Anda di halaman 1dari 13

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar belakang

Narkoba sebagai zat yang sangat diperlukan untuk pengobatan dalam pelayanan
kesehatan seringkali disalahgunakan tidak sesuai dengan standar pengobatan dan jika disertai
peredaran narkoba secara gelap akan menimbulkan akibat yang sangat merugikan perorangan
ataupun masyarakat, khususnya generasi muda bahkan dapat menimbulkan bahaya yang
sangat besar bagi kehidupan dan nilai-nilai budaya bangsa yang pada akhirnya akan
melemahkan ketahanan nasional. Narkoba dengan mudahnya dapat diperoleh bahkan sudah
dapat diracik sendiri yang sulit dideteksi (Mardani, 2008).
Di Indonesia, data dari BNN RI menunjukan pada tahun 2004 bahwa 15% dari jumlah
penduduk Indonesia terlibat penyalahgunaan narkoba (3,2 juta jiwa) dan pada tahun 2005
menunjukan bahwa 15.000 orang meninggal setiap tahun akibat narkoba (Badan Narkotika
Provinsi DKI Jakarta, 2009). Argasasmita (dalam Mardani, 2008) menyatakan bahwa kasus
penyalahgunaan narkoba di Indonesia pada tahun 2005 peningkatan sangat tajam dan jumlah
kasus yang ada jauh lebih besar daripada kasus yang dilaporkan. Data dari Humas Badan
Narkotika Nasional menyebutkan pada tahun 2006 jumlah kasus tindak pidana narkoba di
Indonesia rata-rata naik 51,3% atau bertambah sekitar 3.100 kasus per tahun. Kenaikan
tertinggi terjadi pada 2005 sebanyak 16.252 kasus atau naik 93 persen dari tahun sebelumnya.
Di tahun yang sama tercatat 22 ribu orang tersangka kasus tindak pidana narkoba kasus ini
naik 101,2 persen dari 2004 sebanyak 11.323 kasus (Rafyadjaya ,2009 )
Kasus penyalahgunaan narkoba umumnya terjadi di kota-kota besar, seperti Jakarta,
Bandung, Medan, Bali, dan Makasar. Hal ini mengindikasikan bahwa peredaran narkoba jauh
lebih marak terjadi di kota-kota besar (Putro, D dalam Suara Karya, 2013). Menurut Badan
Narkotika Nasional Provinsi (BNNP) DKI Jakarta (2013) mengatakan bahwa pada tahun
2012 dideteksi terdapat sekitar 300.000 pecandu narkoba dan pada tahun 2013 jumlah
pengguna narkoba di DKI Jakarta akan mengalami peningkatan. Pada DKI Jakarta, wilayah
dengan potensi rawan penyalahgunaan narkoba yaitu di wilayah Jakarta Barat dan Jakarta
Pusat. Hal ini dipengaruhi faktor banyaknya tempat hiburan yang cenderung membuat
lokasi tersebut strategis bagi peredaran barang haram tersebut. Menurut Survei Nasional
BNN (2011), angka penyalahgunaan narkoba pada tahun 2009 dan 2011 lebih tinggi di kota
dibanding kabupaten dan juga pada sekolah swasta jumlahnya lebih tinggi jumlahnya

1
dibanding sekolah negeri dan sekitar 35% pelajar atau mahasiswa penyalahgunaan narkoba
mengaku bahwa uang saku yang digunakan untuk membeli narkoba. Dalam buku Jehani,
Antoro dkk. (2006) mengatakan bahwa kelompok yang paling banyak mengkonsumsi
narkoba adalah mahasiswa (9,9%), SMA/sederajatnya (4,8%), dan SMP (1,4%). Berdasarkan
penelitian Prisaria (2012), semakin tinggi tingkat pendidikan, semakin banyak
pelajar/mahasiswa penyalahgunaan yang menggunakan uang saku untuk membeli narkoba.
sebagian besar pelajar atau mahasiswa mulai menyala gunakan narkoba pertama kali dengan
alasan ingin coba-coba untuk bersenang-senang ,bujukan teman ,masalah keluarga ,dan
masalah disekolah (survei Nasional BNN,2011).penyalagunaan narkoba pada kelompok
pelajar/mahasiswa menjadi permasalahan yang harus ditindak lanjukti dengan serius
mengingat kelompok ini merupakan generasi pemuda bangsa.
Hasil penelitian BNN bekerjasama dengan Pusat Studi Kesehatan Universitas
Indonesia (dalam Suara Karya, 2013) menunjukan bahwa pada tahun 2008 angka prevalensi
penyalahgunaan narkoba mencapai 1,99 persen atau setara dengan 3,6 juta jiwa sedangkan
pada 2011 mengalami peningkatan menjadi 2,2 persen atau setara dengan 3,8 juta jiwa. Dari
hasil survei tahun 2011 menunjukkan dari 100 orang pelajar/ mahasiswa terdapat 4 orang
pernah menyalahgunakan narkoba, 3 orang menyalahgunakan dalam setahun terakhir, dan 2-
3 orang dalam sebulan terakhir (Survei Nasional BNN, 2011).

