Disusun Oleh :
Alhamdulillahi robbil ‘alamin, segala puji bagi Allah yang telah menganugrahkan keimanan,
keislaman, kesehatan dan kesempatan sehingga penulis dapat menyusun makalah ini dengan baik.
Makalah dengan judul “SISTEM REPRODUKSI PRIA” ini disusun dalam rangka memenuhi
salah satu tugas mata kuliah Anatomi yang di ampu oleh Ibu Ns Lia Komalasari,S.Kep,MM.
Dalam proses penyusunannya tak lepas dari bantuan, arahan dan masukan dari berbagai pihak.
Untuk itu saya ucapkan banyak terima kasih atas segala partisipasinya dalam menyelesaikan
makalah ini.
Meski demikian, penulis menyadari masih banyak sekali kekurangan dan kekeliruan di dalam
penulisan makalah ini, baik dari segi tanda baca, tata bahasa maupun isi. Sehingga penulis secara
terbuka menerima segala kritik dan saran positif dari pembaca.
Demikian apa yang dapat saya sampaikan. Semoga makalah ini dapat bermanfaat untuk pembaca
dan untuk saya sendiri khususnya.
Penulis
DAFTAR ISI
i
Halaman
JUDUL
KATA PENGANTAR .................................................................................... i
DAFTAR ISI................................................................................................... ii
BAB I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah .............................................................................. 2
C. Tujuan ................................................................................................ 2
D. Manfaat .............................................................................................. 2
BAB II. PEMBAHASAN
2.1 Penyebab Angka Kematian di Indonesia ..................................... 3
2.2 Strategi dalam Asuhan Kebidanan............................................... 3
2.2.1 Sikap Empati ................................................................... 4
a. Tiga Aspek dalam Empati Menurut Pattorson.......... 4
b. Dua Tipe Memahami Emphatic Understanding…... 4
2.2.2 Menciptakan/Membina Hubungan baik dengan Klien ... 5
1. Sikap atau Perilaku agar Tercipata Hubungan Baik . 5
2. Contoh Perilaku agar Terciptanya Hubungan baik .. 6
3. Hubungan Terapeutik Menurut Roger…………….. 6
2.2.3 Keterampilan Observasi ................................................. 7
a. Tingakah Laku Verbal dan Nonverbal ..................... 7
b. Dua Hal Penting dalam Observasi ........................... 7
2.2.4 Keterampilan Mendengar Aktif
a. Bentuk Mendengarkan yang digunakan sesuai dengan situasi yang di
hadapi……………………………........................... 8
2.2.5 Kontak Mata ................................................................... 9
b. Cara Meningkatkan Keterampilan Kontak Mata….. 9
c. Efek Negatif dari Kontak Mata………………........ 10
ii
3.1 Kesimpulan ................................................................................... 11
DAFTAR PUSTAKA
iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Manusia pada hakekatnya adalah mahkluk sosial, yang dalam kehidupan sehari- hari tidak bisa
lepas dari kegiatan interaksi dan komunikasi. Komunikasi merupakan bagian integral kehidupan
manusia, apapun statusnya di masyarakat. Sebagai mahkluk sosial, kegiatan sehari- hari selalu
berhubungan dengan orang lain dalam upaya pemenuhan kebutuhan hidup.
Komunikasi adalah alat yang digunakan sebagai tukar menukar informasi yang mempunyai
tujuan tertentu. Komunikasi merupakan kebutuhan fundamental bagi setiap manusia. Dalam
komunikasi tersebut terdapat hal – hal yang harus diperhatikan agar tercapai komunikasi yang
baik. Banyak komunikator dan komunikan yang tidak memperhatikan bagaimana dan hal – hal
apa yang harus dilakukan dalam berkomunikasi agar tercapainya tujuan tertentu yang dicapai.
Dalam praktik kebidanan, pemberian asuhan kebidanan yang berkualitas sangat dibutuhkan.
