I. KONSEP DASAR
Jika abdomen mengalami luka tusuk, usus yang menempati sebagian besar rongga
abdomen akan sangat rentan untuk mengalami trauma penetrasi. Secara umum organ-organ
padat berespon terhadap trauma dengan perdarahan. Sedangkan organ berongga bila pecah
mengeluarkan isinya dalam hal ini bila usus pecah akan mengeluarkan isinya ke dalam
rongga peritoneal sehingga akan mengakibatkan peradangan atau infeksi.
Penyebab kematian pada trauma abdomen adalah penurunan volume cairan karena
perdarahan (syok hipovolemik). Secara ringkas proses tersebut dapat digambarkan sbb :
Kriteria diagnosis pada pasien yang bernafas pada udara kamar didapatkan hasil
pemeriksaan analisa gas darah :
1. PaO2 kurang dari 50 mmHg
2. PaCO2 lebih dari 50mmHg tanpa ada gangguan alkalosis metabolik primer
Gagal nafas dapat diakibatkan oleh bermacam penyakit baik akut maupun kronik; setiap
gangguan pada kelima tahap respirasi dapat menyebabkan gagal nafas.
b) Patofisiologi
Mekanisme yang menyebabkan terjadinya gagal nafas meliputi :
1. Hypoventilasi : keadaan dimana seseorang tidak dapat mempertahankan ventilasi
alveolar yang cukup, sehingga terjadi kenaikan kadar CO2 dalam darah
II. Gangguan perfusi dan difusi
Adanya emboli di salah satu cabang arteri pulmonali akan meningkatkan ruang rugi karena
banyak alveoli yang hanya mengalami ventilasi tanpa perfusi
2. Pintasan intra pulmoner dan gangguan perbandingan ventilasi perfusi
Pintasan intrapulmoner (Shunt) diartikan sebagai darah yang memperfusi paru yang
tidak mengalami pertukaran gas karena alveoliya tidak terventilasi seperti pada
atelectasis
a) Tanda dan gejala gagal nafas akut
Diagnosa pasti gagal nafas akut ditegakkan dengan pemeriksaan analisa gas darah. Namun
gejala klinis gagal nafas akut dapat ditegakkan dengan mengamati hal-hal sbb :
Pola pernafasan : laju pernafasan meningkat, pernafasan dangkal mungkin ada pernafasan
cuping hidung dan terlihat otot pernafasan tambahan mulai aktif
Warna kulit : pada keadaan awal mungkin masih merah, bila proses berlanjut/bertambah
berat kulit berwarna pucat/biru yang menandakan hipoksemia yang bertambah berat.
Tensi/laju nadi : umumnya nadi cepat, bila ada aritmia mungkin disebabkan hiperkarbia
(dan hipoksia)
Nadi yang melemah dan bertambah lambat menandakan keadaan bertambah parah, yang
memerlukan tindakan segera. Tekanan darah, pada keadaan yang masih ringan mungkin
masih dalam batas normal. Bila keadaan bertambah berat, tekanan darah mula-mula naik
karena pelepasan katekolamin, bila tekanan darah mulai turun hal ini harus segera diatasi
karena ini merupakan tanda perburukan.
Gagal nafas dengan tanda-tanda yang nyata sangat mudah dikenali. Yang sulit adalah awal
dari adanya gagal nafas, yang luput dari pengawasan ketat yang mungkin dalam waktu
relatif singkat dapat memburuk.
Pengawasan/observasi ketat memegang peranan penting sehingga bila therapi konvensional
tidak menolong dan keadaan memburuk, dapat segera diambil tindakan lain seperti intubasi
dan pemakaian alat bantu nafas/ventilator.
