Anda di halaman 1dari 35

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Keluarga merupakan lembaga pertama dalam kehidupan anak tempat anak
belajar dan bersosialisasi dimana umumnya anak melakukan interaksi yang
intim. Keluarga adalah sekumpulan orang yang dihubungkan oleh ikatan
perkawinan, adopsi, kelahiran yang bertujuan menciptakan dan
mempertahankan budaya yang umum, meningkatkan perkembangan fisik,
mental, emosional dan sosial dari tiap anggota keluarga (Duval, 1972 dalam
Setiadi 2008). Sedangkan menurut Achiar, (2010) keluarga adalah suatu sistem
sosial yang berisi dua atau lebih orang yang hidup bersama yang mempunyai
hubungan darah perkawinan atau adopsi, tinggal bersama dan saling
menguntungkan, mempunyai tujuan bersama, mempunyai generasi penerus,
saling pengertian, dan saling menyayangi.
Pada keluarga terdapat tahap perkembangan dan tugas perkembangan.
Tahap perkembangan keluarga menurut teori Duval 1985 dalam Setiadi (2008)
dibagi dalam delapan tahap perkembangan, yaitu keluarga baru (Berganning
Family), keluarga dengan anak pertama < 30 bulan (Childbearing), keluarga
dengan anak pra sekolah, keluarga dengan anak usia sekolah (6-13 tahun),
keluarga dengan anak remaja (13-20 tahun), keluarga dengan anak dewasa
(anak pertama meninggalkan rumah), keluarga usia pertengahan (Midlle Age
Family), dan keluarga lanjut usia.
Asuhan keperawatan keluarga merupakan rangkaian kegiatan yang
diberikan melalui praktik keperawatan keluarga. Adapun kriteria keluarga
yang harus mendapatkan asuhan keperawatan keluarga adalah keluarga yang
dalam tahap perkembangan keluarga, misalnya keluarga dengan pasangan
baru (Berganning family) / keluarga pemula. Berganning family atau yang
biasa kita sebut keluarga dengan pasangan baru merupakan tahap
pembentukan keluarga melalui ikatanpernikahan. Pada keluarga tahap ini
perlu diberikan asuhan keperawatan keluarga karena pada tahap ini rentan
terhadap masalah kesehatan.

1
Di Indonesia angka pernikahan usia muda sangat tinggi dan mendapat
perhatian dari pemerintah. Kondisi yang seperti ini sangat memperihatinkan,
karena memicu terjadinya angka perceraian. Perkawinan dini di Indonesia
tercatat sangat banyak, yakni 34,5% dari total perkawinan di seluruh Indonesia
yang berjumlah antara 2-2.5 juta pasangan setiap tahunnya, (www.Kpai.go.id
di unduh pada 6 Juli 2012). Pada tahun 2009 presentase pernikahan usia muda
mencapai 41,33 % dan mengalami kenaikan sebesar 50% pada tahun 2010
(Riskesdas 2010).

1.2 Tujuan Penulisan


1.2.1 Tujuan Umum
Untuk Mengetahui tentang Asuhan Keperawatan Keluarga Dengan
Tahap Perkembangan Pasangan Baru
1.2.2 Tujuan Khusus
1. Untuk Mengetahui tentang Defenisi Keluarga
2. Untuk Mengetahui tentang Tahap Perkembangan Keluarga
3. Untuk Mengetahui tentang Tugas Kesehatan Keluarga
4. Untuk Mengetahui tentang Keperawatan Keluarga
5. Untuk Mengetahui tentang Keluarga Baru Menikah
6. Untuk Mengetahui tentang Batasan Keluarga Baru Menikah
7. Untuk Mengetahui tentangTugas Keluarga Baru Menikah
8. Untuk Mengetahui tentang Masalah Keluarga Baru Menikah
9. Untuk Mengetahui tentang Fokus Pengkajian Data Keluarga Baru
Menikah
10. Untuk Mengetahui tentang Diagnosa Yang Sering Muncul
11. Untuk Mengetahui tentang Intervensi

2
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Definisi Keluarga


Salvicion G. Bailon & Aracelis Maglaya (1978) keluarga adalah
kumpulan dua orang atau lebih individu yang bergabung karena hubungan
darah, perkawinan, atau adopsi, hidup dalam satu rumah tangga, saling
berinteraksi satu sama lainnya dalam perannya dan menciptakan dan
mempertahankan suatu budaya. Sedangkan, menurut Ferry Efendi &
Makhfudli (2009) keluarga merupakan unit terkecil dalam masyarakat yang
menjadi klien (penerima) asuhan keperawatan. Menurut Ferry Efendi &
Makhfudli (2009) dalam bukunya menyebutkan bahwa keluarga memiliki
karakteristik sebagai berikut:
a. Terdiri ≥ 2 orang yang diikat oleh hunbungan darah, perkawinan atau
adopsi.
b. Anggota keluarga biassanya hidup bersama atau jika terpisah merka tetap
memperhatikan satu sama lain.
c. Anggota keluarga berinteraksi satusama lain dan masing-masing
mempunyai peran sosial seperti peran suami, ibu, anak, kakak, dan adik.
d. Mempunyai tujuan menciptakan dan mempertahankan budaya serta
meningkatkan perkembangan fisisk, psikologis, dan sosial anggota
keluarga yang lain.

2.1.1 Tahap perkembangan


Ada perbedaan pembagian tahap perkembangan menurut Carter & McGoldrick
(1989) dan Duvall (1985).
Carter & Mcgoldrick Duvall
(family theraphy perspective, (sociological perspective, 1985)
1989)
1. Keluarga antara: masa bebas Tidak diidentifikasikan karena periode
(pacaran) dewasa muda. waktu antara dewasa dan menikah tak
dapat ditentukan
2. Terbentuknya keluarga baru
1. Keluarga baru menikah
melalui suatu perkawinan
3. Keluarga yang memiliki anak
2. Keluarga dengan anak baru lahir (usia

3
usia muda (anak usisa bayi – anak tertua – 30 bulan)
3. Keluarga dengan anak prasekolah
usia sekolah)
(usia anak tertua 2.5 tahun – 5 tahun)
4. Keluarga dengan anak usia sekolah
(usia anak tertua 6-12 tahun)
4. Keluarga yang memiliki anak
5. Keluarga dengan anak remaja (usia
dewasa anak tertua 13-20 tahun)
5. Keluarga yang mulai melepas
6. Keluarga mulai melepas anak sebagai
anaknya untuk keluar rumah dewasa (anak-anaknya mulai
meninggalkan rumah)
7. Keluarga yang hanya terdiri dari
orang tua saja
6. Keluarga lansia 8. Keluarga lansia

2.1.2 Tugas Kesehatan Keluarga


Menurut Bailon dan Maglaya (1998) yang menyatakan bahwa tugas
kesehatan keluarga adalah sebagai berikut:
a. Mengenal masalah kesehatan
b. Membuat keputusan tindakan yang tepat
c. Memberi perawatan pada anggota keluarga yang sakit
d. Memodifikasi lingkungan atau menciptakan susana rumah yang sehat
e. Merujuk pada fasilitas kesehatan masyarakat.

2.2 Keperawatan keluarga


Terdapat beberapa prinsip yang perlu diperhatikan dalam memberikan
asuhan keperawatan kesehatan keluarga, antara lain:
a. Keluarga sebagai unit atau satu kesatuan dalam pelayanan kesehatan
b. Dalam memberikan asuhan keperawatan kesehatan keluarga, sehat
merupakan tujuan utama.
c. Asuhan keperawatan yang diberikan sebagai sarana dalam mencapai
peningkatan kesehatan keluarga.
d. Dalam memberikan asuhan keperawatan kesehatan keluarga, peran
melibatkan seluruh peran aktif keluarga dalam merumuskan masalah dan
kebutuhan keluarga dalam mengatasi masalah kesehatan
e. Lebih mengutamakan kegiatan yang bersifat promotif dan preventif
dengan tidak mengabaikan upaya kuratif dan rehabilitatif.
f. Perawat memanfaatkan sumberdaya semaksimal mungkin untuk
pemberian asuhan kepperawatan

4
g. Sasaranya adalah anggota keluarga secara keseluruhan
h. Pendekatan pemecahan masalah menggunakan proses keperawatan
i. Kegiatan asuhan keperawatan dalam hal ini adalah penyuluhan kesehatan
dan asuhan keperawatan dasar atau perawatan di rumah
j. Diutamkan keluarga yang resiko tinggi.

