Anda di halaman 1dari 7

Executive Summary & Forum Diskusi Kuliah-13

BUSINESS ETHICS & GOOD GOVERNANCE

Globalization and Business Ethics

Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah “Business Ethics & Good Governance”
Dosen Pengampu:
Prof. Dr. Ir. Hapzi Ali, MM, CMA

Oleh:

M. Iqbal Rasyid Supeni (55118110151)

PROGRAM STUDI MAGISTER MANAJEMEN

UNIVERSITAS MERCU BUANA

2019
A. Globalisasi dan Etika Bisnis

Globalisasi mendorong integrasi internasional misalnya modal finansial dapat diperoleh dalam
satu pasar nasional dan digunakan untuk membeli bahan baku di tempat lainnya. Peralatan produksi
yang dibeli dari suatu negara ketiga dapat digunakan untuk menghasilkan barang yang kemudian
dijual di pasar keempat. Jadi globalisasi meningkatkan peluang yang tersedia bagi suatu perusahaan.
Meningkatnya saling ketergantungan antara negara industri, kebutuhan dari negara-negara
berkembang, disintegrasi, pembatas aliran uang, informasi dan teknologi antar batas negara
memungkinkan globalisasi dan integrasi pasar internasional. Kondisi-kondisi ini mendorong
perusahaan-perusahaan global untuk memikirkan secara serius mengenai strategi yang harus
diterapkan untuk mengembangkan keunggulan bersaing yang berkesinambungan. Sering kali strategi
tersebut memungkinkan perusahaan untuk lebih hebat, lebih fleksibel dan lebih terfokus dalam
menyediakan barang dan jasa yang lebih efektif kepada macam-macam konsumen di dunia. Ada 3
jenis masalah yang dihadapi dalam Etika yaitu :

1. Sistematik
Masalah-masalah sistematik dalam etika bisnis pertanyaan-pertanyaan etis yang muncul
mengenai sistem ekonomi, politik, hukum, dan sistem sosial lainnya dimana bisnis beroperasi

2. Korporasi
Permasalahan korporasi dalam perusahaan bisnis adalah pertanyaan-pertanyaan yang dalam
perusahaan-perusahaan tertentu. Permasalahan ini mencakup pertanyaan tentang moralitas
aktivitas, kebijakan, praktik dan struktur organisasional perusahaan individual sebagai
keseluruhan.

3. Individu
Permasalahan individual dalam etika bisnis adalah pertanyaan yang muncul seputar individu
tertentu dalam perusahaan. Masalah ini termasuk pertanyaan tentang moralitas keputusan,
tindakan dan karakter individual.

Ada kesempatan yang terbuka lebar maka pasti ada persaingan untuk mendapatkannya. Berikut
ini ada dua macam keuntungan yang dapat digunakan sebagai modal untuk meraih keberhasilan:

1. Keuntungan absolut, disaat sebuah Negara dapat memproduksi sesuatu produk yang lebih
murah dan/atau kualitas yang lebih tinggi dari Negara lain. Contohnya Indonesia memiliki
keunggulan karena memiliki kekayaan alam yang berlimpah seperti minyak. Sehingga
Indonesia dapat menjual minyak lebih murah.

2. Keuntungan komparatif, disaat sebuah Negara memproduksi barang dengan lebih efisien atau
lebih baik daripada Negara lain yang memproduksi barang yang sama. Contohnya produsen
mobil sport Ferrari dalam penggunaan teknologi terpadu pada pembuatan mobil balap.

Tidak semua kesempatan bisnis global dapat langsung digunakan. Terdapat beberapa halangan
yang dapat menghadang perdagangan internasional seperti perbedaan sosial dan budaya, perbedaan
ekonomi dan perebedaan hukum dan politik. Perusahaan harus mampu menyikapi barrier tersebut
Selain social budaya, ekonomi dan hukum-politik, yang perlu diperhatikan oleh perusahaan adalah
Etika Bisnis. Etika bisnis adalah perilaku baik atau buruk berdasarkan kepercayaan perseorangan dan
norma sosial dengan membedakan antara yang baik dan yang buruk. Kode Etik yang ada bersumber
dari pandangan anak-anak ke perilaku orang dewasa, pengalaman, perkembangan nilai serta moral,
dan pengaruh kawan. Tujuan diciptakanya kode etik adalah :

