LAPORAN PENDAHULUAN
A. MASALAH UTAMA
a. Waham Primer
Timbul secara tidak logis sama sekali, tanpa penyebab apa-apa dari luar. Misal seseorang merasa
istrinya sedang selingkuh sebab ia melihat seekor cicak berjalan dan berhenti dua kali.
b. Waham Sekunder
Biasanya logis kedengarannya, dapat diikuti dan merupakan cara bagi penderita untuk
menerangkan gejala-gejala skizofrenia lainnya.
Waham Agama
Keyakinan terhadap suatu agama secar berlebihan diucapkan berulang-ulang tetapi tidak sesuai
dengan kenyataan.
Contoh :
“kalau saya masuk surga saya harus menggunakan pakaian putih setiap hari,” atau mengatakan
bahwa dirinya adalahTuhan yang dapat mengendalikan makhluknya.
Waham Kebesaran
Keyakinan secara berlebihan bahwa dirinya memiliki kekuatan khusus atau kelebihan yang
berbeda dengan orang lain, ducapkan berulang-ulang tetapi tidak sesuai dengan kenyataan.
Contoh :
“saya ini penjabat di Departemen Kesehatan lho…” , “saya punya tembang emas”
Waham curiga
Keyakinan bahwa seseorang atau kelompok orang berusaha merugikan atau mencederai dirinya,
diucapkan berulang – ulang tetapi tidak sesuai dengan kenyataan.
Contoh :
“saya tahu …semua saudara saya mungkin ingin menghancurkan hidup saya karena mereka
semua iri dngan kesuksesan yang dialami saya.
Waham Somatik
Keyakinan seseorang bahwa tubuh atau bagian tubuhnya terganggu atau terserang penyakit,
diucapkan berulang – ulang tetapi tidak sesuai dengan kenyataan.
Contoh :
Klien selalu mengatakan bahwa dirinya sakit kanker, namun setelah dilakukan pemeriksaan
laboratorium tidak ditemukan adanya sel kanker pada tubuhnya.
Waham Nihilistik
Keyakinan seseorang bahwa dirinya sudah meninggal dunia, diucapkan berulang –ulang tetapi
tidak sesuai dengan kenyataan.
Contoh :
“ini kan alam kubur ya, semua yang ada di sisni adalah roh-roh.”
Delusion of reference
Pikiran yang salah bahwa tingkah laku seseorang ada hubunganya dengan dirinya
Waham Kejar
Klien mempunyai keyakinan ada orang atau komplotan yang sedang mengganggunya atau
mengatakan bahwa ia sedang ditipu, dimata-matai atau kejelekannya sedang dibicarakan
Tanda dan gejala dngan perubahan proses pikir : waham adalah sebagai berikut :
1. Kognitif :
Tidak mampu membedakan nyata dengan tidak nyata
Individu sangat percaya pada keyakinannya
Sulit berfikir realita
Tidak mampu mengambil keputusan
2. Afektif
Situasi tidak sesuai dengan kenyataan
Afek tumpul
3. Prilaku dan Hubungan Sosial
Hipersensitif
Hubungan interpersonal dengan orang lain dangkal
Depresif
Ragu-ragu
Mengancam secara verbal
Aktifitas tidak tepat
Streotif
Impulsive
Curiga
4. Fisik
Higiene kurang
Muka pucat
Sering menguap
BB menurun
Nafsu makan berkurang dan sulit tidur
5. Rentang respons
Pikiran logis
Persepsi akurat
Emosi konsisten dengan pengalaman
Perilaku seksusal
Hubungan sosial harmonis
Gangguan isi pikir halusinasi
Perubahan proses emosi
Perilaku tidak terorganisasi
Isolasi sosial
Kadang proses pikir terganggu
Illusi
Emosi berlebih
Berperilaku yang tidak biasa
Menarik diri
6. Etiologi
Gangguan persepsi sensori halusinasi sering disebabkan karena panik, sterss berat yang
mengancam ego yang lemah, dan isolasi sosial menarik diri (Townsend, M.C, 1998). Menurut
Carpetino, L.J (1998) isolasi sosial merupakan keadaan dimana individu atau kelompok
mengalami atau merasakan kebutuhan atau keinginan untuk meningkatkan keterlibatan dengan
orang lain tetapi tidak mampu untuk membuat kontak. Sedangkan menurut Rawlins, R.P dan
Heacock, P.E (1998), isolasi sosial menarik diri merupakan usaha menghindar dari interaksi dan
berhubungan dengan orang lain, individu merasa kehilangan hubungan akrab, tidak mempunyai
kesempatan dalam berpikir, berperasaan. Berpr bestasi, atau selalu dalam kegagalan.