2.3 Keluarga Baru Menikah


Keluarga baru adalah saat masing-masing individu laki-laki (suami) dan
perempuan (istri) membentuk keluarga melalui perkawinan yang sah dan
meninggalkan keluarga masing-masing (Setiadi, 2008). Meninggalkan
keluarga bisa berarti psikologis karena kenyataannya banyak keluarga baru
yang masih tinggal dengan orang tuanya. Dua orang yang membentuk
keluarga baru membutuhkan penyesuaian peran dan fungsi. Masing-masing
belajar hidup bersama serta beradaptasi dengan kebiasaan sendiri dan
pasangannya, misalnya makan, tidur, bangun pagi dan sebagainya (Leny,
2010). Fase ini dimulai dari saat perkawinan hingga istri hamil. Fase ini
merupakan masa tersulit dalam kehidupan perkawinan, angka perceraian
tinggi pada bulan-bulan awal hingga tahun pertama perkawinan. Pasangan
juga harus melakukan penyesuaian kepuasan (mutually satisfactory
adjustment) sejak awal perkawinan Keadaan akan makin sulit jika pasangan
juga harus melakukan penyesuaian di luar hubungan dengan suami/isterinya,
misal : melanjutkan sekolah, tugas luar kota, mobilitas tinggi, tergantung
kepada orangtua (tempat tinggal, finansial), hubungan dengan keluarga besar.
Menurut pendapat Dawn J. Lipthrott, LCSW, seorang psikoterapis dan
juga marriage and relationship educator and coach, dia mengatakan bahwa
ada lima tahap perkembangan dalam kehidupan perkawinan. Hubungan
dalam pernikahan bisa berkembang dalam tahapan yang bisa diduga
sebelumnya. Namun perubahan dari satu tahap ke tahap berikut memang
tidak terjadi secara mencolok dan tak memiliki patokan batas waktu yang
pasti. Bisa jadi antara pasangan suami-istri, yang satu dengan yang lain,
memiliki waktu berbeda saat menghadapi dan melalui tahapannya. Yaitu:
1. Tahap 1 : Rommantic Love

5
Merupakan tahap awal dari sebuah perkawinan pasangan suami istri
merasakan cinta yang menggelora yakni masa-masa pengantin baru yang
ditandai dengan eratnya hubungan dan kuatnya nuansa romantis
2. Tahap 2 : disappointment or Distress
Tahapan proses mnyesuaikan mulai terjadi baik karakter, sifat, kebiasaab,
maupun sikap. Biasanya dalam proses ini pasanga suamu-istri mengalami
proises emosional. Muncul rasa kecewa, marah, saling menyalhkan, egois,
dan berbagai bentung persinggungan lain.
3. Tahap 3 : knowledge and Awareness.
Pasangan suami istri sudah memahami bagaimana posisi dan diri
pasangannya, hubungan interpersonal sudah lebih kuat dan matang. Yang
merupakan tahapan transisi dimana hubungan akan memasuki fase yang
lebih stabil.
4. Tahap 4 : Transformation
Tahapan dimana masing-masing individu dalam pasangan berusaha
membuktikan diri sebagai pasangan yang ideal. Sudah berkembang
pemahaman yang relatif komprehensif antar-pasangan dan keduanya juga
telah matang dalam menyikapi perbedaan. Tahapan ini ditandai dengan
munculnya sifat menghargai, empati, dan ketulusan antar pasangan.
5. Tahap 5 : Real Love
Merupakan puncak hubungan dan berada pada kondisi yang matang,
stabil, dan kukuh. Yang ditandai dengan kembalinya keceriaan, kemesraan,
keintiman, kebahagiaan, dan kebersamaan dengan pasangan. Pada tahapan
ini muncul dengan bentuk yang telah matang, stabil, dan kuat denga
kemauan dan usaha yang keras dari suatu pasangan.

2.4 Batasan Keluarga Baru Menikah


Menurut Duvall (1957) keluarga baru menikah ataupun biasa disebut
dengan keluarga pasangan baru merupakan pasangan tanpa anak. Sependapat
dengan Duvall, menurut Feldman (1961) keluarga baru menikah merupakan
pasangan yang masih dalam tahap awal pernikahan (tanpa anak). Juga
menurut Rodgers (1964) dan Carter & McGoldrick (1980) merupakan
pasangan baru dan belum memiliki anak.

6
2.5 Tugas Keluarga Baru Menikah
Pembentukan pasangan melalui ikatan pernikahan menandakan
permulaan suatu keluarga baru dengan pergerakan dari membentuk keluarga
asli sampai ke hubungan intim yang baru. Pasangan baru akan mengalami
masa transisi dari kehidupannya, transisi tersebut meliputi beberapa aspek
antara lain perubahan dalam hubungan personal, perubahan status dan peran,
perubahan dalam lingkungan. Pasangan baru menikah akan mengalami
perubahan dalam hubungan personal, tambahan pasangan atau orang penting
lainnya, kehilangan teman bermain, perubahan dalam hubungan keluarga.
Pasangan baru juga mengalami perubahan peran dan status, dari status yang
belum menikah, tambahan peran sebagai orang tua, kemungkinan perubahan
dalam pekerjaan dan karir. Serta mengalami perubahan dalam lingkungan
seperti perpindahan rumah.
Karena individu memiliki tugas perkembangan yang harus mereka capai
agar tercapai kepuasan selama tahap perkembangan dan agar mampu
berkembang secara sukses pada tahap berikutnya, setiap tahap perkembangan
keluarga memiliki tugas perkembangan atau harapan peran tertentu. Tugas
perkembangan dari tahap keluarga pasangan baru atau baru menikah ini
meliputi
1) Membentuk pernikahan yang memuaskan bagi kedua belah pihak
Ketika dua orang menikah, mereka akan mengalami perubahan
dakam peran serta fungsi. Pasangan baru ini akan belajar
menggabungkan dua pandangan yang berbeda, dua ide dan dua sifat
yang berbeda dari masing-masing karakteristik sehingga satu sama lain
dapat salig memahami.
Belajar untuk hidup bersama sementara menyediakan kebutuhan dasar
lain dari masing-masing pribadi merupakan tugas perkembangan yang
penting. Mereka harus saling mengakomodasi dalam banyak cara.
Misalnya, mereka harus mengembangkan jadwal rutinitas makan, tidur,
bangun di pagi hari, berbagi kamar tidur. Dalam proses akomodasi
bersama ini, serangkaian pola transaksi dibentuk dan kemudian

7
dipertahankan oleh pasangan, dengan setiap pasangan memicu dan
memantau perilaku pasangan lainnya.
Kesuksesan hubungan yang terbentuk tergantung pada bagaimana
pasangan bisa saling melengkapi kekurangan masing-masing dan
menoleransi perbedaan-perbedaan yang ada. Satir (1983) menyatakan
bahwa dalam hubungan yang sehat, perbedaan dilihat untuk
memperkaya hubungan pernikahan, mencapai hubungan yang
memuaskan bergantung pada perkembangan cara yang memuaskan
untuk menangani perbedaan. Menurut Harley (1994) cara sehat untuk
mengatasi masalah berhubungan dengan kemampuan pasangan untuk
bersikap empati, saling mendukung, mampu berkomunikasi secara
terbuka dan jujur, serta melakukan pendekatan terhadap konflik dengan
perasaan saling menghargai.
Bowen (1978) juga menyatakan bahwa kesuksesan hubungan
pernikahan akan bergantung pada seberapa baik setiap pasangan
membedakan atau memisahkan keluarga masing-masing dari keluarga
aslinya.
2) Berhubungan secara harmonis dengan jaringan kekerabatan.
Perpindahan peran dasar terjadi dalam pernikahan pertama, pada
saat pasangan berpindah dari rumah orang tua mereka ke latar tempat
yang baru. Secara bersamaan, mereka menjadi anggota dari tiga buah
keluarga – masing-masing keluarga asli mereka ditambah keluarga
mereka sendiri yang baru saja mereka ciptakan. Pasangan menghadapi
tugas perpisahan mereka sendiri dari masing-masing keluarga asal
mereka ke keluarga yang baru dibentuk dan dalam menjalani hubungan
yang berbeda dari orang tua, saudara kandung, dan mertua, karena
loyalitas primer kedua pasangan harus berpindah ke hubungan
pernikahan mereka. Bagi pasangan, bagian yang tidak dapat dihindari ini
membentuk hubungan baru dengan setiap latar belakang orang tua,
hubungan yang tidak hanya memungkinkan untuk memberi dukungan
mutual dan kesenangan tetapi juga untuk melindungi keluarga baru dari
pihak luar yang dapat mengganggu hubungan pernikahan mereka.
3) Merencanakan sebuah keluarga

