Anda di halaman 1dari 10

Analisis Dampak Penggunaan Varian Tekanan Suction terhadap Pasien

Cedera Kepala Berat

Hendy Lesmana1, Tri Wahyu Murni2, Anastasia Anna3


1
Fakultas Ilmu Kesehatan, Universitas Borneo, 2Fakultas Kedokteran, Universitas Padjadjaran, 3Fakultas
Keperawatan, Universitas Padjadjaran
E-mail : hendylesmana2@gmail.com

Abstrak

Penurunan kesadaran pada pasien cedera kepala berat akan menimbulkan risiko gangguan jalan napas sehingga perlu
dilakukan intubasi endotrakeal untuk mempertahankan perfusi otak. Suctioning diperlukan untuk mempertahankan
oksigenasi tetapi dapat menimbulkan penurunan saturasi oskigen, peningkatan TIK dan trauma jalan nafas. Tekanan
suction yang tepat sangat diperlukan untuk mengatasi penurunan saturasi oksigen pada klien cedera kepala berat.
Penelitian Quasi experiment ini bertujuan mengetahui perbedaan saturasi oksigen pada pasien cedera kepala setelah
dilakukan suctioning pada tekanan 100 mmHg, 120 mmHg dan 150 mmHg. Desain penelitian menggunakan one group
pre test and post test without control, yang dilakukan pengukuran berulang. Hasil penelitian didapatkan semakin tinggi
penggunaan tekanan suction maka akan semakin terjadi penurunan saturasi oksigen. Hasil penelitian ini diharapkan
menjadi panduan dalam melakukan suction pada pasien cedera kepala berat dengan memerhatikan saturasi oksigen.

Kata kunci: Cedera kepala berat, hiperoksigenasi, suctioning, saturasi oksigen, & tekanan suction.

The Use of Different Pressure of Suction and Its Impact on Oxygen


Saturation among Patients with Head Injury

Abstract

Rather maintaining adequate airway patency, suctioning may pose risk of developing diminished oxygen
saturation among patient with severe head injury. Patients may also experience intra cranial pressure (ICP)
and airway trauma. Therefore, providing appropriate pressure of suction machine is needed to overcome those
problems particularly to reduce risk of diminished oxygen saturation. This quasi-experimental study aimed to
determine differences in oxygen saturation among patients with head injury after suctioning with three different
pressures: 100 mmHg, 120 mmHg and 150 mmHg. The study design used one group pretest and post-test
without control that performed with repeated measurements. Findings suggest higher pressure of suctioning
tends to decrease their oxygen saturation. Results are expected to provide best practice to conduct suctioning
for patients with severe head injury and maintaining oxygen saturation after hyper oxygenation action.

Key words: Hyperventilation, oxygen saturation, severe head injury, suctioning, and suction pressure.

