Anda di halaman 1dari 100

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Rumah sakit merupakan institusi pelayanan kesehatan yang
menyelenggarakan pelayanan kesehatan perorangan secara paripurna yang
menyediakan pelayanan rawat inap, rawat jalan dan gawat darurat (Permenkes,
2014). Hidayat (2009) menyatakan bahwa pelayanan kesehatan yang bermutu
menjadi kebutuhan dasar yang diperlukan bagi setiap orang. Untuk itu, rumah sakit
sebagai institusi pelayanan kesehatan baik pemerintah maupun swasta dituntut untuk
selalu melakukan perbaikan dan penyempurnaan guna menghasilkan pelayanan
yang berkualitas dan bermanfaat bagi masyarakat. Gillies (2000) menyatakan bahwa
salah satu upaya yang sangat penting dalam meningkatkan mutu pelayanan
keperawatan adalah meningkatkan sumber daya manusia dan pengelolaan
manajemen keperawatan
Manajemen pada dasarnya berfokus pada perilaku manusia untuk mencapai
tingkat tertinggi dari produktivitas pada pelayanan di suatu kegiatan. Pada suatu
instansi membutuhkan seorang manajer yang terdidik dalam pengetahuan dan
ketrampilan tentang perilaku manusia untuk mengelola kegiatan. Manajemen
merupakan serangkaian aktivitas (termasuk perencanaan, pengambilan keputusan,
pengorganisasian, kepemimpinan dan pengendalian) yang diarahkan pada
sumbersumber daya organisasi (manusia, financial, fisik dan informasi) dengan
maksud mencapai tujuan organisasi secara efisien dan efektif (Griffin, 2004).
Untuk dapat menjalankan peran dan fungsi tersebut, sesuai SK Menteri
Kesehatan RI No. 983/Menkes/ASK/SK/XI/1992 tentang Pedoman Organisasi
Rumah Sakit Umum, maka rumah sakit umum harus menjalankan beberapa fungsi,
satu diantaranya adalah fugsi pelayanan manajemen keperawatan, sehingga untuk
rumah sakit umum ditetapkan seorang wakil direktur pelayanan medis dan
keperawatan yang mempunyai tugas melakukan bimbingan pelaksanaan
asuhan/pelayanan keperawatan, profesi keperawatan, logistik keperawatan, serta
etika dan mutu keperawatan (Sahar & Junati, 2000).
Menurut Ahsan (2012) setiap rumah sakit memiliki metode pemberian asuhan
keperawatan untuk menjalankan asuhan keperawatan yang dilakukan. MAKP
merupakan suatu system (struktur, proses dan nilai-nilai professional) yang
memungkinkan perawat profesional mengatur pemberian asuhan keperawatan
termasuk lingkungan untuk menopang pemberian asuhan keperawatan. Tujuan
utama MPKP adalah untuk meningkatkan mutu pelayanan keperawatan, sehingga

1
untuk mencapai aplikasi MAKP terdapat tiga tahap antara lain tahap persiapan (pra-
implementasi), tahap pelaksanaan (intra-implementasi), dan tahap evaluasi (paska
implementasi). Dalam melaksanakan praktik profesi departemen manajemen, penulis
telah melakukan pengkajian pada tanggal 11-13 Desember 2017 sehingga
didapatkan hasil bahwa ruang Dahlia I menggunakan model pemberian asuhan
keperawatan yang saat ini sedang menjadi trend dalam keperawatan Indonesia
adalah Model Asuhan Keperawatan Profesional dengan metode Tim. Dalam
melaksanakan praktek profesi departemen manajemen, kelompok kami akan
mencoba mengidentifikasi dan menganalisis proses manajemen keperawatan yang
ada dan lebih cocok untuk diterapkan dalam pemberian asuhan keperawatan di
Ruang Dahlia I Rumah Sakit Ngudi Waluyo Wlingi Blitar.
1.2 Tujuan
A. Tujuan Umum
Penulisan ini bertujuan untuk memberi gambaran dari seluruh kegiatan praktik
manajemen keperawatan yang telah dilaksanakan dan merupakan
pertanggungjawaban kepada pihak RS dan Jurusan Keperawatan FKUB
B. Tujuan Khusus
1. Mempelajari profil ruang Dahlia I
2. Menganalisa situasi manajemen di ruang Dahlia I
3. Mengidentifikasi kebutuhan dan masalah layanan kesehatan yang terkait
dengan manajemen keperawatan berdasarkan analisa situasi nyata di ruang
Dahlia I
4. Menetapkan prioritas kebutuhan dan masalah manajemen keperawatan
bersama pihak dari ruang Dahlia I
5. Menyusun tujuan dan rencana alternatif pemenuhan kebutuhan dan
penyelesaian masalah yang telah ditetapkan
6. Mengusulkan alternatif pemenuhan kebutuhan dan penyelesaian masalah
yang bersifat teknik operasional bagi ruang Dahlia I
7. Melaksanakan alternatif pemenuhan kebutuhan dan penyelesaian masalah
yang disepakati bersama pihak terkait di ruang Dahlia I
8. Mengevaluasi pelaksanaan kegiatan pada aspek masukan dan proses pada
manajemen keperawatan
9. Merencanakan tindak lanjut dari hasil yang dicapai berupa upaya
mempertahankan dan memperbaiki hasil melalui kerjasama dengan pihak
terkait di ruang Dahlia I
1.3 Manfaat
A. Rumah Sakit

2
1. Dapat dijadikan sebagai sarana dukungan, masukan atau pengembangan fungsi
perencanaan manajemen keperawatan ruang Dahlia I guna mempertahankan
dan meningkatkan kualitas pelayanan keperawatan di ruangan pada khususnya
dan kualitas pelayanan rumah sakit pada umumnya.
2. Alternatif pemenuhan kebutuhan dan penyelesaian masalah sesuai dengan yang
disepakati bersama berdasarkan analisis masalah diharapkan dapat
meningkatkan kualitas pelayanan dan manajemen keperawtaan di Ruang Dahlia I
RSUD Ngudi Waluyo Wlingi Blitar.
B. Institusi Pendidikan
1. Memberikan ilmu baru yang nantinya dapat dikembangkan sebagai pedoman
pendidikan di departemen manajemen.
2. Meningkatkan kualitas pendidikan keperawatan khususnya departemen
manajemen dengan mengkombinasikan antara teori dan praktik klinik manajemen
keperawatan.
C. Mahasiswa
1. Mengaplikasikan konsep pengkajian hingga evaluasi manajemen keperawatan
dalam tatanan praktek klinik dan pengembangan wawasan pengetahuan.
2. Memberikan kesempatan untuk berfikir kritis dalam menganalisa MAKP (Metode
Asuhan Keperawatan Profesional)
3. Memberikan pengalaman pada mahasiswa dalam bidang manajemen
keperawatan.

BAB II
GAMBARAN UMUM RUMAH SAKIT

2.1 Gambaran Umum Rumah Sakit Ngudi Waluyo Wlingi Blitar

3
RSUD Ngudi Waluyo merupakan rumah sakit milik Pemerintah Daerah
Kabupaten Blitar, yang terletak di Kecamatan Wlingi, Kabupaten Blitar. RSUD Ngudi
Waluyo Wlingi termasuk rumah sakit tipe B Pendidikan. Mempunyai kapasitas tempat
tidur klien sebanyak 275 tempat tidur, terdiri dari Ruang Anggrek 25, Ruang
Bougenvil 39, Ruang Dahlia 1 22, Ruang Dahlia 2 37, Ruang Cempaka 26, Ruang
Edelweis 35, Ruang Wijayakusuma 15, paviliun 34, jantung paru 26 dan sudah
didirikan unit stroke center 16. Saat ini digunakan sebagai lahan praktek mahasiswa
DIII dan S1 Keperawatan, DIII dan S1 Kebidanan, S1 Kedokteran, dan Pendidikan
Dokter Spesialis. Beberapa pasien dan keluarga mengatakan bahwa RSUD Ngudi
Waluyo Wlingi sangat membantu untuk mengoptimalkan kesehatan dengan jarak
yang terjangkau dan mendapatkan pelayanan kesehatan yang mudah. Sedangkan,
untuk respon dari keluarga pasien sendiri mengatakan bahwa dengan jarak yang
begitu dekat bisa membantu semua keluarga bisa menjenguk keluarganya yang
sedang sakit.
2.2 Visi Rumah Sakit Ngudi Waluyo Blitar
“Menjadi Rumah Sakit pilihan masyarakat di Blitar Raya dan sekitarnya tahun 2021”.
2.3 Misi Rumah Sakit Ngudi Waluyo Blitar
Misi Rumah sakit Ngudi Waluyo adalah sebagai berikut
1. Menyelenggarakan pelayanan yang bermutu, profesional, dan
mengutamakan keselamatan pasien
2. Menyelenggarakan pendidikan dan penelitian yang bermutu di bidang
kesehatan dan kedokteran
3. Meningkatkan sarana dan prasarana pelayanan kesehatan yang bermutu
4. Meningkatkan pengelolaan administrasi dan keuangan, secara cepat dan
akurat

4
2.4 Gambaran Umum Ruang Dahlia I Rumah Sakit Ngudi Waluyo Blitar
Ruang Dahlia I adalah ruang perawatan pasien penyakit dalam yang ada di
Rumah Sakit Ngudi Waluyo Blitar. Ruangan ini memiliki ketersediaan tempat tidur
sebanyak 22 TT dengan rata-rata BOR 81,66%. Untuk kelas satu terdiri dari 10
tempat tidur sedangkan ruang kelas dua terdiri dari 12 tempat tidur. Ruang Dahlia I
dipimpin oleh seorang Kepala ruangan, dan terdapat wakil kepala ruangan.
Sistematika metode penugasan perawat pada Ruang Dahlia I menggunakan
metode tim dengan modifikasi fungsional yang terbagi menjadi 2 tim. Tim 1
bertanggung jawab atas Ruang DahliaI kelas 1, dalam tim 1 terdiri dari seorang
ketua tim (katim) dan beberapa perawat pelaksana. Sedangkan untuk kelas 2 pada
Ruang Dahlia I akan dikelola oleh tim 2 yang mana sama halnya dengan tim 1
terdapat seorang ketua tim dan beberapa perawat pelaksana.

BAB III

5
ANALISA DATA
3.1 Pengkajian 5M
3.1.1 Man
3.1.1.1 Kuantitas Sumber Daya Manusia
a. Tenaga Keperawatan
Tenaga keperawatan di Ruang Dahlia 1 berjumlah 16 orang tenaga perawat. Tenaga
perawat D3 sebanyak 12 orang dan S1 sebanyak 4 orang.
b. Tenaga Non Keperawatan
Terdapat 4 orang sebagai petugas administrasi atau tenaga non medis

3.1.1.2 Kualitas Sumber Daya Manusia


Berdasarkan dari data pola ketenagaan di Ruangan Dahlia 1 didapatkan kualifikasi tenaga perawat
sebagai berikut :

Jenis
Masa Pelatihan yang Jenjang
No Nama Pendidikan Ketenag
Kerja pernah diikuti Karir
aan
1. Robi S1 29 PNS BCLS, PPGD, PK-III
Kurniawan, Keperawatan tahun BLS, Manajemen
S.Kep., Ns keperawatan, CI,
Wound Care,
Keselamatan
pasien, PMKP, PPI
dasar, sterilisasi
managemen linen
dan limbah
2. Wiwit Sri W, S1 14 PNS BCLS, PPGD, PK-III
S.Kep., Ns. Keperawatan tahun BLS, BTLS,
Keselamatan
pasien, PMKP, PPI
dasar, Komunikasi
efektif dan
keselamatan
pasien, Teknik
pencampuran
sediaan
parenteral,
managemen nyeri,
perhitungan unit
cost dan
penghitungan tarif

3. Iswahyuni, DIII 11 PNS BLS, BTLS, BCLS, PK-III


AMK Keperawatan tahun Keselamatan
Pasien, PPGD,
PPI dasar, K3
(Penanggulangan
bencana),
Managemen nyeri
4. Sukarno, DIII 23 PNS PPGD,
AMK Keperawatan tahun keselamatan PK-III
pasien, BLS,
Managemen nyeri

6
5 Eko Wiyono, DIII 8 PNS PPGD, BCLS,
Amd. Kep Keperawatan tahun Penanggulangan PK-II
bencana
kebakaran,
managemen nyeri,
code blue, Teknik
pencampuran
sediaan
parenteral,
PONEK,
Keperawatan
intensif dasar
6 Yukaikah, DIII 4 Non PNS PPGD, BLS, PK-I
Amd.Kep Keperawatan tahun Keselamatan
pasien, PPI
7 Ratna DIII 4 Non PNS PPGD, BLS, PK-I
Hayati, Keperawatan tahun Keselamatan
Amd.Kep. pasien, PPI,
Penanggulangan
bencana
kebakaran,
Managemen nyeri
8 Rachmad S1 1 Non PNS PPGD, PK-I
Wijaya, Keperawatan tahun Keselamatan
S.Kep., Ns pasien, PPI,
Pelatihan Skrining,
triase, transfer dan
transportasi,
managemen nyeri,
code blue, modern
woundcare in
diabetic
9. Hesti Sri DIII 1 Non PNS PPGD, BLS, PK-I
Agustin, Keperawatan tahun Keselamatan
Amd. Kep pasien, PPI, Code
blue, Pelatihan
Skrining, triase,
transfer dan
transportasi
10 Dwi DIII 1 Non PNS PPGD, BCLS, PK-I
Puspitasari, Keperawatan tahun Keselamatan
Amd.Kep pasien, PPI,
Managemen nyeri,
Teknik
pencampuran
sediaan
parenteral,
Pelatihan Skrining,
triase, transfer dan
transportasi
11 Anas Arif DIII 1 Non PNS PPGD, BLS, PPI, PK-I
Chumaidi, Keperawatan tahun Keselamatan
Amd. Kep pasien, Pelatihan
Skrining, triase,
transfer dan
transportasi
12 Septiananda DIII 1 Non PNS PPGD, BLS, PK-I

7
Cridialis, Keperawatan tahun Kselamatan
Amd. Kep pasien PPGD, PPI
13 Reni Nopita DIII 1 Non PNS PPGD, BLS, PPI, PK-I
Sari, Amd. Keperawatan tahun Managemen nyeri
Kep
14 Mochtar S1 11 PNS BLS, PPGD,
Fauzi, S. Keperawatan tahun keselamatan PK-III
Kep, Ns. pasien,
komunikasi efektif
dan keselamatan
pasien, PPI dasar
15 Mokhamad DIII 9 PNS BLS, BTLS, PK-III
Rifa’i, AMK Keperawatan bulan PPGD,
keselamatan
pasien,
Instrumentator OK
16 Candra DIII 1 Non PNS PPGD, PPI, PK-I
Sasmita Adi Keperawatan tahun Managemen nyeri,
Norman, Keselamatan
Amd. Kep pasien

3.1.1.3 Kebutuhan tenaga perawat sesuai tingkat ketergantungan pasien


Jumlah pasien, diagnosa medis, serta tingkat ketergantungan pasien di Ruang Dahlia
1 RSUD Ngudi Waluyo pada tahap pengkajian yakni tanggal 11-14 Desember 2017 adalah
sebagai berikut. Total jumlah pasien yang dirawat selama periode November 2016 sampai
Oktober 2017 di Ruang Dahlia 1 adalah 5218 klien.
a. Penghitungan Kebutuhan Ruang Dahlia 1
Ruang Dahlia 1 berkapasitas tempat tidur 22 tempat tidur, jumlah rata-rata pasien
yang dirawat 15 orang per hari, kriteria pasien yang dirawat tersebut adalah 13
pasien dengan perawatan parsial, dan 2 orang orang harus diberikan perawatan
total. Tingkat pendidikan perawat yaitu S1 dan D3 keperawatan. hari kerja efektif
adalah 7 hari perminggu. Bedasarkan situasi tersebut maka dapat dihitung jumlah
kebutuhan tenaga perawat di ruang tersebut adalah sebagai berikut :
1. Waktu perawatan langsung
Total = 2 jam x 2 pasien = 4 Jam
Parsial = 4 jam x 13 pasien = 52 Jam
Minimal = -
Jumlah = = 56 Jam
2. Waktu perawatan tidak langsung
15 Orang pasien x 35/60 = 8,75 Jam
3. Penyuluhan kesehatan
15 Orang pasien x 15/60 = 3,75 Jam +
= 68,5 Jam
b. Menentukan jumlah total jam keperawatan yang dibutuhkan perpasien perhari adalah
68,5 jam / 15 pasien = 4,6 jam

8
c. Menentukan jumlah kebutuhan tenaga keperawatan pada ruangan tersebut adalah
langsung dengan menggunakan rumus gillies diatas, sehingga didapatkan hasil
sebagai berikut :

4,6 jam / pasien / hari x 15 pasien/ hari x 365 hari = 25,185= 13 orang
(365 hari – 86 ) x 7 jam 1953
20% x 13 = 2,6 = 3
Jadi jumlah kebutuhan tenaga yang dibutuhkan secara keseluruhan 13 + 3 = 16
orang / hari.
d. Menentukan jumlah kebutuhan tenaga keperawatan yang dibutuhkan per hari, yaitu :
16 orang x 4,6 jam = 10,5 orang = 11 orang
7 jam
Menentukan jumlah tenaga keperawatan yang dibutuhkan per sif, yaitu dengan
ketentuan menurut Eastler (Swansburg, 1990).
a. Pagi = 47 % = 5,17 = 5 perawat
b. Siang =35 % = 3,85 = 4 perawat
c. Malam = 17% = 1,87 = 2 perawat
Kebutuhan S1: D3 = 55% : 45% (Warstler (dalam Swansburg, 1999)
S1 = 55% = 6,05 = 6 perawat S1
D3 = 45% = 4,95 = 5 perawat D3
Dari Pengkajian yang dilakukan di Ruang Dahlia 1 dengan menggunakan teori
Gillies, jumlah perawat yang dibutuhkan tingkat pendidikan S1 adalah 6 orang dan D3
adalah 5 orang.
Dari pengkajian yang telah dilakukan selama tanggal 11-13 Desember 2017
didapatkan hasil perhitungan tenaga perawat sebagai berikut:
1. Penghitungan Kebutuhan Ruang Dahlia 1 Tanggal 11 Desember 2017
Ruang Dahlia 1 berkapasitas tempat tidur 22 tempat tidur, jumlah pasien yang dirawat
pada tanggal 11 Desember 2017 yaitu 21 orang per hari, kriteria pasien yang dirawat
tersebut adalah 21 pasien dengan perawatan parsial. Hari kerja efektif adalah 6 hari
perminggu. Bedasarkan situasi tersebut maka dapat dihitung.
a. Jumlah kebutuhan tenaga perawat diruang tersebut adalah sebagai berikut menurut
perhitungan ruangan dengan rumus Gillies:
1. Waktu perawatan langsung
Total =-
Parsial = 4 jam x 21 pasien = 84 Jam
Minimal = -
Jumlah = = 84 Jam
2. Waktu perawatan tidak langsung
21 orang pasien x 35/60 = 12,25 Jam

9
3. Penyuluhan kesehatan
21 Orang pasien x 15/60 = 5,25 Jam +
= 101,5 Jam
b. Menentukan jumlah total jam keperawatan yang dibutuhkan per pasien perhari
adalah 101,5 jam / 21 pasien = 4,8 jam
c. Menentukan jumlah kebutuhan tenaga keperawatan pada ruangan tersebut adalah
langsung dengan menggunakan rumus yang digunakan ruangan Dahlia 1 sehingga
didapatkan hasil sebagai berikut :
Kebutuhan perawat = Total jam perawatan
Jam kerja efektif per hari
=101,5/7
= 14 orang perawat
Menentukan jumlah tenaga keperawatan yang dibutuhkan per sif, yaitu
Pagi = 0,47 x 14 = 6,58 = 7 perawat
Siang = 0,35 x 14 = 4,9 = 5 perawat
Malam = 0,17 x 14 = 2,38 = 2 perawat
Dari Pengkajian yang dilakukan di Ruang Dahlia 1 dengan menggunakan rumus
yang digunakan ruangan, jumlah perawat yang dibutuhkan perawat perhari 14 perawat.
Dengan pembagian sift pagi 7 perawat, sore 5 perawat, malam 2 perawat
Ruangan Dahlia 1 terbagi menjadi 2 tim, maka perhitungan kebutuhan tenaga
perawat di setiap tim per shift adalah :
a. Tim 1
1) Kebutuhan jam perawatan
Jumlah pasien = 9
Total care =-
Partial care =9x4 = 36 jam
Minimal care =-
Keperawatan tidak langsung = 9 x 35/60 = 5,25 jam
KIE = 9 x 15/60 = 2,25 jam
= 46,5 jam
Jumlah jam perawatan setiap pasien = 46,5/9 = 4,8 jam
2) Kebutuhan perawat
Kebutuhan perawat = Total jam perawatan
Jam kerja efektif per hari
= 46,5/7
= 6 orang perawat
Menentukan jumlah tenaga keperawatan yang dibutuhkan per sif, yaitu
Pagi = 0,47 x 6 = 2,82 = 3 perawat
Siang = 0,35 x 6 = 2,1 = 2 perawat
Malam = 0,17 x 6 = 1,02 = 1 perawat
b. Tim 2
1) Kebutuhan jam perawatan
Jumlah pasien = 12
Total care =-
Partial care = 12 x 4 = 48 jam
Minimal care =-
Keperawatan tidak langsung = 12 x 35/60 = 7 jam
KIE = 12 x 15/60 = 3 jam
= 58 jam
Jumlah jam perawatan setiap pasien = 58/12 = 4,8 jam
2) Kebutuhan perawat