8
Menghasilkan keturunan adalah salah satu tujuan dari setiap pernikahan.
Menetapkan waktu kehamilan serta memutuskan untuk memiliki
ataupun untuk tidak memiliki anak adalah keputusan keluarga yang
sangat penting.
4) Perhatian Kesehatan
Perhatian kesehatan yang dimaksud meliputi perhatian terkait dengan
penyesuaian peran seksual dan pernikahan, penyuluhan dan konseling
keluarga berencana, serta komunikasi. Untuk saat ini, konseling sangat
diperlukan debelum pernikahan. Karena kurangnya informasi dapat
menimbulkan berbagai masalah dalam pernikahan., seperti masalah
seksual dan emosional, perasaan bersalah, serta kehamilan yang tidak
direncanakan.

2.6 Masalah Keluarga Baru Menikah


Menurut Zaidin (2009) Masalah kesehatan pada tahap keluarga pemula
adalah
1. Penyesuaian seksual dan peran perkawinan
Bagi pasangan yang baru menikah, masa-masa bulan madu
terlewatkan dengan begitu cepat dan membuat pasangan harus
menghadapi tekanan dari kehidupan sehari-hari yang dapat menganggu
hasrat seksual. Banyak pasangan mengalami masalah-masalah
penyesuaian seksual, seringkali disebabkan oleh ketidaktahuan dan
informasi yang salah yang mengakibatkan kekecewaan dan harapan-
harapan yang tidak realistis. Malahan, banyak pasangan yang membawa
kebutuhan-kebutuhan dan keinginan-keinginan yang tidak terpenuhi
kedalam hubungan mereka, dan hal-hal ini dapat mempengaruhi hubungan
seksual secara merugikan. (Goldenberg dan Goldenberg, 1985).
2. Keluarga Berencana
Apakah memiliki anak atau tidak, penentuan waktu untuk hamil,
tempat konsultasi dan melahirkan, dan jumlah anak merupakan suatu
keputusan keluarga yang sangat penting. . Keluarga berencana yang
kurang diinformasikan dan kurang efektif mempengaruhi kesehatan
keluarga dalam banyak cara : mobiditas dan moralitas ibu-anak ;

9
menelatarkan anak ; sehat sakit orangtua ; masalah-masalah perkembangan
anak, termasuk inteligensia kemampuan belajar dan perselisihan dalam
perkawinan. Pembentukan keluarga dengan sengaja dan terinformasi
meliputi membuat keputusan sendiri tentang kapan dan/atau apakah ingin
mempunyai anak, terlepas dari pertimbangan kesehatan keluarga.
1. Konseling pranatal
Tipe perawatan kesehatan yang didapat keluarga sebagai sebuah unit
selama masa prenatal sangat mempengaruhi kemampuan keluarga
mengatasi perubahan-perubahan yang luar biasa dengan efektif setelah
kehamilan bayi.
2. Komunikasi dan informasi
Komunikasi dan informasi : kurangnya informasi dapat mengakibatkan
masalah seksual, emosional, ketakutan, rasa bersalah, kehamilan yang
tidak direncanakan, penyakit kelamin (sebelum dan sesudah pernikahan).

2.7 Fokus Pengkajian Data Keluarga Baru Menikah


Menurut Suprajitno (2003) fokus pengkajian data pada pasangan baru
menikah adalah sebagai berikut:
a. Kapan pertemuan pasangan?
b. Bagaimana hubungan pasangan sebelum menikah?
c. Bagaimana pasangan memutuskan untuk menikah?
d. Adakah halangan terhadap perkawinan mereka?
e. Bagaimana respon anggota keluarga terhadap pernikahan mereka?
f. Bagaimana kehidupan di lingkungan keluarga asal termasuk orientasi
keluarga dari kedua pasangan?
g. Siapa orang lain yang tinggal serumah dengan pasangan setelah menikah?
h. Bagaimana hubungan dengan saudara ipar?
i. Bagaimana keadaan orang tua masing-masing dan hubungannya dengan
orang tua setelah perkawinan?
j. Bagaimana tentang rencana mempunyai anak?
k. Berapa lama waktu berkumpul setiap hari?
l. Bagaimana rutinitas pasangan secara individu setelah menikah?
m.Bagaimana pelaksanaan tugas dan fungsi keluarga?

2.8 Diagnosa yang Sering Muncul


a. Diagnosa keperawatan aktual
Kurang pengetahuan berhubungan dengan perubahan peran
b. Diagnosa keperawatan risiko

10
Ketidakefektifan pola seksualitas berhubungan dengan masalah pasangan
(ketidaktahuan)
c. Diagnosa keperawatan promosi kesehatan
Kesiapan untuk meningkatkan proses keluarga/ Kesiapan untuk
meningkatkan hubungan (Carpenito, 2013)

2.9 Intervensi
1. Pra-nikah
a. Konseling pra-nikah
Konseling pranikah merupakan prosedur pelatihan berbasis
pengetahuan dan keterampilan yang menyediakan informasi mengenai
pernikahan yang dapat bermanfaat untuk mempertahankan dan
meningkatkan hubungan pasangan yang akan menikah setelah mereka
menikah (Damayanti, 2012).
Tujuan konseling pranikah adalah meningkatkan hubungan
sebelum pernikahan sehingga dapat berkembang menjadi hubungan
pernikahan yang stabil dan memuaskan. Konseling pranikah akan
membekali pasangan dengan kesadaran akan masalah potensial yang
dapat terjadi setelah menikah, dan informasi serta sumber daya untuk
secara efektif mencegah atau mengatasi masalah-masalah pernikahan
hingga pada akhirnya dapat menurunkan tingkat ketidakbahagiaan
dalam pernikahan dan perceraian. Selain hal tersebut konseling
pranikah bermanfaat untuk menjembatani harapan-harapan yang
dimiliki oleh pasangan terhadap pasangannya dan pernikahan yang
mereka inginkan yang belum sempat atau belum bisa dibicarakan
sebelumnya dengan dibantu oleh tenaga profesional psikolog/konselor
pernikahan (Damayanti, 2012).
Materi yang diberikan saat konsultasi pra-nikah (Damayanti, 2012)
a. Informasi mengenai kehidupan pernikahan kepada pasangan
b. Cara meningkatkan kemampuan komunikasi pasangan
c. Cara mengembangkan keterampilan menyelesaikan konflik
d. Memberi kesempatan pada pasangan untuk mendiskusikan
mengenai topik tertentu yang sensitif, seperti mengenai peran dan
tanggung jawab suami-istri, seks, keuangan, dan hubungan dengan
mertua.

