Anda di halaman 1dari 7

1.

Pengertian
Sepsis Neonatorum adalah infeksi bakteri pada aliran darah bayi selama bulan
pertama kehidupan (Nelson, 2004). Sepsis neonatorum adalah infeksi berat yang diderita
neonatus dengan gejala sistemik dan terdapat bakteri dalam darah. Perjalanan penyakit
sepsis dapat berlangsung cepat sehingga sering kali tidak terpantau tanpa pengobatan
yang memadai sehingga neonatus dapat meninggal dalam waktu 24 sampai 48 hari.
(Surasmi, 2003)
Sepsis neonatal adalah merupakan sindroma klinis dari penyakit sistemik akibat
infeksi selama satu bulan pertama kehidupan. Bakteri, virus, jamur, dan protozoa dapat
menyebabkan sepsis bayi baru lahir. (DEPKES 2007)
Sepsis neonatorum adalah infeksi yang terjadi pada bayi dalam 28 hari pertama
setelah kelahiran. (Mochtar, 2005). Sepsis bakterial pada neonatus adalah sindrom klinis
dengan gejala infeksi sistemik dan diikuti dengan bakteremia pada bulan pertama
kehidupan. Dalam sepuluh tahun terakhir terdapat beberapa perkembangan baru
mengenai definisi sepsis. Salah satunya menurut The International Sepsis Definition
Conferences (ISDC,2001), sepsis adalah sindrom klinis dengan adanya Systemic
Inflammatory Response Syndrome (SIRS) dan infeksi. Sepsis merupakan suatu proses
berkelanjutan mulai dari infeksi, SIRS, sepsis, sepsis berat, renjatan/syok septik,
disfungsi multiorgan, dan akhirnya kematian.

2. Penyebab Penyakit
Semua infeksi pada neonatus dianggap oportunisitik dan setiap bakteri mampu
menyebabkan sepsis. Berbagai macam kuman seperti bakteri, virus, parasit, atau jamur
dapat menyebabkan infeksi berat yang mengarah kepada terjadinya sepsis.
Saat persalinan (early onset), sepsis neonatorum ini disebabkan oleh infeksi bakteri
yang berasal dari ibu, seperti Group B Streptococcus (GBS), E.coli, Staphylococcus, H.
influenza, dan L. monocytogenes. Virus herpes simpleks (HSV) juga bisa menyebabkan
infeksi parah pada bayi yang baru lahir. Setelah persalinan (late onset), kuman penyebab
infeksi ini seringkali berasal dari lingkungan seperti bakteri Staphylococcus aureus,
Klebsiella, Pseudomonas, Acinetobacter, Serratia, dan bakteri anaerob. Jamur Candida
juga dapat menyebabkan sepsis pada bayi.
Pengaruh lingkungan yang dapat menjadi predisposisi bayi yang terkena sepsis,
tetapi tidak terbatas pada buruknya praktek cuci tangan dan teknik perawatan, kateter
umbilikus arteri dan vena, selang sentral, berbagai pemasangan kateter selang
trakeaeknologi invasive, dan pemberian susu formula.
Faktor risiko dari sepsis neonatorum bersifat multifaktorial dan berhubungan
dengan belum matangnya sistem humoral, fagosit dan imunitas seluler (biasanya terjadi
pada bayi prematur dan berat bayi lahir rendah), hipoksia, asidosis dan gangguan
metabolisme. Insiden sepsis neonatorum juga dipengaruhi oleh proses persalinan, usia
kehamilan, jenis kelamin (laki-laki 4 kali lebih mudah terinfeksi dari pada perempuan),
dan standar perawatan bayi (Kardana IM, 2011). Faktor resiko sepsis meliputi faktor
resiko mayor yaitu ketuban pecah dini (KPD) > 18 jam, ibu demam intrapartum > 38 0C,
karioamionitis, ketuban berbau, denyut jantung janin (DJJ) > 160 X/ menit. Faktor resiko
minor terdiri dari KPD > 12 jam, demam intrapartum > 37.5 0C, skor apgar rendah (menit
1 skor < 5 menit dan menit 5 skor < 7), BBLR (< 2500 gram), kembar, usia kehamilan <
37 minggu, keputihan yang tidak diobati, ibu yang dicurigai infeksi saluran kemih (ISK).
Seorang bayi memiliki resiko sepsis bila memenuhi dua kriteria mayor atau satu kriteria
mayor dan dua kriteria minor (Wilar et al, 2010).

