Anda di halaman 1dari 15

KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI, DAN PENDIDIKAN TINGGI

UNIVERSITAS TADULAKO
FAKULTAS TEKNIK
JURUSAN TEKNIK SIPIL
PROGRAM STUDI S1 TEKNIK GEOLOGI
KAMPUS BUMI TADULAKO TONDO, TELEPON 0451-422611 Fax 0451-422844 PALU

LEMBAR KERJA
PRAKTIKUM METODE GEOLOGI LAPANGAN
ACARA KE- / MODUL : 1 / Pengenalan Alat-Alat Lapangan dan
Mengeplot Titik-Titik di Lapangan dari Tanda-
Tanda Alam , GPS, Peta Kontur dan Gambar
Citra
I. Tujuan
Tujuan dilaksanakannya praktikum ini yaitu :
1. Mengetahui alat dan bahan serta kegunaan dan cara penggunaan yang di
lapangan.
2. Mengetahui bagaimana cara plot titik-titik di lapangan dari Tanda-Tanda
Alam , GPS, Peta Kontur Dan Gambar Citra.
II. Tinjauan Pustaka
2.1 Peralatan Lapangan dan Kegunaannya
Geologi merupakan salah satu cabang ilmu yang mempelajari tentang
bumi. Aktivitas geologi selalu dilakukan di lapangan. Sebelum berangkat
ke lapangan, ahli geologi harus mempersiapkan segala sesuatu yang
menyangkut kepentingan lapangan untuk mendapatkan hasil yang
optimal.
Peralatan lapangan terbagi dua, yaitu peralatan lapangan baku dan
tidak baku. Peralatan baku merupakan peralatan yang harus ada jika
melakukan aktivitas lapangan, peralatan baku yaitu sebagai berikut :
1. Palu (hammer) geologi dan Betel (chisel)
Penggunaan Palu geologi dimanfaatkan untuk memecah batuan
dengan cara dipukulkan. Pada saat akan memecah batuan, cari bagian
sisi batuan yang relatif lunak dengan cara memukul-mukul secara
pelan. Perasaan dengan memperhatikan bunyi pukulan, dapat
menunjukan bagian sisi singkapan batuan yang mudah dipecah dan
bagian sisi singkapan batuan yang sulit dipecah. Palu geologi tidak
dimanfaatkan untuk mencungkil sampel atau sebagai pahat ( apabila
bentuk gagang palu pipih ) atau akan melengkung ( bila bentuk gagang
palu bulat ). Berikut jenis palu geologi :
KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI, DAN PENDIDIKAN TINGGI
UNIVERSITAS TADULAKO
FAKULTAS TEKNIK
JURUSAN TEKNIK SIPIL
PROGRAM STUDI S1 TEKNIK GEOLOGI
KAMPUS BUMI TADULAKO TONDO, TELEPON 0451-422611 Fax 0451-422844 PALU

a. Pick point, digunakan secara umum untuk memecah litologi beku dan
metamorf. Bentuk ujung palunya runcing.
b. Chisel point, digunakan untuk memecah litologi sedimen. Bentuk
ujung palunya pipih
c. Crack point, digunakan untuk memecah litologi yang tidak dapat
dihancurkan oleh kedua jenis palu di atas. Menyerupai palu godam
d. Betel, digunakan sebagai alat bantu apabila litologi yang dipecah tidak
hancur, hanya memberikan efek retakan. Dengan betel, retakan tadi
kemudian dengan menggunakan palu dan betel lalu dipisahkan dari
batuan sumbernya.

