Anda di halaman 1dari 9

INTEGRASI ASURANSI SYARIAH DALAM PEMBIAYAAN

MUSYARAKAH BERBASIS PHASE EQUITY FINANCING


PERKUAT PRODUKTIVITAS SUB SEKTOR TANAMAN PANGAN

ESSAY

Diajukan Untuk Mengikuti Essay Competition BEM FE UNS

Diusulkan oleh:

RAENI 7101410226 / 2010

FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG
SEMARANG
2012
Integrasi Asuransi Syariah dalam Pembiayaan Musyarakah Berbasis
Phase Equity Financing Perkuat Produktivitas Sub-Sektor Tanaman
Pangan

Raeni
7101410226
Universitas Negeri Semarang
2012

Pertanian merupakan salah satu sektor yang memiliki peranan penting di dalam
pembangunan dan perekonomian. Pertanian sebagai penunjang kebutuhan primer
berjuta rakyat Indonesia. Selain itu,menurut data BPS, Produk Domestik Bruto (PDB)
Indonesia pada Triwulan III-2011 meningkat sebesar 3,5 % terhadap Triwulan II-2011.
Peningkatan terjadi pada semua sektor ekonomi dengan pertumbuhan tertinggi di sektor
pertanian mencapai 5%. Selain itu, khusus subsektor tanaman pangan merupakan
subsektor pertanian yang mencakup tanaman padi, jagung, kedelai, dan umbi-umbian
yang berperan besar dalam rangka penyediaan pangan nasional dalam mendukung
ketahanan pangan nasional.
Subsektor tanaman pangan, sebagai kebutuhan pangan nasional seringkali
dihadapkan pada banyaknya permasalahan. Kondisi alam yang tidak menentu,
permodalan yang kurang menjangkau, waktu panen yang belum terjamin, hingga harga
jual yang kurang berpihak kepada kondisi petani membuat sebagian besar petani pada
subsektor tanaman pangan masih berada pada tingkat kesejahteraan yang masih rendah.
Keterbatasan modal menjadi salah satu faktor terpenting dalam meningkatkan
produktivitas petani. Pendapatan yang hanya didapatkan waktu musim panen dengan
pengeluaran setiap hari menyebabkan perbedaan tingkat pola penerimaan dan
pengeluaran. Selain itu, kondisi alam yang tidak menentu membuat tingkat resiko yang
tinggi pada saat hasil panen. Belum lagi apabila harga hasil tanaman pangan anjlok
semakin meningkatkan resiko petani.
Upaya mengatasi keterbatasan modal untuk meningkatkan hasil produksi,
keberadaan lembaga pembiayaan sangat dibutuhkan oleh petani. Pemerintah telah
meluncurkan berbagai kebijakan kredit program seperti Kredit Ketahanan Pangan dan

1
Energi (KKPE), Kredit Usaha Tani (KUT) sebagai upaya membantu petani dalam
meningkatkan produktivitas tanaman pangan. Akan tetapi, resiko tinggi pada subsektor
tanaman pangan menyebabkan minat lembaga keuangan untuk mendanai usaha sektor
ini relatif rendah (Yeni, 2009). Dalam rangka meminimalkan resiko, lembaga keuangan
menetapkan suku bunga yang tinggi untuk kredit sektor ini. Resiko tinggi dan fluktuasi
harga dapat menimbulkan petani terjerat hutang apabila mengambil kredit pada lembaga
keuangan.
Lembaga keuangan syariah sebagai solusi permasalahan bidang keuangan
mempunyai peran penting dalam mengatasi permasalahan ini. Lembaga keuangan ini
dapat berupa BMT, BPRS, dan juga Takaful. Sinergisitas antar lembaga keuangan
sangat diperlukan dalam rangka mencapai kemandirian dan jaminan bagi petani.
Menurut penelitian yang dilakukan oleh Yeni:2009, perbankan syariah lebih
mengutamakan pembiayaan bagian hilir dengan proporsi mencapai 75%. Sementara
untuk bagian hulu hanya mencapai 25% karena banyaknya kendala yang dijumpai oleh
petani hulu dan pihak lembaga keuangan yang menanganinya. Pada pihak lembaga
keuangan harus tetap menjaga cash flow tiap bulan agar kondisi keuangan lebih stabil
akan tetapi petani tidak dapat mengembalikan atau melakukan angsuran setiap bulan
karena petani tidak setiap bulan panen. Selain kondisi demikian, petani lebih suka
melakukan pembiayaan murabahah dibanding mudharabah ataupun musyarakah karena
nasabah petani ingin lebih praktis dan cepat. Kalau pembiayaan mudharabah maupun
musyarakah yang sistemnya bagi hasil, petani diwajibkan membuat laporan keuangan
hasil usahanya setiap bulan dan mereka menilai cukup merepotkan.
Kondisi di atas memberikan peluang kontribusi produk perbankan syariah yang
dapat mengakomodir kebutuhan petani khususnya subsektor tanaman pangan. Oleh
karena itu, penulis memberikan gagasan dalam bentuk produk integrasi asuransi syariah
dalam pembiayaan musyarakah berbasis phase equity financing perkuat produktivitas
sub-sektor tanaman pangan. Produk pembiayaan secara bertahap dengan jenis akad
musyarakah dipadukan dengan takaful dalam rangka menjamin ketidakpastian kondisi
alam pada hasil panen. Pembiayaan dilakukan secara bertahap agar tidak membebankan
petani dan akad musyarakah agar terjadinya profit loss sharing dan menjaga cash flow
lembaga keuangan.

