sama dengan

11
mengedepankan rasa keadilan dan Lala, A. (2019). Implementasi Nilai
kemanusiaan. Kemanusiaan Yang Adil Dan Beradab Dalam
Pembangunan Hukum Pidana Nasional. Syntax
Literate; Jurnal Ilmiah Indonesia, 4(5).

DAFTAR PUSTAKA Makbul, M. (2021). Metode


pengumpulan data dan instrumen penelitian.
Anggraeni, D. (2017). Hubungan
[Pemenuhan Tugas Makalah]. UIN Alauddin
Antara Aktivitas Membaca Majalah Internal
Makassar.
Dan Sense of Belonging Anggota Organisasi
(Studi Pada Anggota Polda Lampung Sebagai O'Meara, K., Griffin, K. A., Kuvaeva,
Pembaca Majalah Internal Tribrata News). A., Nyunt, G., & Robinson, T. N. (2017). Sense
of belonging and its contributing factors in
Clark, K., & Li, Y. (2023).
graduate education. International Journal of
Organizational event stigma: typology,
Doctoral Studies, 12, 251-279.
processes, and stickiness. Journal of Business
Ethics, 186(3), 511-530. Rachmawati, I. N. (2007).
Pengumpulan data dalam penelitian kualitatif:
Gultom, A. F. (2016). Enigma
wawancara. Jurnal Keperawatan Indonesia,
Kejahatan Dalam Sekam Filsafat Ketuhanan.
11(1), 35-40.
Intizar, 22(1).
Https://Doi.Org/10.19109/Intizar.V22i1.542 Rusydi, M. (2014, Desember 23).
Memaknai pengkaderaan sebagai jantungnya
Iskandar, D. (2015). Pengaruh Faktor
organisasi. dakwatuna.com.
Budaya, Sosial, Individu Dan Psikologis
https://www.dakwatuna.com/2014/12/23/6182
Terhadap Keputusan Konsumen Membeli Di
6/memaknai-pengkaderaan-sebagai-
Indomaret. Kelola, 2(3), 44-60.
jantungnya-organisasi/#axzz8KoBkfZ3q
Kementerian Kesehatan Republik [diakses Desember 13 2023 1:36 PM]
Indonesia. (2018, Juni 08). Pengertian
Sarosa, S. (2021). Analisis data
kesehatan mental. ayosehat.kemkes.go.id.
penelitian kualitatif. Pt Kanisius.
https://ayosehat.kemkes.go.id/pengertian-
kesehatan- Shofi, N. L. (2019) Tingkat sense of
mental#:~:text=Kesehatan%20mental%20yang belonging pada orang tua yang memiliki anak
%20baik%20adalah,menghargai%20orang%2 berkebutuhan khusus (studi kasus di SLB Bina
0lain%20di%20sekitar. [diakses Desember 12 Harapan Desa Paji Kecamatan Pucuk
2023 3:50 PM]. Kabupaten Lamongan Propinsi Jawa Timur)
[Skripsi sarjana, IAIN Kediri]. E-Theses IAN
Kediri. http://etheses.iainkediri

12
Sitinjak, L., & Kadu, A. U. (2016).
Faktor Internal Dan Eksternal Yang
Mempengaruhi Kesulitan Belajar Mahasiswa
Semester IV Akper Husada Karya Jaya Tahun
Akademik 2015/2016. Jurnal Akademi
Keperawatan Husada Karya Jaya, 2(2), 23-27.

Slameto, Belajar dan Faktor-faktor


Yang Mempengaruhinya, Jakarta, Rineka
Cipta, 1995.

Sutadi, A. I. S., Irsan, M. M. F., Aulia,


M. S., Az-Zahra, N., Susanti, S., & Nugraha, D.
M. (2023). Rendahnya penerapan sila ke-2
pancasila dalam penggunaan media sosial
tiktok. JAGADDHITA: Jurnal Kebhinnekaan
dan Wawasan Kebangsaan, 2(2), 11-21.

Walgito, B. (2004). Pengantar


Psikologi Umum. Andi Ofset.

Zakariah, M. A., Afriani, V., &


Zakariah, K. M. (2020). Metodologi penelitian
kualitatif, kuantitatif, action research, research
and development (R n D). Yayasan Pondok
Pesantren Al Mawaddah Warrahmah Kolaka.

13

Anda mungkin juga menyukai