Anda di halaman 1dari 7

3

a. Memiliki tujuan dlm komunikasi.


b. Memiliki pengetahuan yang memadai ttg pesan yang disampaikan.
c. Memiliki keterampilan yang memadai untuk membangun hubungan/relasi.

2. Komunikan
Komunikan merupakan Individu, kelompok, atau massa yang diharapkan menerima pesan.
Syarat komunikan yang baik:
a. Pengetahuan dan keterampilan yang memadai untuk menerima pesan.
b. Atensi untuk menerima pesan.
c. Keterampilan dalam merespon pesan.

3. Pesan
Pesan merupakan Berupa ide/gagasan, perintah, informasi, dan ungkapan perasaan. Pesan yang
efektif: dapat dipahami oleh komunikan secara utuh, tidak menimbulkan distorsi.
Syarat pesan yang baik:
a. Sesuai konteks (situasi komunikasi).
b. Singkat dan jelas.
c. Menggunakan saluran yang mudah dipahami
d. Memungkinkan pengulangan dan penegasan.

4. Media
Media merupakan Berupa media lisan, tulisan, gerakan tubuh, mimik wajah, sentuhan, dll.
Syarat saluran yang baik:
a. Dipahami/ dimengerti oleh komunikator dan komunikan.
b. Meminimalkan kesalahan persepsi.
c. Menggunakan tekhnik yang merangsang lebih dari satu indera.

5. Feed Back
a. Sarana evaluasi komunikator, apakah pesan yang disampaikan dapat dimengerti oleh
komunikan.
b. Respon menunjukkan proses kognitif, afektif, dan psikomotor.

2.4 Pengertian Lansia


Kelompok lanjut usia adalah kelompok penduduk yang berusia 60 tahun ke atas
(Hardywinoto dan Setiabudhi, 1999;8). Pada lanjut usia akan terjadi proses menghilangnya
kemampuan jaringan untuk memperbaiki diri atau mengganti dan mempertahankan fungsi
4

normalnya secara perlahan-lahan sehingga tidak dapat bertahan terhadap infeksi dan
memperbaiki kerusakan yang terjadi (Constantinides, 1994). Karena itu di dalam tubuh akan
menumpuk makin banyak distorsi metabolik dan struktural disebut penyakit degeneratif yang
menyebabkan lansia akan mengakhiri hidup dengan episode terminal (Darmojo dan Martono,
1999;4). Penggolongan lansia menurut Depkes dikutip dari Azis (1994) menjadi tiga kelompok
yakni :
1. Kelompok lansia dini (55 – 64 tahun), merupakan kelompok yang baru memasuki lansia.
2. Kelompok lansia (65 tahun ke atas).
3. Kelompok lansia resiko tinggi, yaitu lansia yang berusia lebih dari 70 tahun.

2.5 Pendekatan Perawatan Lansia dalam Konteks Komunikasi


1. Pendekatan fisik
Mencari kesehatan tentang kesehatan obyektif, kebutuhan, kejadian yang di alami,
perubahan fisik organ tubuh, tingkat kesehatan yang masih bisa di capai dan di kembangkan
serta penyakit yang dapat di cegah progresifitasnya.
2. Pendekatan psikologis
Pendekatan ini bersifat abstrak dan mengarah pada perubahan perilaku, maka umumnya
membutuhkan waktu yang lebih lama. Untuk melaksanakan pendekatan ini, perawat sebagai
konselor, advokat terhadap segala sesuatu yang asing atau sebagai pena,pung masalah pribadi
dan sebagai sahabat yang akrab bagi klien.
3. Pendekatan sosial
Pendekatan ini di laksanakan meningkatkan keterampilan berinteraksi dengan lingkungan.
Mengadakan diskusi tukar fikiran bercerita serta bermain merupakan implementasi dari
pendekatan ini agar klien dapat berinteraksi dengan sesama lansia maupun dengan petugas
kesehatan,
4. Pendekatan Spiritual
Perawat harus bisa memberikan kepuasan batin dalam hubungannya dengan tuhan atau
agama yang di anutnyaterutama pada saat klien sakit atau mendekati kematian.

