PEMBAHASAN
3
A. Pembiayaan Kesehatan
Proses pelayanan kesehatan tidak bisa dipisahkan dengan pembiayaan kesehatan.
Biaya kesehatan ialah besarnya dana yang harus disediakan untuk menyelenggarakan dan
atau memanfaatkan berbagai upaya kesehatan yang diperlukan oleh perorangan, keluarga,
kelompok dan masyarakat. Berdasarkan pengertian ini, maka biaya kesehatan dapat ditinjau
dari dua sudut yaitu berdasarkan: 3
1. Penyedia Pelayanan Kesehatan (Health Provider), adalah besarnya dana yang harus
disediakan untuk dapat menyelenggarakan upaya kesehatan, maka dilihat pengertian ini
bahwa biaya kesehatan dari sudut penyedia pelayanan adalah persoalan utama
pemerintah dan ataupun pihak swasta, yakni pihak-pihak yang akan menyelenggarakan
upaya kesehatan. Besarnya dana bagi penyedia pelayanan kesehatan lebih menunjuk
kepada seluruh biaya investasi (investment cost) serta seluruh biaya operasional
(operational cost).3
2. Pemakai Jasa Pelayanan (Health consumer), adalah besarnya dana yang harus disediakan
untuk dapat memanfaatkan jasa pelayanan. Dalam hal ini biaya kesehatan menjadi
persoalan utama para pemakai jasa pelayanan, namun dalam batas-batas tertentu
pemerintah juga turut serta, yakni dalam rangka terjaminnya pemenuhan kebutuhan
pelayanan kesehatan bagi masyarakat yang membutuhkannya. Besarnya dana bagi
pemakai jasa pelayanan lebih menunjuk pada jumlah uang yang harus dikeluarkan (out of
pocket) untuk dapat memanfaatkan suatu upaya kesehatan.3
Sistem pembiayaan kesehatan didefinisikan sebagai suatu sistem yang mengatur
tentang besarnya alokasi dana yang harus disediakan untuk menyelenggarakan dan atau
memanfaatkan berbagai upaya kesehatan yang diperlukan oleh perorangan, keluarga,
kelompok dan masyarakat.5
Subsistem Pembiayaan Kesehatan adalah tatanan yang menghimpun berbagai upaya
penggalian, pengalokasian dan pembelanjaan sumber daya keuangan secara terpadu dan
saling mendukung untuk memenuhi kebutuhan pembiayaan pembangunan kesehatan guna
meningkatkan derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya.5
Dari batasan biaya kesehatan yang seperti ini segera dipahami bahwa pengertian biaya
kesehatan tidaklah sama antara penyedia pelayanan kesehatan (health provider) dengan
pemakai jasa pelayanan kesehatan (health consumer). Bagi penyedia pelayanan kesehatan,
pengertian biaya kesehatan lebih menunjuk pada dana yang harus disediakan untuk dapat
menyelenggarakan upaya kesehatan. Sedangkan bagi pemakai jasa pelayanan kesehatan,
pengertian biaya kesehatan lebih menunjuk pada dana yang harus disediakan untuk dapat
4
memanfaatkan upaya kesehatan. Sesuai dengan terdapatnya perbedaan pengertian yang
seperti ini, tentu mudah diperkirakan bahwa besarnya dana yang dihitung sebagai biaya
kesehatan tidaklah sama antara pemakai jasa pelayanan dengan penyedia pelayanan
kesehatan. Besarnya dana bagi penyedia pelayanan lebih menunjuk pada seluruh biaya
investasi (investment cost) serta seluruh biaya operasional (operational cost) yang harus
disediakan untuk menyelenggarakan upaya kesehatan. Sedangkan besarnnya dana bagi
pemakai jasa pelayanan lebih menunjuk pada jumlah uang yang harus dikeluarkan (out of
pocket) untuk dapat memanfaatkan suatu upaya kesehatan.5
Secara umum disebutkan apabila total dana yang dikeluarkan oleh seluruh pemakai
jasa pelayanan, dan arena itu merupakan pemasukan bagi penyedia pelayan kesehatan