Kualitas kebidanan ditentukan dengan cara bidan membina hubungan, baik sesama rekan sejawat
ataupun dengan klien serta keluarganya.
Upaya meningkatkan kualitas pelayanan kebidanan juga ditentukan oleh keterampilan bidan untuk
berkomunikasi secara efektif dan melakukan konseling yang baik kepada klien. Karena melalui
komunikasi yang efektif serta konseling yang berhasil, kelangsungan dan kesinambungan
penggunaan jasa pelayanan bidan untuk kesehatan wanita selama siklus kehidupan akan tercapai.
Konseling kebidanan adalah suatu proses pembelajaran, pembinaan hubungan baik, pemberian
bantuan, dan bentuk kerja sama yang dilakukan secara professional (sesuai dengan bidangnya)
oleh bidan kepada klien untuk memecahkan masalah, mengatasi hambatan perkembangan, dan
memenuhi kebutuhan klien.
B. Rumusan Masalah
1
1. Apa penyebab angka kematian di Indonesia masih tinggi?
2. Apa yang dimaksud sikap empati ?
3. Bagaimana menciptakan atau membina hubungan baik pada klien ?
4. Apa itu tingkah laku verbal dan tingkah laku nonverbal ?
5. Apa saja bentuk mendengarkan sesuai dengan situasi yang dihadapi?
6. Apa itu kontak mata ?
C. Tujuan
1. Mendeskripsikan penyebab angaka kmatian di Indonesia masih tinggi
2. Mendeskripsikan apa itu sikap empati
3. Mendeskripsikan menciptakan atau membina hubungan baik pada klien
4. Mendeskripsikan tingkah laku verbal dan tingkah laku nonverbal
5. Mendeskripsikan bentuk mendengarkan sesuai dengan situasi yang dihadapi
6. Mendeskripsikan apa itu kontak mata
D. Manfaat
1. Agar pembaca mengetahui penyebab angka kematian di Indonesia masih tinggi
2. Agar pembaca mengetahui apa itu sikap empati
3. Agar pembaca mengetahui menciptakan atau membina hubungan baik pada klien
4. Agar pembaca mengetahui tingkah laku verbal dan tingkah laku nonverbal
5. Agar pembaca mengetahui bentuk mendengarkan sesuai dengan situasi yang dihadapi
6. Agar pembaca mengetahui apa itu kontak mata
BAB II
2
ISI
Angka kematian di Indonesia masih tinggi. Setiap tahun sejumlah 18.000 ibu meninggal
dunia, dua nyawa melayang setiap satu jam,karena kehamilan dan atau persalinan. Kematian ibu
ternyata tidak hanya diikuti oleh tingginya angka kematian bayi tetapi juga meninkatkan jumlah
balita yang piatu baru (± 36.000 setiap tahun).
Risiko kematian ibu akibat kehamilan,persalinan,dan nifas serta bayi, dapat dikurangi bila
ada upaya persiapan persalinan dan kemudahan mendapatkan pelayanan kesehatan dasar. Salah
satu ujung otmbak pelayanan kesehatan dasar bagi ibu dan bayi adalah bidan. Namun, pada
kenyataannya walaupun hampir semua pemeriksaan antenatal datang pada bidan, sebagian besar
persalinan masih ditolong oleh dukun beranak. Hal ini menunjukkan bahwa ibu lebih percaya
kepada dukun beranak dibandingkan dengan bidan.
Salah satu penyebab keadaan tersebut diatas adalah rendahnya kualitas keterampilan
komunikasi dan konseling tenaga kesehatan (bidan). Penelitian di Jawa Barat menyimpulkan
bahwa keterampilan teknis medis semata tidak cukup untuk memberikan pelayanan yang
memuaskan ibu.
Kualitas komunikasi bidan yang rendah akan berdampak terhadap transfer pesan kepada
klien yang kurang baik, bidan menjadi kurang peka dan kurang mampu menggali kebutuhan dan
masalah klien, tidak tanggap terhadap perasaan klien, klien tidak puas dan selanjutnya dapat
diperkirankan kredibilitas bidan tersebut diragukan.
