Anda di halaman 1dari 5

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Nosocomial infections (NIs) continue to be a significant problem in patients


across the globe. NIs can prolonged hospitalization and significantly increased health
care costs. According to previous study, the extra length of stay in ICUs was 9.5 days
for Central line-associated bloodstream infection (CLABSI) and 9.1days for
Ventilator associated pneumonia (VAP), respectively[1], moreover, the additional
cost per hospital-acquired bloodstream infection was 4900 Euro[2].
Penyakit nosokomial Permasalahan yang timbul akibat infeksi nosokomial
tidak hanya meningkatkan angka kematian tetapi juga meningkatkan kerugian
finansial secara signifikan. Oleh sebab itu, tidak hanya tenaga medis,
pemerintahpun turut serta mengambil andil dalam upaya pemberantasan hal ini
dengan mengeluarkan PERMENKES RI no. 27 tahun 2017 tentang pedoman
pencegahan dan pengendalian infeksi di fasilitas pelayanan kesehatan.
Menurut perkiraan yang dilaporkan WHO, sekitar 15% dari semua pasien
yang dirawat di rumah sakit menderita infeksi ini [23]. Ini
infeksi bertanggung jawab untuk 4% -56% dari semua penyebab kematian pada
neonatus, dengan tingkat kejadian 75% di Asia Tenggara dan Sub-Sahara Afrika
[1]. Insiden ini cukup tinggi di negara-negara berpenghasilan tinggi yaitu antara
3,5% dan 12% sedangkan itu bervariasi
antara 5,7% dan 19,1% di negara berpenghasilan menengah dan rendah. Frekuensi
infeksi keseluruhan di negara berpenghasilan rendah tiga kali lebih tinggi daripada
di negara-negara berpenghasilan tinggi sedangkan kejadian ini 3–20 kali lebih
tinggi pada neonatus [24].
Salah satu tahap kewaspadaan standar yang efektif dalam pencegahan dan
pengendalian infeksi ialah hand hygiene (kebersihan tangan), karena kegagalan
dalam menjaga kebersihan tangan adalah penyebab utama infeksi nosokomial dan
dapat mengakibatkan penyebaran mikroorganisme multi resisten di fasilitas
pelayanan kesehatan. Menjaga kebersihan tangan dengan cara mencuci tangan
adalah metode paling praktis dan efektif dalam pencegahan infeksi nosokomial.3
Cuci tangan merupakan salah satu komponen utama yang harus
dilaksanakan dan dipatuhi dalam kewaspadaan standar yang direkomendasikan
CDC dan HICPAC pada tahun 2007. Cara mencuci tangan menurut buku
pedoman kebersihan tangan yang dibuat oleh PPIRS RSUP DR. M. Djamil
Padang terdiri dari 6 (enam) langkah. Diawali dengan menggosokkan kedua
telapak tangan secara memutar, menggosok telapak tangan kanan di atas
punggung tangan kiri, gosok punggung tangan dan sela-sela jari kiri, gerakan
maju-mundur, dan sebaliknya. Selanjutnya, kedua telapak tangan saling
berhadapan dan jari-jari saling menyilang, gosok kedua telapak tangan, dan sela-
sela jari dari bagian pangkal jari ke arah luar (ujung). Setelah itu, kedua tangan
saling menggenggam, jari-jari saling mengunci, punggung jari tangan satu pada
telapak tangan lainnya saling menggosok. Diakhiri dengan telapak tangan kanan
menggenggam ibu jari kiri, gosok secara memutar ibu jari kiri dan sela ibu jari
dan telunjuk menggunakan ibu jari dan telapak tangan kanan, lakukan
sebaliknya.Mencuci tangan dengan sabun sebelum melakukan tindakan medis
dapat menurunkan tingkat penularan bakteri, virus, bahkan jamur dari dokter ke
pasien. Mencuci tangan dapat mengurangi bakteri sampai 90%.4-6
Pada tangan dewasa, bakteri dengan famili Propiobacteriaceae ,
Streptococcaceae, dan Staphylococcaceae banyak ditemukan pada tangan.Tenaga
kesehatan biasanya lebih beresiko memiliki bakteri patogen seperti methicillin-
resistant Staphylococcus aureus (MRSA) dan Escherichia coli pada tangannya.
Komposisi bakteri pada tangan juga dipengaruhi oleh faktor intrinsik dan faktor
ekstrinsik. Faktor instrinsi tersebut dapat berupa umur, jenis kelamin, sistem imun,
dan tangan dominan. Sedangkan faktor ekstrinsik yang mempengaruhi komposisi
bakteri adalah lifestyle,etnis, lingkungan rumah, dan lingkungan kerja.7-14
Rumah sakit menggunakan air dalam jumlah banyak untuk fungsi inti dan
non-inti, seperti mencuci dan kebersihan pribadi, perawatan terapeutik, operasi
steril pusat, sistem pengolahan air untuk laboratorium atau ginjal dialisis. Di
dunia, umumnya rumah sakit dapat menghabiskan sekitar kurang lebih 1000 L air
per tempat tidur setiap hari. Di Indonesia sendiri jumlah kebutuhan air minum dan
air bersih untuk rumah sakit masih belum dapat ditetapkan secara pasti. Secara
umum, perkiraan kebutuhan air bersih didasarkan pada jumlah tempat tidur.
Kebutuhan minimal air bersih 500 liter per tempat tidur per hari. Penggunaan air
yang tidak efisien tidak hanya ditemukan di rumah sakit Indonesia tetapi juga di
banyak fasilitas kesehatan dunia. Ketidakefisienan ini akan menyebabkan
pemborosan sumber daya dan uang.15-17
Peranan IGD sangat penting didalam pelayanan kesehatan karena instalasi
ini memberikan pelayanan khusus kepada penderita gawat darurat selama 24 jam
setiap harinya. Dalam penatalaksaan kegawatdaruratan di IGD dibutuhkan
kecepatan dalam persiapan tanpa menguarani kualitas kebersihan. Pasien yang
masuk ke IGD rumah sakit butuh pertolongan yang cepat dan tepat untuk itu perlu
adanya standar dalam memberikan pelayanan gawat darurat sesuai dengan
kompetensi dan kemampuannya sehingga dapat menjamin suatu penanganan
gawat darurat dengan response time yang cepat dan penanganan yang tepat.
Menurut Keputusan Menkes RI no 857 tahun 2009, “Pasien gawat darurat harus
ditangani paling lama 5 menit setelah sampai di IGD.” Cuci tangan yang sesuai
standar WHO telah menyumbang 1 menit dari 5 menit penatalaksaan
kegawatdaruratan di IGD. 18,19
Berdasarkan data-data yang telah dipaparkan sebelumnya, peneliti tertarik
melakukan penelitian eksperimental mengenai pereduksian langkah mencuci
tangan dari 6 langkah menjadi 4 langkah dalam upaya mengefesienkan
penggunaan air dan pemakaian waktu dalam mencuci tangan. Diharapkan
penelitian ini memiliki makna yang besar sehingga dapat digunakan tenaga
kesehatan .