Gambar 2.1 Palu Geologi

Pemakai palu geologi yang profesional, telapak tanganya


dilengkapi dengan sarung tangan yang tebuat dari kulit binatang atau
dari kain katun sebagai pengaman. Pada saat memecah batuan
yakinkan bahwa di tempat sekitar tidak ada orang disekitar anda, pada
saat memecah batu, sangat di anjurkan anda mengenakan kacamata
lapangan sebagai pengaman. Usahakan memukul batuan yang
kedudukannya lebih rendah dari mata anda, satu dan lain hal demi
keamanan mata. Apabila posisi yang demikian tidak dapat dipilih,
pukulah singkapan batuan dengan hati-hati.
KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI, DAN PENDIDIKAN TINGGI
UNIVERSITAS TADULAKO
FAKULTAS TEKNIK
JURUSAN TEKNIK SIPIL
PROGRAM STUDI S1 TEKNIK GEOLOGI
KAMPUS BUMI TADULAKO TONDO, TELEPON 0451-422611 Fax 0451-422844 PALU

2. Kompas Geologi
Jenis – jenis kompas yang digunkan dalam kegiatan lapangan
geologi adalah kompas American Brunton, dapat digunakan untuk
mengukur kedudukan batuan (strike dan dip), penentuan sudut lereng,
tidak dapat digunakan untuk penetuan sudut bearing. Kompas
Geologi digunakan untuk mengukur arah (azimuth) pada suatu titik
ataupun kelurusan struktur, mengukur kemiringan lereng,maupun
mengukur jurus ataupun kedudukan perlapisan dan kemiringan
lapisan batuan. Berikut kegunaan dari kompas geologi :
a. Koreksi Deklinasi. Karena jarum kompas adalah jarum magnet,
maka arah utara yang ditunjukkan oleh jarum kompas adalah arah
utara magnetik.
b. Cara Membaca Arah.
Arah dari suatu titik ke titik lain dapat dinyatakan dengan dua
cara, tergantung jenis/tipe kompas geologi yang digunakan. Kedua
cara tersebut adalah :
 Dengan hanya menggunakan satu mata angin yaitu North (N)
memutar melewati East (E).
 Dengan menggunakan empat mata angin, yaitu North, East,
South dan West. Arah-arah diukur dari : North ke arah East
untuk yang berada pada kuadran NE, misalnya N 60° E, N 35° E
dsb.
c. Cara Menentukan Arah dengan Menembak (Shooting)
Jika kita berada di suatu tempat yang posisinya di peta tidak
diketahui, tetapi dari tempat kita berada kita dapat melihat 1 atau
lebih titik yang lokasinya di peta diketahui dengan tepat, misainya
puncak bukit, perpotongan dua sungai dan sebagainya, maka lokasi
tempat kita berada dapat ditentukan dengan cara menembak
(shooting) titik-titik yang sudah diketahui posisinya tersebut.
d. Cara Mengukur Jurus dan Kemiringan.
Cara pertama yang dibaca adalah arah dari jurusnya.
KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI, DAN PENDIDIKAN TINGGI
UNIVERSITAS TADULAKO
FAKULTAS TEKNIK
JURUSAN TEKNIK SIPIL
PROGRAM STUDI S1 TEKNIK GEOLOGI
KAMPUS BUMI TADULAKO TONDO, TELEPON 0451-422611 Fax 0451-422844 PALU

˗ Pengukuran dilakukan dari bagian atas lapisan, kalau yang


tersingkap bagian bawah maka sambunglah bidang perlapisan
tersebut dengan clipboard saudara dan pengukuran dilakukan di
atas clipboard.
˗ Tempelkan sisi E dari kompas pada lapisan batuan sambil
kompas dihorisontalkan dengan cara gelembung horisontal
(horizontal bubble) diusahakan berada di tengah. Kalau
kompas sudah horisontal bacalah ujung utara, maka arah ini
adalah arah jurus dari lapisan. Arah kemiringannya adalah 90°
dari arah ini searah jarum jam.
˗ Ukurlah besar kemiringan dengan klinometer. Caranya :
kompas diletakkan miring pada sisinya yang ada skala
klinorneter dalam arah tegak lurus, baca besar kemiringan.
Jika arah kemiringannya yang dibaca maka:
˗ Pengukuran tetap dilakukan pada bagian atas lapisan batuan.
˗ Tempelkan sisi S dari kompas sambil kompas dihorisontalkan
seperti pada cara pertama.
˗ Setelah kompas horisontal, bacalah ujung jarum utara, maka
arah ini adalah arah kemiringan dari lapisan.
˗ Ukurlah besamya kemiringan dengan klinometer.
Arah jurusnya tentu saja tegak lurus arah kemiringan tersebut.