Isolasi sosial menarik diri sering ditunjukkan adanya perilaku (Carpentino, L.J 1998) :
Data subjektif :
b. Tidak komunikatif
e. Kurang aktivitas
7. Faktor Predisposisi
8. Pengembangan
Hambatan perkembangan alam mengganggu hubungan interpersonal seseorang. Hal ini dapat
meningkatkan stres dan ansietas yang berakhir dengan gangguan persepsi, klien menekan
perasaannya sehingga pematangan fungsi intelektual dan emosi tidak efrktif.
1. Sosial budaya
Seseorang yang merasa diasingkan dan kesepian dapat menyebabkan timbulnya waham.
1. Psikologis
Hubungan yang tidak harmonis, peran ganda / bertentangan, dapat menimbulkan ansietas dan
berakhir dengan pengingkaran terhadap kenyataan.
1. Biologis
Waham diyakini tejadi karena adanya atrofi otak, pembesaran ventrikel di otak, atau perubahan
pada sel kontrikal dan limbik.
1. Genetik
2. Faktor Presipitasi
3. Sosial budaya
Waham dapat dipicu karena adanya perpisahan dengan orang yang berarti atau diasingkan dari
kelompok.
1. Biokimia
Dopamin, norepineprin, dan zat halusinogen lainnya diduga dapat menjadi penyebab waham
pada seseorang.
1. Psikologis
Kecemasan yang memanjang dan terbatasnya kemampuan untuk mengatasi masalah sehingga
klien mengembngkan koping untuk menghindari kenyataan yang menyenangkan.
9. Akibat
Akibat dari waham klien dapat mengalami kerusakan komunikasi verbal yang ditandai dengan
pikiran tidak realistic, flight of ideas, kehilangan asosiasi, pengulangan kata-kata yang didengar
dan kontak mata yang kurang. Akibat yang lain yang ditimbulkannya adalah beresiko
mencederai diri, orang lain dan lingkungan.
1. Status mental
Berdandan dengan baik dan berpakaian rapi, tetapi mungkin terlihat ekstrinsik dan aneh. Tidak
jarang bersikap curiga atau bermusuhan terhadap orang lain. Klien biasanya cerdik ketika
dilakukan pemeriksaan sehingga dapat memanipulasi data. Selain itu perasaan hatiya konsisten
dengan isi waham.
Tidak memiliki kelainan dalam orientasi kecuali klien waham spesifik terhadap orang, tempat,
dan waktu. Daya ingat atau kognisi lainnya biasanya akurat. Pengendalian impuls pada klien
waham perlu diperhatikan bila terlihat adanya rencana untuk bunuh diri, membunuh, atau
melakukan kekerasan pada orang lain.
Gangguan proses pikir waham biasanya diawali dengan adanya riwayat penyakit berupa
kerusakan pada bagian korteks dan limbik otak. Bisa dikarenakan terjatuh atau didapat ketika
lahir. Hal ini menunjukkan terjadinya perubah emosional seseorang yang tidak stabil. Bila
kepanjangan akan menimbulkan perasaan rendah diri, kemudian mengisolasi diri dari orang lain
dan lingkungan. Waham curiga akan timbul sebagai manifestasi ketidakmampuan seseorang
dalam memenuhi kebutuhannya. Bila respons lingkungan kurang mendukung terhadap
perilakunya dimungkinkan akan timbul resiko perilaku kekerasan pada dirinya, orang lain dan
lingkungan. Dan kerusakan komunikasi kepada orang lain.
