Anda di halaman 1dari 13

KATA PENGANTAR

Segala puja dan puji syukur kehadirat Allah SWT yang maha Esa karena atas ridho dan
limpahan rahmat-Nya penulis mampu menyelesaikan makalah yang berjudul “Iman Kepada
Qadha’ dan Qadar” ini dengan tepat waktu, terlepas dari segala ketidaksempurnaan yang
terkandung dalam makalah ini.
Untuk itu sangat penting bagi penulis untuk berterima kasih atas pihak-pihak yang telah
memberikan perannya dalam pembuatan makalah ini. Terutama kepada guru mata pelajaran yang
banyak memberikan masukan dan bimbingannya dalam penulisan makalah ini sehingga tersusun
dengan sistematis dan komperhensif. Oleh karena itu besar harapan penulis tentang makalah ini,
semoga dapat bermanfaat dan memberikan pengaruh yang baik bagi pembaca.
Terlepas dari itu semua penulis sangat menyadari adanya kekurangan dalam penulisan
makalah ini sehingga penulis memohon maaf yang sebesar-besarnya dan kritikan yang
membangun atas makalah ini.

Penyusun
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.............................................................................. i
DAFTAR ISI............................................................................................ ii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang................................................................................ 1
B. Rumusan Masalah........................................................................... 1
C. Tujuan Makalah.............................................................................. 1
BAB II PEMBAHASAN
A. Pengertian Iman Kepada Qadha’ dan Qadar Allah........................ 3
B. macam- macam takdir allah...................................................... 4
C. Fungsi Iman Kepada Qadha’ dan Qadar..................................... 6
D. Ciri-ciri orang yang beriman kepada qada dan qadar................................ 9
E. Hikmah Beriman kepada Qada dan qadar………………………………..
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan.................................................................................. 10
B. Saran............................................................................................ 10
DAFTAR PUSTAKA............................................................................. 11
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar belakang
Hidup ini memang penuh dengan warna. Dan ingatlah bahwa hakikat warna-
warni kehidupan yang sedang kita jalani di dunia ini telah Allah tuliskan (tetapkan)
dalam kitab “Lauhul Mahfudz” yang terjaga rahasianya dan tidak satupun makhluk
Allah yang mengetahui isinya. Semua kejadian yang telah terjadi adalah kehendak dan
kuasa Allah SWT. Begitu pula dengan bencana-bencana yang akhir-akhir ini sering
menimpa bangsa kita. Gempa, tsunami, tanah longsor, banjir, angin ribut dan
bencana-bancana lain yang telah melanda bangsa kita adalah atas kehendak, hak, dan
kuasa Allah SWT.Dengan bekal keyakinan terhadap takdir yang telah ditentukan oleh
Allah SWT, seorang mukmin tidak pernah mengenal kata frustrasi dalam
kehidupannya, dan tidak berbangga diri dengan apa-apa yang telah diberikan Allah
SWT.
Kematian, kelahiran, rizki, nasib, jodoh, bahagia, dan celaka telah ditetapkan
sesuai ketentuan-ketentuan Ilahiah yang tidak pernah diketahui oleh manusia. Dengan
tidak adanya pengetahuan tentang ketetapan dan ketentuan Allah ini, maka kita harus
berlomba-lomba menjadi hamba yang saleh-muslih, dan berusaha keras untuk
menggapai cita-cita tertinggi yang diinginkan setiap muslim yaitu melihat
Rabbul’alamin dan menjadi penghuni Surga.
Keimanan seorang mukmin yang benar harus mencakup enam rukun. Yang
terakhir adalah beriman terhadap takdir Allah, baik takdir yang baik maupun takdir
yang buruk. Salah memahami keimanan terhadap takdir dapat berakibat fatal,
menyebabkan batalnya keimanan seseorang. Terdapat beberapa permasalahan yang
harus dipahami oleh setiap muslim terkait masalah takdir ini.
B. Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah dari penyusunan makalah ini adalah:
1. Apa yang dimaksud dengan iman qada’ dan qadar?
2. Takdir dibagi menjadi berapa macam?
3. Apa fungsi beriman kepada qada’dan qadar Allah SWT?
4. Bagaimana ciri – ciri orang yang beriman kepada qada’ dan qadar?
5. Bagaimana hikmah bagi orang yang beriman kepada qada’ dan qadar?
6.
C. Tujuan Makalah
Adapun tujuan dari penyusunan makalah ini adalah:
1. Untuk memahami iman kepada qada’ dan qadar
2. Untuk memahami dan mengetahui macam-macam takdir
3. Untuk memahami fungsi iman kepada qada’ dan qadar
4. Untuk mengetahui ciri-ciri orang yang beriman kepada qada’ dan qadar
5. Untuk mengetahui hikmah bagi orang yang beriman kepada qada’ dan qadar
BAB II
PEMBAHASAN