Volume 3 Nomor 3 Desember 2015 129


Hendy Lesmana: Analisis Dampak Penggunaan Varian Tekanan Suction

Pendahuluan suction (Hudak & Gallo, 2010). Peningkatan


sekresi dan kekentalan dari mukus pada pasien
Menurut Henderson yang dikutip oleh yang terpasang ventilator dapat menyebabkan
Basfort dan Slevin (2006), perawat harus penyumbatan pada lumen selang endotrakeal
selalu meyakini bahwa terdapat kebutuhan (ETT) sehingga menyebabkan pasien kritis
pasien yang harus dipenuhi oleh perawat. mengalami masalah pada status respirasinya.
Karakteristik utama dari sakit dimana pasien Tindakan keperawatan dibutuhkan segera
mengalami ketergantungan pada berbagai untuk mengeluarkan sekret dari jalan nafas
tingkat inkapasitas individu sehingga fungsi dengan suctioning atau pembersihan pada
perawat adalah memenuhi kebutuhan dasar lumen ETT (Stone et al, 1998).
dari pasien dimana kebutuhan oksigenasi Pengisapan (suction) adalah aspirasi sekret
merupakan kebutuhan yang sangat vital bagi melalui sebuah kateter yang disambungkan
pasien terutama pada pasien yang mengalami ke mesin pengisap atau saluran pengisap
penurunan kesadaran. yang ada di dinding. Pengisapan dapat
Pasien yang mengalami penurunan dilakukan melalui nasofaring, orofaring dan
kesadaran umumnya mengalami gangguan intubasi endotrakeal. Suction adalah tindakan
jalan nafas, gangguan pernafasan dan keperawatan yang paling sering dan penting
gangguan sirkulasi. Gangguan pernafasan pada tatanan keperawatan kritis. Prosedur
biasanya disebabkan oleh gangguan sentral suctioning banyak bervariasi antar lembaga
akibat depresi pernafasan pada lesi di dan praktisi, hal ini dikarenakan suctioning
medula oblongata atau akibat gangguan hanya didasarkan pada kegiatan rutin perawat
perifer, seperti : aspirasi, edema paru, emboli daripada berdasarkan hasil penelitian.
paru yang dapat berakibat hipoksia dan Minimnya penelitian terkait suctioning
hiperkapnia. Tindakan yang dapat dilakukan menyebabkan bervariasinya suctioning antar
pada kondisi di atas adalah pemberian lembaga dan praktisi kesehatan (Thompson
oksigen, cari dan atasi faktor penyebab serta et al., 2000 dalam Kelleher & Andrews,
pemasangan ventilator. Pada pasien cedera 2006).
kepala berat dan sudah terjadi disfungsi Tindakan pengisapan endotrakeal dapat
pernafasan, di rawat di ruang perawatan menyebabkan beberapa masalah pada pasien
intensif dan terpasang selang endotrakheal kritis bila dilakukan dengan prosedur yang
dengan ventilator dan sampai kondisi klien tidak benar, di antaranya penurunan saturasi
menjadi stabil (Muttaqin, 2008; Basuki & oksigen, disritmia jantung, hipotensi, dan
Dian, 2009; Hudak & Gallo, 2010). bahkan menyebabkan peningkatan tekanan
Pasien yang terpasang ventilator intrakranial (Hudak & Gallo, 2010).
membutuhkan rencana keperawatan yang Pengaturan penggunaan tekanan suction
khusus. Perawatan jalan nafas terdiri dari dan pemberian hiperoksigenasi sebelum
pelembapan adekuat, tindakan membuang suctioning dapat meminimalkan efek
sekret, perubahan posisi dan suctioning. samping yang terjadi. Tekanan suction yang
Kelembapan saluran nafas dapat dilakukan dianjurkan adalah 100 mmHg–150 mmHg,
dengan menggunakan cairan humidifier, tetapi belum ada data yang menunjukkan
semua udara yang dialirkan dari ventilator seberapa besar penggunaan tekanan tersebut
melalui air humidifier, dihangatkan dapat menyebabkan penurunan saturasi
dan dijenuhkan. Tindakan ini berfungsi oksigen, sehingga dibutuhkan penelitian
untuk mencegah obstruksi jalan nafas lanjutan untuk mengkaji hal tersebut
yang disebabkan oleh sekresi kering dan (Wainwright & Gould, 1996).
perlengketan mukosa. Suction dilakukan bila Terdapat variasi dalam penggunaan tekanan
terdengar suara ronki atau sekresi terdengar negatif pada suctioning baik pada beberapa
saat pernafasan. Peningkatan tekanan literatur atau pun beberapa penelitian.
inspirasi puncak pada ventilator dapat Glass & Grap (1995), merekomendasikan
mengindikasikan adanya perlengketan atau penggunaan tekanan negatif suctioning
penyempitan jalan nafas oleh sekret, juga pada pasien dewasa sebesar 80 mmHg –
menunjukkan kebutuhan untuk dilakukan 120 mmHg. Kozier, Berman, dan Snyder

130 Volume 3 Nomor 3 Desember 2015


Hendy Lesmana: Analisis Dampak Penggunaan Varian Tekanan Suction

(2011) merekomendasikan penggunaan pengukuran berulang dapat meminimalkan


tekanan suction pada pasien dewasa variabel perancu (kondisi fisiologis paru) bila
antara 100 mmHg–120 mmHg. Berman dilakukan pada responden yang berbeda.
et al., (2009), merekomendasikan tekanan Populasi adalah semua pasien cedera
negatif suction pada pasien dewasa sebesar kepala berat yang terpasang selang
100 mmHg–120 mmHg. Hahn (2010), endotrakeal di ruang Neurosurgical Critical
menganjurkan penggunaan tekanan suction Care Unit (NCCU) yang memenuhi kriteria
pada pasien dewasa sebesar 70 mmHg–150 inklusi yg telah ditetapkan. Teknik sampling
mmHg. Mestecky dan Woodward (2011), menggunakan purposive sampling, dimana
menganjurkan tekanan suction antara peneliti memilih sampel berdasarkan
100–150 mmHg, jika sekret kental jangan pertimbangan tertentu diantaranya kondisi
mencoba meningkatkan tekanan suction klinis klien. Jumlah sampel yang ditetapkan
tetapi sekret yang kental dapat dimobilisasi berdasarkan hasil perhitungan rumus
dengan menggunakan humidifikasi dan analitis numerik berpasangan dengan
tindakan nebulezer. Tekanan 100 mmHg mempertimbangkan drop out sebesar 10 %
merupakan tekanan negatif minimal yang maka jumlah sampel ditetapkan sebanyak 21
dianjurkan untuk melakukan suction tetapi responden.
tekanan suction dapat diatur berdasarkan Pengumpulan data penelitian dimulai dari
jumlah dan karakteristik dari sekret yang Bulan April sampai dengan Juni 2013 hingga
terdapat pada jalan nafas, bila tekanan 100 jumlah sampel mencapai 21 responden.
mmHg belum dapat memobilisasi sekret Penelitian ini dilaksanakan di Ruang
maka tekanan dapat ditingkatkan menjadi Perawatan Neurosurgical Critical Care Unit
120 mmHg, tekanan dapat maksimal hingga (NCCU) RSUP Dr Hasan Sadikin Bandung.
150 mmHg karena bila lebih dari tekanan Pasien cedera kepala berat yang memenuhi
tersebut dapat menyebabkan trauma jalan kriteria inklusi penelitian sebelumnya
nafas dan hipoksia (Potter & Perry, 2010; dilakukan hiperoksigenasi 1–3 menit hingga
Hahn, 2010; Day et al. 2002). saturasi oksigen melebihi 95%, kemudian
Berdasarkan uraian di atas, peneliti dilakukan suctioning dengan tekanan 100
mengambil kesimpulan bahwa sangat mmhg dan dilakukan pengukuran saturasi
terbatas literatur atau penelitian yang oksigen. Ketika ada indikasi suction, kegiatan
mengkaji tekanan suction yang efektif dalam ini diulang dengan penerapan tekanan 120
mempertahankan saturasi oksigen yang mmHg dan 150 mmHg.
adekuat untuk pasien yang dirawat di ruang Uji normalitas data dilakukan dengan
intensif khususnya pasien cedera kepala menggunakan rumus uji Shapiro Wilk. Hasil
berat. Dari beberapa literatur dan penelitian, uji Shapiro Wilk menunjukkan nilai p <
tekanan negatif yang banyak dianjurkan pada 0,05, maka dapat disimpulkan bahwa data
suction adalah 100 mmHg, 120 mmHg dan saturasi oksigen setelah suctioning tidak
maksimal 150 mmHg, sehingga penting berdistribusi normal. Dengan demikian maka
untuk melakukan penelitian “analisis dampak analisis data dilakukan dengan uji Friedman
penggunaan varian tekanan suction terhadap dan dilanjutkan dengan uji post-hoc : uji
pasien cedera kepala berat”. wilcoxon.
Dalam rangka menjunjung tinggi ethical
clearance, maka peneliti memegang teguh
Metode Penelitian sikap ilmiah (scientific attitude) serta
menggunakan prinsip etika penelitian, yaitu:
Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif, Beneficence, Non Maleficence, Autonomy,
dengan metode penelitian eksperimen semu Anonimyty, Veracity dan Justice. Penelitian
(quasi experiment) khususnya menggunakan ini juga telah mendapatkan persetujuan
desain pre and post test without control group etik oleh Komite Etik Penelitian Kesehatan
dengan pengukuran yang berulang (repeated Fakultas Kedokteran Universitas Padjadjaran
measures) dengan pertimbangan ketika Bandung dengan nomor : 160/UN6.C2.1.2/
menggunakan satu responden yang dilakukan KEPK/PN/2013.