1. Meningkatkan kepercayaan publik pada bisnis.

2. Berkurangnya potensial regulasi pemerintah yang dikeluarkan sebagai aktivitas kontrol.

3. Menyediakan pegangan untuk dapat diterima sebagai pedoman.


4. Menyediakan tanggungjawab atas prilaku yang tak ber-etika.

Tanggung jawab sosial juga merupakan juga hal yang penting. Tanggung jawab sosial adalah
sebuah konsep dimana sebuah perusahaan terhubung dengan sosial dan lingkungan sekitar dalam hal
proses bisnis dan interaksi perusahaan dengan stakeholdernya. Tanggung jawab sosial dunia bisnis
tidak saja berorientasi pada komitmen sosial yang menekankan pada pendekatan kemanusiaan, belas
kasihan, keterpanggilan religi atau keterpangilan moral, dan semacamnya, tetapi menjadi kewajiban
yang sepantasnya dilaksanakan oleh para pelaku bisnis dalam ikut serta mengatasi permasalahan
sosial yang menimpa masyarakat.

B. Etika Bisnis dalam Persaingan

Dalam bisnis akan terjadi persaingan yang sangat ketat kadang-kadang menyebabkan pelaku
bisnis menghalalkan segala cara untuk memenangkannya, sehingga yang sering terjadi persaingan
yang tidak sehat dalam bisnis. Persaingan yang tidak sehat ini dapat merugikan orang banyak selain
juga dalam jangka panjang dapat merugikan pelaku bisnis itu sendiri.

Aspek hukum dan aspek etika bisnis sangat menentukan terwujudnya persaingan yang sehat.
Munculnya persaingan yang tidak sehat menunjukkan bahwa peranan hukum dan etika bisnis dalam
persaingan bisnis ekonomi belum berjalan sebagaimana semestinya.

Dari segi etika bisnis, hal ini penting karena merupakan perwujudan dari nilai-nilai moral. Pelaku
bisnis sebagian menyadari bahwa bila ingin berhasil dalam kegiatan bisnis, ia harus mengindahkan
prinsip-prinsip etika. Penegakan etika bisnis makin penting artinya dalam upaya menegakkan iklim
persaingan sehat yang kondusif. Sekarang ini banyak praktek pesaing bisnis yang sudah jauh dari
nilai-nilai etis, sehingga bertentangan dengan standar moral. Para pelaku bisnis sudah berani
menguasai pasar komoditi tertentu dengan tidak lagi mengindahkan sopan-santun berbisnis. Keadaan
ini semakin krusial sebagai akibat dari sikap Pemerintah yang memberi peluang kepada beberapa
perusahaan untuk menguasai sektor industri dari hulu ke hilir.

C. Persaingan usaha dalam Bisnis

Persaingan hanya terjadi pada system dunia yang bebas. Hal ini merupakan faktor yang paling
penting dalam memajukan perekonomian. Dalam bahasa Inggris persaingan disebut “competition” ,
Marshaal Howard berpendapat bahwa persaingan merupakan istilah umum yamg dapat digunakan
untuk segala sumber daya yang ada. Persaingan adalah jantungnya perekonomian pasar bebas.

Adanya persaingan dalam bidang industry akan memaksa para pesaing bisnis untuk menghasilkan
barang-barang berkualitas. Perusahaan-perusahaan yang dikelola dengan efisien akan memperoleh
keuntungan yang besar dan tetap hidup. Sedangkan perusahaan yang tidak efisien akan mengalami
kekalahan dalam bersaing sehingga lama-kelamaan akan bangkrut. Adanya persaingan akan
memberikan peluang bisnis, yaitu pasar bebas, dimana tidak ada larangan-larangan atau batasan-
batasan bagi perusahaan untuk keluar atau masuk dari pasar.

