OLEH :
HUSNUL KHOTIMAH
035STYC17
MATARAM
2019
KATA PENGANTAR
Assamu’alaikum,War.Wab
Puji syukur kehadirat Allah SWT atas rahmat, taufik, serat hidayah-
Nya Puji syukur saya panjatkan kehadirat Allah SWT, atas limpahan
rahmat dan hidayah-Nya saya dapat menyelesaikan laporan dengan baik,
tepat waktunya yang berjudul “HDR”. Laporan pendahuluan ini disusun
sebagai salah satu tugas dari pengalaman belajar praktik(PBP) Di
puskesmas babakan. Dalam kesempatan ini saya mengucapkan terima
kasih yang sebesar besarnya kepada :
1. Ibu baiq heni rispawati.Ners,M.Kep. selaku dosen pembimbing akademik
2. Ibu yuliana S.Kep selaku ibu pembimbing lahan.
Penyusun
Husnul Khotimah
DAFTAR ISI
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar belakang
Perkembangan kebudayaan masyarakat banyak membawa perubahan
dalam segi kehidupan manusia. Setiap perubahan situasi kehidupan baik
positif maupun negatif dapat mempengaruhi keseimbangan fisik, mental, dan
psikososial seperti bencana dan konflik yang dialami sehingga berdampak
sangat besar terhadap kesehatan jiwa seseorang yang berarti akan
meningkatkan jumlah pasien gangguan jiwa(keliat, 2011).
Harga diri seseorang di peroleh dari diri sendiri dan orang lain.
Gangguan harga diri rendah akan terjadi jika kehilangan kasih sayang,
perilaku orang lain yang mengancam dan hubungan interpersonal yang buruk.
Tingkat harga diri seseorang berada dalam rentang tinggi sampai
rendah.Individu yang memiliki harga diri tinggi menghadapi lingkungan
secara aktif dan mampu beradaptasi secara efektif untuk berubah serta
cenderung merasa aman. Individu yang memiliki harga diri rendah melihat
lingkungan dengan cara negatif dan menganggap sebagai ancaman. (Keliat,
2011).
Menurut (Herman, 2011), gangguan jiwa ialah terganggunya kondisi
mental atau psikologi seseorang yang dapat dipengaruhi dari faktor diri
sendiri dan lingkungan. Hal-hal yang dapat mempengangaruhi perilaku
manusia ialah keturunan dan konstitusi, umur, dan sex, keadaan badaniah,
keadaan psikologik, keluarga, adat-istiadat, kebudayaan dan kepercayaan,
pekerjaan, pernikahan dan kehamilan, kehilangan dan kematian orang yang di
cintai, rasa permusuhan, hubungan antara manusia.
B. Tujuan
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian
Harga diri rendah adalah perasaan tidak berharga, tidak berarti dan
rendah diri yang berkepanjangan akibat evaluasi yang negative terhadap diri
sendiri atau kemampuan diri. Adanya perasaan hilang kepercayaan diri,
merasa gagal karena tidak mampu mencapai keinginan sesuai ideal diri.
(Yosep,2009).
Harga diri rendah adalah evaluasi diri dan perasaan tentang diri sendiri
atau kemampuan diri yang negative yang dapat secara langsung atau tidak
langsung diekspresikan. (Towsend,2008)
Gangguan harga diri rendah digambarkan sebagai perasaan yang negatif
terhadap diri sendiri, termasuk hilangnya percaya diri dan harga diri, merasa
gagal mencapai keinginan. (Budi Ana Keliat, 1999). Gangguan harga diri atau
harga diri rendah dapat terjadi secara :
C. Klasifikasi
1. Predisposisi
a. Faktor yang mempengaruhi harga diri
Meliputi penolakan orang tua, harapan orang tua tidak realistis,
kegagalan yang berulang, kurang mempunyai tanggung jawab
personal, ketergantungan pada orang lain dan ideal diri yang tidak
realistis.
b. Faktor yang mempengaruhi peran.