2.6 Teknik Komunikasi pada Lansia


Beberapa teknik komunikasi yang dapat diterapkan antara lain :
1. Tenik asertif
Asertif adalah sikap yang dapat di terima, memahami pasangan bicara dengan menunjukan
sikap peduli, sabar untuk mendengarkan dan memperhatikan ketika pasangan bicara agar maksud
komunikasi atau pembicara dapat di mengerti.
2. Responsif
5

Reaksi petugas kesehatan terhadap fenomena yang terjadi pada klien merupakan bentuk
perhatian petugas kepada klien.
3. Fokus
Sikap ini merupakan upaya perawat untuk tetap berkonsisten terhadap materi komunikasi
yang diingkan. Upaya ini perlu di perhatikan karena umumnya lansia senang menceritakan hal –
hal yang mungkin tidak relavan untuk kepentingan petugas kesehatan.
4. Supotif
Perubahan yang terjadi pada lansia, baik pada aspek fisik maupun psikis secara bertahap
menyebabkan emosi klien relatif menjadi labil. Selama memberi dukungan materiil maupun
moril, petugas kesehatan jangan sampai terkesan menggurui atau mengajari klien karena ini
dapat merendahkan kepercayaan klien kepada perawat atau petugas kesehatan lainnya.
5. Klarifikasi
Dengan berbagai perubahan yang terjadi pada lansia, sering proses komunikasi tidak
berlangsung dengan lancar. Klarifikasi dengan cara mengajukan pertanyaan ulang dan
memberikan penjelasan dari satu kali perlu di lakukan oleh perawat agar maksud pembicaraan
kita dapat diterima dan di presepsikan sama oleh klien.
6. Sabar dan Ikhlas
Seperti yang di ketahui baahwa klien lansia terkadang mengalami perubahan yang
merepotkan dan kekanak – kanakan. Perubahan ini bila tidak di sikapi dengan sabar dan ikhlas
dapat menimbulkan perasaan jengkel bagi perawat sehingga komunikasi yang di lakukan tidak
terapeutik, solutif, namun dapat berakibat berkomunikasi berlangsung emosional dan
menimbulkan kerusakan antara klien dengan petugas kesehatan.

2.7 Hambatan Berkomunikasi dengan Lansia


Proses komunikasi antara petuigas kesehatan dengan klien lansia akan terganggu apabila
ada sikap agresif dan sikap nonasertif :
1. Sikap agresif
Sikap ini di tandai dengan :
a. Berusaha mengontrol & mendominasi orang lain (lawan bicara)
b. Meremehkan orang lain
c. Mempertahankan haknya dengan menyerang orang lain
d. Menonjolkan diri sendiri
e. Mempermalukan orang lain didepan umum, baik dengan perkataan maupun tindakan
2. Non asertif
Tanda – tanda dari sikap non asertif ini adalah :
a. Menarik diri bila di ajak bicara
b. Merasa tidak sebaik orang lain
6

c. Merasa tidak berdaya


d. Tidak berani mengungkapkan keyakinan
e. Membiarkan orang lain membuat keputusan untuk dirinya
f. Tampil diam
g. Menngikuti kehendak orang lain
h. Mengorbankan kepentingan dirinya untuk menjaga hubungan baik dengan orang lain
Adapun hambatan komunikasi pada lansia merupakan hal yang wajar, namun ada teknik
atau tip – tip yang perlu di perhatikan agar komunikasi dapat berlangsung efektif yaitu :
a) Selalu memulai komunikasi dengan mengecek fungsi pendengaran klien
b) Keraskan suara anda bila perlu
c) Dapatkan perhatian klien sebelum berbicara. Pandanglah dia sehingga ia dapat melihat mulut
anda
d) Atur lingkungan sehingga menjadi kondusif untuk komunikasi yang baik kurangi gangguan
visual dan auditory
e) Ketika merawat orang tua dengan gangguan komunikasi, ingat kelemahannya.
f) Jangan berharap untuk berkomunikasi dengan cara yang sama dengan orang yang tidak
mengalami gangguan
g) Berbicara dengan pelan dan jelas saat menatap matanya, gunakan kalimat pendek dengan bahasa
yang sederhana
h) Bantulah kata – kata anda dengan isyarat visual
i) Serasikan bahasa tubuh anda dengan pembicaraan anda, misalnya ketika melaporkan hasil tes
yang diinginkan
j) Ringkaslah hal – hal yang paling penting dari pembicaraan tersebut
k) Berilah klien waktu yang banyak untuk bertanya dan menjawab pertanyaan anda
l) Jadilah pendengar yang baik walaupun keiinginan sulit mendengarkannya
m) Arahkan ke suatau topik pada suatu saat.