2
Sub-sektor Tanaman Pangan
Sebagaimana telah dikemukakan sebelumnya bahwa sub-sektor tanaman pangan
memiliki peranan penting dalam perekonomian. Pada tabel di bawah ini dapat dilihat
produksi tanaman pangan nasional.
Tabel 1
Perkembangan Luas Panen, Produktivitas, dan Produksi Padi
menurut Subround 2009-2011
Perkembangan
Uraian 2009 2010 2011 2009-2012 2010-2011
Absolut % Absolut %
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8)
1. Luas Panen (ha)
- Januari-April 5.996.700 5.839.507 6.172.453 -127.193 -2,13 332.946 5,70
- Mei-Agustus 4.429.632 4.391.893 4.293.771 -37.739 -0,85 -98.122 -2,23
- Sept-Des 2.487.244 3.022.050 2.758.155 534.806 21,50 -263.895 -8,73
- Jan-Des 12.993.576 13.253.450 13.224..379 369.874 2,87 -29,071 -0,22
2. Produktivitas(ku/ha)
- Januari-April 49,45 50,22 49,65 0,77 1,56 -0,57 -1,14
- Mei-Agustus 50,71 50,44 49,93 -0,27 -0,53 -1,15 -2,99
- Sept-Des 49,97 49,61 49,77 -0,36 -0,72 0,16 0,32
- Jan-Des 49,99 50,15 49,44 0,16 0,32 -0,71 -1,42
3. Produksi (ton)
- Januari-April 29.550.561 29.323.792 30.648.787 -181.769 -0,62 1.324.995 4,52
- Mei-Agustus 22.463.966 22.152.985 21.009.810 -310.981 -1,38 1.143.175 -5,16
- Sept-Des 12.429.363 14.992.617 13.726.586 2.563.254 20,62 1.266.031 -8,44
- Jan-Des 64.398.890 66.469.394 65.385.183 2.070.504 3,22 1.084.211 -1,63

Keterangan: kualitas produksi padi adalah gabah kering giling


Sumber: BPS Februari 2012
Dari tabel di atas, terjadi penurunan luas area panen seluas 29.071 ha pada
Januari-Desember 2011. Penurunan tersebut diikuti dengan penurunan produktivitas
padi, jagung, dan kedelai. Pakar ahli dari BPS, memperkirakan terjadinya penurunan
produksi karena penurunan lahan panen yang disebabkan lahan panen telah dijadikan
sektor produktif lain sebagai contoh perumahan, maupun sentra perindustrian.
Pertambahan penduduk yang terjadi secara terus menerus dan diikuti dengan kebutuhan
bahan pangan serta tempat tinggal, diperlukan produktivitas yang tinggi dalam

3
memenuhi kebutuhan penduduk Indonesia. Selain itu, peningkatan sumber daya
manusia dalam bidang pertanian yang unggul juga diperlukan guna menumbuhkan
semangat bagi generasi muda untuk menjadi petani sukses. Oleh karena itu diperlukan
upaya untuk meningkatkan produktivitas hasil pertanian terutama pada subsektor
tanaman pangan agar ketahanan pangan di Indonesia tetap stabil melalui supply hasil
tanaman pangan dari dalam negeri.
Prospek Pembiayaan Subsektor Tanaman Pangan melalui Integrasi Asuransi
Syariah dalam Pembiayaan Musyarakah Berbasis Phase Equity Financing

Pembiayaan syariah dalam akad musyarakah yang dipadukan dengan asuransi


syariah yang berdasarkan pada pembiayaan secara bertahap merupakan salah satu
strategi model pembiayaan dalam mengatasi beberapa permasalahan dalam sektor
pertanian.Usaha subsektor tanaman pangan mencakup aspek lahan, pra penanaman,
penanaman, panen, pasca panen, pengolahan hingga pemasaran. Selain itu, bagian hulu
dan hilir dalam proses siklus subsektor tanaman pangan juga menjadi perhatian
tersendiri.

