I. Deskripsi Singkat
Dalam Peraturan Menteri Kesehatan No. 25 Tahun 2014 tentang Upaya Kesehatan Anak
pasal 28 ayat 1 dikatakan “setiap anak usia sekolah dan remaja harus diberikan pelayanan
kesehatan” sedangkan di ayat 2 dikatakan “pelayanan kesehatan anak usia sekolah dan
remaja sebagaimana dimaksud ayat 1 dilakukan paling sedikit melalui Usaha Kesehatan
Sekolah dan Pelayanan Kesehatan Peduli Remaja”.
Selain itu berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan No. 75 Tahun 2014 tentang
Puskesmas menyatakan bahwa pelayanan kesehatan ibu, anak dan keluarga berencana
merupakan upaya kesehatan masyarakat esensial. Peraturan tersebut menyatakan bahwa
upaya kesehatan masyarakat esensial harus diselenggarakan oleh setiap Puskesmas untuk
mendukung pencapaian standar pelayanan minimal kabupaten/kota bidang kesehatan.
Pada materi inti 1 ini, ruang lingkup materi pemantauan tumbuh kembang anak usia
sekolahdan remaja yang akan dibahas meliputi perubahan fisik, perkembangan jiwa pada
remaja, masalah terkait tumbuh kembang remaja, melakukan pemeriksaan kesehatan dan
tindak lanjut penjaringan kesehatan.
1
III. Pokok Bahasan dan Sub Pokok Bahasan
Pada modul ini akan dibahas pokok bahasan dan sub pokok bahasan berikut:
Pokok bahasan 1. Penilaian perubahan fisik pada anak usia sekolah dan remaja
Sub pokok bahasan:
a. Pertumbuhan fisik anak usia sekolah dan remaja
b. Penilaian pertumbuhan fisik remaja
Pokok bahasan 2. Penilaian perkembangan jiwa pada anak usia sekolah dan remaja.
Sub pokok bahasan:
a. Perkembangan jiwa
b. Permasalahan remaja
c. Penilaian kesehatan jiwa
Dalam proses pembelajaran modul ini, peserta dapat menggunakan bahan belajar berikut:
▪ Kementerian Kesehatan RI, 2015, Buku Petunjuk Teknis Penggunaan Buku Rapor
Kesehatanku
▪ Kementerian Kesehatan RI, 2015, Petunjuk Teknis Penjaringan Kesehatan dan
Pemeriksaan Berkala Di Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah
▪ Kementerian Kesehatan RI, 2014, Modul Pelatihan Penjaringan Kesehatan.
▪ Bahan Presentasi
Jumlah jam yang digunakan dalam modul ini sebanyak 33 jam pelajaran (T=4, P=9, PL=20)
@45 menit untuk memudahkan proses pembelajaran, dilakukan langkah-langkah kegiatan
pembelajaran sebagai berikut.
2
Langkah 1.
Pengkondisian
Langkah kegiatan:
1. Fasilitator menyapa peserta dengan ramah dan hangat. Apabila belum pernah
menyampaikan sesi di kelas, mulailah dengan perkenalan. Perkenalkan diri dengan
menyebutkan nama lengkap, instansi tempat bekerja dan judul materi yang akan
disampaikan.
2. Dilanjutkan dengan penyampaian judul materi, deskripsi singkat, tujuan pembelajaran
umum, tujuan pembelajaran khusus, pokok bahasan dan sub pokok bahasan pada sesi
ini.
Langkah 2.
A. Penyampaian dan pembahasan pokok bahasan 1. Penilaian Perubahan Fisik Pada
Usia Sekolah dan Remaja.
Langkah kegiatan:
1. Fasilitator menyampaikan materi penilaian perubahan fisik pada usia sekolah dan remaja
dengan menggunakan bahan tayang.
2. Fasilitator melakukan uji pemahaman peserta mengenai perubahan fisik pada usia
sekolah dan remaja dengan memberikan pertanyaan, yaitu :1) percepatan pertumbuhan
(growth spurt) pada anak laki-laki usia sekolah dan remaja, 2) percepatan pertumbuhan
(growth spurt) pada anak perempuan usia sekolah dan remaja
3. Fasilitator memberikan kesempatan peserta untuk bertanya atau menyampaikan
klarifikasi, kemudian fasilitator menyampaikan jawaban atau tanggapan yang sesuai
4. Fasilitator mengajak peserta untuk memulai diskusi kelompok untuk membahas materi
perubahan fisik pada remaja dengan langkah kegiatan sebagai berikut:
Langkah kegiatan diskusi kelompok :
a. Fasilitator membagi peserta menjadi 2 kelompok yaitu “Kelompok Laki-laki” dan
“Kelompok Perempuan”.
b. Fasilitator membagikan kertas metaplan yang berbeda warna kepada masing masing
kelompok.
c. Fasilitator meminta kepada peserta untuk menuliskan perubahan fisik usia sekolah
dan remaja laki-laki dan perempuan dan menempelkan kertas metaplan pada papan
flip chart.
d. Masing-masing kelompok mempesentasikan hasil tempelan metaplan tentang
perubahan fisik usia sekolah dan remaja laki-laki dan perempuan.
5. Fasilitator memberikan kasus kepada kelompok untuk didiskusikan (Lampiran 1)
6. Fasilitator mengajak peserta menilai perubahan fisik dan skala tanner
a. Fasilitator membagikan contoh kasus laki dan perempuan, lembar kurva pertumbuhan
dan lembar skala Tanner
b. Fasilitator meminta peserta mengisi kurva pertumbuhan dan skala Tanner sesuai
dengan gambaran kasus
c. Fasilitator meminta peserta mempresentasikan hasil penilaian dan merencanakan
tindak lanjut
d. Fasilitator memberikan kesempatan peserta untuk bertanya atau menyampaikan
klarifikasi, kemudian fasilitator menyampaikan jawaban atau tanggapan yang sesuai.
e. Fasilitator memberikan tips mengenali masalah pertumbuhan pada remaja
Langkah kegiatan:
1. Fasilitator menyampaikan materi penilaian perkembangan jiwa pada anak usia sekolah
dan remaja dengan bahan tayang.
3
2. Fasilitator melakukan uji pemahaman dengan mengajukan beberapa pertanyaan
mengenai perkembangan jiwa pada anak usia sekolah dan remaja dengan pertanyaan,
yaitu : 1) pengelompokkan remaja berdasarkan karateristik perubahan psikososial; 2)
faktor-faktor yang berpengaruh terhadap masalah perkembangan jiwa remaja
3. Fasilitator mengajak peserta untuk memulai diskusi kelompok untuk membahas materi
penilaian perkembangan jiwa pada usia sekolah dan remaja dengan langkah kegiatan
sebagai berikut:
a. Fasilitator membagi peserta menjadi 4 kelompok (Lampiran 2)
b. Fasilitator memberikan masing-masing kelompok contoh pengisian kuesioner SDQ
kelompok umur 4-10 tahun, SDQ 11-18 tahun, kuesioner modalitas belajar dan
kuesioner dominasi otak
c. Fasilitator meminta kepada kelompok untuk mempresentasikan hasil penilaian dan
merencanakan tindak lanjutnya
d. Fasilitator memberikan kesempatan kepada peserta untuk bertanya atau
menyampaikan klarifikasi, kemudian fasilitator menyampaikan jawaban atau
tanggapan yang sesuai
e. Fasilitator memberikan tips mengenali remaja yang memiliki masalah mental
emosional, kesulitan bersosialisasi, kesulitan belajar atau tidak nyaman di sekolah.
Langkah kegiatan:
1. Fasilitator menyampaikan materi penilaian kesehatan reproduksi dengan bahan tayang.
2. Fasilitator melakukan uji pemahaman dengan mengajukan beberapa pertanyaan
mengenai kesehatan reproduksi, yaitu : 1) organ dan fungsi organ reproduksi laki-laki
dan perempuan, 2) penjelasan mengenai konsepsi dan kehamilan, 3) Maksud dari
kesehatan reproduksi yang bertanggungjawab.
3. Fasilitator memberikan kesempatan peserta untuk bertanya atau menyampaikan
klarifikasi, kemudian fasilitator menyampaikan jawaban atau tanggapan yang sesuai
4. Fasilitator meminta peserta untuk praktek penggunaan celemek dan phantom dengan
langkah langkah sebagai berikut :
Langkah praktek perubahan organ reproduksi dan penggunaan celemek dan
phantom :
a. Fasilitator meminta 4 orang peserta latih yang terdiri dari 2 orang laki laki dan 2 orang
perempuan sebagai relawan untuk berdiri di depan kelas
b. Fasilitator meminta untuk memakai celemek kepada salah satu dari relawan laki laki
dan salah satu dari relawan perempuan, dan membawa phantom kesehatan
reproduksi pada relawan lainnya, phantom laki laki untuk laki laki dan perempuan
untuk perempuan.
c. Relawan yang memegang phantom, meletakkan phantom dimeja, kemudian
menerangkan gambar pada celemek kepada seluruh peserta latih, bergantian antara
laki laki dan perempuan, fasilitator mengklarifikasi apabila ada informasi yang tidak
sesuai.
d. Relawan yang memakai celemek menerangkan cara menggunakan phantom yang
dipegang relawan kedua kepada peserta latih, fasilitator mengklarifikasi apabila ada
informasi yang tidak sesuai.
e. Fasilitator menyampaikan informasi bahwa perkembangan organ reproduksi sangat
mempengaruhi kehidupan remaja
f. Fasilitator juga menerangkan materi tentang konsepsi dan kehamilan dengan alat
bantu celemek dan phantom yang dipegang relawan
5. Fasilitator menjelaskan penjaringan kesehatan untuk menilai kesehatan reproduksi
dengan meminta peserta melakukan simulasi:
a. Fasilitator memberikan contoh pengisian kuesioner kespro berdasarkan jawaban
remaja perempuan (2 jenis) dan remaja laki-lak (2 jenis)
4
b. Fasilitator membagi peserta menjadi 4 kelompok
c. Fasilitator meminta kepada kelompok untuk mempresentasikan hasil penilaian dan
merencanakan tindak lanjutnya
d. Fasilitator memberikan kesempatan kepada peserta untuk bertanya atau
menyampaikan klarifikasi, kemudian fasilitator menyampaikan jawaban atau taggapan
yang sesuai
e. Fasilitator memberikan tips mengenali remaja yang memliki masalah kesehatan
reproduksi: kehamilan/ IMS/ kekerasan seksual.
Jenis – Jenis Alat Bantu Dasar pada Usia Sekolah dan Remaja dengan Disabilitas
Langkah kegiatan :
1. Fasilitator menyampaikan materi jenis – jenis alat bantu dasar pada anak usia sekolah
dan remaja dengan disabilitas dengan menggunakan bahan tayang
2. Fasilitator melakukan uji pemahaman dengan mengajukan beberapa pertanyaan
mengenai kesehatan reproduksi, yaitu :1) jenis-jenis disabilitas, 2) macam-macam alat
bantu dasar disabilitas dan manfaatnya ; 3) kapan harus merujuk anak disabilitas ke
tenaga profesional (Lampiran 5)
3. Fasilitator memberikan kesempatan peserta untuk bertanya atau menyampaikan
klarifikasi, kemudian fasilitator menyampaikan jawaban atau tanggapan yang sesuai
5
3. Fasilitator melakukan uji pemahaman dengan mengajukan beberapa pertanyaan
mengenai penjaringan kesehatan dan pemeriksaan berkala, yaitu : 1) alur pencatatan
dan pelaporan, 2) apa manfaat dari data yang terkumpul dari kegiatan pencatatan dan
pelaporan bagi Pusat, bagi pemerintah provinsi, bagi pemerintah kabupaten/kota dan
bagi remaja, 3) identifikasi penanggung jawab kegiatan pencatatan dan pelaporan
disetiap level berjenjang, 4) apa saja cakupan yang berhubungan dengan remaja di
SPM, Renstra dan RPJMN, 5) surat pengantar rujukan, 6) informed consent
4. Fasilitator memberikan kesempatan peserta untuk bertanya atau menyampaikan
klarifikasi, kemudian fasilitator menyampaikan jawaban atau tanggapan yang sesuai
Langkah 4.
Penutup
Langkah kegiatan:
1. Setelah semua pokok bahasan diberikan, fasilitator memberikan poin–poin penting terkait
materi pemantauan tumbuh kembang usia sekolah dan remaja.
2. Fasilitator memberikan kesempatan kepada peserta untuk mengajukan pertanyaan atau
klarifikasi
3. Fasilitator menjawab pertanyaan atau klarifikasi
4. Fasilitator membuat simpulan materi dan menutup sesi materi ini dengan mengucapkan
terima kasih.
Pokok Bahasan 1. Penilaian Perubahan Fisik Pada Usia Sekolah dan Remaja
Masa remaja merupakan masa yang penting dalam hidup manusia, karena pada masa
tersebut terjadi proses kematangan organ reproduksi manusia yang disebut sebagai
6
masa pubertas. Masa remaja juga merupakan masa peralihan dari masa anak-anak
menuju dewasa. Pada masa ini banyak terjadi perubahan baik fisik maupun psikis.
Perubahan-perubahan tersebut dapat mengganggu psikis remaja. Kondisi ini
menyebabkan remaja dalam kondisi rawan dalam menjalani proses pertumbuhan dan
perkembangannya. Kondisi ini juga diperberat dengan adanya globalisasi yang ditandai
dengan derasnya arus informasi.
Pertumbuhan fisik remaja yang spesifik baik laki-laki maupun perempuan adalah
ketepatan tumbuhnya (growth spurt). Pada saat ini pertumbuhan tinggi badan (linier)
terjadi amat cepat. Perbedaan pertumbuhan fisik laki-laki dan perempuan adalah pada
pertumbuhan organ reproduksi dan penampilan yang berbeda, serta bentuk tubuh yang
berbeda akibat berkembangnya tanda seks sekunder.
Pertumbuhan fisik anak perempuan paling pesat pada usia 10 tahun, dan paling cepat
terjadi pada usia 12 tahun. Sedang pada laki-laki, 2 tahun lebih lambat mulainya, namun
setelah itu bertambah tinggi 12 – 15 cm dalam tempo 1 tahun pada usia 13 tahun sampai
menjelang 14 tahun. Pertumbuhan fisik anak perempuan dan laki-laki tidak sejalan
dengan perkembangan emosionalnya. Seorang remaja yang badannya tinggi besar
belum tentu mempunyai emosi yang matang, sebaliknya bertubuh biasa saja bisa
mempunyai emosi yang lebih matang.
Pertumbuhan tinggi remaja dipengaruhi 3 faktor, yaitu: faktor genetik (keturunan), gizi
dan variasi individu. Secara genetik orangtua yang tubuhnya tinggi, punya anak remaja
yang juga tinggi. Faktor gizi juga sangat berpengaruh, remaja dengan status gizi yang
baik akan tumbuh lebih tinggi dibanding dengan remaja yang dengan status gizi kurang.
Untuk memantau perkembangan fisik remaja dapat dilakukan dengan mengukur Indeks
Masa Tubuh (IMT) secara berkala.
Perbedaan perubahan fisik antara perempuan dan laki-laki, dapat dijelaskan sebagai
berikut:
1) Remaja Perempuan
Pertumbuhan pesat umumnya pada usia 10 – 11 tahun. Perkembangan payudara
merupakan tanda awal dari pubertas, dimana daerah puting susu dan sekitarnya mulai
membesar, kemudian rambut pubis muncul. Pada sepertiga anak remaja,
pertumbuhan rambut pubis terjadi sebelum tumbuhnya payudara, rambut ketiak dan
badan mulai tumbuh pada usia 12 – 13 tahun, tumbuhnya rambut badan bervariasi.
Pengeluaran sekret vagina terjadi pada usia 10 – 13 tahun. Keringat ketiak mulai
diproduksi pada usia 12 – 13 tahun, karena berkembangnya kelenjar apokrin yang
juga menyebabkan keringat ketiak mempunyai bau yang khas. Menstruasi terjadi pada
usia 11 – 14 tahun. Pematangan seksual penuh pada remaja perempuan terjadi ketika
usia 16 tahun, sedang pada laki-laki pematangan seksual terjadi pada usia 17 – 18
tahun.
Pada saat pubertas, buah dada berkembang. Pertumbuhan buah dada dapat dipakai
sebagai salah satu indikator maturitas perempuan. Pertumbuhan payudara dapat
diurutkan sebagai berikut:
• Stadium 1
Hanya berupa penonjolan puting dan sedikit pembengkakan jejaring dibawahnya,
stadium ini terjadi pada usia 10 – 12 tahun
• Stadium 2
Payudara mulai sedikit membesar di sekitar puting dan areola (daerah hitam di
seputar puting), disertai perluasan areola.
• Stadium 3
Areola, puting susu dan jejaring payudara semakin menonjol dan membesar, tetapi
areola dan puting masih belum tampak terpisah dari jejaring sekitarnya.
7
• Stadium 4
Puting susu dan areola tampak menonjol dari jejaring sekitarnya.
• Stadium 5
Stadium matang, papila menonjol, areola melebar, jejaring payudara membesar
dan menonjol membentuk payudara dewasa.
Salah satu buah dada dapat tumbuh lebih besar dari yang lain, namun perbedaannya
tidak terlalu mencolok. Besar kecilnya payudara dipengaruhi faktor keturunan, dan
dapat berbeda dari generasi ke generasi dalam keluarga. Daerah puting susu
merupakan daerah seksual yang sensitif. Pada perempuan yang sudah mempunyai
anak, buah dada memproduksi dan menyimpan air susu (ASI), yaitu makanan bayi
yang paling utama dan seharusnya diberikan pertama kali ke bayi. Kemampuan
memproduksi ASI tidak dipengaruhi oleh besar kecilnya payudara.
Problem lain yang mungkin terjadi pada pubertas adalah pertumbuhan rambut.
Beberapa anak perempuan dapat tumbuh rambut atau tumbuh kumis yang tipis, hal ini
adalah variasi normal. Rambut yang lepas secara berlebihan dapat terjadi dan akan
hilang dengan sendirinya. Namun apabila terjadi dalam jangka waktu lama atau
beberapa anak tidak menginginkan tumbuh rambut yang berlebihan, dapat
menghubungi dokter. Yang harus dinilai sebenarnya adalah pertumbuhan rambut
pubis yang dapat dibedakan sebagai berikut:
• Stadium 1
Bulu halus pubis, tetapi tidak mencapai dinding abdomen
• Stadium 2
Pertumbuhan rambut tipis panjang, halus agak kehitaman atau sedikit keriting,
tampak sepanjang labia.
• Stadium 3
Rambut lebih gelap, lebih kasar, keriting dan meluas sampai batas pubis.
• Stadium 4
Rambut sudah semakin dewasa, tetapi tak ada pertumbuhan ke arah permukaan
medial paha
• Stadium 5
Rambut pubis dewasa, terdistribusi dalam bentuk segitiga terbalik, penyebaran
mencapai bagian medial paha.
2) Remaja Laki-laki
Pertumbuhan pesat umumnya terjadi pada usia 12 – 13 tahun, dimana penis mulai
membesar. Pada usia 11 – 12 tahun, testis dan skrotum membesar, kulit skrotum
menjadi gelap, dan rambut pubis mulai tumbuh. Ejakulasi mulai terjadi pada usia 13 –
14 tahun, ditandai dengan keluarnya mukus cair dari lubang penis setelah penis
memanjang. Rambut ketiak, rambut badan, kumis, jambang dan jenggot tumbuh pada
usia 13 – 15 tahun dan pertumbuhannya pada badan sangat bervariasi, mulai dari
perut hingga ke dada. Perkembangan kelenjar keringat ketiak yaitu kelenjar apokrin
meningkatkan produksi keringat di ketiak dan menimbulkan bau badan dewasa. Suara
parau timbul saat usia 14 – 15 tahun. Setahun sebelum suara pecah, jakun mulai
tumbuh.
Selama masa pubertas, testis menjadi lebih besar, spermatozoa mulai terbentuk dan
pada prinsipnya pada saat tersebut sistem reproduksi telah matang dan mulai
berfungsi. Remaja laki-laki mulai mengalami mimpi erotis yang mengakibatkan
keluarnya spermatozoa (mimpi basah). Peristiwa inilah yang dipakai sebagai tanda
pubertas. Awal pubertas pada remaja laki-laki biasanya dimulai pada usia 10 – 13
tahun. Saat mulai pubertas sampai dewasa, biasanya memerlukan waktu sekitar 4
tahun, yang stadiumnya dilihat dari alat kelamin dan rambut pubisnya.
8
Stadium pubertas pada laki-laki sebagai berikut:
Stadium I Umur 10 –11 Ukuran penis testis dan skrotum masih sama
tahun dengan anak
Stadium II Umur 12 – 13 Skrotum dan testis membesar, perubahan
tahun permukaan kulit skrotum menjadi berwarna lebih
gelap
Stadium III Umur 13 – 14 Penis tumbuh menjadi panjang dan testis
tahun semakin besar, kepala penis menjadi lebih besar
dan berwarna semakin gelap. Rambut pubis dan
sekitar penis menjadi lebih banyak dan lebih
tebal. Kadang mulai timbul kumis
Stadium Umur 14 – 15 Penis terus makin panjang dan mulai semakin
IV tahun tebal. Pembesaran testis terus berlanjut. Rambut
pubis menjadi lebih mendekati rambut dewasa,
tebal, kasar dan keriting. Mulai terjadi ejakulasi
pertama kali, mimpi basah. Rambut di lengan
bawah dan daerah muka mulai tumbuh. Suara
menjadi lebih dalam.