Hasil Laboratorium :
(a) Tanggal 30 November 1998
WBC 3,5
RBC 3,47
HGB 10,0
PLT 36
HCT 29,1
Trombocyt 36.000
Ureum darah 30 mg/DL
Creatinin urine 1,15 mg/DL
Urinalisa
Sedimen +
Kejernihan jernih
Leukocyt 1 – 3 /LPB
Eritrosit >100/LPB
Kristal ( - )
Berat jenis 1010
.pH 5
Glukosa 2+
Protein ( - )
Keton ( - )
Bilirubin ( - )
Urobilinogen 0,1
Nitrit ( - )
(b) Analisa Gas Darah Tanggal 30 November 1998 Pk. 06.49
Ventilator control TV : 450
FiO2 : 40%
.pH 3,84
PCO2 37,7
PO2 163,4
HCO3 22,2
TCO2 23,3
BE – 2,3
SBE – 2,2
SAT 99,2
SBC 22,4
N
Dx. Perawatan Tujuan Intervensi Rasional Implementasi Evaluasi
o
1. Gangguan Kebersihan 1. Kaji kepatenan jalan 1. Obstruksi dapat 1. Mengkaji kepatenan S : -
pembersihan jalan jalan nafas nafas pasien disebabkan dari penumpukan jalan nafas O:
nafas dapat terjaga sekresi, perdarahan, spasme 2. Mengevaluasi Sianosis (-)
berhubungan 2. Evaluasi jalan nafas pengembangan dada CVP : + 11 cm
dengan pengembangan dada, 2. Pengembangan dada yang dan mengkaji suara H2O, N : 72x/menit,
peningkatan dan kaji suara nafas simetris dan suara nafas yang nafas. Hasil : TD : 108/65 mmHg,
produk mukosa kedua belah paru seimbang pada kedua belah pengembangan dada RR : 18 x/menit
akibat adanya paru menunjukkan ETT dalam batas normal, (ventilator 12)
benda asing pada berada tepat dan tidak ada suara nafas auskultasi Kulit hangat
trachea (intubasi) obstruksi. Obstruksi paru ronchi basah ringan +/+ Analisa Gas Darah :
Ditandai dengan : (akibat pneumonia, 3. Mencatat adanya batuk PH 7,455 ; PCO2
- sistem alarm atelektasis) dapat yang berlebihan, bunyi 34,2 ; PO2 127,8 ;
berbunyi menimbulkan suara ronkhi alarm, sekret ETT, HCO3 23,2 ; SAT
- suara nafas : 3. Catat adanya batuk dan wheezing peningkatan ronchi. 98,8
penumpukan yang berlebihan, 3. Pasien yang diintubasi Hasil : batuk berlebih A : Masalah teratasi
sputum peningkatan dispneu, mengalami batuk yang tidak (-), bunyi alarm (-), P :
terdengar bunyi alarm, adanya efektif sehingga penumpukan sekret ETT (+) sedikit, Tetap observasi
- suara nafas sekret pada ETT, sekret terjadi peningkatan ronchi (-) adanya sekret
menurun peningkatan ronchi 4. Memonitor sistem Jaga kepatenan jalan
(pada 4. Monitor sistem humidifikasi dan nafas
obstruksi jalan humidifikasi dan 4. Pengentalan sekret dapat temperatur. Hasil : Observasi analisa
nafas/kolaps temperatur timbul akibat sistem humidifikasi cukup, gas darah
paru) 5. Suction sesuai humidifikasi kurang temperatur 37^C
- pasien gelisah kebutuhan 5. Suction tidak boleh rutin 5. Melakukan suction
- usaha nafas karena banyak memiliki efek sesuai kebutuhan.