Gambar 2.2 Kompas geologi


KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI, DAN PENDIDIKAN TINGGI
UNIVERSITAS TADULAKO
FAKULTAS TEKNIK
JURUSAN TEKNIK SIPIL
PROGRAM STUDI S1 TEKNIK GEOLOGI
KAMPUS BUMI TADULAKO TONDO, TELEPON 0451-422611 Fax 0451-422844 PALU

3. Lensa Tangan
Lensa digunakan di lapangan sebagai alat bantu yang
mempermudah seorang geologi dalam melakukan determinasi
lapangan terhadap contoh litologi atau tanah yang dijumpai di
lapangan dengan cara mendekatkan batuan dengan lensa dan mata lalu
melihat kandungan mineral pada contoh litologi atau batuan saat
berada di lapangan.

Gambar 2.3 Lensa tangan (loupe)


4. Komparator
Komparator yang biasa digunakan ada 2 jenis yaitu komparator
batuan sedimen dan komparator batuan beku. Komparator batuan
sedimen biasa digunakan untuk menentukan batuan sedimen dengan
parameter ukuran butir dan jenis kebundaran butir. Komparator
batuan beku biasa digunakan untuk menentukan batuan beku dengan
parameter mineral, bentuk mineral dan persentase penyebaran mineral
pada suatu batuan.

Gambar 2.4 Komparator batuan beku dan batuan sedimen


KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI, DAN PENDIDIKAN TINGGI
UNIVERSITAS TADULAKO
FAKULTAS TEKNIK
JURUSAN TEKNIK SIPIL
PROGRAM STUDI S1 TEKNIK GEOLOGI
KAMPUS BUMI TADULAKO TONDO, TELEPON 0451-422611 Fax 0451-422844 PALU

5. Peta Lokasi Penelitian


Peta lokasi penelitian sangat penting untuk dibawa ke lapangan.
Peta lokasi penelitian berguna sebagai alat untuk merekam data
selama pengambilan data lapangan berlangsung. Jauhkan banda ini
dari bahaya air dan segala sesuatu yang dapat membuat media
perekam data ini rusak atau hilang.

Gambar 2.5 Komparator batuan beku dan batuan sedimen


6. Buku Catatan Lapangan
Buku catatan lapangan digunakan sebagai tempat untuk
menyimpan alat – alat lapangan seperti peta lokasi penelitian, alat tulis
– menulis dan sebagainya. Fungsi utama dari buku lapangan sebagai
alat untuk semua data-data hasil observasi dan pengukuran, maupun
pemikiran, interpretasi awal, dan pertanyaan-pertanyaan direkam
dalam buku catatan lapangan.

Gambar 2.6 Buku catatan lapangan


KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI, DAN PENDIDIKAN TINGGI
UNIVERSITAS TADULAKO
FAKULTAS TEKNIK
JURUSAN TEKNIK SIPIL
PROGRAM STUDI S1 TEKNIK GEOLOGI
KAMPUS BUMI TADULAKO TONDO, TELEPON 0451-422611 Fax 0451-422844 PALU

7. Papan jepit (Clipboard)


Papan jepit digunakan untuk meletakan dan menjepit kertas
deskripsi objek atau peta agar memudahkan pengguna dalam menulis,
dilengkapi dengan plastik lebar untuk melindungi peta dari air hujan.
Papan jepit juga bisa digunakan untuk mengukur strike dan dip dengan
meletakan papan tegak lurus terhadap objek lapisan batuan yang akan
di ukur serta menempelkan kompas pada permukaan papan jepit.