Stadium V Umur 16 tahun Pada saat ini tinggi badan, besaran penis dan
testis remaja mencapai ukuran dewasa. Rambut
mulai tumbuh dibadan dan makin lama makin
banyak, disamping juga rambut pubis dan lengan
bawah. Rambut pubis terdistribusi berbentuk
segitiga terbalik. Rambut daerah muka sudah
mulai berhenti pertumbuhannya. Perubahan
hormon juga menyebabkan perubahan tingkah
laku anak dan pembesaran payudara untuk
sementara. Hal ini tidak perlu dicemaskan, karena
akan hilang sendiri setelah dua tahun. Anak laki-
laki akan sering mengalami ereksi tidak terkendali
dan mimpi basah.
Bila pubertas terjadi sebelum usia 9 tahun atau belum juga terjadi sampai usia 13 – 15
tahun, konsultasikan dengan dokter untuk memastikan ada tidaknya kelainan.
Pada saat pubertas terjadi perubahan fisik yang bermakna sampai pubertas berakhir
dan berhenti ketika dewasa, keadaan ini terjadi pada semua remaja normal. Yang
berbeda adalah awal mulainya. Mungkin ada remaja laki-laki yang sudah tumbuh
kumis tipis, sementara yang lainnya belum. Seringkali perkembangan yang berbeda
dengan sebaya dapat membuat remaja risau akan tetapi bila perbedaannya tidak
terlalu jauh, masih bisa dianggap normal dan akan mengejar ketinggalan pertumbuhan
tersebut. Harus diingat bahwa seorang anak berkembang pada saat yang berbeda
dan dengan kecepatan yang berbeda pula.
9
Perubahan Fisik Remaja
Laki-laki Perempuan
Otot dada, bahu dan lengan melebar Pinggul melebar
Kening menonjol, rahang dan dagu -
melebar
Perubahan suara -
Pertumbuhan penis Pertumbuhan rahim dan vagina
Pertumbuhan kumis dan jambang -
Ejakulasi awal/mimpi basah Menstruasi awal
Pertumbuhan rambut kelamin, ketiak, Pertumbuhan rambut kelamin dan
dada dan lain-lain ketiak
Pertumbuhan lemak dan keringat Payudara membesar
(jerawat)
Pertambahan berat badan dan tinggi Pertumbuhan lemak dan keringat
badan (jerawat), pertambahan berat badan
dan tinggi badan
10
Keterangan gambar kesehatan reproduksi puteri:
Gambar Karakteristik
I A. Prepubertas, tak terdapat jaringan payudara
B. Rambut pubis tidak ada
II A. Pembesaran areola dan timbulnya breast-bud
B. Timbul rambut halus di pubis
III A. Pembesaran areola dan payudara sebagai satu gunung
B. Rambut pubis menjadi ikal disekitar pubis
IV A. Timbul tonjolan ke 2 diatas bukit pertama
B. Rambut pubis menyebar ke lateral dan atas
V A. Payudara dewasa dengan single-contour
B. Distribusi rambut pubis dewasa
11
Putera
Pokok Bahasan 2. Penilaian Perkembangan Jiwa Pada Usia Sekolah dan Remaja
A. Perkembangan Jiwa
Menurut Erickson (1963), pencarian identitas diri mulai dirintis seseorang pada usia yang
sangat muda, yaitu sekitar usia remaja muda. Pencarian identitias diri berarti pencarian
jati diri, dimana remaja ingin tahu tentang siapa dia, apa kedudukan dan perannya dalam
lingkungan termasuk semua hal yang berhubungan dengan äku yang ingin diselidiki dan
dikenalnya.
Pada usia 12 – 15 tahun, pencarian identitas diri masih berada pada tahap permulaan.
Dimulai dari pengukuhan kemampuan yang sering diungkapkan dalam bentuk kemauan
yang tidak dapat dikompromikan sehingga mungkin berlawanan dengan kemauan orang
lain. Bila kemauan itu ditentang, mereka akan memaksa sehingga dapat menjadi
masalah bagi lingkungannya. Gejala lain yang memperkuat dugaan bahwa remaja
sedang mencari identitas diri adalah perilaku yang cenderung untuk melepaskan diri dari
ikatan orangtua. Mereka lebih suka melakukan kegiatan pribadi atau berkumpul dengan
teman-temannya diluar dibandingkan bersama orangtua.
12
e) Teman sebaya sangat penting sehingga remaja berusaha menyesuaikan dengan
mode teman sebayanya
f) Perasaan memiliki terhadap teman sebaya berdampak punya gang/kelompok
sahabat, remaja tidak mau berbeda dengan teman sebayanya
g) Sangat menuntut keadilan dari sisi pandangnya sendiri dengan membandingkan
segala sesuatunya sebagai buruk/hitam atau baik/putih sehingga kurang toleran
dan sulit diajak kompromi
Penyesuaian terhadap lingkungan baru akan dapat menjadi masalah bagi remaja karena
meninggalkan dunia anak-anak berarti memasuki dunia baru yang belum dikenalnya
betul dan penuh dengan tuntutan-tuntutan baru, padahal ia sudah meninggalkan dunia
lama. Bila tidak mampu memenuhi tuntutan dunia barunya sering timbul perasaan-
perasaan tidak mampu yang mendalam.
13
Pergaulan dengan lawan jenisnya juga dapat menjadi sesuatu yang mengesankan bagi
remaja. Bila mengalami hambatan, remaja akan menarik diri dari lingkungan sosialnya.
Masalah lain yang dihadapi remaja adalah dengan lingkungan, masalah-masalah
disekolah yang membutuhkan penyesuaian dalam belajar, membagi waktu luang dan
penyesuaian yang berbeda dengan teman-temannya. Penyesuaian diri terhadap situasi
baru selalu menimbulkan ketegangan, untuk itu remaja dituntut selalu mampu
menyesuaikan diri dengan cepat.
B. Permasalahan Remaja
Berbagai kesulitan yang dihadapi remaja sangatlah kompleks. Kebutuhan remaja di desa
dan di kota sangat berbeda. Seorang remaja di desa, bila sudah akil balik kemungkinan
akan dinikahkan oleh orangtuanya, keadaan ini menjadi masalah kesehatan bila
mempunyai masalah gizi seperti menderita anemia, kurus, bahkan sangat kurus.
Sebaliknya berbeda dengan para remaja yang hidup dikota, kehidupan dan kebutuhan
remaja semakin menuntut mengikuti kemajuan teknologi. Gaya hidup diperkotaan dapat
menyebabkan berbagai masalah psikososial seperti kesulitan belajar, penyalahgunaan
NAPZA, seks tidak aman. Menu makanan siap saji (fast food) merupakan salah satu hal
yang menyebabkan kelebihan berat badan bahkan kegemukan. Demikian pula latar
belakang sosial budaya dan prioritas kebutuhan yang berbeda, menyebabkan
problematika berbeda pula.
Masalah remaja berasal dari:
1) Dalam individu :
• Emosi
Umumnya remaja malu mengemukakan pendapat, tidak mau dicela dan mau
benar sendiri
• Perubahan pribadi
Umumnya remaja tidak menyukai sikap sombong, sulit berbaur dengan orang yang
asing, malu tampil di muka umum dan lain-lain. Perlu dipersiapkan, kalau tidak
mereka akan menarik diri, melamun ha-hal yang menyebabkan pikiran kacau.
• Kesehatan
• Kebutuhan keuangan
• Perilaku seks
Secara fisik remaja sudah dapat melakukan hubungan seks, namun kesiapan fisik
yang sehat dan sosial ekonomi belum bisa memenuhi persyaratan nikah yang
ideal. Problem inilah yang menjadi sumber konflik dalam diri, dilain pihak
pengetahuan tentang seks yang bertanggung jawab tidak di dapatkan.
14
• Persiapan berkeluarga
Dibanding laki-laki, remaja perempuan lebih besar perhatiannya terhadap
persiapan berkeluarga, antara lain: memilih jodoh yang tepat, apa fungsi suami
atau istri, dan lain-lain, umumnya mereka belum banyak mengetahui hal tersebut
• Pemilihan pekerjaan dan kesempatan belajar
Banyak remaja yang kurang menyadari dengan sepenuhnya tentang pilihan
pekerjaan dan belajar yang tepat bagi dirinya.
• Agama dan akhlak
2) Lingkungan sosial sekitar
• Keluarga
Sering terjadi pertentangan antara remaja dan orang tuanya, dimana orang tua
terlalu otoriter dan belum banyak mengetahui dan memperhatikan tentang
perkembangan remaja.
• Sekolah
Sebagai lembaga pendidikan sekolah sangat berperan dalam memberikan dan
menanamkan nilai kepribadian selain ilmu pengetahuan. Namun banyak persoalan
yang terjadi seperti pelajaran teori yang membosankan lebih banyak dibandingkan
dengan praktek, perubahan pola belajar karena kurikulum yang berubah dan lain-
lain.
• Penyediaan sarana hiburan dan olahraga
3) Faktor lain di luar lingkungan dekat remaja
• Mitos
Banyak mitos yang berkembang di masyarakat belum terbukti kebenarannya, tetap
dipercaya dapat berpengaruh terhadap keyakinan dan perilaku reproduksi remaja
• Kehidupan sosial
Budaya, sosial dan adat istiadat sangat berpengaruh pada kehidupan remaja.
Remaja sering suka terhadap hal yang baru dan terutama berbau asing.
• Politik
Dapat mempengaruhi remaja, dalam keadaan wajar bisa secara bebas dipakai
untuk mengembangkan diri tanpa tekanan-tekanan politik dari luar.
Demikian banyaknya problem seringkali membuat remaja menarik diri atau melarikan diri
ke hal-hal negatif. Stres yang terlalu berat, berlarut-larut dan tidak terselesaikan dapat
menimbulkan gangguan jiwa yaitu depresi. Gejala depresi adalah perasaan sedih dan
tertekan yang menetap, putus asa dan tidak dapat menikmati kegiatan yang biasa
dilakukan. Manifestasi depresi pada remaja adalah gangguan perilaku misalnya
menentang guru/orang tua, sulit belajar, kenakalan remaja, kebut-kebutan,
berkelahi/tawuran, perilaku seks berisiko dan lain-lain. Jenis gangguan cemas, gangguan
psikosomatik (somatoform) dan gangguan psikotik. Pencegahan agar gangguan tersebut
tidak terjadi, memerlukan pengertian dari orangtua, guru dan kerabatnya untuk
memberikan bimbingan supaya remaja mampu melewati masa transisinya dengan baik.
15
• Agresif terhadap orang dan binatang
• Merusak benda
• Bohong dan mencuri
• Pelanggaran terhadap aturan
➢ Gangguan Pemusatan Perhatian dan Hiperaktivitas (GPPH)
Gangguan ini berdampak pada prestasi sekolah karena siswa dapat mengalami
gangguan belajar bahkan dapat sampai tidak naik kelas dan terancam drop out
sehingga pada akhirnya siswa mengalami masalah perilaku dan emosi.
Gangguan ini memiliki 3 (tiga) gejala utama yaitu:
• Inatensi
Tanda – tanda anak dengan gejala ini yaitu tidak rapi, sulit mempertahankan
konsentrasi, gagal menyelesaikan tugas, menghindari usaha yang
berkepanjangan, kehilangan, pelupa, tampak seperti tidak mendengarkan,
tidak teliti dan perhatian mudah beralih.
• Hiperaktivitas
Tanda – tanda anak dengan gejala hiperaktivitas antara lain gelisah,
meninggalkan kursi dikelas atau tidak bisa duduk tenang dalam kelas, berlari
secara berlebihan, selalu dalam keadaaan tergesa-gesa, tidak dapat diam
dalam bermain atau bekerja dan berbicara terlalu banyak.
• Impulsivitas
Tanda – tanda anak dengan gejala impulsivitas yaitu tergesa-gesa menjawab,
tidak bisa menunggu giliran, menginterupsi orang lain dan sering
mengganggu orang lain.
➢ Gangguan menentang
➢ Penyalahgunaan zat
➢ Dll
Masalah emosional yang sering dialami anak adalah cemas yang bermanifestasi:
➢ Psikologi
➢ Psikomotor
➢ Saraf otonom
➢ Gangguan kognitif
16
• Khawatir berlebihan pada hal buruk yang akan terjadi
• Menolak sekolah
• Takut sendirian dirumah
• Takut tidur sendirian
• Mimpi buruk
• Mengeluh sakit ketika harus meninggalkan rumah.
b) Gangguan Mood (Suasana Perasaan)
Gejala utama gangguan ini adalah:
• Mood depresi dapat berupa sedih, murung dan seperti awan gelap, kehilangan
minat dan kehilangan energi
• Gejala lainnya adalah kepercayaan diri rendah, menyalahkan diri sendiri, merasa
berdosa, negative thinking dan kadang – kadang disertai ide bunuh diri.
• Gejala biologis yang umum menyertai adalah gangguan tidur (bisa sulit tidur
maupun tidur berlebihan) lemas, perubahan nafsu makan dan sulit konsentrasi.
Apabila masalah kesehatan mental terlambat dideteksi akan menimbulkan gangguan jiwa
yang lebih berat sehingga intervensinya akan lebih sulit dan hal ini akan berpengaruh
pada tumbuh kembang remaja. Dampak gangguan kesehatan mental terhadap
perkembangan remaja, diantaranya sebagai berikut:
a. Prestasi akademik buruk
b. Masalah sosialisasi
c. Rendah diri
d. Merokok
e. Kecelakaan
f. Masalah kenakalan remaja
17
c. Membantu guru dalam mengenal permasalahan emosi yang dihadapi oleh peserta
didik sehingga guru dapat lebih dini memberikan intervensi positif dan dapat
membantu guru dalam memberikan metode pengajaran. Sebagai bahan tindak lanjut
bagi sekolah dalam meningkatkan kualitas peserta didik. Sehingga diharapkan
prestasi siswa di sekolah dapat meningkat.
Jenis masalah mental emosional yang dideteksi dalam pemeriksaan ini antara lain :
Masalah hiperaktifitas, masalah emosi, masalah teman sebaya, masalah perilaku.
Pokok Bahasan 3. Penilaian Kesehatan Reproduksi pada Usia Sekolah dan Remaja
A. Organ reproduksi
Masa remaja merupakan pancaroba yang pesat, baik secara fisik, psikis dan sosial.
Masuknya berbagai informasi yang bebas tidak melalui saringan yang benar menurut
etika dan moral, menyebabkan remaja rentan terhadap pengaruh yang merugikan.
Keadaan ini diperberat dengan kurang pedulinya keluarga dan masyarakat, bahkan
menganggap tabu membicarakan masalah reproduksi. Inilah sebabnya remaja perlu
dibekali pengetahuan dan keterampilan kesehatan reproduksi agar peduli serta dapat
menentukan sikap dan bertanggung jawab. Kesehatan reproduksi merupakan keadaan
sehat secara fisik, mental dan sosial secara utuh, tidak semata-mata bebas dari penyakit
atau kecacatan yang berkaitan dengan sistem, fungsi dan proses reproduksi pada laki-
laki dan perempuan.
18
• Ovarium (Indung Telur)
Terdapat pada kiri dan kanan ujung tuba (fimbria/umbai-umbai) dan terletak di
rongga panggul, merupakan kelenjar yang memproduksi hormon estrogen dan
progesterone. Ukurannya 3x3x2 cm, tiap ovarium mengandung 150.000 - 200.000
folikel primordial. Sejak pubertas, setiap bulan secara bergantian ovarium melepas
satu ovum dari folikel degraaf (folikel yang telah matang), peristiwa ini disebut
ovulasi.
• Tuba Fallopii (Saluran Telur)
Merupakan dua saluran pada kanan dan kiri rahim sepanjang ±10 cm yang
menghubungkan uterus dengan ovarium melalui fimbria.
• Fimbrae (Umbai-Umbai)
Dapat di analogikan dengan jari-jari tangan, umbai-umbai ini berfungsi untuk
menangkap sel telur yang dikeluarkan indung telur.
• Uterus (Rahim)
Uterus (rahim) bentuknya seperti buah pear, berongga dan berotot. Sebelum hamil
beratnya 30-50 gram, kurang lebih sebesar telur ayam kampung. Tetapi saat hamil
mampu membesar dan beratnya mencapai 1000 gram.
Setelah menstruasi permukaan dalam uterus menjadi tebal karena pengaruh
hormon estrogen. Kemudian terjadi ovulasi diikuti dengan keluarnya cairan karena
pengaruh hormon progesteron. Bila tidak terjadi pembuahan maka lapisan tadi
bersama sel terluar akan terlepas (meluruh) dan keluar melalui vagina yang
disebut sebagai menstruasi. Waktu antara dua menstruasi disebut siklus
menstruasi. Walaupun rata-rata periodenya datang setiap 28 hari, hal ini dapat
bervariasi pada setiap perempuan. Periode ini juga sangat tidak teratur pada 2-3
tahun pertama mulai menstruasi.
• Serviks (Leher Rahim)
Merupakan daerah bagian bawah rahim yang berhubungan dengan bagian atas
vagina. Serviks memproduksi cairan berlendir (mucus). Pada sekitar waktu ovulasi,
mucus ini menjadi banyak, elastis dan licin sehingga membantu spermatozoa
untuk mencapai uterus.
• Vagina (Liang Kemaluan)
Merupakan saluran yang elastis, panjang sekitar 8-10 cm dan berakhir pada rahim.
Vagina dilalui oleh darah pada saat menstruasi dan merupakan jalan lahir.
• Klitoris (Kelentit)
Merupakan organ kecil yang berada di atas uretra dan dilindungi oleh lipatan
labium minora. Ukurannya sebesar kacang polong, penuh dengan sel syarat
sensorik dan pembuluh darah.
• Labia (Bibir Kemaluan)
Terdiri dari dua bibir, yaitu labium mayora (bibir luar) merupakan bibir yang tebal
dan besar dan labium minora (bibir dalam), merupakan bibir yang tipis yang
menjaga jalan masuk ke vagina.
19
Hormon estrogen dan hormon progesterone pada perempuan
Tubuh mengalami perubahan fisik disebabkan berfungsinya hormon yang terjadi
karena hipotalamus (pusat pengendali utama otak) bekerjasama dengan hipofisa
(kelenjar bawah otak) yang dimulai saat remaja. Hormon-hormon yang berfungsi pada
perempuan, antara lain hormon estrogen dan progesteron.
20
Vagina yang mengeluarkan cairan yang banyak dan atau gatal dan atau berbau
menunjukkan adanya infeksi, misalnya cairan yang banyak dan berwarna putih kuning
seperti keju, berbau seperti jamur, ini merupakan tanda dari infeksi jamur (Candida
Albicans), tetapi penyakit lain misalnya penyakit menular seksual juga dapat
menyebabkan cairan vagina yang berlebihan. Jadi, apabila ada cairan vagina yang
berlebihan di luar dari biasanya, segera konsultasi dokter.
21
karena penis terisi darah saat terangsang. Penis tidak mengandung tulang dan
tidak terbentuk dari otot. Ukuran dan bentuk penis bervariasi, namun umumnya bila
penis ereksi ukurannya hampir sama.
• Preputium
Lekukan kulit yang melindungi glans penis (kepala penis). Yang terpenting adalah
menjaga kebersihan daerah ini dan dianjurkan preputium diambil secara operatif,
hal ini disebut sirkumsisi/sunat.
22
Menghindarkan Diri dari Kekerasan Seksual
Banyaknya kasus-kasus kekerasan seksual saat ini mendorong tenaga kesehatan
untuk aktif mengajarkan cara menghindarkan diri dari kekerasan bagi anak usia
sekolah dan remaja
1. Tidak ada satu orang pun yang boleh melihat atau menyentuh anggota tubuhmu
yang bersifat ‘pribadi’ seperti bibir dan area yang tertutup oleh pakaian dalam
seperti payudara, alat kelamin (vagina, penis, bokong)
2. Teriak dan katakan tidak mau apabila ada seseorang yang ingin
melihat/menyentuh di area pribadimu
3. Lari dan teriak minta tolong apabila ada seseorang yang ingin melihat/menyentuh
area pribadimu
4. Laporkan pada orang tua / orang dewasa yang kamu percayai apabila ada orang
yang selalu memberimu hadiah, memintamu menyimpan rahasia dan berusaha
berduaan saja dengan mu. Tidak boleh dirahasiakan
5. Pastikan orang tua atau orang dewasa yang kamu percayai mengambil tindakan
untuk membantumu
6. Simpan nomor telepon orang tua dan orang dewasa yang kamu percayai untuk
dihubungi apabila ada keadaan darurat
Untuk mengetahui seorang wanita mengalami hamil dapat dilihat dari tanda-tanda secara
fisik (berupa dugaan) dan dilakukan pemeriksaan (berupa kepastian). Dugaan hamil
ditunjukan dengan tidak datang haid, pusing, mual/muntah pada pagi hari, buah dada
membesar/mengeras, daerah sekitar putting agak gelap dan perut mulai membesar.