2.8 Teknik dalam Perawatan Lansia pada Reaksi Penolakan


Penolakan adalah ungkapan ketidakmampuan sesorang untuk mengakui secara sadar
terhadap pikiran, keiinginan, perasaan atau kebutuhan pada kejadian – kejadian nyata sesuatu
yang merupakan reaksi ketidaksiapan lansia menerima perubahan yang terjadi pada dirinya.
Ada beberapa langkah yang bisa di laksanakan untuk menghadapi klien lansia dengan
penolakan antara lain :
1. Penolakan segera reaksi penolakan klien.
Yaitu membiarkan lansia bertingkah laku dalam tenggang waktu tertentu. Langkah – langkah
yang dapat di lakukan sebagai berikut :
7

a. Identifikasi pikiran yang paling membahayakan dengan cara observasi klien bila sedang
mengalami puncak reaksinya.
b. Ungkapakan kenyataan yang di alami klien secara perlahan di mulai dari kenyataan yang
merisaukan.
c. Jangan menyongkong penolakan klien, akan tetapi berikan perawatan yang cocok bagi klien dan
bicarakan sesering mungkin jangan sampai menolak.

2. Orientasikan klien lansia pada pelaksanaan perawatan sendiri.


Langkah ini bertujuan mempermudah proses penerimaan klien terhadap perawatan yang akan di
lakukan serta upaya untuk memandikan klien, antara lain :
a. Libatkan klien dalam perawatan dirinya, misalnya dalam perencanaan waktu, tempat dan
macam, perawatan.
b. Puji klien lansia karena usahanya untuk merawat dirinya atau mulai mengenal kenyataan.
c. Membantu klien lansia untuk mengungkapkan keresahaan atau perasaan sedihnya dengan
mempergunakan pertanyaan terbuka, mendengarkan dan menluangkan waktu bersamanya.
3. Libatkan keluarga atau pihak terdekat dengan tepat.
Langkah ini bertujuan untuk membantu perawat atau petugas kesehatan memperolah sumber
informasi atau data klien dan mengefektifkan rencana atau tindakan dapat terealisasi dengan baik
dan cepat. Upaya ini dapat di laksanakan dengan cara – cara sebagai berikut :
a. Melibatkan keluarga atau pihak terkait dalam membantu klien lansia menentukan perasaannya.
b. Meliangkan waktu untuk menerangkan kepada mereka yang bersangkutan tentang apa yang
sedang terjadi pada klien lansia serta hal – hal yang dapat di lakukan dalam rangka membantu.
c. Hendaknya pihak – pihak lain memuji usaha klien lansia untuk menerima kenyataan.
d. Menyadarkan pihak lain akan pentingnya hukuman (bukan hukuman fisik) apabila klien lansia
mempergunakan penolakan atau denial.

2.9 Penerapan Model Komunikasi pada Lansia


1. Model komunikasi Shannon Wever
Tujuan komunikasi pada lansia dengan reaksi penolakan adalah adanya perubahan
perilaku lansia dari penolakan menjadi kooperatif.
Kelebihan : dalam komunikasi ini melibatkan anggota keluarga atau orang lain yang
berpengaruh.
Kekurangan : memerlukan waktu yang cukup lama karena klien dalam reaksi penolakan. Tak
dapat melakukan evaluasi sejauh mana perubahan perilaku yang terjadi pada klien, karena tak
ada feed back.
8