Gambar 2.7 Papan jepit (Clipboard)


8. Peralatan GPS,
GPS digunakan untuk penentuan koordinat secara otomatis. Fungsi
GPS (Global Position System) adalah untuk menentukan letak di
permukaan bumi dengan bantuan penyelarasan (synchronization)
sinyal satelit yang mengirimkan sinyal gelombang mikro ke Bumi.
Sinyal ini diterima oleh alat penerima di permukaan, dan digunakan
untuk menentukan letak, kecepatan, arah, dan waktu.

Gambar 2.8 GPS (Global Position System)


KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI, DAN PENDIDIKAN TINGGI
UNIVERSITAS TADULAKO
FAKULTAS TEKNIK
JURUSAN TEKNIK SIPIL
PROGRAM STUDI S1 TEKNIK GEOLOGI
KAMPUS BUMI TADULAKO TONDO, TELEPON 0451-422611 Fax 0451-422844 PALU

9. Larutan asam klorida (HCl)


Larutan asam klorida (HCl) secukupnya isikan pada botol yang
praktis dipakai, tidak mudah pecah maupun tumpah, contohnya botol
plastik bekas tempat obat mata. Larutan asam klorida ini digunakan
untuk mengetes litologi atau batuan yang mengandung karbonat dan
kalsium. Apabila diteteskan pada batuan, batuan tersebut memberikan
reaksi seperti buih-buih maka hal tersebut mengindikasikan batuan
tersebut mengandung kalsium dan atau karbonat.

Gambar 2.9 Larutan asam klorida (HCl)


10. Pita ukur
Pita ukur dari logam atau plastik 2 atau 3 meter. Pita ukur
digunakan untuk mengukur panjang dan atau lebar suatu objek seperti
tebal suatu lapisan batuan. Digunakan dengan cara membentangkan
atau menempelkan pita ukur pada objek yang akan diukur dimensi
panjang dan lebarnya.

Gambar 2.10 Pita ukur


KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI, DAN PENDIDIKAN TINGGI
UNIVERSITAS TADULAKO
FAKULTAS TEKNIK
JURUSAN TEKNIK SIPIL
PROGRAM STUDI S1 TEKNIK GEOLOGI
KAMPUS BUMI TADULAKO TONDO, TELEPON 0451-422611 Fax 0451-422844 PALU

11. Kantong sampel


Kantong sampel digunkan untuk tempat menyimpan contoh batuan
dari suatu lokasi atau singkapan. Kantong sampel digunakan harus
yang memiliki klip pada bagian mulut kantong yang berguna sebagai
penutup kantong agar sampel atau contoh batuan tidak mudah keluar
atau terjatuh dari kantong sampel.

Gambar 2.11 Kantong sampel


12. Kamera
Kamera pada kegiatan lapangan di gunakan untuk mengambil
gambar suatu objek seperti foto singkapan, kenampakan geomorfologi
sekitar, gejala struktur yang timbul di permukaan, sampel atau contoh
batu dana atau fosil. Pada pemetaan berskala besar kamera biasa juga
digunakan untuk mengambil objek dari udara atau foto udara yang
menampilkan kenampakan permukaan bumi.

Gambar 2.11 Kamera


KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI, DAN PENDIDIKAN TINGGI
UNIVERSITAS TADULAKO
FAKULTAS TEKNIK
JURUSAN TEKNIK SIPIL
PROGRAM STUDI S1 TEKNIK GEOLOGI
KAMPUS BUMI TADULAKO TONDO, TELEPON 0451-422611 Fax 0451-422844 PALU

Selain peralatan baku, untuk aktivitas lapangan juga memerlukan


peralatan tulis dan sejenisnya, yaitu :
1. Pensil H dan HB Karet penghapus.
2. Pensil benvarna, sedapat mungkin lebih dari 12 warna.
3. Spidol besar waterproof, 1 atau 2 warna.
4. Penggaris segitiga.
5. Penggaris panjang (30 cm).
6. Busur derajat (siapkan sekurang-kurangnya 2 buah).
7. Jangka besar.
8. Peruncing pensil.
9. Kalkulator, usahakan yang memiliki kemampuan statistis clan
trigonometris.
10. Plester untuk memberi label pada contoh batuan