10
Kebutuhan perawat =Total jam perawatan
Jam kerja efektif per hari
= 58/7
= 8 orang perawat
Menentukan jumlah tenaga keperawatan yang dibutuhkan per shift, yaitu
Pagi = 0,47 x 8 = 3,76 = 4 perawat
Siang = 0,35 x 8 = 2,8 = 3 perawat
Malam = 0,17 x 8 = 1,36 = 1 perawat
2. Penghitungan Kebutuhan Ruang Dahlia 1 Tanggal 12 Desember 2017
Ruang Dahlia 1 berkapasitas tempat tidur 22 tempat tidur, jumlah pasien yang dirawat
pada tanggal 12 Desember 2017 yaitu 17 orang per hari, kriteria pasien yang dirawat
tersebut adalah 17 pasien dengan perawatan parsial. Hari kerja efektif adalah 6 hari
perminggu. Bedasarkan situasi tersebut maka dapat dihitung
a. Jumlah kebutuhan tenaga perawat diruang tersebut adalah sebagai berikut menurut
perhitungan ruangan dengan rumus Gillies:
1. Waktu perawatan langsung
Total =-
Parsial = 4 jam x 17 pasien = 68 Jam
Minimal = -
Jumlah = = 68 Jam
2. Waktu perawatan tidak langsung
17 orang pasien x 35/60 = 10,2 Jam
3. Penyuluhan kesehatan
17 orang pasien x 15/60 = 4,25 Jam +
= 82,45 Jam
b. Menentukan jumlah total jam keperawatan yang dibutuhkan per pasien perhari
adalah 82,45 jam / 17 pasien = 4,85 jam
c. Menentukan jumlah kebutuhan tenaga keperawatan pada ruangan tersebut adalah
langsung dengan menggunakan rumus yang digunakan ruangan Dahlia 1 sehingga
didapatkan hasil sebagai berikut :
Kebutuhan perawat = Total jam perawatan
Jam kerja efektif per hari
=82,45/7
= 11,7 = 12 orang perawat
Menentukan jumlah tenaga keperawatan yang dibutuhkan per sif, yaitu
Pagi = 0,47 x 12 = 5,64 = 6 perawat
Siang = 0,35 x 12 = 4,2 = 4 perawat
Malam = 0,17 x 12 = 2,04 = 2 perawat
Dari Pengkajian yang dilakukan di Ruang Dahlia 1 dengan menggunakan rumus
yang digunakan ruangan, jumlah perawat yang dibutuhkan perawat perhari 12 perawat.
Dengan pembagian sift pagi 6 perawat, sore 4 perawat, malam 2 perawat
Ruangan Dahlia 1 terbagi menjadi 2 tim, maka perhitungan kebutuhan tenaga
perawat di setiap tim per shift adalah :
a. Tim 1
1) Kebutuhan jam perawatan

11
Jumlah pasien = 10
Total care =-
Partial care = 10 x 4 = 40 jam
Minimal care =-
Keperawatan tidak langsung = 10 x 35/60 = 5,83 jam
KIE = 10 x 15/60 = 2,5 jam
= 48,3 jam
Jumlah jam perawatan setiap pasien = 48,3/10 = 4,8 jam
2) Kebutuhan perawat
Kebutuhan perawat = Total jam perawatan
Jam kerja efektif per hari
= 48,3/7
= 6,9 = 7 orang perawat
Menentukan jumlah tenaga keperawatan yang dibutuhkan per sif, yaitu
Pagi = 0,47 x 7 = 3,29 = 3 perawat
Siang = 0,35 x 7 = 2,45 = 3 perawat
Malam = 0,17 x 7 = 1,19 = 1 perawat
b. Tim 2
1) Kebutuhan jam perawatan
Jumlah pasien = 7
Total care =-
Partial care =7x4 = 28 jam
Minimal care =-
Keperawatan tidak langsung = 7 x 35/60 = 4,08 jam
KIE = 7 x 15/60 = 1,75 jam
= 33,83 jam
Jumlah jam perawatan setiap pasien = 33,83/7 = 4,8 jam
2) Kebutuhan perawat
Kebutuhan perawat = Total jam perawatan
Jam kerja efektif per hari
= 33,83/7
= 4,8 orang perawat
Menentukan jumlah tenaga keperawatan yang dibutuhkan per shift, yaitu
Pagi = 0,47 x 5 = 2,45 = 2 perawat
Siang = 0,35 x 5 = 1,75 = 2 perawat
Malam = 0,17 x 5 = 0,85 = 1 perawat
3. Penghitungan Kebutuhan Ruang Dahlia 1 Tanggal 13 Desember 2017
Ruang Dahlia 1 berkapasitas tempat tidur 22 tempat tidur, jumlah pasien yang dirawat
pada tanggal 13 Desember 2017 yaitu 16 orang per hari, kriteria pasien yang dirawat
tersebut adalah 1 pasien dengan perawatan total dan 15 pasien dengan perawatan
parsial. Hari kerja efektif adalah 6 hari perminggu. Bedasarkan situasi tersebut maka
dapat dihitung
a. Jumlah kebutuhan tenaga perawat diruang tersebut adalah sebagai berikut menurut
perhitungan ruangan dengan rumus Gillies:
1. Waktu perawatan langsung
Total = 7 jam x 1 pasien = 7 jam
Parsial = 4 jam x 15 pasien = 60 Jam
Minimal = -
Jumlah = = 67 Jam
2. Waktu perawatan tidak langsung
16 orang pasien x 35/60 = 9,3 Jam

12
3. Penyuluhan kesehatan
16 orang pasien x 15/60 = 4 Jam +
= 80,3 Jam
b. Menentukan jumlah total jam keperawatan yang dibutuhkan per pasien perhari
adalah 80,3 jam / 16 pasien = 5,01 jam
c. Menentukan jumlah kebutuhan tenaga keperawatan pada ruangan tersebut adalah
langsung dengan menggunakan rumus yang digunakan ruangan Dahlia 1 sehingga
didapatkan hasil sebagai berikut :
Kebutuhan perawat = Total jam perawatan
Jam kerja efektif per hari
= 80,3/7
= 11,47 = 12 orang perawat
Menentukan jumlah tenaga keperawatan yang dibutuhkan per sif, yaitu
Pagi = 0,47 x 12 = 5,64 = 6 perawat
Siang = 0,35 x 12 = 4,2 = 4 perawat
Malam = 0,17 x 12 = 2,04 = 2 perawat
Dari Pengkajian yang dilakukan di Ruang Dahlia 1 dengan menggunakan rumus
yang digunakan ruangan, jumlah perawat yang dibutuhkan perawat perhari 12 perawat.
Dengan pembagian sift pagi 6 perawat, sore 4 perawat, malam 2 perawat
Ruangan Dahlia 1 terbagi menjadi 2 tim, maka perhitungan kebutuhan tenaga
perawat di setiap tim per shift adalah :
a. Tim 1
1) Kebutuhan jam perawatan
Jumlah pasien = 9
Total care =1x7 = 7 jam
Partial care =8x4 = 32 jam
Minimal care =-
Keperawatan tidak langsung = 9 x 35/60 = 5,25 jam
KIE = 9 x 15/60 = 2,25 jam
= 46,5 jam
Jumlah jam perawatan setiap pasien = 46,5/9 = 5,16 jam
2) Kebutuhan perawat
Kebutuhan perawat = Total jam perawatan
Jam kerja efektif per hari
= 46,5/7
= 6,7 = 7 orang perawat
Menentukan jumlah tenaga keperawatan yang dibutuhkan per sif, yaitu
Pagi = 0,47 x 7 = 3,29 = 3 perawat
Siang = 0,35 x 7 = 2,45 = 3 perawat
Malam = 0,17 x 7 = 1,19 = 1 perawat
b. Tim 2
1) Kebutuhan jam perawatan
Jumlah pasien = 7
Total care =-
Partial care =7x4 = 28 jam
Minimal care =-
Keperawatan tidak langsung = 7 x 35/60 = 4,08 jam
KIE = 7 x 15/60 = 1,75 jam
= 33,83 jam
Jumlah jam perawatan setiap pasien = 33,83/7 = 4,8 jam
2) Kebutuhan perawat

13
Kebutuhan perawat =Total jam perawatan
Jam kerja efektif per hari
= 33,83/7
= 4,8 orang perawat
Menentukan jumlah tenaga keperawatan yang dibutuhkan per shift, yaitu
Pagi = 0,47 x 5 = 2,45 = 2 perawat
Siang = 0,35 x 5 = 1,75 = 2 perawat
Malam = 0,17 x 5 = 0,85 = 1 perawat

Jumlah Kebutuhan Perawat


Kebutuhan TANGGAL TANGGAL TANGGAL
Perawat 11/12/2017 12/12/2017 13/12/2017
Pagi Sore Mala Pagi Sore Mala Pagi Sore Mala
m m m
Standart 7 5 2 6 4 2 6 4 2
kebutuhan
Jumlah 7 2 2 6 2 2 6 2 2
perawat
shift di
ruangan

Prosentase 11 /12/ 2017 12/12/2017 12/12/2017


11: 14 x 100% = 10 : 12 X 100% = 10 : 12 x100% =
78,57% 83,3% 83,3%

RATA-RATA 81,72%

Berdasarkan hasil pengkajian pada M 1 (man), kualitas tenaga kerja perawat di ruang
Dahlia I masih kurang memenuhi standar ruangan. Standar Kebutuhan kualitas tenaga
perawat pada ruangan yaitu S1: D3 = 55% : 45% (Warstler (dalam Swansburg, 1999).
Sehingga sebaiknya ruangan tersebut memiliki kebutuhan tenaga S1 = 55% = 9 perawat
S1 dan D3 = 45% = 7 perawat D3. Namun, pengembangan skill di ruang Dahlia 1 rata-rata
sudah memenuhi standar pelatihan yang diwajibkan dari pihak Rumah Sakit, yaitu sebesar
100% perawat. Pelatihan wajib tersebut adalah pelatihan PPI, Keselamatan Pasien Dasar,
BLS, dan PPGD.
Berdasarkan hasil pengkajian mengenai kuantitas tenaga keperawatan di ruang
Dahlia I, jumlah kebutuhan perawat di ruangan masih belum memenuhi standar kebutuhan
berdasarkan perhitungan kebutuhan tenaga perawat dengan rumus Gillies. Rata-rata
pemenuhan jumlah kebutuhan tenaga perawat di ruangan yaitu mencapai 81,72%.

14
3.1.1. Material & Machine (M2)
a. Penataan Gedung / Lokasi dan Denah
Ruangan

RUANG DAHLIA I

16
Dapur A B
KM Petugas

Ruang C

KARU D1
Ns Station Kls II Km 9
Kls I Km Ns Station
5 KM

KM
A

KM B
Kls II Km 8
Kls I B
KM
A T
A B
A

Kls I M A B
A
Kls I N C
Km 3

KlsII Km 7
KM A

B A KM
KM
Km
Kls I 2 KM

B KLS II Km 6
KM
A
A B

Kls I Km
1

17
Denah Ruang Dahlia 1 RSUD Ngudi Waluyo Wlingi

18
Ruang perawatan Dahlia I merupakan Instalasi Rawat Inap
yang memberikan pelayanan pada pasien dengan kasus penyakit
dalam dan memberikan fasilitas sesuai kelas I dan kelas II,
dengan kapasitas sebanyak 22 tempat tidur. Lokasi denah Ruang
Dahlia I RSUD Ngudi Waluyo Wlingi sebagai berikut :

a. Sebelah utara berbatasan dengan ruang Dahlia II


b. Sebelah selatan berbatasan dengan Ruang Bougenville
c. Sebelah barat berbatasan dengan gedung IBS
d. Sebelah timur dengan kantin, koperasi dan Ruang laundry

Ruang Dahlia I berbentuk huruf U. Nurse Station, tempat


petugas jaga, tempat penyimpanan tabung oksigen dan kamar
mandi petugas terletak di tengah. Ruang Kepala Ruangan dan
ruang administrasi terletak di sebelah barat Nurse Station.
b. Peralatan dan Fasilitas
Berdasarkan hasil observasi dan data di Ruang Dahlia I
tentang inventaris, fasilitas dan bahan obat-obatan yang tersedia
dengan perincian kapasitas ruang Dahlia 1 ada 22 tempat tidur,
terdiri dari :
a. Kamar Kelas I
Masing-masing kamar terdiri dari 2 tempat tidur, 2
meja dan almari pasien yang menjadi satu, 2 kursi penunggu,
1 kamar mandi dan 1 tempat jemuran. Pada masing-masing
kamar terdapat pot urinal.
b. Kamar Kelas II
Masing-masing kamar terdiri dari 3 tempat tidur, 3 meja
dan almari pasien yang menjadi satu, 3 kursi penunggu dan 1
kamar mandi. Pada masing-masing kamar terdapat pot urinal.
c. Fasilitas untuk Perawat (Nurse Station)
Kondisi cukup rapi, dan sudah terstruktur mengenai
penempatan status dan asuhan keperawatan pasien. Nurse
station utama berada di bagian tengah lajur kamar kelas I dan II,
jadi perawat dapat mengakses kamar pasien dengan cepat.
Untuk dokumentasi dilengkapi dengan 2 buku injeksi, 1 buku
observasi TTV, 2 buku laporan tim, 2 buku operan jaga, 1 buku
orientasi pasien baru, 1 buku dokumentasi laborat, buku kinerja
harian dan dokumentasi asuhan keperawatan.

Kamar Mandi Perawat

19
Kamar mandi perawat terletak di belakang nurse
station. Kamar mandi perawat dilengkapi dengan kloset, ember air
dan gayung. Kondisi kamar mandi bersih, cukup luas, dan
nyaman.

20
d. Fasilitas Peralatan dan Bahan Kesehatan Alat Medis

Tabel 3.1.1 Fasilitas peralatan Kesehatan yang Tersedia di Ruang Dahlia I

No. Nama Barang Kondisi


No. Nama BarangStandar Standar Ketersediaan
Ketersediaan Baik Rusak Kondisi
Persentase
1. Ambubag 2 2 2 Baik 100%
Rusak
1.
2. Bedpasien
Bed Side Monitor 22 + 22 0 22 100%
2. Defibrillator
Bak instrumen + 0
3.
3. besar
Elektrokardiogram 12 1 + 2 22 1 100%1
Bak instrumen
channel (EKG) 1 1 1 100%
4.
4. kecil
Elektrokardiogram 6 - 0
Bak instrumen
channel (EKG) 1 1 1 100%
5,
5, sedang
Troli emergensi + 0
6.
6. Bengkok
ENT examination set2 + 3 03 100%
EKG 12
7. Film viewer + 0
7. chanel 1 2 1 1 100%
8. Infusion pump + 1 1
8. GDA stick 1 1 1 100%
9. Lampu periksa + 1 1
9. Glass spuit 1 0
10. 150/200
Matras decubitus
cc + 1 1
11. Minor surgery set + 0 (terpusat di
10. Gunting 1 0
CSSD)
bengkok
12. Nebulizer + 2 2
11. Infus pump 1 1 1 100%
13. Penlight + 1 1
12. Korentang 2
14. Pulse oxymetry + 0
13. Manometer 22 10 10 45%
15. Stetoskop + 5 5
14. Nebulizer 1 1 1 50%
16. Suction pump + 2 2
15. O2 transport 2 2 2 100%
Syringe pump
17. Pispot + 22 1 1
16. 22 22 100%
18. Bed pasien elektrik + 0
17. Rawat luka
set 2
Bed pasien manual
19. Stetoskop + 3 22 22
18. 3 3 100%
19. Suction pump 2 2 2 100%
20. Tensimeter + 2 2
20. Syringe
raksa pump 1 1 1 100%
21. Tempat
21. Tensimeter digital 2 + 2 2
korentang
22. Timbangan pasien + 1 1
22. Tensimeter 2 2 1 1 100%
digital
23. Termometer + 2 2
23. Tensimeter 2 3 2 1 100%
raksa
24. Termometer 3 2 1
Digital 2 100%
25. Termometer
Hg 2 2 2 100%
26. Tong spatel 2 2 2 100%
27. Tromol 0 1 1 100%
28. Urinal 22 22 22 100%
29. Sterilisator 1 1 1 100%
30. Reflek hamer 1 1 1 100%
31. Safety box 2 2 2 100%
32. Timbang BB 1 1 1 100%
33. Pulseoxymetri 1 0
Tabel 3.1.2 Daftar Peralatan Kesehatan Di Pelayanan Penyakit Dalam Di Rawat Inap
Menurut Permenkes No 56 Tahun 2014

21
Berdasarkan tabel diatas didapatkan data bahwa mayoritas alat
kesehatan dan bahan alat medis di Ruang Dahlia I sudah memenuhi standar
sesuai dengan Permenkes No. 56 tahun 2014 dibuktikan dengan prosentase
100% di mayoritas alat-alat medis tersebut. Hanya beberapa alat medis yang
kurang dari standar yaitu manometer (45%), nebulizer (50%).
e. Fasilitas Peralatan Rumah Tangga
Tabel 3.1.3 Fasilitas Rumah Tangga di Ruang Dahlia I
No. Nama Barang Kondisi Persent
Standar Ketersediaan ase
Baik Rusak
1. Kursi roda 2-3 3 2 1 100%
2. Meja pasien 1:1 22 22 100%
3. Standar infus 1:1 23 22 1 100%
4. Lampu sorot tindakan 1-2/R 1 1 100%
5, Baskom mandi 8-12/R 2 1 1 12.5%
6. Baki 5/R 21 16 5 100%
7. Lemari obat 1:1 1 1 100%
8. Troli injeksi 1/R 2 2 100%
9. Troli obat 25 laci 1/R 1 1 100%
10. Troli verbanding 1;1 1 1 100%
11. O2 transport 2/R 2 2 100%
12. Tempat sampah
pasien 4/R 4 4 100%
13. Tempat sampah
tertutup 4/R 6 6 100%
14. Lampu senter 1-2/R 1 1 100%
15. Piring 1:2 76 72 4 100%
16. Sendok 1:1 34 34 100%
17. Piring snack 1:2 64 64 100%
18. Gelas 1:2 72 45 7 100%
19. Tempat lauk 1:1 8 6 2 27%
20. Tempat sayur 1:2 46 46 100%
21. Ceret 1/R 2 1 1 100%
22. Garpu 1:2 15 15 34%
23. Palu 1 1 1 100%
24. Printer 1 1 1 100%
25. Kompor gas 0 1 1 100%
26. Tabung gas 12 kg 0 1 1 100%
27. Alat pemadam
portable 2 2 2 100%
28. Bell 1 1 1 100%

Berdasarkan tabel diatas didapatkan data bahwa mayoritas peralatan


rumah tangga di Ruang Dahlia I sudah memenuhi standar. Beberapa alat rumah
tangga yang tidak memenuhi standar yaitu standar baskom mandi (12.5%),
garpu (34%), tempat lauk (27%).

22
f. Fasilitas Peralatan Alat Tenun
Tabel 3.1.4 Fasilitas Alat Tenun yang Tersedia di Ruang Dahlia I
No. Nama Barang Standar Ketersediaan Kondisi Persentase
Baik Rusak
1. Sprei 1:3 74 74 100%
2. Selimut 1:3 34 34 51.5%
3. Sarung bantal 1:3 29 29 43.93%
4. Sarung guling 1:3 35 35 53.03%
5, Skort petugas 1:3 19 10 9 20.83%
6. Sarung O2 1:1/3 10 10 100%
7. Stick laken 1:1 15 15 68.2%
8. Perlak besar 1:2 25 21 4 47.73%
9. Bantal 1:2 24 20 4 45.5%
10. Kasur 1:1 22 21 1 95.45%

Berdasarkan tabel diatas didapatkan data bahwa mayoritas alat


tenun di Ruang Dahlia I belum memenuhi standar Permenkes. Oleh
karena itu, perlu adanya penambahan inventaris alat tenun yang
jumlahnya belum memenuhi standar.

3.1.3 Methode (M3)

25
3.1.3.1 MAKP
Metode yang diterapkan di Ruang Dahlia I Rumah Sakit
Umum Daerah Ngudi Waluyo Wlingi adalah menggunakan model
TIM Modifikasi :

KEPALA RUANGAN
Robi Kurniawan, S.Kep., Ns

KETUA TIM 1 KETUA TIM 2


Wiwit Sri W, S.Kep., Ns. Robi Kurniawan, S.Kep., Ns

ANGGOTA : ANGGOTA :
1. Dwi Puspitasari, Amd.Kep - Hesti Sri Agustin, Amd. Kep
2. Rachmad Wijaya, S.Kep., Ns - Reni Nopita S, Amd. Kep
3. Septiananda Cridialis, Amd. - Eko Wiyono, Amd. Kep
Kep - Anas Arif C., Amd. Kep
4. Iswahyuni, AMK - Candra Sasmita A.N., Amd.
5. Mokhamad Rifa’i, AMK Kep
6. Ratna Hayati, Amd.Kep. - Yukaikah, Amd.Kep
7. Sukarno, AMK - Mochtar Fauzi, S. Kep, Ns.