11
b. Pemberian imunisasi TT
Pada calon pengantin sebaiknya menjalani imunisasi TT untuk
mencegah tetanus neonatorum, setiap pernikahan pasti bertujuan
untuk menghasilkan keturunan sehingga persiapan kehamilan dapat
dilakukan semenjak wanita tersebut akan menikah. Hal ini
dikarenakan wanita hamil dengan persalinan berisiko tinggi paling
tidak mendapatkan 2 kali dosis vaksin TT. Dosis TT kedua sebaiknya
diberikan paling tidak 4 minggu setelah pemberian dosis pertama, dan
dosis kedua sebaiknya diberikan paling tidak 2 minggu sebelum
persalinan. Untuk ibu hamil yang sebelumnya pernah menerima TT 2x
pada waktu calon pengantin atau pada kehamilan sebelumnya, maka
dapat diberikan booster TT 1x saja (Cahyono, 2010).
2. Pasca-nikah
a. Konseling prekonsepsi
Konseling prekonsepsi muncul setelah adanya konsepsi prenatal
dimana konseling prekonsepsi ini merupakan konseling pra kehamilan
yang betujuan untuk mencegah terjadinya kehamilan yang tidak
terencana. Sebelum kehamilan itu terjadi, prenatal care sudah mulai
diterapkan dengan adanya asuhan prekonsepsi (preconceptional care)
pada saat merencanakan kehamilan. Secara menyeluruh, program ini
dilanjutkan dengan penegakan diagnosis kehamilan yang tepat,
evaluasi awal prenatal dan melakukan follow up atau pemantauan
melalui kunjungan prenatal. Tujuan lain dari pelaksanaan
preconceptional care antara lain adalah untuk meningkatkan
pengetahuan, memperbaiki perilaku dan kebiasaan baik dari pihak
suami maupun istri terkait dengan kesehatan prekonsepsi. Juga, untuk
memastikan bahwa seorang wanita berada dalam kondisi kesehatan
yang optimal untuk menjalani masa kehamilan. Apabila sebelumnya
pernah terjadi suatu komplikasi kehamilan, diharapkan dengan adanya
asuhan prekonsepsi ini, kemungkinan terjadinya komplikasi tersebut
dapat diminimalisir.

12
Sebelum konsepsi, konseling akan potensi resiko pada kehamilan
dan strategi pencegahannya sebaiknya dilakukan. Hal ini dikarenakan
kebanyakan wanita baru menyadari bahwa dirinya hamil sekitar 1-2
minggu setelah melewatkan satu masa haid (tentunya usia kehamilan
sudah lebih dari itu). Padahal, pada masa tersebut, spinal cord atau
cikal bakal saraf janin telah terbentuk dan jantung sudah berdetak.
Oleh karena itu, strategi pencegahan seperti pemberian asam folat
untuk mencegah defek tabung saraf sudah tidak lagi efektif pada masa
tersebut. Kondisi kedua yang mendasari pentingnya konseling tersebut
adalah fakta bahwa sekitar setengah dari angka kehamilan yang terjadi
ternyata tidak direncakanan (Fitantra, 2013).

13
BAB III
KASUS DAN PEMBAHASAN
3.1 Kasus
Perawat keluarga melakukan kunjungan keluarga pada keluarga pasangan
baru menikah pada tanggal 20 februari 2019. Tn. K (26th ) di Desa Bontoharu,
Kec Rilau Ale Masagena. Keluarga inti yang terdiri dari Tn. K sebagai ayah
dan Ny. D (25th ) sebagai istri. Keluarga ini menganut agama islam sedari kecil
dan bersuku bugis. Pendidikan terakhir Tn. K adalah SMA dan sekarang
bekerja di pertambangan sedangkan istri tamatan S1 dan sekarang berprofesi
sebagai seorang guru honorer. Penghasilan keluarga ± Rp. 5.000.000,- per
bulan yang di peroleh dari hasil kerja Tn. K di pertambangan, dan penghasilan
dari Ny. D sebagai guru honorer di tambah dengan penghasilan dari les private
sebesar ±Rp. 2.000.000,- per bulan. Menurut pengakuan dari Ny. D
penghasilan yang ada sudah cukup untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari
baik itu kebutuhan makan maupun untuk membayar kontrakan. Tempat tinggal
Ny. D dan Tn.K masih merupakan rumah kontrakan. Tempat tinggalnya
permanen dengan status kepemilikan orang lain. Luas rumah 3 x 8 m. Lantai
tempat tinggalnya menggunakan tehel, rumah memiliki ventilasi yang cukup
dan ruangannya cukup terang dengan jendela 3 buah, namun menurut Ny D,
karena mereka sering tidak berada dirumah, karena Ny. D pergi mengajar
sementara suami jarang dirumah dikarenakan sibuk bekerja dipertambangan
jadi jendela rumah jarang dibuka.
Penerangan dimalam hari menggunakan listrik, dan kadang pada siang
hari juga masih digunakan karena rumah tampak gelap. penataan perabot
tidak terlalu teratur karena tidak ada ruang untuk dapur. Rumah juga memiliki
pekarangan yang sempit tidak ada pepohonan karena diapit oleh beberapa
rumah. Kebersihan pekarangan baik secara umum. Keluarga memanfaatkan
sumur bor yang sudah disediakan oleh kontrakan tersebut untuk kebutuhan
pembersihan diri dan sebagainya. Kebersihan kamar mandi dan jamban yang
cukup. Dalam pengelolahan sampah rumah tangga keluarga memiliki tempat
sampah untuk penampung sampah dan jika sudah penuh kadang di bakar dan

14
yang basah dibuang pada TPA. Dan secara umum kebersihan rumah cukup.
Menurut Ny. D selama ini mereka sering berpindah tempat karena tuntutan
pekerjaan dari suaminya, tetapi mereka telah memutuskan untuk membangun
rumah di kampung halamannya. Saat ini Ny. D tidak menggunakan alat
kontrasepsi, dan berencana ingin segera memiliki anak tapi hal ini belum
sempat mereka diskusikan bersama karena suami jarang berada di rumah.
Menurut Ny. D dan Tn.K dalam keluarganya biasanya berkomunikasi
dengan bahasa bugis dan Indonesia dan saat ini waktu bertemu keduanya
hanya sesekali karena kesibukan dari keduanya. Dalam keluarga Ny.D, Tn.K
sebagai kepala keluarga berkewajiban mencari nafkah untuk keluarga dan Ny.
D menjalankan perannya sebagai istri yang harus menyiapkan keperluan
suaminya dirumah dan juga sebagai pencari nafkah tambahan. Dan
menurutnya dia sering masak jarang makan diluar. Menurut pengakuan dari
Ny. D mereka berdua berusaha dalam pemenuhan kebutuhan sandang,
pangan, dan papan dengan jalan bekerja Tn. K bekerja di pertambangan dan
Ny. D bekerja sebagai guru. Sebagai bagian dari masyarakat bugis dan
beragama islam memiliki nilai-nilai dan dan norma yang dianut seperti sopan
santun terhadap orang tua dan suaminya.
Namun selama ini meraka jarang makan bersama karena suaminya jarang
di rumah. Saat ini mereka jarang untuk berkumpul bersama karena suami
yang jarang ada di rumah dan saat ini mereka juga ingin berkunjung ke
tempat-tempat wisata hanya saja karena kesibukan keduanya sehingga
mereka menunda rencana mereka tersebut. Untuk memperoleh status social
di masyarakat Ny. D berusaha dengan mengikuti berbagai organisasi dalam
masyarakat. Namun, karena mereka masih merupakan pengantin baru jadi
mereka belum mengikuti organisasi apapun. Diwilayah Tn.K dan Ny. D jarak
antara satu rumah dengan yang lainnya cukup dekat. Dan untuk kegiatan
seperti arisan atau kegiatan lainnya Ny. D mengatakan belum ada karena
masih pasangan yang baru menikah.Tapi mereka sudah berusaha dengan
menjalin komunikasi yang baik dengan para tetangga baru mereka. Setelah
menikah mereka mengatakan rajin beribadah ke masjid bersama suaminya,
dan apabila mereka tidak sempat untuk beribadah ke masjid mereka berusaha