2.2 Plotting Koordinat


Plotting adalah menggambar atau membuat titik di peta/membuat
garis di peta. Membuat/menggambar tanda – tanda tertentu di peta.
Plotting membantu kita dalam membaca peta. Dalam teknik plotting
lintasan ada beberapa tanda medan tertentu sebagi patokan dalam
pembuatan jalur. Jalur ini bersifat fleksibel tetapi menyesuaikan kondisi
medan dengan tetap berpatokan tanda medan tertentu sebagai patokan
pergerakannya. Contoh tanda medan yang bias dijadikan patokan adalah
punggungan, lembah, sungai dan tempat yang memungkinkan untuk
menembak suatu objek dan mendapatkan sudut kompasnya.

2.3 Resection dan Intersecsion


4.1 Resection
Resection adalah metode untuk menentukan kedudukan/posisi di
peta dengan menggunakan dua atau lebih tanda medan yang dikenali
dan diketahui posisinya di peta. Teknik resection membutuhkan
bentang alam yang terbuka untuk dapat membidik tanda medan yang
KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI, DAN PENDIDIKAN TINGGI
UNIVERSITAS TADULAKO
FAKULTAS TEKNIK
JURUSAN TEKNIK SIPIL
PROGRAM STUDI S1 TEKNIK GEOLOGI
KAMPUS BUMI TADULAKO TONDO, TELEPON 0451-422611 Fax 0451-422844 PALU

sudah diketahui posisinya di peta. Tidak selalu dua tanda medan yang
harus dibidik, jika kita berada di tepi sungai, sepanjang jalan, atau
sepanjang suatu punggungan, maka hanya perlu satu tanda medan
lainnya yang dibidik.

4.2 Interesection
Prinsip intersection adalah menentukan posisi suatu titik (benda) di
peta dengan menggunakan dua atau lebih tanda medan yang dikenali
dilapangan. Intersection digunakan untuk mengetahui atau
memastikan posisi suatu benda yang terlihat dilapangan, tetapi sukar
untuk dicapai dan tidak terdapat di peta. Pada intersection, kita sudah
yakin pada posisi kita di peta.

III. Metodologi
3.1 Waktu dan Tempat
Praktikum Lapangan Metode Geologi Lapangan dilaksanakan pada
hari Sabtu tanggal 11 Mei 2019 bertempat di

3.2 Alat dan Bahan


Adapun alat dan bahan yang digunakan dalam praktikum ini adalah
sebagai berikut :
1. Peta Topografi
2. Kompas
3. Mistar
4. Busur Derajat
5. Protaktor Navigasi
6. Buku catatan lapangan
7. Clipboard
8. Alat Tulis
9. Kamera
KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI, DAN PENDIDIKAN TINGGI
UNIVERSITAS TADULAKO
FAKULTAS TEKNIK
JURUSAN TEKNIK SIPIL
PROGRAM STUDI S1 TEKNIK GEOLOGI
KAMPUS BUMI TADULAKO TONDO, TELEPON 0451-422611 Fax 0451-422844 PALU