Kepastian hamil saat pemeriksaan medis ditunjukan dengan cara adanya detak jantung
janin, teraba bagian janin, dengan USG tampak janin dan gerakannya.
Remaja perempuan menikah atau hamil sebelum usia 20 tahun akan berisiko pada
kehamilan dan janin/bayi, karena kebutuhan zat gizi pada masa tumbuh kembang remaja
23
sangat dibutuhkan oleh tubuhnya sendiri, selain itu perkembangan fisik juga belum
sempurna termasuk organ reproduksi.
24
Dalam hal ini meskipun seorang remaja telah melampaui usia 20 tahun akan tetapi ia
dan pasangannya belum mampu memenuhi kebutuhan sandang, pangan dan tempat
tinggal bagi keluarganya maka ia belum dapat siap untuk hamil dan melahirkan.
Ketiga hal tersebut diperlukan untuk menciptakan lingkungan keluarga yang sehat dan
sejahtera, saling menyayangi, berpendidikan dan berkecukupan.
Agar dapat melaksanakan fungsi reproduksinya secara sehat, dalam pengertian fisik dan
jiwa diperlukan beberapa prasyarat:
a) Tidak ada kelainan anatomis dan fisiologis baik pada perempuan maupun pada laki-
laki.
Seorang perempuan harus memiliki rongga pinggul yang normal untuk mempermudah
kelahiran bayinya kelak. Tulang panggul berkembang sejak anak belum menginjak
remaja dan berhenti ketika masa akhir tumbuh kembang anak. Agar semua
pertumbuhan itu berlangsung baik, seorang anak perempuan memerlukan makanan
dengan mutu gizi yang baik dan seimbang sehingga dicapai kondisi fisik yang optimal
untuk hamil dan melahirkan. Oleh karena itu usia ideal untuk hamil dan melahirkan
adalah pada usia diatas 20 tahun. seorang anak laki-laki juga memerlukan gizi yang
baik agar dapat berkembang menjadi laki-laki dewasa yang sehat. Testis harus sudah
turun ke kantung zakar sewaktu dilahirkan. Kelenjar endokrin sudah berfungsi secara
normal agar dapat tumbuh dan berkembang dengan kemampuan reproduksi secara
normal. Setiap orang diharapkan terbebas dari kelainan atau penyakit yang dapat
mengenai organ reproduksinya baik secara langsung maupun tidak langsung karena
setiap kelainan pada organ reproduksi dapat menganggu kemampuan fungsi
reproduksi seseorang.
b) Baik laki-laki maupun perempuan memerlukan kondisi kesehatan jiwa yang baik
c) Seorang perempuan hamil memerlukan kondisi dimana ia akan dapat melewati masa
tersebut dengan aman. walaupun kehamilan adalah proses fisiologis namun juga
dapat menganggu kesehatan perempuan yang mengalaminya serta menimbulkan
kecemasan. Karena itu perawatan kehamilan yang baik seharusnya juga dilengkapi
dengan konseling dan pemeriksaan kehamilan yang dapat menjawab berbagai
kecemasan tersebut.
Melalui proses reproduksi yang sehat dan bertangungjawab, akan dihasilkan keturunan
yang sehat pula, kemampuan mengasuh anak-anaknya secara bertangungjawab juga
akan membuat mereka kelak mampu menjalani tugas reproduksinya secara sehat.
25
✓ Manfaatkan waktu luang dengan melakukan kegiatan/aktifitas positif seperti : olah
raga, keagamaan, seni, organisasi
✓ Hindari perbuatan –perbuatan yang akan menimbulkan dorongan seksual seperti
meraba-raba tubuh temannya, membaca majalah porno, menonton video/film porno,
berduaan di tempat sepi, dll
Norma perkawinan
Perkawinan menurut UU Perkawinan No. 1/1974 adalah ikatan lahir batin antara seorang
pria dengan seorang perempuan sebagai suami istri dengan tujuan membentuk keluarga
(rumah tangga) yang bahagia dan kekal berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa.
Perubahan norma, nilai dan tatanan kehidupan di masyarakat cenderung mengakibatkan
meningkatnya perceraian. Hampir semua orang yang akan menikah mempunyai harapan
yang akan dicapainya sesudah menikah. Tidak mudah mempersatukan dua pribadi
perempuan dan laki-laki yang berbeda karena suatu perkawinan tidak dapat diharapkan
langsung berhasil tanpa persiapan yang matang.
26
• Kesepakatan pelaksanaan penjaringan kesehatan anak sekolah.
• Inventarisasi tenaga, sarana termasuk dana yang ada untuk kebutuhan
pelaksanaan penjaringan kesehatan peserta didik.
• Identifikasi kebutuhan operasional dalam kegiatan penjaringan kesehatan peserta
didik.
2. Persiapan pelaksanaan penjaringan kesehatan meliputi kesiapan Puskesmas, jumlah
sekolah, dan jumlah peserta didik di tiap wilayah kerja Puskesmas.
3. Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota menugaskan kepada Puskesmas untuk
melaksanakan kegiatan penjaringan kesehatan peserta didik di wilayah kerjanya.
4. Dinas Pendidikan dan Kebudayaan menugaskan kepada Sekolah untuk bekerjasama
dengan Puskesmas melaksanakan kegiatan penjaringan kesehatan dan pemeriksaan
berkala
5. Kantor Wilayah Agama menugaskan kepada Madrasah untuk bekerjasama dengan
Puskesmas melaksanakan kegiatan penjaringan kesehatan dan pemeriksaan berkala
6. Pimpinan Puskesmas mengadakan pertemuan dengan unsur Tim Pembina UKS
Kecamatan lainnya dan kepala sekolah serta unsur lain yang dipandang perlu untuk
menghasilkan:
• Inventarisasi data tentang jumlah sekolah, penyebaran sekolah serta jumlah
peserta didik
• Rencana kerja penjaringan kesehatan
7. Penjaringan kesehatan dan pemeriksaan berkala peserta didik dilakukan oleh:
• Tim penjaringan kesehatan dibawah koordinasi puskesmas yang terdiri dari tenaga
kesehatan puskesmas, guru dan kader kesehatan dari sekolah yang bersangkutan.
• Mahasiswa institusi pendidikan bidang kesehatan dibawah koordinasi Puskesmas
27
Pembagian Tugas
Dalam melaksanakan penjaringan kesehatan, petugas kesehatan dibantu oleh guru dan
kader kesehatan sekolah (dokter kecil/kader kesehatan remaja). Dalam rangka
mengatasi keterbatasan sumber daya kesehatan, kepala puskesmas dapat meminta
bantuan dinas kesehatan dan institusi pendidikan, organisasi profesi atau mitra potensial
bidang kesehatan lainnya. Sebelum melaksanakan penjaringan/pemeriksaan berkala,
pihak puskesmas dan pihak sekolah berkoordinasi untuk mengidentifikasi kegiatan,
pembagian tugas dan tanggung jawab. Berikut pembagian tugas tim pelaksana seperti
digambarkan pada tabel di bawah ini:
28
Kesehatan dari Puskesmas ke Dinas yang dilakukan oleh Puskesmas
Kesehatan Kab/Kota
8 Formulir Rujukan Surat pengantar rujukan peserta didik
9 Form umpan balik hasil penjaringan Dokumentasi hasil pemeriksaan untuk sekolah
kesehatan untuk sekolah
10 UKS KIT Pemeriksaan status gizi, tanda vital, pemeriksaan
penglihatan, pemeriksaan pendengaran, alat
pemeriksaan gigi dan mulut
No UKS Kit
1 Timbangan dewasa
2 Pengukur tinggi badan
3 Tabel Indeks Massa Tubuh
4 Stetoskop
5 Sphygmomanometer dengan manset anak dan dewasa
6 Torniket Karet
7 Thermometer klinis
8 Timer
9 Garpu Tala 512 HZ/ 1024 HZ / 2084 HZ
10 Pengait serumen
11 Speculum hidung (Lempert)
12 Speculum telinga dengan ukuran kecil, sedang, besar
13 Sudip lidah, logam panjang 12 cm
14 Snellen, alat untuk pemeriksaan visus
15 Tes buta warna (ISHIHARA)
16 Pinhole
17 Tas Kanvas tempat kit
18 Kaca Mulut + Tangkai Kaca Mulut
19 Sonde Lengkung
29
Alur Pelaksanaan Penjaringan Kesehatan dan Pemeriksaan Berkala
B. Informed Consent
Pra penjaringan kesehatan dan pemeriksaan berkala merupakan rangkaian dari
pelaksanaan penjaringan kesehatan. Bagian ini memuat tentang informed consent dan
pemeriksaan kesehatan yang menggunakan kuesioner yang sebaiknya dibagikan
sebelum pelaksanaan penjaringan kesehatan dan pemeriksaan berkala. Petugas
Puskesmas berkoordinasi dengan pihak sekolah untuk melaksanakan pra penjaringan
kesehatan dan pemeriksaan berkala.
Bagi orang tua peserta didik yang menolak penjaringan kesehatan/pemeriksaan berkala
di sekolah, diminta untuk melampirkan hasil pemeriksaan kesehatan siswa yang
dilakukan di fasilitas kesehatan lain.
30
C. Pemeriksaan Menggunakan Kuesioner
Untuk anak usia dibawah 10 tahun atau kurang dari 4 SD/MI pada pengisian kuesioner
pemeriksaan kesehatan membutuhkan pendampingan orang tua/guru. Untuk peserta
didik dengan disabilitas pengisian kuesioner juga membutuhkan pendampingan orang
tua/guru atau dilakukan sesuai dengan kebutuhan.
1) Pemeriksaan Riwayat Kesehatan Peserta Didik
Pemeriksaan riwayat kesehatan peserta didik meliputi pengisian kuesioner terkait jenis
gejala/kejadian terkait kesehatan yang pernah diderita oleh peserta didik seperti alergi
makanan tertentu, alergi obat tertentu, cedera serius akibat kecelakaan, kejang
berulang, pingsan, tranfusi darah berulang dan ataupun penyakit lainnya. Peserta didik
yang memiliki riwayat kesehatan tertentu memiliki kemungkinan memiliki penyakit
tertentu yang dapat mempengaruhi kondisi kesehatan peserta didik mengakibatkan
kesakitan dan mengganggu proses belajar pada masa yang akan datang.
Keterangan riwayat kesehatan peserta didik dapat digunakan oleh petugas kesehatan
untuk membantu petugas kesehatan dalam menentukan diagnosis penyakit maupun
pengobatan bagi peserta didik. Pemeriksaan riwayat kesehatan peserta didik
dilakukan pada peserta didik.
Peserta didik yang memiliki riwayat kesehatan keluarga tertentu memiliki kemungkinan
diturunkan penyakit tertentu atau dipengaruhi oleh gaya hidup/kebiasaan/kondisi
kesehatan tertentu dalam keluarga yang dapat mempengaruhi kondisi kesehatan
peserta didik / mengakibatkan kesakitan dan mengganggu proses belajar.
Keterangan riwayat kesehatan keluarga peserta didik dapat pula digunakan oleh
petugas kesehatan untuk membantu petugas kesehatan dalam menentukan diagnosis
penyakit maupun pengobatan bagi peserta didik.
31
Adapun jadual dan jenis pemberian imunisasi tersebut sebagai berikut:
- DT dan Campak/MR bagi peserta didik kelas 1
- Td bagi peserta didik kelas 2 dan 5
Peserta didik yang memiliki gaya hidup yang tidak sehat seperti merokok/terpapar
rokok di keluarga/rumah dan minum minuman beralkohol dapat mengakibatkan
peserta didik lebih berisiko menderita penyakit pada saluran pernapasan atau ikut
melakukan perilaku berisiko tersebut sehingga pada akhirnya dapat mengakibatkan
kesakitan dan mengganggu proses belajar.
Jenis masalah mental emosional yang dideteksi dalam pemeriksaan ini antara lain :
Masalah hiperaktifitas, masalah emosi, masalah teman sebaya, masalah perilaku.
32
ALUR PENJARINGAN DAN PEMERIKSAAN KESEHATAN MENTAL
SKOR KESULITAN
NORMAL DAN KEKUATAN
BORDERLINE ABNORMAL
RUJUK FASKES
33
6) Pemeriksaan Kesehatan Intelegensia
Tujuan pemeriksaan kesehatan inteligensia adalah suatu upaya untuk:
a. Mengembangkan upaya untuk meningkatkan kualitas hasil dari proses belajar
mengajar pada peserta didik
b. Memberi masukan pada orangtua dan guru mengenai dukungan dan bimbingan
yang sesuai dengan potensi kecerdasan dan cara belajar yang dimiliki oleh peserta
didik
c. Menemukan secara dini adanya potensi hambatan belajar pada peserta didik, agar
dapat dilakukan tindakan intervensi segera
Melalui pemeriksaan kesehatan intelegensia dapat diketahui tipe belajar anak (visual,
auditorik, kinestetik) dan modalitas belajar anak (dominansi otak kiri dan atau kanan)
sehingga orang tua dan guru dapat menindaklanjuti untuk memaksimalkaan potensi
belajar anak.
Pengisian oleh peserta didik SLB/ usia sekolah dengan disabilitas didampingi oleh
orang tua/guru sesuai kebutuhan.
b. Luar sekolah
Pemeriksaan kesehatan dilakukan bagi anak yang berada di panti/rumah
singgah/Lembaga Kesejahterasaan Sosial Anak (LKSA) dan lapas anak/ Lembaga
Pembinaan Khusus Anak (LPKA).
34
Pemeriksaan kesehatan yang dilakukan meliputi:
1) Pemeriksaan Tanda Vital
Pemeriksaan ini bertujuan untuk mendeteksi masalah infeksi, hipertensi, penyakit paru
(Asma, Tuberkulosis), jantung dll, yang jika tidak segera diobati berisiko mengganggu
proses belajar mengajar, karena malaise (lemah), sakit kepala, sesak napas, napsu
makan menurun.
Jenis pemeriksaan tanda vital yang dilakukan antara lain :
• suhu tubuh
• tekanan darah
• frekuensi denyut nadi
• frekuensi napas
• auskultasi jantung
• dan auskultasi paru.
35
Peserta didik yang mengalami gangguan tajam penglihatan atau radang mata dapat
menimbulkan keluhan sakit kepala, kesulitan membaca sehingga mengganggu proses
belajar mengajar. Radang mata dapat ditularkan ke peserta didik lain.
Pada peserta didik SLB khususnya SLB – A, tetap dilakukan pemeriksaan kesehatan
indera penglihatan walaupun sebelumnya diketahui peserta didik mengalami kelainan
pada mata seperti buta seluruhnya atau buta parsial untuk menemukan kelainan yang
baru atau kelanjutan komplikasi penyakit mata sebelumnya, dan dapat sebagai
pembuktian penegakan dignosa yang sudah ada.
36
Cara Pemeriksaan
Pengukuran kebugaran jasmani peserta didik menggunakan instrumen Tes Kesegaran
Jasmani Indonesia (TKJI) yang telah disepakati dan ditetapkan menjadi suatu
instrumen yang sesuai dengan kondisi anak Indonesia dan berlaku di Indonesia.
Instrumen yang digunakan dalam penjaringan kesehatan peserta didik adalah Single
test. Single test yaitu tes lari jarak menengah dapat menjadi pilihan yang disesuaikan
dengan kelompok usia dan jenis kelamin. Single test lari 1000 meter untuk usia 10-12
tahun putera/puteri, 1600 meter untuk usia 13-19 tahun putera/puteri.
Hasil dari single test kemudian dibandingkan dengan tabel pengukuran kebugaran atau
dimasukkan ke dalam kartu menuju bugar untuk mendapatkan hasil klasifikasi
kebugaran peserta didik. Hasil kebugaran tersebut kemudian dimasukkan dalam
pencatatan penjaringan kesehatan/pemeriksaan berkala.
E. Jenis-jenis Alat Bantu Dasar Pada Usia Sekolah dan Remaja dengan Disabilitas
Menurut WHO, disabilitas adalah suatu ketidakmampuan melaksanakan suatu
aktifitas/kegiatan tertentu sebagaimana layaknya orang normal, yang disebabkan oleh
kondisi kehilangan atau ketidakmampuan baik psikologis, fisiologis maupun kelainan
struktur atau fungsi anatomis. Disabilitas adalah ketidakmampuan melaksanakan suatu
aktivitas/kegiatan tertentu sebagaimana layaknya orang normal yang disebabkan oleh
kondisi impairment (kehilangan atau ketidakmampuan) yang berhubungan dengan usia
dan masyarakat. Dahulu istilah disabilitas dikenal dengan sebutan penyandang cacat.
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 19 Tahun 2011 tentang
Pengesahan Convention on the Rights of Persons with Disabilities (Konvensi
mengenai Hak-Hak Penyandang Disabilitas) tidak lagi menggunakan
istilah penyandang cacat, diganti dengan penyandang disabilitas.
Penyandang disabilitas adalah orang yang memiliki keterbatasan fisik,
mental, intelektual, atau sensorik dalam jangka waktu lama, dimana ketika
ia berhadapan dengan berbagai hambatan, hal ini dapat menyulitkannya untuk
berpartisipasi penuh dan efektif dalam masyarakat berdasarkan kesamaan hak.
Berdasarkan Glosarium Penyelenggaraan Kesejahteraan Sosial, Kementerian Sosial,
yang dimaksud dengan alat bantu adalah alat yang dipergunakan penyandang
disabilitas (cacat) untuk dapat meminimalkan hambatan yang dialami sebagai akibat
kecacatannya agar dapat meningkatkan mobilitas, komunikasi, dan interaksi dalam
37
kehidupan bermasyarakat secara wajar, sekaligus untuk
meminimalisasi kerusakan/kecacatan lanjutan.
Jenis-jenis Disabilitas
Terdapat beberapa jenis orang dengan kebutuhan khusus/disabilitas. Ini berarti bahwa
setiap penyandang disabilitas memiliki defenisi masing-masing yang mana
kesemuanya memerlukan bantuan untuk tumbuh dan berkembang secara baik. Jenis-
jenis penyandang disabilitas yaitu :
1. Disabilitas Mental. Kelainan mental ini terdiri dari :
a. Mental Tinggi. Sering dikenal dengan orang berbakat intelektual, di mana selain
memiliki kemampuan intelektual di atas rata-rata dia juga memiliki kreativitas dan
tanggungjawab terhadap tugas.
b. Mental Rendah. Kemampuan mental rendah atau kapasitas
intelektual/Intelligence Quotient (IQ) di bawah rata-rata dapat dibagi menjadi 2
kelompok yaitu anak lamban belajar (slow learner) yaitu anak yang memiliki IQ
antara 70-90. Sedangkan anak yang memiliki IQ di bawah 70 dikenal dengan
anak berkebutuhan khusus.
c. Berkesulitan Belajar Spesifik. Berkesulitan belajar berkaitan dengan prestasi
belajar (achievment) yang diperoleh
2. Disabilitas Fisik. Kelainan ini meliputi beberapa macam, yaitu :
a. Kelainan Tubuh (Tuna Daksa). Tunadaksa adalah individu yang memiliki
gangguan gerak yang disebabkan oleh kelainan neuro-muskular dan struktur
tulang yang bersifat bawaan, sakit atau akibat kecelakaan (kehilangan organ
tubuh), polio dan lumpuh.
b. Kelainan Indera Penglihatan (Tuna Netra). Tunanetra adalah individu yang
memiliki hambatan dalam penglihatan. Tunanetra dapat diklasifikasikan kedalam
dua golongan yaitu: buta total (blind) dan low vision.
c. Kelainan Pendengaran (Tuna Rungu). Tunarungu adalah individu yang memiliki
hambatan dalam pendengaran baik permanen maupun tidak permanen. Karena
memiliki hambatan dalam pendengaran individu tunarungu memiliki hambatan
dalam berbicara sehingga mereka biasa disebut tunawicara.
d. Kelainan Bicara (Tuna Wicara), adalah seseorang yang mengalami kesulitan
dalam mengungkapkan pikiran melalui bahasa verbal, sehingga sulit bahkan
tidak dapat dimengerti oleh orang lain. Kelainan bicara ini dapat dimengerti oleh
orang lain. Kelainan bicara ini dapat bersifat fungsional di mana kemungkinan
disebabkan karena ketunarunguan, dan organik yang memang disebabkan
adanya ketidaksempurnaan organ bicara maupun adanya gangguan pada organ
motorik yang berkaitan dengan bicara.
3. Tunaganda (disabilitas ganda). Penderita cacat lebih dari satu kecacatan (yaitu
cacat fisik dan mental).
38
MACAM-MACAM ALAT DISABILITAS
NO RAGAM JENIS ALAT GAMBAR ALAT
DISABILITAS
1 TUNA TONGKAT
NETRA LIPAT:
Merupakan
tongkat
sebagai alat
bantu
mobilitas bagi
tunanetra.
Dapat dilipat
dan mudah
dibawa.
BUKU
BRAILLE:
Buku bacaan
yang
menggunakan
huruf Braille
2 TUNA HEARING
RUNGU & AID:
TUNA Alat ini
WICARA digunakan
untuk
mendengar
KARTU
BAHASA
ISYARAT:
Kartu ini
membantu
memahami
gerakan
isyarat yang
digunakan
penderita
tuna rungu.
3 TUNA KURSI
DAKSA RODA:
Salah satu
alat untuk
mobilitas tuna
daksa.