Dari penelitian di Indonesia (Januari 1997 di dua propinsi yaitu Jabar dan Jateng) tentang
interaksi bidan-klien menunjukkan bahwa banyak bidan yang tidak menggunakan keterampilan
konseling yang baik, misalnya :
Para bidan cenderung mendominasi sesi konseling (63% ucapan didominasi oleh bidan),
kurang memberi kesempatan kepada klien untuk berbicara panjang lebar atau
mengungkapkan keinginan dan perasaannya.
3
Para bidan lebih banyak mengajukan pertanyaan tertutup (pertanyaan yang sifatnya
mengarahkan pada jawaban ya dan tidak). 23 % ucapan bidan adalah pengulangan kata-
kata bidan itu sendiri.
Egan (1975, dalam Ivey et al, 1987) membedakan dua tipe untuk memahami
“emphatic understanding”, yakni :
1. Empati primer: oleh Rogers. Membentuk fondasi dan atmosfer inti helping relationship,
yakni mendengarkan semua pesan dan meresponnya. Kemampuan paraphrasing dan
merefleksikan perasaan konselor dengan baik akan memulai dasar empati untuk
memahami klien. Contoh perkataan: “ Sekarang saya bisa merasakan betapa sedih Anda
pada waktu itu”.
4
2. Empati lanjutan (advanced accurate emphaty) yakni memberi respon dan pemahaman
terhadap hal yang tidak langsung dikatakan klien. Dimana konselor memberikan lebih
dari dirinya dan seringkali membutuhkan upaya langsung untuk mempengaruhi klien.
Karena informasi itu selalu subjektif bagi interprestasi individu, konselor harus
menyusun kembali situasi,kepercayaan, atau pengalaman untuk
membantu klien melihatnya dari perspektif dan berbeda dan
mengecek apakah interprestasi itu sudah benar.
Sikap empati sangat penting bagi konselor, karena dengan sikap ini seorang konselor
akan mampu menciptakan hubungan baik dengan klien, selain itu mampu merasakan
permasalahan yang dialami klien. Sehingga konselor dapat memberikan alternative-
alternative pemecahan masalah untuk menyelesaikan masalah secara tersebut
5
Contoh prilaku atau respon positif bidan yang mendukung terciptanya hubungan
baik, menimbulkan perasaan nyaman pada klien misalnya :
Dalam konseling, bidan yang baik adalah bidan yang mementingkan hubungan baik
dengan klien. Hal ini akan terwujud bila selama proses konseling bidan selalu berusaha
bekerjasama dengan klien. Pembinaan hubungan baik dimulai sejak awal pertemuan
dengan klien dan perlu dijaga seterusnya.
Kejujuran
Tidak membingungkan dan cukup ekspresif
Bersikap positif
Empati bukan simpati
Mampu melihat permasalahan dari kacamata klien
Menerima klien apa adanya
Sensitif terhadap perasaan klien
Tidak mudah terpengaruh oleh masa lalu klien atau diri konselor sendiri.
6
c) Keterampilan Observasi
Bidan perlu mengamati tingkah laku pasien secara verbal dan non-verbal untuk
mengidentifikasi pesan-pesan yang tidak sejalan (sinkron) dan campur aduk. Bidan perlu
menggabungkan informasi kedalam tiga kategori.
1. Tingkah laku non-verbal klien
Cara menatap mata, bahasa tubuh, kualitas suara, merupakan indicator penting yang
mengungkapkan apa yang sedang terjadi pada diri klien.
2. Tingkah laku verbal klien
Kapan klien beralih topik apa saja kata-kata kunci, penjelasan-penjelasan yang
disampaikan dan pertanyaan-pertanyaan yang di ajukan.