B. Rumusan masalah
berdasarkan latar belakang diatas maka rumusan masalahnya adalah sebagai berikut:
1. Golongan dan dampak narkoba bagi mahasiswa dilingkungan kampus
2. apa penyebab penyalagunaan narkoba pada mahasiswa
3. bagaimana pencegahan narkoba dilingkungan kampus

C. Tujuan penulisan
adapun tujuan penulisan makalah ini adalah untuk memberikan imformasi kepada
pembaca tentang narkoba dan bahayanya bagi pelajar/mahasiswa dilingkungan kampus

D. Manfaat penulisan
mamfaat penulisan makalah ini adalah agar mahasiswa dapat mengetahui sebagai
mana dampak/pengaruh penyalagunaan narkoba dilingkungan kampus

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. Golongan dan Dampak Narkoba


 Golongan Narkoba
Narkoba sudah menjadi istilah populer dimasyarakat ,namun masih sedikitr yang
memahami arti narkoba.narkoba merupakan singkatan dari Narkotika,psikotropika,dan bahan
aktif lainnya dalam arti luas adalah obat,bahan atau zat ,bila zat ini dimasukan dalam tubuh
manusia baik secara oral(melalui mulut),atau dihirup maupun alat suntik akan berpengaru
kerja pada otak atau susunan saraf pusat.narkotika juga memiliki daya adiksi(ketagihan),daya
toleran(penyesuaian),daya habital(kebiasaan),yang sangat kuat sehingga menyebabkan
pemakai narkotika tidak dapat lepas dari pemakainya ,adapun golongan dampak narkoba
yaitu :
a. Narkotika
Narkotika adalah zat atau obat yang berasal dari tanaman atau bukan tanaman, baik
sintetis maupun semi sintetis, yang dapat menyebabkan penurunan atau perubahan kesadaran,
hilangnya rasa, mengurangi sampai menghilangkan rasa nyeri, dan dapat menimbulkan
ketergantungan (UU No. 35l2Oog tentang Narkotika). Narkotika dibedakan ke dalam 3
golongan, yaitu :
- Golongan I
Narkotika yang hanya dapat digunakan untuk tujuan pengembangan ilmu pengetahuan
dan tidak digunakan dalam terapi, serta mempunyai potensi sangat tinggi mengakibatkan
ketergantungan. Contoh: Heroin/Putaw, Ganja, Cocain, Opium, Amfetamin, Metamfetamin/
shabu, Mdma/extacy, dan lain sebagainya.
- Golongan ll
Narkotika yang berkhasiat pengobatan,digunakan sebagai pilihan terakhir dan dapat
digunakan dalam terapi dan/atau untuk tujuan pengembangan illhu pengetahuan serta
mempunyai potensi tinggi mengakibatkan ketergantungan. Contoh: Morfin,
Pethidin,.Metadona, dll.
- Golongan lll
Narkotika yang berkhasiat pengobatan dan banyak digunakan dalam terapi dan/atau
tujuan pengembangan ilmu pengetahuan serta mempunyai potensi ringan mengakibatkan
ketergantungan. Contoh: Codein, Etil Morfin, dll.
b. Psikotropika

