PENDAHULUAN
1.1.Latar Belakang
Etika dalam pelayanan kebidanan merupakan isu utama diberbagai tempat, dimana sering
terjadi karena kurang pemahaman para praktisi pelayanan kebidanan terhadap etika.
Pelayanan kebidanan adalah proses yang menyeluruh sehingga membutuhkan bidan yang
mampu menyatu dengan ibu dan keluarganya. Bidan harus berpartisipasi dalam memberikan
pelayanan kepada ibu sejak konseling pra konsepsi, skrening antenatal, pelayanan
intrapartum, perawatan intensif pada neonatal, dan postpartum serta mempersiapkan ibu
untuk pilihannya meliputi persalinan di rumah dan sebagainya. Bidan sebagai pemberi
pelayanan harus menjamin pelayanan yang profesional dan akuntibilitas serta aspek legal
dalam pelayanan kebidanan.
Profesi kebidanan mempunyai kontrak sosial dengan masyarakat, yang berarti masyarakat
memberi kepercayaan kepada profesi keperawatan untuk memberikan pelayanan yang
dibutuhkan. Konsekwensi dari hal tersebut tentunya setiap keputusan dari tindakan
keperawatan harus mampu dipertanggungjawabkan dan dipertanggunggugatkan dan setiap
penganbilan keputusan tentunya tidak hanya berdasarkan pada pertimbangan ilmiah semata
tetapi juga dengan mempertimbangkan etika.
1.2.Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan pengambilan keputusan dilema etik?
2. Apa saja teori-teori yang melandasi keputusan?
3. Bagaimana pengambilan keputusan dalam menghadapi dilema etik pelayanan
kebidanan?
1.3. Tujuan
1. Mengetahui apa yang dimaksud dengan pengambilan keputusan dilema etik
2. Mengetahui apa saja teori-teori yang melandasi keputusan
3. Mengetahui bagaimana pengambilan keputusan dalam menghadapi dilema etik
pelayanan kebidanan
1
BAB II
PEMBAHASAN
2
Mengapa perlu mengerti Situasi?
3
5. Sumber proses pengambilan keputusan dalam kebidanan adalah : knowledge, ajaran
intrinsic, kemampuan berfikir kritis, kemampuan membuat keputusan klinis yang
logis.
“One is faced with two alterfnative choices, neither of which seems a satisfactory solution to
the problem”
Suatu keadaan dimana dihadapkan pada dua alternatif pilihan yang kelihatannya sama atau
hampir sama merupakan pemecahan masalah yang sama-sama memuaskan. Dilema etik
dalam bioetik:
Abortus (Pro Choice) tidak sesuai dengan moral dan ajaran agama apapun dan dalam
hukum kesehatan harus dilakukan atas dasar indikasi medis tertentu. Di Amerika pada masa
pemerintahan Obama memdukung Pro Choice, tapi tetap ditentang oleh kaum Pro Life;
Pencangkokan organ tertentu; dan permintaan mengakhiri nyawa karena tidak tahan terhadap
perderitaannya (euthanasia), telah di lakukan di USA dan UK dan negara lainnya.
Dilema muncul karena terbentur pada konflik moral, pertentangan batin atau
pertentangan antara nilai – nilai yang diyakini bidan dengan kenyataan yang ada. Ketika
mencari solusi atau pemecahan masalah harus mengingat akan tanggung jawab profesional,
yaitu:
4
2.3. Konflik Moral
Konflik adalah suatu proses dimana dua pihak atau lebih berusaha memaksa
tujuannya dengan cara mengusahakan unutk menggagalkan tujuan ang ingin dicapai pihak
lainnya.
positif terhadap dua persoalan atau lebih, tetapi tujuan-tujuan yang dicapai saling terpisah
satu sama lain.
2. Approach-Avoidance Conflict, dimana orang didorong untuk melakukan pendekatan
terhadap persoalan-persoalan tersebut dan tujuannya dapat mengandung nilai positif dan
negative bagi orang yang mengalami konflik tersebut.
3. Avoidance-Avoidance Conflict, dimana orang didorong untuk menghindari dua atau lebih
hal yang negative tetapi tujuan- tujuan yang dicapai saling terpisah satu sama lain.
Konflik moral adalah pertentangan yang terjadi karena pengambilan keputusan yang
menyangkut dilema moral. Konflik moral atau dilema pada dasarnya sama, kenyataannya
konflik yang terjadi karena berada diantara prinsip moral dan tugas yang mana sering
menyebabkan dilema (Johnson 1990 dalam Jones 2000).
1. Informed Concent
Pesetujuan yang diberikan pasien atau walinya yang berhak terhadap bidan
untuk melakukan suatu tindakan kebidanan kepada pasien setelah memperoleh
informasi lengkap dan dipahami mengenai tindakan yang akan dilakukan
2. Negosiasi
Proses yang di dalamnya dua pihak atau lebih bertukar barang / jasa dan
berupaya menyepakati tingkat kerjasama tersebut.
