1. Sejarah Psikologi
Istilah psikologi sering disamakan denga imu jiwa, arti kedua istilah menurut
isinya sebenarnya sama, sebab kata psikologi berasal dari bahasa Yunani yang
terdiri dari Psyche yang berarti jiwa dan logos yang berarti ilmu. Dengan
demikian ilmu jiwa merupakan terjemahan dari psikolgi. (Stuart,1998),Dalam
penggunaan kedua istilah terdapat beberapa perbedaan yaitu :
a. Ilmu jiwa merupakan istilah bahasa Indonesia sehari yang dikenal umum,
sedangkan psikologi merupakan istilah ilmu pengetahuan sehingga digunakan
secara ilmiah.
b. Ilmu jiwa digunakan lebih luas daripada psikologi. Ilmu jiwa meliputi segala
pemikiran, pengetahuan, tanggapan, khayalan dan spekulasi mengenal jiwa.
Sedangkan psikologi pengetahuan yang diperoleh dengan sistematis melalui
metode-metode ilmiah yang mengandung beberapa syarat yang telah
dimufakati oleh para sarjana psikologi.
Dengan demikian dapat di ambil pengertia bahwa apa saja yang
disebut ilmu jiwa belum tentu psikolgi tetapi psikoloi mesti ilmu jiwa.
Perbedaan ini untuk memberikan gambaran yang tepat dalam penggunaan imu
jiwa dan psikologi. (Stuart , 1998).
Psikologi zaman modern tidak dapat disamakan dengan ilmu jiwa pada
zaman plato. Arisotosteles, dua orang Yunani yang termasyur dalam ilmu
jiwa. Pada zaman dahulu psikologi disejajarkan dengan ilmu kerohanian,
teologi bahwa jiwa manusia meliki daya-daya yang berdiri sendiri dan tidak
berhubungan dengan bagian lain yaitu jasamani. Pada psikologi modern
menyatakan bahwa jiwa manusia bersama dengan raganya merupakan satu
kesatuan dan tidak dapat di pisah-pisahkan. Kecepatan reaksi manusia diukur
dengan reaksi yang tampak pada gerak – gerik raga. Dan kareba itulah ilmu
jiwa-raga merupakan suatu ilmu pengetahuan alam yang eksata, sejajar dengan
ilmu pengetahuan biologi atau fisiologi. Namun demikian psikologi di
samping merupakan ilmu eksata juga merupakan ilmu pengetahuan social
pengetahuan yang bercorak ilmu rohania, ilmu eksata dan social jaman
modern.
Sebenernya sejak berabad-abad lamanya manusia telah berilmu jiwa,
telah memikirkan dengan khusus hakikat manusia dan jiwa makhluk di dunia.
Pemikiran ini bersifat filsafati terutama untuk mencari pengetahuan dasar dan
hakikat ilmu jiwa itu. Corak pemikiran zaman lampau adalah bahwa jiwa
manusia di analisis ke dalam unsur-unsur sendiri secara terpisah satu sama lain
atau atomistis. Dengan cara ini di harapkan jiwa dapat di pahami (Stuart ,
1998).
Pandangan atomistis tampak pada pemikiran kaum filsuf sejak plato
sampai dengan pertengahan abad ke-19 yang ketika itu ilmu jiwa masih
merupakan cabang dari ilmu filsafat dan belum berdiri sendiri sebagai ilmu
yang mempunyai metode ilmu tersendiri.pandangan atomistis berakhir setelah
lahir aliran experimental psychology yang tidak hanya berfilfsat saja mengenai
gejala jiwa, tetapi juga menelitinya secara empiris degan menggunakan
metode – metoe ilmia yang subjektif mungkin. Dengan metode penelitian
yang objektif lambat laun lahr lah psiologi jaman modern. (Stuart , 1998).
a. Psikologi merupakan cabang ilmu pengetahuan filsafat.
b. Psikologi sebagai ilmu pengetahuan otonom.
Dalam mempelajari perkembangan manusia dan makhluk makhluk lainnya, kita harus
memnedakan dua halyaiutu proses pematangan dan proses belajar. Pematangan berarti proses
pertumbuhan yang menyangkut penyempurnaan fungsi – fungi tubuh sehingga
mengakibatkan perubahan perubahan dalam prilaku, terlepas ada au tidak ada proses belajar.
Perubahan perubahan prilaku karena proses pematangan ini dapat diperhitungkan dan
diperkirakan sejak semula. Misalnya, kita dapat memperhitungkan perkembangan seorang
bayi yaitu mula mula ia dapat telungup, setelah itu merangkak, kemudian duduk, berdiri dan
akhirnya berjalan perkembangan ini ditentukan oleh proses pematangan oregan organ tubuh
dan terjadi pada setiap bayi normal sehingga kita dapaat memperhitungkan sebelumnya.
Belar berarti merubah atau mempelajari prilaku melalui latian, pengalam dan kontak
dengan lingkungan. Pada manusia penting sekali belajar melalui kontak social agar
masyarakat dapat hidup dengan struktur kebudayaan yang rumit. Ada prilaku yang ditentukan
semata mata oleh pematangan seperti halnya dengan berjalan, ada pul prilaku lebih
dipengaruhi oleh proses belajar misalnya beremosi, tetapi kebanyak prilaku manusia
ditentukan oleh keduanya. Kemampuan berbicara misalnya, ditntukan baik oleh prses
pematangan maupun proses belajar. (Purwanto,1999)
DAFTAR PUSTAKA
Stuart Wiscarz Gail, Sundeen j. Sandra, 1998, Keperawatan jiwa, Jakarta : Buku Kedokteran
EGC.