3. Distribusi sepsi neonatorum


a. Distribusi frekuensi menurut jumlah kejadian (orang)
Penelitian Nugrahani, dkk tahun 2005 di RS Dr. Sardjito Yogyakarta
menyebutkan bahwa berdasarkan umur, proporsi bayi dengan sepsis yang
berumur 0-7 hari adalah 77,2% sedangkan yang berumur > 7 hari adalah 22,8%.
Berdasarkan jenis kelamin, proporsi bayi laki-laki dengan sepsis adalah 61,4%
sedangkan bayi perempuan adalah 38,6%. Menurut Jumah, dkk tahun 2007 di Iraq
terdapat 22 bayi yang berumur < 7 hari (62,9%) meninggal akibat sepsis, dan
terdapat 31 bayi yang berumur 7-28 hari (36,5%) meninggal akibat sepsis.
Sepsis lebih sering terjadi pada bayi berkulit hitam daripada bayi berkulit
putih, namun hal ini dapat dijelaskan berdasarkan tingginya insiden prematur,
pecah ketuban, ibu demam, dan berat lahir rendah. Perbedaan kejadian sepsis
neonatorum pada suku bangsa lebih dikaitkan dengan kebiasaan dan pola makan
yang telah dianut oleh ibu dari bayi tersebut. Hal ini sangat berpengaruh pada
kondisi gizi ibu yang kemudian berdampak pada keadaan bayi.
Menurut Thirumoorthi dalam simposium penanggulangan infeksi pada
kehamilan menyebutkan bahwa dari semua penderita sepsis awitan dini, sebanyak
54% terjadi pada bayi berkulit hitam dan dari semua penderita sepsis awitan
lambat, sebanyak 65% juga terjadi pada bayi berkulit hitam.
b. Distribusi frekuensi menurut tempat dan waktu
Insiden sepsis neonatorum di negara berkembang sangat bervariasi menurut
waktu dan lokasi. Insiden yang bervariasi di berbagai rumah sakit tersebut
dihubungkan dengan angka prematuritas, perawatan perinatal, persalinan, dan
kondisi lingkungan waktu perawatan.
Penelitian Rasul tahun 2007 di Banglasdesh menyebutkan bahwa insiden
infeksi perinatal yang tinggi yaitu 50-60% selama dua puluh tahun yang lalu
mengalami penurunan menjadi 20-30% di negara-negara berkembang. Di India,
berbagai studi menunjukkan bahwa kejadian bervariasi antara 10-20 per 1.000
kelahiran hidup.
Dalam penelitian Jumah, dkk tahun 2007 di Iraq, CFR sepsis neonatus tinggi
dilaporkan sekitar 44,2%, hasil yang sama dilaporkan di Basrah (Iraq) oleh Radhy
H. pada tahun 2001 yaitu 43,5%, kemudian di Abha (Saudia Arabia) oleh Asindi
A, dkk pada tahun 1999 diperoleh sebanyak 44% dan oleh Rodriguez-weber, dkk
di Mexico pada tahun 2003 sebanyak 43,9%.
Sementara angka kematian sepsis neonatus rendah oleh peneliti lain seperti
yang dilaporkan oleh Ezechukwze C, dkk di Nigeria pada tahun 2004 yaitu 19,3%,
oleh Koutouby A, dkk di UAE (United Arab Emirates) pada tahun 1995
melaporkan sebanyak 26%, Stall B. di USA pada tahun 2002 melaporkan
sebanyak 28% dan Dawodu A, dkk di Al-Dammam (Saudi Arabia) pada tahun
1997 melaporkan sebanyak 28%, perbedaan angka kematian sepsis neonatus ini
di beberapa negara dapat dijelaskan oleh beberapa faktor seperti keadaan sosial
ekonomi, keadaan geografi dan faktor ras, penggunaan ventilator dan inkubator,
perbedaan mikroorganisme dan penggunaan antibiotik yang berbeda.

