Anda di halaman 1dari 25

I.

PENDAHULUAN
International Accounting Standards yang lebih dikenal sebagai International
Financial Reporting Standard (IFRS), merupakan standar tunggal pelaporan
akuntansi yang memberikan tekananpada penilaian (revaluation) profesional
dengan disclosures yang jelas dan transparan mengenai substansi ekonomis transaksi,
penjelasan hingga mencapai kesimpulan tertentu. Standar ini muncul akibat tuntutan
globalisasi yang mengharuskan para pelaku bisnis di suatu negara ikut serta dalam
bisnis lintas negara. Untuk itu diperlukan suatu standar internasional yang berlaku
sama di semua negara untuk mempermudah proses rekonsiliasi bisnis. Perbedaan
utama standar internasional ini dengan standar yang berlaku di Indonesia terletak pada
penerapan revaluation model, yaitu kemungkinan penilaian aktiva menggunakan nilai
wajar, sehingga laporan keuangan di sajikan dengan basis “true and fair”.

Standar Pelaporan Keuangan Internasional (IFRS) adalah Standar berbasis prinsip,


Interpretasi dan Kerangka (1989) diadopsi oleh Dewan Standar Akuntansi
Internasional (IASB). Banyak standar membentuk bagian dari IFRS dikenal dengan
nama lama dari Standar Akuntansi Internasional (IAS). IAS yang diterbitkan antara
tahun 1973 dan 2001 oleh Dewan Standar Akuntansi Internasional Committee
(IASC). Pada tanggal 1 April 2001, IASB baru mengambil alih dari IASC tanggung
jawab untuk menetapkan Standar Akuntansi Internasional. Selama pertemuan pertama
Dewan baru diadopsi IAS dan SICs. IASB terus mengembangkan standar memanggil
standar IFRS baru.

Tujuan diterapkan IFRS merupakan suatu pengupayakan untuk memperkuat


arsitektur keuangan global dan mencari solusi jangka panjang terhadap kurangnya
transparasi informasi keuangan. Selain itu IFRS juga memastikan bahwa laporan
keuangan intern perusahaan untuk periode-periode yang dimaksudkan dalam laporan
keuangan tahunan, mengandung informasi berkualitas tinggi yang :
1. Transparasi bagi para penggunna dan dapat dibandingkan sepanjang pada
IFRS disajikan.
2. Menyediakan titik awal yang memadai untuk akuntansi yang berdasarkan pada
IFRS.
3. Dapat dihasilkan dengan biaya yang tidak melebihi manfaat untuk para
pengguna.

1
Dalam melakukan IFRS, sebuah Entitas harus menentukan kebijakan akuntansi
yang sesuai dengan IFRS pada tanggal laporan untuk laporan keuangan IFRS entitas
tersebut. Entitas harus menyesuaikan kebijakan-kebijakan akuntansi yang pernah
dibuat untuk comply kepada aturan yang dipersyaratkan oleh IFRS. Artinya kebijakan
akuntansi sebuah entitas harus dipersiapkan terlebih dahulu sebelum entitas itu
menerapkan IFRS. Sebuah entitas juga harus membuat laporan posisi keuangan IFRS
pembuka pada tanggal transisi IFRS. Tanggal transisi IFRS adalah awal periode
dimana sebuah entitas menyajikan informasi komparatif berdasarkan IFRS dalam
laporan keuangan IFRSnya.

Beberapa hal yang harus dilakukan oleh suatu perusahaan saat pertama kali
memakai IFRS adalah kesiapan dari akunting perusahaan agar segera mengupdate
pengetahuannya tentang IFRS sehubungan dengan perusahaan SAK. Akuntan
Manajemen/Perusahaan dapat mengantisipasi dengan segera membentuk tim sukses
konvergensi IFRS yang bertugas mengupdate pengetahuannya Akuntan
Manajemen/Perusahaan, melakukan GAP Analysis, dan menyusun road map
konvergensi IFRS serta berkoordinasi dengan proyek lainnya untuk optimalisasi
sumber daya, dikarenakan dalam IFRS terdapat beberapa hal besar perbedaan
dibandingkan dengan prinsip yang saat ini berlaku, antara lain :

Penggunaan Fair-Value Basis dalam penilaian aktiva, baik aktiva tetap, saham,
obligasi dan lain-lain, sementara sampai dengan saat ini penggunaan harga perolehan
masih menjadi basic mind akuntansi Indonesia. Sayangnya IFRS sendiri belum
memiliki definisi dan petunjuk yang jelas dan seragam tentang pengukuran
berdasarkan nilai wajar ini.

Jenis laporan keuangan berdasarkan PSAK terdiri dari 4 elemen (Neraca,


Rugi-Laba dan Perubahan Ekuitas, Cashflow, dan Neraca Komparatif). Dalam draft
usulan IFRS menjadi 6 elemen (Neraca, Rugi-Laba Komprehensif, Perubahan
Ekuitas, Cashflow, Catatan atas Laporan Keuangan, dan Neraa Komparatif).
Penyajian Neraca dalam IFRS tidak lagi didasarkan pada susunan Aktiva, Kewajiban
dan Ekuitas, tapi dengan urutan Aktiva dan Kewajiban usaha, Investasi, Pendanaan,
Perpajakan dan Ekuitas. Laporan Cashflow tidak disajikan berdasarkan kegiatan
Operasional, Invertasi, dan Pendanaan melainkan berdasarkan Cashflow Usaha
(Operasional dan Investasi), Cashflow penghentian usaha.