Produk ini ditujukan kepada petani dengan skema kelompok. Adanya kelompok
tani bertujuan untuk saling memberikan dukungan antar petani untuk berkembang
secara bersama dalam rangka memperkuat tali silaturrahmi dan menciptakan suasana
damai sehingga dapat saling tolong menolong antar sesama. Akad musyarakah yang
dilakukan secara otomatis terpadu dengan akad takaful sehingga usaha yang dilakukan
dalam subsektor tanaman pangan yang memiliki tingkat resiko tinggi karena kondisi
alam mendapat pengurangan resiko kegagalan. Tingginya resiko kegagalan pada
subsektor tanaman pangan membutuhkan peranan takaful sebagai lembaga penjamin
resiko agar resiko kegagalan yang dialami oleh petani menjadi lebih ringan. Akad
dilakukan oleh ketiga belah pihak yaitu petani sebagai nasabah dengan skema kelompok
tani, perbankan syariah sebagai mitra pembiayaan usaha pertanian, dan takaful sebagai
pihak penjamin resiko kegagalan pada subsektor ini.

Penyaluran pembiayaan dilakukan secara bertahap kepada kelompok tani agar


tidak membebani kelompok tani. Pengajuan kepada pihak perbankan menggunakan
akad musyarakah dengan nisbah ditentukan pada tiap-tiap tahap pembiayaan dengan
tujuan untuk menjaga cash flow pihak perbankan maupun tidak membebani petani dan
mempermudah petani dalam pelaporan. Akad pembiayaan dilakukan secara penuh

4
sesuai kebutuhan petani dan penilaian pihak perbankan yang bekerjasama dengan
takaful. Penilaian pihak perbankan memperhatikan aspek 5 C yaitu character (watak),
capacity (kapasitas atau kemampuan), capital (modal), collateral (jaminan), condition
(kondisi ekonomi). Akan tetapi, karena petani sebagian besar berasal dari golongan
berpenghasilan menengah kebawah, aspek yang paling diperhatikan adalah character.

Pola bagi hasil disepakati pada awal akad dengan memperhatikan kerjasama atau
serikat yang dilakukan. Bagi hasil juga memperhatikan tahap-tahap pembiayaan dan
proporsi pembiayaan maupun tanggung jawab masing-masing pihak. Nisbah disepakati
sesuai dengan proporsi partisipasi pihak-pihak yang terkait yaitu perbankan syariah,
begitu pula bagi hasil yang dilakukan oleh perbankan dengan pihak takaful juga
memperhatikan proporsi partisipasi masing-masing pihak dalam program Integrasi
Asuransi Syariah dalam Pembiayaan Musyarakah Berbasis Phase Equity Financing.

Pembinaan character, pelaporan keuangan, dan manajemen keuangan juga


dilakukan oleh pihak perbankan pada saat penyaluran pembiayaan pada tahap-tahap
yang telah disepakati. Pemantauan yang dilakukan oleh takaful digunakan sebagai
pertimbangan apabila terjadi resiko kegagalan dan pencegahan agar tidak terjadi resiko
kegagalan. Pemantauan ini sangat diperlukan agar petani dapat melaksanakan proses
penanaman sampai pascapanen sehingga kelalaian petani dapat diminimalisasi. Selain
itu nisbah bagi hasil pada akad musyarakah disepakati pada awal akad. Gambaran
secara singkat produk pembiayaan ini dapat dilihat dalam gambar berikut ini.
Output dari Integrasi Asuransi Syariah dalam Pembiayaan Musyarakah Berbasis
Phase Equity Financing adalah petani yang berkualitas dengan produktivitas tinggi dan
dapat meningkatkan kesejahteraan petani. Bagi perbankan maupun takaful, cash flow
berjalan dengan lancar sebagai contoh pada setiap bulan karena diversifikasi yang
dilakukan petani yang dapat memberikan pendapatan bagi petani setiap bulan dan
penyaluran pembiayaan ini dapat menghimpun dana dari pihak yang kelebihan dana dan
disalurkan kepada pihak yang memerlukan dana.