1.2 Rumusan Masalah


Bagaimana perbandingan jumlah bakteri yang tereliminasi pada tangan
yang dicuci menggunakan metode 4 langkah dengan 6 langkah.

1.3 Tujuan Penelitian


1.3.1 Tujuan Umum
Tujuan umum penelitian ini adalah untuk mengetahui tingkat efektifitas
dari mencuci tangan 4 langkah dibandingkan 6 langkah terhadap bakteri
yang terdapat di tangan.
1.3.2 Tujuan Khusus
1. Menegetahui keefektifan mencuci tangan dengan metode cuci
tangan 4 langkah terhadap jumlah bakteri yang tereliminasi?
2. Menegetahui keefektifan mencuci tangan dengan metode cuci
tangan 6 langkah terhadap jumlah bakteri yang tereliminasi?
3. Mengetahui perbandingan keefektifan mencuci tangan
menggunakan metode 4 langkah dengan 6 langkah ?

1.4 Manfaat Penelitian


1.4.1 Peneliti
1. Memberikan pengalaman dan pengetahuan dalam hal
menerapkan teori yang telah di pelajari di perkuliahan
2. Menambah wawasan mengenai bakteri yang terdapat pada
tangan manusia
3. Menambah pengalaman penelitian

1.4.2 Ilmu Pengetahuan


1. Penelitian ini diharapkan dapat dijadikan nilai-nilai ilmiah untuk
meningkatkan keilmuan bagi praktisi kesehatan maupun praktisi
lainnya yang memanfaatkan cuci tangan dalam melaksanakan
kerjanya
2. Dapat dijadikan sebagai rujukan penelitian lebih lanjut

1.4.3 Masyarakat
Hasil Penelitian ini diharapkan bermanfaat sebagai bahan masukan
untuk memperbaiki keadaan kesehatan masyaraat serta memberi informasi
mengenai bakteri yang terdapat pada tangan manusia baik sebelum
maupun setelah dicuci.

1. Mehta Y, Jaggi N, Rosenthal VD, Kavathekar M, Sakle A, Munshi N,


Chakravarthy M, Todi SK, Saini N, Rodrigues C, et al: Device-Associated Infection
Rates in 20 Cities of India, Data Summary for 2004-2013: Findings of the
International Nosocomial Infection Control Consortium. Infect Control Hosp
Epidemiol 2016, 37:172-181.
2. Vrijens F, Hulstaert F, Van de Sande S, Devriese S, Morales I, Parmentier Y:
Hospital-acquired, laboratory-confirmed bloodstream infections: linking national
surveillance data to clinical and financial hospital data to estimate increased length of
stay and healthcare costs. J Hosp Infect 2010, 75:158-162.

Anda mungkin juga menyukai