A. Iman Kepada Qadha’ Dan Qadar


Keimanan seorang mukmin yang benar harus mencakup enam rukun. Yang
terakhir adalah beriman terhadap takdir Allah, baik takdir yang baik maupun takdir
yang buruk. Salah memahami keimanan terhadap takdir dapat berakibat fatal,
menyebabkan batalnya keimanan seseorang. Terdapat beberapa permasalahan yang
harus dipahami oleh setiap muslim terkait masalah takdir ini. Semoga paparan ringkas
ini dapat membantu kita untuk memahami keimanan yang benar terhadap takdir
Allah. Wallahul musta’an.
a. Qadha’ dan Qadar
Dalam pembahasan takdir, kita sering mendengar istilah qodho’ dan qodar. Dua
istilah yang serupa tapi tak sama. Mempunyai makna yang sama jika disebut salah
satunya, namun memiliki makna yang berbeda tatkala disebutkan bersamaan. Jika
disebutkan qadha’ saja maka mencakup makna qadar, demikian pula sebaliknya.
Namun jika disebutkan bersamaan, maka qadha’ maknanya adalah sesuatu yang telah
ditetapkan Allah pada makhluk-Nya, baik berupa penciptaan, peniadaan, maupun
perubahan terhadap sesuatu. Sedangkan qodar maknanya adalah sesuatu yang telah
ditentukan Allah sejak zaman azali, dengan demikian qadar ada lebih dulu kemudian
disusul dengan qadha’.[1]
Pengertian Qadha dan Qadar Menurut bahasa Qadha memiliki beberapa
pengertian yaitu: hukum, ketetapan, kehendak, pemberitahuan, penciptaan. Menurut
istilah Islam, yang dimaksud dengan qadha adalah ketetapan Allah sejak zaman Azali
sesuai dengan iradah-Nya tentang segala sesuatu yang berkenan dengan
makhluk. Sedangkan Qadar, arti qadar menurut bahasa adalah: kepastian, peraturan,
ukuran. Adapun menurut Islam qadar perwujudan atau kenyataan ketetapan Allah
terhadap semua makhluk dalam kadar dan berbentuk tertentu sesuai dengan ridah-
Nya. Artinya: yang kepunyaan-Nya-lah kerajaan langit dan bumi, dan Dia tidak
mempunyai anak, dan tidak ada sekutu bagiNya dalam kekuasaan(Nya), dan dia telah
menciptakan segala sesuatu, dan Dia menetapkan ukuran-ukurannya dengan serapi-
rapinya (QS .Al-Furqan ayat 2).
b. Definisi qadha’ dan qadar serta kaitan di antara keduanya
1. Qadar
Qadar, menurut bahasa yaitu: Masdar (asal kata) dari qadara-yaqdaru-qadaran,
dan adakalanya huruf daal-nya disukunkan (qa-dran). Ibnu Faris berkata, “Qadara:
qaaf, daal dan raa’ adalah ash-sha-hiih yang menunjukkan akhir/puncak segala
sesuatu. Maka qadar adalah: akhir/puncak segala sesuatu. Dinyatakan: Qadruhu
kadza, yaitu akhirnya. Demikian pula al-qadar, dan qadartusy syai’ aqdi-ruhu, dan
aqduruhu dari at-taqdiir.”[2]
Qadar (yang diberi harakat pada huruf daal-nya) ialah: Qadha’ (kepastian) dan
hukum, yaitu apa-apa yang telah ditentukan Allah Azza wa Jalla dari qadha’
(kepastian) dan hukum-hukum dalam berbagai perkara Takdir adalah: Merenungkan
dan memikirkan untuk menyamakan sesuatu. Qadar itu sama dengan Qadr, semuanya
bentuk jama’nya ialah Aqdaar. Qadar, menurut istilah ialah: Ketentuan Allah yang
berlaku bagi semua makhluk, sesuai dengan ilmu Allah yang telah terdahulu dan
dikehendaki oleh hikmah-Nya. Atau: Sesuatu yang telah diketahui sebelumnya dan
telah tertuliskan, dari apa-apa yang terjadi hingga akhir masa. Dan bahwa Allah Azza