Metode penugasan yang diterapkan di Ruang Dahlia I


adalah metode Tim Modifikasi yang mana secara struktural terdiri
atas kepala ruangan, selanjutnya perawat yang ada di ruangan
dibagi menjadi 2 tim, yaitu tim I yang bertanggung jawab
memberikan asuhan keperawatan pada kamar kelas 1 dan tim II
pada kamar kelas 2. Masing-masing tim diketuai oleh perawat
primer/ketua tim yang didalamnya terdapat perawat pelaksana
yang dibagi berdasarkan jumlah perawat yang dinas.
Dalam proses pendelegasian tugas, wewenang dan
tanggung jawab apabila ada perawat yang tidak masuk maupun
cuti sepenuhnya ditentukan oleh kepala ruangan dengan
mempertimbangkan kebutuhan dan ketersediaan tenaga
keperawatan. Dan dilakukan ttd dengan ka. bagian keperawatan
dan direktur di Rumah Sakit Ngudi Waluyo Blitar.

26
3.1.3.2 Fungsi Manajemen Keperawatan
a. Kepala Ruang
Adapun tugas Kepala Ruangan sebagaimana pada tabel dibawah ini yaitu
sebagai berikut:

Tabel Uraian Tugas dan Tanggung Jawab Kepala Ruangan

No. Uraian Tugas Dan Tanggung Jawab Dilakukan


Kepala Ruangan
1 Membuat rencana mingguan dan harian 100%
2 Mengorganisir pembagian tim dan pasien
sesuai jumlah perawat dan kebutuhan 100%
pasien
3 Menciptakan iklim komunikasi yang terbuka
dengan semua staf dengan mengadakan
pre dan post conference, pertemuan 100%
ruangan dan rutin memberikan umpan balik
tentang prestasi kerja stafnya
4 Memberi pengarahan kepada seluruh staf
100%
yang ada diruangannya
5 Melakukan pengawasan terhadap seluruh 100%
kegiatan yang ada diruangannya
6 Memfasilitasi kolaborasi tim dengan 100%
anggota tim kesehatan lainnya
7 Melakukan audit asuhan dan pelayanan 33,3%
keperawatan diruangannya, kemudian
menindak lanjutinya
Rata-rata prosentase 90,4%

Berdasarkan tabel diatas, didapatkan hasil bahwa Kepala Ruang dalam


menjalankan fungsi manajemen keperawatan dengan rata-rata prosentase sebesar
90,4%, hasil tersebut telah dilakukan dengan baik. Namun terdapat hal terkait
dengan audit asuhan dan pelayanan. keperawatan perlu ditindaklanjuti untuk
meningkatkan kualitas asuhan keperawatan yang diberikan kepada pasien serta
sebagai salah satu bentuk dari supervisi.

27
b. Ketua Tim
Evaluasi Ketua Tim
No. Kegiatan Dilkukan

I Identifikasi perawat primer


1. Memberi nama perawat dan pasien pada 100%
papan perkembangan 100%
2. Memberi nama perawat asosiet
II Deskripsi catatan pasien saat masuk
1. Data dasar lengkap 100%
2. Terdapat rencana asuhan keperawatan 100%
3. Pengkajian fisik lengkap 100%
III Rencana asuhan keperawatan
1. Diagnosa keperawatan diidentifikasi 100%
2. Tujuan yang diharapkan diidentifikasi 100%
3. Tindakan keperawatan diidentifikasi 100%
4. Tujuan pemulangan pasien diidentifikasi 100%
5. Terdapat tanda tangan PP pada rencana 100%
keperawatan
IV Catatan keperawatan saat pemindahan
pasien
1. Pengkajian fisik lengkap 100%
2. Terdapat rencana keperawatan 100%
3. Terdapar catatan pemulangan 100%
4. Terapat resume yang ditanda tangani PP 100%
V Dokumentasi pendidikan kesehatan psien
1. Terdapat dokumentasi pendidikan 100%
keperawatan 100%
2. Terdapat dokumentasi tentang respon pasien
VI Wawancara dengan pasien
A. Siapa nama perawat primer anda? 0%
B. Jika jawaban A “ya”
1. Apakah perawat primer telah mendiskusikan 0%
rencana asuhan keperawatan saudara?
2. Apakah perawat primer telah mendiskusikan
mengenai rencana pulang dari rumah sakit? 0%
VII Wawancara dengan perawat primer
1. Apakah saudara melakukan ronde dengan 100%
PA? 100%
2. Apakah saudara memberi bimbingan kepada 100%
PA?
3. Apakah saudara menilai PA tentang 100%
pemanfaatan rencana perawatan pasien?
4. Apakah saudara menilai dokumentasi yang
dilakukan PA?
VIII Wawancara dengan perawat asosiet
1. Apakah saudara mendapat bimbingan dari 100%
perawat primer? 100%
2. Apakah saudara menggunakan rencana

28
perawatan sebagai acuan dalam 100%
melaksanakan tindakan keperawatan? 100%
3. Apakah saudara mendokumentasikan tindakan
yang sudah dilakukan?
4. Apakah dokumentasi tindakan yang dilakukan
disertai dengan tanda tangan saudara?
Rata-rata prosentase 88,8%

Hasil dari pengkajian Ketua TIM dalam menjalankan fungsi manajemen


keperawatan sudah dilakukan 88,8%%. Sehingga dapat dikatakan fungsi tersebut
dijalankan dengan cukup baik. Peran fungsi Ketua TIM perlu dipertahankan dan di
tingkatkan.
c. Perawat Pelaksana
Perawat pelaksana yang secara langsung dibawahi oleh Ketua Tim memiliki
uraian tugas tersendiri dalam fungsi manajemen keperawatan. Adapun tugas
Perawat Pelaksana sebagaimana pada tabel dibawah ini yaitu sebagai berikut:
Tabel Uraian Tugas Perawat Pelaksana
No Kegiatan Dilakukan
a Memberikan pelayanan keperawatan secara langsung
berdasarkan proses keperawatan dengan sentuhan
kasih
1) Menyusun rencana perawatan sesuai dengan 100%
masalah klien. 100%
2) Melaksanakan tindakan perawatan sesuai dengan
rencana. 100%
3) Mengevaluasi tindakan keperawatan yang telah
diberikan. 100%
4) Mencatat atau melaporkan semua tindakan perawatan
dan respon klien pada catatan perawatan
B Melaksanakan program berikut dengan penuh
tanggung jawab
1) Pemberian obat. 100%
2) Pemeriksaan laboratorium. 92,8%
3) Persiapan klien yang akan operasi 100%
C Memperhatikan keseimbangan kebutuhan fisik,
mental, sosial, dan spiritual klien
1) Memelihara kebersihan klien dan lingkungan. 100%
2) Memberikan rasa aman, nyaman kepada klien. 100%
3) Pendekatan dan komunikasi terapeutik 100%
d Mempersiapkan klien secara fisik dan mental untuk 100%
menghadapi tindakan perawatan dan pengobatan
atau diagnosis
E Melatih klien untuk menolong dirinya sendiri sesuai 100%
dengan kemampuannya

29
F Memberikan pertolongan segera pada klien gawat 100%
atau kritis
H Mengatur dan menyiapkan alat-alat diruangan 100%
menurut fungsinya supaya siap pakai
I Menciptakan dan memelihara kebersihan, keamanan, 100%
kenyamanan, dan keindahan ruangan
J Melaksanakan tugas dinas pagi/sore/malam atau hari 100%
libur secara bergantian sesuai dengan jadwal dinas
K Memberikan penyuluhan kesehatan sehubungan 100%
dengan penyakitnya
L Melaporkan segala sesuatu mengenai keadaan klien 100%
baik secara lisan maupun tulisan
M Membuat laporan harian klien 100%
N Operan dengan dinas berikutnya 100%
O Menerima bantuan bimbingan koortim/ ka shift dan 100%
melaksanakan pendelegasian dari kepala ruangan
Rata-rata prosentase (%) 95,2%

Berdasarkan tabel diatas, maka dapat dilaporkan bahwa pelaksanaan Perawat


Pelaksana dalam menjalankan fungsi manajemen keperawatan sudah baik.
Namun, keikutsertaan perawat saat operan antara shift malam ke shift pagi masih
rendah dikarenakan adanya pembagian dinas dalam dan luar yang mana kehadiran
perawat yang saat shift pagi sedang dinas luar mendapat perizinan untuk tidak
mengikuti operan. Sementara itu, operan shift pagi ke sore dilaksanakan oleh
semua perawat yang dinas
d. Operan (Timbang Terima)
Operan merupakan teknik atau cara untuk menyampaikan atau menerima
sesuatu informasi (laporan) yang berkaitan dengan keadaan dan kondisi kesehatan
pasien. Adapun rekapitulasi timbang terima di ruang Dahlia 1 adalah sebagai
berikut:

Tabel Evaluasi Operan


No Aspek yang dinilai Dilakukan
1 Kedua kelompok dinas sudah siap 100%

2 Shift yang mau menyerahkan/ mengoperkan 100%


mempersiapkan hal – hal yang akan
disampaikan

3 Ketua tim/ kepala jaga yang mau menyerahkan/


mengoperkan menyampaikan :
a. Kondisi/ keadaan umum klien 100%
b. Tindak lanjut untuk dinas yang menerima 100%

30
operan 100%
c. Rencana kerja untuk dinas yang menerima
operan
4 Penyampaian nomor 3 dilakukan dengan jelas, 100%
singkat, akurat dan tidak terburu – buru

5 Ketua tim dan semua anggota tim bersama – 33,3%


sama langsung melihat keadaan klien

6 Tim yang mengoperkan tugas memberi 100%


kesempatan kepada tim yang akan menjalankan
tugas untuk bertanya

7 Tim yang mengoperkan tugas menyerahkan 100%


semua berkas catatan perawatan kepada tim
yang akan menjalankan tugas untuk menerima
operan alat

Prosentase 92,5%

Dari data diatas didapatkan bahwa hasil evaluasi proses operan pada Ruang
Dahlia I menunjukkan pada pengkajian selama 3 hari sebesar 92,5%. Namun pada
pelaksanaan operan keliling ke pasien langsung menunjukkan hasil hanya sebesar
33,3%.
e. Pre Conference
Pre-conference merupakan tehnik komunikasi kepala tim danperawat pelaksana
setelah selesai operan untuk rencana kegiatan pada shift tersebut yang dipimpin
oleh katim atau penanggungjawab tim.
Tabel Evaluasi Pre-conference
No Aspek yang dinilai Dilakukan
Semua anggota tim hadir dalam diskusi awal (konferensi 100%
1
awal)

2 Memberi pengarahan kepada anggota tim tentang


rencana asuhan pasien pada hari tersebut berdasarkan
hasil evaluasi kemarin dan kondisi klien yang dilaporkan
oleh dinas malam. Hal – hal yang disampaikan oleh PP
100%
meliputi 100%
 Keadaan umum klien 100%
 Keluhan klien 100%
 Tanda – tanda vital dan kesadaran 100%
 Hasil pemeriksaan laboratorium/ diagnostic terbaru 100%

31
 Masalah keperawatan 100%
 Rencana keperawatan hari ini 100%
 Perubahan terapi medis
 Rencana medis
3 Memberi penugasan kepada anggota tim bila ada pasien 100%
baru

4 Memberi kesempatan kepada anggota tim untuk 100%


bertanya

5 Memberi penekanan pada hal – hal yang perlu 100%


diperhatikan

6 Memberi kesempatan pada pendidikan pasien 100%

7 Membahas pasien – pasien yang menjadi prioritas pada 100%


shift tersebut

8 Menanyakan kesiapan fisik, mental anggota dalam 100%


melakukan asuhan

9 Semua anggota tim menyepakati pertemuan diskusi 100%


akhir

10 Mengucapkan selamat bekerja kepada anggota tim 100%

Prosentase 100%

Berdasarkan data diatas didapatkan bahwa evaluasi proses Pre-Conference


pada Ruang Dahlia I menunjukkan hasil pencapaiannyaadalah 100%. Hal tersebut
menunjukkan kegiatan pre-conference dapat terlaksana dengan baik karena semua
aspek yang dinilai sudah dilakuan saat pre-conference.
f. Post Conference
Tabel Evaluasi Post-Conference

No Aspek yang Dinilai Dilakukan

1 Semua anggota tim hadir dalam diskusi akhir 66,6%

2 Menanyakan hasil dari kegiatan yang sudah 66,6%


dilaksanakan anggota tim terkait dengan asuhan
Keperawatan

3 Mengevaluasi tentang kelengkapan dokumentasi 66,6%


ASKEP, pelaksanaan program dan administrasi pasien

4 Memberikan pujian akan apa yang telah dialami setiap 100%

32
anggota tim

5 Mengevaluasi hambatan yang dialami setiap anggota 100%


Tim

6 Memberi umpan balik kepada anggota tentang 100%


pelaksanaan yang telah dilakukan

7 Mengucap terimakasih atas kerjasama anggota tim 100%

8 Semua anggota tim menyepakati pertemuan konferensi 100%


Selanjutnya

Prosentase 87,4%

Berdasarkan data di atas didapatkan hasil bahwa kegiatan post-conference


pada Ruang Dahlia I sudah cukup baik yang menunjukkan hasil capaian yang
sebesar87,4%.
g. Ronde Keperawatan
Berdasarkan hasil dari pengkajian mulai dari hari pertama belum diadakan
ronde keperawatan. Tetapi dari hasil wawancara didapatkan pernyataan bahwa ronde
keperawatan yang dilakukan di ruang Dahlia 1 tiap 1 bulan sekali, jika ada masalah
yang tidak bisa diatasi dan saat ada mahasiswa yang sedang praktek di ruang Dahlia
1. Dan dalam ronde keperawatan biasanya dilakukan dengan mendatangkan semua
staf yang bersangkutan dalam ruang Dahlia 1 (dokter, perawat, ahli gizi, dll). Pada 2
minggu terakhir dilaksanakan oleh mahasiswa DIII Keperawatan. Dan jika ada masalah
kecil penyelesaian masalah hanya dilakukan melalui konsultasi ke tenaga kesehatan
lainnya
h. Discharge Planning
Tabel 3.7 Hasil Penilaian Tindakan Discharge Planning Di Ruang Dahlia I
Hari 1 Hari 2 Hari 3
No. Daftar Pertanyaan
11/12/2017 12/12/2017 13/12/2017
1 Nomor Register - - -
2 Nama Pasien √ √ √
3 Alamat - - -
4 Diagnosa Medis √ √ √
5 Tanggal MRS - - -
6 Tanggal KRS - - -
7 Status Pulang √ √ √
8 Rencana Kontrol √ √ √

33
Hari 1 Hari 2 Hari 3
No. Daftar Pertanyaan
11/12/2017 12/12/2017 13/12/2017
9 Rencana Keperawatan
- - -
selama dirumah
10 Aturan diet/ nutrisi - - -
11 Obat-obatan yang diminum
√ √ √
dan jumlahnya
12 Aktivitas dan istirahat √ √ √
13 Hasil pemeriksaan yang
√ √ √
dibawa pulang
Jumlah 7/13 7/13 7/13
Prosentase 53,8% 53,8% 53,8%
Discharge planning adalah susunan rencana yang ditulis oleh dokter, perawat,
dan gizi untuk klien. Discharge planning berisikan hal-hal yang direkomendasikan
kepada klien saat dirumah. Discharge planning juga dapat dijadikan sebagai bukti
tertulis untuk melakukan rujukan atau kontrol kesehatan selanjutnya. Hasil pengkajian
didapatkan prosentase sebesar 53,8%, yaitu masuk dalam kategori kurang. Hal ini
bisa dipertahankan dan ditingkatkan dengan cara melakukan pengisian secara rinci
dan jelas.
Rencana keperawatan selama dirumah didokumentasi dan disosialisasikan
secara jelas sampai pasien dan keluarga memahaminya. Kebanyakan discharge
planning tidak diisi oleh tenaga medis melainkan diisi oleh perawat yang mana
dituliskan resep sesuai pada lembar terintegrasi. Tenaga medis hanya memberikan
tanda tangan setelah keputusan pasien pulang dibuat. Sehingga tenaga medis
menandatangani discharge planning dalam keadaan kosong. Hal ini dapat
menimbulkan tingginya kesalahan dalam penulisan discharge planning.
i. Pendokumentasian Proses keperwatan
Tabel Proses Pendokumentasian Proses Keperawatan
No Aspek yang dinilai dilakukan
A
1 Mencatat data yang dikaji dengan pedoman 100%
pengkajian
2 Data dikaji sejak pasien masuk sampai pulang 100%
3 Masalah dirumuskan berdasarkan kesenjangan 100%
antara status kesehatan dengan norma dan pola
fungsi kehidupan
B
1 Diagnosa keperawatan berdasarkan masalah 100%
yang dirumuskan
2 Merumaskan diagnosa keperawatan 100%
actual/potensial
C

34
1 Berdasarkan diagnosa keperawatan 100%
2 Disusun menurut urutan prioritas 100%
3 Rumusan tujuan mengandung komponen 100%
pasien/subjek perubahan, perilaku, kondisi
pasien dan atau criteria
4 Rencana tindakan mengacu pada tujuan dengan 100%
kalimat perintah , terinci dan jelas
5 Rencana tindakan menggambarkan keterlibatan 100%
pasien atau keluarga
6 Rencana tindakan menggambarkan kerjasama 100%
tim kesehatan lain
D
1 Tindakan dilaksanakan sesuai rencana 100%
2 Perawat mengobservasi respon pasien terhadap 100%
tindakan keperawatan
3 Revisi tindakan berdasarkan hasil evaluasi 100%
4 Semua tindakan yang telah dilaksanakan dicatat 100%
ringkas dan jelas

E
1 Perawat mengevaluasi respon pasien sesuai 100%
dengan kriteria hasil yang sudah ditentukan
2 Perawat mengevaluasi respon pasien, analisa 100%
masalah keperawatan dan rencana tindak lanjut

F
1 Menulis pada format yang baku 100%
2 Pencatatan dilakukan sesuai dengan tindakan 100%
yang dilaksanakan
3 Setiap melakukan tindakan perawat 100%
mencantumkan paraf/nama jelas dan tanggal jam
dilakukan tindakan
4 Berkas catatan keperawatan disimpan sesuai 100%
dengan ketentuan yang berlaku
RATA-RATA TOTAL 95,24%

Sistem pendokumentasian di ruang Dahlia 1 menggunakan SOR


(Source Oriented Record). Sistem SOR yaitu sistem pendokumentasian yang
berorientasi dari berbagai sumber tenaga kesehatan yaitu : dokter, perawat, ahli
gizi dan sebagainya. Pendokumentasian keperawatan, pengkajian
menggunakan model SOR dan diagnosa keperawatan sampai evaluasi
menggunakan Subject Object Anaysis Planning (SOAP). Pendokumentasian di
ruang Dahlia 1 asuhan keperawatan belum menggunakan sistem
komputerisasi. Berdasarkan hasil pengkajian didapatkan bahwa

35
pendokumentasian catatan keperawatan sudah dilakukan dengn baik, terbukti
nilai yang didapatkan sebesar 100%
j. Orientasi Pasien Baru
Evaluasi Orientasi Pasien Baru
Tanggal 11/12 Tanggal 12/12
Aspek 2017 2017
Parameter
penilaian Dilakukan Dilakukan
Ya Tidak Ya Tidak
Petugas1. Perkenalan terhadap staf
√ √
Ruangan perawatan dan staf lainnya
Fasilitas1. Penjelasan letak Nurse √ √
Fisik Stastion √ √
2. Penjelasan cara memanggil √ √
perawat
3. Penjelasan ruang √ √
perawatan dan tempat tidur
4. Penjelasan kamar mandi,
toilet, dan cara
menggunakan toilet
Kebijaka1. Penjelasan aktifitas harian √ √
n tata bangsal √ √
tertib 2. Penjelasan kebersihan √ √
kamar mandi √ √
3. Penjelasan pengujung dan √ √
jam kunjungan - - -
4. Penjelasan pemakaian
pakaian dari rumah √ √
√ 5. Penjelasan prosedur √ √
mengajukan keluhan √ √
6. Penjelasan prosedur pre
dan post operasi (jika ada) √ √
7. Penjelasan pelayanan
makan
8. Penjelasan nomor telepon
bangsal
9. Penjelasan untuk tidak
mengganggu pelayanan
pemberian obat oleh
perawat
10. Penjelasan prosedur
mengenai cara bertemu
dokter untuk menanyakan
kondisi medis terbaru
Manajem 1. Penjelasan pencegahan √ √
en jatuh √ √
Keselam2. Penjelasan orang tidak √ √
atan dikenal
3. Penjelasan penggunaan √ √