Volume 3 Nomor 3 Desember 2015 131


Hendy Lesmana: Analisis Dampak Penggunaan Varian Tekanan Suction

Pasien cedera kepala berat yang dirawat di ruang NCCU

Terdapat secret di trakhea


Pasien yang terpasang endotracheal rube dengan
atau tanpa ventilator dan terpasang pulse oxymetri

Memenuhi kriteria inkus dan eksekusi

Indikasi Informasi consent


suction

Tekanan suction
Post test 1 :
Hiperoksi Pre test 1 : 100 mmHg
saturasi oksigen
generasi saturasi oksigen selama 15 detik

Tekanan suction
Hiperoksi Pre test 2 : Post test 2 :
120 mmHg
generasi saturasi oksigen saturasi oksigen
selama 15 detik

Hiperoksi Pre test 3 : Tekanan suction Post test 3 :


generasi saturasi oksigen 150 mmHg saturasi oksigen
selama 15 detik

Proses coding,entry, dan


cleaning data

Analisis data dengan statistik

Hasil dan kesimpulan

Gambar 1. Alur Penelitian

Hasil Penelitian mencegah terjadi hipoksia setelah suction


dilakukan. Guna menilai homogenitas
Sebelum dilakukan suctioning, responden responden sebelum dilakukan tindakan
sebelumnya dilakukan tindakan suction, maka dilakukan pendokumentasian
hiperoksigenasi terlebih dahulu guna nilai saturasi sebelum suction (Tabel. 1).

Tabel 1 Nilai Saturasi Oksigen Sebelum Suctioning dengan Tekanan 100 mmHg, 120 mmHg
dan 150 mmHg di Ruang NCCU 2013
Saturasi Oksigen (%)
Tekanan
Suction Min Max Rata-Rata SD p Value

100 mmHg 99 100 99.90 0.301


120 mmHg 99 100 99.95 0.218 0.367
150 mmHg 99 100 99.95 0.218

132 Volume 3 Nomor 3 Desember 2015


Hendy Lesmana: Analisis Dampak Penggunaan Varian Tekanan Suction

Tabel 2 Nilai Saturasi Oksigen Sebelum dan Setelah Suctioning dengan Tekanan 100 mmHg,
120 mmHg dan 150 mmHg di Ruang NCCU 2013
Tindakan dan tekanan Saturasi Oksigen (%)
suction
Mean + SD pre Mean + SD post p value
Pre & Post pd tekanan 99.90 + 0.301 98.71 + 0.463 0,0001
100 mmHg
Pre & Post pd tekanan 99,95 + 0.218 97.33 + 0.577 0,0001
120 mmHg
Pre & Post pd tekanan 99,95 + 0.218 96.05 + 0.669 0,0001
150 mmHg

Tabel 3 Nilai Saturasi Oksigen Setelah Suctioning dengan Tekanan 100 mmHg, 120 mmHg dan
150 mmHg di Ruang NCCU 2013
Tekanan Saturasi Oksigen (%)
Suction Min Max Rata-Rata SD p Value
100 mmHg 98 99 98.71 0.463
120 mmHg 96 98 97.33 0.577 0.0001
150 mmHg 95 97 96.05 0.669