(income) adalah lebih besar daripada yang dikeluarkan oleh penyedia pelayanan kesehatan
(expenses), maka berarti penyelenggaraan upaya kesehatan tersebut mengalami keuntungan
(profit). Tetapi apabila sebaliknya, maka berarti penyelenggaraan upaya kesehatan tersebut
mengalami kerugian (loss).5
Pembiayaan kesehatan yang kuat, stabil dan berkesinambungan memegang peranan
yang amat vital untuk penyelenggaraan pelayanan kesehatan dalam rangka mencapai
berbagai tujuan penting dari pembangunan kesehatan di suatu negara diantaranya adalah
pemerataan pelayanan kesehatan dan akses (equitable access to health care) dan pelayanan
yang berkualitas (assured quality). Oleh karena itu reformasi kebijakan kesehatan di suatu
negara seyogyanya memberikan fokus penting kepada kebijakan pembiayaan kesehatan
untuk menjamin terselenggaranya kecukupan (adequacy), pemerataan (equity), efisiensi
(efficiency) dan efektifitas (effectiveness) dari pembiayaan kesehatan itu sendiri.3
Perencanaan dan pengaturan pembiayaan kesehatan yang memadai (health care
financing) akan menolong pemerintah di suatu negara untuk dapat memobilisasi sumber-
sumber pembiayaan kesehatan, mengalokasikannya secara rasional serta menggunakannya
secara efisien dan efektif. Kebijakan pembiayaan kesehatan yang mengutamakan pemerataan
serta berpihak kepada masyarakat miskin (equitable and pro poor health policy) akan
mendorong tercapainya akses yang universal. Pada aspek yang lebih luas diyakini bahwa
pembiayaan kesehatan mempunyai kontribusi pada perkembangan sosial dan ekonomi.
Pelayanan kesehatan itu sendiri pada akhir-akhir ini menjadi amat mahal baik pada negara
maju maupun pada negara berkembang. Penggunaan yang berlebihan dari pelayanan
kesehatan dengan teknologi tinggi adalah salah satu penyebab utamanya. Penyebab yang lain
adalah dominasi pembiayaan pelayanan kesehatan dengan mekanisme pembayaran tunai (fee
5
for service) dan lemahnya kemampuan dalam penatalaksanaan sumber-sumber dan pelayanan
itu sendiri (poor management of resources and services).3
Pelayanan kesehatan memiliki beberapa ciri yang tidak memungkinkan setiap
individu untuk menanggung pembiayaan pelayanan kesehatan pada saat diperlukan:3
1) Kebutuhan pelayanan kesehatan muncul secara sporadik dan tidak dapat
diprediksikan, sehingga tidak mudah untuk memastikan bahwa setiap individu
mempunyai cukup uang ketika memerlukan pelayanan kesehatan.
2) Biaya pelayanan kesehatan pada kondisi tertentu juga sangat mahal, misalnya
pelayanan di rumah sakit maupun pelayanan kesehatan canggih (operasi dan tindakan
khusus lain), kondisi emergensi dan keadaan sakit jangka panjang yang tidak akan
mampu ditanggung pembiayaannya oleh masyarakat umum.
3) Orang miskin tidak saja lebih sulit menjangkau pelayanan kesehatan, tetapi juga lebih
membutuhkan pelayanan kesehatan karena rentan terjangkit berbagai permasalahan
kesehatan karena buruknya kondisi gizi, perumahan.
4) Apabila individu menderita sakit dapat mempengaruhi kemampuan untuk berfungsi
termasuk bekerja, sehingga mengurangi kemampuan membiayai.
Berdasarkan karakteristik tersebut, sebuah sistem pembiayaan pelayanan kesehatan
haruslah bertujuan untuk:3
1) Risk spreading, pembiayaan kesehatan harus mampu meratakan besaran resiko biaya
sepanjang waktu sehingga besaran tersebut dapat terjangkau oleh setiap rumah tangga.