C. POHON MASALAH
Core Problem
Cause Gangguan konsep diri : Harga diri rendah
2. Penatalaksanaan
bina hubungan saling percaya dengan pasien
jangan membantah dan mendukung waham klien
yakinkan klien dalam keadaan aman dan terlindung
observasi kebutuhan klien sehari – hari
memberikan pujian setiap klien melakukan aktivitas yang positif
farmakologi seperti : haloperidol, Chlorpromazine, Trihexipenidil.
Farmakoterapi, ECT dan terapi lainnya seperti: terapi psikomotor, terapi rekreasi, terapi somatik,
terapi seni, terapi tingkah laku, terapi keluarga, terapi spritual dan terapi okupsi yang semuanya
bertujuan untuk memperbaiki perilaku klien dengan waham pada gangguan skizoprenia.
Penatalaksanaan yang terakhir adalah rehabilitasi sebagai suatu proses refungsionalisasi dan
pengembangan bagi klien agar mampu melaksanakan fungsi sosialnya secara wajar dalam
kehidupan masyarakat.
DO :
Kerusakan komunikasi
klien berbicara kacau verbal
1. Pembicaraan klien berbelit-belit
DS :
DO :
Data Objektif :
Gangguan konsep diri :
Ekspresi muka klien sedih dan murung harga diri rendah
E. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Kerusakan Komunikasi verbal b.d waham curiga
2. perubahan isi pikir: waham curiga
F. RENCANA TINDAKAN KEPERAWATAN
Tujuan Umum : Klien dapat mengontrol wahamnya sehingga komunikasi verbal dapat
berjalan dengan baik
Tujuan Khusus :
Intervensi :
Intervensi :
Intervensi :
Intervensi :
Intervensi :
STRATEGI PELAKSANAAN I
Pertemuan : ke 1
1. Proses Keperawatan
1. Kondisi Klien
Klien mengatakan dia tahu bahwa saudaranya ingin mengahancurkan hidupnya dan ingin
menyakiti dirinya. Klien selalu mengulang-ulang perkataanya. Klien terlihat ketakutan dan
bingung.
2. Diagnosa Keperawatan
3. Tujuan
1. Orientasi
a. Salam Terapeutik
”Assalamualaikum perkenalkan nama saya D, saya praktikan dari Stikes ‘Aisyiyah Yogyakarta
yang bertugas pada pagi ini di Bangsal Sariayu. “Saya bertugas dari jam 08.00–14.00, saya yang
akan membantu perawatan ibu hari ini. Pada hari ini kita akan belajar orientasi realita ya bu .”
Nama ibu siapa? Ibu senang dipanggil apa?”
b. Evaluasi Validasi
“Bagaimana perasaan Ibu hari ini? Ada keluhan yang Ibu rasakan hari ini?” “saya lihat Ibu
seperti ketakutan dan bingung Bu?”
c. Kontrak
Topik: “Bisa kita berbincang-bincang tentang apa yang Ibu Y rasakan sekarang?”
Waktu : “Berapa lama Ibu Y mau berbincang-bincang dengan saya? Bagaimana kalau 20 menit
Bu?”
Tempat : “Dimana enaknya kita bercakap-cakap Bu? Ibu mau disini,di depan atau ditaman bu?”
”baik ibu kita akan berbincang-bincang di taman.”
1. KERJA :
“ibu tidak usah khawatir karena kita berada ditempat yang aman“Ibu masih ingat tidak apa yang
menyebabkan ibu di bawa ke sini? Oh jadi kemarin ibu di bawa ke sini karena di bawa oleh
petugas saat ibu sedang menjemur baju ya bu? Ibu sebelumnya pernah di rawat di sini tidak bu?
jadi sebelumnya ibu pernah di rawat 3 kali di sini ya? Sebelum di sini ibu pernah di rawat di
mana saja? Di rumah sakit panti Agung ya bu sebelum dari sini?” apakah ada keluarga yang sakit
sama seperti ibu?” tidak ada, tapi adik kandung saya bunuh diri gara-gara tidak punya uang”
bagaimana respon dari keluarga ibu tentang sakitnya ibu sekarang?” oh baik jadi keluarga ibu
sangat peduli ya dengan sakitnya ibu kali ini, makanya ibu di bawa ke sini agar ibu dapat
beristirahat dan bisa menenangkan fikiran ibu ya?” iya ibu bagaimana perasaan ibu setelah di
sini? Jadi ibu di sini sudah bisa mulai tenang kalau tidak memingkirkan masalah sama kakak ipar
ibu ya?” sebelumnya bagaimana hubungan ibu dengan kakak ipar ibu? Oh baik jadi hubungan
ibu sama kakak ipar ibu kurang baik ibu tidak suka dengan kakak ipar ibu, karena kakak ipar ibu
suka menghabiskan uang suami ibu dan selalu punya niatan untuk melukai ibu ya bu?