3.3 Prosedur Kerja


1. Cari tempat terbuka agar dapat melihat tanda-tanda medan yang
mencolok dengan mudah
2. Orientasikan peta dengan benar, kemudian lakukan orientasi medan
terhadap tanda dan bentuk medan yang ada dengan tepat.
3. Tandai kedudukan dari dua titik tanda medan atau lebih yang sudah
diamati baik di lapangan maupun di peta, misalnya tanda medan A
dan tanda medan B
4. Bidikkan kompas ke titik ‘A’ dan ‘B’, catat nilai azimuthnya
Misal: Titik A = 315 Titik B = 370
5. Hitung nilai back azimuth dari kedua titik tersebut, yaitu:
Titik A = 315º – 180º = 135º Titik B = 37º + 180º = 217º
6. Tarik garis (plotting) dari titik A sebesar nilai back azimuth A dengan
meletakkan pusat simetris (indeks) protractor pada titik A yang telah
ditentukan di peta dengan menggunakan benang tengah protractor.
7. Tarik lagi garis dari titik B sebesar nilai back azimuth B seperti yang
dilakukan terhadap titik A dan akan terjadi perpotongan antara garis
back azimuth A dengan garis back azimuth B.
8. Titik perpotongan dari dua nilai garis back azimuth titik A dan B
tersebut adalah tempat kedudukan kita berada, misalnya titik ‘C’
9. Tentukan koordinatnya dengan menggunakan koordinat geografis
(cara mekasis atau matematis), dan atau koordinat UTM
(menggunakan sistem 6 angka, 8 angka, 10 angka atau lengkap 14
angka).
10. Sebutkan atau tulis koordinatnya dengan standar penulisan koordinat
peta yaitu menyebutkan judul dan lembar peta kemudian titik
koordinatnya.
KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI, DAN PENDIDIKAN TINGGI
UNIVERSITAS TADULAKO
FAKULTAS TEKNIK
JURUSAN TEKNIK SIPIL
PROGRAM STUDI S1 TEKNIK GEOLOGI
KAMPUS BUMI TADULAKO TONDO, TELEPON 0451-422611 Fax 0451-422844 PALU

IV. Hasil dan Pembahasan


4.1 Hasil
Hasil dari praktikum ini merupakan koordinat yang diplot degan cara
manual atau tanpa GPS dengan cara resection dan intersecsion. Pada
setiap stasion memiliki koordinat yang berbeda stasion pengamatan
berada pada lokasi morfologi yang berbeda mulai dari pedataran hingga
perbukitan.
1. Stasiun 01
Pada stasion 01 dengan koordinat longtitude 119°50'34,8"E;
latitude 0°54'10,8"S. Stasiun ini memiliki relief perbukitan, tingkat
pelapukan sedang, tebal soil sedang, warna soil abu-abu, tata guna
lahan pemukiman, stadia daerah muda, tipe morfologi Denudasional,
vegetasi semak belukar dan pohon kelapa. Stasion ini berada pada ruas
jalan di Perumnas Balaroa dengan lebar jalan ± 5 m.
2. Stasiun 02
Pada stasion 02 dengan koordinat longtitude 119°49'5,436"E;
latitude 0°54'5,929"S. Stasiun ini memiliki relief perbukitan, tingkat
pelapukan sedang, tebal soil sedang, warna soil abu-abu, tata guna
lahan pemukiman, stadia daerah dewasa, tipe morfologi Fluvial,
vegetasi semak belukar dan pepohonan, tipe sungai Periodik. Stasion
ini berada pada sungai di daerah Salena lebar sungai ± 4 m dan arah
sungai N 75º E.
3. Stasiun 03
Pada stasion 03 dengan koordinat longtitude 119°49'48,814"E;
latitude 0°53'54,748"S. Stasiun ini memiliki relief perbukitan, tingkat
pelapukan sedang, tebal soil sedang, warna soil abu-abu, tata guna
lahan pemukiman, stadia daerah dewasa, tipe morfologi Fluvial,
vegetasi semak belukar dan pepohonan, tipe sungai Periodik. Stasion
ini berada pada sungai di daerah Kanuna lebar sungai ± 4 m dan arah
sungai N 76º E.
KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI, DAN PENDIDIKAN TINGGI
UNIVERSITAS TADULAKO
FAKULTAS TEKNIK
JURUSAN TEKNIK SIPIL
PROGRAM STUDI S1 TEKNIK GEOLOGI
KAMPUS BUMI TADULAKO TONDO, TELEPON 0451-422611 Fax 0451-422844 PALU

4. Stasiun 04
Pada stasion 03 dengan koordinat longtitude 119°49'31,351"E;
latitude 0°53'34,256"S. Stasiun ini memiliki relief perbukitan, tingkat
pelapukan sedang, tebal soil sedang, warna soil abu-abu, tata guna
lahan pemukiman, stadia daerah muda, tipe morfologi Denudasional,
vegetasi semak belukar dan pepohonan.