39
Tongkat kaki tiga
Walker
2. Pelaporan
Data hasil penjaringan kesehatan direkapitulasi oleh tenaga kesehatan puskesmas
untuk dilaporkan dan diumpanbalikkan ke:
• Sekolah
Data yang diumpanbalikkan oleh puskesmas ke sekolah menggunakan Register
Kegiatan Kesehatan Anak di Sekolah (terlampir).
• Dinas Kesehatan Kab/ Kota
Tenaga kesehatan Puskesmas melaporkan cakupan penjaringan
kesehatan/pemeriksaan berkala ke Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota melalui
Laporan Kegiatan Kesehatan Anak di Sekolah (terlampir) atau laporan bulanan
yang berlaku di wilayah kerja.
• Dinas Kesehatan Provinsi
Laporan Hasil Penjaringan Puskesmas yang ada di wilayah kerja Dinas Kesehatan
Kabupaten/Kota dianalisis dan direkapitulasi menggunakan Laporan Kegiatan
Kesehatan Anak di Sekolah di Kabupaten/ Kota dan hasilnya dilaporkan ke Dinas
Kesehatan Provinsi.
• Kementerian Kesehatan c.q Direktorat Kesehatan Keluarga
Provinsi melakukan rekapitulasi dan analisis semua laporan Dinas Kesehatan
Kabupaten/Kota yang ada di wilayah kerjanya menggunakan formulir Laporan
Kegiatan Kesehatan Anak di Sekolah di Provinsi, dan hasilnya disampaikan ke
Kementerian Kesehatan sebagai laporan.
Frekuensi pelaporan dari Puskesmas ke Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota 6 bulan
sekali, dari Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota ke Dinas Kesehatan Provinsi 6 bulan
sekali dan dari Dinas Kesehatan Provinsi ke Kementerian Kesehatan 6 bulan sekali.
Masing-masing tingkatan administrasi yang menerima laporan berkewajiban
menganalisis laporan yang diterima dan menyampaikan umpan balik penerimaan
laporan dan hasil analisisnya dalam rangka penilaian dan pengembangan program
serta untuk memacu kesinambungan pelaporan.
Masing-masing tingkatan administrasi juga berkewajiban untuk memberikan umpan
balik kepada TP UKS terkait sebagai informasi hasil pelaksanaan penjaringan
kesehatan yang telah dilakukan pada wilayah kerja.
Alur pelaporan dan penyampaian umpan balik dan hasil analisis laporan di masing-
masing tingkatan administrasi dapat digambarkan seperti bagan di bawah ini:
41
42
B. Tindak Lanjut Hasil Pemantauan Tumbuh Kembang
Untuk peserta didik yang menghasilkan kesimpulan hasil pemeriksaan yang kurang baik
maka tenaga kesehatan puskesmas melakukan:
- Memberikan surat pengantar rujukan ke puskesmas untuk pemeriksaan lanjutan,
pengobatan dll. Contoh kasus yang memerlukan rujukan sebagai berikut:
• Penyakit kulit
• Gizi kurang
• Gizi lebih
• Dugaan anemia
• Pemeriksaan kecacingan
• Hipertensi
• Dugaan Tuberkulosis
• Gangguan visus
• Gangguan tajam pendengaran
• Infeksi mata
• Infeksi THT
• Karies gigi, radang gusi / karang gigi
• Kandidiasis mulut
• Gangguan mental emosioanal
• Dugaan IMS
• Dugaan kekerasan
• Dugaan masalah pubertas
• dll
- Puskesmas berkoordinasi dengan sekolah pada saat umpan balik hasil penjaringan
kesehatan dan pemeriksaan berkala, memberikan saran rujukan ke Puskesmas untuk
peserta didik yang memerlukan. Petugas Puskesmas meminta sekolah untuk
menginformasikan hasil penjaringan kesehatan dan pemeriksaan berkala ke orang tua
peserta didik dan saran rujukan tindak lanjut ke Puskesmas.
43
CONTOH FORMULIR PERSETUJUAN PENJARINGAN KESEHATAN
DAN PEMERIKSAAN BERKALA
Apabila Bapak/Ibu menyetujui pelaksanaan pemeriksaan kesehatan pada peserta didik ini, mohon
menandatangani Formulir ini sebagai bukti persetujuan pelaksanaan penjaringan kesehatan dan
pemeriksaan berkala.
Menyetujui, Mengetahui,
_________/_____________
ttd ttd
44
CONTOH FORMULIR TANDA TANGAN PERSETUJUAN PENJARINGAN KESEHATAN DAN PEMERIKSAAN BERKALA
Sekolah :
Alamat Sekolah :
Kelas :
No Tanggal Nama Nama anak Tanda No. Tanggal Nama Nama Anak Tanda
. Orangtua/Wali Tangan Orangtua/Wali Tangan
1. 21.
2. 22.
3. 23.
4. 24.
5. 25.
6. 26.
7. 27.
8. 28.
9. 29.
10. 30.
11. 31.
12. 32.
13. 33.
14. 34.
15. 35.
16. 36.
17. 37.
18. 38.
19. 39.
20. 40.
___________/_____________
Mengetahui,
(Nama Guru/Wali Kelas)
45
CONTOH
FORMULIR PENOLAKAN PENJARINGAN KESEHATAN DAN PEMERIKSAAN BERKALA
Saya yang bertandatangan di Formulir Tanda Tangan Penolakan Penjaringan Kesehatan Untuk
Orangtua/Wali, menolak program pelayanan kesehatan yang diberikan di sekolah, yaitu :
Pemeriksaan kesehatan pada anak/anak dibawah perwalian saya tersebut telah/akan tetap saya
laksanakan di fasilitas kesehatan lainnya. Maka saya melampirkan hasil pemeriksaan kesehatan
anak saya yang sah dari fasilitas kesehatan lain.
Menyetujui, Mengetahui,
_________/_____________
ttd ttd
46
FORMULIR PEMBERITAHUAN HASIL PENJARINGAN KESEHATAN DAN
PEMERIKSAAN BERKALA KE ORANG TUA/WALI
Yth Orangtua/Wali:
Terima kasih telah berpartisipasi dalam penjaringan kesehatan peserta didik, berikut hasil
pemeriksaan kesehatan yang memberikan gambaran kondisi untuk ditindaklanjuti orang tua,
guru dan petugas kesehatan.
Nama:____________________________
Kelas:____________________________
Dalam Pemeriksaan
No Jenis Pemeriksaan Batas Lebih lanjut/ Keterangan
Normal Rujuk
1 Pemeriksaan kebersihan diri
2 Pemeriksaan status gizi
3 Pemeriksaan tanda vital (suhu tubuh, tekanan
darah, pernapasan, denyut nadi, jantung dan
paru)
4 Pemeriksaan gangguan kesehatan mata
(ketajaman penglihatan, risiko infeksi dan buta
warna)
5 Pemeriksaan gangguan pendengaran
6 Pemeriksaan gangguan kesehatan gigi dan
mulut
7 Pemeriksaan gaya hidup
8 Pemeriksaan kebugaran jasmani
9 Pemeriksaan kesehatan mental
10 Pemeriksaan kesehatan Intelegensia
11 Pemeriksaan kesehatan reproduksi
Saran:
__________________________________________________________________________
__________________________________________________________________________/
untuk melakukan pemeriksaan kesehatan lebih lengkap dan perawatan lebih lanjut ke
Puskesmas/ RS___________________ . *
47
SURAT RUJUKAN HASIL PENJARINGAN KESEHATAN DAN PEMERIKSAAN BERKALA
PESERTA DIDIK
Berdasarkan penjaringan/ pemeriksaan kesehatan berkala peserta didik yang telah dilaksanakan
pada…………..(Hari/Tanggal)________________, di (Nama Sekolah)_______________________
didapatkan hasil pemeriksaan:___________
__________________________________________________________________________________
__________________________________________________________________________________
_____________________________,
__________, Tanggal_____
Dokter/Bidan/Perawat yang mengirim rujukan
Cap
( Nama Jelas )
NIP.
48
Puskesmas :…………......………………. Tanggal pengisian : ........................
RAHASIA
KUESIONER PENJARINGAN KESEHATAN DAN PEMERIKSAAN BERKALA PESERTA DIDIK
Kuesioner di bawah ini merupakan prosedur pemeriksaan kesehatan yang dilakukan untuk mengetahui
keadaan kesehatanmu agar dapat dilakukan upaya penanganan sedini mungkin sehingga dapat
mendukung proses belajarmu untuk meningkatkan prestasi.
Jawaban atas pertanyaan dalam kuesioner ini dijamin kerahasiaannya dan tidak akan mempengaruhi
nilai pelajaranmu.
Bacalah setiap pertanyaan dengan teliti dan berikan jawaban sesuai dengan keadaanmu.
*untuk peserta didik kelas 1-3 SD/MI dapat menjawab pertanyaan dengan bantuan orang tua
atau guru
IDENTITAS
Berikan tanda (V) pada kotak sesuai keadaanmu, bila jawaban ‘Ya’, isilah titik-titik di sebelahnya.
Apakah kamu :
1. Alergi Tidak Ya Sebutkan : .............
2. Pernah mengalami cedera Tidak Ya Sebutkan : .............
3. Riwayat kejang berulang Tidak Ya
8. Riwayat pingsan Tidak Ya
9. Riwayat tranfusi darah berulang Tidak Ya
10. Riwayat kelainan bawaan yang dimiliki Tidak Ya Sebutkan : .............
11. Riwayat penyakit lainnya Tidak Ya Sebutkan : .............
B. Riwayat Imunisasi
Status imunisasi dasar lengkap? Tidak Ya Sebutkan:…..
a. 0 – 24 Jam
Hepatiis B Tidak Ya
b. Usiab.1 bulan
BCG Tidak Ya
Polio 1 Tidak Ya
c. Usia 2 bulan
DPT – HB – Hib1 Tidak Ya
Polio 2 Tidak Ya
d. Usia 3 bulan
DPT – HB – Hib2 Tidak Ya
Polio 3 Tidak Ya
49
e. Usia 4 bulan
DPT – HB – Hib3 Tidak Ya
Polio 4 Tidak Ya
IPV Tidak Ya
f. Usia 9 bulan
Campak/MR Tidak Ya
g. Usia 18 – 24 bulan
D. Gaya Hidup
1. Apakah kamu sarapan? Selalu Kadang-kadang Tidak pernah
3. Apakah orang tua/ keluarga ada yang merokok? Ada Tidak ada
4. Apakah kamu pernah merokok ? Ada Tidak ada
5. Apakah orang tua/ keluarga ada yang minum
minuman beralkohol? Ada Tidak ada
6. Apakah kamu pernah yang minum minuman
beralkohol atau menggunakan obat-obatan
terlarang? Ada Tidak ada
50
E. KESEHATAN REPRODUKSI
1. Peserta Didik Puteri
1. Berapakah usiamu saat menstruasi pertama?
( ) < 8 tahun ( ) 8-15 tahun ( ) > 15 tahun
Jika kamu belum menstruasi, lompat ke pertanyaan nomor 4
51
F. KESEHATAN MENTAL DAN EMOSIONAL
Untuk setiap pernyataan, lingkari pada kotak kolom sesuai dengan pilihan anda, sebagaimana yang
terjadi pada diri anak/ peserta didik anda selama enam bulan terakhir (semua harus dijawab !!)
Kode* Skor
Skor
No. Pernyataan Tidak Agak
Benar Anak
Benar Benar
1 Dapat memperdulikan perasaan orang lain Pr 1
2 Gelisah, terlalu aktif, tidak dapat diam untuk waktu lama H1
3 Sering mengeluh sakit kepala, sakit perut atau sakit-sakit E1
lainnya
4 Kalau mempunyai mainan, kesenangan, atau pensil, anak Pr 2
bersedia berbagi dengan anak-anak lain
5 Sering sulit mengendalikan kemarahan C1
6 Cenderung menyendiri, lebih suka bermain seorang diri P1
7* Umumnya bertingkah laku baik, biasanya melakukan apa C2
yang disuruh oleh orang dewasa
8 Banyak kekhawatiran atau sering tampak khawatir E2
9 Suka menolong jika seseorang terluka, kecewa atau merasa Pr 3
sakit
10 Terus menerus bergerak dengan resah atau menggeliat- H2
geliat
11* Mempunyai satu atau lebih teman baik P2
12 Sering berkelahi dengan anak-anak lain atau mengintimidasi C3
mereka
13 Sering merasa tidak bahagia, sedih atau menangis E3
14* Pada umumnya disukai oleh anak-anak lain P3
15 Mudah teralih perhatiannya, tidak dapat berkonsentrasi H3
16 Gugup atau sulit berpisah dengan orangtua/pengasuhnya E4
pada situasi baru, mudah kehilangan rasa percaya diri
17 Bersikap baik terhadap anak-anak yang lebih muda Pr 4
18 Sering berbohong atau berbuat curang C4
19 Diganggu, dipermainkan, diintimidasi atau diancam oleh P4
anak-anak lain
20 Sering menawarkan diri untuk membantu orang lain (orang Pr 5
tua, guru, anak-anak lain)
21* Sebelum melakukan sesuatu ia berpikir dahulu tentang H4
akibatnya
22 Mencuri dari rumah, sekolah atau tempat lain C5
23 Lebih mudah berteman dengan orang dewasa daripada P5
dengan anak-anak lain
24 Banyak yang ditakuti, mudah menjadi takut E5
25* Memiliki perhatian yang baik terhadap apapun, mampu H5
menyelesaikan tugas atau pekerjaan rumah sampai selesai
52
Kuesioner Kekuatan dan Kesulitan pada Anak
Strengths and Difficulties Questionnaire
usia 11 –18 tahun
Untuk setiap pernyataan, beri tanda () pada kotak kolom sesuai dengan pilihan anda, sebagaimana
terjadi pada dirimu selama enam bulan terakhir (semua harus dijawab !!)
No Kode* Tidak Agak Benar
Pernyataan
. benar benar
1 Saya berusaha bersikap baik kepada orang lain. Saya peduli dengan Pr 1
perasaan mereka
2 Saya gelisah, saya tidak dapat diam untuk waktu lama H1
3 Saya sering sakit kepala, sakit perut atau macam-macam sakit lain E1
4 Kalau saya memiliki mainan CD atau makanan saya biasanya berbagi Pr 2
dengan orang lain
5 Saya menjadi sangat marah dan sering tidak bisa mengendalikan C1
kemarahan saya
6 Saya lebih suka sendirian daripada bersama dengan orang-orang P1
yang seumur saya
7* Saya biasanya melakukan apa yang diperintahkan oleh orang lain C2
8 Saya banyak merasa cemas atau khawatir terhadap apapun E2
9 Saya selalu siap menolong jika ada orang terluka, kecewa atau Pr 3
merasa sakit
10 Bila sedang gelisah atau cemas badan saya sering bergerak-gerak H2
tanpa saya sadari
11* Saya mempunyai satu teman baik atau lebih P2
12 Saya sering bertengkar dengan orang lain. Saya dapat memaksa C3
orang lain melakukannya apa yang saya inginkan
13 Saya sering merasa tidak bahagia, sedih atau menangis E3
14* Orang lain seumur saya pada umumnya menyukai saya P3
15 Perhatian saya mudah teralihkan. Saya sulit memusatkan perhatian H3
pada apapun
16 Saya merasa gugup dalam situasi baru. Saya mudah kehilangan rasa E4
percaya diri
17 Saya bersikap baik pada anak-anak yang lebih muda dari saya Pr 4
18 Saya sering dituduh berbohong atau berbuat curang C4
19 Saya sering diganggu atau dipermainkan oleh anak-anak atau remaja P4
lainnya
20 Saya sering menawarkan diri untuk membantu orang lain, orang tua, Pr 5
guru atau anak-anak
21* Sebelum melakukan sesuatu saya berpikir dahulu tentang akibatnya H4
22 Saya mengambil barang yang bukan milik saya dari rumah, sekolah, C5
atau darimana saja
23 Saya lebih mudah berteman dengan orang dewasa daripada dengan P5
orang-orang seumur saya
24 Banyak yang saya takuti. Saya mudah menjadi takut E5
25* Saya menyelesaikan pekerjaan yang sedang saya lakukan. Saya H5
mempunyai perhatian yang baik terhadap apapun
53
G. KESEHATAN INTELEGENSIA
Petunjuk Pengisian
• Untuk siswa SD kelas 1-3 saat mengerjakan tes dibantu oleh guru/orangtua.
• Selain siswa SD kelas 1-3 dapat mengerjakan tes secara mandiri
• Tidak ada jawaban yang salah, jawaban yang diharapkan adalah jawaban sejujurnya yang sesuai
dengan kondisi yang kamu alami/lakukan dalam 6 (Enam) bulan terakhir.
• Untuk setiap pernyataan, beri tanda (v) pada kotak tidak pernah, kadang-kadang, selalu.
Keterangan jawaban :
Tidak Pernah : Tidak melakukan sama sekali
Kadang - kadang : kadang melakukan kadang tidak
Selalu : terus menerus melakukan
NO PERNYATAAN JAWABAN
Tidak Kadang
A. MODALITAS BELAJAR Selalu
pernah kadang
1 Suka mengingat sesuatu dengan membayangkannya
Memahami sesuatu dengan melihat grafik/bagan/skema atau
2
membaca tulisan
3 Memahami sesuatu dari mendengar/petunjuk lisan
4 Mudah mengikuti instruksi tertulis
5 Bisa mengerjakan grafik, bagan/skema dan poster dengan baik.
6 Senang melakukan tugas dengan di dikte
Saya dapat menyusun bongkar pasang gambar (puzzles) dengan
7
baik
8 Senang membaca
9 Mudah memahami penjelasan dengan alat peraga
10 Suka mencatat dan membuat daftar apa yang ingin saya ingat
11 Mudah mengikuti petunjuk di peta
12 Suka mengikuti petunjuk lisan
Suka mendengar seseorang berbicara dalam mendapatkan
13
informasi.
14 Membutuhkan penjelasan tentang suatu diagram atau peta.
15 Senang berdiskusi membicarakan suatu hal.
16 Suka mendengarkan irama musik untuk mempelajari sesuatu.
17 Suka mendengarkan musik
Suka melakukan gerakan-gerakan untuk mengingat sesuatu
18
(mengetuk-ngetuk pena, menggoyang-goyang tungkai).
Suka bekerja dengan tangan saya dalam membuat atau
19
memperbaiki sesuatu.
20 Suka berdiri atau berjalan-jalan saat belajar
21 Suka menggunakan gerakan tangan saat berbicara
22 Terampil berolah raga
Suka melihat gerakan tubuh seseorang untuk memahami maksud
23
pikirannya
24 Harus melakukan apa yang telah dipelajari agar mudah dipahami
54
Petunjuk Pengisian
• Tidak ada jawaban yang salah, jawaban yang diharapkan adalah jawaban sejujurnya yang sesuai dengan
kondisi siswa.
• Untuk setiap pertanyan, beri tanda (v) pada kotak ya dan tidak.
Keterangan jawaban :
Ya : Jika pertanyaan sesuai dengan kondisi anak
Tidak : Jika pertanyaan tidak sesuai dengan kondisi anak
55
Lampiran 7
FORMULIR PENJARINGAN KESEHATAN/PEMERIKSAAN BERKALA PESERTA DIDIK
PUSKESMAS ……………………………
(Diisi oleh Guru dan Petugas Puskesmas)
B Riwayat Imunisasi
Status imunisasi dasar lengkap Tidak (T) Ya (Y) Sebutkan
a. 0 - 24 Jam
Hepatitis B Tidak (T) Ya (Y)
b. Usia 1 bulan
58
BCG Tidak (T) Ya (Y)
Polio 1 Tidak (T) Ya (Y)
c. Usia 2 bulan
DPT - HB - Hib1 Tidak (T) Ya (Y)
Polio 2 Tidak (T) Ya (Y)
d. Usia 3 bulan
DPT - HB - Hib2 Tidak (T) Ya (Y)
Polio 3 Tidak (T) Ya (Y)
e. Usia 4 bulan
DPT - HB - Hib3 Tidak (T) Ya (Y)
Polio 4 Tidak (T) Ya (Y)
IPV Tidak (T)
f. Usia 9 bulan
Campak/MR Tidak (T) Ya (Y)
g. Usia 18 - 24 bulan
DPT - HB - Hib Tidak (T) Ya (Y)
Campak Tidak (T) Ya (Y)
h. Kelas 1 SD
Campak Tidak (T) Ya (Y)
DT Tidak (T) Ya (Y)
i. Kelas 2 SD
Td Tidak (T) Ya (Y)
j. Kelas 5 SD
Td Tidak (T) Ya (Y)
D Gaya Hidup
1. Apakah kamu sarapan? Selalu Kadang Tidak pernah
2. Apakah kamu jajan di sekolah? Selalu Kadang Tidak pernah
3. Apakah orangtua / keluarga ada
yang merokok Ada Tidak ada
4. Apakah kamu pernah merokok? Ada Tidak ada
5. Apakah orangtua / keluarga ada Ada Tidak ada
59
yang minum minuman beralkohol?