2
II. RUANG LINGKUP
Standar ini berlaku apabila sebuah perusahaan menerapkan IFRS untuk
pertama kalinya melalui suatu pernyataan eksplisit dan tanpa syarat tentang
kesesuaian dengan IFRS. Tujuannya adalah untuk memastikan bahwa laporan
keuangan perusahaan yang pertama kali berdasarkan IFRS (termasuk laporan
keuangan intern untuk periode pelaporan tertentu) menyediakan titik awal yang
memadai dan transparan kepada para pengguna dan dapat dibandingkan sepanjangkan
seluruh periode yang disajikan.
III. PENGECUALIAN TERHADAP ATURAN ADOPSI PERTAMA KALI
Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam pengecualian untuk penerapan retrospektif
IFRS adalah :
1. Penggabungan usaha sebelum tanggal transisi
2. Nilai wajar jumlah penilaian kembali yang dapat dianggap sebagai nilai terpilih
3. Employee benefits
4. Perbedaan kumulatif atas translasi (penjabaran) mata uang asing, muhibah
(goodwill), dan penyesuaian nilai wajar.
5. Instrument keuangan termasuk akuntansi lindung nilai (hedging)
IV. LAPORAN POSISI KEUANGAN AWAL MENURUT STANDAR PELAPORAN
KEUANGAN INTERNASIONAL
Neraca, secara umum menyajikan informasi mengenai kekayaan perusahaan
dan klaim-klaim sehubungan dengan kekayaan tersebut. Klaim dalam hal ini, bisa
berupa utang atau kepemilikan saham oleh pihak luar (kreditur dan pemegang saham).

Penyajian Laporan posisi keuangan menurut IFRS, yaitu :


 Laporan Posisi Keuangan (Neraca)
 Laporan Laba Rugi Komprehensif
 Laporan Perubahan Ekuitas
 Laporan Arus Kas
 Catatan atas Laporan Keuangan
 Laporan Posisi Keuangan Komparatif awal periode dan penyajian retrospektif
terhadap penerapan kebijakan akuntansi

3
Penyajian aset dipisahkan menjadi 2 kelompok, yaitu

1. Aset Lancar (Current Assets)


Suatu aset diklarifikasi ke dalam kelompok “Aset Lancar” apabila memenuhi
salah satu kriteria berikut ini :
 Dalam bentuk kas atau setara-kas yang penggunanya tidak dibatasi (untuk
menyelesaikan liabilitas sekurang-kurangnya 12 bulan periode pelaporan);
atau
 Diharapkan dapat direalisasikan dalam jangka waktu 12 bulan dari tanggal
laporan posisi keuangan (tanggal neraca); atau
 Diharapkan dapat direalisasikan baik digunakan/dikonsumsi sendiri
maupun untuk dijual kepada pihak lain, dalam “siklus operasi normal”
perusahaan; atau
 Dimiliki untuk maksud diperdagangkan

Jika tak satupun dari keempat kriteria diatas terpenuhi, maka suatu aset
diklasifikasi ke dalam kelompok “Aset Tidak Lancar”.

Menggunakan ketentuan diatas, maka yang bisa diklasifikasikan ke dalam


kelompok aset lancar adalah item-item berikut ini:

a. Kas dan Setara Kas


Apapun yang bisa ditabung di Bank dan bisa ditarik dalam wujud kas sewaktu
waktu, dianggap “Kas”. Misalnya: uang kertas, koin check yang belum
diuangkan, termasuk kas yang sudah tersimpan di bank. Sedangkan serifikat
deposito, bukan kas, sebab ada pembatasan jangka waktu pencairan 3 bulan
atau kurang), tidak memiliki risiko perubahan nilai yang signifikan akibat
perubahan suku bunga. Misalnya: treasury bills, commercial paper, dan
reksadana pasar uang.
b. Investasi Jangka Pendek untuk Diperdagangkan
Instrumen investasi yang dimaksudkan untuk dijual kembali jangka pendek
guna memperoleh keuntungan masuk kelompok “Aset Lancar”. Masuk
kelompok ini antara lain: efek sekuritas dan sekuritas ekuitas yang dibeli
untuk maksud diperjual belikan. Aset derivative keuangan, rata-rata masuk
dalam kelompok ini, kecuali yang dimaksudkan untuk pemagaran (hedging).
c. Piutang Dagang (Piutang)
“Piutang Dagang” atau “Piutang” (Account Receivable), adalah sejumlah
tagihan kepada pelanggan yang timbul dari operasional normal perusahaan.
Masuk dalam kelompok ini antara llain : piutang pada pelanggan, piutang
pada perusahaan afiliasi, piutang pada karyawan (staf, manager, eksekutif).
Jika ada cadangan piutang atau penurunan nilai oiutang akibat adanya diskon,
retur penjualan dan piutang tak tertagih, harus dirinci dalam “penjelasan
laporan keuangan”.
d. Persediaan
“Persediaan” (Inventory) adalah aset tersimpan, entah untuk digunakan
sendiri (misal: bahan baku dalam proses) atau untuk dijual ke pihak lain