Artinya sebuah sistem pembiayaan harus mampu memprediksikan resiko kesakitan
individu dan besarnya pembiayaan dalam jangka waktu tertentu (misalnya satu tahun).
Kemudian besaran tersebut diratakan atau disebarkan dalam tiap bulan sehingga
menjadi premi (iuran, tabungan) bulanan yang terjangkau.
2) Risk pooling, beberapa jenis pelayanan kesehatan (meskipun resiko rendah dan tidak
merata) dapat sangat mahal misalnya hemodialisis, operasi spesialis (jantung koroner)
yang tidak dapat ditanggung oleh tabungan individu (risk spreading). Sistem
pembiayaan harus mampu menghitung dengan mengakumulasikan resiko suatu
kesakitan dengan biaya yang mahal antar individu dalam suatu komunitas sehingga
kelompok masyarakat dengan tingkat kebutuhan rendah (tidak terjangkit sakit, tidak
membutuhkan pelayanan kesehatan) dapat mensubsidi kelompok masyarakat yang
membutuhkan pelayanan kesehatan. Secara sederhana, suatu sistem pembiayaan akan
menghitung resiko terjadinya masalah kesehatan dengan biaya mahal dalam satu
komunitas, dan menghitung besaran biaya tersebut kemudian membaginya kepada
6
setiap individu anggota komunitas. Sehingga sesuai dengan prinsip solidaritas,
besaran biaya pelayanan kesehatan yang mahal tidak ditanggung dari tabungan
individu tapi ditanggung bersama oleh masyarakat.
3) Connection between ill-health and poverty, karena adanya keterkaitan antara
kemiskinan dan kesehatan, suatu sistem pembiayaan juga harus mampu memastikan
bahwa orang miskin juga mampu pelayanan kesehatan yang layak sesuai standar dan
kebutuhan sehingga tidak harus mengeluarkan pembiayaan yang besarnya tidak
proporsional dengan pendapatan. Pada umumnya di negara miskin dan berkembang
hal ini sering terjadi. Orang miskin harus membayar biaya pelayanan kesehatan yang
tidak terjangkau oleh penghasilan mereka dan juga memperoleh pelayanan kesehatan
di bawah standar.
4) Fundamental importance of health, kesehatan merupakan kebutuhan dasar dimana
individu tidak dapat menikmati kehidupan tanpa status kesehatan yang baik.
7
Model informal adalah besaran dan mekanisme pembayaran, juga kelompok yang
menjadi pengecualian telah diatur secara formal oleh pemerintah dan provider.
Bentuk yang paling kompleks adalah besaran biaya yang bebeda setiap kunjungan
sesuai dengan jasa pelayanan kesehatan yang diberikan (biasanya terjadi untuk
fasilitas pelayanan kesehatan swasta). Namun model yang umum digunakan
adalah ’flat rate’, dimana besaran biaya per-episode sakit bersifat tetap.
3. Saving based
Model ini mempunyai karakteristik ‘risk spreding’ pada individu namun tidak
terjadi risk pooling antar individu. Artinya biaya kesehatan langsung, akan
ditanggung oleh individu sesuai dengan tingkat penggunaannya, namun individu
tersebut mendapatkan bantuan dalam mengelola pengumpulan dana (saving) dan
penggunaannya bilamana membutuhkan pelayanan kesehatan. Biasanya model ini
hanya mampu mencakup pelayanan kesehatan primer dan akut, bukan pelayanan
kesehatan yang bersifat kronis dan kompleks yang biasanya tidak bisa ditanggung
oleh setiap individu meskipun dengan mekanisme saving. Sehingga model ini
tidak dapat dijadikan model tunggal pada suatu negara, harus didukung model lain
yang menanggung biaya kesehatan lain dan pada kelompok yang lebih luas.
4. Informal
Ciri utama model ini adalah bahwa pembayaran yang dilakukan oleh individu
pada provider kesehatan formal misalnya dokter, bidan tetapi juga pada provider
kesehatan lain misalnya: mantri, dan pengobatan tradisional; tidak dilakukan
secara formal atau tidak diatur besaran, jenis dan mekanisme pembayarannya.