E Kesehatan Reproduksi
Masalah Pubertas Tidak (T) Ya (Y)
Risiko IMS Tidak (T) Ya (Y)
Risiko Kekerasan seksual Tidak (T) Ya (Y)
Skor Kekuatan
Perilaku Prososial (Pr) Normal Borderline Abnormal
G Kesehatan Intelegensia
Modalitas Belajar
Cukup
Optimal Belum Optimal
Visual Optimal
Cukup
Optimal Belum Optimal
Audio Optimal
Cukup
Optimal Belum Optimal
Kinestetik Optimal
60
III PEMERIKSAAN FISIK
61
F Pemeriksaan Kesehatan Gigi dan Mulut
Kesehatan Rongga Mulut
Celah bibir/langit-langit* Tidak (T) Ya (Y)
Luka pada sudut mulut Tidak (T) Ya (Y)
Sariawan Tidak (T) Ya (Y)
Lidah kotor Tidak (T) Ya (Y)
Luka lainnya Tidak (T) Ya (Y)
Lokasi :
Isi kotak pada diagram gigi dengan simbol sesuai kondisi gigi
Diagram Gigi
I II
55 54 53 52 51 61 62 63 64 65
17 16 14 14 13 12 11 21 22 23 24 25 26 27
47 46 45 44 43 42 41 31 32 33 34 35 36 37
85 84 83 82 81 71 72 73 74 75
IV III
62
G Pemakaian Alat Bantu
Penglihatan/Loupe Tidak (T) Ya (Y)
Pendengaran Tidak (T) Ya (Y)
Kursi Roda Tidak (T) Ya (Y)
Tongkat/Kurk Tidak (T) Ya (Y)
Kaki/tangan/mata protese Tidak (T) Ya (Y)
IV KESIMPULAN
(……………………………….) (……………….………….….)
VI TINDAK LANJUT
Pemantauan oleh Orang Tua / Guru
(tulis tindak lanjut yang dilakukan oleh guru dan / atau orang tua)
Orang Tua Wali Kelas/Guru
(……………………………….) (……………….………….….)
63
REGISTER KEGIATAN KESEHATAN ANAK DI SEKOLAH
NAMA SEKOLAH : TAHUN :
KELAS:
Hasil Penjaringan Kesehatan dan Pemeriksaan Berkala
Kepemil
Peng
Penilaian Status Gizi Kebersihan Diri Gangg Tindak Lanjut Pemb ikan
Jns Jenis Tinggi Berat Tekanan Dugaan Dugaan Gigi dan Mulut
Mata / Penglihatan Telinga / Pendengaran Risiko Gangguan Mental
Modalitas Belajar guna Kebu Pemb
uan Emosional Domi erian Buku
No Nama Klm Dis Bdn Bdn darah Kln Masalah Imuni Ganggu Buta berhub an garan Peman erian
TB/U Gigi dan Gusi Gangguan Kes. nasi Rujuk obat Rapor
(L/P) abilitas sasi Risiko Ram Rongga Infeks an Warna Seru dg gaya Alat Jasm tauan TTD
IMT (stunt Kulit Kuku Infeksi Pen Repro otak Puskes cacing Kese
Anemia but Mulut Karies Masalah i Peng (SMP/ men hidup Kines Bant ani Guru/
(cm) (kg) (mmHg) Jantung Paru ing) lainnya dengaran duksi E C H P Pr Audio Visual tetik mas hatan
lihatan SMA) u Ortu
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39 40 41 42 43
5
6
dst
Grahita: G: B: K: T4 :
Daksa: O: KM : KS:
Autisme:
Ganda:
ADHD:
Tempat, Tanggal____________________
Pengelola UKS
(__________________________)
63
LAPORAN KEGIATAN KESEHATAN ANAK DI SEKOLAH
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39 40 41 42 43
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
dst
TOTAL
(__________________________) (__________________________)
64
TINGKATAN SEKOLAH : SMP/MTS/SLB *
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39 40 41 42 43
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
dst
TOTAL
(__________________________) (__________________________)
65
REGISTER KEGIATAN KESEHATAN ANAK DI SEKOLAH
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39 40 41 42 43
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
dst
TOTAL
(__________________________) (__________________________)
66
LAPORAN KEGIATAN KESEHATAN ANAK DI SEKOLAH
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39 40 41 42 43 44 45 46
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
dst
TOTAL
(__________________________) (__________________________)
67
LAPORAN KEGIATAN KESEHATAN ANAK DI SEKOLAH
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39 40 41 42 43 44 45 46
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
dst
TOTAL
(__________________________) (__________________________)
68
LAPORAN KEGIATAN KESEHATAN ANAK DI SEKOLAH
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39 40 41 42 43 44 45 46
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
dst
TOTAL
(__________________________) (__________________________)
69
LAPORAN KEGIATAN KESEHATAN ANAK DI SEKOLAH
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39 40 41 42 43 44 45 46 47 48
10
11
12
13
14
15
dst
TOTAL
(__________________________) (__________________________)
70
LAPORAN KEGIATAN KESEHATAN ANAK DI SEKOLAH
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39 40 41 42 43 44 45 46 47 48
10
11
12
13
14
15
dst
TOTAL
(__________________________) (__________________________)
71
LAPORAN KEGIATAN KESEHATAN ANAK DI SEKOLAH
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39 40 41 42 43 44 45 46 47 48
10
11
12
13
14
15
dst
TOTAL
(__________________________) (__________________________)
72
PETUNJUK PENGISIAN REKAPITULASI HASIL PENJARINGAN
KESEHATAN PESERTA DIDIK DI SEKOLAH
4 Jenis Disabilitas Diisi untuk peserta didik dengan disabilitas : Diisi dengan Jenis
Disabilitas yang dimiliki, seperti Netra, Rungu, Rungu Wicara,
Grahita, Daksa, Autisme, Ganda dan Anak dengan Gangguan
Pemusatan Perhatian (ADHD), dll
5 Tinggi badan (cm) Tinggi badan diisi dalam satuan ukur centimeter (cm)
6 Berat badan (kg) Berat badan diisi dengan satuan ukur kilogram (kg)
10 Imunisasi Di isi L : jika peserta diidk telah diimunisasi DT1, Td 1 dan Td 2 status
imunisasi BIAS lengkap
Di isi TL : jika peserta didik belum mendapat salah satu / lebih
imunisasi DT1, Td1, Td2 / status imunisasi BIAS tidak lengkap
Penilaian status gizi
11 IMT Diisi SK (Sangat Kurus): Jika IMT berdasarkan umur terletak pada < -
3 SD
Diisi K (Kurus): Jika IMT berdasarkan umur terletak pada - 3 SD
s/d - 2 SD
Diisi G (Gemuk): Jika IMT berdasarkan umur terletak pada 2 SD s/d
3 SD
73
Diisi OB (Obesitas) : Jika IMT berdasarkan umur terletak pada > 2 SD
12 TB/U (stunting) Diisi Y apabila tinggi badan per umur (TB/U) <-2 SD
13 Risiko Anemia Gizi Diisi Y jika didapatkan tanda-tanda klinis risiko anemia gizi besi
Besi
Diisi T jika tidak didapatkan tanda-tanda klinis risiko anemia gizi besi
Kebersihan Diri
19 Masalah lainnya Diisi T : apabila tidak ditemukan masalah lainnya pada gigi dan gusi
Mata
20 Infeksi Diisi T : jika tidak ada infeksi (radang)
Diisi Y: jika ada infeksi (radang)
21 Gangguan Diisi N (Normal): jika visus normal (6/6)
Penglihatan Diisi KR jika peserta didik mengalami kelainan refraksi
Diisi LV jika peserta didik mengalami low vision
Diisi B jika peserta didik mengalami kebutaan
Diisi KM jika peserta didik menggunakan kacamata
22 Buta Warna Diisi T : Jika tidak buta warna (lihat cara interpretasi)
Diisi Y : Jika buta warna
Telinga
74
23 Infeksi Diisi T : jika tidak ditemukan infeksi
Diisi OM (Otitis Media) : jika dijumpai tanda-tanda infeksi telinga
tengah
Diisi OE ( Otitis Eksterna) : jika dijumpai tanda-tanda infeksi telinga
luar
24 Serumen (Kotoran Diisi T : jika tidak dijumpai kotoran (cair/lunak/liat/keras) pada kedua
Telinga) telinga
Diisi Y : jika dijumpai kotoran pada salah satu atau kedua telinga
(cair/lunak/liat/keras)
25 - Tajam Diisi T : Jika didapatkan rinne positif atau tidak ada lateralisasi pada
Pendengaran salah satu sisi telinga
Diisi Y: Jika didapatkan rinne negatif atau ada lateralisasi pada salah
satu sisi telinga
26 Risiko berhubungan Diisi T : jika tidak ditemukan risiko terkait dengan gaya hidup (pola
dengan gaya hidup sarapan, jajan, tidak ditemukan risiko merokok atau minum minuman
beralkohol)
Diisi Y : jika ditemukan risiko terkait dengan gaya hidup (tidak
sarapan teratur, sering jajan tidak sehat, atau ditemukan risiko
merokok atau minum minuman beralkohol)
27 Gangguan Kesehatan Diisi T : Jika tidak ada masalah terkait pubertas, gangguan
Reproduksi menstruasi atau tidak didapatkan risiko IMS
Diisi Y : Jika didapatkan masalah terkait pubertas, gangguan
menstruasi atau ditemukan risiko IMS
Kesehatan Mental
28 Gejala Emosional (E) Diisi N : jika peserta didik mendapatkan skor gangguan emosional
normal
Diisi B : jika peserta didik mendapatkan skor gangguan emosional
borderline
Diisi AB : jika peserta didik mendapatkan skor gangguan emosional
abnormal
29 Masalah Perilaku (C) Diisi N : jika peserta didik mendapatkan skor masalah perilaku normal
31 Masalah Teman Diisi N : jika peserta didik mendapatkan skor Hiperaktifitas normal
Sebaya (P)
Diisi B : jika peserta didik mendapatkan skor Hiperaktifitas borderline
32 Prososial (Pr) Diisi N : jika peserta didik mendapatkan skor Prososial normal
75
Intelegensia Kesehatan
Modalitas Belajar
33 Audio Diisi T: jika peserta didik memiliki modalitas belajar audio belum
optimal
Diisi Y: jika peserta didik memiliki modalitas belajar audio
optimal/cukup optimal
34 Visual Diisi T: jika peserta didik memiliki modalitas belajar visual belum
optimal
Diisi Y: jika peserta didik memiliki modalitas belajar visual
optimal/cukup optimal
35 Kinestetik Diisi T: jika peserta didik memiliki modalitas belajar kinestetik belum
optimal
Diisi Y: jika peserta didik memiliki modalitas belajar kinestetik
optimal/cukup optimal
36 Dominasi Otak Oki: jika peserta didik memiliki dominasi Otak Kiri
Oka: jika peserta didik memiliki dominasi Otak Kanan
Kika: jika peserta didik memiliki dominasi Otak Kanan
37 Penggunaan Alat Diisi T: jika peserta didik tidak menggunakan alat bantu
Bantu Diisi Y: jika peserta didik menggunakan alat bantu
38 Kebugaran Jasmani Diisi BS: jika nilai tes kebugaran jasmani peserta didik berdasarkan
umur dan jenis kelamin : Baik Sekali
Diisi B: jika nilai tes kebugaran jasmani peserta didik berdasarkan
umur dan jenis kelamin : Baik
Diisi C: jika nilai tes kebugaran jasmani peserta didik berdasarkan
umur dan jenis kelamin : Cukup
Diisi K: jika nilai tes kebugaran jasmani peserta didik berdasarkan
umur dan jenis kelamin : Kurang
Diisi KS: jika nilai tes kebugaran jasmani peserta didik berdasarkan
umur dan jenis kelamin : Kurang Sekali
39 Pemantauan Guru / Apabila tindak lanjut dari masalah kesehatan yang ditemukan dari
Orang Tua penjaringan kesehatan juga memerlukan pemantauan dari guru dan
orang tua
40 Dirujuk Apabila tindak lanjut dari masalah kesehatan yang ditemukan dari
penjaringan kesehatan adalah dirujuk ke Puskesmas/RS/Fasyankes
lainnya
41 Pemberian TTD Diisi dengan jumlah tablet tambah darah (TTD) yang diberikan pada
peserta didik perempuan di satu sekolah (TTD)
T = Triwulan
Triwulan 1 :…../ Triwulan2 :…../Triwulan3 :…../Triwulan4 :…..
42 Pemberian obat cacing Diisi Y : jika peserta didik diberikan obat cacing
(*pada daerah
tertentu)
Diisi T : jika peserta didik tidak diberikan obat cacing
43 Kepemilikan Buku Diisi Y : jika peserta didik pada saat penjaringan kesehatan dan
Rapor Kesehatanku pemeriksaan berkala membawa buku rapor kesehatan
Diisi T : jika peserta didik pada saat penjaringan kesehatan dan
pemeriksaan berkala tidak membawa buku rapor kesehatan/tidak
memiliki buku rapor kesehatan
76
PETUNJUK PENGISIAN REKAPITULASI HASIL PENJARINGAN
KESEHATAN PESERTA DIDIK DI PUSKESMAS
13 L Diisi dengan jumlah peserta didik laki laki di satu sekolah yang
ditemukan memiliki risiko anemia gizi besi
14 P Diisi dengan jumlah peserta didik perempuan di satu sekolah
yang ditemukan memiliki risiko anemia gizi besi
77
15 Hipertensi Diisi dengan jumlah peserta didik di satu sekolah yang yang
pada saat dilakukan penjaringan kesehatan ditemukan
mengalami hipertensi
Gigi dan Gusi
16 Karies Diisi dengan jumlah peserta didik di satu sekolah yang pada
saat dilakukan penjaringan kesehatan ditemukan mengalami
karies gigi
Mata/Penglihatan
17 Kelainan Refraksi Diisi dengan jumlah peserta didik di satu sekolah yang pada
saat dilakukan penjaringan kesehatan ditemukan mengalami
kelainan refraksi
18 Low Vision Diisi dengan jumlah peserta didik di satu sekolah yang pada
saat dilakukan penjaringan kesehatan ditemukan mengalami
low vision
19 Buta Warna Diisi dengan jumlah peserta didik di satu sekolah yang pada
saat dilakukan penjaringan kesehatan ditemukan mengalami
buta warna/mengalami buta warna
20 Kacamata Diisi dengan jumlah peserta didik di satu sekolah yang
mengenakan kacamata untuk membantu ketajaman penglihatan
Telinga / Pendengaran
21 Infeksi Diisi dengan jumlah peserta didik di satu sekolah yang pada
saat dilakukan penjaringan kesehatan ditemukan mengalami
infeksi telinga
22 Serumen Diisi dengan jumlah peserta didik di satu sekolah yang pada
saat dilakukan penjaringan kesehatan ditemukan terdapat
serumen pada telinga
23 Gangguan Diisi dengan jumlah peserta didik di satu sekolah yang pada
Pendengaran saat dilakukan penjaringan kesehatan ditemukan mengalami
gangguan tajam pendengaran
24 Risiko berhubungan Diisi dengan jumlah peserta didik di satu sekolah yang pada
dengan gaya hidup saat dilakukan penjaringan kesehatan ditemukan mempunyai
satu/lebih risiko yang berhubungan dengan gaya hidup
25 Gangguan Diisi dengan jumlah peserta didik di satu sekolah yang pada
Kesehatan saat dilakukan penjaringan kesehatan ditemukan mempunyai
Reproduksi satu atau lebih risiko gangguan kesehatan reproduksi
(gangguan pubertas, gangguan mentruasi atau risiko IMS)
Gangguan Kesehatan Mental Emosional
26 Gejala Emosional Diisi dengan jumlah peserta didik di sekolah yang pada saat
(E) dilakukan penjaringan kesehatan ditemukan memiliki gejala
emosional (E) dengan nilai borderline atau abnormal
27 Masalah Perilaku Diisi dengan jumlah peserta didik di sekolah yang pada saat
(C) dilakukan penjaringan kesehatan ditemukan mempunyai risiko
masalah perilaku (C) dengan nilai borderline atau abnormal
28 Hiperaktifitas (H) Diisi dengan jumlah peserta didik di sekolah yang pada saat
dilakukan penjaringan kesehatan ditemukan memiliki skor
hiperaktifitas dengan nilai borderline atau abnormal
29 Masalah Teman Diisi dengan jumlah peserta didik di sekolah yang pada saat
Sebaya (P) dilakukan penjaringan kesehatan ditemukan mempunyai risiko
masalah perilaku (C) dengan nilai borderline atau abnormal
78
30 Prososial (Pr) Diisi dengan jumlah peserta didik di sekolah yang pada saat
dilakukan penjaringan kesehatan ditemukan memiliki skor
prososial dengan nilai borderline atau abnormal
Modalitas Belajar
31 Audio Diisi dengan jumlah peserta didik di satu sekolah yang memiliki
modalitas belajar audio optimal
32 Visual Diisi dengan jumlah peserta didik di satu sekolah yang memiliki
modalitas belajar visual optimal
33 Kinestetik Diisi dengan jumlah peserta didik di satu sekolah yang memiliki
modalitas belajar kinestetik optimal
34 Penggunaan Alat Diisi dengan jumlah peserta didik dengan disabilitas di satu
Bantu sekolah yang pada saat dilakukan penjaringan kesehatan
menggunakan alat bantu penglihatan, pendengaran, kurk, kursi
roda, atau tangan, kaki, mata prostesa
Kebugaran Jasmani
35 Baik Diisi dengan jumlah peserta didik di satu sekolah yang pada
saat dilakukan penjaringan kesehatan ditemukan mempunyai
kebugaran jasmani baik (cukup, baik atau baik sekali)
36 Kurang Diisi dengan jumlah peserta didik di satu sekolah yang pada
saat dilakukan penjaringan kesehatan ditemukan mempunyai
kebugaran jasmani kurang (kurang atau kurang sekali)
37 Dirujuk Diisi dengan jumlah peserta didik di satu sekolah yang
berdasarkan hasil penjaringan kesehatan yang dilakukan
rujukan ke Puskesmas/RS/Fasyankes lainnya untuk
pemeriksaan lebih lanjut
38 Imunisasi Di isi dengan jumlah peserta didik yang telah dilakukan
imunisasi DT1, Td1, Td2/ status imunisasi BIAS lengkap
39 Pemberian TTD Diisi dengan jumlah peserta didik perempuan di satu sekolah
yang diberikan tablet tambah darah (TTD) sesuai standar
40 Pemberian obat Diisi dengan jumlah peserta didik di satu sekolah yang diberikan
cacing diberikan obat cacing
41 KIE Diisi dengan jumlah peserta didik di satu sekolah yang diberikan
komunikasi, informasi dan edukasi (KIE) mengenai kesehatan
anak usia sekolah / remaja
42 Jumlah Peserta Diisi dengan jumlah peserta didik di satu sekolah yang pada
Didik memiliki buku saat penjaringan kesehatan atau pemeriksaan berkala
rapor kesehatanku membawa Buku Rapor Kesehatanku
79
PETUNJUK PENGISIAN REKAPITULASI HASIL PENJARINGAN
KESEHATAN PESERTA DIDIK DI KAB/KOTA
3 Jumlah sekolah Diisi dengan jumlah seluruh sekolah pada tingkatan yang
sederajat yang ada di wilayah kerja Puskesmas
4 Jumlah sekolah Diisi dengan jumlah sekolah pada tingkatan yang sederajat di
yang dijaring wilayah kerja Puskesmas yang dilakukan penjaringan kesehatan
Jumlah sasaran
peserta didik
5 L Diisi dengan jumlah seluruh sasaran penjaringan kesehatan
peserta didik laki laki di wilayah kerja puskesmas
6 P Diisi dengan jumlah seluruh sasaran penjaringan kesehatan
peserta didik perempuan di wilayah kerja puskesmas
Jumlah peserta didik yang dijaring
Penilaian status
gizi
9 SK Diisi dengan jumlah peserta didik dengan status gizi sangat
kurus yang ditemukan pada saat penjaringan kesehatan di
wilayah kerja puskesmas
10 K Diisi dengan jumlah peserta didik dengan status gizi kurus yang
ditemukan pada saat penjaringan kesehatan di wilayah kerja
puskesmas
11 G Diisi dengan jumlah peserta didik dengan status gizi gemuk
yang ditemukan pada saat penjaringan kesehatan di wilayah
kerja puskesmas
12 O Diisi dengan jumlah peserta didik dengan status gizi obesitas
yang ditemukan pada saat penjaringan kesehatan di wilayah
kerja puskesmas
13 TB/U (stunting) Diisi dengan jumlah peserta didik yang masuk dalam kategori
stunting yang ditemukan pada saat penjaringan kesehatan di
wilayah kerja puskesmas
80
Risiko Anemia Gizi Besi
14 L Diisi dengan jumlah peserta didik laki laki dengan risiko anemia
gizi besi yang ditemukan pada saat penjaringan kesehatan di
wilayah kerja puskesmas
15 P Diisi dengan jumlah peserta didik perempuan dengan risiko
anemia gizi besi yang ditemukan pada saat penjaringan
kesehatan di wilayah kerja puskesmas