4. Cara penularan
Pada bayi yang baru lahir dan yang berada di tahap awal kehidupan, penularan
sepsis umumnya didapat dari ibu yang memiliki infeksi group B streptococcus (GSB)
semasa hamil; ibu mengalami demam tinggi saat persalinan; bayi tersebut lahir prematur;
atau air ketuban ibu pecah lebih dari 24 jam sebelum persalinan atau air ketuban pecah
dini (sebelum usia 37 minggu kehamilan). Selain itu, bayi dapat tertular sepsis selama
berada dalam NICU untuk perawatan terhadap kondisi kesehatan tertentu; atau tertular
dari orang dewasa yang memiliki infeksi menular.

5. Diagnosis sepsis neonatorum dan masa inkubasi


Pemeriksaan penunjang berupa pemeriksaan penanda inflamasi, penanda infeksi
sampai dengan kultur cairan steril tubuh (darah, urin, cerebral spinal fluid) dapat
menegakkan diagnosis sepsis. Baku emas menegakkan sepsis pada neonatus adalah kultur
darah.5,9 Pertumbuhan 94% mikroorganisme pada kultur darah dapat ditemui dalam
waktu 48 jam masa inkubasi. Sepsis dinyatakan bila ditemukan kultur darah yang positif
yang berarti ditemukan bakteri pada biakan kultur darah.

6. Pencegahan sepsis neonatorum


a. Pada masa antenatal. Perawatan antenatal meliputi pemeriksaan kesehatan ibu
secara berkala, imunisasi, pengobatan terhadap penyakit infeksi yang di derita ibu,
asupan gizi yang memadai, penanganan segera terhadap keadaan yang dapat
menurunkan kesehatan ibu dan janin, rujukan segera ketempat pelayanan yang
memadai bila diperlukan.
b. Pada saat persalinan. Perawatan ibu selama persalinan dilakukan secara aseptik,
yang artinya dalam melakukan pertolongan persalinan harus dilakukan tindakan
aseptik. Tindakan intervensi pada ibu dan bayi seminimal mungkin dilakukan
(bila benar-benar diperlukan). Mengawasi keadaan ibu dan janin yang baik selama
proses persalinan, melakukan rujukan secepatnya bila diperlukan dan
menghindari perlukaan kulit dan selaput lendir.
c. Sesudah persalinan. Perawatan sesudah lahir meliputi menerapkan rawat gabung
bila bayi normal, pemberian ASI secepatnya, mengupayakan lingkungan dan
peralatan tetap bersih, setiap bayi menggunakan peralatan tersendiri, perawatan
luka umbilikus secara steril. Tindakan invasif harus dilakukan dengan
memperhatikan prinsip-prinsip aseptik. Menghindari perlukaan selaput lendir dan
kulit, mencuci tangan dengan menggunakan larutan desinfektan sebelum dan
sesudah memegang setiap bayi. Pemantauan bayi secara teliti disertai
pendokumentasian data-data yang benar dan baik. Semua personel yang
menangani atau bertugas di kamar bayi harus sehat. Bayi yang berpenyakit
menular di isolasi, pemberian antibiotik secara rasional, sedapat mungkin melalui
pemantauan mikrobiologi dan tes resistensi. (Sarwono, 2004).
7. Pemberantasan / pengendalian sepsis neonatorum
Dasar pengendalian infeksi sepsis neonatorum, yaitu :
a. Memutus rantai organisme
 Cuci tangan
 Membersihkan lingkungan
 Membersihkan tempat tidur bayi dan peralatan
 Desinfeksi
 Sterilisasi
 Mikrobiologi suveilans
b. Memutus rantai cara penularan
 Pengendalian infeksi saat persalinan
 Teknik aseptik
 Meningkatkan teknik dan kemampuan
 Catheter placement and management
 Prosedur invasif
 Jarak tempat tidur bayi
c. Mengurangi kerentanan host
 Menyusui dan perawatan metode kangguru untuk membangun imunitas
 Menggunakan antibiotik yang sesuai untuk menghindari resistensi
 Pencegahan prematuritas