Sebelumnya ibu tahu tidak ciri-ciri orang yang mau menyakiti?ibu sering disakiti sama kakak
ipar?bagian mana yang disakiti bu?kalau disakiti bisa hilang dalam berapa waktu?coba bu liat
bagianmana yang disakiti?nah ini tidak ada luka bu?berati ibu?
1. TERMINASI :
2. Evaluasi subyektif
“tadi kita sudah belajar tentang orientasi realita ya bu? Ibu masih ingat tidak kita sudah
melakukan apa tadi? O ya Bagus”
“Bagaimana kalau kegiatan orientasi realita tentang berpikir positif ibu terus lakukan?”
“ibu tidak usah takut ya bu”
1. Kontrak
Topik : “Baikalah ibu besok kita akan bercakap-cakap lagi, besok ibu mau bercakap-cakap
tentang apa bu? Bagaimana kalau kesukaan ibu dirumah, memasak atau kegemaran ibu?” baik
ibu besok kita akan membicarakan tentang kegemaran ibu”
Tempat: “tempatnya besok mau di mana ibu?” baik ibu kita besok bertemu disini lagi.”“Kalau
begitu, saya permisi dulu ya bu. Assalamu’alaikum ibu”
STRATEGI PELAKSANAAN II
Pertemuan : ke 2
1. Kondisi Klien
Klien merasa senang berbincang-bincang dan merasa dirinya lebih aman dengan berfikir positif.
2. Diagnosa Keperawatan
3. Tujuan
1. Orientasi
a. Salam Terapeutik
”Assalamualaikum ibu, sesuai dengan kesepakatan kita kemarin , saya datang lagi bu untuk
membicarakan kegemaran ibu”
b. Evaluasi Validasi
“sebelumnya ibu masih ingat dengan saya bu?” “coba ibu sebutkan nama saya?” “bagus ibu ,
masih mengingat saya, dan ibu masih ingat yang kita bicarakan kemarin bu?”
c. Kontrak
Topik: “Bisa kita mulai berbincang-bincang tentang apa yang Ibu Ygemari ?”
2. KERJA :
“ibu apa saja yang menjadi kegemaran atau hobi ibu?” wah ternyata ibu pandai merajut?” “ibu
bisa ceritakan kepada saya kapan pertama kali ibu mulai mencoba merajut itu bu?” siapa yang
mengajarkan kepada ibu pertama kalinya bu?” “apakah ibu punya hasil dari rajutan ibu
sebelumnya? Bisa di perlihatkan kepada saya bu?””waaah bagus sekali rajutan ibu, ini tampak
cerah dan warnanya juga sesuai bu begitu juga rapi.” “ bagaimana kalau sekarang ibu
melanjutkan kemampuan ibu tersebut?” “ coba kita buat jadwal untuk kemampuan ibu ini ya,
berapa kali sehari ibu mau melakukannya bu?” “apa yang ibu harapkan dari kemampuan ibu
ini?” “ada tidak bu kemampuan lain yang ibu miliki?”
3. TERMINASI :
4. Evaluasi subyektif
“Bagimana perasaan ibu setelah berbincang-bincang dengan saya tentang kemampuan yang ibu
miliki”
”setelah ini coba ibu lakukan kembali ya bu sesuai dengan jadwal yang telah kita buat.” “saya
akan lihat kembali apa yang ingin ibu rajut.” “ibu sebelumnya ibu masih ingat tidak bu obat yang
ibu minum selama ini?” Mari…kita masukkan dalam jadual aktivitas harian. Nach… lakukan ya
bu, dan beri tanda kalau sudah dilakukan seperti M ( mandiri ) kalau dilakukan tanpa disuruh, B (
bantuan ) kalau diingatkan baru dilakukan dan T ( tidak ) tidak melakukan?