wa Jalla telah menentukan ketentuan para makhluk dan hal-hal yang akan terjadi,
sebelum diciptakan sejak zaman azali.
Allah Subhanahu wa Ta’ala pun mengetahui, bahwa semua itu akan terjadi
pada waktu-waktu tertentu sesuai dengan pengetahuan-Nya dan dengan sifat-sifat
tertentu pula, maka hal itu pun terjadi sesuai dengan apa yang telah ditentukan-Nya.
Atau: Ilmu Allah, catatan (takdir)-Nya terhadap segala sesuatu, kehendak-Nya dan
penciptaan-Nya terhadap segala sesuatu tersebut.[3]
2. Qadha’
Qadha’, menurut bahasa ialah: Hukum, ciptaan, kepastian dan penjelasan. Asal
(makna)nya adalah: Memutuskan, menentukan sesuatu, mengukuhkannya,
menjalankannya dan menyelesaikannya. Maknanya adalah mencipta.
c. Kaitan Antara Qadha’ dan Qadar
Dikatakan, bahwa yang dimaksud dengan qadar ialah takdir, dan yang
dimaksud dengan qadha’ ialah penciptaan, sebagaimana firman Allah Subhanahu wa
Ta’ala
“Maka Dia menjadikannya tujuh langit… .” [Fushshilat: 12]
Yakni, menciptakan semua itu.
Qadha’ dan qadar adalah dua perkara yang beriringan, salah satunya tidak
terpisah dari yang lainnya, karena salah satunya berkedudukan sebagai pondasi, yaitu
qadar, dan yang lainnya berkedudukan sebagai bangunannya, yaitu qadha’.
Barangsiapa bermaksud untuk memisahkan di antara keduanya, maka dia bermaksud
menghancurkan dan merobohkan bangunan tersebut
Dikatakan pula sebaliknya, bahwa qadha’ ialah ilmu Allah yang terdahulu,
yang dengannya Allah menetapkan sejak azali. Sedangkan qadar ialah terjadinya
penciptaan sesuai timbangan perkara yang telah ditentukan sebelumnya. Ibnu Hajar
al-Asqalani berkata, “Mereka, yakni para ulama mengatakan, ‘Qadha’ adalah
ketentuan yang bersifat umum dan global sejak zaman azali, sedangkan qadar adalah
bagian-bagian dan perincian-perincian dari ketentuan tersebut.”
Dikatakan, jika keduanya berhimpun, maka keduanya berbeda, di mana masing-
masing dari keduanya mempunyai pengertian sebagaimana yang telah diutarakan
dalam dua pendapat sebelumnya, dimana jika salah satu dari kedunya disebutkan
sendirian, maka yang lainnya masuk di dalam (pengertian)nya.
d. Hubungan antara Qadha’ dan Qadar
Pada uraian tentang pengertian qadha’ dan qadar dijelaskan bahwa antara
qadha’ dan qadar selalu berhubungan erat . Qadha’ adalah ketentuan, hukum atau
rencana Allah sejak zaman azali. Qadar adalah kenyataan dari ketentuan atau hukum
Allah. Jadi hubungan antara qadha qadar ibarat rencana dan perbuatan.
Perbuatan Allah berupa qadar-Nya selalu sesuai dengan ketentuan-Nya. Di dalam
surat Al-Hijr ayat 21 Allah berfirman, yang artinya sebagai berikut:
Artinya ” Dan tidak sesuatupun melainkan disisi kami-lah khazanahnya; dan Kami
tidak menurunkannya melainkan dengan ukuran yang tertentu.”
B. Macam-Macam Takdir Allah
1. Taqdir muallaq yaitu qada dan qadarnya Allah yang masih digantungkan pada
usaha atau ikhtiar manusia. Suatu contoh seseorang ingin kaya, pintar, sehat dan lain-
lain ini harus melalui proses usaha untuk mencapai tujuan tersebut. Sesuatu yang tidak
mungkin semuanya itu diperoleh tanpa adanya ikhtiar. Sebagaimana firman Allah swt
berikut :