36
gelang identitas pasien
4. Penjelasan pintu keluar bila √ √
terjadi kebakaran
5. Penjelasan lokasi bahaya √ √
api da larangan merokok di
lingkungan rumah sakit √ √
6. Penjelasan bila akan √ √
meninggalkan bangsal
harus sesui peraturan
rumah sakit
7. Penjelasan hand hygiene
8. Penjelasan cara
pembungan sampah
Barang-1. Penjelasan penyimpanan √ √
barang barang-barang berharga
berharga
Total Bobot 13 10 17 6
13 : 24 x 100% 17 : 24 x 100% =
= 54,1% 70,8%
Total Persentase : 62,45%
*catatan: hari ke-3 (13 Desember 2017) tidak terdapat pasien baru di ruang Dahlia
1
Orientasi pasien baru merupakan tindakan pertama yang harus dilakukan oleh
perawat kepada klien dan keluarga. Orientasi pasien baru bertujuan untuk
memperkenalkan lingkungan ruang rawat inap, pasien sekitar, struktur tenaga
kesehatan yang bertugas diruang tersebut, serta ketentuan yang berlaku pada ruangan
ataupun rumah sakit. Hasil pengkajian orientasi pasien baru, didapatkan hasil 62,45%
yaitu masuk dalam kategori cukup. Dalam kategori tersebut, masih perlu adanya
peningkatan beberapa poin sehingga dapat meningkatkan nilai dalam orientasi pasien
baru. Poin-poin tersebut diantaranya menjelaskan denah ruangan dengan
menggunakan media yang dapat memudahkan pemahaman pasien baru. Selain hal
tersebut, adapula poin lain yang perlu ditingkatkan, yaitu memperkenalkan pasien baru
dengan pasien sekamar. Dengan mengenal pasien sekamar, diharapkan dapat
menambah kenyamanan pasien dan meningkatkan semangat pasien agar cepat
sembuh.
3.1.3.3 Supervisi
3.1.3.3.1 Supervisi Langsung
Supervisi adalah kegiatan merencanakan, mengarahkan membimbing,
mengobservasi, memperbaiki, mempercayai dan mengevaluasi secara terus menerus
dengan sabar, adil serta bijaksana sehingga setiap perawat dapat memberikan asuhan

37
keperawatan dengan baik, terampil, aman, cepat dan tepat secara menyeluruh sesuai
dengan kemampuan dan keterbatasan perawat (Nursalam, 2007). Pada saat
pengkajian di Ruang Dahlia I kepala ruang tidak melakukan supervisi terhadap
anggotanya. Supervisi oleh kepala ruang seharusnya dilakukan secara rutin. Dengan
melakukan supervisi, dapat meningkatkan kualitas layanan yang diberikan kepada
klien. Selain itu, dapat mengurangi kesalahan dalam melakukan tindakan keperawatan
yang dilakukan kepada pasien. Adapun hal yang mengenai supervisi adalah :
a. Supervisi Langsung
Supervisi langsung dilakukan terhadap staf dalam melakukan tindakan
sesuai SOP yang telah disepakati. Supervisi dilakukan secara langsung oleh
kepala ruang kepada anggotanya. Idealnya supervisi dilakukan secara rutin
berdasarkan jadwal yang sudah dibuat sendiri oleh kepala ruang. Hasil
pengkajian pada ruangan Dahlia I di dapatkan bahwa kepala ruang tidak
melakukan supervisi kepada anggotanya. Setelah dilakukan pengkajian
lebih lanjut kepada kepala ruang, hal tersebut tidak dilakukan oleh kepala
ruang dikarenakan ada kegiatan yang tidak bisa ditinggalkan. Jika dilakukan
supervisi secara langsung walaupun tidak dilaksanakan oleh kepala ruang,
hal tersebut dapat didelegasikan kepada ketua tim. Supaya kegiatan
supervisi secara langsung tetap berjalan sesuai jadwal dan mendapatkan
manfaatnya.
b. Supervisi tidak langsung
Supervisi tidak langsung dilakukan dengan menilai proses
dokumentasi tindakan keperawatan yang dilakukan oleh perawat pelaksana.
Dengan melakukan supervisi tersebut, dapat menjadi bukti tertulis tindakan-
tindakan yang telah dilakukan kepada klien. Apabila proses dokumentasi
tidak dilakukan dengan baik, bukti tersebut juga tidak dapat digunakan
sebagaimana mestinya. Hasil pengkajian di ruang Dahlia I, didapatkan
bahwa proses supervisi secara tidak langsung dilakukan oleh ketua tim
setiap hari sebelum melakukan midle conference. Jika terdapat hal-hal yang
perlu klarifikasi kepada perawat pelaksana, ketua tim akan melakukan
klarifikasi langsung kepada perawat pelaksana yang bersangkutan.

38
3.1.4 Money (M4)
a. Sistem Gaji dan Remunerasi Pegawai di Ruang Dahlia I
Sumber dana gaji pegawai golongan PNS di Ruang Dahlia I di Rumah Sakit
Ngudi Waluyo Wlingi berasal dari pemerintah, dan sumber dana gaji pegawai Non-
PNS berasal dari rumah sakit itu sendiri beserta insentif per bulan berasal dari
instalasi rawat inap masing-masing.
b. Sumber pendapatan Ruang Dahlia I
Sumber pendapatan Ruang Dahlia I di Rumah Sakit Ngudi Waluyo Wlingi
berasal dari sistem pembayaran pasien yaitu Umum dan BPJS. BPJS sendiri dibagi
menjadi 2 yaitu PBI (Jamkesmas) dan Non PBI ( Askes, TNI, Polri, BPJS Mandiri,
Jamsostek dan Asuransi Jiwa).
Di Ruang Dahlia I menerima pasien BPJS Kelas 1 dan Kelas 2. Untuk
pasien pengguna BPJS yang ingin naik kelas, harus mengurus ke administrasi
ruangan. Sehingga klaim akan dirubah sesuai dengan kelas BPJS. Untuk
pembayaran klaim akan dibebakan di akhir ketika pasien pulang.
Kebijakan pemerintah untuk melaksanakan program jaminan kesehatan
bagi masyarakat yaitu program BPJS dimana bertujuan untuk mensejahterakan
masyarakat dalam mendapatkan pelayanan kesehatan yang lebih merata. Dari
hasil analisa banyaknya pasien ruang Dahlia I yang menggunakan jaminan
kesehatanyaitu BPJS menjadikan keuntungan bagi para tenaga kerja khususnya
perawat (PNS) yang mendapatkan tunjangan dari pasien BPJS tersebut, sehingga
kesejahteraan perawat di RSUD Ngudi Waluyo khususnya di ruang Dahlia I
termasuk baik.
c. Tarif Pelayanan di Ruang Dahlia I
Tarif Pelayanan di Ruang Dahlia I di RS Ngudi Waluyo Wlingi menurut pada
Peraturan Daerah Bupati Blitar Nomor 4 Tahun 2016 terkait Perubahan atas
Peraturan Bupati Blitar Nomor 20 Tahun 2014 tentang tarif layanan badan layanan
umum daerah Ngudi Waluyo Wlingi Kabupaten Blitar.

39
Tabel 3.1.4 Tarif Layanan Rawat Inap
No. Jenis Pelayanan Kelas I Kelas II

1 Kamar 75.000 55.000

2 Visite Dokter Spesialis 25.000 25.000

3 Visite Dokter Umum 15.000 15.000

4 Konsultasi Dokter 25.000 25.000


Spesialis

5 Perawatan 20.000 20.000

6 Asuhan Gizi 10.000 10.000

Tarif Rawat Inap pada pengguna BPJS sesuai dengan INA CBGs
(CaseBase Groups) pada ketentuan Peraturan Menteri Kesehatan Republik
IndonesiaNomor 52 Tahun 2016 Tentang Standar Tarif Pelayanan Kesehatan
Dalam Penyelenggaraan Program Jaminan Kesehatan.
d. Rencana Anggaran Belanja di Ruang Dahlia I
Rencana Anggaran Belanja di Ruang Dahlia I di RS Ngudi Waluyo Wlingi
ditujukan untuk hal operasional (kegiatan pelayanan), manajemen (pembayaran
pegawai, listrik, air, telpon) dan pengembangan. Pengajuan anggaran belanja
Ruang Dahlia I dilakukan dengan cara mengajukan rencana barang-barang yang
dibutuhkan setiap bulan dan telah habis stocknya di ruangan seperti barang-barang
medis dan non-medis yang kemudian akan ditindaklanjuti oleh pihak Rumah Sakit.

40
5. M5 (MUTU DAN MARKET)
5. Market
Market atau pasar adalah tempat di mana organisasi menyebarluaskan
(memasarkan) produknya. Memasarkan produk sangat penting sebab bila barang yang
diproduksi tidak laku, maka proses produksi barang akan berhenti. Artinya, proses kerja
tidak akan berlangsung. Oleh sebab itu, penguasaan pasar merupakan faktor yang
menentukan dalam suatu organisasi atau perusahaan. Agar pasar dapat dikuasai maka
mutu harus sesuai dengan selera konsumen dan kemampuan konsumen.

5.1 Bed Occupancy Ratio = Angka penggunaan tempat tidur(BOR)


Bed Occupancy Ratio = Angka penggunaan tempat tidur (BOR) adalah prosentase
pemakaian tempat tidur pada satuan waktu tertentu. Indikator ini memberikan gambaran
tinggi rendahnya tingkat pemanfaatan tempat tidur rumah sakit. Standart nilai Bed
Occupancy Ratio atau angka penggunaan tempat tidur (BOR) menurut Barber Johnson
adalah 75% - 85% (Standart Internasional), sedangkan standart nilai Depkes RI adalah
60%-85%.
BOR = (jumlah penggunaan tempat tidur di rumah sakit) × 100%
(jumlah tempat tidur × jumlah hari dalam satu periode)
Hasil BOR selama pengkajian 3 hari di ruang Dahlia 1 :
 Tanggal 11 Desember 2017
(21/22) x 100% = 95,45%
 Tanggal 12 Desember 2017
(17/22) x 100% = 77,27%
 Tanggal 13 Desember 2017
(16/22) x 100% = 72,27%
Rata-rata BOR pada tanggal 11 – 13 Desember 2017 adalah 81,66%. Dengan
demikian hasil rata BOR adalah sesuai dengan standart karena nilai parameter BOR yang
ideal adalah antara 60-85% (Depkes RI, 2005).
Tabel 5.1 BOR Periode Bulan Januari s/d Oktober 2017 di Ruang Dahlia 1 RSUD Ngudi Waluyo
Wlingi
Hari Hari
No. Bulan Perawatan Perawatan BOR
Cakupan maksimal

1.
Januari 2017 573 31 84,01%
2.
Februari 2017 441 28 71,5%
3.
Maret 2017 428 31 62,7%
4.
April 2017 399 30 58,5%

41
5.
Mei 2017 443 31 65%
6.
Juni 2017 283 30 44,4%
7.
Juli 2017 461 31 67,5%
8.
Agustus 2017 307 31 45%
9.
September 2017 390 30 59,09%
10.
Oktober 2017 487 31 71,40%
Rata-Rata 421,7 30,4 62.91%

Berdasarkan data diatas didapatkan rata-rata BOR dalam 10 bulan mulai bulan
Januari-Oktober 2017 adalah 62,91%. Nilai parameter BOR yang ideal adalah antara 60-
85% (Depkes RI, 2005). Sehingga BOR di ruangan Dahlia I tahun 2017 sudah sesuai
dengan standar Depkes RI 2005. Implikasi pada ruangan adalah dengan berlebihnya
jumlah BOR, maka beban kerja perawat semakin bertambah. Sebaliknya jika hasil BOR
kurang dari standart maka beban kerja perawat semakin berkurang.
5.2 BTO ( Bed Turn Over)
BTO menurut Depkes RI (2005) adalah frekuensi pemakaian tempat
tidur pada satu periode, berapa kali tempat tidur dipakai dalam satu satuan
waktu tertentu. Idealnya dalam satu tahun, satu tempat tidur rata-rata dipakai
40-50 kali.
BOR = jumlah pasien keluar (hidup dan mati)
(jumlah tempat tidur)

Tabel 5.2 BTO ( Bed Turn Over) Periode Bulan Oktober 2016 s/d Oktober 2017 di Ruang Dahlia 1 RSU
Ngudi Waluyo Wlingi
No. Bulan Jumlah pasien keluar Jumlah tempat tidur
1. Oktober 121 22

2. November 70 22

3. Desember 129 22

4. Januari 22
110
5. Februari 22
125
6. Maret 22
95
7. April 22
95
8. Mei 22
111
9. Juni 22
85
10. Juli 22
-

42
11. Agustus 22
93
12. September 22
102
13. Oktober 22
123
Total 1259 22

Berdasarkan data diatas didapatkan BTO mulai bulan Oktober 2016 s/d Desember 2017
adalah
1259
= 57
22
Idealnya dalam 1 tahun adalah 40-50 kali digunakan. Sehingga ruang Dahlia I
termasuk kurang efisien.

43
5.3 (Average Length of Stay = Rata-rata lamanya pasien dirawat)ALOS
(Average Length of Stay = Rata-rata lamanya pasien dirawat)ALOS menurut Depkes
RI (2005) adalah rata-rata lama rawat seorang pasien dirawat. Indikator ini disamping
memberikan gambaran tingkat efisiensi, juga dapat memberikan gambaran mutu pelayanan,
apabila diterapkan pada diagnosis tertentu dapat dijadikan hal yang perlu pengamatan lebih
lanjut. Secara umum nilai ALOS yang ideal antara 6-9 hari (Depkes, 2005).
ALOS = (jumlah lama dirawat)
(jumlah pasien keluar (hidup + mati)
Tabel 5.3 ALOS (Length Of Stay) Periode Bulan Januari s/d Oktober 2017 di
Ruang Dahlia I RSUD Ngudi Waluyo Wlingi
Lama pasien Jumlah
No. Bulan ALOS
dirawat pasien keluar

1.
Januari 500 110 4,52
2.
Februari 503 125 4.02
3.
Maret 413 95 4,34
4.
April 2017 382 95 4,2
5.
Mei 2017 530 111 3,9
6.
Juni 2017 293 85 3,32
7.
Juli 2017 - - -
8.
Agustus 2017 347 93 3,3
9.
September 2017 371 102 3,009
10.
Oktober 2017 468 123 3,8
Rata-rata 423 3,82

Berdasarkan data diatas didapatkan Rata-rata ALOS dari bulan januari sampai
oktober adalah 3,82. Hal ini menunjukkan bahwa ALOS ruangan Dahlia 1 telah sesuai
dengan standart yang ditetapkan rumah sakit yaitu selama 1-3 hari.
.

44
5.4 Persebaran Konsumen
Tabel 5.4 Persebaran Konsumen
Banyak Konsumen
Kecamatan
Jan Feb Maret April Mei Juni Juli Agustus September Oktober Total
Wlingi 14 16 17 13 14 10 - 10 15 15 124
Talun 10 18 10 10 15 7 - 6 7 14 97
Gandusari 15 14 12 13 16 9 - 13 10 15 117
Kesamben 15 16 12 17 8 8 - 9 16 12 113
Selopuro 10 8 13 8 17 3 - 8 6 7 80
Binangun 10 5 10 6 3 3 - 7 5 3 52
Doko 6 8 8 3 6 3 - 3 5 2 44
Garum 5 7 3 2 1 3 - 4 4 5 43
Selorejo 4 8 4 3 2 6 - 4 6 8 45
Wates 5 2 1 1 5 2 - 5 7 2 30
Sutojayan 3 2 - 1 1 2 - 2 1 - 12
Kanigoro 1 1 - - 2 - - 1 - 1 6
Nglegok - - - 2 - - - - - - 2
Sanankulon 2 - - - 1 - - - - - 3
Srengat - - - 1 - 1 - 1 - - 3
Ponggok 3 - - - - - - - 1 - 4
Wonodadi 1 - 1 - - 1 - - 1 - 4
Panggungrejo - - - - - - - 1 - 2 3
Wonotirto - - - - - - - - - - 0
Kademangan - - - - - - - - - 1 1
Bakung - - - 1 - - - 2 1 1 5
Udanawu - - - - - - - - - - 0
Total 6 - 4 12 14 22 - 17 17 35

45
Persebaran konsumen pada Ruangan Dahlia I cukup meluas pada wilayah
Kabupaten Blitar maupun luar Blitar. Dibuktikan dengan data di atas, jumlah konsumen
terbanyak dari wilayah kecamatan Wlingi dengan total kunjungan kecamatan Wlingi
sebanyak 123 orang.
5.5 Persebaran Pembiayaan
Tabel 5.5 Persebaran Pembiayaan

Bulan
BPJS BPJS JAMKESM
TNI UMUM ASKES MANDIRI SWASTA AS

37 1 -
Oktober 2016 2 65 16
20 2 -
November 2016 1 40 7
36 2 1
Desember 2016 5 63 22
Januari 2017 1 59 20 26 3 -
Februari 2017 2 69 17 36 5 -
Maret 2017 3 42 8 37 5 -
April 2017 1 45 16 32 1 -
Agustus 2017 4 40 14 33 2 -
September 2017 - 29 17 48 6 2
Oktober 2017 4 40 14 57 5 3
23 493 151 362 32 6
Rata-rata (2,15%) (46,1%) (14,1%) (33,9%) (2,99%) (0,56)

Persebaran pembayaran pada Ruangan Dahlia I sebagian besar adalah menggunakan


pembayaran umum dengan jumlah rata-rata 493 sehingga perlunya ditingkatkan sosialisasi
mengenai BPJS kepada pasien.
5.6 INDIKATOR MUTU PELAYANAN
5.6.1 INDIKATOR MUTU KLINIS
5.6.1.1 KESELAMATAN PASIEN (PASIEN SAFETY)
5.6.1.1.1 Angka Kejadian Dekubitus
Dekubitus adalah istilah yang digunakan untuk menggambarkan gangguan
integritas kulit. Terjadi karena tekanan, gesekan atau kombinasi di daerah kulit dan
jaringan dibawahnya. Angka kejadian dekubitus dapat dihitung dengan cara sebagai
berikut :
= jumlah kejadian dekubitus x 100%
Jumlah pasien beresiko dekubitus

Pendokumentasiaan angka kejadian dekubitus telah dilakukan dengan baik


pada bulan Oktober 2016 - Oktober 2017 di ruang Dahlia I :

Bulan Prosentase

46
Oktober’16 0%
November’16 0%
Desember’16 0%
Januari’17 0%
Februari’17 0%
Maret’17 0%
April’17 0%
Mei’17 0%
Juni’17 0%
Juli’17 0%
Agustus’17 0%
September’17 0%
Oktober’17 0%
Total 0%

Pengkajian angka kejadian dekubitus pada tanggal 11 – 13 Desember 2017 di ruang


Dahlia I :
Tanggal Jumlah Jumlah Pasien Prosentase
Pasien yang Beresiko
Dekubitus
11 – 12 – 2017 17 1 5.88%
12 – 12 – 2017 17 1 5.88%
13 – 12 – 2017 17 1 5.88%

Hasil pengkajian berdasarkan tabel di atas menunjukan bahwa terdapat 1 pasien


(6,25%) yang bersiko dekubitus dikarenakan hambatan mobilitas fisik dan tirah baring
dalam jangka waktu perawatan paling lama di RS. Data tersebut menunjukan pasien
yang memiliki resiko dekubitus dikelola oleh perawat ruangan dengan cukup baik
karena pasien yang beresiko dekubitus tidak sampai mengalami kajadian dukubitus.
Perawat melakukan beberapa intervensi untuk mengurangi atau mencegah kejadian
dekubitus.
Pengkajian penilaian pencegahan dekubitus pada tanggal 11 – 13 Desember 2017 di
ruang Dahlia I :
No Hari/ Tanggal Observasi KIE Mika-miki KIE Mika-
pasien resiko Pasien Miki keluarga
dekubitus
1 11 – 12 – 2017 √ (1 pasien) - √
2 12 – 12 – 2017 √ (1 pasien) √ √
3 13 – 12 – 2017 √ (1 pasien) √ √
Prosentase 100% 100% 66,6%

Hasil pengkajian berdasarkan tabel diatas menunjukan bahwa sebesar 100%


dilakukan observasi pasien resiko dekubitus dan KIE mika-miki kepada keluarga,
sedangkan KIE kepada pasien tentang mika miki belum maksimal dengan

47
prosentase sebesar 66,6%. Hal ini dikarenakan keadaan umum pasien yang lemah
dan perlunya bantuan untuk mika-miki.
5.6.1.1.2 Angka Kesalahan Pemberian Obat Oleh Perawat
No Bulan Prosentase KTD Prosentase KNC
(Kejadian Tidak (Kejadian Nyaris
Diharapkan) Cidera)
1. 0% 0%

Januari 2017
2. 0% 0%

Februari 2017
3. 0% 0%

Maret 2017
4. 0% 0%

April 2017
5. 0% 0%

Mei 2017
6. 0% 0%

Juni 2017
7. 0% 0%

Juli 2017
8. 0% 0%

Agustus 2017
9. 0% 0%
September
2017
10. 0% 0%

Oktober 2017

Kejadian tidak diharapkan (KTD) yaitu suatu kejadian kesalahan pemberian obat
yang menyebabkan cidera yang tidak diharapkan, karena suatu tindakan atau karena tidak
bertindak. KTD di ruang Dahlia 1 periode januari sampai Oktober 2017 sebesar 0%.
Sedangkan KNC di ruang Dahlia 1 periode januari sampai Oktober 2017 sebesar 0%.
Prosedur pemberian obat pada ruang Dahlia 1 dilakukan dengan prinsip 7 benar pemberian
obat dibuktikan oleh prinsip 7 benar dilakukan 100% oleh perawat.
Data Prosentase KTD dan KNC Periode 11-13 Desember 2017
No Bulan Prosentase KTD Prosentase KNC
(Kejadian Tidak (Kejadian Nyaris
Diharapkan) Cidera)
1 11 Desember 0% 0%
2017
2 12 Desember 0% 0%