2. Model SMCR
Kelebihan : proses komunikasi yang terjadi pada model ini relatif simple. Model ini akan efektif
bila kondisi lansia masih sehat, belum banyak mengalami penurunan baik aspek fisik maupun
psikis.
Kekurangan : klien tidak memenuhi syarat seperti yang di tetapkan mempunyai keterampilan,
pengetahuan, pengetahuan, sikap, sistim sosial dan kultur ; karena penolakannya.
3. Model Leary
Model ini antar individu saling mempengaruhi dan dipengaruhi, dimana respon seseorang di
pengaruhi oleh bagaimana orang tersebut diperlakukan. Dalam berkomunikasi dengan klien
lansia seorang perawat diharapkan kepada rentang love yang banyak karena sifat sosil perawat
sangat dibutuhkan oleh lansia.
Kelebihan: terjadi interaksi atau hubungan relationship; hubungan perawat – klien lebih dekat
sehingga masalah lebih dapat terselesaiakan .
Kelemahan: perawat lebih dominan dan klien lansia patuh.
4. Model Terapeutik
Model ini membantu mendorong membantu melaksanakan komunikasi dengan
empati,kesesuaian dan penghargaan. Lansia dengan penolakan sulit bagi kita melaksanakan
empati.
Kelebihan: Dengan tekhnik komunikasi yang baik lansia akan lebih paham apa yang akan kita
bicarakan;kopingnya lebih efektif.
Kelemahan: Kondisi empati kurang cocok diterapkan oleh perawat untuk perawatan lansia
dengan reaksi penolakan.
5. Model keyakinan kesehatan
Menekankan pada persepsi klien untuk mencari sehat, menjauhi sakit, merasakan adanya
ancaman / manfaat untuk mempertahankan kesehatannya.
Kelebihan : lansia yang mengetahui adanya ancaman kesehatan akan dapat bermanfaat dan
sebagai barier dalam melaksanakan tindakan pencegahan penyakit.
Kelemahan : tidak semua lansia merasakan adaanya ancaman kesehatan.
6. Model komunikasi kesehatan
Komunikasi yang berfokus pada transaksi antar profesional kesehatan – klien yang sesuai
dengan permasalahan kesehatan klien. Pandangan sistem komunikasi lebih luas yang mencakup
tiga faktor mayor : relationsihip , trnsaksi dan konteks.
a Relationship
Perawat profesional mengadakan komunikasi dengan klien lansia haruslah menggunakan
ilmu psikososial dan tehnik komuunikasi dimana perawat haruslah ramah, rapi, bertanggung
jawab, tidak sembrono mengeluarkan kata-kata yang dapat menyinggung perasaan klien lansia
sehingga terjalin hubungan saling prcaya. Dalam mengadakan hubungan transaksi hendaknya
seorang perawat profesional mengetahui permasalahan yang dihadapi klien lansia tersebut.
9

b Transaksi
Dalam berkomunikasi dengan lansia hendaknya disepakati untuk menylesaikan masalah
klienbukan untuk hal lain. Pada lansia dengan reaksi penolakan harus hati-hati mencari
informasi dari klien, memberikan feedback baik verbal maupun non verbal dan hendaknya
berkesinambungan.
c Konteks
Perawat profesional harus mengetahui situasi dan yang dihadapi klien. Apabila masalah
bersifat umum / kelompok harus diselesaikaan secara kelompok.
Kelebihan : dapat menyelesaikan masalah klien lansia dengan tuntas. Klien lansia merasa sangat
dekat dengan perawat dan merasa sangat diperhatikan.
Kelemahan : membutuhkan waktu yang lama untuk menyelesaikan permasalahan, fasilitas dalam
memberikan pelayanan harus lengkap.
7. Model interaksi king
Pada model ini intinya adalah kesepakatan sebelum mengadakan interaksi dengan klien lansia.
Perawat harus mempunyai persepsi secara ilmiah tentang hal yang akan dikomunikasikan.
Kelebihan : komunikasi dapat sesuai dengan tujuan jika lansia sudah kooperatif.
Kelemahan : klien lansia dengan reaksi penolakan akan mengalami kesulitan untuk dilakukan
komunikasi model ini, karena tidak kooperatif.
Tehnik komunikasi pada lansia dengan reaksi penolakan harus disertai pengetahuan perawatan
lansia baik fisik, pisokologis, biologis, dan spiritual. Jika klien dalam puncak penolakan maka
perawat harus mengobserfasi pikiran klien, jika klien lansia kooperatif maka perawat dapat
berfungsi sebagai teman dan guru serta tempat mencurahkan perasaan klien.

Anda mungkin juga menyukai