3
Pengertian Psikotropika Psikotropika merupakan zat atau obat bukan narkotika, baik
alamiah maupun sintesis, yang memiliki khasiat psikoaktif melalui pengaruh selektif pada
susunan saraf pusat yang menyebabkan perubahan khas pada aktifitas normal dan perilaku.
(UU No. 3sl2OO9 tentang Narkotika) GolonganPsikotropika Psikotropika dibagi ke dalam
empat golongan, yaitu :
- Golongan 1
Psikotropika yang hanya dapat digunakan untuk tujuan ilmu pengetahuan dan tidak
digunakan dalam terapi, serta mempunyai potensi kuat mengakibatkan sindroma
ketergantungan. Contoh: Ekstasi
- Golongan ll
Psikotropika yang berkhasiat pengobatan dan dapat digunakan dalan terapi dan / atau untuk
tujuan ilmu pengetahuan serta mempunyai potensi kuat mengakibatkan sindroma
ketergantungan. Contoh:Amphetamine
- Golongan lll
Psikotropika yang berkhasiat pengobatan dan banyak digunakan dalam terapi dan/atau tujuan
ilmu pengetahuan serta mempunyai potensi sedang mengakibatkan ketergantungan. Contoh:
amobarbital, pentobarbital
- Golongan lV .
Psikotropika yang berkhasiat pengobatan dan sangat luas digunakan dalam terapi dan untuk
tujuan ilmu pengetahuan serta mempunyai potensi ringan mengakibatkan
sindroma ketergantungan. Contoh: Diazepam, Nitrazepam (BK, DUM).
3. Bahan Adiktif Lainnya
Bahan Adiktif lainnya adalah bahan/zat yang berpengaruh psikoaktif di luar Narkotika dan
Psikotropika dan dapat menyebabkjn kecanduan, meliputi:
- Minuman Alkohol yang mengandung etanol etil alkohol, yang berpengaruh menekan
susunan saraf pusat, dan sering menjadi bagian dari kehidupan manusia sehari-hari dalam
kebudayaan tertentu. Jika digunakan bersamaan dengan narkotika atau psikotropika akan
memperkuat pengaruh obat/zat itu dalam tubuh manusia.
Ada tiga golongan minuman beralkohol:
1.) Golongan A dengan kadar etanol t - 5 % (Bir).
2.) Golongan B dengan kadar etanol 5 - 20 % (Berbagaiminuman anggur)
3.) Golongan C dengan kadar etanol 20 - 45 % (Whisky,Vodca, Manson House, JohnY
Walker).

4
- lnhalasi (gas yang dihirup) dan solven (zat pelarut) mudah menguap berupa senyawa
organik, yang terdapat pada berbagai barang keperluan rumah tangga, kantor, dan sebagai
pelumas mesin. Yang sering disalahgunakan adalah Lem, Tiner, Penghapus
Cat Kuku, dan Bensin.
- Ternbakau. Pemakaian tembakau yang mengandung nikotin sangat luas di masyarakat.
Rokok sering menjadi pintu masuk penyalahgrrL.n narkotika.
- Dan lain-lain
 Dampak Narkoba
Depresan Merupakan jenis narkoba yang menghambat kerja otak dan memperlambat
aktivitas tubuh. Penggunanya menjadi mengantuk, terlalu tenang dan menjadi lambat dalam
merespon. Rasa nyeri dan stres hilang sementara. Contoh: Morfin, heroin/putauw, alkohol
1.) Morfin .
Efek morfin:
 Euphorio atau rasa senang berlebihan
 Menimbulkan toleransi dan ketergantungan
 Menimbulkan gejala putus zat, yaitu rasa nyeri,
 tubuh demam, berkeringat dan menggigil.
 Kematian akibat terhambatnya pernafasan
 2.1 Heroin (Putauw)
Elek heroin:
 Badan menjadi kurus, pucat dan kurang gizi