48
2017
3 13 Desember 0% 0%
2017

Data hasil pengkajian pada tanggal 11-13 Desember 2017 menunjukkan bahwa tidak
ada kejadian KTD maupun KNC di Ruang Dahlia 1.
5.6.1.1.3 Pengurangan Resiko Pasien Jatuh
No Pernyataan Ya Tidak Keterangan
1 Ruangan menyediakan handrail  Di dalam ruangan terdapat
untuk mengurangi resiko pasien handrail di masing-asing bed
dari cedera karena jatuh pasien dan dikamar mandi
juga telah tersedia handrail.
2 Terdapat side rail di setiap 
tempat tidur pasien
3 Memasang restrain pada 
pasien dengan penurunan
kesadaran
4 Perawat selalu memperhatikan  Kepala ruangan dan ketua tim
tentang patient safety dan SOP mengingatkan tentang point 6
yang ada sasaran patient safety pada
saat pre conference
5 Pasien dengan resiko jatuh  Pasien yang dipasangkan
dipasangkan gelang kuning dan tanda resiko jatuh dan gelang
tanda resiko jatuh kuning adlah pasien yang
memiliki resiko tinggi
6 Monitoring dan evaluasi pasien  Monitring dan evaluasi pasien
resiko jatuh dilakukan setiap resiko jatuh dilakukan setiap
hari hari

Hasil pengkajian pasien resiko jatuh :


Tanggal Pasien jatuh Pasien resiko jatuh
11-12-2017 0 8
12-12-2017 0 8
13-12-2017 0 7
Rata-rata 0 7

Prosentase angka kejadian jatuh di ruang Dahlia I


= jumlah pasien jatuh x 100%
Jumlah pasien resiko jatuh
= 0 x 100%
7
=0%
Kode Pasien Resiko Jatuh Evaluasi per Hari

1 Resiko Tinggi √
2 Tidak beresiko √

49
3 Resiko Rendah √
4 Resiko Tinggi √
5 Resiko Tnggi √
6 Tidak Beresiko √
7 Resiko Tinggi √
8 Resiko rendah √
9 Resiko Tinggi √
10 Tidak Beresiko √
11 Resiko Rendah √
12 Resiko Tinggi √
13 Resiko rendah √
14 Resiko Tinggi √
15 Resiko Tinggi √
16 Tidak Beresiko √
17 Tidak Beresiko √

Pengkajian pasien resiko jatuh di ruang Dahlia 1 dilakukan sejak hari pertama pasien
masuk. Resiko jatuh dilakukan evaluasi setiap hari berdasarkan skal morse fall scale atau
ontario untuk memantau kemungkinan resiko jatuh setiap harinya. Dari hasil pengkajian
didapatkan hasil prosentase kejadian jatuh di ruang Dahlia 1 yaitu 0% hal ini membuktikan
manajemen resiko jatuh dilakukan dengan baik.
5.6.1.1.4 Angka Kejadian Cidera Akibat Restrain
Data hasil pengkajian pada tanggal 11-13 Desember 2017
menunjukkan bahwa tidak ada pasien yang diberikan penanganan restrain.
Kejadian cidera akibat restrain adalah 0%.
5.6.1.2 ANGKA KEJADIAN PLEBITIS
Pengkajian angka kejadian plebitis di ruang Dahlia I:
Tanggal Jumlah kejadian Jumlah pasien Prosentase
11/12/2017 0 21 0%
12/12/2017 1 17 5,88%
13/12/2017 0 16 0%

Pengkajian yang telah dilakukan pada tanggal 11-13 Desember 2017 didapatkan
hasil bahwa pada tanggal 12 Desember 2017 didapatkan 1 kejadian plebitis pada area
insersi pemasangan infus pasien sehingga perlu pelepasan dan pemasangan ulang
pada bagian yang lain.

5.6.1.3 ANGKA KEJADIAN ISK

50
Pendokumentasiaan angka kejadian ISK belum dilakukan pada bulan
Oktober 2016 - Oktober 2017 dan pada pengkajian yang telah dilakukan pada
tanggal 11 – 13 Desember 2017 tidak ada angka kejadian ISK di Ruang Dahlia I.
5.6.1.4 KEPATUHAN CUCI TANGAN
Hari/ Tanggal : 11-13 Desember 2017
Kepatuhan Perawat Melakukan The Five Moment Hand Hygine
PERTANYAAN Perawat Persent
H Z Ra N E Re ase
Apakah petugas melaksanakan
kebersihan tangan:

a. Sebelum kontak langsung √ √ √ √ - - 66,7%


dengan pasien

b. Sebelum tindakan invasif √ √ √ √ √ √ 100%


(memberikan injeksi, pasang
infus, menyiapkan obat-obatan,
meyiapkan makan, memberi
makan pasien, rawat luka, dll)
c. Setelah beresiko kontak dengan √ √ √ √ √ √ 100%
cairan tubuh (darah, cairan
tubuh, sekresi, ekskresi, eksudat,
bedpan, urina)
d. Setelah kontak dengan pasien √ √ √ √ √ √ 100%

e. Setelah kontak dengan √ √ √ √ - √ 83%


lingkungan pasien

Persentase 100 100 100 100 60% 80%


% % % %

Hasil observasi pengkajian selama 3 hari didapatkan hasil kepatuhan cuci tangan
five moments didapatkan hasil bahwa hanya 66,7 % perawat yang melakukan tindakan cuci
tangan sebelum kontak dengan pasien. Nilai kepatuhan tertinggi yakni 100%.

Kepatuhan Perawat Melakukan Cuci Tangan Menggunakan Sabun dan Air

Perawat Perawa Perawa Perawat Perawat Perawa TOT


H tZ t Ra Re E tN AL
Ya Tid Ya Ti Y Tid Ya Tid Ya Tid Ya Ti
PERTANYAAN
ak d a ak ak ak d
a a
k k
1. Basahi tangan √ √ √ √ √ √ 100
dengan air %
2. Tuangkan sabun √ √ √ √ √ √ 100
3-5 cc untuk %
menyabuni
seluruh

51
permukaan
tangan
3. Gosok kedua √ √ √ √ √ √ 100
telapak tangan %
hingga merata
4. Gosok punggung √ √ √ √ √ √ 100
dan sela-sela jari %
tangan kiri
a. Basahi tangan √ √ √ √ √ √ 100
dengan air %
b. Tuangkan √ √ √ √ √ √ 100
sabun 3-5 cc %
untuk
menyabuni
seluruh
permukaan
tangan
c. Gosok kedua √ √ √ √ √ √ 100
telapak tangan %
hingga merata
d. Gosok √ √ √ √ √ √ 100
punggung dan %
sela-sela jari
tangan dengan
tangan kanan
dan sebaliknya
e. Gosok telapak √ √ √ √ √ √ 100
dan sela-sela %
jari
f. Jari-jari sisi √ √ √ √ √ √ 50%
dalam kedua
tangan saling
mengunci
g. Gosok ibu jari- √ √ √ √ √ √ 50%
jari berputar
dalam
genggaman
tangan kanan
dan sebaliknya
h. Gosok dengan √ √ √ √ √ √ 50%
memutar ujung
jari-jari tangan
kanan
ditelapak
tangan kiri dan
sebaliknya
i. Bilas kedua √ √ √ √ √ √ 0%
tangan dengan
air dengan 6
langkah cuci
tangan
j. Keringkan √ √ √ √ √ √ 100
dengan %

52
handuk/tissue
towel sekali
pakai sampai
benar-benar
kering
k. Gunakan √ √ √ √ √ √ 50%
handuk /tissue
tersebut untuk
menutup kran
Total 80%

Hasil observasi pengkajian selama 3 hari didapatkan hasil kepatuhan cuci tangan 6
langkah didapatkan hasil bahwa 80 % prosedur cuci tangan sudah dilakukan, namun
beberapa langkah masih belum dilakukan terutama membilas kembali menggunakan 6
langkah.

5.6.1.5 TINGKAT KEPUASAN


Tingkat Kepuasan Pasien dan Keluarga terhadap Pelayanan Keperawatan
Hasil survey kepuasan pasien terhadap mutu asuhan keperawatan pada
tanggal 11 Desember 2017 di Ruang Dahlia 1 RSUD Ngudi Waluyo Wlingi

No. Responden Nilai Skor Kategori


1 A 12 Puas
2 B 14 Puas
3 C 10 Cukup puas
4 D 13 Puas
5 E 12 Puas
6 F 12 Puas
7 G 14 Puas
8 H 12 Puas
9 I 13 Puas
10 J 15 Puas
11 K 16 Puas
12 L 10 Cukup puas
13 M 14 Puas
14 N 13 Puas
15 O 11 Cukup puas
16 P 15 Puas
17 Q 15 Puas

Ket:
Skor 12-16  Puas
Skor 6-11 Cukup puas
Skor 0-5  Kurang puas
a. Prosentase kejadian pasien kurang puas di ruang dahlia I
= Jumlah pasien kurang puas x 100%
Jumlah pasien yang dirawat
= 0/17 x100 %
= 0%

53
b. Prosentase kejadian pasien cukup puas di ruang dahlia I
= Jumlah pasien cukup puas x 100%
Jumlah pasien yang dirawat
= 3/17 x100 %
= 17,64 %
c. Prosentase kejadian pasien kurang puas di ruang dahlia I
= Jumlah pasien puas x 100%
Jumlah pasien yang dirawat
= 14/17 x100 %
= 82,35 %
Dari hasil survey kepuasan menunjukkan bahwa sebagian besar sejumlah 14
pasien (82,35%) yang dirawat di Ruang Dahlia 1 baik kelas 1 maupun kelas 2 merasakan
puas terhadap asuhan keperawatan yang diberikan oleh perawat, sejumlah 3 pasien
(17,64%) merasakan cukup puas dan tidak ada pasien (0%) yang merasakan tidak puas
terhadap asuhan keperawatan yang diterima selama perawatan di rumah sakit

5.6.1.6 TINGKAT KENYAMANAN PASIEN


Hasil pengkajian nyeri dengan parameter skala 1 – 10 yang dilakukan pada tanggal
13 Desember 2016 didapatkan hasil sebagai berikut:
Tabel hasil pengkajian nyeri :
Pasien Tingkat Nyeri
1 Skala Nyeri 0
2 Skala Nyeri 3
3 Skala Nyeri 0
4 Skala Nyeri 3
5 Skala Nyeri 5
6 Skala Nyeri 0
7 Skala Nyeri 5
8 Skala Nyeri 2
9 Skala Nyeri 0
10 Skala Nyeri 2
11 Skala Nyeri 0
12 Slaka Nyeri 1
13 Skala Nyeri 3
14 Skala Nyeri 3
15 Skala Nyeri 0
16 Skala Nyeri 5

Prosentase Tingkat Nyeri di ruang Dahlia I


= jumlah pasien dengan nyeri x 100%

54
Jumlah total pasien
= 10 x 100%
16
= 62,5 %
Tabel tersebut tidak ada yang mengalami nyeri pada tingkat severe. Nyeri pada
tingkat moderet terdapat 3 yaitu pada skala 4 dan 5. Dan sebagian klien dengan nyeri ringan
dan tidak merasakan nyeri.
Pasien pada umumnya mengalami nyeri di karenakan respon fisiologis klien
terhadap penyakit yang dialaminya. Setiap keluhan dari klien, akan mendapatkan tindak
lanjut dari tenaga kesehatan untuk mengurangi keluhan yang membuat klien tidak nyaman
tersebut. Termasuk pada keluhan nyeri yang dialami oleh klien. Intervensi tersebut dilakukan
dengan pemberian obat ataupun dengan teknik-teknik relaksasi dan distraksi yang dapat di
ajarkan terhadap klien. Sehingga dengan intervensi tersebut dapat menurunkan nyeri yang
dialami oleh klien dan memberikan kenyamanan kepada klien. Tatalaksana nyeri pada
pasien dengan skala nyeri lebih dari 4 :

Kode pasien Skala nyeri Intervensi Manajemen nyeri


5 5 √
7 5 √
5 5 √

Prosentase Tatalaksana pasien nyeri


= jumlah tindakan perawat sebagai respon nyeri x 100%
Jumlah total pasien yang terdokumentasi nyeri
= 4 x 100%
4
= 100%

5.6.1.7 TINGKAT KECEMASAN PASIEN


Tingkat Kecemasan Pasien
Dari koesioner Zung Self-Rating Anxiety Scale (SAS/SRAS) dengan pengelompokan
sebagai berikut : skor 20 – 44 : normal/tidak cemas, skor 45-59 mengalami kecemasan
ringan, skor 60-74 mengalami kecemasan sedang, skor 75-80 mengalami kecemasan berat.
Sehingga dari tabel dapat disimpukan bahwa rata-rata pasien di ruang dahlia I tidak
mengalami kecemasan setalah diberikan intervensi/ perawatan oleh perawat. Dari yang
awal pengkajian mengalami tingkat kecemasan ringan sampai sedang, setelah 3 hari
dilakukan perawatan terdapat 4 pasien yang mengalami kecemasan ringan, akibat tindakan

55
keperawatan seperti phebotomy, pemasagan infus, dll, serta kecemasan terkait kondisi dan
penyakit. Fungsi instrumen kecemasan klien ini untuk melihat tingkat cemas klien terhadap
kondisinya maupun lingkungan sekitarnya, sehingga tindakan keperawatan diharapkan
mampu menurunkan tingkat kecemasan klien tersebut. Perawat melakukan intervensi
dengan mengajarkan teknik relaksasi seperti nafas dalam, teknik distraksi seperti guide
imagine, mendengarkan musik yang disukai, juga dengan menjelaskan tujuan dan prosedur
tindakan yang diberikan kepada pasien agar pasien mengerti. Perawat juga perlu
memberikan motivasi kesehatan kepada klien dan mendorong keluarga untuk selalu
menemani dan memberikan semangat kepada klien selama perawatan di rumah sakit.
Dengan tindakan intervensi keperawatan demikian diharapkan dapat mengurangi tingkat
kecemasan yang dialami klien selama menjalani perawatan di rumah sakit.

No Skor Kecemasan Pengkajian Hari 1 Skor Kecemasan Pengkajian Hari


Pasie 3
n
1 45 34
2 45 32
3 62 46
4 45 37
5 62 45
6 47 37
7 46 37
8 45 28
9 45 38
10 66 55
11 62 46
12 45 31
13 47 34
14 47 31
15 46 28
16 46 28
17 45 27

5.6.1.8 TINGKAT PENGETAHUAN PASIEN


Jumlah pasien yang kurang pengetahuan adalah jumlah pasien yang setelah dikaji
menunjukkan bahwa pasien/keluarga kurang pengetahuan tentang infeksi nasokomial. Hasil
yang diperoleh dari pengkajian yang diperoleh:
Tabel 3.1.6.3 Tingkat pengetahuan pasien tentang perawatan penyakit yang
dlakukan pada tanggal 13 Oktober 2017
No. Responden Nilai Kategori Yang dilakukan Re-
Edukasi
1 A 100% Pengetahuan baik -

56
2 B 100% Pengetahuan baik -
3 C 100% Pengetahuan baik -
4 D 50% Pengetahuan V
kurang
5 E 75% Pengetahuan baik -
6 F 75% Pengetahuan baik -
7 G 100% Pengetahuan baik -
8 H 100% Pengetahuan baik -
9 I 75% Pengetahuan baik -
10 J 100% Pengetahuan baik -
11 K 100% Pengetahuan baik -
12 L 75% Pengetahuan baik -
13 M 100% Pengetahuan baik -
14 N 100% Pengetahuan baik -
15 O 75% Pengetahuan baik -
16 P 100% Pengetahuan baik -

Ket:
Skor 0%-50% Pengetahuan kurang
Skor 51%-75% pengetahuan baik namun perlu re-edukasi
80%-100% pengetahuan baik tidak perlu re-edukasi

a. Prosentase kejadian pasien kurang pengetahuan di ruang dahlia I


= Jumlah pasien kurang pengetahuan x 100%
Jumlah pasien yang dirawat
= 1/16 x100 %
= 6,25%
b. Prosentase kejadian pasien yang diberikan re-edukasi di ruang dahlia I
= Jumlah pasien yang diberi re-edukasi x 100%
Jumlah pasien yang dirawat
= 1/16 x100 %
= 6,25%
c. Prosentase kejadian pasien yang seharusnya diberikan re-edukasi di
ruang dahlia I
= Jumlah pasien yang seharusnya diberi re-edukasi x 100%
Jumlah pasien yang dirawat
= 6/16 x100 %
= 37,5%
Dari hasil survey tingkat pengetahuan pasien di ruang dahlia 1
adalah memiliki tingkat pengetahuan baik sejumlah 15 pasien (93,75%) dan
yang memiliki pengetahuan kurang hanya 1 pasien (6,25%). Jumlah pasien
yang diberi re-edukasi oleh perawat hanya 1 pasien dengan pengetahuan
kurang, padahal sebenarnya ada 6 pasien (37,5%) yang harus dilakukan re-
edukasi karena belum mendapatkan nilai item edukasi 100%. Dengan

57
demikian perawat seharusnya melakukan re-edukasi pada topik edukasi
yang belum dipahami oleh pasien/keluarga (belum 100% item diucapkan
pada penjelasan ulang pasien) saat melakukan edukasi oleh perawat.

5.6.1.9 PERENCANAAN PASIEN PULANG


Data Pasien yang dirawat dengan diberikan Discharge Planning periode
11-13 Desember 2017
No. Responden Form Discharge planning
1 RM A Dibuatkan
2 RM B Dibuatkan
3 RM C Dibuatkan
4 RM D Dibuatkan
5 RM E Dibuatkan
6 RM F Dibuatkan
7 RM G Dibuatkan
8 RM H Dibuatkan
9 RM I Dibuatkan
10 RM J Dibuatkan
11 RM K Dibuatkan
12 RM L Dibuatkan
13 RM M Dibuatkan
14 RM N Dibuatkan
15 RM O Dibuatkan
16 RM P Dibuatkan
17 RM Q Dibuatkan

Dari hasil survey pembuatan discharge planning oleh perawat pada


setiap pasien yang dirawat di ruang dahlia 1 menunjukkan bahwa semua
pasien (100%) dibuatkan perencanaan pulang oleh perawat ruangan
berdasarkan pengkajian kriteria discharge planning pada saat assesment
awal perawat yang meliputi:
 Umur >65 tahun Keterbatasan mobilitas
 Perawatan atau pengobatan lanjutan, Bantuan untuk melakukan
aktifitas sehari-hari. Jika ada satu kriteria yang masuk pada item di
atas, maka pasien akan diajukan pembuatan discharge planning oleh
perawat.

58
5.6.2 SASARAN KESELAMATAN PASIEN
5.6.2.1. Identifikasi Pasien
Kepatuhan Perawat Melakukan Identifikasi Pasien Sebelum Tindakan

Aspek Yang Dinilai Nama Perawat %


No

He Z R Na Re

A Pengkajian

Sebelum pengambilan sampel


darah/specimen, memberikan
obat, tindakan invasif, memberikan transfuse
1 darah, petugas √ √ √ √ √ 100%
meminta pasien untuk menyebutkan nama dan
tangal lahir

Petugas mencocokan identitas pasien dengan


identitas yang ada
2 √ √ √ √ √ 100%
pada gelang

Sebelum memberikan transfuse darah, perawat


melakukan ceklist
3 √ √ √ √ √ 100%
pada daftar tilik pemberian darah

Sebelum memberikan obat, dilakukan


pengecekan 7
4 √ √ √ √ √ 100%
benar oleh 2 orang perawat

Identitas pasien pada RM minimal memuat


nama lengkap tanggal
5 √ √ √ √ √ 100%
lahir dan nomor RM

Identitas Pasien pada formulir pemeriksaan


lab/penunjang ditulis
nama lengkap, tanggal lahir dan nomor RM
6 tambahan identitas √ √ √ √ √ 100%
lain bila diperlukan

Kantong obat minimal memuat nama lengkap,


tanggal lahir dan
7 √ √ √ √ √ 100%
nomor RM pasien

Terkait dengan identitas, pada labu darah


minimal memuat nama √ √ √ √ √
8 100%
lengkap, tanggal lahir dan nomor RM pasien

RATA-RATA TOTAL 95%

59
Dari tabel diatas dapat disimpulkan bahwa pelaksanaan identifikasi pasien
untuk pemberian obat dan identifikasi sebelum tranfusi sudah dilakukan dengan
optimal. Perawat selalu mengutamakan identifikasi untuk menghindari kejadian
kesalahan pemberian obat dan tranfusi.