‫ف يُرى‬ َ ُ‫س ْعيَه‬


َ ‫س ْو‬ َ ‫ان اِالَّ َما‬
َ َّ‫) َوا َن‬۳۹( ‫سعَى‬ ِ ‫س‬ َ ‫َوا َ ْن لَّ ْي‬
َ ‫س ِل ِال ْن‬

Artinya : “Dan bahwasannya seseorang itu tidak memperoleh selain apa yang
diusahakan. Dan bahwasannya usahanya itu kelak akan diperlihatkan kepadanya,
kemudian akan diberi balasan yang paling sempurna”. (QS. An- Najm : 53/39-40)

‫ط‬
‫اِنَّ هللاَ الَيـُغَيِِّ ُر َما بِقَ ْو ٍم َحتَّى يُغَيِِّ ُر ْوا َما بِأَنـْفُس ِِه ْم‬

Artinya : “Sesungguhnya Allah tidak akan mengubah keadaan (nasib) suatu bangsa
sehingga bangsa itu mau mengubah keadaan (nasib) yang ada pada mereka sendiri”.
(QS. Ar- Ra’du : 13/11)
2. Taqdir mubrom yaitu qada dan qadarnya Allah swt yang sudah tidak dapat diubah
lagi oleh manusia, walau ada ikhtiar dan tawakkal. Sebagaimana firman Allah swt
berikut :
ْ َ‫ساعَةً َوالَ ي‬
َ‫ست َ ْق ِد ُم ْون‬ َ َ‫ستَأ ْ ِخ ُر ْون‬
ْ َ‫َو ِل ُك ِ ِّل ا ُ َّم ٍة ا َ َجل فَ ِاذَا َجا َءا َ َجلـ ُ ُه ْم الَ ي‬
Artinya : “Dan tiap-tiap umat memiliki. Maka apabila telah datang waktunya mereka
tidak dapat mengundurkannya barang sesaatpun dan tidak dapat pula
memajukannya”. (QS. Surat Al- A’raf : 7/34)

Semua yang kamu lakukan selanjutnya harus dipasrahkan kepada Allah swt, karena
Allah swt adalah zat yang mengatur dan menentukan segala sesuatunya. Sebagaimana
firman Allah swt berikut :
َ‫َلى هللاِ فـَت َ َو َّكلُ ْوا ا ِْن ُك ْنت ُ ْم ُمؤْ ِمنِ ْين‬
َ ‫َوع‬
Artinya : “Dan hanya kepada Allah hendaknya kamu bertawakkal, jika kamu benar-
benar orang yang beriman”. (QS. Al- Maidah : 5/23).