1) Pertama, melibatkan dua pihak atau lebih. Kedua, terdapat suatu konflik
kepentingan antara pihak-pihak tersebut.
5
2) Keduanya menginginkan sesuatu yang menguntungkan untuk dirinya masing-
masing. Price versus profit, keuntungan bagi satu pihak merupakan harga yang harus
dibayar oleh pihak lain.
3) Ketiga, pihak-pihak yang terlibat sama-sama berusaha untuk mencapai
kesepakatan bukannya berkonflik. Kesepakatan dapat dicapai melalui kompromi
antara memberi dan menerima sesuatu antar pihak tersebut.
3. Persuasi
Persuasi bisa diartikan sebagai usaha untuk mengubah sikap dan kepercayaan
melalui informasi dan argument.
Ketika target menerima pesan (message) yang berbeda dari pendiriannya maka
munculah respon yang bermacam-macam seperti :
1) reject the message (menolak pesan atau informasi)
2) derogate the source (mencela the sumber)
3) suspend judgment (mencari informasi tambahan untuk menentukan keputusan,
menolak atau menerima)
4) distort the message (tidak menanggapi informasi dan menyimpannya dalam
“skema” yang mungkin suatu saat akan mengubah sikapnya)
5) attempt counter persuasion (melancarkan argumentasi balik)
6
Bentuk utilitarian ada dua yaitu :
2. Teori Deontologi
Menurut Immanuel Kant : sesuatu dikatakan baik dalam arti sesungguhnya adalah kehendak
yang baik oleh kehendak manusia.
Menurut W.D Ross : Setiap manusia punya intuisi akan kewajiban dan semua kewajiban
berlaku langsung pada diri kita.
3. Teori Hedonisme
Sesuai kodratnya setiap manusia mencari kesenangan dan menghindari ketidaksenangan.
Hal terbaik adalah menggunakan kesenangan dengan baik dan tidak terbawa oleh
kesenangan. Dalam menilai kesenangan, tidak hanya kesenangan inderawi, tetapi juga
kebebasan dari rasa nyeri, serta kebebasan dair keresahan jiwa. Kita sebut baik jika
meningkatkan kesenangan dan sebaliknya dinamakan jahat jika mengurangi kesenangan atau
menimbulkan ketidak senangan.
4. Teori Eudemonisme
Menurut Aristoteles, dalam setiap kegiatan manusia mengejar suatu tujuan, ingin
mencapai sesuatu yang baik bagi. Semua orang akan setuju bahwa tujuan hidup akhir
manusia adalah kebahagiaan (eudemonia). Keutamaan dalam mencapai kebahagiaan melalui
keutamaan intelektual dan moral.
Ada beberapa prinsip, konsep dan doktrin dalam etika kebidanan yang harus diperhatikan
antara lain :
1) Accountability / dapat di pertanggungjawaban
7
2) Beneficence / kemurahan hati
3) Non-maleficence / bukan tindak kejahatan
4) Confidentiality / kerahasiaan
5) Justice / keadilan
6) Paternalism : pengambilan kebijakan atau praktik oleh orang yang memiliki
wewenang untuk membatasi kebebasan dan tanggung jawab bagi mereka atas
kepentingan terbaik bawahannya.
7) Consent / persetujuan
8) Value of life / nilai kehidupan
9) Quality of life / kualitas hidup
10) Sanctity / kesucian
11) Status of the fetus / status janin
12) Acts and omission / Tindakan dan kelalaian
13) Ordinary or extraordinary mean
14) Double effect
15) Truth – telling
8
BAB III
PENUTUP
3.1.Kesimpulan
Etik merupakan bagian dari filosofi yang berhubungan erat dengan nilai manusia dalam
menghargai suatu tindakan, apakah benar atau salah dan apakah penyelesaiannya baik atau
salah (Jones, 1994) sedangkan Menurut George R.Terry, pengambilan keputusan adalah
memilih alternatif yang ada.
Pengambilan keputusan klinis adalah keputusan yg diambil berdasarkan kebutuhan dan
masalahyang dihadapi klien, sehingga semua tindakan yang dilakukan bidan dapat mengatasi
permasalahan yang dihadapi klien yang bersifat emergensi, antisipasi, atau rutin.
3.2.Saran
Dari makalah ini mahasiswa dapat mengetahui bagaimana cara pengambilan keputusan
yang benar dan tepat untuk menjadi calon Tenaga Kesehatan terutama sebagai seorang Bidan.
9
DAFTAR PUSTAKA
Astuti KHEW. Modul Bahan Ajar Cetak Kebidanan: Konsep Kebidanan dan Etikolegal
dalam Praktik Kebidanan. Jakarta: Pusat Pendidikan Sumber Daya Manusia Kesehatan,
Badan Pengembangan dan Pemberdayaan Sumber Daya Manusia Kesehatan Kementerian
Kesehatan Republik Indonesia; 2016.
Soepardan, Suryani. 2008. Etika Kebidanan dan Hukum Kesehatan. Jakarta : Buku
Kedokteran EGC
10