Supervisi Dalam Keperawatan
Supervisi Dalam Keperawatan
Pengertian
Arti kata supervisor dalam kamus karya Prof.Drs.S.Wojowasito dan Drs.Tito Wasito W. adalah pengawas.
Supervisor adalah pengawas utama, pengontrol utama, penyedia. Supervisor juga area sales manager ataupun
district manager yang langsung memimpin para medical representative. Jabatan ini merupakan manajer di lapis
terdepan, diatas para medical representative. Jabatan area sales manager ataupun supervisor memegang
peranann penting karena seluruh tugas lapangan harus berjalan dengan baik dan tepat sasaran. Apabila seluruh
anggota timnya berhasil mencapai sasaran, berarti supervisor sukses mencapai sasarannya. Pemegang jabatan
ini bertanggung jawab atas kualitas dan kuantitas hasil kerja suatu kelompok kerja atau pelayanan yang
diberikan. Supervisor diharapkan mampu membina, mempertahankan, dan meningkatkan kualitas maupun
kuantitas pekerjaan yang dilakukan para medical representative. Supervisor harus mampu membentuk tim yang
efektif dengan cara tukar – menukar pengalaman, meningkatkan keinginan untuk berkembang, membimbing,
menekankan dan memberikan umpan balik secara terus – menerus.
Menurut Yura dan Helen (1981), supervisi adalah mengawasi, meneliti dan memeriksa, yang dipandang sebagai
proses dinamis dengan memberikan dorongan dan berpartisipasi dalam pengembangan diri staf dan
pelaksanaan keperawatan. Sedangkan menurut Kron T.(1987), supervisi adalah merencanakan, mengarahkan,
membimbing, mengajar, mengobservasi, mendorong dan memperbaiki, mempercayai, mengevaluasi secara
terus-menerus pada setiap tenaga keperawatan dengan sabar, adil serta bijaksana sehingga setiap tenaga
keperawatan dapat memberikan asuhan keperawatan dengan baik, trampil, aman, cepat dan tepat secara
menyeluruh sesuai dengan kemampuan dan keterbatasan yang mereka miliki. Menurut Swansburg dan
Swansburg (1990), supervisi adalah suatu proses kemudahan sumber-sumber yang diperlukan staf keperawatan
untuk menyelesaikan tugas-tugasnya.
Supervisor harus mengusahakan seoptimal mungkin kondisi kerja yang nyaman. Ini tidak hanya meliputi
lingkungan fisik, tetapi juga suasana kerja diantara para tenaga keperawatan dan tenaga lainnya. Juga meliputi
jumlah persediaan dan kelayakan peralatan agar memudahkan pelaksanaan tugas. Lingkungan yang sehat bila
dapat memberikan rasa bebas dan keinginan untuk bekerja lebih baik. Supervisor juga mengusahakan semangat
kebersamaan dengan lebih menekankan “kita” daripada “saya”.
Pada suatu saat supervisor akan memerlukan bantuan dalam mengambil keputusan melalui pengamalan dalam
tugas untuk menemukan metoda yang lebih baik guna melaksankan pendelegasian tugas dalam kelompok kerja,
tentu memerlukan dukungan dari anggota kelompok. Walaupun supervisor memperhatikan kondisi dan hasil
kerja, tetapi perhatian utama ialah manusianya, untuk itu harus mengenal tiap individu dan mampu merangsang
agar tiap pelaksana mau meningkatkan diri. Salah satu tujuan utama dari supervisi adalah orientasi, latihan dan
bimbingan individu, berdasarkan kebutuhan individu dan mengarah pada pemanfaatan kemampuan dan
pengembangan ketrampilan yang baru. Dalam pelaksanaan supervisi, supervisor membuat suatu keputusan
tentang suatu pekerjaan yang akan dilaksanakan, kemudian siapa yang akan melaksanakan. Untuk itu
supervisor perlu memberikan penjelasan dalam bentuk arahan kepada para pelaksana.
Untuk membentuk tim kerja yang solid diperlukan juga kepiawaian dalam bersosialisasi dengan anak buah
sehingga terjalin hubungan baik. Dalam suatu tim yang solid para angotanya mempunyai karakteristik yaitu
kompak saling membentu dalam kebaikan, rukun, saling menjaga kehormatan, tidak saling menggunjing, jauh
dari fitnah dan saling menghargai sesama. Jika ada anggota kelompok yang kekurangan ilmu, mereka mau
saling membantu untuk berbagi, melatih, dan mengajarnya. Tim yang solid akan menjadi teladan bagi tim lain.
a). Pendelegasian
Dapat membawa timnya ke arah target yang telah ditetapkan. Dengan keterbatasan waktu dan tenaga, akan
lebih efektif jika seorang supervisor mendelegasikan tugas-tugasnya, terutama yang bersifat teknis lapangan
kepada bawahannya
b). Keseimbangan
Seorang pimpinan diberikan otoritas untuk mengambil keputusan dan memberikan tugas kepada orang-orang di
bawah tanggung jawabnya. Otoritas ini harus digunakan dengan tepat, artinya manajer atau supervisor harus
menyeimbangkan penggunaan otoritas tersebut. Ia perlu tahu kapan harus menggunakan otoritas ini, dan kapan
membiarkan bawahannya bekerja dengan mengoptimalkan kreativitas mereka. Keseimbangan mengacu pada
sikap yang diambil oleh seorang pemimpin, kapan harus bersikap tegas, dan kapan harus memberi kesempatan
pada bawahannya untuk menyampaikan pendapat.
c). Jembatan
Supervisor atau manajer merupakan jembatan antara staf yang mereka pimpin dan manajemen puncak. Jadi
seorang supervisor harus dapat menyampaikan keinginan atau usulan karyawan kepada pihak manajemen.