Besaran biaya biasanya timbul dari kesepakatan atau banyak diatur oleh provider
dan juga dapat berupa pembayaran dengan barang. Model ini biasanya muncul
pada negara berkembang dimana belum mempunyai sistem pelayanan kesehatan
dan pembiayaan yang mampu mencakup semua golongan masyarakat dan jenis
pelayanan.
5. Insurance Based
Sistem pembiayaan dengan pendekatan asuransi mempunyai perbedaan utama
dimana individu tidak menanggung biaya langsung pelayanan kesehatan. Konsep
asuransi memiliki dua karakteristik khusus yaitu pengalihan resiko kesakitan pada
satu individu pada satu kelompok serta adanya sharing looses secara adil. Secara
sederhana dapat digambarkan bahwa satu kelompok individu mempunyai resiko
kesakitan yang telah diperhitungkan jenis, frekuensi dan besaran biayanya.
8
Keseluruhan besaran resiko tersebut diperhitungkan dan dibagi antar anggota
kelompok sebagai premi yang harus dibayarkan. Apabila anggota kelompok, maka
keseluruhan biaya pelayanan kesehatan sesuai yang diperhitungkan akan
ditanggung dari dana yang telah dikumpulkan bersama. Besaran premi dan jenis
pelayanan yang ditanggung serta mekanime pembayaran ditentukan oleh
organisasi pengelola dana asuransi.
9
oleh pihak swasta. Untuk negara yang kondisi keuangannya belum baik, sistem ini
sulit dilaksanakan karena memerlukan dana yang sangat besar.
Anggaran yang bersumber dari pemerintah ini dibagi juga menjadi :5
- Pemerintahan pusat dan dana dekonsentrasi, dana program kompensasi BBM dan
ABT
- Pemerintah provinsi melalui skema dana provinsi (PAD ditambah dana
desentralisasi DAU provinsi dan DAK provinsi)
- Pemerintah kabupaten atau kota melalui skema dana kabupaten atau kota (PAD
ditambah dana desentralisasi DAU kabupaten atau kota dan DAK kabupaten atau
kota)
- Keuntungan badan usaha milik daerah
10
negeri untuk penanganan HIV dan virus H5N1 yang diberikan oleh WHO kepada
negara-negara berkembang (termasuk Indonesia).5
11
aspek kesehatan dalam rencana pengeluaran dari dana yang sudah terkumpul di
masyarakat, contohnya dana sosial keagamaan.
2) Penggalian dana untuk Upaya Kesehatan Perorangan (UKP)
berasal dari masing-masing individu dalam satu kesatuan keluarga. Bagi
masyarakat rentan dan keluarga miskin, sumber dananya berasal dari pemerintah
melalui mekanisme jaminan pemeliharaan kesehatan wajib.
b. Pengalokasian dana
1) Alokasi dana dari pemerintah
yakni alokasi dana yang berasal dari pemerintah untuk UKM dan UKP
dilakukan melalui penyusunan anggaran pendapatan dan belanja baik pusat maupun
daerah sekurang-kurangnya 5% dari PDB atau 15% dari total anggaran pendapatan
dan belanja setiap tahunnya.
2) Alokasi dana dari masyarakat
yakni alokasi dana dari masyarakat untuk UKM dilaksanakan berdasarkan
asas gotong royong sesuai dengan kemampuan. Sedangkan untuk UKP dilakukan
melalui kepesertaan dalam program jaminan pemeliharaan kesehatan wajib dan atau
sukarela.
c. Pembelanjaan
1) Pembiayaan kesehatan dari pemerintah dan public-private patnership digunakan
untuk membiayai UKM.
2) Pembiayaan kesehatan yang terkumpul dari Dana Sehat dan Dana Sosial
Keagamaan digunakan untuk membiayai UKM dan UKP.
3) Pembelajaan untuk pemeliharaan kesehatan masyarakat rentan dan kesehatan
keluarga miskin dilaksanakan melalui Jaminan Pemeliharaan Kesehatan wajib.