5
Mekanisme Integrasi Asuransi Syariah dalam Pembiayaan Musyarakah Berbasis
Phase Equity Financing adalah berikut ini.

Gambar 1. Mekanisme Integrasi Asuransi Syariah dalam Pembiayaan Musyarakah


Berbasis Phase Equity Financing

6
REFERENSI

Al-Qur’an dan As-Sunnah


Anonim, Pengertian Asuransi Syariah, 2010, http://www.flickr.com/photos
Badan Pusat Statistik, Laporan Bulanan Data Sosial Ekonomi Edisi 21 Februari,
Jakarta: Katalog BPS 9199017, 2012
Badan Pusat Statistik, Pertumbuhan Ekonomi Indonesia Triwulan III 2011, Jakarta:
Berita Resmi Statistik No.72/11/Th. XIV, 7 November 2011
Tim Peneliti, Kajian Pengembangan Produk Syariah di Pasar Modal(Sukuk
Musyarakah dan Sukuk Istisna), Jakarta: Departemen Keuangan Republik
Indonesia Badan Pengawas Pasar Modal Dan Lembaga Keuangan, 2009.
Kurniadi, Ivan, Asuransi Syariah, Prospek, tantangan dan Strategi, 2010.
http://www.togives.co.cc/
Muthaher, Osmad, Akuntansi Perbankan Syariah, Yogyakarta: Graha Ilmu, 2012.
Nasution, Mustofa Edwin, Pengenalan Eksklusif Ekonomi Islam, Jakarta: Kencana,
2007.
Saptia, Yeni, Efektivitas Model Kredit dan Skim Pembiayaan Syariah dalam
Mengembangkan Sub-Sektor Tanaman Pangan, Jakarta: LIPI, 2009.
Suhendi, Hendi. 2010. Strategi Optimalisasi Peran BMT sebagai Penggerak Sektor
Usaha Mikro.
The World Bank, Agriculture Sector Review Indonesia, Canada Corporation for
USAID, 2003.
Undang-Undang No.2 Tahun 1992 Tentang Usaha Perasuransian

7
DAFTAR RIWAYAT HIDUP PESERTA

Nama : Raeni
Tempat, Tanggal Lahir : Kendal, 13 Januari 1993
Alamat Rumah : Langenharjo, RT 01 RW 02 No. 24 Kendal 51314
Alamat Kos : Jl Kalimasada RT 04 RW 05 Kelurahan Banaran Gunung
Pati, Semarang
No. Telp : 087832387111
Alamat e-mail : rraeni.raeni13@gmail.com
Motto Hidup : Do the Best as My Dedication to Allah
Riwayat Pendidikan :
o SD N 03 Langenharjo
o SMP N 03 Patebon
o SMK N 01 Kendal
o Universitas Negeri Semarang
Pengalaman Organisasi
1. Assisten Manager Research and Development Department KSEI FE UNNES
2011
2. Staf Departemen Penelitian dan Kajian Strategis Himpunan Mahasiswa Jurusan
Ekonomi UNNES 2011
3. Staff Education and Research Department KSEI FE UNNES 2012
4. Sekertaris Departemen Pengembangan Sumber Daya Manusia Komunitas Ilmiah
Mahasiswa Ekonomi 2012
5. Staff Research and Entrepreneur Department UKM Penelitian UNNES 2012.
Penghargaan yang pernah diterima
1. Juara 2 Lomba Karya Tulis Ekonomi Islam Tingkat Nasional di Universitas
Jendral Soedirman 2010
2. Juara 3 Problem Solving Competition Tingkat Jawa-Bali di BEM Fakultas
Ekonomi Universitas Negeri Semarang 2010
3. Juara 1 Lomba Karya Tulis Ekonomi Syariah Tingkat UNNES di KSEI Fakultas
Ekonomi Universitas Negeri Semarang 2011
4. Juara 2 Essay Akuntansi Tingkat Fakultas Ekonomi Universitas Negeri
Semarang 2011
5. Juara 3 Kompetisi Kreatifitas Gagasan Tulis Tingkat UNNES di Komunitas
Ilmiah Mahasiswa Ekonomi FE UNNES 2011
6. Finalis Lomba Gagasan Tulis Ilmiah se-Jawa di UNNES 2012
7. Juara 2 Essay Konservasi Tingkat UNNES di UKM Penelitian UNNES 2012
8. Finalis LKTEI Temu Ilmiah Nasional UIN SUSKA RIAU 2012
9. Finalis LKTEI Temu Ilmiah Regional UNDIP-POLINES 2012
10. PKM-KT (PKM-Gagasan Tulis) lolos didanai Dikti 2012

Anda mungkin juga menyukai