16 Hipertensi Diisi dengan jumlah peserta didik di wilayah kerja Puskesmas
yang yang pada saat dilakukan penjaringan kesehatan
ditemukan mengalami hipertensi
Gigi dan Gusi
18 Kelainan Refraksi Diisi dengan jumlah peserta didik di wilayah kerja Puskesmas
yang pada saat dilakukan penjaringan kesehatan ditemukan
mengalami kelainan refraksi
19 Low Vision Diisi dengan jumlah peserta didik di wilayah kerja Puskesmas
yang pada saat dilakukan penjaringan kesehatan ditemukan
mengalami low vision
20 Buta Warna Diisi dengan jumlah peserta didik di wilayah kerja Puskesmas
yang pada saat dilakukan penjaringan kesehatan ditemukan
mengalami buta warna/mengalami buta warna
21 Kacamata Diisi dengan jumlah peserta didik di wilayah kerja Puskesmas
yang mengenakan kacamata untuk membantu ketajaman
penglihatan
Telinga /
Pendengaran
22 Infeksi Diisi dengan jumlah peserta didik di wilayah kerja Puskesmas
yang pada saat dilakukan penjaringan kesehatan ditemukan
mengalami infeksi telinga
23 Serumen Diisi dengan jumlah peserta didik di wilayah kerja Puskesmas
yang pada saat dilakukan penjaringan kesehatan ditemukan
terdapat serumen pada telinga
24 Gangguan Diisi dengan jumlah peserta didik di wilayah kerja Puskesmas
Pendengaran yang pada saat dilakukan penjaringan kesehatan ditemukan
mengalami gangguan tajam pendengaran
25 Risiko Diisi dengan jumlah peserta didik di wilayah kerja Puskesmas
berhubungan yang pada saat dilakukan penjaringan kesehatan ditemukan
dengan gaya hidup mempunyai satu atau lebih risiko yang berhubungan dengan
gaya hidup
26 Gangguan Diisi dengan jumlah peserta didik di wilayah kerja Puskesmas
Kesehatan yang pada saat dilakukan penjaringan kesehatan ditemukan
81
Reproduksi mempunyai satu atau lebih risiko gangguan kesehatan
reproduksi (gangguan pubertas, gangguan mentruasi atau risiko
IMS)
Gangguan Mental Emosional
27 Gejala Emosional Diisi dengan jumlah peserta didik di wilayah kerja Puskesmas
(E) yang pada saat dilakukan penjaringan kesehatan ditemukan
memiliki gejala emosional (E) dengan nilai borderline atau
abnormal
28 Masalah Perilaku Diisi dengan jumlah peserta didik di wilayah kerja Puskesmas
(C) yang pada saat dilakukan penjaringan kesehatan ditemukan
mempunyai risiko masalah perilaku (C) dengan nilai borderline
atau abnormal
29 Hiperaktifitas (H) Diisi dengan jumlah peserta didik di wilayah kerja Puskesmas
yang pada saat dilakukan penjaringan kesehatan ditemukan
memiliki skor hiperaktifitas dengan nilai borderline atau
abnormal
30 Masalah Teman Diisi dengan jumlah peserta didik di wilayah kerja Puskesmas
Sebaya (P) yang pada saat dilakukan penjaringan kesehatan ditemukan
mempunyai risiko masalah perilaku (C) dengan nilai borderline
atau abnormal
31 Prososial (Pr) Diisi dengan jumlah peserta didik di wilayah kerja Puskesmas
yang pada saat dilakukan penjaringan kesehatan ditemukan
memiliki skor prososial dengan nilai borderline atau abnormal
Modalitas Belajar
82
39 Pemberian TTD Diisi dengan jumlah peserta didik perempuan di wilayah kerja
Puskesmas yang diberikan tablet tambah darah (TTD) sesuai
standar
40 Pemberian obat Diisi dengan jumlah peserta didik di wilayah kerja Puskesmas
cacing yang diberikan obat cacing
41 KIE Diisi dengan jumlah peserta didik di wilayah kerja Puskesmas
yang diberikan komunikasi, informasi dan edukasi (KIE)
mengenai kesehatan anak usia sekolah / remaja
42 Jumlah Peserta Diisi dengan jumlah peserta didik di wilayah kerja Puskesmas
Didik memiliki buku yang pada saat penjaringan kesehatan atau pemeriksaan
rapor kesehatanku berkala membawa Buku Rapor Kesehatanku
Strata UKS
43 M : Minimal Diisi dengan jumlah UKS dengan strata minimal (M) di wilayah
kerja Puskesmas
44 S : Standar Diisi dengan jumlah UKS dengan strata standar (S) di wilayah
wilayah kerja Puskesmas
45 O : Optimal Diisi dengan jumlah UKS dengan strata optimal (O) di wilayah
kerja Puskesmas
46 P : Paripurna Diisi dengan jumlah UKS dengan strata paripurna (P) di wilayah
kerja Puskesmas
83
PETUNJUK PENGISIAN REKAPITULASI HASIL PENJARINGAN
KESEHATAN PESERTA DIDIK DI PROVINSI
9 L Diisi dengan jumlah seluruh peserta didik laki laki di Kab/Kota yang
dilakukan penjaringan kesehatan
10 P Diisi dengan jumlah seluruh peserta didik perempuan di Kab/Kota
yang dilakukan penjaringan kesehatan
Penilaian status
gizi
11 SK Diisi dengan jumlah peserta didik dengan status gizi sangat kurus
yang ditemukan pada saat penjaringan kesehatan di wilayah
Kab/Kota
12 K Diisi dengan jumlah peserta didik dengan status gizi kurus yang
ditemukan pada saat penjaringan kesehatan di wilayah Kab/Kota
13 G Diisi dengan jumlah peserta didik dengan status gizi gemuk yang
ditemukan pada saat penjaringan kesehatan di wilayah Kab/Kota
14 O Diisi dengan jumlah peserta didik dengan status gizi obesitas yang
ditemukan pada saat penjaringan kesehatan di wilayah Kab/Kota
84
15 TB/U (stunting) Diisi dengan jumlah peserta didik yang masuk dalam kategori
stunting yang ditemukan pada saat penjaringan kesehatan di wilayah
Kab/Kota
Risiko Anemia Gizi Besi
16 L Diisi dengan jumlah peserta didik laki laki dengan risiko anemia gizi
besi yang ditemukan pada saat penjaringan kesehatan di wilayah
Kab/Kota
17 P Diisi dengan jumlah peserta didik perempuan dengan risiko anemia
gizi besi yang ditemukan pada saat penjaringan kesehatan di
wilayah Kab/Kota
18 Hipertensi Diisi dengan jumlah peserta didik di wilayah Kab/Kota yang yang
pada saat dilakukan penjaringan kesehatan ditemukan mengalami
hipertensi
Gigi dan Gusi
19 Karies Diisi dengan jumlah peserta didik di wilayah Kab/Kota yang pada
saat dilakukan penjaringan kesehatan ditemukan mengalami karies
gigi
Mata/Penglihatan
20 Kelainan Refraksi Diisi dengan jumlah peserta didik di wilayah Kab/Kota yang pada
saat dilakukan penjaringan kesehatan ditemukan mengalami
kelainan refraksi
21 Low Vision Diisi dengan jumlah peserta didik di wilayah kerja Kab/Kota yang
pada saat dilakukan penjaringan kesehatan ditemukan mengalami
low vision
22 Buta Warna Diisi dengan jumlah peserta didik di wilayah Kab/Kota yang pada
saat dilakukan penjaringan kesehatan ditemukan mengalami buta
warna/mengalami buta warna
23 Kacamata Diisi dengan jumlah peserta didik di wilayah Kab/Kota yang
mengenakan kacamata untuk membantu ketajaman penglihatan
Telinga / Pendengaran
24 Infeksi Diisi dengan jumlah peserta didik di wilayah Kab/Kota yang pada
saat dilakukan penjaringan kesehatan ditemukan mengalami infeksi
telinga
25 Serumen Diisi dengan jumlah peserta didik di Kab/Kota yang pada saat
dilakukan penjaringan kesehatan ditemukan terdapat serumen pada
telinga
26 Gangguan Diisi dengan jumlah peserta didik di Kab/Kota yang pada saat
Pendengaran dilakukan penjaringan kesehatan ditemukan mengalami gangguan
tajam pendengaran
27 Risiko Diisi dengan jumlah peserta didik di wilayah Kab/Kota yang pada
berhubungan saat dilakukan penjaringan kesehatan ditemukan mempunyai satu
dengan gaya atau lebih risiko yang berhubungan dengan gaya hidup
hidup
85
28 Gangguan Diisi dengan jumlah peserta didik di wilayah Kab/Kota yang pada
Kesehatan saat dilakukan penjaringan kesehatan ditemukan mempunyai satu
Reproduksi atau lebih risiko gangguan kesehatan reproduksi (gangguan
pubertas, gangguan mentruasi atau risiko IMS)
Gangguan Mental Emosional
29 Gejala Emosional Diisi dengan jumlah peserta didik di wilayah Kab/Kota yang pada
(E) saat dilakukan penjaringan kesehatan ditemukan memiliki gejala
emosional (E) dengan nilai borderline atau abnormal
30 Masalah Perilaku Diisi dengan jumlah peserta didik di wilayah Kab/Kota yang pada
(C) saat dilakukan penjaringan kesehatan ditemukan mempunyai risiko
masalah perilaku (C) dengan nilai borderline atau abnormal
31 Hiperaktifitas (H) Diisi dengan jumlah peserta didik di wilayah Kab/Kota yang pada
saat dilakukan penjaringan kesehatan ditemukan memiliki skor
hiperaktifitas dengan nilai borderline atau abnormal
32 Masalah Teman Diisi dengan jumlah peserta didik di wilayah Kab/Kota yang pada
Sebaya (P) saat dilakukan penjaringan kesehatan ditemukan mempunyai risiko
masalah perilaku (C) dengan nilai borderline atau abnormal
33 Prososial (Pr) Diisi dengan jumlah peserta didik di wilayah Kab/Kota yang pada
saat dilakukan penjaringan kesehatan ditemukan memiliki skor
prososial dengan nilai borderline atau abnormal
Modalitas Belajar
34 Audio Diisi dengan jumlah peserta didik di wilayah Kab/Kota yang memiliki
modalitas belajar audio optimal
35 Visual Diisi dengan jumlah peserta didik di wilayah Kab/Kota yang memiliki
modalitas belajar visual optimal
36 Kinestetik Diisi dengan jumlah peserta didik di wilayah Kab/Kota yang memiliki
modalitas belajar kinestetik optimal
37 Penggunaan Alat Diisi dengan jumlah peserta didik dengan disabilitas di wilayah
Bantu Kab/Kota yang pada saat dilakukan penjaringan kesehatan
menggunakan alat bantu penglihatan, pendengaran, kurk, kursi roda,
atau tangan, kaki, mata prostesa
38 Kebugaran Diisi dengan jumlah peserta didik di wilayah Kab/Kota yang pada
Jasmani saat dilakukan penjaringan kesehatan ditemukan mempunyai
kebugaran jasmani kurang (kurang atau kurang sekali)
39 Dirujuk Diisi dengan jumlah peserta didik di wilayah Kab/Kota yang
berdasarkan hasil penjaringan kesehatan yang dilakukan rujukan ke
Puskesmas/RS/Fasyankes lainnya untuk pemeriksaan lebih lanjut
40 Imunisasi Di isi dengan jumlah peserta didik di wilayah kerja Puskesmas yang
telah dilakukan imunisasi DT1, Td1, Td2/ status imunisasi BIAS
lengkap
41 Pemberian TTD Diisi dengan jumlah peserta didik perempuan di wilayah kerja
Puskesmas yang diberikan tablet tambah darah (TTD) sesuai
standar
42 Pemberian Obat Diisi dengan jumlah peserta didik di wilayah kerja Puskesmas yang
Cacing diberikan obat cacing
86
43 KIE Diisi dengan jumlah peserta didik di wilayah kerja Puskesmas yang
diberikan komunikasi, informasi dan edukasi (KIE) mengenai
kesehatan anak usia sekolah / remaja
44 Jumlah Peserta Diisi dengan jumlah peserta didik di wilayah kerja Puskesmas yang
Didik memiliki pada saat penjaringan kesehatan atau pemeriksaan berkala
buku rapor membawa Buku Rapor Kesehatanku
kesehatanku
Strata UKS
45 M : Minimal Diisi dengan jumlah UKS dengan strata minimal (M) di wilayah Kab/
Kota
46 S : Standar Diisi dengan jumlah UKS dengan strata standar (S) di wilayah Kab/
Kota
47 O : Optimal Diisi dengan jumlah UKS dengan strata optimal (O) di wilayah Kab/
Kota
48 P : Paripurna Diisi dengan jumlah UKS dengan strata paripurna (P) di wilayah Kab/
Kota
87
MATERI INTI 2
MANAJEMEN TERPADU PELAYANAN KESEHATAN REMAJA (MTPKR)
I. Deskripsi Singkat
Puskesmas PKPR merupakan puskesmas dengan prinsip ramah remaja, menerima remaja
dengan tangan terbuka dan mampu memberikan pelayanan secara lebih komprehensif pada
remaja sesuai dengan karakteristiknya. Jenis kegiatan yang diberikan Puskesmas PKPR
yaitu pelayanan konseling, klinis medis, rujukan, KIE, partisipasi remaja dan keterampilan
sosial. Puskesmas PKPR memberikan pelayanan kepada semua remaja di dalam atau di
luar gedung, untuk perorangan atau kelompok.
Modul ini membahas tentang pedoman pelayanan klinis bagi remaja yang datang ke
puskesmas atau FKTP, sehingga petugas kesehatan mampu melakukan tatalaksana
Manajemen Terpadu Pelayanan Kesehatan Remaja.
Pada modul ini akan dibahas pokok bahasan dan sub pokok bahasan berikut:
Dalam proses pembelajaran modul ini, peserta dapat menggunakan bahan belajar berikut:
• Kemkes. 2015. Manajemen Terpadu Pelayanan Kesehatan Remaja (MTPKR)
Jumlah jam yang digunakan dalam modul ini sebanyak 21 jam pelajaran (T=2 , P=9, PL=10)
@45 menit untuk memudahkan proses pembelajaran, dilakukan langkah-langkah kegiatan
pembelajaran sebagai berikut.
Langkah 1.
Pengkondisian
Langkah kegiatan:
1. Fasilitator menyapa peserta dengan ramah dan hangat. Apabila belum pernah
menyampaikan sesi di kelas, mulailah dengan perkenalan. Perkenalkan diri dengan
menyebutkan nama lengkap, instansi tempat bekerja dan judul materi yang akan
disampaikan.
2. Dilanjutkan dengan penyampaian judul materi, deskripsi singkat, tujuan pembelajaran
umum, tujuan pembelajaran khusus, pokok bahasan dan sub pokok bahasan pada sesi
ini.
90
Langkah 2.
A. Penyampaian dan pembahasan pokok bahasan 1. Alur Manajemen Terpadu
Pelayanan Kesehatan Remaja (MTPKR) dan pokok bahasan 2. Skrining Anamnesis
HEEADSSS
Langkah kegiatan:
1. Fasiltator menyampaikan materi tentang alur penggunaan Manajemen Terpadu
Pelayanan Kesehatan Remaja (MTPKR) dengan menggunakan bahan tayang
2. Fasilitator menyampaikan materi tentang pelaksanaan anamnesis menggunakan alat
skrining HEEADSSS
3. Fasilitator menayangkan video tentang alur penggunaan Manajemen Terpadu
Pelayanan Kesehatan Remaja (MTPKR) dan video skrining anamnesis dengan
HEEADSSS
4. Fasilitator melakukan uji pemahaman peserta mengenai alur Manajemen Terpadu
Pelayanan Kesehatan Remaja (MTPKR) dan skrining anamnesis dengan
HEEADSSS dengan mengajukan beberapa pertanyaan kepada peserta yaitu: 1) arti
warna dalam alur algoritma; 2) poin poin masalah yang digali dalam HEEADSSS
(lampiran 1)
5. Fasilitator memberikan kesempatan peserta untuk bertanya atau menyampaikan
klarifikasi, kemudian fasilitator menyampaikan jawaban atau tanggapan yang sesuai.
Langkah kegiatan:
1. Fasilitator memberikan penjelasan mengenai algoritma pertumbuhan dan
perkembangan, algortima kesehatan reproduksi, algoritma infeksi, algoritma
kesehatan jiwa dengan menggunakan bahan tayang
2. Fasilitator memberikan kesempatan peserta untuk bertanya atau menyampaikan
klarifikasi, kemudian fasilitator menyampaikan jawaban atau tanggapan yang sesuai.
3. Fasilitator mengajak peserta untuk memulai diskusi kelompok untuk membahas materi
dengan praktik studi kasus dan role play/bermain peran
91
2. Fasilitator meminta tiap kelompok melakukan role play/bermain peran sesuai dengan
kasus algoritma (lampiran 3)
3. Fasilitator memberikan kesempatan peserta bertanya atau menyampaikan klarifikasi,
kemudian fasilitator menyampaikan jawaban atau tanggapan yang sesuai.
Langkah kegiatan:
1. Fasilitator memberikan penjelasan tentang Informed consent dan pencatatan dan
pelaporan
2. Fasilitator melakukan uji pemahaman peserta mengenai informed consent, pencatatan
dan pelaporan untuk mengukur pemahaman peserta. Pertanyaan yang diajukan
kepada peserta yaitu : 1) form status pasien remaja dan register PKPR, 2) apa
manfaat dari data yang terkumpul dari kegiatan pencatatan dan pelaporan bagi Pusat,
bagi pemerintah provinsi, bagi pemerintah kabupaten/kota dan bagi remaja 3)
identifikasi penangung jawab kegiatan pencatatan dan pelaporan disetiap level
berjenjang, 4) apa saja cakupan yang berhubungan dengan remaja di RPJMN,
Renstra dan SPM, 5) surat pengantar rujukan (lampiran 4)
3. Fasilitator memberikan kesempatan peserta untuk bertanya atau menyampaikan
klarifikasi, kemudian fasilitator menyampaikan jawaban atau tanggapan yang sesuai.
Langkah 4.
Penutup
Langkah kegiatan:
1. Setelah semua pokok bahasan diberikan, Fasilitator memberikan poin–poin penting
terkait materi pelaksanaan Manajemen Terpadu Pelayanan Kesehatan Remaja.
2. Fasilitator memberikan kesempatan kepada peserta untuk mengajukan pertanyaan
atau klarifikasi
3. Fasilitator menjawab pertanyaan atau klarifikasi
92
4. Fasilitator membuat simpulan materi dan menutup sesi materi ini dengan
mengucapkan terimakasih.
Pokok Bahasan 1.
Alur Manajemen Terpadu Pelayanan Kesehatan Remaja (MTPKR)
a. Pengertian
Manajemen Terpadu Pelayanan Kesehatan Remaja adalah Panduan yang merupakan
rujukan praktis untuk menangani kesehatan remaja. Panduan ini ditujukan bagi para
petugas kesehatan yang memberikan pelayanan kesehatan primer pada remaja. Petugas
kesehatan yang dimaksud meliputi dokter atau bidan atau perawat. Alur Manajemen
Terpadu Pelayanan Kesehatan Remaja merupakan panduan tahapan yang dilakukan
oleh petugas kesehatan dalam menangani pasien remaja
b. Tujuan
Tujuan alur ini adalah memberikan kemudahan bagi para petugas kesehatan untuk
memberi bantuan yang lebih efektif terhadap remaja. Alur MTPKR ini dapat mencegah
misopportunity dalam menangani masalah kesehatan remaja yang sering datang dengan
satu masalah atau satu keluhan, namun terdapat berbagai permasalahan lain di
belakangnya (multiple reasons).
93
Remaja datang dengan Pemeriksaan Fisik Setelah mengikuti
kolom “Anamnesis” Anamnesis dengan Terdapat kecurigaan
masalah:
dan “Pemeriksaan Pendekatan HEEADSSS remaja mengalami
nyeri kepala
Algoritma lain-lain Fisik”, ditemukan kekerasan fisik di
bahwa nyeri kepala dalam rumah
yang dialami klien
Sub-algoritma nyeri termasuk dalam
kepala klasifikasi: Algoritma Kesehatan
Jiwa
Nyeri kepala tipe Topik : Kekerasan
tegang
89
Contoh penggunaan alur MTPKR/algoritma :
Pasien remaja datang ke Puskesmas dengan keluhan nyeri kepala, pasien kemudian
dilakukan pemeriksaan fisik sesuai dengan keluhan. Petugas kesehatan kemudian
mencocokkan keluhan dan hasil pemeriksaan fisik dengan algoritma yang sesuai. Pada
contoh, remaja mengalami keluhan nyeri kepala, maka kategori tersebut masuk pada
algoritma lain-lain.
Petugas kesehatan kemudian melakukan anamnesa dan pemeriksaan fisik sesuai dengan
yang diperlukan. Petugas kemudian dilakukan klasifikasi penyakit berdasarkan keluhan dan
pemeriksaan fisik didapat sesuai dengan algoritma. Contoh, setelah diklasifikasi remaja
didapati masuk dalam klasifikasi nyeri kepala tipe tegang, petugas kemudian melakukan
tatalaksana dan pemantauan sesuai klasifikasi tersebut.