15
untuk menjalankan sholat berjamaah di rumah mereka. Menurut Ny.D dirinya
tidak tahu dari pihak suaminya sedang mengalami pikiran atau tidak, tetapi
dari dirinya yang menjadi stresor adalah adaptasi dengan rumah tangganya
yang masih baru dimana dia sudah sering ditinggal sendiri dirumah awal
pernikahannya. Karena pekerjaan suaminya. Untuk menghadapi stressor
Ny.D banyak belajar dari orang tuanya dan teman-temannya yang sudah
menikah tentang cara mengurusi rumah tangga. Ny.D sekarang lagi berusaha
belajar menjadi ibu rumah tangga yang baik dengan belajar memasak,
mengurusi suaminya dan lebih bersabar menahan rindu karena suaminya
mencari nafkah.
Selama ini dalam menjalankan aktifitas masing-masing mereka selalu
berusaha untuk saling mendukung satu sama lainnya dan berusaha untuk
saling menghargai satu sama lain . Menurut Ny. D dalam keluarga mereka
tidak terdapat penyakit menular atau keturunan. Dan Ny. D juga tidak pernah
mengalami penyakit yang cukup serius hanya factor kelelahan saja begitupun
dengan Tn. K. Dari riwayat keluarga Tn. K tidak ada yang memiliki penyakit
kronis ataupun keturunan. Menurut keluarganya, masalah kesehatan yang
dihadapi Saat ini adalah Ny. D dan Tn. K belum mengetahui bagaimana cara
untuk menyiapkan kehamilan yang baik dan benar, serta klien juga belum
mengetahui bagaimana cara berkomunikasi yang baik dengan suaminya.
Yang dilakukan keluarga dalam menghadapi masalah kesehatan yang sedang
dialami sejauh ini dirinya hanya bertanya kepada orang tua, kakak-kakak, dan
teman-teman yang telah menikah.
Dan apabila orang-orang yang mereka tanya tidak tau barulah ia mulai
bertanya ke patugas kesehatan. Cara merawat apabila ada anggota keluarga
yang sakit ialah dengan cara memberi makan, minum obat, dan selalu
menjaga kenyaman dan isterahat anggota keluarga yang sakit. Dalam
memelihara atau memodifikasi lingkungan, Ny. D belum bisa mengatur
perabot-perabot rumah tangganya dengan baik karena tidak memiliki dapur
yang memadai sehingga ruang keluarga yang seharusnya digunakan saat
santai malahan jadi ruang dapur. Ny. D mengetahui keberadaan fasilitas
pelayanan kesehatan di sekitar rumahnya tetapi mereka jarang ke fasilitas

16
pelayanan tersebut hanya waktu tertentu. Saat ini keluarga Ny.D dan Tn. K
sebagai keluarga baru belum memiliki anak dan sudah rencana untuk segera
memiliki anak dan jumlah anak yang diinginkan belum pernah dibicarakan
dengan suaminya karena suaminya sering tidak ada ditempat atau dirumah.
Menurut Ny. D saat ini dia dengan suaminya berusaha secepatnya
mempunyai anak, serta membina hubungan baik dengan keluarga lain, teman
dan masyarakat disekitarnya. Menurut Ny. D pula dia ingin merencanakan
untuk mengumpulkan uang membangun rumah, karena saat ini mereka masih
tinggal dirumah kontrakan. Keluarga berharap dengan adanya petugas
kesehatan yang datang kerumahnya menurutnya mengharapkan supaya
petugas kesehatan bisa memberikan pengetahuan yang dapat membantu
dirinya mempersiapkan bagaimana sebenarnya kesehatan dalam rumah
tangga yang baru dibangun.

3.2 Asuhan Keperawatan Keluarga


I. Pengkajian
a. Data Umum
1. Nama kepala keluarga : Tn. K
2. Usia : 26 tahun
3. Alamat : MASAGENA
4. Pekerjaan kepala keluarga : Pertambangan
5. Pendidikan kepala keluarga : SMA
6. Agama : ISLAM
7. Kewarganegaraan/Suku bangsa : INDONESIA/BUGIS
8. Komposisi keluarga
No Nama J Hub Usia Pendidikan Agama Pekerjaan
K dgn
KK
1. Tn. K L Suami 26th SMA Islam Pertamban
2. Ny. D P Istri 25th S1 Islam
gan
Guru
honorer

Genogram

17
9. Tipe keluarga : Keluarga inti
10. Status sosial ekonomi keluarga :
Penghasilan keluarga ± Rp. 5.000.000,- per bulan yang di peroleh
dari hasil kerja Tn. K di pertambangan, dan penghasilan dari Ny. D
sebagai guru honorer di tambah dengan penghasilan dari les private
sebesar ±Rp. 2.000.000,- per bulan. Menurut pengakuan dari Ny. D
penghasilan yang ada sudah cukup untuk memenuhi kebutuhan
sehari-hari baik itu kebutuhan makan maupun untuk membayar
kontrakan.
11. Aktifitas rekreasi keluarga
Saat ini Ny. D mengatakan ingin sekali berlibur ke tempat wisata
bersama suaminya tapi karena kesibukan mereka berdua akhirnya
mereka menunda liburan mereka dan mereka juga jarang
berkumpul bersama karena tuntutan pekerjaan dari sang suami
yang menyebabkan sang suami jarang berada di rumah.

b. Riwayat Tahap Perkembangan Keluarga


1. Tahap perkembangan keluarga saat ini : Keluarga dengan pasangan
baru
2. Tahap perkembangan keluarga yang belum terpenuhi:
Saat ini keluarga Ny.D dan Tn. K sebagai keluarga baru belum
memiliki anak dan sudah rencana untuk segera memiliki anak dan
jumlah anak yang diinginkan belum pernah dibicarakan dengan
suaminya karena suaminya sering tidak ada ditempat atau dirumah.
Menurut Ny. D saat ini dia dengan suaminya berusaha secepatnya

18
mempunyai anak, serta membina hubungan baik dengan keluarga
lain, teman dan masyarakat disekitarnya. Menurut Ny. D pula dia
ingin merencanakan untuk mengumpulkan uang membangun
rumah, karena saat ini mereka masih tinggal dirumah kontrakan.
3. Riwayat keluarga inti :
Menurut Ny. D dalam keluarga mereka tidak terdapat penyakit
menular atau keturunan. Dan Ny. D juga tidak pernah mengalami
penyakit yang cukup serius hanya factor kelelahan saja begitupun
dengan Tn. K
4. Riwayat keluarga sebelumnya :
Dari riwayat keluarga Tn. K tidak ada yang memiliki penyakit
kronis ataupun keturunan.

c. Keadaan Lingkungan
1. Karakteristik rumah:
Tempat tinggal Ny. D dan Tn.K masih merupakan rumah
kontrakan. Tempat tinggalnya permanen dengan status kepemilikan
orang lain. Luas rumah 3 x 8 m. Lantai tempat tinggalnya
menggunakan tehel, rumah memiliki ventilasi yang cukup dan
ruangannya cukup terang dengan jendela 3 buah, namun menurut
Ny D, karena mereka sering tidak berada dirumah, karena Ny. D
pergi mengajar sementara suami jarang dirumah dikarenakan sibuk
bekerja dipertambangan jadi jendela rumah jarang dibuka.
Penerangan dimalam hari menggunakan listrik, dan kadang pada
siang hari juga masih digunakan karena rumah tampak gelap.
penataan perabot tidak terlalu teratur karena tidak ada ruang untuk
dapur.
Rumah juga memiliki pekarangan yang sempit tidak ada
pepohonan karena diapit oleh beberapa rumah. Kebersihan
pekarangan baik secara umum. Keluarga memanfaatkan sumur bor
yang sudah disediakan oleh kontrakan tersebut untuk kebutuhan
pembersihan diri dan sebagainya. Kebersihan kamar mandi dan
jamban yang cukup. Dalam pengelolahan sampah rumah tangga

19
keluarga memiliki tempat sampah untuk penampung sampah dan
jika sudah penuh kadang di bakar dan yang basah dibuang pada
TPA. Dan secara umum kebersihan rumah cukup.
2. Karakteristik tetangga dan komunitas:
Diwilayah Tn.K dan Ny. D jarak antara satu rumah dengan yang
lainnya cukup dekat. Dan untuk kegiatan seperti arisan atau
kegiatan lainnya Ny. D mengatakan belum ada karena masih
pasangan yang baru menikah.
3. Mobilitas Geografis keluarga :
Menurut Ny. D selama ini mereka sering berpindah tempat karena
tuntutan pekerjaan dari suaminya, tetapi mereka telah memutuskan
untuk membangun rumah di kampung halamannya
4. Perkumpulan keluarga dan interaksi dengan masyarakat:
Menurut Ny.D dan Tn.K, kedua keluarga tidak terdapat
perkumpulan ataupun perkumpulan khusus, Cuma saat kemarin
acara pernikahannya, semua keluarga berkumpul.
5. Sistem pendukung keluarga:
saat ini dalam keluarga tidak terdapat keluarga yang sakit, dan
hubungan satu keluarga dengan yang lainnya cukup baik.

