2. Komunikan
Komunikan merupakan Individu, kelompok, atau massa yang diharapkan menerima pesan.
Syarat komunikan yang baik:
a. Pengetahuan dan keterampilan yang memadai untuk menerima pesan.
b. Atensi untuk menerima pesan.
c. Keterampilan dalam merespon pesan.
3. Pesan
Pesan merupakan Berupa ide/gagasan, perintah, informasi, dan ungkapan perasaan. Pesan yang
efektif: dapat dipahami oleh komunikan secara utuh, tidak menimbulkan distorsi.
Syarat pesan yang baik:
a. Sesuai konteks (situasi komunikasi).
b. Singkat dan jelas.
c. Menggunakan saluran yang mudah dipahami
d. Memungkinkan pengulangan dan penegasan.
4. Media
Media merupakan Berupa media lisan, tulisan, gerakan tubuh, mimik wajah, sentuhan, dll.
Syarat saluran yang baik:
a. Dipahami/ dimengerti oleh komunikator dan komunikan.
b. Meminimalkan kesalahan persepsi.
c. Menggunakan tekhnik yang merangsang lebih dari satu indera.
5. Feed Back
a. Sarana evaluasi komunikator, apakah pesan yang disampaikan dapat dimengerti oleh
komunikan.
b. Respon menunjukkan proses kognitif, afektif, dan psikomotor.
normalnya secara perlahan-lahan sehingga tidak dapat bertahan terhadap infeksi dan
memperbaiki kerusakan yang terjadi (Constantinides, 1994). Karena itu di dalam tubuh akan
menumpuk makin banyak distorsi metabolik dan struktural disebut penyakit degeneratif yang
menyebabkan lansia akan mengakhiri hidup dengan episode terminal (Darmojo dan Martono,
1999;4). Penggolongan lansia menurut Depkes dikutip dari Azis (1994) menjadi tiga kelompok
yakni :
1. Kelompok lansia dini (55 – 64 tahun), merupakan kelompok yang baru memasuki lansia.
2. Kelompok lansia (65 tahun ke atas).
3. Kelompok lansia resiko tinggi, yaitu lansia yang berusia lebih dari 70 tahun.
Reaksi petugas kesehatan terhadap fenomena yang terjadi pada klien merupakan bentuk
perhatian petugas kepada klien.
3. Fokus
Sikap ini merupakan upaya perawat untuk tetap berkonsisten terhadap materi komunikasi
yang diingkan. Upaya ini perlu di perhatikan karena umumnya lansia senang menceritakan hal –
hal yang mungkin tidak relavan untuk kepentingan petugas kesehatan.
4. Supotif
Perubahan yang terjadi pada lansia, baik pada aspek fisik maupun psikis secara bertahap
menyebabkan emosi klien relatif menjadi labil. Selama memberi dukungan materiil maupun
moril, petugas kesehatan jangan sampai terkesan menggurui atau mengajari klien karena ini
dapat merendahkan kepercayaan klien kepada perawat atau petugas kesehatan lainnya.
5. Klarifikasi
Dengan berbagai perubahan yang terjadi pada lansia, sering proses komunikasi tidak
berlangsung dengan lancar. Klarifikasi dengan cara mengajukan pertanyaan ulang dan
memberikan penjelasan dari satu kali perlu di lakukan oleh perawat agar maksud pembicaraan
kita dapat diterima dan di presepsikan sama oleh klien.
6. Sabar dan Ikhlas
Seperti yang di ketahui baahwa klien lansia terkadang mengalami perubahan yang
merepotkan dan kekanak – kanakan. Perubahan ini bila tidak di sikapi dengan sabar dan ikhlas
dapat menimbulkan perasaan jengkel bagi perawat sehingga komunikasi yang di lakukan tidak
terapeutik, solutif, namun dapat berakibat berkomunikasi berlangsung emosional dan
menimbulkan kerusakan antara klien dengan petugas kesehatan.
a. Identifikasi pikiran yang paling membahayakan dengan cara observasi klien bila sedang
mengalami puncak reaksinya.
b. Ungkapakan kenyataan yang di alami klien secara perlahan di mulai dari kenyataan yang
merisaukan.
c. Jangan menyongkong penolakan klien, akan tetapi berikan perawatan yang cocok bagi klien dan
bicarakan sesering mungkin jangan sampai menolak.
2. Model SMCR
Kelebihan : proses komunikasi yang terjadi pada model ini relatif simple. Model ini akan efektif
bila kondisi lansia masih sehat, belum banyak mengalami penurunan baik aspek fisik maupun
psikis.