1. Kontrak
Topik : “Baikalah ibu besok saya akan kembali datang lagi bu, besok kita akan membicarakan
tentang obat yang harus ibu minum, setuju?”
Tempat: “bagaimana kalau tempatnya besok di depan kamar ibu?” “Kalau begitu, saya permisi
dulu ya bu. Assalamu’alaikum ibu”
Pertemuan : ke 3
1. Proses Keperawatan
1. Kondisi Klien
Klien merasa senang berbincang-bincang dengan perawat dan merasa ada yang memperhatikan
klien tersebut. Klien dapat bercakap-cakap dengan teman atau perawat, klien tidak tampak
bingung dan ketakutan lagi.
2. Diagnosa Keperawatan
3. Tujuan
Klien dapat berorientasi kepada realitas secara bertahap
Klien mampu berinteraksi dengan orang lain dan lingkungan
Klien mampu menggunakan obat dengan benar
1. Orientasi
a. Salam Terapeutik
”Assalamualaikum ibu, sesuai dengan kesepakatan kita kemarin , saya datang lagi bu”
“sebelumnya saya bisa lihat Jadwal Kegiatan Harian ibu?“
b. Evaluasi Validasi
”ibu sampai mana sekarang ibu merajutnya? Bisa saya lihat bu?”
c. Kontrak
Topik: “baik ibu sesuai dengan janji kita untuk membicarakan tentang obat yang ibu minum?”
”apakah ibu sudah ingat obat yang selama ini ibu minum?”
1. KERJA :
“Ibu perlu minum obat ini agar pikirannya jadi tenang , dan tidurnya juga tenang” “Obatnya ada
tiga macam ya bu, yang warnanya orange ini namanya CPZ , yang putih ini THP, dan yang
merah jambu ini namanya HLP. Semuanya ini harus diminum 3 kali sehari, setiap jam 7 pagi, 1
siang dan 7 malam. “Bila nanti setelah minum obat mulut ibu terasa kering, untuk mengatasinya
ibu bisa mengisap-isap es batu.” Bila mata terasa berkunang – kunang, Ibu sebaiknya istirahat
dan jangan beraktivitas dulu.” “sebelum minum obat ini, ibu lihat dulu label di kotak obat,
apakah benar namanya ibu tertulis di sana, berapa dosisnya yang harus ibu minum, jam berapa
saja harus diminum. Baca juga apakah nama obatnya sudah benar” “Ibu obat ini harus diminum
secara tertratur dan kemungkinan besar ibu minum salam waktu yang lama. Sebaiknya ibu tidak
menghentikan sendiri obat yang harus diminum sebelum berkonsultasi dengan dokter.”
1. TERMINASI :
2. Evaluasi subyektif
“Bagimana perasaan ibu setelah berbincang-bincang dengan saya obat yang ibu minum?” “coba
ibu sebutkan kembali obat yang ibu minum?”
1. Kontrak
Topik : “nanti saya akan bicara dengan suami dan keluarga ibu, untuk membicarakan cara
merawat ibu dirumah.
Tempat: “untuk tempatnya seperti sekarang saja ya bu.“ ”Kalau begitu, saya permisi dulu ya bu.
Assalamu’alaikum ibu”
Interaksi ke : 1 (satu)
Tujuan Interaksi : Membina hubungan saling percaya antara perawat dengan pasien,
mengidentifikasi kebutuhan yang tidak terpenuhi dan cara memenuhi kebutuhan ;
mempraktekkan pemenuhan kebutuhan yang tidak terpenuhi
ANALISA ANALISA
BERPUSAT BERPUSAT
KOMUNUKASI KOMUNUKASI PADA PADA
VERBAL NON VERBAL PERAWAT KLIEN RASIONAL
P : Ingin K:
P: P: memandang S membuka memberikan
Assalamu’alaikum dan tersenyum. percakapan tanggapan
bu, perkenalkan dengan klien positif atas Pasien merasa
kami mahasiswa kehadiran Y. percaya dan
stikes aisyiyah, terlindungi
dengan ibu siapa ? dengan
P : merasa adanya
K: K: pandangan senang karena perawat.