C. Fungsi Iman Kepada Qadha’ dan Qadar


Allah SWT mewajibkan umat manusia untuk beriman kepada qada dan qadar
(takdir), yang tentu mengandung banyak fungsi (hikmah atau manfaat), yaitu antara
lain :
a. Memperkuat keyakinan bahwa Allah SWT, pencipta alam semesta adalah tuhan
Yang Maha Esa , maha kuasa, maha adil dan maha bijaksana. Keyakinan tersebut
dapat mendorong umat manusia (umat islam) untuk melakukan usaha-usaha yang
bijaksana, agar menjadi umat (bangsa) yang merdeka dan berdaulat. Kemudian
kemerdekaan dan kedaulatan yang di perolehnya itu akan di manfaatkannya secara
adil, demi terwujudnya kemakmuran kesejahteraan bersama di dunia dan di akherat.
b. Menumbuhkan kesadaran bahwa alam semesta dan segala isinya berjalan sesuai
dengan ketentuan – ketentuan Allah SWT (sunatullah) atau hukum alam. Kesadaran
yang demikian dapat mendorong umat manusia (umat islam) untuk menjadi ilmuan-
ilmuan yang canggih di bidangnya masing-masing, kemudian mengadakan usaha-
usaha penelitian terhadap setiap mahluk Allah seperti manusia, hewan, tumbuhan, air,
udara, barang tambang, dan gas. Sedangkan hasil – hasil penelitiannya di manfaatkan
untuk meningkatkan kesejahteraan manusia kearah yang lebih tinggi. (lihat dan
pelajari Q.S. Almujadalah, 58 : 11)
c. Meningkatkan ketaqwaan kepada Allah SWT. Iman kepada takdir dapat
menumbuhkan kesadaran bahwa segala yang ada dan terjadi di alam semesta ini
seperti daratan, lautan, angkasa raya, tanah yang subur, tanah yang tandus, dan
berbagai bencana alam seperti gempa bumi, gunung meletus, serta banjir semata-mata
karena kehendak, kekuasaan dan keadilan Allah SWT. Selain itu, kemahakuasaan dan
keadilan Allah SWT akan di tampakkan kepada umat manusia, takkala umat manusia
sudah meninggal dunia dan hidup di alam kubur dan alam akhirat. Manusia yang
ketika di dunianya bertakwa, tentu akan memperoleh nikmat kubur dan akan di
masukan kesurga, sedangkan manusia yang ketika di dunianya durhaka kepada Allah
dan banyak berbuat dosa, tentu akan memperoleh siksa kubur dan di campakan
kedalam neraka jahanam. (lihat dan pelajari Q.S. Ali Imran, 3 : 131 – 133).
d. Menumbuhkan sikap prilaku dan terpuji, serta menghilangkan sikap serta prilaku
tercela. Orang yang betul-betul beriman kepada takdir (umat islam yang bertakwa )
tentu akan memiliki sikap dan prilaku terpuji seperti sabar, tawakal, qanaah, dan
optimis dalm hidup. Juga akan mampu memelihara diri dari sikap dan prilaku tercela,
seperti: sombong, iri hati, dengki, buruk sangka, dan pesimis dalam hidup. Mengapa
demikian? Coba kamu renungkan jawabannya! (lihat dan pelajari Q.S. Al-Hadid, 57 :
21-24)
e. Mendorong umat manusia (umat islam) untuk berusaha agar kualitas hidupnya
meningkat, sehingga hari ini lebih baik dari hari kemarin dan hari esok lebih baik dari
hari ini. Umat manusia (umat islam) jika betul-betul beriman kepada takdir, tentu
dalam hidupnya di dunia yang sebenar ini tidak akan berpangku tangan. Mereka akan
berusaha dan bekerja dengan sungguh-sungguh di bidangnya masing-masing, sesuai
dengan kemampuannya yang telah di usahakan secara maksimal, sehingga menjadi
manusia yang paling bermanfaat. Rasulullah SAW bersabda yang artinya: “sebaik-
baiknya manusia ialah yang lebih bermanfaat kepada manusia”. (H.R. At-Tabrani).[4]
D. Ciri-ciri orang yang beriman kepada qada dan qadar
Seorang muslim yang percaya akan adanya ketentuan Allah swt pastinya
memiliki tingkat ketaatan yang tinggi. Karena ketentuan Allah swt menyangkut hidup
di dunia dan di akherat. Adapun ciri-ciri orang yang beriman kepada qada dan
qadarnya Allah swt adalah :
a. Mentaati perintah Allah swt dan menjauhi serta meninggalkan segala larangan Allah
swt
b. Berusaha dan bekerja secara maksimal
c. Tawakkal kepada Allah swt secara menyeluruh dan berdoa
d. Mengisi kehidupan di dunia dengan hal-hal positif untuk mencapai kebahagiaan hidup
di akherat
e. memperhatikan dan merenungkan kekuasaan dan kebesaran Allah swt
f. bersabar dalam menghadapi cobaan