Dimasyarakat umunya peran seseorang disesuai dengan jenis
kelaminnya.Misalnya seseorang wanita dianggap kurang mampu,
kurang mandiri, kurang obyektif dan rasional sedangkan pria dianggap
kurang sensitive, kurang hangat, kurang ekspresif dibandingkan
wanita.Sesuai dengan standar tersebut, jika wanita atau pria berperan
tidak sesuai lazimnya maka dapat menimbulkan konflik diri maupun
hubungan sosial.
D. Rentang respon
Keterangan:
E. Pohon masalah
G. Mekanisme koping
1. Jangka pendek :
Kegiatan yang dilakukan untuk lari sementara dari krisis :
pemakaian obat-obatan, kerja keras, nonoton tv terus
menerus.
Kegiatan mengganti identitas sementara: ikut kelompok
sosial, keagamaan, politik.
Kegiatan yang memberi dukungan sementara : kompetisi
olah raga kontes popularitas.
Kegiatan mencoba menghilangkan anti identitas sementara
: penyalahgunaan obat-obatan.
2. Jangka panjang
Menutup identitas : terlalu cepat mengadopsi identitas
yang disenangi dari orang-orang yang berarti, tanpa
mengindahkan hasrat, aspirasi atau potensi diri sendiri.
Identitas negatif : asumsi yang pertentangan dengan nilai
dan harapan masyarakat.
3. Mekanisme pertahanan ego
Mekanisme pertahanan ego yang sering digunakan
adalah : fantasi, disasosiasi, isolasi, proyeksi, mengalihkan
marah berbalik pada diri sendiri dan orang lain.
H. Strategi pelaksanaan
1. SP-1 Pasien: Harga Diri Rendah Pertemuan Ke-1
Mendiskusikankemampuan dan aspek positif yang dimiliki pasien,
membantu pasien menilai kemampuan yang masih dapat digunakan,
membantu pasien memilih/menetapkan kemampuan yang akan dilatih,
melatih kemampuan yang sudah dipilih dan menyusun jadwal pelaksanaan
kemampuan yang telah dilatih dalam rencana harian.
a. Orientasi
“Selamat pagi, Perkenalkan saya perawat Sinta. Saya
Mahasiswa Keperawtan UPH. Saya yang akan merawat
bapak dari jam 8 pagi sampai jam 3 sore nanti ya pak”
“Bagaimana keadaan Ibu T hari ini? Ibu T terlihat segar“
”Bagaimana, kalau kita berbincang-bincang tentang
kemampuan dan kegiatan yang pernah Ibu T lakukan?
Setelah itu kita akan nilai kegiatan mana yang masih
dapat Ibu T dilakukan di rumah sakit. Setelah kita nilai,
kita akan pilih satu kegiatan untuk kita latih. Bagaimana
menurut Ibu T?”
”Dimana kita akan berbincang-bincang? Bagaimana kalau
di ruang tamu saja bu?Berapa lama kira-kira kita akan
ngobrol bu? Apakah cukup 20 menit? Oke cukup ya bu 20
menit”
b. Kerja
“Ibu T, apa saja kemampuan Ibu T dimiliki? Bagus, apa
lagi? Saya buat daftarnya ya bu.Apa pula kegiatan rumah
tangga yang biasa Ibu T lakukan? Bagaimana dengan
merapihkan kamar?Menyapu ?Mencuci piring?Wah, bagus
sekali. Cukup banyak kemampuan dan kegiatan
yang Ibu T miliki “.
” Ibu T, dari lima kegiatan/kemampuan ini, yang mana
yang masih dapat dikerjakan di rumah sakit? Coba kita
lihat, yang pertama bisakah?yang kedua? sampai
5 (misalnya ada 3 yang masih bisa dilakukan).Bagus sekali
ada 3 kegiatan yang masih bisa dikerjakan di rumah sakit
ini”
”Sekarang, coba Ibu T pilih satu kegiatan yang masih bisa
dikerjakan di rumah sakit ini”.