4
(misal: persediaan barang jadi), dalam kurun waktu operasional normal
perusahaan. Dasar penentuan nilai persediaan yang saat ini dibatasi hanya
dalam metode FIFO dan metode biaya rata-rata tertimbang (weighted-average
cost) harus disebutkan dengan jelas dalam “penjelasan laporan keuangan”.
Khusus di perusahaan manufaktur, bahan baku, barang dalam proses, dan
barang juga harus disclosed secara terpisah, entah dicatatan kaki atau dalam
“penjelasan laporan keuangan”.
e. Uang Muka Biaya (Biaya Dibayar Dimuka)
“Uang Muka Biaya” (prepaid exepenses) adalah aset yang timbul akibat
pembayaran muka untuk biaya manfaatnya tidak habis terpakai dalam satu
periode. Bisa juga disebut “Biaya Dibayar Dimuka”. Misalnya: sewa dibayar
dimuka, asuransi dibayar dimuka, dan aset pajak tangguhan jangka pendek.
2. Aset Tidak Lancar (Non Current Assets)
Masuk ke dalam klasifikasi “Aset Tidak Lancar” antara lain:
a. Investasi Bersifat Held to Maturity
Masuk dalam kelompok ini adalah instrument investasi yang disimpan hingga
jatuh tempo, yang biasanya berjangka waktu panjang. Misalanya: efek hutang
(debt securities), efek ekuitas, dan saham istimewa yang wajib ditebus oleh
pihak lain (istilahnya “redeemed preferred shares”). Investasi jenis ini diukur
pada biaya teramortisasi.
b. Property Investasi
Yang dimaksud dengan “Property Investasi” (investment property) adalah
property (tanah, bangunan/gedung) yang diperoleh bukan untuk digunakan
dalam operasional perusahaan secara normal, melainkan untuk mendapat
keuntungan tertentu, misalnya: dengan cara disewakan atau dijual kembali
dengan harga yang lebih tinggi.
Property investasi, awalnya, diukur sebesar nilai perolehannya. Selanjutnya
seiring waktu, property investasi diukur entah dengan menggunakan metode
fair value atau model pengukuran berdasarkan biaya perolehan.

5
c. Tanah, Bangunan, Mesin, dan Peralatan
Masuk dalam kelompok ini adalah bangunan, mesin dan peralatan,
yang digunakan dalam operasional perusahaan guna menghasilkan
barang/jasa, memiliki umur ekonomis lebih dari datu tahun buku.
Masuk dalam kelompok ini, antara lain: tanah, bangunan/gedung, mesin,
peralatan, furniture, dan kendaraan.
Akumulasi penyusutan atas kelompok aset tidak lancar ini harus
disajikan dalam laporan keuangan atau di catatan kaki atau dibagian
penjelasannya. Misalnya:
Bangunan = Rp. xxx
Akumulasi Penyusutan = (Rp. xxx)
Nilai Buku Bangunan = Rp. xxx
Atau
Bangunan (net dari akumulasi Rp. xxx) = xxx
Metode yang digunakan dalam menghitung penyusutan, harus disebutkan di
bagian “Penjelasan Laporan Keuangan”.

d. Aset tidak berwujud


“Aset tidak Berwujud” (Intengible assets) adalah aset tidak lancar
perusahaan yang tidak memiliki wujud fisik, akan tetapi diharapkan akan
mendatang manfaat baik di masa kini maupun di masa yang akan datang.
Masuk dalam klarifikasi adalah:
 Aset tidak berwujud yang bisa diidentifikasi (misal: goodwill); dan
 Aset tidak berwujud yang tidak bisa diidentifikasi (misal : merk dagang,
patent, copyrights, dan biaya organisasional).
e. Aset dimiliki untuk Dijual
Sedikit mirip dengan properti investasi, hanya saja “aset dimiliki untuk dijual”
tidak harus direncanakan sejak awal. Jika perusahaan berencana untuk menjual
sekelompok aset, meskipun tadinya digunakan untuk operasional, maka aset
tersebut harus diklasifikasikan sebagai “Aset dimiliki untuk dijual”.
f. Aktiva Lain-lain
Segala aset tidak lancar yang tidak bisa dimasukan ke dalam 5 klasifikasi
diatas, masuk ke kelompok ini. Misalnya: “Uang Muka” yang baru akan habis
dibiayakan dalam jangka waktu lama (panjang), “Aset Pajak Tangguhan” yang
waktu pemulihannya lama atau tidak pasti.

6
Penyajian Liabilitas dipisahkan menjadi 2 kelompok, yaitu:

1. Liabilibitas Lancar (current liabilities)


Suatu liabilitas masuk klasifikasi “Jangka Pendek” (atau Lancar) apabila:
 Diharapkan bisa diselesai (dibayar/dilunasi) dalam kurun waktu operasional
normal perusahan
 Jatuh tempo dalam waktu tidak lebih dari 12 bulan dari tanggal laporan posisi
keuangan (tanggal neraca)
 Dimiliki untuk maksud diperdagangkan
 Entitas tidak memiliki hak tanpa syarat untuk menunda penyelesaian
liabilitas selama sekurang-kurang 12 bulan setelah periode pelaporan.

Jika tak satupun diantara keempat kriteria diatas terpenuhi, maka suatu liabilitas
diklasifikasikan sebagai “Liabilitas Jangka Panjang”

Masuk dalam klasifikasi liabilitas jangka pendek, antara lain:

a. Kewajiban yang timbul dari pembelian barang atau jasa yang digunakan
dalam operasional normal perusahaan, diantaranya:
 Utang Dagang
 Utang Tertulis Jangka Pendek
 Utang Upah dan Gaji Pegawai
 Utang Pajak
 Utang Lain-lain
b. Pembayaran diterima dimuka yang mengakibatkan timbulnya
kewajiban untuk menyerahkan barang atau jasa di masa yang akan
datang, misalnya:
 Pendapatan diterima dimuka
 Deposit dari Pelanggan
 Sewa diterima dimuka
c. Kewajiban lain yang akan jatuh tempo di periode berjalan, misalnya :
promes yang akan jatuh tempo.
Lebih jauh lagi, liabilitas lainnya yang masuk klasifikasi jangka pendek
adalah: liabilitas tidak diselesaikan dalam siklus operasi normal tetapi jatuh
tempo untuk diselesaikan dalam waktu dua belas bulan setelah periode
pelaporan atau dimiliki untuk tujuang diperdagangkan. Misalnya:
 Liabilitas keuangan yang diklasifikasikan sebagai dimiliki untuk
diperdagangkan;
 Cerukan bank;
 Bagian jangka pendek dari liabilitas keuangan jangka panjang
 Dividen terutang
 Pajakng penghasilan terutang
 Terutang non usaha lainnya
2. Liabilibitas Tak Lancar (noncurrent liabilities)
Kewajiban-kewajiban yang akan terselesaikan melebihi siklus operasional normal
perusahaan masuk klasifikasi “Liabilitas Jangka Panjang”, antara lain:

7
 Kewajiban yang timbul sebagai bagian dari strukturisasi modal
perusahaan berjangka panjang, misalnya: pinjaman bank jangka panjang,
promes, kewajiban sewa jangka panjang.
 Kewajiban yang timbul tidak dari operasional normal perusahaan,
misalnya: kewajiban premi pensiun, liabilitas pajak tangguhan yang
penyelesaiannya belum diketahui secara pasti.
V. PENYESUAIAN YANG DIPERLUKAN DALAM MENYUSUN LAPORAN
POSISI KEUANGAN AWAL MENURUT STANDAR PELAPORAN
KEUANGAN INTERNASIONAL
Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam menyusun laporan posisi keuangan
menurut IFRS 1 antara lain:
1. Pendahuluan dan kerangka dasar
a. Desain IFRS diperuntukan untuk entitas yang bersifat profitoriented dan SME
(Small Medium Enterprise). IFRS belum mengatur standar akuntansi untuk
perusahaan berbasis syariah
b. Memungkinkan penilaian aktiva tetap berwujud dan tidak berwujud
menggunakan nilai wajar. Laporan keuangan harus disajikan dengan basis true
and fair
c. Entitas harus membuat pernyataan eksplisit tentang kepatuhan akan standar
IFRS
d. Tidak diatur secara khusus kapan entitas menyajikan laporan keuangan
e. Menganut standar akuntansi berbasis prinsip untuk meningkatkam
transparansi, akuntanbilitas, dan keterbandingan laporan keuangan antar
entitas secara global
f. Tidak lagi mengakui prinsip konserfatif, namun diganti dengan prinsip kehati-
hatian (Prudence).
2. Pengungkapan dan Penyajian Laporan Keuangan
a. Komponen laporan keuangan lengkap terdiri atas:
 Laporan posisi keuangan (neraca)
 Laporan laba rugi komprehensif
 Laporan perubahan ekuitas
 Laporan arus kas
 Catatan atas laporan keuangan
 Laporan posisi keuangan komparatif awal periode dan penyajian
retrospektif terhadap penerapan kebijakan akuntansi

8
b. Berdasarkan ilustrasi IFRS
Asset : Aset Lancar
Aset Tidak Lancar
Ekuitas : Ekuitas yang dapat diatribusikan ke pemilik entitas induk
Hak non pengendali
Liabilitas : Liabilitas jangka panjang
Liabilitas jangka pendek
c. Istilah minority interest (hak minoritas) diganti menjadi non controlling
interest (hak non pengendali) dan disajikan dalam laporan perubahan ekuitas
d. Tidak mengenal istilah pos luar biasa (extraordinary item)
e. Liabilitas jangka panjang disajikan sebagai Liabilitas jangka pendek jika akan
jatuh tempo dalam 12 bulan meskipun perjanjian pembiayaan kembali sudah
selesai setelah periode pelaporan dan sebelum penerbitan laporan keuangan
3. Laporan Arus Kas
a. Dianjurkan menggunakan metode langsung, namun metode tidak langsung
tetap diperpolehkan
b. Item pos luar biasa tidak diperbolehkan dalam IFRS
4. Persediaan
a. Pengukuran persediaan berdasarkan biaya atau net realizable value (nilai
realisasi bersih) mana yang lebih rendah
b. IFRS melarang penggunaan metode LIFO (Last in first out). Hanya boleh
menggunakan metode FIFO atau rata-rata tertimbang.
5. Perubahan Kebijakan dan Prinsip Akuntansi dan Kesalahan Mendasar
a. Dicatat secara retrospektif dan dilakukan penyajian kembali terhadap laba
ditahan serta adanya penjelasan efek kumulatif perunahan pada saat periode
dilakukan perubahan
b. Konsep kesalahan mendasar (fundamental error) dihapus dan diganti dengan
Prior period error (kesalahan periode lalu)
c. Perubahan estimasi dicatat secara retrospektif dengan cara melakukan
penyesuaian atas laba atau rugi tahun terjadinya perubahan estimasi dan laba
rugi periode yang akan datang jika mempengaruhi keduanya.
6. Peristiwa Setelah Neraca
a. Mengatur pengungkapan dan penyesuaian laporan keuangan terkait peristiwa
baik yang bersifat favorable maupun unfavorable yang terjadi antara akhir
periode pelaporan hingga tanggal laporan keuangan diotorisasi untuk terbit.
b. Istilah events after balance sheet date (peristiwa setelah periode pelaporan) di
revisi menjadi event after reporting period (Peristiwa setelah periode
pelaporan)
c. Terdapat istilah tanggal laporan keuangan diotorisasi untuk terbit (the date
when the financial statement are authorised for issue)
d. Terdapat pengungkapan fakta adanya pihak yang dapat mengubah laporan
keuangan setelah diterbitkan jika ada
7. Kontrak Konstruksi
IAS mengharuskan penggunaan metode persentase penyelesaian (percentage of co
mpletion method) untuk melakukan pengakuan terhadap pendapatan dan beban
jika realisasi konstruksi dapat diestimasi dengan andal. IAS 11 memberikan
pedoman yang sangat terbatas dalam menentukan estimasi realisasi kontrak.