Menurut Marshall, manfaat umum dari proses persaingan ekonomi adalah terbentuknya harga
yang semurah mungkin bagi barang dan jasa yang disertai adanya bentuk pilihan maupun kualitas
barang dan jasa yang diinginkan. Dalam hal demikian, banyak produsen yang member kontribusi pada
perdagangan atau pasar. Dan harga-harga yang bersaing ditentukan oleh permintaan dan penawaran
pasar. Jika sejumlah penjual yang mau menjual sama dengan jumlah pembeli yang mau membeli,
maka disini adalah sisi positif dari persaingan bisnis. Sedangkan sisi negatifnya adalah ketika terjadi
persaingan yang mutlak, dimana masing-masing perusahaan hanya menginginkan keuntungan
sebesarnya-sebesarnya.
Dalam keadaan seperti itu, akan timbul ketidakmerataan keuntungan dan hasil pendapatan.
Pengusaha dengan modal kecil akan tersisih dengan sendirinya. Dalam hal ini para pelaku ekonomi
berhasrat menguasai berbagai sector industry sekaligus, mulai dari industri hulu sampai industri hilir.

Iklim persaingan yang demikian akan menyebabkan persaingan yang tidak sehat. Disini
persaingan sesama usaha akan semakin ketat dan cenderung tidak jujur, ditambah dengan tidak
adanya paranata hukum yang membatasi kegiatan bisnis. Sehubungan dengan berlangsungnya era
globalisasi, maka persaingan harus transparan dan mengandalkan profesionalisme.

D. Peran Etika Bisnis di Era Global

Era globalisasi adalah situasi dan keadaan yang seolah-olah tanpa batas antar orang, tugas,
tempat, ruang atau dengan kata lain “mendunia.” Sehingga dalam menjalankan bisnis dalam era
globalisasi ini para pelaku bisnis menghadapi tantangan utama, yakni :

1. Pelanggan lebih menuntut kecepatan waktu, dan budaya instant sudah menjadi trend masa
kini. Hal ini menjadikan waralaba yang laris adalah yang dapat menyediakan makanan cepat
saji.

2. Etika-etika dalam bisnis kurang diperhatikan oleh pelaku bisnis yang memang hanya
mengandalkan kekuatan dan kekuasaan saja, sehingga terjadilah pengkotak-kotakan kepada
pelaku bisnis menurut suku, etnis ataupun agama.

3. Pelanggan kini lebih cerdas dan kritis, dalam arti mereka tidak hanya melihat harga tetapi juga
membandingkan dengan mutu atau kualitas produk dan pasti akan mengklaim jika kecewa
terhadap suatu produk yang dibelinya.

4. Ditentukan adanya standar mutu tertentu yang diputuskan secara bersama-sama oleh suatu
komite yang ditunjuk, misalnya ISO.

5. Tingkat ekspansi dan persaingan bisnis sangat tinggi, baik secara domestic maupun
internasional, begitu suatu produk muncul di pasaran dan „booming‟ , pasti dalam sekejap ada
produk lain yang meniru, entah halal maupun tidak.

6. Perubahan yang sangat cepat kadang-kadang tak terduga atau memang sulit diduga, misalnya
setelah terjadi pemboman gedung WTC di AS oleh teroris, pasar modal dunia menjadi lesu
dan bergejolak tak menentu, yang pasti dampaknya ke aspek bisnis yang sangat mengejutkan
bagi setiap pelaku bisnis.

7. Muncul ketidak pastian di sekitar hal-hal yang berkaitan dengan sumberdaya manusia,
misalnya bagaimana memotivasi karyawan dengan bermacam-macam latar belakang
pendidikannya, bagaimana mendapatkan karyawan yang berkualitas, cerdas, berwawasan luas
dalam lingkup domestic dan internasional.

Globalisasi dan teknologi telah mendorong seleksi alamiah yang mengarah pada „yang terkuat
yang bertahan‟. Keberhasilan pasar akan didapat oleh perusahaan yang mampu menyesuaikan diri
dengan persyaratan lingkungan saat ini, yaitu mereka yang mampu memberikan apa yang siap dibeli
orang. Baik individu, bisnis, kota bahkan seluruh negara harus menemukan cara menghasilkan nilai
yang dapat dipasarkan (marketable value) yaitu barang dan jasa yang menarik minat beli.