d. Struktur Keluarga
1. Pola komunikasi keluarga :
Menurut Ny. D dan Tn.K dalam keluarganya biasanya
berkomunikasi dengan bahasa bugis dan Indonesia dan saat ini
waktu bertemu keduanya hanya sesekali karena kesibukan dari
keduanya.
2. Struktur kekuatan keluarga: Dalam keluarga Ny.D, Tn.K sebagai
kepala keluarga berkewajiban mencari nafkah untuk keluarga dan
Ny. D menjalankan perannya sebagai istri yang harus menyiapkan
keperluan suaminya dirumah dan juga sebagai pencari nafkah
tambahan. Dan menurutnya dia sering masak jarang makan diluar.
3. Nilai dan norma keluarga :
Sebagai bagian dari masyarakat bugis dan beragama islam
memiliki nilai-nilai dan dan norma yang dianut seperti sopan

20
santun terhadap orang tua dan suaminya. Namun selama ini meraka
jarang makan bersama karena suaminya jarang di rumah.

e. Fungsi Keluarga
1. Fungsi ekonomi
Menurut pengakuan dari Ny. D mereka berdua berusaha dalam
pemenuhan kebutuhan sandang, pangan, dan papan dengan jalan
bekerja Tn. K bekerja di pertambangan dan Ny. D bekerja sebagai
guru
2. Fungsi mendapatkan status social
Untuk memperoleh status social di masyarakat Ny. D berusaha
dengan mengikuti berbagai organisasi dalam masyarakat. Namun,
karena mereka masih merupakan pengantin baru jadi mereka
belum mengikuti organisasi apapun. Tapi mereka sudah berusaha
dengan menjalin komunikasi yang baik dengan para tetangga baru
mereka.
3. Fungsi sosialisasi
Sejauh ini hubungan antara Ny. D dan Tn. K terhadap keluarga
mereka masing-masing baik dan saat ini Ny. D berusaha untuk
belajar dan banyak bertanya kepada orang-orang yang lebih
berpengalaman seperti orang tua, kakak, dan teman-teman serta
tetangga mengenai tugas, peran, dan fungsi keluarga yang baik.
4. Fungsi pemenuhan kesehatan
a. Menurut keluarganya, masalah kesehatan yang dihadapi Saat
ini adalah Ny. D dan Tn. K belum mengetahui bagaimana cara
untuk menyiapkan kehamilan yang baik dan benar, serta klien
juga belum mengetahui bagaimana cara berkomunikasi yang
baik dengan suaminya.
b. Yang dilakukan keluarga dalam menghadapi masalah kesehatan
yang sedang dialami sejauh ini dirinya hanya bertanya kepada
orang tua, kakak-kakak, dan teman-teman yang telah menikah.

21
Dan apabila orang-orang yang mereka Tanya tidak tau barulah
ia mulai bertanya ke patugas kesehatan.
c. Cara merawat apabila ada anggota keluarga yang sakit ialah
dengan cara memberi makan, minum obat, dan selalu menjaga
kenyaman dan isterahat anggota keluarga yang sakit
d. Dalam memelihara atau memodifikasi lingkungan, Ny. D
belum bisa mengatur perabot-perabot rumah tangganya dengan
baik karena tidak memiliki dapur yang memadai sehingga
ruang keluarga yang seharusnya digunakan saat santai malahan
jadi ruang dapur
e. Ny. D mengetahui keberadaan fasilitas pelayanan kesehatan di
sekitar rumahnya tetapi mereka jarang ke fasilitas pelayanan
tersebut hanya waktu tertentu.
5. Fungsi religious
Setelah menikah mereka mengatakan rajin beribadah ke masjid
bersama suaminya, dan apabila mereka tidak sempat untuk
beribadah ke masjid mereka berusaha untuk menjalankan sholat
berjamaah di rumah mereka.
6. Fungsi rekreasi
Saat ini mereka jarang untuk berkumpul bersama karena suami
yang jarang ada di rumah dan saat ini mereka juga ingin
berkunjung ke tempat-tempat wisata hanya saja karena kesibukan
keduanya sehingga mereka menunda rencana mereka tersebut
7. Fungsi reproduksi
Saat ini Ny. D tidak menggunakan alat kontrasepsi, dan berencana
ingin segera memiliki anak tapi hal ini belum sempat mereka
diskusikan bersama karena suami jarang berada di rumah.
8. Fungsi afeksi
Selama ini dalam menjalankan aktifitas masing-masing mereka
selalu berusaha untuk saling mendukung satu sama lainnya dan
berusaha untuk saling menghargai satu sama lain.

f. Stres Dan Koping Keluarga


1. Stresor jangka pendek dan jangka panjang:

22
Menurut Ny.D dirinya tidak tahu dari pihak suaminya sedang
mengalami pikiran atau tidak, tetapi dari dirinya yang menjadi
stresor adalah adaptasi dengan rumah tangganya yang masih baru
dimana dia sudah sering ditinggal sendiri dirumah awal
pernikahannya. Karena pekerjaan suaminya.
2. Kemampuan keluarganya berespon terhadap situasi/ stresor:
Baik. Dan Ny.D sekarang lagi berusaha belajar menjadi ibu rumah
tangga yang baik dengan belajar memasak, mengurusi suaminya
dan lebih bersabar menahan rindu karena suaminya mencari
nafkah.
3. Strategi koping yang digunakan:
Untuk menghadapi stressor Ny.D banyak belajar dari orang tuanya
dan teman-temannya yang sudah menikah tentang cara mengurusi
rumah tangga.

g. Harapan Keluarga
Dengan adanya petugas kesehatan yang datang kerumahnya
menurutnya mengharapkan supaya petugas kesehatan bisa memberikan
pengetahuan yang dapat membantu dirinya mempersiapkan bagaimana
sebenarnya kesehatan dalam rumah tangga yang baru dibangun.

h. Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan Ny. D Tn. K
Tinggi badan 155 cm 170 cm
Berat badan 45 kg 60 kg
Tekanan darah 100/50 mmhg 120/80 mmhg
Pernafasan 22 x/ menit 22 x/ menit
Suhu 36,5 ºc 36,6 ºc
Nadi 76 x/menit 90 x/menit

II. Analisa Data


Data Penyebab Masalah/ diagnosa

23
Data subjektif : Keluarga tidak mampu Deficit pengetahuan tentang
 Ny.D mengatakan ingin mengenal masalah tugas perkembangan tugas
sesegera mungkin perkembangan keluarga keluarga b/d
mempunyai anak dan baru menikah yaitu ketidakmampuan keluarga
belum ada rencana berapa memiliki anak mengenal masalah tugas
jumlah anak yang akan perkembangan keluarga
direncanakan karena baru menikah yaitu
suaminya jarang dirumah. memiliki anak
 Ny.D mengatakan
sebenarnya dalam
keluarganya belum
mengetahui tentang
bagaimana mempersiapkan
kehamilan yang baik.
Data objektif :
 Usia Pernikahan Belum
Cukup 1 Bulan Karena
Nikah 20 februari 2019
Kemarin
 Usia Ny.D 25 tahun dan
Tn.K 26 tahun
Data subjektif : Ketidakmampuan keluarga Gangguan manajemen
 menurut Ny D, karena melakukan perawatan pemeliharaan rumah
mereka sering keluar, Ny D rumah yang sehat berhubungan dengan
pergi mengajar sementara ketidakmampuan keluarga
suami jarang dirumah melakukan perawaatan
karena kerja rumah yang sehat.
dipertambangan jadi
jendela rumah jarang
dibuka.
Data objektif :
 pengcahayaan pada

24
malam hari menggunakan
listrik dan pada siang hari
juga kadang digunakan
karena suasana rumah yang
gelap
 penataan perabot
nampak tidak terlalu teratur
karena tidak ada ruang
untuk dapur.
 Rumah memiliki
pekarangan yang sempit
tidak ada pepohonan karena
diapit oleh beberapa rumah.