 Bila menggunakan jarum suntik yang dipakai bergantian dapat tertular virus Hepatitis
B, C dan HIV/AIDS
 lmpotensi
 Menyebabkan sokauw (putus zat akibat terhentinya suplai heroin/putouw) dengan
gejala mual, demam, nyeri pada tulang dan sendi, mata dan hidung berair badan
berkeringat berlebihan, dan badan menggigil.
3.) Alkohol
Elek Alkohol:
Alkohol diserap oleh tubuh dan masuk ke dalam pembuluh darah. Kesadaran menurun,
mabuk, jalan sempoyongan, bicara cadel, kekerasan, kecelakaan karena mengendarai dalam
keadaan mabuk. Merusak hati, kelenjar getah bening, saraf tepi otak, gangguan jantung,
kanker dan bayi lahir cacat dari ibu pecandu alkohol.
2. Stimulan

5
Merupakan jenis narkoba yang memacu kerja otak dan meningkatkan aktivitas tubuh.
Orang menjadi gembira dan waspada secara berlebihan karena meningkatnya aktivitas tubuh.
Contoh: kokain, Amphetamine Type Stimu la nts (ATS), Metha mpheta mine (Sa bu),ekstasy.
1.) Kokain
Memperkecil pembuluh darah sehingga mengurangi aliran darah.
Efek kokain:
 Euphorio (rasa gembira/senang yang berlebihan);
 Mengurangi jumlah dopamine atau reseptor dalam otak
 Sel otak akan bergantung pada kokain agar dapat berfungsi normal
 Muncul rasa ketagihan karena tanpa kokain mereka tidak dapat merasakan
kenikmatan apapun Menimbulkan gejala psikosis (gangguan mental) Kokain yang
digunakan bersama alkohol dapat menimbulkan perilaku8kekerasan.
2.) Amphetamine Type Stimulants (ATS)
ATS terdiri dari :8- Amphetamine8l Methomphetamine (Sabu)E!- MDMS (Metilen dioksi
metomphetomine atau Ekstacyl EtekAmphetomine:
 Menghilangkan rasa lapar & membuat ngantuk;
 Meningkatkan stamina atau kekuatan fisik;
 Waspada berlebihan sehingga menjadi paronoid;
 Gejala putus obat berkeringat).Methamphetamine (Sabu) (nyeri, demam,Etek
Methomphetomi ne atau Sabu :
 Femakai merasa flv dengan perasaan enak sementara, yang berangsur-angsur
membangkitkan kegelisahan luar biasa;
 Otak sulit berpikir dan berkonsentrasi Memicu tubuh untuk bekerja melampaui batas
 Methamphetamine (Sabu)
3.) Methomphetomi
Etek Methomphetomi ne atau Sabu :
 Femakai merasa flv dengan perasaan enak
 sementara, yang berangsur-angsur
 membangkitkan kegelisahan luar biasa;
 Otak sulit berpikir dan berkonsentrasi;
 Memicu tubuh untuk bekerja melampaui batas maksimum dari kekuatan fisik dan
mental Perilaku menjurus pada kekerasan;

6
 Berat badan menyusut, impotensi, halusinasi (seolah olah mendengar atau melihat
sesuatu), paronoid (cuiiga berlebihan)
 Kerusakan pembuluh darah di otak berlanjut menjadi stroke atau pembuluh darah di
otak
 Tetap merasa aktif walaupun tubuh sudah sangat lelah
 Jika tubuh tidak dapat lagi menanggung beban, bisa pingsan8dan mati
karena8kelelahan
 Over Dosis
 mengakibatkan kerusakan lever dan paru-paru bahkan kematian. yang dapat
pecahnya
4.) Ecstasy (Designed Substance)
Dikenal juga denga istilah lnex, XTC, atau koncing. Gejala dari penggunaan ecstosqi t
 Kehangatan emosi bertambah;
 Keintiman bertambah;
 Nafsu makan berkurang;
 Banyak berkeringat;
 Gerak badan tidak terkendali;
 Tekanan darah naik;
 Dgnyut jantung dan nadi bertambah cepat;
 Halusinasi (tripping) berupa perasaan melayang yang menyeramkan, kejang,
panik, mudah tersinggung dan melakukan kekerasan yang tidak masuk akal
3. Halusinogen
Merupakan jenis narkoba yang berasal dari tanaman atau dibuat melalui formulasi kimiawi.
Efek halusinasi dapat mengubah dan menyebabkan distorsi tentang persepsi, pikiran dan
lingkungan. Mengakibatkan rasa teror dan kekacauan indera seperti "mendengar" warna atau
"melihat" suara, poronoid, meningkatkan risiko gangguan mental. Contoh halusinogen yaitu :
tanaman ganja dan inhalan.
1.) Tanaman ganja
Nama latinnya adalah Connabis Sativa. Bagian yang digunakan adalah daun, bunga dan
biji yang dikeringkan. Nama lainnya yaitu ganja, morijuno, pot, cimeng, Mory Jone, geli'
,gross, weed. Elek gonja:
 Daya ingat berkurang;
 Kehilangan kendali dan keseimbangan;

