PEMERINTAH DAERAH
Dosen Pengajar :
Disusun Oleh :
FAKULTAS HUKUM
2017
1
PRAKATA
Makalah Hukum Tata Negara ini telah saya susun dalam rangka
memenuhi tugas kuliah dengan judul “HUBUNGAN KEKUASAAN DALAM
PENYELENGGARAAN PEMERINTAH DAERAH”, yang dibimbing oleh Dr.
Martitah, M.Hum. Untuk itu kami sangat bersyukur kepada Allah SWT yang telah
memberikan kelancaran bagi saya.
Saya menyadari sepenuhnya bahwa masih ada kekurangan baik dari segi
susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena itu, dengan tangan terbuka
saya menerima segala saran dan kritik dari pembaca agar saya dapat memperbaiki
makalah ini.
Akhir kata, saya berharap semoga Makalah Hukum Tata Negara dengan
judul “HUBUNGAN KEKUASAAN DALAM PENYELENGGARAAN
PEMERINTAH DAERAH” ini dapat memberikan manfaat dan pengalaman bagi
pembaca.
Penulis
2
DAFTAR ISI
Halaman sampul…………………………………………………………………1
PRAKATA………………………………………………………………………2
DAFTAR ISI…………………………………………………………………….3
BAB I : PENDAHULUAN
1. Latar Belakang……………………………………………………….4
2. Rumusan Masalah……………………………………………………5
3. Tujuan………………………………………………………………..5
BAB II : PEMBAHASAN
1. Kesimpulan…………………………………………………………..13
2. Saran…………………………………………………………………14
DAFTAR PUSTAKA……………………………………………………………15
3
BAB I
PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
4
2. Rumusan Masalah
1) Bagaimana Pola Hubungan Antara Eksekutif Daerah dan Legislatif
Daerah ?
2) Bagaimana Pola Pembagian Kekuasaan Antara Pemerintah Pusat
dan Daerah ?
3. Tujuan
5
BAB II
PEMBAHASAN
1
Martitah. 2013. Mahkamah Konstitusi Dari Negative Legislature ke Positive Legislature?.
Jakarta. Konstitusi Press. Hlm. 1.
2
Ibid., hlm.2.
6
negara, apakah negara tersebut menerapkan sistem pemerintahan parlementer atau
sistem presidensiil.
3
Najih, Muhammad, dan Soimin. 2013. Pengantar Hukum Indonesia. Malang. Setara press. Hlm.
138.
4
Martitah. Hak Konstitusional Masyarakat Hukum Adat dan Perwujudan The Living Constitution.
Jurnal Hukum. Vol. 1. No. 1. November. 2012. Hlm. 38.
5
Najih, Muhammad, dan Soimin. Op.Cit. hlm. 139.
7
berdasarkan keinginan dan harapan masyarakat serta memperhatikan
aturan hukum yang ada.
Pada dasarnya pembagian pola hubungan antara eksekutif dan legislatif dapat
dibedakan menjadi dua kategori yaitu :
8
B. Pola Hubungan Kemitraan
Pola hubungan dua arah ini dimiliki oleh lembaga eksekutif dan
lembaga legislatif berdasarkan peraturan perundang-undangan yang
memberikan kewenangan yang bersifat partnership. Jelasnya pola
hubungan timbal balik ini memberikan kewenangan yang seimbang antara
lembaga eksekutif dan legislatif di dalam menjalankan roda pemerintahan
daerah sebagai implementasi dari otonomi yang memberikan kekuasaan
desentralisasi kepada daerah.
6
Asshiddiqie, Jimly. 2015. Pengantar Ilmu Hukum Tata Negara. Jakarta. Rajawali Pers. Hlm. 294
7
Martitah. 2013. Mahkamah Konstitusi Dari Negative Legislature ke Positive Legislature?.
Jakarta. Konstitusi Press. Hlm. 33.
8
Martitah. Hak Konstitusional Masyarakat Hukum Adat dan Perwujudan The Living Constitution.
Jurnal Hukum. Vol. 1. No. 1. November. 2012. Hlm. 39.
9
A. Hubungan Perundang-undangan
B. Hubungan Anggaran
C. Hubungan Pengawasan
10
2. Pola Pembagian Kekuasaan Antara Pemerintah Pusat dan Daerah
11
Daerah (Provinsi dan Kabupaten/Kota) maka disusunlah criteria yang
meliputi :
1. Kriteria Eksternalitas
2. Kriteria Akuntabilitas
3. Kriteria Efisiensi
12
pemerintah daerah sesuai dengan pembagian tugas kekuasaan
dalam hubungan pemerintah pusat dan daerah.
BAB III
PENUTUP
1. Kesimpulan
Reformasi hukum dan konstitusi yang dimulai tahun 1998 banyak
mengubah wajah Indonesia, khususnya hukum ketatanegaraan. Perubahan
itu kemudian memperlihatkan bahwa Indonesia mengadopsi prinsip-
prinsip baru dalam sistem ketatanegaraan, antara lain prinsip “pemisahan
kekuasaan” dan “checks and balances” yang menggantikan prinsip
supremasi parlemen yang dianut sebelumnya.
13
Penyelenggaraan desentralisasi mensyaratkan pembagian urusan
pemerintahan antara pemerintah dan daerah otonom. Ada enam bidang
yang hanya menjadi urusan pemerintah pusat yaitu politik luar negeri,
pertahanan, keamanan, yudisial, moneter, dan agama. Selain kewenangan
tersebut di atas, maka kewenangan dalam penyelenggaraan pemerintahan
akan dilaksanakan oleh pemerintah daerah baik berdasarkan tugas
pembantuan maupun berdasarkan kebijakan otonomi daerah.
Disamping itu, terdapat sebagian urusan pemerintahan yang
bersifat concurrent artinya urusan pemerintahan yang penanganannya
dalam bidang tertentu dapat dilaksanakan bersama antara pemerintah pusat
dan pemerintah daerah.
2. Saran
14
DAFTAR PUSTAKA
15