Saturasi oksigen sebelum dilakukan Setelah suctioning, saturasi oksigen


suctioning pada tekanan 100 mmHg, 120 responden dicatat dan dilakukan analisis
mmHg dan 150 mmHg berkisar antara dampak dari penerapan variasi (100 mmHg,
nilai minimal 99 % dan nilai maksimal 120 mmHg & 150 mmHg) tekanan suction
100 %. Setelah dilakukan uji homogeneity yang digunakan (Tabel 3).
dengan menggunakan levene test didapatkan Saturasi oksigen sebelum dan setelah
nilai p=0, 367, dengan demikian tidak suctioning pada tekanan 100 mmHg
terdapat perbedaan yang bermakna antara mengalami penurunan hingga 2 %. Pada
nilai saturasi oksigen sebelum dilakukan tekanan 120 mmHg, saturasi oksigen sebelum
suctioning pada tekanan 100 mmHg, tekanan dan setelah suctioning mengalami penurunan
120 mmHg dan tekanan 150 mmHg. Setelah hingga 4 % dan saturasi oksigen sebelum dan
suctioning, saturasi oksigen responden setelah suctioning pada tekanan 150 mmHg
dicatat dan dilakukan analisis dampak dari mengalami penurunan hingga 5 %.
penerapan variasi (100 mmHg, 120 mmHg & Dilanjutkan dengan uji post-hoc Wilcoxon
150 mmHg) tekanan suction yang digunakan dimana nilai p= 0,0001 pada ketiga tekanan,
(Tabel 2). hal ini menunjukkan terdapat perbedaan
Saturasi oksigen setelah dilakukan saturasi oksigen sebelum dan setelah
suctioning pada tekanan 100 mmHg, 120 suctioning pada tekanan 100 mmHg,
mmHg dan 150 mmHg berbeda dan setelah tekanan 120 mmHg dan tekanan 150
dilakukan uji Friedman, didapatkan nilai p = mmHg. Penerapan ketiga tekanan tersebut
0,0001. Dapat disimpulkan terdapat perbedaan menyebabkan penurunan saturasi oksigen
nilai saturasi oksigen setelah suctioning pada setelah suctioning dalam tingkatan yang
penggunaan tekanan 100 mmHg, 120 mmHg berbeda-beda, dimana semakin besar tekanan
dan 150 mmHg, dimana semakin tinggi maka akan semakin besar penurunan saturasi
tekanan suction yang digunakan maka akan oskigen setelah suctioning.
semakin banyak penurunan saturasi oksigen
yang terjadi.
Gambaran nilai saturasi oksigen sebelum Pembahasan
dan setelah suctioning pada penggunaan
tekanan 100 mmHg, 120 mmHg dan 150 Pemberian terapi oksigen pada pasien cedera
mmHg (Tabel 3). kepala berat merupakan hal yang penting guna