7
 Perubahan emosi atau perasaan mencolok;
 Gelisah, ketakutan dan halusinasi secara
 Apatis dan depresi;
 Kecemasan berlebihan dan timbul rasa panik;
 Keseimbangan dan koordinasi tubuh yang buruk.
2.) tnhalan
Adalah zat yang mudah menguap, seperti lem aibon ,thinner, bensin dan spritus.
Efek inhalon :
 Rasa malu berkurang
 Mengantuk
 Sakit kepala
 Gelisah
 Gangguanpengelihatan
 Tidak sadar akan keadaan sekelilingnya
 Kematian.
Seringkali pemakai jenis inhalan ini adalah anak jalanan seperti pengamen dan pengemis
karena jenis ini mudah ditemukan dan harganya murah. Mereka dengan mudahnya tidur
nyenyak di trotoar yang ramai karena pengaruh inhalan tersebut.

B. penyebab penyalagunaan narkoba pada mahasiswa

Penyebab seseorang pertama kali menyalahgunakan narkoba hampir dipastikan


karena rasa ingin tahu yang sangat besar, penjelajahan, petualangan ingin menunjukkan
keberanian, ingin ambil risiko, nekat. Masa remaja juga dikenal dengan masa labil, mudah
terpengaruh, mudah meniru, tanpa memikirkan akibat di masa datang, BNN (2003). Menurut
Landau (dalam Afiatin, 2004b) penyebab terjadinya penyalahgunaan narkoba pada remaja
yaitu: gaya hidup keluarga, predisposisi pada alkohol, tekanan kelompok teman sebaya,
kekacauan remaja, dan masalah-masalah psikologis dan emosional yang serius. Tidak semua
remaja menyalahgunakan atau mencoba narkoba. Beberapa ciri perkembangan remaja yang
rentan terhadap gangguan penggunaan narkotika, psikotropika, alkohol dan zat adiktif lain
adalah seperti berikut:
1. Perasaan galau. Masa peralihan dari kanak-kanak ke dewasa dapat menimbulkan rasa
tertekan, tegang, resah, bingung, rasa tidak aman, sedih dan depresi. Zat adiktif sering