5.6.2.2. Komunikasi efektif


Kepatuhan Perawat Melakukan Pelaksanaan Komunikasi Efek
Perencanaan Aspek yang Dinilai Perawat Ket
He Z R Na Re
Ruang rawat 1. Form catatan √ √ √ √ √ 100%
perawatan pasien
terintegrasi
2. Form konsultasi √ √ √ √ √ 100%
3. Form instrumen √ √ √ √ √ 100%
evaluasi pelaksanaan
komunikasi efektif
4. form catatan √ √ √ √ √ 100%
pemberian dan
pemantauan obat
pasien
5. stempel SBAR - - - - -
6. Stempel TBAK - - - - -
Laboratorium/ Buku laporan nilai kritis - - - - -
Radiologi
PELAKSANAAN
Ruang Rawat 1. Serah terima paisen √ √ √ √ √ 100%
menggunakan teknik
SBAR
2. Pelaporan kondisi √ √ √ √ √ 100%
pasien pada dokter
DPDJ menggunakan
SBAR
3. Konsultasi antar - - - - -
dokter pertelepon
menggunakan teknik
SBAR
4. Menerima instruksi - - - - -
dokter pertelepon
menggunakan teknik
TBAK
5. Menerima tas kritis - - - - -
menggunakan teknik
TBAK
6. Meerima hasil kritis - - - - -
menggunakan TBAK
Laboratorium 7. Melaporkan nilai √ √ √ √ √ 100%
/Radiologi kritis
8. Melaporkan tes kritis √ √ √ √ √ 100%
Persentase 100%

60
Dari tabel diatas dapat disimpulkan bahwa nilai rata-rata komunikasi
sebesar 100% hal ini menunjukkan bahwa komunikasi efektif di ruang Dahlia 1
sudah berjalan dengan optimal. Komunikasi terapeutik antara perawat dan
pasien sudah terjalin baik saat perawat melakukan asuhan keperawatan kepada
pasien sehingga komunikasi jelas dan mudah di pahami oleh pasien. Komunikasi
antara perawat dan perawat sudah berjalan dengan baik. Sehingga jarang terjadi
miss komunikasi selama informasi

61
5.6.2.3. Peningkatan Keamanan Obat Yang Perlu Diwaspadai (High-Alert)

No Pernyataan Ya Tidak Keterangan


1 Perawat selalu mengecek 7B √ Hasil evaluasi 7B oleh perawat
dalam memberikan obat-obatan dilampirakan
baik oral maupun injeksi
2 Perawat menjelaskan indikasi √
dan jenis obat-obatan yang
diberikan kepada pasien
3 Perawat selalu mengecek √
kesediaan/ kebutuhan obat-
obatan
4 Penyimpanan obat High Alert √ Obat-obatan high alert di ruangan
disimpan pada area khusus dahlia hanya ada insulin Novorapid
dan Levemir, pemberian stiker high
alert dilakukan di Depo Farmasi dan di
cek ulang oleh perawat di ruang
perawat. Obat-obatan high alert dan
cairan pekat disimpan di ruangan
apabila diperlukan saja

Sebelum memberikan obat, perawat selalu mengecek 7B dalam memberikan obat


oral maupun injeksi, Sebagian besar perawat telah menjelaskan indikasi dan jenis obat
yang diberikan. Untuk pengecekan kesediaan obat dan kebutuhan obat telah dilakukan
oleh tim medis dari farmasi dan perawat melakukan pengecekan kembali sebelum
diberikan kepada pasien. Obat-obatan high alert di ruangan dahlia hanya ada insulin
Novorapid dan Levemir, pemberian stiker high alert dilakukan di Depo Farmasi dan di cek
ulang oleh perawat di ruang perawat. Obat-obatan high alert dan cairan pekat disimpan di
ruangan apabila diperlukan saja. Emergency Box yang ada di ruangan dan terdapat obat
high alert hanya dibuka jika ada keadaan emergency. Insullin pen di ruangan Dahlia I
hanya ada satu yang telah terpasang sticker high alert dan insulin ditempatkan di lemari es
dengan suhu tertentu. Penempatan obat di ruangan dahlia ditempatkan pada tempat obat
pasien masing masing.
5.6.2.4 Pengurangan Resiko Infeksi Terkait Pelayanan Kesehatan
No Pernyataan Ya Tidak Keterangan
1 Perawat memberikan KIE untuk  KIE cuci tangan 6
mengurangi resiko infeksi yang langkah ketika
terkait pelayanan kesehatan pertama kali orientasi
pasien baru.
2 Sebelum dan sesudah tindakan  Sudah dilaksanakan
selalu menerapkan 6 langkah tapi hasil belum
cuci tangan maksimal
3 Setiap melakukan tindakan 
atau kontak dengan pasien
selalu memakai APD
4 Tersedianya matras untuk 

62
resiko decubitus
5 Perawat dalam melakukan 
tindakan dari pasien satu ke
pasien lainnya selalu
mengganti handscoon

Perawat memberikan KIE untuk mengurangi resiko infeksi seperti KIE cuci tangan
pada anggota keluarga pasien saat pertama kali pasien masuk di ruang dahlia. Cuci tangan
juga wajib dilakukan oleh perawat sebelum dan sesudah tindakan dengan menerapkan 6
langkah cuci tangan. Selain cuci tangan, untuk mengurangi resiko infeksi perawat memakai
APD.
5.6.2.5 Angka Keterbatasan Perawatan Diri

Data Keterbatasan Perawatan Diri Periode 11-13 Desember 2017


No Inisial pasien Jenis perawatan diri Prosentas
. e
Mandi Berpakaia toileting
n&
Berdandan

1 RM A √ √ √ 90,9%

2 RM B √ √ √ 72,7%

3 RM C √ √ √ 90,9%

4 RM D √ √ √ 72,7%

5 RM E √ √ √ 90,9%

6 RM F √ √ √ 90,9%

7 RM G √ √ √ 90,9%

8 RM H √ √ √ 90,9%

9 RM I √ √ √ 72,7%

10 RM J √ √ √ 72,7%

11 RM K √ √ √ 72,7%

12 RM L √ √ √ 72,7%

13 RM M √ √ √ 72,7%

14 RM N √ √ √ 72,7%

15 RM O √ √ √ 72,7%

16 RM P √ √ √ 90,9%

17 RM Q √ √ √ 90,9%

63
Dari tabel diatas dapat disimpulkan bahwa nilai rata-rata pasien pada
saat pengkajian tanggal 11-13 Desember 2017 tentang keterbatasan
perawatan diri sebagian besar mengalami tingkat ketergantunga parsial.

5.6.3 INDIKATOR MUTU FUNGSI MANAJEMEN


5.6.3.1 Perencanaan (Planning)
Berdasarkan wawancara dengan perawat di ruang dahlia 1, visi misi, filosofi,
tujuan dan target ruang dahlia 1 sama dengan visi misi, filosofi, tujuan dan target
rumah sakit. Perbedaan hanya terdapat pada kebijakan dan peraturan ruang dahlia
1, namun, saat ini kebijakan dan peraturan tersebut sudah tidak dijalankan.
Visi Rumah Sakit Ngudi Waluyo Blitar
“Menjadi Rumah Sakit pilihan masyarakat di Blitar Raya dan sekitarnya tahun
2021”
Misi Rumah Sakit Ngudi Waluyo Blitar
Misi Rumah sakit Ngudi Waluyo adalah sebagai berikut
5. Menyelenggarakan pelayanan yang bermutu, profesional, dan
mengutamakan keselamatan pasien
6. Menyelenggarakan pendidikan dan penelitian yang bermutu di bidang
kesehatan dan kedokteran
7. Meningkatkan sarana dan prasarana pelayanan kesehatan yang bermutu
8. Meningkatkan pengelolaan administrasi dan keuangan, secara cepat dan
akurat.

64
5.6.3.2 Fungsi Pengorganisaan (Organizing)
a. Struktur Organisasi
1) Struktur Organisasi Ruangan
S
KA IRNA KA IRNA
Dr. Rina Yulimawati Dr. Rina Yulimawati

KUPP RAWAT INAP


Gatot Santoso, AMK KASUBID ETIK & MUTU ASKEP KAASUBID LOGISTIK & KETENAGAAN
Ns. Nur Ulwiyah, S.Kep Ns. Nur Ulwiyah, S.Kep
KARU DAHLIA I ADMINISTRASI
Robi Kurniawan, S.Kep, Ns Mita Puspitasari

WAKARU DAHLIA I
Wiwit Sri W, S.Kep., Ns

KOOR ALAT MEDIS KOOR PKMRS KOOR OBAT, ICCU KOOR INVENTARI KOOR PIN KOOR DATA & KOOR TATIB & KOOR ASKEP
Eko Wiyono, AMK Mochtar Fauzi, Iswahyuni, AMK & UMUM Wiwit Sri W, PELAPORAN KEBERSIHAN Rachmad W, S.Kep,
S. Kep, Ns. Endang Suhartati S.Kep, Ns Hesti Sri ,Amd.Kep Anas A, Amd. Kep Ns.

65
2) Struktur Organisasi Keperawatan
KEPALA RUANGAN
Robi Kurniawan, S.Kep., Ns

KETUA TIM 1 KETUA TIM 2


Wiwit Sri W, S.Kep., Ns. Robi Kurniawan, S.Kep., Ns

ANGGOTA : ANGGOTA :
1. Dwi Puspitasari, Amd.Kep 1. Hesti Sri Agustin, Amd. Kep
2. Rachmad Wijaya, S.Kep., Ns 2. Reni Nopita S, Amd. Kep
3. Septiananda Cridialis, Amd. 3. Eko Wiyono, Amd. Kep
Kep 4. Anas Arif C., Amd. Kep
b. Pengorganisasian Perawatan
4. Iswahyuni, AMK Pasien 5. Candra Sasmita A.N., Amd.
Metode yang diterapkan
5. Mokhamad Rifa’i, AMK di Ruang Dahlia I Rumah Sakit
Kep Ngudi Waluyo Wlingi
6. Ratna Hayati, Amd.Kep. 6. Yukaikah, Amd.Kep
adalah model TIM Modifikasi. Metode penugasan yang diterapkan di Ruang Dahlia I
7. Sukarno, AMK 7. Mochtar Fauzi, S. Kep, Ns.
adalah metode Tim Modifikasi yang mana secara struktural terdiri atas kepala ruangan,
selanjutnya perawat yang ada di ruangan dibagi menjadi 2 tim, yaitu tim I yang
bertanggung jawab memberikan asuhan keperawatan pada kamar 1 sampai kamar 5
dan tim II pada kamar 6 sampai kamar 9. Masing-masing tim diketuai oleh perawat
primer/ketua tim yang didalamnya terdapat perawat pelaksana yang dibagi
berdasarkan jumlah perawat yang dinas. Dalam proses pendelegasian tugas,
wewenang dan tanggung jawab apabila ada perawat yang tidak masuk maupun cuti
sepenuhnya ditentukan oleh kepala ruangan dengan mempertimbangkan kebutuhan
dan ketersediaan tenaga keperawatan.
c. Klasifikasi Pasien
Berdasarkan hasil pengkajian yang dilakukan didapatkan hasil bahwa tidak ada
pengelompokan pasien dan pengaturan penempatan di ruang rawat menurut tingkat
kegawatan, infeksi/non infeksi. Ruang dahlia 1 diperuntukkan bagi pasien kelas I dan
kelas II jadi ruangan 1-5 untuk kelas I dan ruangan 6-10 untuk kelas II.
d. Pendokumentasian Proses Keperawatan
Sistem pendokumentasian di ruang Dahlia 1 menggunakan SOR (Source
Oriented Record). Sistem SOR yaitu sistem pendokumentasian yang berorientasi dari
berbagai sumber tenaga kesehatan yaitu : dokter, perawat, ahli gizi dan sebagainya.
Pendokumentasian keperawatan, pengkajian menggunakan model SOR dan diagnosa
keperawatan sampai evaluasi menggunakan Subject Object Anaysis Planning (SOAP).
Pendokumentasian di ruang Dahlia 1 asuhan keperawatan belum menggunakan
sistem komputerisasi. Berdasarkan hasil pengkajian didapatkan bahwa

66
pendokumentasian catatan keperawatan sudah dilakukan dengn baik, terbukti nilai
yang didapatkan sebesar 100%.
e. Sistem Perhitungan Tenaga Keperawatan
Ruangan Dahlia 1 menggunakan sistem perhitungan Gillies atau rumus
perhitungan tenaga berdasarkan tingkat ketergantungan pasien akan tetapi penerapan
sistem perhitungan tenaga keperawatan masih terbatas dikarenakan sumber daya
manusia masih terbatas jumlahnya untuk memenuhi tenaga keperawatan.
f. Jadwal/Shift Dinas
1) Penanggung jawab shift
Jadwal dinas perawat ruang Dahlia 1 dibuat/diatur oleh kepala ruangan dalam
jangka waktu satu bulan sekali.
2) Pendistribusian tenaga setiap shift
Setiap perawat pelaksana Non PNS mendapatkan pembagian jadwal shift pagi
dua kali, sore dua kali, malam dua kali dalam satu minggu. Sedangkan perawat PNS
mendapat jadwal shift pagi.
3) Keterlibatan perawat pelaksana dalam Pembuatan Jadwal
Perawat pelaksana dapat mengajukan cuti kepada kepala ruangan. Alur cuti
dinas yaitu perawat memberikan permohonan surat cuti setelah itu karu memberikan
persetujuan berdasarkan alasan dan waktu yang sudah disetujui ruangan.
g. Ketenagaan
1) Rencana Kebutuhan Tenaga
Kebutuhan tenaga di ruangan Dahlia 1 sesuai dengan kebijakan rumah sakit
ketika rumah sakit membutuhkan tenaga tambahan untuk memenuhi kuantitas dan
kualitas tenaga.
2) Penerimaan Pegawai Baru (Rekruitment)
Ketika rumah sakit membutuhkan tenaga perawat tambahan, maka rumah sakit
akan membuka lowongan pekerjaan untuk pendaftar.
3) Sistem Seleksi
Sistem seleksi yang pertama dilakukan seleksi administrasi untuk melihat
kelengkapan data pendaftar, setelah seleksi administrasi lalu dilakukan seleksi dengan
tes tulis. Selanjutnya calon pegawai baru akan di seleksi dengan tes skill dan
wawancara.
4) Penempatan
Penempatan tenaga sesuai dengan kebijakan rumah sakit dan kebutuhan rumah sakit
5) Orientasi Tenaga Baru
Orientasi tenaga baru merupakan proses penyesuaian bagi perawat baru
dengan lingkungan pekerjaan sehingga dapat beradaptasi dengan lingkungan yang
baru. Di rumah sakit memiliki prosedur untuk orientasi yaitu
a. Jenis orientasi ada dua yaitu orientasi umum dan orientasi khusus sesuai pekerjaan
b. Untuk orientasi umum dilakukan oleh managemen rumah sakit dibawah tanggung
jawab kepegawaian.
c. Orientasi khusus (rawat inap, rawat jalan, instalasi) dilaksanakan 1 minggu dan untuk
rawat jalan 3 hari

67
d. Pemberi orientasi adalah kepala ruang
e. Orientasi khusus dilakukan dengan cara ceramah, diskusi dan demonstrasi
f. Hari pertama orientasi materinya adalah pengenalan karyawan kantor perawat, ruang
pasien, fasilitas yang ada di ruang rawat tujuan keperawatan dan tujuan ruangan,
struktur organisasi dan uraian tugas
g. Hari kedua, materinya metode penugasan, perhitungan tenaga, juknis SAK, sak
keperawatan/kebidanan, SPO tindakan keperawatan, indikator mutu pelayanan
keperawatan
h. Hari ketiga, materinya: jenis pelaporan yang ada di ruang rawat/poli, laporan insiden
keselamatan pasien, SPO ketenagaan, hak dan kewajiban pasien, hak dan kewajiban
perawat.
i. Hari keempat, materinya etika perawat/bidan, kriteria pelanggaran etik, alur
penanganan masalah etik, dan managemen obat
j. Hari kelima, perawat baru diberi kasus kelolaan untuk dikerjakan
k. Hari keenam dilakukan evaluasi hasil orientasi oleh kepala ruang dengan formulir yang
telah disediakan dan evaluasi hasil orientasi yang telah diselesaikan dikumpulkan
kepada kasubbid ketenagaan dan logistik keperawatan dilaporkan ke Kepala Bidang
Pelayanan Keperawatan.
Orientasi tenaga baru pada beberapa ruangan dilakukan orientasi selama 3
bulan dengan sistem rotasi setiap ruangan selama 2 minggu.
6) Pengembangan Staf Pendidikan dan Pelatihan
Kepala Ruangan memberikan kesempatan sekolah kepada perawat ruangan
untuk meningkatan SDM diruangan. Selain itu, kebijakan rumah sakit mewajibkan
beberapa pelatihan bagi setiap perawat, antara lain PPGD (Pelatihan Penanggulangan
Gawat Darurat), Pelatihan PPI (Pencegahan dan pengendalian Infeksi) Dasar,
Pelatihan Keselamatan Pasien, dan Pelatihan BLS.
7) Jenjang Karir
Jenjang karir perawat ruangan dilihat berdasarkan dari PK. Tingkat PK paling
tinggi yaitu PK III sedangkan tingkatan paling rendah yaitu pra PK. Sedangkan ruang
Dahlia PK tertinggi yaitu PK III dan PK terendah yaitu PK I.
5.6.3.3 Fungsi Pengarahan dan Pengawasan
Komunikasi
a. Arah Komunikasi
Jenis komunikasi yang berhubungan dengan instruksi penugasan dilakukan
secara vertikal dari atasan ke bawahan, yaitu dari kepala ruang kepada ketua tim
kemudian ketua tim menyampaikan kepada perawat penanggung jawab di masing-
masing tim. Sedangkan untuk komunikasi terkait informasi yang berkaitan dengan
keadaan di ruangan, dapat dilakukan baik dari atasan ke bawahan atau sebaliknya.

68
Komunikasi secara horizontal juga sering dilakukan antar perawat, antar tim dan antar
ketua tim dengan sifat komunikasi yang terbuka.
Komunikasi antar tenaga kesehatan di Ruang Dahlia I dilakukan secara
langsung dan ada beberapa yang dilakukan dengan media sosial. Komunikasi ini
memiliki keuntungan dari penyampaian informasi dan hambatan selama kinerja lebih
cepat dan akan bisa didiskusikan dengan tenaga kesehatan lainnya. Selain itu dengan
adanya media sosial mempermudah dalam proses berbagi masalah pasien terkini dan
jika ada hambatan terkait kinerja bisa disampaikan ke petugas lain dengan cepat.
b. Jadwal Pertemuan/Rapat
Jadwal rapat rutin ditetapkan 1 bulan sekali, dimana semua pegawai hadir
dalam mengikuti pertemuan Ruang Dahlia I. Faktor penghambat untuk mengkuti rapat
ada beberapa perawat yang tidak masuk yang di karenakan sakit.
c. Faktor Penghambat Komunikasi di Ruang Dahlia II
Faktor penghambat komunikasi tidak ada karena dapat diatasi dengan
membicarakan masalah-masalah yang ada pada saat operan dinas serta
memanfaatkan media komunikasi berupa grup di whatsapp.
Motivasi
a. Cara memotivasi individu / kelompok
Kepala ruang memotivasi perawat dengan cara lisan biasanya dilakukan saat
jam dinas yaitu pada saat pre conference atau dilakukan pada saat rapat rutin dengan
memberikan saran-saran untuk mentaati ketentuan sesuai SOP agar perawat dapat
bekerja secara aman dan dapat meningkatkan kepuasan pasien.
b. Sistem reward atau punishment
Berdasarkan wawancara dengan kepala ruangan tidak ada sistem reward yang
ditentukan tetapi reward diberikan melalui ucapan terima kasih yang disampaikan pada
saat pre conference untuk mengapresiasi kinerja perawat, sedangkan apabila terdapat
pelanggaran akan diberikan punishment berupa peringatan secara personal atas
pelanggaran yang dilakukan untuk bisa dievaluasi.
c. Supervisi
1) Mekanisme
Pelaksanaan supervise dilakukan oleh kepala ruangan dan petugas rawat inap
seperti katim. Hal-hal yang disupervisi seperti bagaimana perawat melakukan tindakan
keperawatan, pendokumentasian askep, identifikasi pasien, sistem pembuangan
limbah, atau standar-standar prosedur dan kebijakan yang telah ditetapkan ruangan.
Selain dilakukan ke perawat ruangan, supervise juga dilakukan ke pasien dengan
mengevaluasi apa yang dilakukan perawat pada pasien apakah sudah dilakukan
dengan benar atau tidak. Tidak ada jadwal tetap untuk supervise, tetapi dilakukan
ketika memungkinkan baik secara langsung maupun tidak langsung, untuk supervise
tidak langsung, dilakukan tidak setiap hari dengan memperhatikan kinerja perawat
serta lingkungan ruangan, sedangkan untuk supervise secara langsung dilakukan

69
sebagai rangkaian tahapan penilaian kinerja perawat selama beberapa kali dalam
setahun. Dari hasil supervise tidak langsung, apabila terdapat ketidaksesuaian
terhadap SOP, maka akan dibahas saat pre conference dengan membacakan SOP
yang benar-benar perlu diperhatikan dan dipatuhi perawat atau memperingatkan
secara personal. Pendokumentasian hasil supervisi dimasukkan dalam penilaian
kinerja perawat. Supervisi juga dilakukan oleh tim komite keperawatan dari rumah sakit
ke ruangan.