Sebaliknya, ia juga harus mampu menyampaikan visi dan misi yang telah ditetapkan serta keputusan-keputusan
lain yang telah dibuat oleh manajemen puncak untuk diketahui oleh para karyawan yang menjadi anggota
timnya.
d). Komunikasi
Ciri sukses lain yang sangat penting dalam melakukan supervisi efektif adalah kemampuan berkomunikasi.
Komunikasi yang dimaksud bukan komunikasi satu arah (memberikan tugas-tugas saja), tetapi yang lebih utama
adalah komunikasi multiarah, yang juga mencangkup kemampuan mendengarkan keluhan, masukan, dan
pertanyaan dari karyawan. Dalam mengkomunikasikan tugas-tugas, supervisor perlu menggunakan bahasa yang
mudah dimengerti oleh orang yang harus melaksanakan tugas tersebut, yakni bahasa yang sejajar dengan
kemampuan, dan cara berpikir bawahannya.
6. Teknik Supervisi
Supervisi keperawatan merupakan suatu proses pemberian sumber-sumber yang dibutuhkan perawat
untuk menyelesaiakan tugas dalam rangka pencapaian tujuan yang telah ditetapkan. Dengan supervisi
memungkinkan seorang manajer keperawatan dapat menemukan berbagai kendala yang dihadapi dalam
pelaksanaan asuahan keperawatan. Melalui kegiatan supervisi seharusnya kualitas dan mutu pelayanan
keperawatan menjadi fokus dan menjadi tujuan utama, bukan malah menyibukkan diri mencari kesalahan
atau penyimpangan (Arwani, 2006).
Teknik supervisi dibedakan menjadi dua, supervisi langsung dan tak langsung.
Supervisi yang dilakukan pada saat kegiatan sedang berlangsung. Supervisor terlibat dalam kegiatan
secara langsung agar proses pengarahan dan pemberian petunjuk tidak dirasakan sebagai suatu
“perintah” Bittel, 1987 (dalam Wiyana, 2008). Cara memberikan supervisi efektif adalah :1) pengarahan
harus lengkap dan mudah dipahami; 2) menggunakan kata-kata yang tepat; 3) berbicara dengan jelas
dan lambat; 4) berikan arahan yang logis; 5) Hindari banyak memberikan arahan pada satu waktu; 7)
pastikan arahan yang diberikan dapat dipahami; 8) Pastikan bahwa arahan yang diberikan dilaksanakn
atau perlu tindak lanjut Supervisi lansung dilakukan pada saat perawat sedang melaksanakan pengisian
formulir dokumentasi asuhan keperawatan. Supervisi dilakukan pada kinerja pendokumentasian dengan
mendampingi perawat dalam pengisian setiap komponen dalam proses keperawatan mulai dari
pengkajian sampai dengan evaluasi.
Langkah-langkah yang digunakan dalam supervisi langsung (Wiyana, 2008):
a. Informasikan kepada perawat yang akan disupervisi bahwa pendokumentasiannya akan disupervisi.
b. Lakukan supervisi asuhan keperawatan pada saat perawat melakukan pendokumentasian.
Supervisor melihat hasil pendokumentasian secara langsung dihadapan perawat yang
mendokumentasikan.
c. Supervisor menilai setiap dokumentasi sesuai standar dengan asuhan keperawatan pakai yaitu
menggunakan form A. Depkes 2005
d. Supervisor menjelaskan, mengarahkan dan membimbing perawat yang disupervisi komponen
pendokumentasian mulai dari pengkajian, diagnosa keperawatan, perencanaan, pelaksanaan,
evaluasi kepada perawat yang sedang menjalankan pencacatan dokumentasi asuhan keperawatan
e. Mencatat hasil supervise dan menyimpan dalam dokumentasi supervisi
Supervisi tidak langsung adalah supervisi yang dilakukan melalui laporan baik tertulis maupun lisan. Kepala
ruangan tidak melihat langsung apa yang terjadi di lapangan sehingga memungkinkan terjadi kesenjangan fakta.