9
8. Pajak Penghasilan
a. IAS 12( mengatur tentang beda temporer (temporary difference) antara
basis pajak dengan basis komersil yang dijadikan basis dalam mengakui aktiva
atau kewajiban pajak tangguhan
b. Mencakup perbedaan temporer akibat adanya hibah pemerintah (government
grants)
c. pengakuan pajak tangguhan yang berasal dari Goodwill yang muncuk dari
penggabungan usaha tidak diijinkan
d. tidak mengatur pengungkapan yang berasal dari pos luar biasa
e. tidak mengatur tentang PPh Final
f. tidak mengatur tentang SKP
g. terdapat pengaturan beda temporer dari perbedaan basis pelaporan fiscal dan
komersial sebagai konsekuensi penerapan model revaluasi sebagaimana diatur
dalam IAS 16.
9. Aktiva Tetap
a. Penerapan prinsip nilai wajar dalam penilaian Aset. Aktiva dapat diukut
dengan menggunakan dua pendekatan, yaitu model revaluasi dan model harga
perolehan.
b. Nilai selisih akibat adanya revaluasi disajikan dalam laporan laba rugi dan
ekuitas
c. Metode penyusutan yang digunakan harus ditelaah secara periodik. Koreksi
akibat penelaahan ini akan diperlakukan sesuai dengan IAS 8. Dimungkinkan
juga perubahan terhadap metode penyusutan jika dalam hasil review terdapat
perubahan signifikan dengan pola pemanfaatan ekonomi yang diharapkan dari
aktiva tersebut.
d. Manajemen harus melakukan review atas nilai residu dan masa manfaat aktiva
setiap tahun. Jika terdapat perubahan, maka disesuaikan dengan menggunakan
IAS 8

10
10. Sewa
a. Aktiva sewa pembiayaan dikapitalisasi jika kontrak sewa mengalihkan secara
substansial seluruh resiko dan manfaat terkait kepemilikan aktiva. Suatu sewa
diklasifikasikan sebagai sewa operasi jika sewa tidak mengalihkan
mengalihkan secara substansial seluruh resiko dan manfaat terkait kepemilikan
aktiva.
b. Kriteria yang harus dipenuhi untuk diklasifikasikan sebagai sewa pembiayaan:
 Pengalihan kepemilikan aktiva pada akhir masa sewa
 Lesse memiliki hak opsi untuk membeli dengan harga cukup rendah di
akhir masa sewa
 Masa sewa meliputi sebagian besar umur ekonomis aktiva
 Pada awal sewa nilai kini dari jumlah pembayaran sewa menimum
mendekati nilai wajar aktiva
 Aktiva sewa bersifat khusus dimana lesse yang menggunakannya tanpa
perlu modifikasi
c. Tidak mengatur tentang sewa pembiayaan tanah
11. Pendapatan
a. Pendapatan diakui jika dapat terukur dengan andal, manfaat ekonomi yang
probable. jika pendapatan diakui dari transaksi penjualan, maka pendapatan
diakui jika resiko dan manfaat aktiva yang diperjual belikan telah dialihkan
pada pembeli
b. Pengakuan pendapatan pada industri khusus tidak diatur
12. Imbalan Kerja
a. Imbalan kerja dibagi dalam dua kelompok yaitu imbalan kerja jangka pendek
dan imbalan pasca kerja
b. Dengan menggunakan metode Projected unit credit methid
c. Tidak mengatur imbalan kerja ekuitas
13. Hibah pemerintah
Hibah pemerintah, termasuk yang bersifat moneter, diakui ketika terdapat
kepastian bahwa entitas yang menerima akan memenuhi semua persyaratan yang
diharuskan dalam ketentuan. Hibah akan diakui sebagai laba pada periode periode
pelaporan dimana entitas mengeluarkan biaya untuk memperoleh hibah tersebut
14. Mata uang asing
a. Pengaturan tentang mata uang fungsional dan mata uang asing terdapat di IAS
21 tentang The Effect of Changes in Foreign Exchange Rates
b. IAS 21 mengharuskan penggunaan indicator primer dan sekunder. Indikator
primer terdiri dari harga barang dan jasa, mata uang pembayaran bahan baku,
upah, dan biaya lain. Indicator sekunder terdiri dari mata uang dominan dalam
pendanaan, operasional, dan hubungan antara anak perusahaan dan induk.
c. Prose penjabaran laporan keuangan dilakukan jika mata uang pelaporan yang
digunakan berbeda dengan mata uang fungsional (mata uang dasar entitas
bisnis dalam menyajikan laporan keuangan)
d. Jika mata uang fungsional laporan keuangan adalah mata uang suatu ekonomi
yang sedang mengalami inflasi tinggi, maka laporan keuangan harus disajikan
kembali sesuai IAS 29 tentang Financial in Hyper Inflation Economies
15. Biaya Pinjaman