III. Diagnosa Keperawatan Keluarga


Hasil dari analisa data diatas dapat muncul diagnose sebagai berikut :
1. Deficit pengetahuan tentang perkembangan tugas keluarga b/d
ketidakmampuan keluarga mengenal masalah tugas perkembangan
keluarga baru menikah yaitu memiliki anak.
2. Gangguan manajemen pemeliharaan rumah berhubungan dengan
ketidakmampuan keluarga melakukan perawaatan rumah yang sehat

SKORING (Penentu Prioritas Masalah)


1. Deficit pengetahuan tentang perkembangan tugas keluarga b/d
ketidakmampuan keluarga mengenal masalah tugas perkembangan keluarga
baru menikah yaitu memiliki anak
Total masalah:
No Kriteria Scoring Pembenaran

1. a. Sifat masalah : 2/3x1 = 2/3 bila keadaan ini tidak segera


ancaman diatasi maka akan menyebabkan
Ny. D tidak bisa segera memiliki
anak. Padahal ia ingin sesegara
mungkin memiliki anak

25
b. Kemungkinan 2/2x 2= 2 Dengan diberikannya pengetahuan
masalah dapat tentang cara mempersiapkan
diubah : mudah kehamilan maka pengetahuan dari
Ny. D akan bertambah
c. Potensial 2/3x 1 = 2/3 Keduanya sibuk dengan
masalah untuk pekerjaannya masing-masing.
dicegah : cukup Namun, walaupun demikian Ny. D
sangat berharap bisa segera
memiliki anak.
d. Menonjolnya 2/2x 1= 1 Keinginan Ny. D yang secepatnya
masalah : harus ingin memiliki anak membuatnya
segera harus belajar dan mencari tau
ditangani tentang cara mempersiapkan
kehamilan yang benar.
ScScoring 4 1/3

2. Gangguan manajemen pemeliharaan rumah berhubungan dengan


ketidakmampuan keluarga melakukan perawatan rumah yang sehat.
Total masalah :
No Kriteria Scoring Pembenaran

3. a. sifat masalah : tidak/ kurang 3/3x1 = 1 Tidak adanya ruangan untuk


sehat dapur ditambah dengan
kurangnya pengcahayaan pada
siang hari menyebabkan rumah
Ny. D tampak kurang rapi dan
sehat.
b. Kemungkinan 2/2x 2= 2 Dengan adanya ruang dapur
masalah dapat diubah : maka Ny. D bisa mengatur
mudah perabot dan peralatan rumah
tangganya dengan baik.

26
c. Potensial masalah untuk 3/3x 1 = 1 Dengan pengaturan perabot yang
dicegah : tinggi benar dan pengcahayaan yang
cukup maka rumah Ny. D dan Tn.
K akan terlihat sehat dan rapi.
d. Menonjolnya masalah : 2/2x 1= 1 Saat ini Ny. D dan Tn. K sudah
harus segera ditangani berusaha membangun rumah
yang lebih baik, di mana di
dalamnya terdapat dapur, dan
ventilasi yang cukup dan di
luarnya terdapat banyak
pepohonan
Scoring 5

Penetapan Prioritas Diagnosa Keperawatan Keluarga


Prioritas Diagnosa keperawatan Skor
1. 1. Gangguan manajemen pemeliharaan rumah 5
berhubungan dengan ketidakmampuan keluarga
melakukan perawatan rumah yang sehat
2. 2. Deficit pengetahuan tentang perkembangan tugas 4 1/3
keluarga b/d ketidakmampuan keluarga mengenal
masalah tugas perkembangan keluarga baru menikah
yaitu memiliki anak

27
IV. Intervensi Keperawatan
1. Diagnosa keperawatan : Gangguan manajemen pemeliharaan rumah
berhubungan dengan ketidakmampuan keluarga melakukan perawatan rumah
yang sehat
Tujuan Kriteria Standar hasil Intervensi
keperawatan
Tujuan umum : Verbal  Keluarga dapat Kaji pengetahuan
Setelah dilakukan pengetahuan menjelaskan rumah klien akan rumah
kegiatan sehat yang sehat
 Menjelaskan Jelaskan tentang
pendidikan
efek perawatan rumah sehat
kesehatan.
 Jelaskan tentang
rumah yang kurang
Keluarga dapat
efek rumah tidak
baik terhadap
melakukan
Sikap sehat terhadap
kesehatan keluarga
Pemeliharaan
 Menjelaskan kesehatan keluarga.
rumah yang  Jelaskan penyakit-
penyakit-penyakit
menunjang penyakit akibat
yang dapat muncul
kesehatan keluarga lingkungan rumah
akibat lingkungan
Tujuan khusus : yang kurang sehat.
rumah yang tidak
Setelah dilakukan
mendukung
pendidikan  Minta keluarga
kesehatan.
kesehatan selama  Keluarga mampu untuk mendiskusikan
Psikomotor
beberapa hari mendiskusikan cara bagaimana cara
keluarga dapat: merawat rumah merawat rumah yang
1. mengenal yang sehat sehat.
 Keluarga mampu Ajarkan klien
masalah perawatan
memutuskan untuk untuk mengambil
rumah yang
menyediakan sarana keputusan yang tepat
menunjang
 berdiskusi dengan
dan prasarana yang
kesehatan
klien untuk
2. memutuskan diperlukan untuk
memutuskan
untuk memelihara membuat
penyediaan sarana
rumah dengan lingkungan rumah
dan prasarana apa
lebih baik. yang sehat.

28
saja yang diperlukan
untuk membuat
rumah yang sehat.
 Motivasi keluarga
untuk membuat
keputusan perawatan
rumah yang lebih
 Keluarga mampu
baik
menyediakan sarana
 Bersama keluarga,
dan prasarana yang
perawat
diperlukan untuk
menyediakan sarana
membuat rumah
dan prasarana dalam
yang sehat
membuat rumah
 Keluarga dapat
yang sehat
memodifikasi/
 Bersama keluarga,
memelihara rumah
perawat membantu
yang sehat
untuk memodifikasi
lingkungan rumah
yang sehat, aman,
dan nyaman.

2. Diagnosa Keperawatan : Deficit pengetahuan tentang perkembangan tugas


keluarga b/d ketidakmampuan keluarga mengenal masalah tugas
perkembangan keluarga baru menikah yaitu memiliki anak
Tujuan Kriteria Standar hasil Intervensi
keperawatan
Tujuan umum : Verbal 1) keluarga dapat Kaji tingkat
Keluarga pengetahuan mengetahui tugas- pengetahuan
memahami tentang tugas perkembangan keluarga tentang
tugas keluarga baru tugas
perkembangan menikah perkembangan
2) keluarga dapat
keluarga baru keluarga baru
Sikap mengetahui
nikah menikah

29
Tujuan khusus : bagaimana cara Jelaskan tentang
Setelah dilakukan mempersiapkan tugas
kegiatan kehamilan yang benar perkembangan
pendidikan keluarga baru
kesehatan selama 1) keluarga dapat menikah
Psikomotor  Jelaskan tentang
beberapa hari mengkomunikasikan
kesehatan
keluarga dapat: berapa jumlah anak
reproduksi
1. mengenal yang diinginkan
 Jelaskan tentang
masalah
cara
perkembangan
mempersiapkan
keluarga baru
kehamilan yang
menikah
benar
2. mengetahui cara
 Minta keluarga
mempersiapkan
untuk
kehamilan yang
1) keluarga mendiskusikan
benar
memutuskan jumlah kapan dan berapa
3. membuat
anak yang diinginkan jumlah anak yang
keputusan dalam
dan memutuskan mereka inginkan
perencanaan
 Mengajarkan
untuk segera
dengan keluarga
keluarga untuk
memiliki keturunan
kapan dan jumlah
mengambil
anak yang
keputusan yang
diinginkan
benar
 Berikan pujian
terhadap
kemampuan
keluarga dalam
berdiskusi
mengambil
keputusan
 Bersama
keluarga Bantu

30
keluarga untuk
segera mewujudkan
cita-cita memiliki
anak/keturunan

V. Implementasi
1. Diagnosa keperawatan : Gangguan manajemen pemeliharaan rumah
berhubungan dengan ketidakmampuan keluarga melakukan perawatan rumah
yang sehat.
Implementasi
 Menjelaskan tentang rumah sehat, dan efek rumah tidak sehat terhadap
kesehatan keluarga.
 Menjelaskan penyakit- penyakit akibat lingkungan rumah yang kurang
sehat.
 Memotivasi keluarga untuk membuat keputusan perawatan rumah yang
lebih baik
 Meminta keluarga untuk mendiskusikan bagaimana cara merawat rumah
yang sehat.
 Mengajarkan klien untuk mengambil keputusan yang tepat
 Membantu klien memutuskan penyediaan sarana dan prasarana apa saja
yang diperlukan untuk membuat rumah yang sehat.
 Membantu menyediakan sarana dan prasarana dalam membuat rumah yang
sehat
 membantu untuk memodifikasi lingkungan rumah yang sehat, aman, dan
nyaman.