klien 6. Ajarkan tehnik batuk negatif Hasil : sekret (+), warna
meningkat : efektif, nafas dalam 6. Meningkatkan putih, encer
penggunaan pursed lip kemampuan mengeluarkan 6. Mengubah posisi secara
otot tambahan breathingbila pasien sekret secara efektif, periodik
pernafasan (+) kooperatif menimbulkan retarged 7. Melakukan postural
- AGD : P CO2 ekspirasi sehingga drainase
meningkat, P 7. Ubah posisi secara menurunkan kolaps paru
O2 dan PH periodik 7. Meningkatkan drainase
menurun sekret dan ventilasi ke
seluruh bagian paru,
8. Anjurkan pasien menurunkan resiko
untuk minum banyak atelektasis
sesuai kondisi 8. Meningkatkan keenceran
sekret
Kolaboratif
1. Lakukan bronkhial
washing, fisiotherapi Kolaboratif :
dada (perkusi, 1. Membantu
vibrasi,postural mengencerkan,
drainase) meningkatkan mobilisasi
2. Berikan sekret sehingga mudah
bronkhodilator dikeluarkan
/mukolitik sesuai
indikasi. Evaluasi 2. Meningkatkan keenceran
efektifitasnya. sekret dan melebarkan jalan
nafas
2. Resiko tinggi Gagguan 1. Monitor tanda vital, 1. Perubahan tanda vital 1. Memonitor tanda vital, S : -
gangguan deficit deficit CVP ; catat perubahan menandakan perkembangan CVP, Tekanan Darah, O :
volume cairan volume tekanan darah, penyakit, CVP untuk Suhu. Hasil : TD Tanda vital TD
berhubungan cairan tidak observasi kenaikan mengetahui defisit volume 104/62 mmHg, N 107/65 mmHg, N
dengan terjadi temperatur cairan dan respon terhadap 79x/menit, S 37^C, 70x/menit, S
perdarahan, puasa. therapi cairan pengganti. CVP 7 cmH2O 37,2^C, CVP +10 ½
Faktor resiko : Demam terjadi karena 2. Mempalpasi nadi cmH2O
Trombositopenia
peningkatan metabolisme dan perifer, capillary refill, Intake 3640 cc,
kehilangan cairan warna kulit, temperatur. output 3825 cc,
2. Kondisi deficit cairan Hasil : nadi perifer (+), balance (+) 185 cc
2. Palpasi nadi perifer, menyebabkan tidak capilarry refill < 2’’, Capilarry refill < 2”,
catat capillary refill, adekuatnya perfusi organ dan warna kulit tidak mukosa mulut
warna kulit, temperatur mungkin menyebabkan syok cyanosis, temperatur cukup, turgor kulit
3. Penggantian cairan dingin baik.
3. Monitor output urine, berdasarkan jumlah cairan 3. Memonitor output Perdarahan drain 5
ukur dan estimasikan yang hilang urine, balance cairan. cc, NGT (-)
kehilahangan cairan Hasil : urine output Dicoba minum Aqua
dari lambung, drainase 1650, balance (+) 65 cc, 4 x 100 cc / NGT
luka atau diphoresis 4. Perubahan berat badan intake 2790 cc, NGT Kembung (-),
4. Timbang berat badan merupakan tanda tidak akurat 300, Drain 275, IWL distensi abdomen
tiap hari, hitung balance dalam perubahan intra 500 (-), mual (-)
cairan, catat adanya vaskular Hasil laboratorium :
oedema pada tungkai Kolaboratif : Hb 8,7 g/DL, Ht 24
5. Berikan perawatan 5. Mukosa mulut dan bibir 1. Memonitor hasil vol%, trombo
mulut, memandikan cenderung kering laboratorium. Hasil : tgl 105.000, Na 136, K
pasien setiap hari dan 30-11-1998 Hb 10,0 gr 3,9
berikan lotion %, Ht 291.00, trombosit
6. Kaji adanya dispneu, 6. Meningkatnya agregasi 36.000, elektrolit Na A : Tidak terjadi
cyanosis, meningkatnya platelet mungkin 130, K 3,9 masalah, tapi resiko