8. Pengobatan sepsis neonatorum


Eliminasi kuman penyebab merupakan pilihan utama dalam tata laksana sepsis
neonatorum, sedangkan di pihak lain penentuan kuman penyebab membutuhkan waktu
dan mempunyai kendala tersendiri. Hal ini merupakan masalah dalam melaksanakan
pengobatan optimal karena keterlambatan pengobatan akan berakibat peningkatan
komplikasi yang tidak diinginkan.
a. Pemberian Antibiotik
Pada kasus tersangka sepsis, terapi antibiotik empirik harus segera dimulai
tanpa menunggu hasil kultur darah. Setelah diberikan terapi empirik, pilihan
antibiotik harus dievaluasi ulang dan disesuaikan dengan hasil kultur dan uji
resistensi. Bila hasil kultur tidak menunjukkan pertumbuhan bakteri dalam 2-3
hari dan bayi secara klinis baik, pemberian antibiotik harus dihentikan.
b. Terapi Suportif (adjuvant)
Pada sepsis neonatorum berat mungkin terlihat disfungsi dua sistem organ
atau lebih yang disebut Disfungsi Multi Organ, seperti gangguan fungsi respirasi,
gangguan kardiovaskular diseminata (KID), dan/atau supresi sistem imun. Pada
keadaan tersebut dibutuhkan terapi suportif seperti pemberian oksigen, pemberian
inotropik, dan pemberian komponen darah. Terapi suportif ini dalam kepustakaan
disebut terapi adjuvant dan beberapa terapi yang dilaporkan dikepustakaan antara
lain pemberian intravenous immunoglobulin (IVIG), pemberian tranfusi dan
komponen darah, granulocyte-macrophage colony stimulating factor (G-CSF dan
GM-CSF), inhibitor reseptor IL-1, transfusi tukar (TT) dan lain-lain.
Nery yang baik,
pertama-tama penting untuk Anda ketahui bahwa sepsis bukanlah penyakit. Sepsis
merupakan istilah medis yang menyatakan kkomplikasi dari pasien infeksi dengan status
infeksi yang sudah meluas dan parah. Dengan demikian sepsis dapat terjadi oleh karena
infeksi apapun seperti misalnya infeksi paru/ pneumonia, ataupun peritonitis yang
disebabkan infeksi saluran pencernaan. Kembali pada pertanyaan Anda, dapatkah sepsis
menular? Jawabannya terletak pada agen penyebab sepsis itu sendiri. Bila sepsis
disebabkan oleh agen kuman yang penularannya ialah darah ke darah seperti penyakit
HIV, hepatitis C atau B, tentu dapat menular jika tertusuk oleh jarum yang telah terpapar
darah pasien. Namun jika sepsis disebabkan oleh penyakit yang ditularkan melalui
udara/makanan tentu tidak akan menular lewat jarum suntik. Jika Anda masih ragu, maka
Anda dapat memeriksakan diri ke dokter. Berikut kami lampirkan artikel
mengenai sepsis. Semoga bermanfaat.

Anda mungkin juga menyukai