Ciri khas pelayanan kesehatan pada remaja, setelah dilakukan tatalaksana tersebut,
petugas kemudian melakukan skrining anamnesis HEEADSSS untuk mengetahui apakah
terdapat masalah lain yang berisiko terhadap kesehatan remaja. Skrining anamnesis
HEEADSSS dianjurkan dilakukan dalam situasi nyaman bagi remaja (penggunaan bahasa
tidak terlalu formal, melindungi kerahasiaan remaja). Karakteristik remaja yang memiliki rasa
ingin tahu yang tinggi, berani mengambil risiko tanpa perhitungan yang panjang, lebih
terbuka pada sebayanya namun kurang terbuka pada orang dewasa dll dianggap perlu
untuk mengaplikasikan metode skrining anamnesis HEEADSSS ini.
Hal-hal yang perlu diperhatikan terkait pelayanan kesehatan remaja antara lain:
1. Masa remaja adalah masa dimana terjadi perubahan fisik, psikologis, dan sosial.
Saat perubahan ini muncul, remaja mungkin akan memiliki banyak pertanyaan dan
kekhawatiran tentang apa yang terjadi dalam tubuh mereka. Di banyak tempat,
remaja tidak mampu membagi pertanyaan dan kekhawatiran mereka serta tidak
mampu pula mencari jawaban dari orang dewasa yang kompeten dan peduli dengan
mereka.
2. Selain masa remaja dianggap sebagai masa kehidupan yang paling sehat, masa
remaja juga dianggap sebagai masa dimana banyak perilaku yang secara negatif
dapat mempengaruhi kesehatan, baik yang dimulai selama masa remaja maupun
masa usia setelahnya. Selain itu, banyak kematian pada remaja disebabkan oleh
cedera yang tidak disengaja (misalnya kecelakaan mobil), cedera yang disengaja
(bunuh diri dan perkelahian satu sama lain), ataupun masalah yang berkaitan
dengan kehamilan.
3. Petugas kesehatan seperti Anda memiliki kontribusi yang penting untuk membantu
para remaja yang sehat agar tetap sehat, serta yang mengalami gangguan
kesehatan agar dapat kembali menjadi sehat atau yang memiliki perilaku berisiko
agar mendapat pertolongan
89
aman atau perilaku-perilaku berisiko yang dapat menyebabkan gangguan
kesehatan
2. Mendiagnosis/mendeteksi dan mengobati gangguan kesehatan serta perilaku
berisiko yang dapat menyebabkan kondisi kesehatan yang tidak baik; serta
merujuk mereka ke fasilitas rujukan, bila perlu.
3. Menjadi orang yang dapat membawa perubahan di masyarakat. Anda dapat
membantu pemimpin dan anggota masyarakat untuk dapat memahami
kebutuhan para remaja, dan pentingnya agent of change dalam memenuhi
kebutuhan tersebut
Hal yang perlu dilakukan petugas kesehatan dalam membangun interaksi klinis
dengan pasien remaja, antara lain:
1. Membuat catatan riwayat masalah atau kekhawatiran yang muncul pada remaja
2. Mencari tahu lebih dalam masalah atau kekhawatiran selain keluhan utama yang
dikeluhkan klien remaja
3. Perhatikan apabila terdapat sesuatu yang khusus dalam pemeriksaan fisik
pasien remaja
4. Cara menyampaikan diagnosis sesuai klasifikasi dan rencana tatalaksana
Bahan bacaan mengenai teknik membangun interaksi klinis yang baik dengan
remaja, ada pada Pedoman Manajemen Terpadu Pelayanan Kesehatan Remaja.
2. Pokok Bahasan 2
Skrining Anamnesis HEEADSSS
a. Pendekatan HEEADSSS
Pendekatan HEEADSSS dilakukan untuk mendeteksi masalah yang dialami remaja
dan sering tidak diungkapkan oleh remaja bila tidak digali dengan baik. Pertanyaan-
pertanyaan berikut bertujuan memandu tenaga kesehatan untuk bertanya pada
remaja mengenai aspek-aspek penting yang dapat memunculkan masalah
psikososial pada remaja. Sangat dianjurkan untuk membina rapport (hubungan baik)
terlebih dahulu pada remaja sebelum bertanya, menjamin kerahasiaan, mengatasi
dulu masalah klinis atau emergensi yang ada pada remaja dan mengelaborasi hal
yang dirasa perlu.
HEEADSSS adalah singkatan dari
• Home (Rumah)
• Education (Pendidikan)
• Eating (Pola makan)
• Activity (Aktivitas)
• Drugs (Obat-obatan)
• Sexuality (Aktivitas seksual)
• Safety (Keselamatan)
• Suicide/Depresi (Bunuh diri/depresi)
Pada satu kali kunjungan mungkin hanya dapat menatalaksana 2 masalah remaja
karena keterbatasan waktu. Petugas kesehatan harus dapat memberikan
kenyamanan dan rasa percaya pada remaja sehingga remaja memiliki keinginan
untuk kembali ke Puskesmas untuk mengatasi masalah yang ia miliki.
Home
Pada bagian ‘Home’ petugas memeriksa kemungkinan remaja memiliki masalah di
dalam rumah. Tiga hal utama yang perlu digali antara lain :
- Tingkat kenyamanan di rumah/tempat tinggal
- Punya pihak pendukung (remaja merasa aman, bisa bicara secara terbuka serta
meminta tolong pada orang tersebut) di rumah/tempat tinggal
- Hal yang umumnya terjadi di rumah yang bisa menjadi “warisan” perilaku
berisiko (kekerasan, penggunaan alkohol dan penggunaan obat terlarang, dan
seksualitas)
Education/Employment
Pada bagian ‘Education/employment’ petugas memeriksa kemungkinan remaja
memiliki masalah terkait pendidikan atau pekerjaan. Hal utama yang perlu digali
antara lain :
- Tingkat kenyamanan di sekolah/tempat kerja
- Punya pihak pendukung (remaja merasa aman, bisa bicara secara terbuka serta
meminta tolong pada orang ini) di sekolah/tempat kerja
- Hal yang umumnya terjadi di sekolah/tempat kerja yang bisa menjadi “warisan”
perilaku berisiko (kekerasan, penggunaan alkohol dan penggunaan obat
terlarang, dan seksualitas)
Eating
Pada bagian ‘Eating’ petugas memeriksa kemungkinan remaja memiliki masalah
terkait kebiasaan/pola makan. Hal utama yang perlu digali antara lain :
- Kebiasaan makan, jenis makanan yang dikonsumsi dan perilaku makan
remaja terkait dengan stres
- Perubahan terkait berat badan dan
- Persepsi remaja tentang tubuhnya
Activity
Pada bagian ‘Activity’ petugas memeriksa kemungkinan remaja memiliki masalah
terkait aktivitas. Hal utama yang perlu digali antara lain :
- Hal yang dilakukan remaja untuk menghabiskan waktu luangnya
- Hubungan dengan teman-teman (teman dekat, sebaya)
- Persepsi terhadap diri dan teman-teman
Drugs
Pada bagian ‘Drugs’ petugas memeriksa kemungkinan remaja memiliki masalah
terkait risiko penyalahgunaan NAPZA. Hal utama yang perlu digali antara lain :
- Adanya lingkungan sekitar remaja yang mengkonsumsi NAPZA
- Perilaku konsumsi NAPZA pada remaja
Sexuality
Pada bagian ‘Sexuality’ petugas memeriksa kemungkinan remaja memiliki masalah
terkait risiko terkait aktivitas seksual. Hal utama yang perlu digali antara lain :
- Adanya perilaku seksual pra nikah atau perilaku seksual berisiko pada remaja
91
- Kemungkinan kehamilan
- Kemungkinan IMS
- Kemungkinan kekerasan seksual
Safety
Pada bagian ‘Safety’ petugas memeriksa kemungkinan remaja memiliki masalah
terkait dengan keselamatan. Hal utama yang perlu digali antara lain :
- Rasa aman remaja saat berada di keluarga
- Rasa aman remaja saat berada di lingkungan (sekolah, masyarakat)
- Rasa aman remaja saat berada di jalan raya
Suicide/Depression
Pada bagian ‘Suicide/Depression’ petugas memeriksa kemungkinan remaja
memiliki masalah terkait risiko bunuh diri dan depresi. Hal utama yang perlu digali
antara lain :
- Adanya keinginan/kecenderungan remaja untuk menyakiti diri sendiri
- Kecenderungan, pola dan perilaku remaja apabila sedang merasa sedih
- Kecenderungan, pola dan perilaku remaja apabila sedang merasa cemas
Kuesioner HEEADSSS dapat dilihat pada lampiran dan pada Manajemen Terpadu
Pelayanan Kesehatan Remaja di FKTP.
92
3. Pokok Bahasan 3
Algoritma Kesehatan Remaja
Pedoman Manajemen Terpadu Pelayanan Kesehatan Remaja berisi:
1. Algoritma Pertumbuhan dan Perkembangan
2. Algoritma Kesehatan Reproduksi
3. Algoritma Genitalia
4. Algoritma Infeksi
5. Algoritma Kesehatan Jiwa
6. Algoritma Kesehatan Indera
7. Algoritma Lain lain
Kondisi puskesmas di Indonesia sangat beragam. Pada puskesmas yang tidak memiliki
laboratorium ataupun obat sesuai dengan yang tercantum dalam algoritma, maka
Puskesmas harus merujuk ke Fasilitas Kesehatan lainnya yang memiliki peralatan
penunjang yang lebih lengkap.
Setelah menentukan algoritma yang sesuai berdasarkan keluhan dari pasien remaja,
petugas diminta untuk melakukan anamnesis dan pemeriksaan fisik tambahan seperti
yang tercantum dalam masing-masing algoritma, untuk membantu petugas dalam
melakukan klasifikasi penyakit. Petugas kemudian melakukan tatalaksana dan
pemantauan sesuai dengan jenis klasifikasi.
Dalam pelatihan ini fasilitator dan peserta latih sebaiknya memegang Pedoman
Manajemen Terpadu Pelayanan Kesehatan Remaja.
93
a. Algoritma Pertumbuhan dan Perkembangan
Masalah kesehatan remaja terkait pertumbuhan dan perkembangan sebagai berikut :
a) Gizi kurang/gizi lebih,
Klasifikasi dan tatalaksana terkait masalah gizi kurang/lebih yang ditemukan pada
remaja sebagai berikut :
No. Klasifikasi Tatalaksana
1 Gizi buruk rujukan segera ke Fasilitas Kesehatan Rujukan
Tingkat Lanjutan
2 Penurunan berat badan • Pemeriksaan penyakit infeksi penyerta
yang signifikan • Tatalaksana penyakit penyerta/rujukan
• Konseling
3 Gizi lebih Konseling gizi seimbang dan aktifitas fisik serta
pemantauan
4 Gizi kurang • Pemeriksaan penyakit infeksi penyerta
• Tatalaksana penyakit penyerta/rujukan
• Konseling
5 Obesitas • Pemeriksaan tekanan darah dan kadar gula
darah
• Konseling
5 Gizi normal Konseling gizi seimbang dan aktifitas fisik
b) Postur pendek
Klasifikasi dan tatalaksana terkait masalah postur pendek yang ditemukan pada
remaja sebagai berikut :
No. Klasifikasi Tatalaksana
1 Perawakan pendek akibat rujukan ke Fasilitas Kesehatan Rujukan
keturunan Tingkat Lanjutan
2 Perawakan pendek akibat • Konseling gizi seimbang
masalah gizi • Cek menggunakan algoritma masalah gizi
kurang/lebih
3 Perawakan pendek akibat • Pengobatan penyakit kronis yang ditemukan
penyakit kronis • Rujukan ke dokter ahli endokrin bila terkait
masalah endokrin
4 Perawakan pendek dan • Rujukan ke dokter ahli endokrin
telah melewati masa • Cek menggunakan algoritma masalah
pubertas pubertas
5 Perawakan pendek dan Konseling gizi seimbang
mengalami keterlambatan Rujukan ke dokter ahli endokrin
pubertas
5 Perawakan pendek dan Konseling gizi seimbang
memiliki kemungkinan Rujukan ke dokter ahli endokrin
terus tumbuh
c) Pubertas
Klasifikasi dan tatalaksana terkait masalah pubertas yang ditemukan pada remaja
sebagai berikut :
No. Klasifikasi Tatalaksana
1 Pubertas Prekoks Rujukan ke Fasilitas Kesehatan Rujukan
Tingkat Lanjutan
Konseling pubertas
2 Pubertas terlambat • Cek dan obati apabila terdapat penyakit
kronis atau malnutrisi
• Cek menggunakan algoritma lainnya apabila
94
terkait dengan algoritma lainnya. Misal
infeksi tuberkulosis, anemia, pengunaan obat
terlarang dll
• Rujukan ke Fasilitas Kesehatan Rujukan
Tingkat Lanjutan
• Konseling pubertas
3 Pubertas normal Konseling pubertas
d) Anemia
Klasifikasi dan tatalaksana terkait masalah anemia yang ditemukan pada remaja
sebagai berikut :
No. Klasifikasi Tatalaksana
1 Anemia berat atau
rujukan ke Fasilitas Kesehatan Rujukan
kelainan berat lainnya Tingkat Lanjutan
Konseling pubertas
2 Anemia ringan hingga • Obati anemia
sedang • Obati kecacingan
• Konseling pola makan
• Tatalaksana apabila terkait algoritma lainnya
seperti haid yang banyak, remaja sedang
hamil atau setelah melahirkan dan
mengalami perdarahan
3 Tidak anemia • Konseling gizi seimbang
• Suplementasi untuk pencegahan anemia
96
c) Infeksi Menular Seksual
Tatalaksana klasifikasi Infeksi Menular Seksual dilakukan hanya oleh
Petugas kesehatan yang telah terlatih IMS.
Klasifikasi dan tatalaksana terkait masalah infeksi menular seksual yang
ditemukan pada remaja sebagai berikut:
No. Klasifikasi Tatalaksana
1 Kemungkinan IMS • Pengobatan Gonore, klamidia,
(GONORE trichomoniasis
dan/atau KLAMIDIA) • Konseling dan tawarkan Tes HIV dan sifilis
pada remaja dengan IMS
2 Kemungkinan gawat Rujukan ke Fasilitas Kesehatan Rujukan
darurat akibat kehamilan Tingkat Lanjutan
3 Penyakit radang panggul • Pengobatan gonore dengan komplikasi dan
(prp/pelvic inflamatory klamidia dengan komplikasi dan infeksi
disease) kemungkinan bakteri anaerob
karena gonore, klamidia • Konseling dan tawarkan Tes HIV dan sifilis
dan/atau bakteri anaerobik pada remaja dengan IMS
97
13 Normal atau limfadenopati • Yakinkan pasien kondisi normal
reaktif
14 Kemungkinan kutil • Pengobatan kondiloma akuminata
kelamin atau kondiloma • Konseling dan tawarkan Tes HIV dan sifilis
akuminata pada remaja dengan IMS
d. Algoritma Infeksi
Penanganan algoritma infeksi dilakukan dengan berkoordinasi/oleh Tenaga
Kesehatan yang terlatih infeksi yang sesuai (HIV AIDS, Malaria atauTuberkulosis)
a) Infeksi HIV AIDS
Klasifikasi dan tatalaksana terkait infeksi HIV AIDS pada remaja yang ditemukan
pada remaja sebagai berikut:
No. Klasifikasi Tatalaksana
1 Kemungkinan infeksi HIV • Skrining HIV
menyebabkan gejala, • Pengobatan penyakit penyerta
tanda, atau penyakit yang • Konseling seks yang aman dan penurunan
sering berhubungan risiko HIV
dengan infeksi HIV • Cek kondisi gizi merujuk pada algoritma gizi
2 Berisiko terinfeksi HIV • Konseling seks yang aman dan penurunan
risiko HIV untuk kelompok remaja berisiko
• Skrining HIV
• Rujukan ke fasilitas kesehatan dengan
pemeriksaan HIV
3 Tidak berisiko terinfeksi • Konseling seks yang aman dan penurunan
HIV risiko HIV untuk kelompok remaja berisiko
b) Infeksi Malaria
Klasifikasi dan tatalaksana terkait infeksi Malaria pada remaja yang ditemukan
pada remaja sebagai berikut:
99
No. Klasifikasi Tatalaksana
1 Malaria berat atau malaria • Pengobatan dengan Arrtemeter
dengan komplikasi • Rujukan segera ke FKRTL
2 Malaria falsiparum • Pengobatan malaria sesuai ketentuan
3 Malaria vivax/ovale • Pengobatan malaria sesuai ketentuan
4 Malaria malariae • Pengobatan malaria sesuai ketentuan
5 Infeksi campuran • Pengobatan malaria sesuai ketentuan
P. falciparum dan P.
vivax/P. Ovale
6 Malaria yang diderita • Pengobatan malaria tanpa primakuin
pada kehamilan
7 Pencegahan malaria • Pencegahan malaria apabila remaja akan ke
daerah endemis malaria
c) Infeksi Tuberkulosis
Klasifikasi dan tatalaksana terkait infeksi Tuberkulosis pada remaja yang
ditemukan pada remaja sebagai berikut
No. Klasifikasi Tatalaksana
1 Klasifikasi pasien • Pengobatan tuberkulosis sesuai ketentuan
berdasarkan • Rujukan ke FKRTL bila diperlukan
- Lokasi tuberkulosis • Pemeriksaan status HIV bila diperlukan
- Riwayat pengobatan
sebelumnya
100
4. Pokok Bahasan 4
Tindak Lanjut Manajemen Terpadu Pelayanan Kesehatan Remaja
Berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan No. 290 Tahun 2008, informed consent atau
persetujuan diberikan oleh pasien yang kompeten atau wali/keluarga/pengampunya
apabila pasien tidak berkompeten. Apabila persetujuan diberikan kepada pasien yang
tidak kompeten maka wali/keluarga/pengampunya dapat tetap menganggap sah atau
dapat membatalkan tindakan kedokteran.
Informasi yang harus disampaikan kepada pasien paling sedikit meliputi diagnosis dan
tata cara tindakan medis/kedokteran tersebut, tujuan tindakan medis/kedokteran yang
akan dilakukan, alternatif tindakan lain beserta risikonya, risiko dan komplikasi yang
mungkin terjadi, prognosis terhadap tindakan yang akan dilakukan, serta perkiraan
biaya (tidak wajib). Informasi harus disampaikan secara jelas dan menggunakan bahasa
yang sesuai dengan kondisi pasien agar mudah dipahami oleh pasien. Sebelum
penjelasan ditutup, buka sesi tanya-jawab dan pastikan pemahaman pasien dengan
mengajukan beberapa pertanyaan. Penjelasan yang diberikan tersebut dicatat dalam
berkas rekam medis pasien dengan mencantumkan tanggal, waktu, dan nama yang
menerima informasi beserta tandatangannya. Dalam hal tenaga medis menilai bahwa
penjelasan tersebut dapat merugikan kepentingan kesehatan pasien atau pasien
menolak untuk menerima informasi, maka tenaga medis dapat memberikan informasi
tersebut kepada keluarga terdekat dengan didampingi oleh seorang tenaga kesehatan
lain sebagai saksi.
1) Identitas remaja
Berisi informasi identitas remaja, orang tua dan keterangan tempat tinggal,
pendidikan/pekerjaan, status pernikahan
6) Konseling
Berisi konseling yang diberikan oleh petugas kesehatan yang terdiri dari :
- Masalah utama
- Latar belakang masalah
- Alternatif pemecahan masalah
- Keputusan tindakan klien remaja
- Observasi
Pengisian keterangan konseling ini sangat membantu petugas dalam melakukan
tatalaksana pasien remaja pada kunjungan berikutnya.
7) Kunjungan selanjutnya
Berisi tentang :
- penjadwalan dari petugas untuk kunjungan ulangan remaja tersebut dan
- kunjungan yang dilakukan oleh pasien remaja
- anamnesis, tatalaksana dan konseling tambahan yang dilakukan pada kunjungan
ulang
102
Formulir status pasien remaja dapat dilihat pada Lampiran 1 dan buku Manajemen
Terpadu Pelayanan Kesehatan Remaja
103
LAPORAN BULANAN PELAYANAN KESEHATAN USIA SEKOLAH DAN REMAJA
( ) ( )
Keterangan:
Pada Kolom L dan P diisi umur anak
89
Formulir pencatatan dan pelaporan pelayanan kesehatan remaja lebih lengkap dilihat
pada Lampiran dan Pedoman Manajemen PKPR
Pelaporan
Data hasil pencatatan status pasien pelayanan kesehatan remaja kemudian direkapitulasi
oleh petugas puskesmas sebagai pelaporan kepada dinas kesehatan kab/kota dan arsip
Puskesmas. Rekapitulasi berdasarkan format pencatatan pelaporan :
1. LB 1 Puskesmas
2. Rekapitulasi Pencatatan dan Pelaporan PKPR (sesuai format SP2TP)
Laporan hasil pencatatan pelayanan kesehatan remaja yang ada di wilayah kerja dinas
kesehatan kab/kota kemudian dianalisis dan direkapitulasi menggunakan laporan
pencatatan dan pelaporan pelayanan kesehatan remaja di kab/kota dan hasilnya dilaporkan
kepada dinas kesehatan provinsi.
Dinas kesehatan provinsi melakukan rekapitulasi dan analisis semua laporan dinas
kesehatan kab/kota yang ada di wilayahnya menggunakan formulir SP2TP dan pencatatan
dan pelaporan pelayanan kesehatan remaja tingkat provinsi. Hasilnya disampaikan kepada
Kementerian Kesehatan cq. Direktorat Kesehatan Keluarga sebagai laporan.