E. Hikmah Beriman kepada Qada dan qadar


Dengan beriman kepada qadha dan qadar, banyak hikmah yang amat berharga
bagi kita dalam menjalani kehidupan dunia dan mempersiapkan diri untuk kehidupan
akhirat. Hikmah tersebut antara lain:
a. Melatih diri untuk banyak bersyukur dan bersabar
Orang yang beriman kepada qadha dan qadar, apabila mendapat
keberuntungan, maka ia akan bersyukur, karena keberuntungan itu merupakan nikmat
Allah yang harus disyukuri. Sebaliknya apabila terkena musibah maka ia akan sabar,
karena hal tersebut merupakan ujian
Artinya:”dan apa saja nikmat yang ada pada kamu, maka dari Allah(
datangnya), dan bila ditimpa oleh kemudratan, maka hanya kepada-Nya lah kamu
meminta pertolongan. ”( QS. An-Nahl ayat 53).
b. Menjauhkan diri dari sifat sombong dan putus asa
Orang yang tidak beriman kepada qadha dan qadar, apabila memperoleh
keberhasilan, ia menganggap keberhasilan itu adalah semata-mata karena hasil
usahanya sendiri. Ia pun merasa dirinya hebat. Apabila ia mengalami kegagalan, ia
mudah berkeluh kesah dan berputus asa , karena ia menyadari bahwa kegagalan itu
sebenarnya adalah ketentuan Allah.
Artinya: Hai anak-anakku, pergilah kamu, maka carilah berita tentang Yusuf dan
saudaranya dan jangan kamu berputus asa dari rahmat Allah. Sesungguhnya tiada
berputus asa dari rahmat Allah, melainkan kaum yang kafir. (QS.Yusuf ayat 87)
Sabda Rasulullah: yang artinya” Tidak akan masuk sorga orang yang didalam hatinya
ada sebiji sawi dari sifat kesombongan.”( HR. Muslim)

c. Memupuk sifat optimis dan giat bekerja


Manusia tidak mengetahui takdir apa yang terjadi pada dirinya. Semua orang
tentu menginginkan bernasib baik dan beruntung. Keberuntungan itu tidak datang
begitu saja, tetapi harus diusahakan. Oleh sebab itu, orang yang beriman kepada
qadha dan qadar senantiasa optimis dan giat bekerja untuk meraih kebahagiaan dan
keberhasilan itu.
Artinya : Dan carilah pada apa yang telah dianugerahkan Allah kepadamu
(kebahagiaan) negeri akhirat, dan janganlah kamu melupakan bahagianmu dari
(kenikmatan) duniawi dan berbuat baiklah (kepada orang lain) sebagaimana Allah
telah berbuat baik, kepadamu, dan janganlah kamu berbuat kerusakan di (muka) bumi.
Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang berbuat kerusakan. (QS Al-
Qashas ayat 77)
d. Menenangkan jiwa
Orang yang beriman kepada qadha dan qadar senangtiasa mengalami
ketenangan jiwa dalam hidupnya, sebab ia selalu merasa senang dengan apa yang
ditentukan Allah kepadanya. Jika beruntung atau berhasil, ia bersyukur. Jika terkena
musibah atau gagal, ia bersabar dan berusaha lagi.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Beriman kepada qada’ dan qadar akan melahirkan sikap optimis,tidak mudah
putus asa, sebab yang menimpanya ia yakini sebagai ketentuan yang telah Allah
takdirkan kepadanya dan Allah akan memberikan yang terbaik kepada seorang
muslim,sesuai dengan sifatnya yang Maha Pengasih dan Maha Penyayang.Oleh
karena itu,jika kita tertimpa musibah maka ia akan bersabar,sebab buruk menurut kita
belum tentu buruk menurut Allah,sebaliknya baik menurut kita belum tentu baik
menurut Allah.Karena dalam kaitan dengan takdir ini seyogyanya lahir sikap sabar
dan tawakal yang dibuktikan dengan terus menerus berusaha sesuai dengan
kemampuan untuk mencari takdir yang terbaik dari Allah.
B. Saran
Keimanan seseorang akan berpengaruh terhadap perilakunya sehari-hari.Oleh
karena itu,penulis menyarankan agar kita senantiasa meningkatkan iman dan takwa
kita kepada Allah SWT agar hidup kita senantiasa berhasil menurut pandangan Allah
SWT.Juga keyakinan kita terhadap takdir Allah senantiasa ditingkatkan demi
meningkatkan amal ibadah kita.Serta Kita harus senantiasa bersabar,berikhtiar dan
bertawakal dalam menghadapi takdir Allah

Anda mungkin juga menyukai