Volume 3 Nomor 3 Desember 2015 133


Hendy Lesmana: Analisis Dampak Penggunaan Varian Tekanan Suction

mencegah terjadinya hipoksia otak yang akan suctioning (setelah tindakan hiperoksigenasi)
menyebabkan kematian neuron yang dapat pada tekanan 100 mmHg, tekanan 120
terjadi 5 menit awitan hipoksemia. Semua mmHg dan tekanan 150 mmHg tidak
responden mendapatkan terapi oksigen, tetapi menunjukkan perbedaan yang bermakna,
terdapat dua metode pemberian oksigen yang hal ini terbukti setelah dilakukan levene test
berbeda pada 21 responden tersebut, yaitu yang menunjukkan nilai p= 0, 367. Penelitian
16 responden mendapatkan terapi oksigen T yang dilakukan oleh Smith et al. (1987) yang
Piece dengan aliran 5 L/menit dan responden menyatakan tidak terdapat perbedaan yang
mendapatkan terapi oksigen menggunakan bermakna pada dua protokol hiperoksigenasi
ventilator mode pressure support dengan sebelum dilakukan suction antara pemberian
FiO2 : 35 % –75 %, PEEP : 5–8 cmH2O FiO2 100 % pada ventilator dan pemberian
dan IPL : 6–10 cmH2O. Peneliti sulit untuk 10 liter/menit dengan menggunakan bag
mendapatkan ketiga komponen tersebut valve mask dengan reservoir (p > 0,05) pada
dalam keadaan sama, sehingga ini merupakan pasien yang terpasang ventilator, dimana
suatu keterbatasan penelitian, walaupun kedua protokol tersebut dapat meningkatkan
setelah dilakukan uji Kruskal-Wallis pada saturasi hingga 100 % yang dapat mencegah
dua metode pemberian oksigen tersebut hipoksemia pasca suctioning (Hahn. , 2010;
(ventilator dan T Piece) terhadap saturasi American Association for Respiratory Care,
oksigen setelah suctioning, didapatkan p> 2010).
0,05 dimana tidak terdapat perbedaan yang Penelitian yang dilakukan oleh Oh
bermakna saturasi oksigen setelah suctioning dan Seo (2003), tindakan hiperoksigenasi
pada pasien yang mendapatkan terapi oksigen sebelum suctioning dapat menurunkan angka
T Piece dan Ventilator dengan penggunaan kejadian hipoksemia akibat suction sebesar
tekanan suction 100 mmHg, 120 mmHg dan 32 %, sedangkan tindakan hiperoksigenasi
150 mmHg. yang dilakukan sebelum dan setelah
Teknik suction yang digunakan pada suctioning dapat menurunkan angka kejadian
penelitian ini adalah open suction, dimana hipoksemia akibat dari suctioning sebesar 49
teknik open suction pada pasien yang %. Prosedur hiperoksigenasi pada penelitian
terpasang ventilator ketika sambungan ini dilakukan sebelum dan setelah suctioning
antara ETT dengan selang Y pada ventilator guna mencegah terjadinya hipoksemia akibat
terputus, menyebabkan tekanan jalan nafas dari suctioning tersebut.
menurun mendekati tekanan atmosfir Ukuran kateter suction yang digunakan
sebelum suctioning berlangsung sehingga pada penelitian ini berdasarkan pada rumus :
tidak terdapat perbedaan tekanan jalan nafas Fr=(Ukuran ETT – 1) x 2, hal ini berdasarkan
pada pasien yang terpasang ventilator dan pada penelitian Hahn (2010), dimana rumus
tidak terpasang ventilator bila menggunakan yang digunakan tersebut menghasilkan
teknik open suction (Almgren, Wickerts, ukuran kateter suction kurang dari setengah
Heinonen, & Hogman, 2003). diameter ETT dan mempunyai kemampuan
Nilai saturasi oksigen sebelum dilakukan evakuasi sekresi lebih baik bila dibandingkan
suction (setelah tindakan hiperoksigenasi) dengan penerapan rumus yang lain (Fr=
pada tekanan 100 mmHg, tekanan 120 mmHg <Ukuran ETT–2> x 2).
dan tekanan 150 mmHg terbanyak pada nilai Nilai saturasi oksigen setelah suctioning
100 %, hal ini disebabkan karena adanya pada tekanan 100 mmHg menunjukkan nilai
tindakan hiperoksigenasi yang dilakukan minimal 98 %, pada tekanan 120 mmHg
selama 2 menit. Tindakan hiperoksigenasi dengan nilai minimal 96 % dan pada tekanan
dilakukan dengan cara memberikan oksigen 150 mmHg menunjukkan nilai minimal 95 %.
100 % melalui pemberian FiO2 100 % Terlihat perbedaan nilai saturasi oksigen pada
(pada pasien yang terpasang ventilator) atau penggunaan ketiga tekanan suction tersebut,
dengan pemberian oksigen menggunakan hal ini hal ini didukung dengan hasil uji
bag valve mask dengan reservoir pada aliran Friedman p = 0,0001. Selain itu pula terlihat
10 liter/menit (pada pasien yang terpasang T semakin besar penggunaan tekanan suction
Piece). Saturasi oksigen sebelum dilakukan yang digunakan pada saat suctioning maka