3. Kesenjangan pada diri klien
Seorang bidan yang tajam pengamatannya akan memperhatikan bahwa ada beberapa
ketidaksesuaian antara tingkah laku verbal dan non-verbal antara dua buah pertanyaan,
antara apa yang diucapkan dan apa yang dikerjakan.
Meski tingkah laku verbal dan non-verbal bisa berdiri sendiri tapi pada
kenyataannya verbal dan non-vebal tidak terpisahkan, saling menguatkan arti yang
sebenarnya dari suatu tingkah laku. Dalam mengobservasi sesuatu ada 2 hal penting yang
perlu diperhatikan :
1) Pengamatan obyektif adalah berbagai tingkah laku yang kita “lihat” dan “dengar”.
Misalkan : jalan mondar-mandir tangan dikepal, dsb.
2) Interprestasi/penafsiran adalah kesan yang kita berikan terhadap apa yang kita lihat
(amati) dan kita dengar. Misalkan : kesal karena terlalu lama menunggu.
Kita dapat belajar lebih peka terhadap tingkah laku non-verbal dan arti dari suatu
tingkah laku verbal yang ditampilkan seorang klien. Misalkan klien berkata bahwa
hubungannya dengan suami baik-baik (dengan raut kesedihan diwajahnya). Harus
ditelaah lebih lanjut arti dari ketidaksesuaian antara yang disampaikan (verbal) dengan
ekspresi muka (non-verbal).
7
d) Keterampilan Mendengar Aktif
Ada 4 bentuk mendengarkan yang bisa digunakan sesuai dengan situasi yang
dihadapi yaitu:
1) Mendengar pasif (diam)
Dilakukan antara lain bila klien sedang menceritakan masalahnya, berbicara tanpa
henti, menggebu-gebu dengan ekspresi perasaan kesal atau sedih. Selain itu bila klien
8
e) Kontak Mata
Kontak mata adalah salah satu penghubung nonverbal yang paling penting yang
Anda miliki untuk berkomunikasi dan berhubungan dengan orang lain yaitu pertemuan
mata antara dua orang yang mengekspresikan komunikasi nonverbal, kontak ini terjadi
ketika dua orang melihat satu sama lain secara langsung atau ketika dua orang melihat
mata satu sama lain pada saat yang sama yang biasanya ditampilkan melalui ekspresi
wajah.
Kontak mata adalah bentuk komunikasi non verbal dan diyakini memiliki
pengaruh besar pada perilaku sosial. Frekuensi dan interpretasi dari kontak mata
bervariasi antara budaya dan spesies. Kontak mata dan ekspresi wajah dan sosial yang
penting menyediakan informasi emosional.
Kontak mata merupakan aspek yang sangat penting dalam berkomunikasi. Kontak
mata menunjukan bahwa seorang konselor menghormati kehadiran kliennya. Mata
adalah cermin jiwa, kekuatan mata mampu mempengaruhi seorang klien agar dapat
terbuka tentang permasalahan yang dihadapinya terhadap konselor. Kontak mata
9
menerawang, bingung, marah, menguasai , membiarkan dan masa bodoh yang semuanya
harus ditafsirkan dalam konteks sosial budaya tertentu.
Jadi dapat disimpulkan dalam melakukan komunikasi yang baik sebagai seorang
pembicara atau pendengar kita mengungkapkan sesuatu melalui penglihatan dari awal
hingga akhir. Oleh sebab itu peranan mata sebagai sight yang berkaitan dengan
sejauhmana tingkat pemahaman dan pengetahuan terhadap kosa kata yang kita miliki ,
memandang gagasan, maupun arah.
Jadi, kontak mata dapat membawa anda pada suatu hubungan. Penggunaan kontak mata
yang baik akan membuat anda sukses menjaling hubungan misalnya antara bidan dengan
klien. Kontak mata yang cukup dan sering adalah apa yang dibutuhkan dalam
mempertahankan hubungan yang saling memenuhi.
10
11