a. Waktu dan Frekuensi Pelaksanaan Supervisi


Waktu dan pelaksanaan supervisi dilakukan oleh kepala ruangan di setiap saat
setiap waktu saat dibutuhkan untuk melakukan supervise.
b. Faktor penghambat
Dalam pelaksanaan supervise terdapat penghambat seperti keterbatasan
waktu dan kegiatan kepala ruangan yang banyak sehingga tidak dapat dilaksanakan
secara optimal.
2) Pendelegasian
Dalam proses pendelegasian tugas, wewenang dan tanggung jawab ditentukan
oleh kepala ruangan, misalnya mendelegasikan tugas kepala ruangan kepada
penanggung jawab tim apabila kepala ruangan berhalangan serta mendelegasikan
tugas-tugas kepada ketua tim. Alur pendelegasian dilakukan dari atasan ke bawahan.
3) Mekanisme Penyelesaian Masalah : Manajemen Konflik
Konflik yang terjadi diselesaikan secara kekeluargaan. Apabila terdapat konflik
atau permasalahan akan diselesaikan secara internal bersama kepala ruangan. Serta
diupayakan sistem rollingtim keperawatan untuk mengurangi konflik akibat kejenuhan
dan ada variasi susunan tim perawat pelaksana keperawatan.
Hasil dari penilaian berupa skor-skor dan penilaian dilaksanakan berdasarkan
posisi atau jabatan masing-masing perawat. Penilaian kinerja ini nantinya dilaporkan
kepada Ka.Bidang keperawatan.
5.6.3.5 Pengendalian (Controling)
Katim ruang Dahlia 1 mengatakan bahwa penilaian kinerja pada tenaga
keperawatan dilakukan oleh Karu setiap kurun waktu 1 tahun, dengan menggunakan
instrumen SKP (Sasaran Kinerja Perawat). Selain hasil SKP, penilaian kinerja perawat
yang lain didapatkan dari hasil laporan, komunikasi kepada pasien, serta hasil tingkat
kepuasan pasien. Hasil penilaian kinerja perawat yang sudah terkumpul setiap tahun
akan dilaporkan pada bagian Bidang Keperawatan di rumah sakit untuk manajemen
SDM rumah sakit yang lebih baik.
Sedangkan mutu keperawatan berdasarkan sumber Laporan Bulanan di Ruang
Dahlia 1, dilihat dari penilaian terhadap:

70
1. Persepsi pasien terhadap mutu asuhan keperawatan dengan survey kepuasan pasien
2. Pelaksanaan tindakan keperawatan yang dinilai oleh Karu
3. Pelaksanaan dokumentasi askep yang dinilai oleh Karu
Hasil penilaian mutu keperawatan sesuai indikator menunjukkan hasil ≥70%,
hal ini menunjukkan bahwa pelaksanaan mutu keperawatan telah dilaksanakan
dengan baik. Hasil penilaian mutu keperawatan yang telah dilaksanakan kemudian
didokumentasikan untuk laporan bulanan ruangan untuk penatalaksanaan lanjutan
dalam peningkatan mutu keperawatan yang belum optimal.
5.6.4 INDIKATOR MUTU KEPERAWATAN
5.6.4.1 Indikator Mutu Asuhan Keperawatan
PENILAIAN DOKUMENTASI ASUHAN KEPERAWATAN TAHUN 2017 MENURUT
DEPKES 2002.
ASPEK JANU FEBR MARE APRI MEI JUNI JULI AGU SEPTE OKTO
ARI UARI T L STUS MBER BER

PENGKAJIA 100% 97,5 95% 77,5 97,5 100% 100% 75% 75% 100%
N % % %
DIAGNOSA 100% 100% 93,3% 73,3 96,6 100% 100% 100% 100% 100%
% %
PERENCANA 78,3% 91,6 80% 65% 96,6 91,67 96,67 98,3 98,3% 98,3%
AN % % % % %

TINDAKAN 82,5% 86,6 77,5% 57,5 85% 72,5 82,5 85% 82,5% 62,5%
% % % %
EVALUASI 100% 100% 90% 85% 75% 80% 90% 90% 90% 90%

CATATAN 82% 86% 86% 88% 82% 90% 96% 96% 96% 96%
ASKEP

TOTAL RATA- 90,46 92,6 85,83 71,05 88,78 89,02 90,13 90,72 91,13 92,23%
RATA % % % % % % % % %

Rata-rata penilaian Asuhan Keperawatan bulan januari-oktober 2017


didapatkan persentase sebesar 88,19%. Hal ini menunjukkan dalam
pendokumentasian asuhan keperawatan di Ruang Dahlia 1 telah dilaksanakan dengan
baik dan lengkap sesuai dengan Depkes (2002).

71
5.6.4.2 Indikator Mutu SOP Tindakan
Kepatuhan Perawat Melakukan Pemasangan Infus
No Prosedur Perawat Perse
ntase
Persiapan Alat: He Z N
1. Standar infus    100%
2. Cairan yang akan diberikan
   100%
3. Infus set
4. Abocat    100%
5. Antiseptik
   100%
6. Torniket
7. Kapas alkohol 100%
  
8. Plester
100%
9. Gunting   
10. Kassa steril 100%
11. Bengkok   
100%
12. Sarung tangan   
13. Pengalas 100%
  
100%
  
100%
  
Persiapan Klien :
1. Lakukan tindakan 5 (perkenalan diri, senyum, salam,    100%
sapa, sopan dan santun)
2. Lakukan perkenalan diri dan identifikasi pasien
   100%
3. Jelaskan tujuan yang akan dilakukan
4. Jelaskan prosedur    100%
5. Buat inform consent
 - - 33%

  100%

Persiapan lingkungan :
1. Jaga privasi klien    100%
2. Ciptakan lingkungan nyaman
   100%
Prosedur :
1. Cuci tangan    100%
2. Pakai sarung tangan dan dekatkan alat    100%
3. Pasang pengalas    100%
4. Tentukan area yang akan dipasang infuse    100%
5. Periksa ulang cairang yang akan diberikan dan    100%
hubungan dengan infus set dan keluarkan udara

72
6. Pasang torniquet diatas area penusukan    100%
7. Desinfeksi area yang akan ditusuk 5-10 cm    100%
8. tusuk vena dengan abokat dalam pembluh darah    100%
9. Pastikanvena masuk ke pembuluh darah    100%
10. Lepaskan tourniquet    100%
11. Tarik abocat dengan mengalirkan cairan, sambung    100%
dengan infus set, cek tetesan periksakeran
cairannya.
12. Fiksasi IV kateter    100%
13. Beri antiseptik pada daerah insersi    100%
14. Tutup bagianyang ditusuk dengan kasasteril dan    100%
rekatkan dengan plester
15. Sampaikan tindakan sudah selesai    100%
16. Bereskan alat dan lepaskan sarung tangan    100%
17. Cuci tangan    100%
Evaluasi
18. Kaji tingkat kenyamaan pasien sleama prosedur   - 67%
pemasangan
Kaji efek area pemasangan infus
   100%

73
No Prosedur R E Perse
ntase
1. Dekatkan alat-alat dengan pasien   100%
2. Cuci tangan  - 50%
3. Pasang elektroda ekstremitas atas pada pergelangan tangan kanan   100%
(merah) san kiri (kuning) serah dengan telapak tangan
4. Pasang elektroda ekstremitas bawah pada pergelangan kaki kanan   100%
(hitam) dan kiri (hijau) sebelah dalam
5. Pasang elektroda pada daerah dada sebagai berikut :   100%
V1 : sela iga ke 4 pada garis sterna kanan   100%
V2 : sela iga ke 4 pada garis sterna kiri
V3 : diantara V2 dan V4
V4 : sela iga ke 5 pada midclavicula kiri
V5 : garis axial anterior (diantara V4 dab V6)
V6 : mid axial sejajar dengan V4
6. Hidupkan mesin EKG   100%
7. Periksa kembali standarisasi dari EKG meliputi kalibrasi dan   100%
kecepatan
8. Lakukan pencatatan identitas klien melalui mesin EKG   100%
9. Lakukan perekaman sesuai denganpermintaan   100%
10. Matikan mesin EKG   100%
11. Cuci tangan  - 50%
12. Catat yang sudah dilakukan pada dokumen rekam medik   100%
Persentase 91,67
%
Dokumentasi :
19. 1. Tanggal dan waktu pemasangan infuse    100%
2. Jenis cairan
   100%
3. Lokasi pemasangan
4. Jumlah cairan yang diberikan    100%
5. Paraf dan nama terang perawat
   100%
100%
  

Persentase 97,61
%

Kepatuhan Perawat Melakukan SOP EKG


hasil pengkajian menunjukkan rata-rata perawat melakukan pemasangan infus sesuai
dengan SOP dibuktikan dengan hasil rata-rata yaitu 97,61%

hasil pengkajian menunjukkan rata-rata perawat melakukan pemasangan EKG sesuai


dengan SOP dibuktikan dengan hasil rata-rata yaitu 91,67%

74
Kepatuhan Perawat Melakukan Perawatan Luka

Perawatan Luka Perawat


%
Persiapan Alat R Z N
Sarung tangan √ √ √ 100%
Pinset sirugis √ √ √ 100%
Pinset anatomis √ √ √ 100%
Gunting lurus √ √ √ 100%
Kasa steril √ √ √ 100%
Gunting perban √ √ √ 100%
Plester √ √ √ 100%
Bengkok √ √ √ 100%
Iodin √ √ √ 100%
larutan Klorin √ √ √ 100%
Alkohol Swab √ √ √ 100%
Kapas √ √ √ 100%
Perlak √ √ √ 100%
Sarung tangan √ √ √ 100%
NS √ √ √ 100%
Lakukan tindakan 5s(seyum, salam, sapa, sopan, santun) √ √ √ 100%
Lakukan perkenalan diri dan identifikasi pasien √ √ √ 100%
Jelaskan tujuan yang akan dilakukan √ √ √ 100%
Jelaskan prosedur √ √ √ 100%
Buat inform consent √ √ √ 100%
Jaga privasi klien √ √ √ 100%
Ciptakan lingkungan nyaman √ √ √ 100%
Persiapan dan dekatkan peralatan yang dibutuhkan √ √ √ 100%
Berikan privacy, tutup pintu atau tutup dengan sketsel √ √ √ 100%
Jelaskan prosedur perawatan luka dan penggantian balutan pada √ √ √
pasien 100%
Cuci tangan √ √ √ 100%
Kenakan sarung tangan bersih √ √ √ 100%
Lepas penutup luka (dressing) dan buang di bengkok √ √ √ 100%
Kaji keadaan luka yang dialami oleh pasien √ √ √ 100%
Kenakan sarung tangan steril √ √ √ 100%
Bersihkan luka dan kulit sekitar luka dan jahitan dengan √ √ √
menggunakan normal saline 100%
Tutup kembali luka dengan menggunakan kassa steril √ √ √ 100%
Lepaskan sarung tangan steril dan buang ke bengkok √ √ √ 100%
Plester kasa penutup luka √ √ √ 100%
Edukasi pasien dan keluaga bahwa tindakan sudah selesai dilakukan √ √ √
dan tetap menjaga kebersihan dressing edukasi 100%
kapan dan bagaimana penggantian balutan dan perawatan luka √ √ √
dilakukan 100%

75
bagaimana membuang balutan yang terkontaminasi √ √ √ 100%
persiapan untuk pulang tentang bagaimana harus melakukan √ √ √
perawatan di rumah, kapan harus memanggil atau meminta bantuan
jika terjadi masalah dalam perawatan atau penggantian balutan 100%
Masalah yang dapat terjadi selama penggantian balutan, seperti √ √ √
infeksi pada luka, perdarahan, nyeri, dan dendam 100%
Evaluasi : Kaji tingkat kenyamanan pasien selama prosedur √ √ √
perawatan dan penggantian balutan 100%
Tentukan apakah prosedur telah dilakukan dengan aman √ √ √ 100%
Tentukan apakah privacy pasien terjaga selama prosedur √ √ √ 100%
Kaji apakah penggantian yang dilakukan telah sesuai √ √ √ 100%
Kaji keefektifan edukasi yang telah diberikan pada pasien dan √ √ √
keluarga 100%
Dokumentasi: Deskripsi tentang lokasi dan kondisi luka √ √ √ 100%
Tanggal dan waktu perawatan dan penggantian balutan √ √ √ 100%
Deskripsi dressing yang dilakukan √ √ √ 100%
Kenyamanan pasien sebelum dan setelah perawatan √ √ √ 100%
Edukasi dan evaluasi edukasi pada pasien dan keluarga √ √ √ 100%
Hasil pengkajian menunjukkan rata-rata perawat melakukan rawat luka sesuai dengan SOP
dibuktikan dengan perawat perawat memperhatikan teknik aseptik dan melakukan semua
tindakan yang ada pada SOP 100%
Kepatuhan Perawat Melakukan SOP Pengukuran Tekanan Darah
Tindakan Perawat
He R Re N Z E Total
1. Memberikan penjelasan kepada pasien V v v v V v
dan keluarga mengenai prosedur yang
akan dilakukan
2. Mempersiapkan alat V v v v V v
3. Mempersiapkan lingkungan V v v v V v
4. Cuci tangan V v v v V v
5. Mendekatkan alat-alat V v v v V v
6. Memastikan lokasi manset tensimeter V v v v V v
7. Memasang manset tensimeter pada V v v v V v
lengan yang tidak mengalami gangguan
8. Memastikan manset yang terpasang tidak V v v v V v
terlalu longgar dan tidak terlalu ketat
9. Raba/cari denyut nadi area brachialis V v v v V v
yang teraba kuat
10. Lakukan pemompaan tensimeter sampai V v v v V v
nadi brachialis tidak teraba, ditambah
sampai 20 ml Hg
11. Perlahan buka pengunci pada tensimeter V v v v V v

76
12. Dengarkan bunyi denyut nadi brachialis, V v v v v v
bunyi yang pertama kali terdengar adalah
suara sistole dan bunyi yang terakhir
adalah suara diastole
13. Lepaskan manset dari lengan pasien V v v v V v
14. Lakukan pencatatan hasil pemeriksaan V v v v V v
15. Rapikan alat V v v v V v
16. Cuci tangan V v v v V v 100%
Hasil pengkajian menunjukkan rata-rata perawat melakukan pengukuran tekanan darah sesuai
dengan SOP dibuktikan dengan perawat melakukan semua tindakan yang ada pada SOP.

77
Tindakan Perawat
He R He R He R
1. Memberikan penjelasan kepada pasien V v v v V v
dan keluarga mengenai prosedur yang
akan dilakukan
2. Mempersiapkan alat V v v v V v
3. Mempersiapkan lingkungan V v v v V v
4. Cuci tangan v v v v V v
5. Atur posisi klien senyaman mungkin v v v v V v
6. Pakai hand scoon v v v v V v
7. Lihat dan observasi gerakan naik v v v v V v
turunnya dinding dada secara lengkap
inspirasi dan
8.
9.
10.
11.
12. ekspirasinya
13. Letakkan telapak tangan pada dinding v v v v V v
dada pasien
14. Observasi siklus pernapasan lengkap dan v v v v V v
hitung selama 1 menit
15. Gunakan stetoskop apabila perlu untuk v v v v V v
mendengarkan suara nafas
16. Lakukan pencatatan pernapasan meliputi v v v v V v
frekuensi, kedalaman dan keteraturan
17. Rapikan peralatan v v v v V v
18. Cuci tangan v v v v V v
19. Lakukan terminasi dan sampaikan hasil v v v v V v 100%
pemeriksaan

Kepatuhan Perawat Melakukan SOP Pengukuran Pernapasan

Hasil pengkajian menunjukkan rata-rata perawat melakukan pengukuran pernapasan sesuai


dengan SOP dibuktikan dengan perawat melakukan semua tindakan yang ada pada SOP.

78
Kepatuhan Perawat Melakukan SOP Pengukuran Nadi
Hasil pengkajian menunjukkan rata-rata perawat melakukan pengukuran nadi sesuai
dengan SOP dibuktikan dengan perawat melakukan semua tindakan yang ada pada

Tindakan Perawat
He R He R He R
1. Memberikan penjelasan kepada pasien v v v v v v
dan keluarga mengenai prosedur yang
akan dilakukan
2. Mempersiapkan alat v v v v v v
3. Mempersiapkan lingkungan v v v v v v
4. Cuci tangan v v v v v v
5. Atur posisi klien senyaman mungkin v v v v v v
6. Tentukan letak arteri yang akan dilakukan v v v v v v
penghitungan bisa di A. Brachialis,
A.Radialis, A.Femoralis dan A. Dorsalis
Pedis
7. Tempelkan 2 jari diatas arteri yang akan v v v v v v
diperiksa
8. Hitung frekuensi denyut nadi selama satu v v v v v v
menit utu serta rasakan kedalaman dan
keteraturannya
9. Catat hasil penghitungan v v v v v v
10. Rapikan peralatan v v v v v v
11. Cuci tangan v v v v v v
12. Rapikan peralatan v v v v v v
13. Cuci tangan v v v v v v
14. Lakukan terminasi dan sampaikan hasil v v v v v v 100%
pemeriksaan
SOP.

Analisis SWOT
Tabel Gambar Analisa SWOT Ruang Dahlia 1
Analisa Bobot Rating Bobot

79
x
Rating
STRENGTH
1. Kepala ruangan Dahlia I telah mengikuti pelatihan tentang manajemen keperawatan 0.02 3 0,06
(manajemen pasien dan manajemen perawatan / bangsal)

2. Setiap karu, katim, dan anggota tim perawat telah memiliki sertifikat pelatihan BCLS atau 0.04 4 0,16
BLS 100%
3. Adanya sistem pengembangan staf berupa pelatihan. 0.04 3 0,12
4. Peralatan dan bahan peralatan medis, dan peralatan rumah tangga sebagian besar 0.04 4 0,16
sudah memenuhi standar permenkes, memiliki fasilitas ruang yang sesuai dengan
kelasnya, nurse station terdapat di tengah ruangan
5. Ruang Dahlia I menerapkan model TIM Modifikasimemberikan asuhan 0.02 3 0,06
keperawatanyang terdiri dari 2 tim
6. Sistem penilaian kerja terjadwal di akhir tahun dan menggunakanform dengan indikator 0.02 3 0,06
yang sudah ditetapkan
7. Kepala ruang menjalankan fungsimanajemen keperawatan sebesar90,4% 0.03 3 0,09
8. Mencatat data yang dikaji denganpedoman pengkajian 100% 0.03 3 0,09
9. Menulis pada format yang baku100% 0.03 3 0,09
10. Rencana tindakan menggambarkan kerja sama timkesehatan lainnya 95% 0.03 3 0,09
11. Hasil evaluasi dicatat 92% 0.02 3 0,06
12. Setiap melakukan tindakan perawat mencantumkanparaf/nama jelas dan tanggal 0.02 3 0,06
jamdilakukan tindakan 100%
13. Operan dilakukantiapharisebelumpergantian shift 0.02 4 0,08
14. Anggota mempersiapkan hal-halyang akan dioperkan pada timselanjutnya 0.02 3 0,06
15. Pada proses operan disebutkantindakan yang telah direncanakanuntuk hari itu untuk 0.02 3 0,06
pasien
16. Tim yang mengoperkan memberi kesempatan pada tim yangmenerima operan untuk 0.02 3 0,06
bertanya.
17. Semua data dan berkas diserahkan pada tim penerimaoperan 0.02 3 0,06
18. Pre konferen dilakukan setiap pagihari sebelummemulaiasuhankeperawatan dan setelah 0.03 4 0,12
operan
19. Semuaanggotamenghadirikegiatan konferen 0.03 4 0,12
20. Ketua tim menerima feed backlangsung dari perawaat pelaksanasaat konferen prioritas 0.03 4 0,12
pada shifttersebut
21. Pengucapan salam dan doa selaludilakukan untuk mengawali 0.01 3 0,03
konferen
22. Post konferen selalu dilakukansetiap hari sebelum mengakhiri 0.01 4 0,04
shift pagi
23. Ketua tim selalu mengucapkanterimakasi perawatmelaksanakan keperawatan 0.01 3 0,03

24. Berkascatatankeperawatandisimpan sesuai dengan ketentuanyang berlaku 100% 0.03 4 0,12


25. Dokumentasi keuangan (sistem pemasukan dan pengeluaran) sudah terkoordinasi 0.02 4 0,08
dengan baik dengan adanya arsip berupa keterangan jumlah pemasukan dan sumbernya
setiap bulan
26. Diruangan Dahlia I sudah terdapat sentralisasi obatdi ruang rawat pada masing-masing 0.04 4 0,16
loker pasien

80
27. Pendokumentasian pasien dan asuhan keperawatan di ruang dahlia 1 sudah cukup baik 0.02 3 0,06
dengan didapatkan 88,19% dalam pendokumentasian asuhan keperawatan.
28. Ruang dahlia I menerima BPJS maupun umum ( 100 %) 0.02 4 0,08
29. Banyak pasien BPJS yang ada pada dahlia I ( 68,2 %) 0.01 3 0,03
30. Kejadian dekubitus dalam 1 tahun terahir sebesar 0 pasien dari 1.394 pasien (0%). 0.02 3 0,06
Kejadian dekubitus dalam pada tanggal 11-13 Desember 2017 didapatkan tidak ada
kejadian decubitus pada pasien.
31. Ditemukan kejadian plebitis pada saat pengkajian tanggal 11-13 Desember 2017 0.01 3 0,03
sejumlah 1 pasien (5,88%).
32. Pada tanggal 11-13 Desember 2017 tidak ada angka kejadian ISK (0%) 0.01 3 0,03
TOTAL 0,74 2,53