Dalam era globalisasi berarti setiap orang bisa mendapatkan informasi dengan mudah dan dari
mana saja dalam waktu yang singkat, segala sesuatu yang terjadi di belahan dunia manapun bias
diakses oleh setiap orang, pergolakan ekonomi dan perubahan mata uang dunia dapat dilacak dari
kantor / tempat kerja hanya lewat alat elektronik yang canggih yaitu komputer. Jadi permasalahan dan
tantangan berbisnis di Indonesia khususnya sangatlah multi kompleks baik dari dalam perusahaan
sendiri maupun dari luar seperti halnya persaingan mutu produk atau pemasaran dalam perdagangan
pasar dunia yang mengglobal. Sebagai dampak globalisasi dan perubahan teknologi, situasi pasar saat
ini didorong ke arah keadaan yang berbeda jauh sekali dibandingkan situasi pasar sebelumnya.
DAFAR PUSTAKA

Hapzi Ali, 2019. Modul BE & GG, Globalization and Business Ethics, Universitas Mercu
Buana
FORUM DISKUSI

Bagaimanakah Implementasi Globalization and Business Ethics dan kendalanya pada Perusahaan
saudara atau ada pada peruhsaan yang saudara amati atau secara umum di Indonesia.

Globalization and Business Ethics ada Kemeterian Keuangan


Menteri Keuangan (Menkeu) Sri Mulyani Indrawati menyampaikan pentingnya para pejabat dan pegawai
Kementerian Keuangan (Kemenkeu) untuk mengoptimalkan penggunaan informasi digital dan media sosial
secara cerdas dan bijaksana.

“Di era digital ini dimana informasi mudah sekali diperoleh dan dibagikan, kita dituntut untuk
membekali diri sehingga memiliki literasi digital yang baik. Cerdaslah dan bijaksanalah di dalam
menangkap dan membaca informasi yang didapat dari situs berita maupun media sosial. Cerdaslah
dan bijaksanalah dalam memilih informasi yang akan dibagikan,” pesan Menkeu.

Selain itu, Menkeu mengingatkan agar para pejabat dan pegawai Kemenkeu dapat memanfaatkan
sarana digital dengan optimal dan beretika untuk meningkatka n kualitas masing- masing individu.

“Manfaatkan era digital sebagai sarana untuk meningkatkan kualitas diri, mencerdaskan, dan
meningkatkan daya kritis yang konstruktif. Selalu menjaga etika dalam baik di dalam pergaulan sosial
secara langsung maupun melalui media sosial,” tambahnya.

Selanjutnya, Menkeu juga meminta agar setiap pejabat dan pegawai Kemenkeu mampu menjadi agen
komunikasi institusi dalam penyebaran kebijakan Kemenkeu dan Pemerintah dalam bentuk
penyediaan data dan informasi yang baik, benar, dan mendidik untuk memperkuat persatuan,
mencerdaskan dan memberdayakan masyarakat Indonesia.

“Berkreatiflah secara seluas-luasnya dan jadikanlah ladang baru di dalam pergaulan sosial baik secara
langsung maupun melalui media sosial untuk membantu memberdayakan masyarakat kita,
membangun Indonesia, memperkuat persatuan Negara Kesatuan Republik Indonesia,” pesannya
dihadapan para pejabat dan pegawai Kemenkeu.

Ia ingin jajaran Kementerian Keuangan menggunakan media sosial untuk membantu masyarakat
mendapatkan fakta, data, informasi dan penjelasan mengenai Kementerian Keuangan, kebijakan
Pemerintah, dan mengenai keuangan negara. Dengan demikian, masyarakat akan mendapatkan
informasi yang baik, benar dan mendidik, sehingga tidak mudah terprovokasi dengan informasi yang
salah atau sengaja dipenggal sebagian.

Sebagai informasi, masyarakat dapat melaporkan melalui Whistleblowing System Kemenkeu apabila
menemukan pegawai Kemenkeu yang melanggar netralitas PNS/ASN di media sosial (Twitter,
Instagram, FB, dan lain-lain) atau sarana komunikasi pribadi (WhatsApp, Telegram, LINE, dan lain-
lain).

Segera laporkan melalui situsweb: wise.kemenkeu.go.id dengan menyertakan bukti berupa link
maupun screenshot. Identitas whistleblower (pelapor) dijamin 100% aman dan dirahasiakan.

Referensi :
https://www.kemenkeu.go.id/publikasi/berita/menkeu-gunakan-media-sosial-secara-cerdas-dan-bijaksana/
diakses pada 30 Juni 2019 pukul 22:42.

Anda mungkin juga menyukai