8
dipakai untuk menghilangkan perasaan tersebut. Perasaan demikian dapat berkurang atau
hilang untuk sementara.
2. Tekanan kawan (gang). Seorang remaja membutuhkan pergaulan dengan teman sebaya dan
berharap dapat diterima dalam kelompoknya. Zat adiktif dapat meningkatkan atau
mempermudah interaksi sosial di dalam kelompok tersebut.
3. Pemberontakan. Gangguan penggunaan zat dapat dipandang sebagai suatu penyimpangan
perilaku yang bersifat menentang nilai-nilai yang diakui oleh masyarakat orang dewasa.
Proses perkembangan jiwa remaja yang normal menuntut pemisahan dari otoritas orang tua
dan mengembangkan otoritas dan identitas diri sendiri. Pada saat itu ada dorongan untuk
memberontak atau melawan apa saja yang berbau otoritas orang tua, lebih-lebih jika orang
tuanya memang bersifat otoriter. Peraturan dan tata tertib yang semula dipatuhi,
ditinggalkan dan ditentang dengan keras. Pola hidup orang tua ditinggalkan diganti dengan
pola hidup kelompok sebaya. Gangguan penggunaan zat sering dianggap sebagai pola hidup
baru para remaja.
4. Keingintahuan. Masa remaja, dapat menimbulkan dorongan yang kuat untuk
mengeksplorasi dunia sekitarnya, untuk mencoba hal baru dan dorongan mencari
pengalaman hidup baru termasuk mencoba zat adiktif.
5. Jiwa petualang. Gangguan penggunaan zat dapat dipandang sebagai suatu penyaluran
dorongan ilmiah untuk melakukan perbuatan yang mengundang risiko besar (risktaking
behaviour).
6. Meniru orang dewasa. Gangguan penggunaan zat dapat dipandang sebagai simbol
kedewasaan. Para remaja ingin agar dianggap sudah dewasa, terutama bila orang tua masih
selalu menganggap dirinya sebagai anak kecil.
7. Obat mujarab. Gangguan penggunaan zat dapat pula terjadi akibat usaha remaja dalam
mengatasi kecemasan, ketakutan atau perasaan bersalah akibat eksplorasi seksualnya.
Kadang-kadang zat adiktif dipakai untuk meningkatkan sensasi dalam hubungan
seksualnya, menghilangkan hambatan psikologik, mempermudah timbulnya fantasi, dan
meningkatkan empati dalam hubungan interpersonal.
8. Keyakinan yang salah. Keyakinan yang khas dan unik pada remaja berusia 15-16 tahun,
bahwa apa yang terjadi pada orang lain tidak akan terjadi pada dirinya. Ia yakin bahwa zat
adiktif dapat merugikan atau membahayakan orang lain tetapi tidak akan membahayakan
dirinya walaupun kenyataan di sekitarnya membuktikan sebaliknya (personal fable).
Gangguan penggunaan narkotika, psikotropika dan zat adiktif adalah suatu gangguan
kesehatan jiwa. Gangguan penggunaan ini merupakan interaksi dari 3 (tiga) faktor seperti

9
modifikasi Blum, H.L. dalam Afiatin (2004a), yaitu merupakan interaksi tiga faktor: host
(individu), agent (zat) dan environment (lingkungan sosial). Dipandang dari segi kesehatan
jiwa, dari ketiga faktor tersebut di atas, faktor individu merupakan faktor yang utama.
Namun demikian, pada umumnya perbuatan penyalahgunaan narkoba disebabkan bukan
oleh salah satu faktor tersebut, melainkan oleh interaksi beberapa faktor baik faktor diri dan
kepribadian maupun faktor lingkungan.

C. Upaya pencegahan narkoba dilingkungan kampus


Say no to drug! Ini merupakan slogan yang sangat sederhana namun memiliki implikasi
yang kompleks terkait dengan harapan yang harus diwujudkan, usaha berikut kebijakannya
yang mesti diimplementasikan. Say no to drug, bukan hanya sebuah jargon, ini adalah
tanggung jawab organisasi berbasis keagamaan, pemerintah, LSM (Lembaga Swadaya
Masyarakat), lembaga hukum, serta tanggung jawab kita bersama untuk meningkatkan dan
memberdayakan masyarakat kita menuju kehidupan yang sehat baik dari aspek mental,
jasmani, maupun spiritual. Di seluruh dunia banyak program yang didirikan dengan maksud
mencegah penyalahgunaan Narkoba, atau untuk mengobati mereka yang terkena narkoba
melalui kepercayaan dan praktekpraktek agama tertentu. Pendekatan ini banyak dilakukan di
Indonesia dan negara-negara berkembang lainnya. Di barat, agama tidak begitu menonjol
dalam mencegah penyalahgunaan narkoba: namun kita percaya bahwa program-program
berbasis keagamaan benar- benar memiliki kepedulian kearah sana. Sebagai pemimpin agama
dan pendidikan, kita menyadari banyak tantangan yang dihadapi generasi muda di negara kita
saat ini.
Penggunaan obat-obat terlarang termasuk penggunaan alkohol dan produk-produk
tertentu. Terus merangkak naik dalam masyarakat terutama para remaja, dan di beberapa
tempat, obat-obat terlarang tersebut telah menarik pemuda dalam dunia kejahatan dan
kecanduan yang mematikan setiap orang, masyarakat, keluarga dan individuindividu serta
penanaman nilai-nilai yang kuat, yang berakar dari kepercayaan agama merupakan faktor
perlindungan yang efektif guna mencegah dampak pengguna narkoba sebagai tindakan yang
beresiko tinggi.
Penyalahgunaan narkoba menyebabkan peningkatan HIV/AIDS (Human
Immunodeficiency Virus/Acquired Immune Deficiency Syndrome). Kekacauan mental, dan
kejahatan yang pada gilirannya merusak sendi-sendi kehidupan sosial. Puluhan bahkan
ratusan juta orang telah kecanduan narkoba. Di Indonesia Badan Narkotika Nasional (BNN)
menaksir bahwa kira-kira ada 3,2 juta orang yang sudah terjerat ketergantungan Narkotika.