11
Biaya pinjaman yang dapat diatribusikan langsung terhadap akuisisi, konstruksi,
atau produksi suatu aktiva harus dikapitalisasi sebagai bagian biaya perolehan
aktiva tersebut.
16. Hubungan Istimewa
a. Definisi dan kriteria pihak yang memiliki hubungan istimewa diatur secara
detail
b. Pengungkapan dilakukan secara luas termasuk pengungkapan tentang
kompensasi yang diberikan perusahaan terhadap manajemen dan karyawan
kunci dalam bentuk ombalan jangka pendek, imbalan pasca kerja, imbalan
jangka panjang, pemutusan hubungan kerja dan imbalan saham
c. Pengeliminasian akun ketika dilakukan konsolidasi laporan keuangan harus
diungkapkan
17. Dana Pensiun
a. Standar ini digunakan untuk seluruh entitas yang menyelenggarakan program
pensiun
b. Laporan keuangan dibedakan antara:
 Dana pensiun iuran pasti, terdiri dari laporan aktiva bersih yang bersedia
untuk manfaat dan informasi terkait kebijakan pendanaan
 Dana pensiun manfaat pasti, tediri dari laporan informasi aktiva bersih,
nilai sekarang manfaat yang dijanjikan, serta suplus dan defisit
c. Penilaian investasi menggunakan nilai wajar
18. Laporan Keuangan Konsolidasi
a. Akun minority interest dihapuskan dan digantu dengan non controling interest
yang disajikan sebagai bagian ekuitas
b. Pengendalian ada jika suatu entitas memiliki 50% hak suara, kecuali dapat
dibuktikan bahwa tidak ada pengendalian
c. Laporan keuangan konsolidasi harus mencakup “semua” anak perusahaan,
kecuali jika akuisisi terhadap anak perusahaan termasuk criteria sebagai dimili
ki untuk dijual, maka harus disajikan sebagaimana diatur dalam IFRS 5 tentan
g non-current Assets held for Sale and Discontinued Operations

12
d. Entitas induk dapat tidak menyajikan laporan keuangan konsolidasi jika:
 Entitas induk tersebut adalah entitas anak yang dimiliki seluruhnya, atau
entitas anak yang dimiliki sebagaian oleh entitas hak suara, yang telah
diinformasikan dan tidak menolak entitas induk tersebut untuk tidak
menyajikan laporan keuangan konsolidasian
 Instrumen utang dan instrumen ekuitas entitas induk terebut tidak
diperdagangkan di pasar publik
 Entitas induk sedang tidak dalam proses menerbitlan sekuritas ke publik
 Entitas induk akhir atau entitas induk antara telah menghasilkan laporan
keuangan konsolidasi sesuai IFRS
e. IFRS mengijinkan penggunaan-penggunaan 2 pendekatan, yaitu pendekatan
proporsi kepemilikan dan pendekatan nilai wajar.
19. Investasi di Perusahaan Asosiasi
a. Terdapat pengaturan rinci tentang penjabaran dan selisih penjabaran mata
uang asing terhadap nilai investasi yang dicatat dengan menggunakan metode
ekuitas
b. Terdapat pengaturan tentang cara oembuktian pengaruh signifikan suatu
perusahaan sehingga perusahaan investor dikategorikan sebagai perusahaan
asosiasi
20. Pelaporan dalam Kondisi Ekonomi Hiperinflasi
a. Kriteria kondisi hiperinflasi :
 Penduduknya lebih memilih untuk menyimpan kekayaan mereka dalam
bentuk aset non moneter atau dalam mata uang asing yang relatif stabil.
Jumlah mata uang lokal yang dimiliki segera diinvestasikan untuk
mempertahankan daya beli
 Penduduknya mempertimbangkan jumlah moneter bukan dalam mata uang
lokal tetapi dalam mata uang asing yang relatif stabil. Harga-harga
mungkin dikuotasikan dalam mata uang asing tersebut
 Harga yang berlaku dalam penjualan dan pembelian secara kredit
ditentukan dengan memasukan faktor ekspektasi hilangnya daya belu
selama periode kredit, bahkan jika periode kreditnya singkat
 Suku bunga, upah dan harga dikaitkan dengan indeks harga
 Tingkat inflasi kumulatif selama tiga tahun mendekati atau melebihi 100%
b. Terdapat prosedur detail bagaimana cara menyajikan kembali akun-akun
dalam laporan keuangan
21. Modal Ventura
a. Kerjasama operasi dibagi atas tiga skema, yaitu pengendalian bersama operasi,
pengendalian bersama aktiva, dan pengendalian bersama entitas
b. Menggunakan metode ekuitas atau metode proporsial

13
22. Laporan Keuangan Interim
a. Penyajian laporan keuangan intern harus dilakukan secara komparatif dengan
periode interm tahun sebelumnya untuk laporan laba rugu, arus kas, dan
laporan perubahan ekuitas. Namun neraca periode interim dibandingkan
dengan neraca tahunan yang terakhir
b. Manajemen dapat menyajikan laporan keuangan dengan formal ringkas
(consedensed financial statement) dengan selected explanatory notes
23. Penuruan Nilai Aktiva
a. Penurunan nilai aktiva tidak boleh melampaui batas nilai tercatatnya
b. Perusahaan tidak diperkenankan melakukan reversal atas penurunan nilai
Goodwill pada periode interim sebelumnya
24. Agrikultur
a. Mengatur penyajian aktiva biologi dan produk pertanian serta pelaporannya
yang menggunakan nilai wajar
b. Menggunakan nilai wajar dikurangi biaya untuk menjual (konsep akresi).
Selisihnya dimasukan dalam laporan laba rugi
25. Restrukturisasi Utang Bermasalah
Tidak diatur dalam satu standar khusus, namun tersirat dalam IAS 23 tentang
Borrowing Cost dan IAS 37 tentang Provisions, Contingent Liabilities and
Contingent Asset
26. Kuasi Organisasi
Tidak diatur dalam satu standar khusus
VI. KEBIJAKAN AKUNTANSI
Kebijakan akuntansi adalah mengenai bagaimana memilih kebijakan
akuntansi. IAS 8/PSAK 25 ini mengatur hirerarki atau urutan acuan yang perlu kita
ikuti dalam rangka memilih suatu kebijakan akuntansi.
Dalam suatu periode akuntansi mewajibkan kita untuk menerapkan kebijakan
ini secara konsisten sepanjang tidak terdapat standar yang mengatur spesifik mengatur
berbeda. Apabila terdapat standar yang mengatur spesifik yang mengatur berbeda
maka kita harus harus mengacu ke standar tersebut dan menerapkannya secara
konsisten.