2. Diagnosa Keperawatan : Deficit pengetahuan tentang perkembangan tugas


keluarga b/d ketidakmampuan keluarga mengenal masalah tugas
perkembangan keluarga baru menikah yaitu memiliki anak
Implementasi
 Mengkaji tingkat pengetahuan keluarga tentang tugas perkembangan
keluarga baru menikah
 Menjelaskan tentang tugas perkembangan keluarga baru menikah
 Menjelaskan tentang kesehatan reproduksi
 Menjelaskan tentang cara mempersiapkan kehamilan yang benar

31
 Membantu keluarga untuk mendiskusikan kapan dan berapa jumlah anak
yang mereka inginkan
 Mengajarkan keluarga untuk mengambil keputusan yang benar
 Memberikan pujian terhadap kemampuan keluarga dalam berdiskusi
mengambil keputusan
 Membantu keluarga untuk segera mewujudkan cita-cita memiliki
anak/keturunan

VI. Evaluasi
1. Diagnosa keperawatan : Gangguan manajemen pemeliharaan rumah
berhubungan dengan ketidakmampuan keluarga melakukan perawatan rumah
yang sehat
Evaluasi
S : Ny. D mengatakan mengerti tentang penjelasan yang di berikan dan mampu
untuk melakukan perawatan rumah yang sehat
O : Ny. D menerima konsep dengan baik dan menjawab pertayaan
A : setelah dilakukan pendidikan kesehatan maka masalah bisa teratasi
P : lanjutkan dengan memotivasi keluarga lebih intensif

2. Diagnosa Keperawatan : Deficit pengetahuan tentang perkembangan tugas


keluarga b/d ketidakmampuan keluarga mengenal masalah tugas
perkembangan keluarga baru menikah yaitu memiliki anak
Evaluasi
S : Ny. D mengatakan mengerti apa yang telah dijelaskan mengenai cara
mempersiapkan kehamilan yang benar dan mengatakan pengetahuannya
tentang kesehatan wanita bertambah
O : Ny. D aktif dalam diskusi dan ada respon terhadap pertanyaan
evaluasi.
A : masalah teratasi sebagian
P : evaluasi pada pertemuan berikutnya.

3.3 Pembahasan
Pada kasus yang kelompok kami ambil yaitu Asuhan Keperawatan keluarga
dengan tahap keluarga pasangan baru pada Tn. K dan Ny. D merupakan
pasangan yang baru menikah dan belum mempunyai anak, hal ini sesuai
dengan pernyataan dari Duvall (1957) keluarga baru menikah ataupun biasa

32
disebut dengan keluarga pasangan baru merupakan pasangan tanpa anak.
Menurut Zaidin (2009) Keluarga berencana yang kurang diinformasikan dan
kurang efektif mempengaruhi kesehatan keluarga. Menurut keluarganya,
masalah kesehatan yang dihadapi Saat ini adalah Ny. D dan Tn. K belum
mengetahui bagaimana cara untuk menyiapkan kehamilan yang baik dan
benar, serta klien juga belum mengetahui bagaimana cara berkomunikasi
yang baik dengan suaminya. Saat ini keluarga Ny.D dan Tn. K sebagai
keluarga baru belum memiliki anak dan sudah rencana untuk segera memiliki
anak dan jumlah anak yang diinginkan belum pernah dibicarakan dengan
suaminya karena suaminya sering tidak ada ditempat atau dirumah. Dan ini
merupakan salah satu masalah pada keluarga baru menikah, yang dialami
keluarga Tn. K.
Menurut Harley (1994) cara sehat untuk mengatasi masalah berhubungan
dengan kemampuan pasangan untuk bersikap empati, saling mendukung ,
mampu berkomunikasi secara terbuka dan jujur, serta melalukan pendekatan
terhadap konflik dengan perasaan saling menghargai, dalam data yang kami
dapat bahwa pasangan Tn. K dan Ny. D memiliki komunikasi yang kurang
dikarenakan kesibukan mereka masing – masing yang membuat mereka tidak
memiliki waktu untuk membicarakan program kehamilan mereka.
Komunikasi adalah hal yang penting di dalam keluarga pasangan baru
menikah terhadap keluarga, suami-istri, dan lingkungan.

33
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Keluarga adalah kumpulan dua orang atau lebih individu yang
bergabung karena hubungan darah, perkawinan, atau adopsi, hidup
dalam satu rumah tangga, saling berinteraksi satu sama lainnya dalam
perannya dan menciptakan dan mempertahankan suatu budaya.
Sedangkan, menurut Ferry Efendi & Makhfudli (2009) keluarga merupakan
unit terkecil dalam masyarakat yang menjadi klien (penerima) asuhan
keperawatan. Menurut Ferry Efendi & Makhfudli (2009) dalam bukunya
menyebutkan bahwa keluarga memiliki karakteristik sebagai berikut:
a. Terdiri ≥ 2 orang yang diikat oleh hunbungan darah, perkawinan atau
adopsi.
b. Anggota keluarga biassanya hidup bersama atau jika terpisah merka tetap
memperhatikan satu sama lain.
c. Anggota keluarga berinteraksi satusama lain dan masing-masing
mempunyai peran sosial seperti peran suami, ibu, anak, kakak, dan adik.
d. Mempunyai tujuan menciptakan dan mempertahankan budaya serta
meningkatkan perkembangan fisisk, psikologis, dan sosial anggota
keluarga yang lain.

4.2 Saran
Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi mahasiswa/i untuk
memberikan dorongan, semangat, bahkan pemikiran para pembaca dengan
makalah ini menjadi pedoman bagi mahasiswa/i dan juga bagi para pembaca
makalah ini.

34
DAFTAR PUSTAKA

Bagir, Haidar. 2010. Surga Dunia, Surga di Akhirat: Kiat – Kiat Praktis Merawat
Perkawinan. Bandung: Penerbit Mizania

Cahyono, Suharjo B. 2010. Vaksinasi Cara Ampuh Cegah Penyakit Infeksi.


Yogyakarta: KANISIUS

Carpenito, Lynda J-Moyet. 2013. Buku Saku Diagnosis Keperawatan Ed.13.


Jakarta: EGC

Damayanti,Indah.2012.Konseling Pranikah.

http://www.psikologikita.com/?q=konselingpranikah. Diakses pada 2 April 2014

Ferry Efendi & Makhfudli. 2009. Keperawatan Kesehatan komunitas Teori dan
Praktik dalam Keperawatan. Jakarta: Penerbit Salemba Medika

Fitantra. Bayu. 2013. Antenatal care Konseling Prekonsepsi.


http://www.medicinesia.com/kedokteran-klinis/reproduksi/antenatal-care-anc-
konseling-prekonsepsi-pentingnya-persiapan-kehamilan/. Diakses pada 2
April 2014

Friedman. 2002. Keperawatan Keluarga, Riset, Teori, dan Praktik. Jakarta : EGC

L, Jhonson & Leny. R. 2010. Keperawatan Keluarga. Yogyakarta : Nuha Medika

RISKESDAS (Riset Kesehatan Dasar). (2010). Jakarta: Badan Penelitian dan


Pengembangan Kesehatan Kementrian Kesehatan RI.

Setiadi. 2008. Konsep dan Proses Keperawatan Keluarga. Yogyakarta : Graha


ilmu

Suprajitno. 2003. Asuhan Keperawatan Keluarga: Aplikasi dalam Praktik.


Jakarta: EGC

Zaidin, Ali. 2009. Pengantar Keperawatan Keluarga. Jakarta: EGC

35

Anda mungkin juga menyukai