134 Volume 3 Nomor 3 Desember 2015


Hendy Lesmana: Analisis Dampak Penggunaan Varian Tekanan Suction

akan semakin besar terjadi penurunan nilai oksigen hingga 5 %. Bila terdapat pasien
saturasi oksigen, hal ini tergambar pada nilai cedera kepala yang mempunyai nilai saturasi
rata-rata saturasi oksigen setelah suctioning oksigen < 95 % walaupun telah dilakukan
pada masing-masing tekanan suction yg tindakan hiperoksigenasi dan harus dilakukan
digunakan. suctioning karena terdapat mukus pada
Nilai saturasi oksigen sebelum dan saluran nafas, maka dapat digunakan tekanan
setelah suctioning pada tekanan 100 mmHg suction 100 mmHg guna mengevakuasi
mengalami penurunan hingga 2 %, pada sekret yang ada di saluran nafas juga risiko
tekanan 120 mmHg mengalami penurunan penurunan saturasi oksigen yang terjadi
hingga 4% dan pada penggunaan tekanan akibat suctioning dapat seminimal mungkin.
150 mmHg mengalami penurunan hingga Penggunaan tekanan suction 100 mmHg,
5 %. Secara keseluruhan dapat disimpulkan 120 mmHg dan 150 mmHg, berdampak
bahwa terdapat perbedaan nilai saturasi pula pada kemampuan evakuasi mukus pada
oksigen sebelum dan setelah suctioning pada jalan nafas. Hal ini terlihat pada jumlah fase
penggunaan tekanan 100 mmHg, 120 mmHg suction yang dilakukan dalam satu periode
dan 150 mmHg, hal ini didukung dengan hasil suction. Penggunaan tekanan suction 100
uji Wilcoxon untuk ketiga tekanan adalah p mmHg, jumlah fase suction yang terbanyak
= 0,0001. Secara umum penggunaan ketiga adalah 3–4 kali (66,7 %) dalam satu periode
tekanan tersebut tidak menyebabkan nilai evakuasi mukus. Pada penggunaan tekanan
saturasi jatuh di bawah normal (SaO2 ≥ 95 suction 120 mmHg, jumlah fase suction yang
%). terbanyak adalah 3–4 kali (61,9 %) dalam satu
Penelitian yang dilakukan oleh Cereda et periode evakuasi mukus. Penggunaan tekanan
al. (2001), pada penggunaan tekanan suction suction 150 mmHg, jumlah fase suction yang
100 mmHg akan menyebabkan kehilangan terbanyak adalah 1–2 kali (90,5 %) dalam
volume udara pada paru hingga 1200 ml satu periode evakuasi mukus. Disini terlihat
terutama dengan menggunakan teknik open bahwa semakin besar tekanan suction yang
suction, demikian pula dengan penelitian digunakan maka semakin rendah jumlah fase
yang dilakukan oleh Fernandez et al. (2004), suction yang dibutuhkan dalam satu periode
bahwa penggunaan tekanan suction 150 evakuasi mukus. Hal ini didukung dengan
mmHg dapat menyebabkan kehilangan udara hasil penelitian yang dilakukan oleh Lasocki
paru sebesar 1,281 + 656 ml. Semakin besar et al. (2006), yang mana penggunaan tekanan
tekanan suction maka semakin besar jumlah negatif suction yang semakin besar akan
udara yang terisap dari paru-paru, hal ini akan meningkatkan kemampuan pengangkutan
berdampak pada penurunan jumlah oksigen (removal) mukus dari jalan nafas tetapi
yang akan berdifusi dari alveoli ke kapiler terjadi juga peningkatan kehilangan volume
paru dan berikatan dengan hemoglobin yang paru terutama pada teknik open suction (p =
kemudian akan terlihat pada penurunan nilai 0,02).
saturasi oksigen. Penelitian yang dilakukan oleh Day,
Penerapan tekanan suction 100 mmHg Farnell, Haynes, Wainwright, dan Bernett
dapat dilakukan pada setiap suctioning (2002), memberikan rekomendasi sebaiknya
terutama pada pasien cedera kepala berat yang jumlah fase dalam satu periode evakuasi
nilai saturasinya 97–100 %, karena tekanan mukus adalah tidak lebih dari 3 kali karena
suction 100 mmHg hanya dapat menurunkan akan potensial meningkatkan terjadi
saturasi oksigen sebanyak 2 %. Penerapan komplikasi dari suction diantaranya trauma
tekanan suction 120 mmHg dapat digunakan pada mukosa jalan nafas. Demikian pula
pada pasien cedera kepala dengan saturasi dengan Glass dan Grap (1995), menganjurkan
oksigen 99–100 %, karena pada penggunaan untuk tidak melakukan lebih dari tiga fase
tekanan ini dapat menurunkan saturasi suction dalam satu episode suctioning karena
oksigen hingga 4 % dan tekanan suction dapat menyebabkan cedera pada saluran
150 mmHg dapat diterapkan pada saturasi nafas.
oksigen 100 %, karena pada penggunaan Perubahan tanda-tanda vital sebelum
tekanan ini dapat menurunkan saturasi suctioning merupakan salah satu indikasi dari

Volume 3 Nomor 3 Desember 2015 135


Hendy Lesmana: Analisis Dampak Penggunaan Varian Tekanan Suction

adanya mukus pada saluran nafas, dimana dari meningkatnya tekanan intratorakal yang
saat mukus menutup sebagian saluran nafas menyebabkan hambatan pada fase pengisian
maka terjadi penurunan tidal volume yang atrium (peningkatan tekanan intraatrium),
berdampak pada penurunan saturasi oksigen, sehingga terjadi peningkatan tekanan
sehingga tubuh melakukan kompensasi preload. Peningkatan tekanan darah sistolik
dengan peningkatan frekuensi pernafasan dan diastolik mengakibatkan meningkatnya
dan peningkatan denyut jantung (Schell tekanan arteri rata-rata (MAP) (Guyton &
& Puntilo, 2006; Potter & Perry, 2010). Hall, 2010; Almgren, Wickerts, Heinonen, &
Responden pada penelitian ini menunjukkan Hogman, 2003).
tanda-tanda vital dalam batas normal, tetapi Peningkatan tanda-tanda vital ini telah
pencatatan menunjukkan peningkatan diidetifikasi pada penelitian yang dilakukan
tanda-tanda vital (terutama denyut jantung oleh lucchini et al. (2012), setelah suctioning
dan frekuensi pernafasan) akibat adanya terjadi peningkatan denyut jantung sebanyak
sekresi pada saluran nafas (indikasi suction) 2,93 % (p = 0,02). Demikian pula dengan
yang menyebabkan rangsangan batuk dan penelitian yang dilakukan oleh Stone et al.
penurunan saturasi oksigen. (1998), dimana terjadi peningkatan tekanan
Penelitian ini, yang mana pasien cedera arteri rata-rata, cardiac output dan tekanan
kepala yang mendapatkan suctioning pada arteri pulmonal setelah suctioning (p=
tekanan 100 mmHg, 120 mmHg maupun pada 0,0001).
tekanan suction 150 mmHg juga mengalami American Association for Respiratory Care
perubahan pada tanda-tanda vital. Perubahan (2010), menganjurkan untuk selalu melakukan
yang terjadi terutama pada tekanan darah pengaturan tekanan sebelum suctioning
sistolik, peningkatan tekanan darah diastolik, dilakukan dengan cara menutup ujung
peningkatan tekanan arteri rata-rata (Mean selang yang menghubungkan kateter suction
Arterial Pressure) dan peningkatan frekuensi dengan tempat penampung mukus kemudian
denyut jantung dan frekuensi pernafasan. tekanan yang dianjurkan (100 mmHg–150
Perubahan pada tanda-tanda vital ini mmHg) diatur dengan memutar pengatur
disebabkan karena ketika kateter suction tekanan (vacum regulator) yg terdapat pada
yang menyentuh karina (reseptor batuk), alat suction control. Penggunaan tekanan
sehingga menstimulasi pasien untuk suction yang berlebihan (> 150 mmHg)
batuk. Ketika proses batuk terjadi, maka dapat menyebabkan penurunan saturasi
terjadi inspirasi dalam secara cepat dengan oksigen, trauma pada jalan nafas hingga
demikian terjadi peningkatkan tekanan menyebabkan kolaps alveoli. Penelitian yang
intratorakal, otot abdomen kontraksi dilakukan oleh Leur, Zwapeling, Loef, dan
dan kontraksi otot interkostalis internus, Schans (2003), menyatakan penggunaan
menyebabkan diafragma naik dan tekanan tekanan suction 200–400 mmHg dapat
paru-paru meningkat (sampai dengan 100 menyebabkan kerusakan mukosa jalan nafas,
mmHg) dan kemudian terjadi pengeluaran memperpanjang hari rawat hingga berakibat
udara (ekspirasi) yang cepat dan keras fatal yakni menimbulkan kematian.
(kecepatan udara yang diciptakan 16.000–
24.000 cm/menit). Peningkatan frekuensi
pernafasan akibat dari ketidakteraturan pada Simpulan
pola pernafasan (inspirasi dan ekspirasi yg
cepat) karena adanya respon batuk (akibat Terdapat perbedaan yang bermakna nilai
stimulus reseptor batuk oleh kateter suction saturasi oksigen setelah suction dengan
yg menyentuh karina). Peningkatan tekanan tekanan 100 mmHg, 120 mmHg dan 150
darah sistolik akibat dari peningkatan mmHg. Penggunaan tekanan suction 100
afterload yang diakibatkan dari peningkatan mmHg terbukti menyebabkan penurunan
tekanan intraabdomen yang menstimulasi saturasi oskigen yang paling minimal bila
untuk meningkatkan stroke volume guna dibandingkan dengan tekanan 120 mmHg
menjamin cardiac output yang adekuat. dan 150 mmHg.
Peningkatan tekanan darah diastolik akibat Ketiga penggunaan tekanan suction (100