Kekurangan : klien tidak memenuhi syarat seperti yang di tetapkan mempunyai keterampilan,
pengetahuan, pengetahuan, sikap, sistim sosial dan kultur ; karena penolakannya.
3. Model Leary
Model ini antar individu saling mempengaruhi dan dipengaruhi, dimana respon seseorang di
pengaruhi oleh bagaimana orang tersebut diperlakukan. Dalam berkomunikasi dengan klien
lansia seorang perawat diharapkan kepada rentang love yang banyak karena sifat sosil perawat
sangat dibutuhkan oleh lansia.
Kelebihan: terjadi interaksi atau hubungan relationship; hubungan perawat – klien lebih dekat
sehingga masalah lebih dapat terselesaiakan .
Kelemahan: perawat lebih dominan dan klien lansia patuh.
4. Model Terapeutik
Model ini membantu mendorong membantu melaksanakan komunikasi dengan
empati,kesesuaian dan penghargaan. Lansia dengan penolakan sulit bagi kita melaksanakan
empati.
Kelebihan: Dengan tekhnik komunikasi yang baik lansia akan lebih paham apa yang akan kita
bicarakan;kopingnya lebih efektif.
Kelemahan: Kondisi empati kurang cocok diterapkan oleh perawat untuk perawatan lansia
dengan reaksi penolakan.
5. Model keyakinan kesehatan
Menekankan pada persepsi klien untuk mencari sehat, menjauhi sakit, merasakan adanya
ancaman / manfaat untuk mempertahankan kesehatannya.
Kelebihan : lansia yang mengetahui adanya ancaman kesehatan akan dapat bermanfaat dan
sebagai barier dalam melaksanakan tindakan pencegahan penyakit.
Kelemahan : tidak semua lansia merasakan adaanya ancaman kesehatan.
6. Model komunikasi kesehatan
Komunikasi yang berfokus pada transaksi antar profesional kesehatan – klien yang sesuai
dengan permasalahan kesehatan klien. Pandangan sistem komunikasi lebih luas yang mencakup
tiga faktor mayor : relationsihip , trnsaksi dan konteks.
a Relationship
Perawat profesional mengadakan komunikasi dengan klien lansia haruslah menggunakan
ilmu psikososial dan tehnik komuunikasi dimana perawat haruslah ramah, rapi, bertanggung
jawab, tidak sembrono mengeluarkan kata-kata yang dapat menyinggung perasaan klien lansia
sehingga terjalin hubungan saling prcaya. Dalam mengadakan hubungan transaksi hendaknya
seorang perawat profesional mengetahui permasalahan yang dihadapi klien lansia tersebut.
9
b Transaksi
Dalam berkomunikasi dengan lansia hendaknya disepakati untuk menylesaikan masalah
klienbukan untuk hal lain. Pada lansia dengan reaksi penolakan harus hati-hati mencari
informasi dari klien, memberikan feedback baik verbal maupun non verbal dan hendaknya
berkesinambungan.
c Konteks
Perawat profesional harus mengetahui situasi dan yang dihadapi klien. Apabila masalah
bersifat umum / kelompok harus diselesaikaan secara kelompok.
Kelebihan : dapat menyelesaikan masalah klien lansia dengan tuntas. Klien lansia merasa sangat
dekat dengan perawat dan merasa sangat diperhatikan.
Kelemahan : membutuhkan waktu yang lama untuk menyelesaikan permasalahan, fasilitas dalam
memberikan pelayanan harus lengkap.
7. Model interaksi king
Pada model ini intinya adalah kesepakatan sebelum mengadakan interaksi dengan klien lansia.
Perawat harus mempunyai persepsi secara ilmiah tentang hal yang akan dikomunikasikan.
Kelebihan : komunikasi dapat sesuai dengan tujuan jika lansia sudah kooperatif.
Kelemahan : klien lansia dengan reaksi penolakan akan mengalami kesulitan untuk dilakukan
komunikasi model ini, karena tidak kooperatif.
Tehnik komunikasi pada lansia dengan reaksi penolakan harus disertai pengetahuan perawatan
lansia baik fisik, pisokologis, biologis, dan spiritual. Jika klien dalam puncak penolakan maka
perawat harus mengobserfasi pikiran klien, jika klien lansia kooperatif maka perawat dapat
berfungsi sebagai teman dan guru serta tempat mencurahkan perasaan klien.