12
membicarakan biaya kesehatan masyarakat yang terpenting adalah bagaimana agar
pelayanan kesehatan masyarakat tersebut dapat diselenggarakan.5
Mekanisme Pembiayaan
Sekalipun keikut sertaan masyarakat pada pembiayaan kesehatan masyarakat
adalah penting, namun jika ditinjau dari kompleksitas masalah kesehatan masyarakat,
tampak sumber biaya yang terpenting adalah Pemerintah. Sejalan dengan besarnya
peranan pemerintah dalam pembiayaan kesehatan masyarakat, maka mekanisme
pembiayaan yang diterapkan, umumnya mengikuti system dan atau mekanisme
pemerintahan.Untuk ini, tergantung dari system pemerintah yang dianut, mekanisme
pembiayaan yang berlaku dapat beraneka macam. Jika disederhanakan, secara umum
dapat dibedakan atas dua macam yakni:5
1. Mekanisme Pembiayaan Sentralisasi
Pada Negara yang menganut asas sentralisai, semua biaya pelayanan
kesehatan ditanggung oleh pemerintah pusat. Dana tersebut sesuai dengan hirarki
pemerintahan yang berlaku, disalurkan secara berjenjang ke institusi yang diserahkan
tanggung jawab menyelengarakan pelayanan kesehatan masyarakat.
2. Mekanisme pembiayaan desentralisasi
Pada Negara yang menganut asas desentralisasi, semua biaya pelayanan
kesehatan masyarakat ditanggung oleh pemerintah daerah. Tergantung pula dari
system pemerintah yang dianut, maka peranan pemerintah daerah ini dapat dibedakan
pula atas dua macam yakni:
a. Otonom
Disini tanggung jawab pemerintah daerah adalah sepenuhnya termasuk dalam
hal melakukan hal kebijakan.
b. Semi Otonom
Disini tanggung jawab pemerintah daerah besifat terbatas karena lazimnya
sepanajng yang bersifat kebijakan masih mendapat pengaturan adri pemerintah
pusat.
Biaya Pelayanan Kesehatan Masyarakat di Indonesia
Untuk Indonesia sesuai denagn undang-undang No.5 tahun 1974 tentang
Pokok-Pokok Pemerintahan Daerah, tanggung jawab, penyelenggaraan pelayanan
kesehatan masyarakat, dank arena itu juga pembiayaannya, berada ditangan
pemerintah daerah. Hanya saja karena banyak hal, kemampuan yang dimiliki oleh
pemerintah daerah masih terbatas, menyebabakan uluran tangan pemerintah pusat
13
masih banyak ditemukan. Sesuai dengan keadaan yang seperti ini, maka mekanisme
pembiayaan pelayanan kesehatan masyarakat di Indonesia secara umum dapat
dibedakan atas tiga macam yakni:5
1. Mengikuti Asas Desentralisasi
Sesuai dengan UU No.5 tahun 1974 , biaya pelayanan kesehatan masyarakat
sepenuhnya menjadi tanggung jawab Pemerintah Daerah.
2. Mengikuti Asas Dekonsentrasi
Karena kemampuan pemerintah daerah masih terbatas, maka beberapa
program tertentu masih menjadi tanggung jawab Pemerintah Pusat. Mekanisme
pembiayaan yang seperti ini dikenal dengan asas dekonsentralisasi.
3. Mengikuti Asas Perbantuan
Sama halnya dengan asas dekonsentrasi, sebagai akiabt ketidak-mampuan,
menyebabkan Pemerintah Daerah belum dapat melaksanakan beberapa program
tertentu. Upaya penyelesainnya bukan menarik tanggung jawab tersebut ke
Pemerintah Pusat melainkan Pemerintah Pusat memberikan bantuan kepada
Pemerintah Daerah. Mekanisne pembiayaan yang seperti ini dikenal dengan nama
asas perbantuan ( medebewind ). Secara sederhana, ketiga mekanisme pembiayaan
tersebut dapat digambarkan dalam bagan :5
14