136 Volume 3 Nomor 3 Desember 2015


Hendy Lesmana: Analisis Dampak Penggunaan Varian Tekanan Suction

mmHg, 120 mmHg dan 150 mmHg) tidak Basuki, A & Dian, S. (2009). Kedaruratan
menyebabkan penurunan saturasi oksigen Neurologi. Bandung. Ilmu Penyakit Saraf FK
> 5 %, sehingga dapat digunakan pada UNPAD.
pasien cedera kepala yang memiliki nilai
saturasi oksigen 100 % (setelah tindakan Berman, A. Snyder, S. Kozier, B. & Erb,
hiperoksigenasi). Penggunaan ketiga tekanan G. (2009). Buku Ajar Praktik Keperawatan
tersebut suction memertimbangkan kondisi Klinis, Edisi 5. Terjemahan Eny meiliya, Esty
pasien terutama nilai saturasi oksigen dan Wahyuningsih, Devi Yulianti, & Fruriolina
jumlah produksi mukus. Ariani. Jakarta: PT. EGC.
Penggunaan tekanan suction dilahan
praktik dapat diterapkan berdasarkan hasil Cereda, et al. (2001). Closed System
penelitian yang menunjukkan tekanan suction Endotracheal Suctioning Maintains
100 mmHg dapat menurunkan saturasi Lung Volume During Volume Controlled
oksigen yang minimal, sehingga lebih tepat Mechanical Ventilation. Intensive Care
digunakan pada pasien cedera kepala yang Medicine. Volume 27. Melalui www.ncbi.
membutuhkan suctioning dengan saturasi nlm.nih.gov/pubmed/11398690‎. Diakses
oksigen setelah hiperoksigenasi < 95 %. pada tanggal 1/02/13.
Sebaiknya lakukan tindakan
hiperoksigenasi selama 1–3 menit sebelum Day, T., Farnell, S., Haynes, S., Wainwright,
dan setelah suctioning guna mencegah S., & Bernett, J.W. (2002). Tracheal
terjadinya penurunan saturasi oksigen Suctioning : an Exploration of Nurses’
kurang dari 95 %. Satu fase suctioning pada Knowledge and Competence In Acute and
pasien dewasa tidak boleh melebihi dari 15 High Depedency Ward Areas. Melalui http://
detik karena akan menyebabkan penurunan web.ebscohost.com/ehost/19. Diakses pada
saturasi pasien kurang dari 95 %. tanggal 1/02/13.
Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut
mengenai hubungan PEEP dan tekanan Fernandez, et al. (2004). Changes in Lung
suction pada teknik close suction terhadap Volume With Threesystems of Endotracheal
saturasi oksigen pada pasien yang terpasang Suctioning With and Without Preoxygenation
ventilator. in Patients With Mild to Moderate Lung
Failure. Intensive Care Medicine Volume
30. Melalui www.ncbi.nlm.nih.gov/
Daftar Pustaka pubmed/15480564. Diakses pada tanggal
1/02/13.
Almgren, B., Wickerts, CJ., Heinonen,
E., & Hogman, M. (2004). Side Effects Glass, C.A. & Grap, M.J. (1995). Ten Tips
of Endotracheal Suction in Pressure and for Safer Suctioning. Advanced Journal of
Volume Controlled Ventilation. Chestjournal. Nursing Volume 5. Melalui www.ncbi.nlm.
org. Melalui http://www.google.co.id. nih.gov/pubmed/7733173‎. Diakses pada
chestjournal.chest‎ diakses pada 1/02/13. tanggal 1/02/13.