” Ok, yang nomor satu, merapihkan tempat tidur?Kalau
begitu, bagaimana kalau sekarang kita latihan merapihkan
tempat tidur Ibu T?Mari kita lihat tempat tidur IbuT. Coba
lihat, sudah rapihkah tempat tidurnya?”
“Nah kalau kita mau merapihkan tempat tidur, mari kita
pindahkan dulu bantal dan selimutnya.Bagus sekali bu.
Sekarang kita angkat spreinya dan kasurnya kita
balik. Nah, sekarang kita pasang lagi spreinya, kita mulai
dari arah atas, ya bagus bu T. Sekarang sebelah kaki, tarik
dan masukkan, lalu sebelah pinggir masukkan.Sekarang
ambil bantal, rapihkan dan letakkan di sebelah
atas/kepala.Mari kita lipat selimut, nah letakkan sebelah
bawah/kaki. Bagus, ibu bisa melakukannya”
”IbuT sudah bisa merapihkan tempat tidur dengan baik
sekali.Coba perhatikan bedakah dengan sebelum
dirapikan?Bagus ”
“ CobaIbuT lakukan dan jangan lupa memberi tanda M
(mandiri) kalau IbuT lakukan tanpa disuruh, tulis B
(bantuan) jika diingatkan untuk melakukan dan T (tidak)
tidak melakukan”
c. Terminasi
“Bagaimana perasaan Ibu T setelah berbincang-bincang
dan latihan merapihkan tempat tidur? Iya benar bu.
Ibu T ternyata banyak memiliki kemampuan yang
dapat dilakukan di rumah sakit ini. Salah satunya,
merapihkan tempat tidur yang sudah Ibu T praktekkan
dengan baik sekali. Nah, kemampuan ini dapat
dilakukan juga di rumah setelah pulang ya bu.”
”Sekarang, mari kita masukkan pada jadwal harian.
Ibu T mau berapa kali sehari merapihkan tempat
tidur?Bagus, dua kali yaitu pagi-pagi jam berapa ? Lalu
sehabis istirahat jamberapa?”
”Besok pagi kita latihan lagi kemampuan yang kedua.
Ibu T masih ingat kegiatan apa lagi yang mampu
dilakukan di rumah sakit selain merapihkan tempat
tidur? Ya bagus, cuci piring. Kalau begitu kita akan
latihan mencuci piring besok jam 8 pagi di dapur
ruangan ini sehabis makan pagi selama 20 menit,
menurut ibu bagaimana? Oke ibu, Sampai jumpa ya”
c. Terminasi :
”Bagaimana perasaan Ibu T setelah latihan cuci piring?”
“Bagaimana jika kegiatan cuci piring ini dimasukkan
menjadi kegiatan sehari-hari IbuT?Mau berapa
kali IbuT mencuci piring? Bagus sekali IbuT mencuci
piring tiga kali setelah makan.“ CobaIbu T lakukan dan
jangan lupa memberi tanda M (mandiri) kalau Ibu T
lakukan tanpa disuruh, tulis B (bantuan) jika diingatkan
untuk melakukan dan T (tidak) tidak melakukan”
”Besok kita akan latihan untuk kemampuan ketiga,
setelah merapihkan tempat tidur dan cuci piring. Masih
ingat kegiatan apakah itu? Ya benar kita akan latihan
mengepel. Mau jam berapa bu kita melakukan latihan
mengepel nya?Oke baik besok jam 9 pagi ya bu setelah
ibu selesai merapikan tempat tidur dan mencuci piring.
Dimana kita akan melakukan latihannya bu? Oke baik
bu, kita muali dari ruangan ini saja ya bu. Kalau begitu
saya permisi dulu ya bu, Sampai jumpa”
A. KESIMPULAN
B. SARAN
DAFTAR PUSTAKA