14
Perubahan kebijakan akuntansi diperbolehkan jika:
1. Dibutuhkan perubahan berdasarkan IFRS
2. Hasil dari laporan keuangan menghasilkan informasi yang relevan dan handal
untuk keperluan bisnis

Ada beberapa ketentuan yang harus ditaati sebelum merubah kebijakan akuntansi
yang ada :

1. Dalam kondisi terdapat standar akuntansi yang mengatur secara spesifik.


Mengikuti ketentuan yang ditetapkan dalam standar tersebut. Namun ketentuan
dalam paragraf selanjutnya memberikan sedikit kelonggaran yaitu diijinkan untuk
tidak mengikuti ketentuan dalam suatu standar dalam kondisi dampak
penerapannya tidak material dan tidak dimaksudkan untuk mencapai tujuan suatu
penyajian tertentu yang dapat mengakibatkan tidak tercapainya tujuan pelaporan
keuangan untuk menghasilkan laporan keuangan yang berisi informasi relevan
dan andal.
2. Dalam kondisi tidak terdapat standar akuntansi yang mengatur secara spesifik.
jika tidak terdapat standar akuntansi yang secara spesifik mengatur transaksi yang
dilakukan oleh suatu perusahaan, maka management dari perusahaan tersebut
diberikan kewenangan untuk menggunakan pertimbangannya sendiri untuk
menentukan kebijakan akuntansi bagi transaksi tersebut. Kebijakan akuntansi
yang dipilih harus menghasilkan informasi yang relevan dan andal dengan
beberapa kriteria sebagaimana disebutkan dalam paragraf diatas. Ketentuan ini
memperjelas arti pentingnya pencapaian tujuan dibuatnya standar akuntansi yaitu
untuk menghasilkan informasi yang relevan dan andal.
VII. PERIODE LAPORAN
Tanggal pelaporan (reporting date) adalah tanggal neraca untuk laporan
keuangan pertama yang secara eksplisit menyatakan bahwa laporan tersebur sesuai
dengan IFRS. Laporan keuangan disusun sekurang-kurangnya sekali dalam satu
tahun. Jika entitas mengubah periode pelaporan dan menyusun laporan keuangan
untuk periode yang bukan satu tahun, entitas harus mengungkap alasan perubahan itu
dan menegaskan bahwa jumlah-jumlah yang disajikan tidak sepenuhnya dapat
dibandingkan.

15
VIII. PENGECUALIAN OPSIONAL DARI STANDARD PELAPORAN
KEUANGAN INTERNASIONAL LAINNYA
Sebuah entitas juga harus membuat laporan posisi keuangan IFRS pembuka
pada tanggal transisi IFRS. Tanggal transiisi IFRS adalah awal periode dimana sebuah
entitas menyajikan informasi komparatif berdasarkan IFRS dalam laporan keuangan
IFRSnya. Sebagai contoh, bila berdasarkan target IAI Indonesia akan full
convergance pada 1 januari 2012, itu artinya pada laporan keuangan akhir tahunnya
per 31 desember 2012 semua perusahaan di Indonesia harus membuat laporan
keuangan komparatif per 31 desember 2011 juga, dan juga harus menyajikan laporan
posisi keuangan (hanya laporan posisi keuangan) pada awal periode komparatif yaitu
per tahun 1 januari 2011. Sehinggal dalam contoh tanggal transisi IFRS adalah
tanggal 1 januari 2011 (dalam IFRS 1, tanggal ini disebut dengan laporan posisi
keuangan IFRS pembuka (opening IFRS statement of financial position). Penerapan
mundur ini disebur dengan istilah retrospektif.
IX. PENGECUALIAN MANDATORI TERHADAP PENERAPAN BERLAKU
SURUT STANDAR PELAPORAN KEUANGAN INTERNASIONAL LAINNYA
Pada tahun pertama perusahaan menerapkan IFRS memberikan kejadian unik ketika
akan melaporkan laporan keuangan di tahun tersebut, karena persyaratan transisi dari
IFRS 1, laporan keuangan untuk setidaknya satu tahun sebelum pergeseran yang
tersedia di bawah dua set standar akuntansi: GAAP lokal dan IFRS. Sebagai contoh,
jika sebuah perusahaan Indonesia bergeser ke IFRS pada tahun 2009, itu diperlukan
untuk menyajikan laporan keuangan komparatif retrospektif disesuaikan dengan IFRS
untuk setidaknya satu tahun sebelum tahun 2009, yaitu untuk tahun 2008. Dalam hal
ini, laporan keuangan penuh 2008 yang tersedia di bawah kedua PSAK Indonesia dan
IFRS, termasuk neraca pembukaan.
Hak ini memungkinkan untuk perbandingan dan identifikasi perbedaan antara mereka.
Namun, perbandingan itu tidak sepenuhnya tepat sebagai IFRS 1 dipersalahkannya
pengecualian tertentu dan pembebasan. Dalam aplikasi retrospektif, SAK efektif pada
tanggal pelaporan sepenuhnya diterapkan, tidak termasuk pengecualian wajib dan
pengecualian opsional. Pengecualian dan pembebasan dari IFRS 1 adalah satu kali
perawatan yang mungkin tidak mewakili aplikasi yang sedang berlangsung dari SAK.
Pengecualian mengacu pada kebijakan akuntansi yang tidak retrospektif karena
mereka biasanya akan membutuhkan pengecualian, pada gilirannya, memberikan
perlakukan akuntansi beberapa alternatif yang tersedia secara opsional.