10
Kendati persoalan narkoba muncul, pemerintahan kita memberi harapan bagi setiap orang,
keluarga, masyarakat yang terpengaruh oleh penyalahgunaan narkoba serta yang terkait
dengan persoalan kesehatan dan sosial. Riset menunjukkan bahwa kaum muda yang terlibat
dalam komunitas keagamaan nampaknya tidak begitu rentan terhadap penggunaan Narkoba.
Komunitas keagamaan berada di garda depan dalam merespon kebutuhan pelayanan sosial
yang mendesak bagi setiap individu dan masyarakat. Termasuk ketergantungan narkoba, kita
memberikan makanan dan pakaian bagi yang membutuhkan, kita memberi naungan bagi tuna
wisma. Kita menawarkan pengobatan narkoba, bingkisan dan membantu kelompokkelompok
anggota yang berjuang menjaga agama. Ketika mencegah penggunaan narkoba, kita juga
dapat memainkan peranan penting.

11
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Narkoba merupakan singkatan dari Narkotika,psikotropika,dan bahan aktif lainnya
dalam arti luas adalah obat,bahan atau zat ,seperti morpin, heroin, alkohol, kokain, ATC,
sabu-sabu, extaci, ganja dan inhalan. Bila zat ini dimasukan dalam tubuh manusia baik
secara oral(melalui mulut),atau dihirup maupun alat suntik akan berpengaru kerja pada otak
atau susunan saraf pusat.narkotika juga memiliki daya adiksi(ketagihan),daya
toleran(penyesuaian),daya habital(kebiasaan),yang sangat kuat sehingga menyebabkan
pemakai narkotika tidak dapat lepas dari pemakainya.
Kebiasaan menggunakan narkoba di kalangan remaja amat membahayakan baik
ditinjau dari segi pendidikan maupun kesehatan serta sosial ekonomi. Dipandang dari segi
pendidikan sudah jelas bahwa hal ini akan mengganggu pelajarannya, sedangkan dari segi
kesehatan akibat kebiasaan menggunakan narkoba akan menyebabkan berbagai penyakit.
Melalui sikap kepedulian, pencegahan berbagai tindak kriminal, kenakalan remaja,
keamanan, kedamaian, keharmonisan, akan mudah diciptakan.

B. Saran

1. Program penanggulangan penyalahgunaan narkoba diproritaskan pada


pemberantasan peredaran minuman keras ilegal. Hal ini mengingat jenis narkoba yang paling
banyak disalahgunakan oleh pelajar adalah jenis minuman keras.
2. Program penanggulangan penyalahgunaan narkoba di kampus perlu berkoordinasi
dan bekerjasama dengan pihak-pihak di luar kampus, terutama intitusi keluarga. Hal ini
mengingat bahwa alasan penyebab penyalahgunaan narkoba terutama bersumber dari
keluarga. Selain itu sumber diperolehnya narkoba lebih banyak berasal dari teman/penjual di
luar lingkungan kampus.
3. Program penanggulangan penyalahgunaan narkoba di kampus ditanggapi dengan
positif oleh para mahasiswa. Hal ini merupakan suatu sumber daya yang potensial dalam
pengembangan program berbasis sekolah untuk penanggulangan penyalahgunaan narkoba,

12
baik yang bersifat pencegahan maupun penyembuhan. Peran rektor, dosen, dan seluruh
komponen yang ada di kampus perlu dioptimalkan dan terintegrasi.
4. Program penanggulangan penyalahgunaan narkoba perlu melibatkan peran aktif
para mahasiswa, baik dalam proses perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi program,
termasuk sebagai agen perubahan.

13

Anda mungkin juga menyukai