American Association for Respiratory Guyton, A.C. & Hall, J.E. 2010. Buku Ajar
Care. (2010). Endotracheal Suctioning Fisiologi Kedokteran. Terjemahan Irawati
of Mechanically Ventilated Patients With Setyawan, LMA Ken Ariata Tengadi dan
Artificial Airways 2010. AARC Clinical Alex Santoso, Edisi 9. Jakarta: PT. EGC.
Practice Guidelines. Melalui http://www.
apicwv.org/docs/1.pdf‎. Diakses pada tanggal Hahn, M. (2010). 10 Consideration for
1/02/13. Endotracheal Suctioning. rtmagazine.com.
Melalui http://web.ebscohost.com/ehost/
Basford, L & Slevin, O. (2006). Teori dan pdfviewer/19. Diakses pada tanggal 1/2/13.
Praktik Keperawatan Pendekatan Integral
Pada Asuhan Pasien. Jakarta: PT. EGC. Hudak, C.M. & Gallo, B.M. (2010).
Keperawatan Kritis Pendekatan Holistik,

Volume 3 Nomor 3 Desember 2015 137


Hendy Lesmana: Analisis Dampak Penggunaan Varian Tekanan Suction

Vol. 1. Terjemahan Allenidekania, Betty Muttaqin, A. (2008). Buku Ajar Asuhan


Susanto, Teresa, Yasmin, & Monica Ester. Keperawatan Klien Dengan Gangguan
Jakarta: PT. EGC. Sistem Persarafan. Jakarta: PT. Salemba
Medika.
Hudak, C.M. & Gallo, B.M. (2010).
Keperawatan Kritis Pendekatan Holistik, Oh, H. & Seo, W. (2003). A Meta-analysis
Vol. 2. Terjemahan Allenidekania, Betty of The Effects of Various Interventions in
Susanto, Teresa, Yasmin, & Monica Ester. Preventing Endotracheal Suction Induced
Jakarta: PT. EGC. Hypoxemia. Journal of Clinical Nursing,
Volume 12. Melalui http://web.ebscohost.
Kelleher, S. & Andrews, T. (2006). An com/ehost/pdfviewer/28. Diakses pada
Observational Study On The Open-System tanggal 01/02/2013.
Endotracheal Suctioning Practices Of
Critical Care Nurses. Melalui http://web. Potter, P.A. & Perry, A.G. (2010). Buku Ajar
ebscohost.com/ehost/pdfviewer/19. Diakses Fundamental Keperawatan. Buku 3. Edisi
pada tanggal 1/02/13. 7. Terjemahan Renata Komalasari, Dian
Evriyani, Enie Novieastari, Alfrina Hany
Kozier, B., Erb, G., Berman, A., & Snyder, dan Sari Kurnianingsih. Jakarta: Salemba
S.J. (2011). Buku Ajar Fundamental Medika.
Keperawatan, Konsep, Proses dan Praktik.
Jakarta: PT. EGC. Schell, H.M. & Puntilo, K.A. (2006). Nursing
Secrets Series Critical Care Nursing Secrets.
Lasocki, S., et al. (2006). Open and Second Edition. Philadelphia: Mosby
Closed-circuit Endotracheal Suctioning in Elsevier.
Acut Lung Injury. Anesthesiology Volume
104. Melalui http://www.google.co.id/ Stone, et al. (1998). The Effect Of Repeated
url2FDocumentation. Diakses pada tanggal Endotracheal Suctioning on Arterial Blood
1/02/13. Pressure. Applied Nursing Research. Volume
4. Melalui www.sciencedirect.com/science/
Leur, JP., Zwavelng, JH., Loef, BG., & article/pii/S0897189705800898. Diakses
Schans, CP. (2003). Endotracheal Suctioning pada tanggal‎ 1/02/13.
Versus Minimally Invasive Airway Suctioning
in Intubated Patients : A Prospective Wainwright, S. & Gould, D. (1996).
Randomised Controlled Trial. Melalui Endotracheal Suctioning : an Example of
www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/12577156‎. The Problems of Relevance and Rigour
Diakses pada tanggal 1/02/13. In Clinical Research. Melalui http://web.
ebscohost.com/ehost/pdfviewer/19. Diakses
Lucchini, A., et al. (2011). Tracheal pada tanggal 1/02/13.
Secretion Management In The Mechanically
Ventilated Patient : Comparison Of Standard Woodward, S & Mestecky, A.M. (2011).
Assessment And An Acoustic Secretion Neuroscience Nursing Evidance-Based
Detector. Melalui http://web.ebscohost.com/ Practice. United Kingdom: Wiley-Blackwell.
ehost/pdfviewer/19. Diakses pada tanggal
1/02/13.

138 Volume 3 Nomor 3 Desember 2015

Anda mungkin juga menyukai