16
X. PENYAJIAN DAN PENGUNGKAPAN
Basis penyajian laporan keuangan bertujuan umum (general purpose financial
statement) diatur dalam IAS 1 yang sebagian besar ketentuannya diadopsi di
Indonesia menjadi PSAK 1. Laporan keuangan bertujuan umum, selanjutnya disebut
laporan keuangan adalah laporan keuangan yang dimaksudkan untuk memenuhi
kebutuhan pengguna yang tidak berasa dalam posisi untuk meminta entitas
menyiapkan laporan untuk memenuhi kebutuhan informasi mereka. Semua laporan
keuangan harus disajikan dan dipandang sama pentingnya.
Penerapan IFRS/SAK dengan pengungkapan tambahan yang diperlukan
seharusnya akan menghasilkan laporan keuangan yang menyajikan secara wajar
posisi keuangan, kinerja keuangan, dan arus kas suatu entitas. Penyajian wajae berarti
menggambarkan secara apa adanya (jujur) dampak transaksi, kejadian, serta kondisi
lainnya sesuai dengan definisi dan kriteria pengakuan aset, liabilitas, penghasilan, dan
beban yang dinyatakan dalam Kerangka Konseptual.

17
18
19
20
Penjelasan Transisi ke IFRS (Explanation of Transition to IFRSs)
Entitas menjelaskan bagaimana transisi dari GAAP sebelumnya ke IFRS mempengaruhi
posisi keuangan yang dilaporkan, kinerja keuangan dan arus kas tersebut.
1. Rekonsiliasi
Entitas dalam Laporan Keuangan IFRS Pertama harus melampirkan :
 Rekonsiliasi ekuitas berdasarkan GAAP dan ekuitas berdasarkan IFRS pada
tanggal transisi dan pada akhir periode GAAP,

21
 Rekonsiliasi laba rugi komprehensif berdasarkan IFRS pada akhir periode
laporan keuangan IFRS pertama,
 Jika entitas mengakui atau membalik suatu rugi karena impairment
(Impairment losses) ketika persiapan Laporan Posisi Keuangan IFRS Awal
(opening IFRS statement of financial position), informasi tersebut harus

dicantumkan (disclose).

22
2. Penunjukan aset keuangan atau kewajiban keuangan
Entitas harus mencantumkan informasi (disclose) nilai wajar asset keuangan yang
direklasifikasi pada tanggal reklasifikasi dan klasifikasi serta nilai asset keuangan di
laporan keuangan sebelumnya.
3. Penggunaan nilai wajar sebagai biaya perolehan
Laporan Keuangan IFRS Pertama entitas harus mencantumkan informasi setiap item
di Laporan Posisi Keuangan IFRS Awal (opening IFRS statement of financial
position) tentang:
 Agregat (rata-rata) dari nilai wajar, dan

23
 Agregat (rata-rata) dari penyesuaian nilai awal yg dilaporkan berdasarkan
GAAP
4. Penggunaan biaya perolehan untuk investasi pada entitas anak, usaha patungan dan
rekan
Laporan Keuangan Terpisah IFRS Pertama entitas harus mencantumkan informasi:
 Agregat (rata-rata) biaya perolehan investasi tersebut, yang mana biaya
perolehan adalah nilai awal berdasarkan GAAP;
 Agregat (rata-rata) biaya perolehan investasi tersebut, yang mana biaya
perolehan adalah nilai wajar;
 Agregat (rata-rata) penyesuaian terhadap nilai awal yang dilaporkan
berdasarkan GAAP.
5. Penggunaan biaya perolehan aset minyak dan gas
Jika entitas menggunakan pengecualian opsional tentang biaya perolehan asset
minyak dan gas maka Entitas harus mencantumkan informasi tentang fakta dan basis
dimana nilai awal dialokasikan berdasarkan GAAP.
6. Penggunaan biaya perolehan atas operasi dibawah peraturan tentang nilai (Operations
subject to rate regulation)
Jika entitas menggunakan pengecualian opsional tentang biaya perolehan atas operasi
dibawah peraturan tentang nilai (Operations subject to rate regulation) maka entitas
harus mencantumkan informasi tentang fakta dan basis dimana nilai awal berdasarkan
GAAP.
7. Penggunaan biaya perolehan setelah hiperinflasi parah
Jika entitas memilih untuk mengukur nilai asset dan liabilitas pada nilai wajar dan
menggunakan nilai wajar tersebut sebagai biaya perolehan di Laporan Posisi
Keuangan IFRS Awal (opening IFRS statement of financial position) karena
hiperinflasi parah maka dalam Laporan Keuangan IFRS Pertama entitas harus
mencantumkan informasi tentang bagaimana, dan mengapa entitas harus, kemudian
berhenti menggunakan nilai mata uang yang terkena hiperinflasi.
8. Laporan keuangan interim
Jika entitas menerbitkan laporan keuangan interim pada tengah periode Laporan
Keuangan IFRS Pertama entitas, laporan interim tersebut harus memenuhi:
 Setiap laporan keuangan interim mencatumkan laporan komparasi periode
interim tersebut dari tahun sebelumnya, termasuk:
o Rekonsiliasi ekuitas berdasarkan GAAP pada akhir periode komparasi
interim terhadap ekuitas berdasarkan IFRS pada tanggal laporan
interim tersebut,
o Rekonsiliasi laba rugi komprehensif berdasarkan IFRS pada periode
komparasi interim tersebut;

24
 Tambahan rekonsiliasi menurut IAS 34 paragraf 24(a) dan ditambah detil yang
disebutkan pada IAS 34 paragraf 25 dan 26, atau referensi silang terhadap
dokumen lain yang mencantumkan rekonsiliasi tersebut;
 Jika entitas mengubah kebijakan akuntansi atau menggunakan pengecualian
yang tercantum di IFRS 1, maka entitas harus menjelaskan akibat dari
perubahan diatas terhadap laporan keuangan interim.

25

Anda mungkin juga menyukai