Wa’alaikumsalam. tidak fokus dan S memberikan
Ny.Y tersenyum. respon positif K : merasa
terhadap diperhatikan
percakapan oleh
praktikan.
P: Ingin
P: memandang Y mengetahui
dan tersenyum. perasaan yang
dirasakan
P: Bagaimana pasien.
perasaan ibu hari K: Merasa Untuk
ini? K: pandangan tenang mengetahui
mata waspada karena ada perasaan
K: Senang mba. keluar ruangan. praktikan. pasien hari ini
P: Ibu Y, kami
disini akan P: Memandang Y
berbincang- dengan
bincang mengenai senyuman.
keadaan ibu
sekarang.Bagaiman K: Pandangan P: Ingin K: Pasien Untuk
a ibu? mata tidak fokus mengetahui memandang mendapatkan
terhadap perawat keadaan Y kearah luar persetujuan
K: Iya, mba. yang bertanya. saat ini. ruang dari pasien.
P: Kalau begitu,
apa ibu pernah P: Memandang Y
dilukai oleh kakak dengan sikap
ibu? terapeutik.
P: Mengetahui K: Merasa Menggoyahka
K: Pernah mba, K: Menampakan apakah pernah kesal saat n perasaan
dilempar pakai muka kesal dilukai secara cerita curiga
barang-barang terhadap kejadian fisik oleh kejadian terhadap
mba. yang dialami. kakak iparnya. yang dialami. kakak iparnya.
P: Memandang Y
P: Apanya yang dengan perhatian. P:
kena bu? Memandang Y
K: Memegang dengan Menggoyahka
K: Tangan saya tangan dan muka pandangan K: Tampak n perasaan
mba. cemberut. melindungi. sedih. curiga.
P: lukanya
berdarah dan lebar P: memandang Y Tindak lanjut
ga bu? dengan fokus. P: untuk
Memandang Y menggoyahka
K: Ia mba K: Muka nampak dengan sikap K: Tampak n perasaan
berdarah. sedih. peduli. tidak ceria. curiga Ny.Y.
P : tersenyum dan
P: Ibu kapan menatap klien
dilukainya? P: ingin
K : menoleh dan mengetahui K: Mengetahui
K: Pas mau dibawa menatap dengan waktu pasien menganggap waktu pasien
kesini mba. muka datar. terluka. biasa. terluka.
P : menatap klien K:
P: Kira-kira dengan mengetahui
harusnya sekarang tersenyum, dan waktu yang
udah sembuh mengangguk P: mengethui dibutuhkan
belum, bu? waktu untuk Mengoyahkan
K:Memandang penyembuhan penyembuha waham
K: Belum, mba. keluar ruangan. luka. n. pasien.
P: Memandang
dengan penuh
P: kalau begitu perhatian
sekarang keadaan
tangan ibu P: Menggoyahka
bagaimana? K: Melihat Mengklarifika n waham
keadaan si keadaan K: pasien curiga yang
K: Gapapa mba. tangannya tangan. mulai goyah. dialami pasien
K: (klien hanya
diam) K: diam sambil
berpikir.
P: baiklah ibu,
bincang-bincang
kita cukup sampai
disini saja ya bu?
P: memandang Y
Sekarang ibu bisa dan berbicara
melanjutkan dengan sopan.
aktivitas ibu P: mengakhiri
selanjutnya. pertemuan K: Salam
Assalamu’alaikum. dengan Y. Mengiyakan penutup untuk
K:menganggukka pernyataan menutup
K: iya mba. Iya. n kepala. perawat interaksi .
DAFTAR PUSTAKA
Carpenito, Lynda Juall, 2000. Diagnosa keperawatan Aplikasi pada praktis klinis (terjemahan).
Edisi 6. Jakarta : EGC.
Rasmun, 2001. Keperawatan Kesehatan Mental Psikiatri Terintegrasi dengan Keluarga, Jakarta :
CV. Sagung Seto.
Stuart & Sunden, 1998. Pocket Guide to Psychiatric Nursing. Jakarta : EGC.