4.2 Pembahasan
Ploting lokasi stasiun pengamatan dilakukan dengan mencari cari
tempat terbuka agar dapat melihat tanda-tanda medan yang mencolok
dengan mudah orientasikan peta dengan benar, kemudian lakukan
orientasi medan terhadap tanda dan bentuk medan yang ada dengan tepat.
Tandai kedudukan dari dua titik tanda medan atau lebih yang sudah
diamati baik di lapangan maupun di peta, misalnya tanda medan A dan
tanda medan. Bidikkan kompas ke titik ‘A’ dan ‘B’, catat nilai
azimuthnya, Misal: Titik A = 315, Titik B = 370. Hitung nilai back
azimuth dari kedua titik tersebut, yaitu: Titik A = 315º–180º = 135º
Titik B = 37 o + 180 o = 217o. Tarik garis (plotting) dari titik A sebesar
nilai back azimuth A dengan meletakkan pusat simetris (indeks)
protractor pada titik A yang telah ditentukan di peta dengan
menggunakan benang tengah protractor. Tarik lagi garis dari titik B
sebesar nilai back azimuth B seperti yang dilakukan terhadap titik A dan
akan terjadi perpotongan antara garis back azimuth A dengan garis back
azimuth B. Titik perpotongan dari dua nilai garis back azimuth titik A
dan B tersebut adalah tempat kedudukan kita berada, misalnya titik ‘C’.
Tentukan koordinatnya dengan menggunakan koordinat geografis (cara
mekasis atau matematis). Catat koordinatnya dengan standar penulisan
koordinat peta dengan menuliskan judul koordinat. Pada acara ini
dilakukan pengamatan lingkungan sekitar dengan memasukan koordinat
dan keterangan suatu objek umum yang belum masuk pada peta lokasi
atau peta RBI dan mencatatnya pada buku catatan lapangan.
KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI, DAN PENDIDIKAN TINGGI
UNIVERSITAS TADULAKO
FAKULTAS TEKNIK
JURUSAN TEKNIK SIPIL
PROGRAM STUDI S1 TEKNIK GEOLOGI
KAMPUS BUMI TADULAKO TONDO, TELEPON 0451-422611 Fax 0451-422844 PALU

V. Kesimpulan dan Saran


5.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil pengamatan dan pembahasan dapat disimpulkan
sebagai berikut :
1. Dalam melakukan pengamatan dan pengambilan data di lapangan
terdapat peralatan baku dan peralatan tidak baku yang harus dibawa
saat melakukan pengambilan data di lapangan.
2. Setiap peralatan yang digunakan di lapangan memiliki kegunaan
masing-masing sesuai dengan kebutuhan di lapangan.
3. Peralatan yang digunakan memiliki prosedur dalam penggunaannya
dalam pengambilan data di lapangan untuk memaksimalkan fungsi
dari peralatan tersebut.
4. Dalam menentukan koordinat dan mencari posisi pada peta
dilakukan metode resection dan intersecsion dengan cara membidik
dua titik umum yang terlihat dan terdapat pada peta untuk
mendapatkan dua garis yang saling berpotongan dimana
perpotongan kedua garis titik koordinat atau posisi pada peta.

5.2 Saran
Dalam melakukan proses penentuan titik dengan metode resection
dan intersecsion keakuratan sebuah posisi dan koordinat sangat rendah
oleh karena itu dalam melakukan metode ini seorang navigator harus
mengikuti setiap prosedur dalam metode tersebut, atau menggunakan
metode atau alat lainnya yang lebih akurat.

Anda mungkin juga menyukai