Umpan balik dapat diberikan secara tertulis (Bittel 1987 dalam Wiyana 2008).
a. Lakukan supervisi secara tak langsung dengan melihat hasil dokumentasi pada buku rekam medik
perawat.
b. Pilih salah satu dokumen asuhan keperawatan.
c. Periksa kelengkapan dokumentasi sesuai dengan standar dokumentasi asuhan keperawatan yang
ditetapkan rumah sakit yaitu form A dari Depkes.
d. Memberikan penilaian atas dokumentasi yang di supervisi dengan memberikan tanda bila ada yang
masih kurang dan berikan cacatan tertulis pada perawat yang mendokumentasikan.
e. Memberikan catatan pada lembar dokumentasi yang tidak lengkap atau sesuai standar
Untuk dapat melaksanakan supervisi yang baik ada dua hal yang perlu diperhatikan (Suarli & Bachtiar, 2009):
1. Pengamatan langsung
Pengamatan langsung harus dilaksanakan dengan sebaik-baiknya. Untuk itu ada beberapa hal lain yang harus
diperhatikan.
a. Sasaran pengamatan. Pengamatan langsung yang tidak jelas sasarannya dapat menimbulkan
kebingungan, karena pelaksana supervisi dapat terperangkap pada sesuatu yang bersifat detail.
Untuk mencegah keadaan yang seperti ini, maka pada pengamatan langsung perlu ditetapkan
sasaran pengamatan, yakni hanya ditujukan pada sesuatu yang bersifat pokok dan strategis saja
(selective supervision).
b. Objektivitas pengamatan langsung yang tidak terstandardisasi dapat menggangu objektivitas. Untuk
mencegah keadaan yang seperti ini, maka pengamatan langsung perlu dibantu dengan dengan suatu
daftar isi yang telah dipersiapkan. Daftar tersebut dipersiapkan untuk setiap pengamatan secara
lengkap dan apa adanya.
c. Pendekatan pengamatan. Pengamatan langsung sering menimbulkan berbagai dampak dan kesan
negatif, misalnya rasa takut dan tidak senang, atau kesan menggangagu kelancaran pekerjaan.
Untuk mengecek keadaan ini pengamatan langsung harus dilakukan sedemikian rupa sehingga
berbagai dampak atau kesan negatif tersebut tidak sampai muncul. Sangat dianjurkan pengamatan
tersebut dapat dilakukan secara edukatif dan suportif, bukan menunjukkan kekuasaan atau otoritas.
2. Kerja sama
Agar komunonikasi yang baik dan rasa memiliki ini dapat muncul, pelaksana supervisi dan yang disupervisi perlu
bekerja sama dalam penyelesaian masalah, sehingga prinsip-prinsip kerja sama kelompok dapat diterapkan.
Masalah, penyebab masalah serta upaya alternatif penyelesaian masalah harus dibahas secara bersama-sama.
Kemudian upaya penyelesaian masalah tersebut dilaksanakan secara bersama-sama pula.
2. Manajemen anggaran
Manajemen keperawatan berperan aktif dalam membantu perencanaan dan pengembangan. Supervisor
berperan dalam:
a. Membantu menilai rencana keseluruhan dikaitkan dengan dan tahunan yang tersedia,
mengembangkan tujuan yang dapat dicapai sesuai tujuan RS.
b. Membantu mendapatkan informasi statistic unutk perencanaan anggaran keperawatan.
c. Member justifikasi proyeksi anggaran unit yang dikelola.
d. Supervisi yang berhasil guna dan berdaya guna tidak dapat terjadi begitu saja, tetapi
memerlukan praktek dan evaluasi penampilan agar dapat dijalani dengan tepat. Kegagalan
supervisi dapat menimbulkan kesenjangan dalam pelayanan keperawatan.
Dalam keperawatan, fungsi supervisi adalah untuk mngatur dan mengorganisasi proses pemberian
pelayanan keperawatan menyangkut pelaksanaan standart asuhan keperawatan. Seorang supervisor harus
menyadari fungsinya dalam supervisi antara lain adalah:
1. Menilai dalam memperbaiki factor-faktor yang mempengaruhi proses pemberian pelayanan asuhan
keperawatan
2. Mengkoordinasikan, menstimulasi, dan mendorong kea rah peningkatan kualitas asuhan
keperawatan.
3. Membanttu (asistensing), member support (supporting), dan mengajak untuk ikut sertakan (sharing)
1. Bak injeksi
2 v
2. Spuit sesuai kebutuhan
2 v
3. Alcohol swab
2 v
3 v
B. Menyiapkan alat nonsteril
3 v
3 v
1. Sarung tangan
3 v
2. Pengalas
Persiapan 3 v
3. Bengkok 35
4. Alat tulis
5. Buku injeksi
4 v
4 v
C. Menyiapkan bahan-bahan
3 v
1. Obat
2. NaCl 0,9%
3 v
D. Menyiapkan Pasien
Evaluasi:
1. mengevaluasi lokasi
penyuntikan dan kelancaran
tetesan 5 v
Evaluasi 15
2. mengevaluasi kenyamanan
posisi 5 v
3. mengobservasi 5 v
kemungkinan flebitis
Criteria:
Baik : 85-100
Cukup : 70-85
Kurang : <70
Keterangan:
1. Jika total nilai yang diperoleh adalah 85-100 maka hasil dinyatakan baik.
2. Jika total nilai yang diperoleh adalah 70-85 maka hasil dinyatakan cukup.
3. Jika total nilai yang diperoleh adalah kurang dari <70 maka hasil dinyatakan baik
TTD TTD
( ) ( )