kecemasan, gelisah menyebabkan emboli sistemik 2. Memberikan cairan tinggi mungkin
7. Monitor tanda-tanda 7. Koreksi yang terlalu cepat infus sesuai indikasi. terjadi
batuk produktif, terhadap kekurangan cairan KaEM MG3, Pan Amin,
dispneu, crakles menyebabkan gangguan RL, FFP, NaCl P :
kardiopulmonary, terutama (sppoling tranfusi) Tetap observasi
untuk cairan koloid 3. Memberikan tranfusi balance cairan
(FFP) 2 x 300 cc Monitor trombosit
III. Kolaboratif Kolaboratif : 4. Memberikan vitamin Monitor status
1. Monitor hasil 1. Balance metabolik K 3 x 1 amp. hemodinamik
laboratorium Hb, Ht, elektrolit membutuhkan
Trombosit, elektrolit, koreksi
glukosa, PH, PCO2
2. Berikan cairan infus
sesuai indikasi 2. Cairan : isotonis merupakan
- Cairan isotonis seperti NaCl
kristaloid yang memberikan
0,9, Dextrose 5%
perbaikan sirkulasi secara
- Cairan 0,45%, RL
tepat, RL adalah hipotonis,
- Cairan koloid : Dextran,
koloid untuk mengoreksi
Plasma, Albumin
kekurangan konsentrasi
- Darah : whole blood
(tranfusi darah) protein plasma, darah
diberikan bila terindikasi
kehilangan darah yang aktif.
3. Resiko gangguan Gangguan 1. Mereview faktor 1. Mempengaruhi pilihan intervensi 1. Memonitor indikasi S : -
individual yang berefek
pemenuhan nutrisi pemenuhan pemberian nutrisi. O :
terhadap kemampuan
; kurang dari nutrisi tidak Hasil : NGT warna NGT cairan bening,
pencernaan makanan.
kebutuhan tubuh terjadi Contoh : keadaan puasa
coklat tua, bising usus perdarahan (-)
berhubungan (NPO), nausea, ileus (+) lemah, klien masih Muntah (-),
dengan paralitik. 2. Mengidentifikasi status cairan NPO kembung (-)
peningkatan 2. Timbang berat sama pentingnya untuk 2. Mencatat intake dan Bising usus (+)
metabolisme, badan, catat intake dan memastikan kebutuhan output. Hasil : intake Program pemberian
NPO output metabolik 2790 cc, output 1725 cairan per NGT 4 x
3. Menentukan kembalinya cc 100 cc
peristaltik usus 2 – 4 hari 3. Mengaulkutasi bising Cairan infus :
3. Auskultasi bising setelah operasi usus, flatus. Hasil : KaEMG3 (500 cc),
usus, palpasi abdomen, 4. Untuk meningkatkan bising usus (+) lemah, Pan Amin (500 cc)
catat adanya flatus kerjasama pasien dalam hal flatus (-)
4. Identifikasi diet protein dan vitamin C A : Gangguan nutrisi
makanan yang disukai membantu perbaikan dan Kolaboratif : tidak terjadi
atau yang tidak disukai pemeliharaan jaringan 1. Menjaga kepatenan
pasien, beri dorongan NGT P:
untuk memilih 2. Memberikan cairan Tetap observasi
makanan yang tinggi 5. Sindroma mal absorbsi dapat infus KaEm MG3, Pan indikasi pemberian
protein atau vitamin C terjadi setelah operasi usus Amin, RL makanan per NGT
5. Observasi adanya kecil membutuhkan evaluasi 3. Memberikan vitamin K Tetap/ teruskan
diare selanjutnya dan modifikasi per IV pemberian
diet. Contoh : diet rendah 4. Memberikan parenteral cairan
lemak Cimetidine 3 x ! sesuai indikasi
Timbang BB bila
Kolaborasi : memungkinkan
1. Menjaga dekompresi Observasi hasil
terhadap lambung, usus halus laboratorium darah
Kolaborasi : dan meningkatkan istirahat (albumin, glubolin,
1. Menjaga kepatenan dari atau penyembuhan dari usus glukosa, BUN)
NGT 2. Mengoreksi imbalance
cairan dan elektrolit