Weakneses (W)
1. Jumlah perawat pada setiap sift jumlahnya kurang dari standart. 0.03 1 0,03
2. Rasio kebutuhan tenaga S1 dan D3 tidak memenuhi standar kebutuhan ruangan 0.02 2 0,04
3. Struktur organisasi ruangan kurang efektif karena kepala ruangan memiliki 2 peran, yaitu 0.02 2 0,04
sebagai kepala ruangan dan ketua tim 2 ruang Dahlia I.
4. Penyampaian orientasi pada pasien baru masih kurang 0,03 1 0,03
5. Discharge planning masih kurang optimal pada saat pasien datang dan pulang 0.02 2 0,04
6. Saat pelaksanaan operan shift siang masih ada sebagian anggota tim yang tidak 0.04 1 0,04
bersama-sama langsung melihat kondisi pasien
7. Saat dilakuakan wawancara dengan pasien, masih banyak pasien yang mengatakan tidak 0.01 2 0,02
mengetahui nama perawat yang merawatnya
8. Belum adanya buku anggaran belanja bulanan ruangan, saat ini buku dokumentasi 0.02 2 0,04
kebutuhan ruangan hanya disesuaikan dengan ketersediaan barang di ruangan
9. BTO memanjang 57 kali, yang tidak efisien dikarenakan ideal BTO dalam 1 tahun adalah 0.03 2 0,06
40-50 kali
10. Sebanyak 33% perawat saat pengkajian masih ada yang tidak melakukan cuci tangan 0.04 1 0,04
sebelum kontak dengan pasien.
TOTAL 0,26 0,38
SUMBU X = Total Kekuatan – Total kelemahan = 2,53 – 0,38 = 2,15
Faktor Eksternal
Opportunity (O)
1. Adanya kesempatan melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih 0,07 4
tinggi 0,28
2. Adanya program akreditasi RS. 0,04 3 0,12
3. Perawatan alat medis berkala, adanya kesempatan untuk mengajukan 0,06 4
penambahan inventarisasi 0,24
4. Kepercayaan dari pasien danmasyarakat cukup baik 0,06 4 0,24
5. Menerima pasien umum dan BPJS 0,08 4 0,32
6. Adanya mahasiswa S1 keperawatan yang praktikmanajemen 0,11 4
keperawatan 0,44
7. Terdapat pelaporan secara berkala dari pihak administrasi Rumah sakit 0,05 3
mengenai sistem keuangan (pemasukan setiap bulannya pada setiap
ruangan) 0,15
8. Sebanyak 13 pasien dari 17 pasien saat pengkajian (76,47%) tidak 0,04 3 0,12

81
memilikikecemasan
TOTAL 0,51 1,91
Threats (T) 0
0,06 2
1. Terbatasnya kuota tenaga keperawatan yang melanjutkan pendidikan
tiap tahun. 0,12
2. Kerusakan alat dan tidak adanya penambahan inventarisasi 0,08 2 0,16
3. Persaingan antar RS 0,07 1 0,07
4. Tuntutan masyarakat untukpelayanan yang lebih maksimal 0,08 1 0,08
5. Kesadaran tinggi masyarakat akanhukum dan pelayanan kesehatan 0,07 1 0,07
6. Tidak ada ketentuan biaya perbulannya untuk memenuhi kebutuhan 0,05 2
ruangan, hanya disesuaikan dengan permintaan ruangan. 0,1
7. Terdapat sejumlah 23,52% pasien yang mengalami kecemasan ringan 0,04 2
sampai sedang akibat tindakan keperawatan dan kondisi penyakit 0,08
8. Sebanyak 9 pasien (56,25%) memiliki pengetahuan rendah 0,04 2 0,08
TOTAL 0,49 0,76
SUMBU Y = Total peluang – Total ancaman = 1,91 – 0,76 = 1,15

INTREPRETASI SWOT

STRENGTH (S)
2,2 (2,15 ; 1,15)
2

82
1,8
1,6
1,4
1,2
1
0,8
0,6
0,4
TREAT (T) 0,2 OPPORTUNITY (O)

-2,2 -2 -1,8 -1,6 -1,4 -1,2 -1 -0,8 -0,6 -0,4 -0,2 0 0,2 0,4 0,6 0,8 1 1,2 1,4 1,6 1,8 2
-0,2
-0,4
-0,6
-0,8
-1
-1,2
-1,4
-1,6
-1,8
-2
-2,2

WEAKNES (W)
Berdasarkan diagram diatas kekuatan dan peluang pada Ruang Dahlia 1 lebih
dominan daripada kelemahan dan ancaman. Ini bermakna bahwa di Ruang Dahlia I tidak
ditemukan masalah yang berarti. Hal yang perlu dilakukan adalah mempertahankan serta
dapat lebih meningkatkan lagi kekuatan dan peluang untuk lebih meminimalkan bahkan
menghilangkan kelemahan dan ancaman pada Ruang Dahlia 1

BAB IV
PRIORITAS MASALAH, ALTERNATIF PENYELESAIAN MASALAH DAN POA
PENYELESAIAAN MASALAH

Setelah dilakukan pengkajian di Ruang Dahlia I tanggal 11-13 Desember 2017, didapat
bebrapa masalah di ruang Dahlia I, untuk menyelesaikan masalah tersebut maka perlu
ditentukan prioritas masalah dan Plan Of Action dari tiap masalah yang diangkat.

4.1 Penentuan Prioritas Masalah


Teknik prioritas masalah yang digunakan adalah teknik kriteria matrik (criteria matrix
tecnique), yaitu teknik pemungutan suara dengan menggunakan 113 kriteria tertentu, secara
sederhana dapat dibedakan atas 5 macam yaitu :
1. Kecenderungan besar dan sering kejadian masalah (Mg)

83
2. Besarnya kerugian yang ditimbulkan (severity = Sv)
3. Bisa dipecahkan (managebility = Mn)
4. Perhatian perawat terhadap masalah (Nursing Concern = Nc)
5. Ketersediaan Sumberdaya ( Affordability = Af) (Nursalam, 2007)

Tabel 4.1: Penentuan Prioritas Masalah


No Masalah Mg Sv Mn Nc Af Total Prioritas
1. Ketentuan 5 momen cuci 5 5 5 5 5 3125 1
tangan terutama cuci
tangan sebelum kontak
dengan pasien tidak
diilakukan oleh 33%
perawat di Ruang Dahlia I

Kepatuhan melakukan cuci


tangan 6 langkah sebanyak
20% belum mematuhi
terutama ketika membilas
kembali menggunakan air
mengalir dengan 6 langkah.

2 Pengkajian Discharge 5 5 5 4 5 2500 3


planning kurang optimal
pada saat datang dan
pulang

3. Operan jaga shift yang 5 3 5 3 5 1125 4


dilakukan tidak diikuti oleh
semua perawat yang
bertugas di masing-masing
tim
4 Penyampaian orientasi 5 5 5 5 5 3125 2
pada pasien baru masih
kurang optimal

Keterangan :
5 :sangat penting
4 :penting
3: kurang penting

84
2 :kurang penting
1 : sangat tidak penting

85
4.2 Alternatif Pemecahan Masalah
No
Masalah Penyebab Alternatif Pemecahan Masalah

1. Ketentuan 5 momenKurangnya kepatuhan tentang cuci tangan 5Sosialisasi mengenai 5 momen cuci tangan dan 6 langkah
cuci tangan terutamamomen terutama sebelum kontak dengan pasiencuci tangan
Observasi 5 momen dan 6 langkah cuci tangan pada
cuci tangan sebelumyang dilakukan oleh perawat dan 6 langkah cuci
perawat setiap hari
kontak dengantangan ketika membilas kembali dengan air
Memberikan reward atau apresiasi kepada
pasien tidakmengalir
perawat yang melakukan cuci tangan 5 momen 6 langkah
dilakukan oleh 33%
terbaik
perawat.
Prosedur 6 langkah
cuci tangan ada 1-3
langkah yang tidak
dilakukan perawat.
2. Pengkajian Kurangnya kelengkapan rincian dalam melakukanMembuat produk leaflet untuk dibawa pasien pulang
Discharge planningpengisian discharge planning pasien sebagai discharge planning
Observasi pengisian discharge planning oleh katim dan
kurang optimal pada
pp
saat pasien datang
dan pulang

4.3 Penentuan Prioritas Cara Pemecahan Masalah


Prioritas cara pemecahan masalah dilakukan dengan memperhatikan aspek :

84
1. Besarnya masalah yang diselesaikan (Magnitude = Mg)
2. Pentingnya cara penyelesaian masalah (Importancy = I)
3. Sensitivitas penyelesaian masalah (Vulnerability = V)
4. Biaya (Cost = C)
Efektivitas Efisiensi
Prioritas Jumlah
Daftar alternatif jalan keluar MxIxV
Masalah M I V C
C

1.  Sosialisasi mengenai 5 momen cuci tangan dan 6 langkah cuci 5 5 5 2 62,5


tangan 5 5 4 2 50
 Observasi 5 momen dan 6 langkah cuci tangan pada perawat
setiap hari
 Memberikan reward atau apresiasi kepada perawat yang 4 4 4 2 6
melakukan cuci tangan 5 momen 6 langkah terbaik
2.  Membuat produk leaflet untuk dibawa pasien pulang sebagai 5 4 4 5 16
discharge planning
3 3 3 2 13,5
 Observasi pengisian discharge planning oleh katim dan pp

Keterangan :
5 = sangat penting
4 = penting
3 = kurang penting
2 = tidak penting

85
1= sangat tidak pentin
4.4 Plan Of Action
No Prioritas Faktor
Why What Where When Who How POA How Much
. Masalah Penyebab
1. Kepatuhan Kurangnya • Meningkatkan  Optimalisasi R. 18 Perawat • Mensosialisasi Kebutuhan Pengeluara
cuci tangan 5 kepatuhan kepatuhan perilaku cuci Dahlia Desembe PJ: kan pentingnya n
momen 6 perawat perawat dalam tangan 5 1 r 2017 – Wahyu, cuci tangan 5 1. Leaflet Rp. 30.000,-

langkah tentang menerapkan momen 6 13 Inten, momen 6 sosialisasi


2. Lembar
perilaku cuci cuci tangan 5 langkah Januari Resty, langkah
• Observasi observasi
tangan 5 momen 2018 Reni, Rp. 5.000,-
• Meningkatkan perilaku cuci tiap hari
momen 6 Heru 3. Reward
kepatuhan tangan 5 Rp. 50.000,-
langkah
perawat dalam momen 6 Total Rp. 85.000,-

menerapkan langkah yang


cuci tangan 6 dilakukan
langkah perawat
• Meningkatkan
ruangan seriap
kesadaran
hari
perawat dalam
• Memberika
mencegah
n reward atau
penularan
apresiasi bagi
penyakit
perawat yang
terbaik dalam

86
pelaksanaan
program cuci
tangan 5
momen 6
langkah
2 Discharge Kurangnya • Meningkatkan  Optimalisasi R. 18 Perawat • Mensosialisasi
planning motivasi kepatuhan kelengkapan Dahlia Desembe PJ: kan discharge
perawat dalam perawat dalam pengkajian 1 r 2017 – Wahyu, planning untuk
pendokumenta menerapkan awal dan 13 Inten, pasien untuk
sian discharge pelaksanaan discharge Januari Resty, meningkatkan
planning pada pengkajian planning 2018 Reni, tingkat
saat pasien awal dan pasien Heru pengetahuan
awal MRS discharge dan kesiapan
planning saat pasien pasca
pasien awal perawatan di
MRS RS
• Meningkatkan • Observasi
kesadaran kelengkapan
perawat dalam pendokumenta
pentingnya sian
discharge pengkajian
planiing untuk awal dan
pasien dan discharge

87
keluarga agar planning
informasi yang pasien awal
diberikan dapat masuk RS
maksimal

Lampiran. Rencana Program

88
KEGIATAN OPTIMALISASI CUCI TANGAN 5 MOMEN 6 LANGKAH
NO Kegiatan Pelaksana Sasaran Tujuan Waktu Tempat
Penyusunan Rencana Program
1 Konsultasi terkait rencana Wahyu Nur.I Kepala Ruang Memperoleh 25 Ruang Karu
optimalisasi program perilaku Dahlia I, informasi, Desember Dahlia I /
cuci tangan 5 momen 6 Ketua tim penjadwalan 2017 Nurse
langkah Ruang Dahlia dan saran station
I serta masukan
dalam
pembuatan
program
optimalisasi
cuci tangan 5
momen 6
langkah
2 Membuat perencanaan Wahyu Nur.I Bahan untuk Memperoleh 25 Ruang
bahan yang dibutuhkan pembuatan bahan yang Desember diskusi
dalam pembuatan media media dibutuhkan 2017 kelompok,
sosialisasi cuci tangan 5 sosialisasi Toko alat
momen 6 langkah cuci tangan 5 tulis
momen 6
langkah
5 Membuat media sosialisasi Wahyu Nur.I Leaflet Terbentuk 26 Ruang

89
cuci tangan 5 momen 6 kepatuhan leaflet Desember Dahlia I
langkah dan lembar cuci tangan 5 sosialisasi dan 2017
observasi perawat ruangan momen 6 lembar
terkait kepatuhan 5 momen 6 langkah, observasi cuci
langkah cuci tangan lembar tangan 5
observasi momen 6
perilaku cuci langkah
tangan 5
momen 6
langkah tiap
hari
6 Konsultasi dengan Wahyu Nur.I bagian bidang Memperoleh 27 Ruang
perwakilan bagian bidang keperawatan, masukan dan Desember dahlia I
keperawatan, kepala ruang kepala ruang saran, serta 2017
dan ketua tim ruang dahlia I dan ketua tim kesepakatan
ruang dahlia I penetapan
jadwal
sosialisasi dan
observasi
kegiatan
optimalisasi
cuci tangan 5
momen 6

90
langkah
7 Menyusun ulang media Wahyu Nur.I Perawat ruang Terbentuknya 27 Ruang
sosialisasi dan lembar dahlia I media Desember diskusi,
observasi dan sosialisasi dan 2017 rental
mencetak/memperbanyak lembar computer
sesuai kebutuhan observasi cuci
implementasi tangan 5
momen 6
langkah
Sosialisasi terhadap perawat ruang
1 Sosialisasi kegiatan Wahyu Nur.I Perawat ruang Untuk 28 Ruang
optimalisasi cuci tangan 5 dahlia I sosialisasi dan Desember dahlia I
momen 6 langkah pada memberikan 2017
perawat ruang dahlia I informasi
mengenai
pelaksanaan
kegiatan
optimalisasi
cuci tangan 5
momen 6
langkah di
ruang dahlia I
Pelaksanaan program
1 Menempelkan media Wahyu Nur.I Perawat ruang Terpasang 28 Ruang

91
sosialisasi dan contoh lembar dahlia I media Desember dahlia I
observasi kegiatan sosialisasi dan 2017
optimalisasi cuci tangan 5 lembar
momen 6 langkah pada observasi
papan informasi yang perawat
tersedia di ruangan
2 Melakukan observasi dan Wahyu Nur.I Perawat ruang Mendapatkan 28 Ruang
melakukan penilaian terkait dahlia I data hasil Desember dahlia I
program yang dijalankan observasi 2017-13
pada perawat yang bertugas kegiatan cuci Januari 2018
pada shift pagi di ruang tangan 5
dahlia I momen 6
langkah
Evaluasi kegiatan
1 Evaluasi dilakukan dengan Wahyu Nur.I Perawat ruang Dokumentasi 14-20 Ruang
mendokumentasikan hasil Dahlia 1 nilai observasi Januari 2018 dahlia I
observasi kegiatan cuci tiap perawat
tangan 5 momen 6 langkah
yang dilakukan perawat
ruangan tiap hari dan
menyusun peringkat/ranking
sesuai jumlah nilai

92
KEGIATAN OPTIMALISASI KELENGKAPAN DISCHARGE PLANNING
NO Kegiatan Pelaksana Sasaran Tujuan Waktu Tempat
Penyusunan Rencana Program
1 Konsultasi terkait rencana Reny Revita Kepala Ruang Memperoleh 25 Ruang Karu
optimalisasi kelengkapan Dahlia I, informasi, Desember Dahlia I /
dokumentasi discharge Ketua tim penjadwalan 2017 Nurse
planning pasien baru Ruang Dahlia dan saran station
I serta masukan
dalam
pembuatan
program
observasi
kelengkapan
dokumentasi
discharge
planning
pasien
2 Membuat perencanaan Inten Try W Bahan untuk Memperoleh 25 Ruang
bahan yang dibutuhkan melakukan bahan yang Desember diskusi
dalam observasi observasi dibutuhkan 2017 kelompok,

93
kelengkapan dokumentasi kelengkapan Toko alat
discharge planning pasien dokumentasi tulis
discharge
planning
3 Konsultasi dengan Inten Try W bagian bidang Memperoleh 27 Ruang
perwakilan bagian bidang keperawatan, masukan dan Desember dahlia I
keperawatan, kepala ruang kepala ruang saran, serta 2017
dan ketua tim ruang dahlia I dan ketua tim kesepakatan
ruang dahlia I penetapan
jadwal
sosialisasi dan
observasi
kelengkapan
dokumentasi
dan
pelaksanaan
discharge
planning pada
awal masuk
RS
7 Menyusun ulang media Wahyu Nur.I Perawat ruang Terbentuknya 27 Ruang
sosialisasi dan lembar dahlia I media Desember diskusi,
observasi dan sosialisasi dan 2017

94
mencetak/memperbanyak lembar
sesuai kebutuhan observasi
implementasi kelengkapan
discharge
planning
Sosialisasi terhadap perawat ruang
1 Sosialisasi kegiatan Wahyu Nur Perawat ruang Untuk 28 Ruang
optimalisasi kelengkapan dahlia I sosialisasi dan Desember dahlia I
pelaksanaan dan memberikan 2017
dokumentasi discharge informasi
planning pada saat awal mengenai
pasien MRS pelaksanaan
kegiatan
optimalisasi
kelengkapan
pelaksanaan
dan
dokumentasi
discharge
planning pada
saat awal
pasien MRS
Pelaksanaan program

95
1 Menempelkan contoh lembar Resti Dewi Perawat ruang Terpasang 28 Ruang
observasi kegiatan dahlia I media Desember dahlia I
kelengkapan pelaksanaan sosialisasi dan 2017
dan dokumentasi discharge lembar
planning pada saat awal observasi
pasien MRS pada papan perawat
informasi yang tersedia di
ruangan
2 Melakukan observasi dan Resti Dewi Perawat ruang Mendapatkan 28 Ruang
melakukan penilaian terkait Inten Try W dahlia I data hasil Desember dahlia I
program yang dijalankan observasi 2017-13
pada perawat yang bertugas kegiatan Januari 2018
pada shift pagi di ruang kelengkapan
dahlia I pelaksanaan
dan
dokumentasi
discharge
planning pada
saat awal
pasien MRS
Evaluasi kegiatan
1 Evaluasi dilakukan dengan Wahyu Nur.I Perawat ruang Dokumentasi 14-20 Ruang
mendokumentasikan hasil Dahlia 1 nilai observasi Januari 2018 dahlia I

96
observasi kegiatan tiap perawat
kelengkapan pelaksanaan dan rekam
dan dokumentasi discharge medis pasien
planning pada saat awal
pasien MRS yang dilakukan
perawat ruangan tiap hari
dan menyusun hasil

No Prioritas Why What Where Who When How POA How


Masalah Much
1. Operan belum Kurangnya motivasi Memaksimalkan Ruang - Perawat 11-13 1. Mereview kembali
terlaksana optimal perawat di ruang pelaksanaan Dahlia pelaksana Desember
operan setelah 1 SOP pelaksanaan
Dahlia 1 untuk pergantian shift,
- Mahasisw 2017
a praktik operan
melaksanakan terutama
2. Mengoptimalkan
operan keliling kegiatan operan
keliling PJ: 21 Desember SOP dan lembar
Hamdy A 2017 check list operan
Taramita
3. Membuat lembar
Hesti S 22 Desember
observasi
2017
pelaksaan operan
27 Desember setiap hari
2017 s/d13 4. Melakukan secara

Januari 2017 mandiri pelaksanan


operan saat
27 Desember
roleplay
2017 s/d13

97
Januari 2017
5. Mengevaluasi
pelaksanan operan

2. Orientasi pasien 1. Belum Memaksimalkan Ruang 21 Desember 1. Mereview kembali 100%


Dahlia - Katim
baru maksimalnya kegiatan 2017 SOP orientasi
1
orientasi pasien
- Perawat
pelaksanaan pasien baru
pelaksana 22 Desember
baru 2. Mengoptimalkan
orientasi pasien - Mahasisw 2017
SOP dan lembar
baru dalam a praktik
23 Desember check list orientasi
menjelaskan
2017 pasien baru
materi orientasi
PJ: 3. Membuat media
pasien baru Putri P
berupa lembar
2. Dalam Finisika 27 Desember
Ayu Meida. balik untuk
melakukan 2017
orientasi pasien
penjelasan terkait
baru
orientasi pasien 27 Desember
4. Melakukan
baru tidak 2017
konsultasi terkait
disertakan
lembar balik
dengan
orientasi pasien
27 Desember
demonstrasi
baru
2017 s/d13
5. Melakukan
Januari 2017
sosialisasi tentang
27 Desember
media untuk
2017 s/d13
pelaksanaan

98
Januari 2017 orientasi pasien
baru
6. Melakukan secara
mandiri orientasi
pasien baru
7. Mengevaluasi
pelaksanan
orientasi pasien
baru

99
100
101

Anda mungkin juga menyukai