Frekuensi pelaporan dari Puskesmas ke Dinas Kesehatan Kab/Kota adalah maksimal setiap
tanggal 5 di setiap bulannya. Frekuensi pelaporan dari Dinas Kesehatan Kab/Kota ke Dinas
Kesehatan Provinsi adalah maksimal setiap tanggal 10 di setiap bulannya.
LAMPIRAN
1. Status pasien remaja
2. Chart IMT berdasarkan umur
3. Grafik Tinggi Badan (TB) berdasarkan umur
4. Skala Tanner
5. Surat Keterangan Pelimpahan Wewenang
6. Informed Consent
7. Lembar Penolakan Tindakan Medis
8. Formulir Pencatatan Pelaporan Pelayanan Kesehatan Remaja di Puskesmas
9. Formulir Pencatatan Pelaporan Pelayanan Kesehatan Remaja di Kab/Kota
10. Formulir Pencatatan Pelaporan Pelayanan Kesehatan Remaja di Provinsi
89
LAMPIRAN 1 NO REGISTER KUNJUNGAN KE : TGL : Petugas
IDENTITAS REMAJA
Nama klien Jenis Kelamin : 1. Laki-laki 2. Perempuan
Alamat
Tempat Tinggal 1. Tinggal dengan orang tua 2. Asrama 3. Kontrak 4. Lain-lain :…………
Status Perkawinan Orang Tua 1. Menikah 2. Cerai 3. Berpisah tanpa cerai 4. Lain-lain
90
FORMULIR PASIEN PKPR NAMA : L/P: UMUR: NO REGISTER : KUNJUNGAN KE : TGL : Petugas :
Tekanan darah Frekuensi nadi Frekuensi napas Suhu Status Gizi (lingkari yang sesuai) :
Gizi buruk / gizi kurang / normal / gizi lebih / obesitas
0
mmHg x/menit x/menit C
Perawakan (lingkari yang sesuai) : Normal / Pendek / Tinggi
Pemeriksaan fisik lain-lain sesuai algoritma yang relevan
Konseling :
91
PENANGANAN LANJUTAN YANG DITEMUKAN DARI SKRINING ANAMNESIS HEEADSSS
Anamnesis HEEADSSS
Home Drugs
Employment/Education Sexuality
Eating Safety
Activity Suicide/depression
Klasifikasi sesuaialgoritma
yang relevan
Konseling
92
REGISTER PELAYANAN KESEHATAN REMAJA DI DALAM PUSKESMAS
No Klasifikasi KIE /
Tgl Nama Alamat
RM / Diagnosis Peny Datang Hasil
Baru Ulang L P Medis PKHS Konseling Rujuk Rujukan
uluha sendiri penjaringan
n
93
LAMPIRAN 2 :
Grafik Indeks Massa Tubuh (IMT) Berdasarkan Umur untuk Remaja Laki-laki
GEMUK
NORMAL
NORMAL
NORMAL
KURUS
SANGAT KURUS
94
Grafik Indeks Massa Tubuh (IMT) Berdasarkan Umur untuk Remaja Perempuan
GEMUK
NORMAL
NORMAL
NORMAL
KURUS
SANGAT KURUS
95
LAMPIRAN 3 :
Grafik Tinggi Badan (TB) Berdasarkan Umur untuk Remaja Laki laki
NORMAL
PENDEK
96
Grafik Tinggi Badan (TB) Berdasarkan Umur untuk Remaja Perempuan
NORMAL
PENDEK
97
LAMPIRAN 4 :
SKALA TANNER
Deteksi dini masalah reproduksi remaja adalah suatu upaya agar peserta didik dapat mengenal dan memahami organ reproduksinya sendiri
sebagai langkah awal bila ditemukan kelainan. Pengenalan organ reproduksi bagi remaja berkaitan dengan proses tumbuh kembang peserta
didik di masa pubertas. Pemahaman organ reproduksi ini menggunakan skala Tanner yang mudah dimengerti dan dijawab oleh siswa.
A. B
98
Puteri
Gambar Karakteristik
I A. Prepubertas, tak terdapat jaringan payudara
B. Rambut pubis tidak ada
II A. Pembesaran areola dan timbulnya breast-bud
B. Timbul rambut halus di pubis
III A. Pembesaran areola dan payudara sebagai satu
gunung
B. Rambut pubis menjadi ikal disekitar pubis
IV C. Timbul tonjolan ke 2 diatas bukit pertama
A. Rambut pubis menyebar ke lateral dan atas
V A. Payudara dewasa dengan single-contour
B. Distribusi rambut pubis dewasa
99
Putera
100
LAMPIRAN 5 : CONTOH SURAT TUGAS DAN SURAT PELIMPAHAN WEWENANG
Berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 2052/Menkes/Per/X/2011 tentang Izin Praktik dan Yang bertanda tangan di bawah ini :
Pelaksanaan Praktik Kedokteran, yang bertandatangan di bawah ini, Nama : ...................................
Nama : .............................. Jabatan : ....................................
Tempat/ Tgl. Lahir : ..................... Instansi :.....................................
Alamat : ..................................
Melimpahkan wewenang dalam hal pemeriksaan dan penanganan pasien
memberikan Surat Tugas untuk Praktik : dr. spesialis./ drg. spesialis*), kepada : ...................... di (Nama Fasilitas Kesehatan) .............................., pada
Nama : tanggal ............. sampai dengan ..................... , kepada:
Alamat Tempat Praktik : ......................................................... Nama :……………………………….…
Nomor STR : ................................................................ Tempat/ Tanggal Lahir : .......................................
Nomor SIP Pertama : ......................................... Jabatan : ....................................
Nomor SIP Kedua : ........................................
Instansi : .........................................
Nomor SIP Ketiga : ........................................
Untuk melakukan tugas sebagai ................................. ... di (Nama
Surat tugas ini berlaku sejak tanggal .................... sampai dengan tanggal......................................... Fasilitas Kesehatan) .................................., dengan
alamat.........................................
Ditetapkan di........................ Surat tugas ini berlaku dari tanggal................ sampai dengan
Pada tanggal ...................... ........................
a.n. Menteri Kesehatan
Kepala Dinas Kesehatan Provinsi …….....…
Dikeluarkan di........
Pada Tanggal...........
(………………………………….) Kepala Dinas Kesehatan Kab/
Tembusan : Kota..................
1. Menteri Kesehatan
2. Ketua Konsil Kedokteran Indonesia.
3. Organisasi Profesi; (Nama Kepala Dinas Kesehatan
*) Sebutkan spesialisasinya, dengankewenangan klinis sesuai dengan kompetensinya Kab/Kota.....)
101
LAMPIRAN 6 :
Kop Instansi Fasilitas Kesehatan
Selaku diri sendiri / wali / orang tua / kakak kandung / kerabat* atas nama
Nama :
Jenis Kelamin :
Tempat/Tanggal Lahir :
Alamat :
Kartu Identitas :
No. Rekam Medis :
102
LAMPIRAN 7 :
Kop Instansi Fasilitas Kesehatan
Formulir Penolakan Tindakan Medis
Saya yang bertanda tangan dibawah ini :
Nama :
Jenis Kelamin :
Usia :
Alamat :
Kartu Identitas :
Pekerjaan :
Dengan ini menyatakan dengan sesungguhnya telah memberikan : PENOLAKAN , untuk dilakukan tindakan medis berupa :
……………………………terhadap diri sendiri / orang tua / wali / kakak kandung / kerabat dari*:
Nama :
Jenis Kelamin :
Usia :
Alamat :
Kartu Identitas :
No. Rekam Medis :
Dan saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa saya:
a. Telah diberikan informasi dan penjelasan akan bahaya risiko, serta kemungkinan kemungkinan yang timbul apabila dilakukannya atau
tidak dilakukannya tindakan medis
b. Telah saya pahami sepenuhnya informasi dan penjelasan yang diberikan petugas kesehatan
c. Atas tanggung jawab dan risiko saya sendiri tetap menolak untuk dilakukan tindakan medis yang dianjurkan petugas kesehatan.
Demikian surat ini saya tanda tangani tanpa ada paksaan dari pihak manapun.
Tempat, Tanggal……………
103
LAMPIRAN 8: Formulir Pencatatan Pelaporan Pelayanan Kesehatan Remaja di Puskesmas
LAPORAN BULANAN PELAYANAN KESEHATAN USIA SEKOLAH DAN REMAJA
104
105
MATERI INTI 3
KOMUNIKASI, INFORMASI DAN EDUKASI
I. Deskripsi Singkat
Masa remaja adalah masa peralihan antara masa kanak dan dewasa. Pada masa tersebut
remaja mengalami banyak perubahan baik fisik, psikologis dan sosial. Remaja perlu
menyesuaikan diri terhadap perubahan yang terjadi pada masa itu. Seringkali timbul gejolak
emosi yang menyebabkan remaja dapat mengalami masalah perilaku yang berisiko seperti
tawuran, kenakalan remaja, putus sekolah, dan penyalahgunaan NAPZA.
Selain itu, perkembangan teknologi yang cepat di tambah lagi tuntutan pendidikan, membuat
anak memiliki kecenderungan lebih suka menonton televisi, asyik dengan gadget dan
mengikuti berbagai macam les sehingga menyebabkan anak kurang mendapat kesempatan
bermain dengan teman sebaya untuk mengembangkan keterampilan sosial dalam
menghadapi berbagai masalah dalam kehidupannya.
Sebagai dampak dari semua keadaan tersebut, maka remaja kurang mempunyai
keterampilan sosial, sehingga mereka rawan terhadap perilaku berisiko, yang seringkali
menyebabkan kegagalan mereka dalam mencapai keberhasilan di bidang pendidikan
ataupun dalam kehidupannya kelak. Kesuksesan dalam kehidupan tidak hanya ditentukan
oleh prestasi akademik, namun juga kemampuan dan keterampilan dalam menghadapi
berbagai masalah kehidupan. Respon dalam bentuk sikap dan perilaku positif terhadap
pengaruh lingkungan merupakan keterampilan yang dapat diperoleh melalui peningkatan
pengetahuan dan latihan-latihan praktis. Hal ini tidak terlepas dari pengaruh lingkungan
terutama pola asuh keluarga.
Mengingat permasalahan yang kompleks yang dihadapi remaja saat ini, Peraturan Menteri
Kesehatan Nomor 25 Tahun 2014 tentang Upaya Kesehatan Anak telah mengamanahkan
pelayanan kesehatan peduli remaja meliputi pelayanan konseling, pelayanan klinis medis,
pelayanan rujukan, pemberian komunikasi, informasi dan edukasi kesehatan remaja,
partisipasi remaja dan keterampilan sosial. Untuk materi pemberian komunikasi, informasi,
dan edukasi yang wajib diberikan, meliputi: Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS);
tumbuh kembang anak usia sekolah dan remaja; kesehatan reproduksi; imunisasi;
kesehatan jiwa dan NAPZA; gizi; penyakit menular termasuk HIV dan AIDS; Pendidikan
Keterampilan Hidup Sehat (PKHS); dan kesehatan intelegensia.
Sejalan dengan amanah Peraturan Menteri Kesehatan tersebut, maka ruang lingkup materi
KIE bagi kesehatan usia sekolah dan remaja yang akan dibahas yaitu KIE, menggunakan
konsep PKHS dan konseling bagi usia sekolah dan remaja agar mereka mampu
menghadapi berbagai tantangan dalam kehidupan serta pencatatan dan pelaporan
konseling, rujukan, register konseling, dan pelaporan bulanan.
134
2. Menggunakan konsep Pendidikan Keterampilan Hidup Sehat (PKHS) pada usia
sekolah dan remaja
3. Melakukan konseling pada usia sekolah dan remaja.
4. Melakukan pencatatan dan pelaporan
A. Langkah 1 Pengkondisian
Langkah kegiatan:
1. Fasilitator menyapa peserta dengan ramah dan hangat. Apabila belum pernah
menyampaikan sesi di kelas, mulailah dengan perkenalan. Perkenalkan diri dengan
menyebutkan nama lengkap, instansi tempat bekerja dan judul materi yang akan
disampaikan.
2. Fasilitator menyampaikan judul materi, deskripsi singkat, tujuan pembelajaran umum
dan tujuan pembelajaran khusus, serta pokok bahasan.
135
B. Langkah 2 Penyampaian dan Pembahasan Pokok Bahasan dan Sub Pokok
Bahasan:
Sub Pokok Bahasan 2: Perencanaan Strategi KIE Kesehatan Usia Sekolah dan
Remaja
Langkah kegiatan:
1. Fasilitator memberikan kesempatan kepada beberapa peserta untuk menyampaikan
pengalamannya dalam menyusun perencanaan KIE dalam pelayanan kesehatan
usia sekolah dan remaja yang selama ini dilakukan, berdasarkan langkah-langkah
kegiatannya.
2. Fasilitator membagi peserta kembali dalam 3 (tiga) kelompok. Fasilitator
menugaskan setiap kelompok untuk berdiskusi sesuai pedoman diskusi kelompok
pada lampiran 2.
Sub Pokok Bahasan 3: Pelaksanaan KIE Kesehatan Usia sekolah dan remaja
Langkah kegiatan:
1. Fasilitator memberikan kesempatan kepada beberapa orang peserta untuk
menyampaikan pengalamannya tentang pelaksanaan kegiatan KIE dalam pelayanan
kesehatan usia sekolah dan remaja.
2. Fasilitator mangajak peserta untuk malakukan praktek bermain peran (role play)
dalam kelompok
3. Fasilitator membagi 3 kelompok yang beranggotakan 10 orang, untuk melakukan
role play, sesuai dengan lampiran 3.
4. Masing-masing kelompok melakukan praktik bermain peran (role play). Fasilitator
mengarahkan jalannya bermain peran
5. Fasilitator memberikan kesempatan kepada kelompok lain untuk untuk bertanya atau
menyampaikan klarifikasi.
6. Fasilitator memberikan tanggapan dan klarifikasi, serta memberikan kesimpulan
tentang materi pelaksanaan KIE dalam pelayanan kesehatan usia sekolah dan
remaja
136
Pokok Bahasan 3: Konseling pada Usia Sekolah dan Remaja
Langkah kegiatan :
1. Fasilitator mengajak peserta untuk melakukan permainan “setuju dan tidak setuju”.
Langkah permainan sesuai lampiran 6.
2. Fasilitator memberikan ulasan materi seputar nilai-nilai yang dimiliki oleh konselor
(setuju atau tidak setuju) tidak boleh dipaksakan kepada klien pada saat melakukan
konseling.
3. Fasilitator memberikan pengantar tentang pengertian, tujuan, manfaat, tekhnik,
prinsip dan syarat konselor dengan bahan tayang.
4. Berdasarkan uraian materi, fasilitator memberikan kesempatan peserta untuk
bertanya
5. Fasilitator memastikan setiap peserta mampu memahami konsep dasar konseling
dengan cara membedakan antara menasihati dengan menawarkan alternatif solusi
dan konsekuensinya dan mendorong klien mengambil keputusan.
6. Fasilitator mengajak peserta untuk bermain peran (role play) dalam konseling
remaja. Langkah role play konseling (1) dan (2) sesuai dengan lampiran 7.
D. Langkah 4
Penutup
1. Setelah semua pokok bahasan diberikan, Fasilitator memberikan poin–poin penting
terkait materi Komunikasi, Informasi, Edukasi dan Konseling
2. Fasilitator memberikan kesempatan kepada peserta untuk mengajukan pertanyaan
atau klarifikasi
3. Fasilitator menjawab pertanyaan atau klarifikasi
4. Fasilitator membuat simpulan materi dan menutup sesi materi ini dengan
mengucapkan terimakasih.
137
VI. Uraian Materi
KIE kesehatan usia sekolah dan remaja merupakan suatu proses penyampaian
pesan dan informasi kesehatan yang bertujuan untuk meningkatkan pengetahuan,
kesadaran, serta mendorong terjadinya perubahan sikap dan perilaku kelompok
usia sekolah dan remaja maupun anggota masyarakat umum lainnya menuju ke
arah yang lebih positif terkait upaya peningkatan derajat kesehatan usia sekolah
dan remaja agar tetap sehat, aktif, mandiri dan berdaya guna baik bagi dirinya
sendiri, keluarga maupun masyarakat.
Secara umum tujuan KIE kesehatan usia sekolah dan remaja adalah:
a. Meningkatkan kualitas layanan kesehatan usia sekolah dan remaja dengan
mengedepankan aspek promotif preventif tanpa mengesampingkan aspek
kuratif dan rehabilitatif.
b. Menyebarluaskan informasi yang akurat, berguna, dan mudah dipahami terkait
permasalahan kesehatan usia sekolah dan remaja
c. Meningkatkan kesadaran usia sekolah dan remaja untuk memelihara
kesehatannya sendiri secara mandiri dan berkelanjutan.
138
d. Meningkatkan pemahaman, kepedulian, dan peran serta masyarakat umum
dan keluarga usia sekolah dan remaja terkait masalah kesehatan usia sekolah
dan remaja.
e. Menggairahkan semangat hidup bagi usia sekolah dan remaja agar mereka
tetap dihargai dan tetap berguna baik bagi dirinya sendiri, keluarga maupun
masyarakat
f. Meningkatkan pengetahuan dan sikap kelompok anak usia sekolah dan remaja
tentang berbagai informasi terkait kesehatan
g. Mendorong kemampuan untuk mengimplementasikan pengetahuan sebagai
suatu keterampilan untuk berperilaku hidup sehat
h. Mempromosikan layanan kesehatan yang tersedia bagi kelompok usia sekolah
dan remaja
Unsur-unsur pokok KIE dalam layanan kesehatan usia sekolah dan remaja,
mengacu pada unsur-unsur sebagai berikut :
a. Sumber
Sumber KIE ini dapat seorang individu, kelompok, lembaga, institusi, atau
stakeholder kesehatan lainnya, yang lazim disebut dengan istilah Komunikator
b. Pesan
adalah serangkaian informasi, gagasan, pendapat, fakta, ekspresi emosi, dan
lain sebagainya yang dirumuskan dalam suatu bentuk (kata-kata, gambar,
tulisan, musik, isyarat, bahasa tubuh) dan disampaikan kepada penerima
pesan.
c. Saluran
adalah bagaimana cara pesan disampaikan dan media komunikasi seperti
apa yang dipergunakan untuk menyampaikan pesan.
d. Penerima.
Komunikan, orang yang menerima pesan atau informasi. Penerima pesan ini
dapat berupa individu, kelompok, atau institusi kelembagaan.
e. Umpan balik
Umpan balik (feed back) yaitu reaksi terhadap pesan dapat beragam seperti,
pertanyaan, ekpresi persetujuan atau penolakan, emosi, sikap, tindakan dan
sebagainya
139
komunikasi kelompok dan komunikasi perorangan merupakan komunikasi
timbal balik
Berdasar pada penyampaian pesan, ada dua jenis komunikasi yaitu:
a. Komunikasi verbal
Adalah penyampaian informasi yang diberikan dengan menggunakan kata-kata
dalam tuturan bahasa dengan bersuara sebagai saluran untuk
menampilkannya.
b. Komunikasi non-verbal
Adalah penyampaian informasi tanpa kata, diberikan dengan menggunakan
bahasa isyarat atau bahasa tubuh seperti mimik muka, gerakan tangan, kontak
mata dll.
c. Komunikasi emosional
Adalah penyampaian informasi disertai sikap emosional yang dapat dirasakan
oleh teman bicaranya.
Berdasar jumlah sasaran, komunikasi meliputi :
a. Komunikasi intrapersonal
Adalah dialog atau percakapan dengan dirinya sendiri, berlangsung didalam
hati. Biasanya digunakan untuk keperluan mawas diri (introspeksi). Misalnya:
hari ini saya akan menolak ajakan Ani pergi ke Bandung.
b. Komunikasi interpersonal
Adalah percakapan atau dialog antara dua pihak, merupakan interaksi orang
ke orang, terjadi dalam dua arah, bisa verbal dan non verbal atau perpaduan
keduanya.
c. Komunikasi kelompok
Adalah penyampaian pesan / informasi melalui kelompok, baik yang sengaja
diselenggarakan maupun yang tidak sengaja. Misalnya: pertemuan toma,
ngobrol diwarung.
d. Komunikasi massa
Adalah penyampaian pesan / informasi kepada sejumlah sasaran yang tidak
saling mengenal, biasanya dalam jumlah banyak.
e. KIE Individu
Dalam KIE Individu, metode yang lazim dilakukan adalah penyuluhan
perorangan dan konseling
f. KIE Kelompok
- Ceramah tanya jawab
- Diskusi/ Diskusi kelompok
- Peragaan atau demonstrasi
- Curah pendapat (brain storming)
- Bola Salju (snow balling)
- Kelompok-kelompok kecil (buzz group)
- Memainkan peran (role play)
- Permainan simulasi (simulation game)
g. KIE Massa
- Ceramah umum
- Pidato
- Siaran berprogram
- Pemutaran film dan slide
- Mobilisasi massa
- Penggunaan leaflet, booklet, lembar balik
- Tulisan-tulisan di majalah atau koran
- Melakukan interaksi melalui media sosial
- Media lain
Sesuai dengan PMK Nomor 25 Tahun 2014 tentang Upaya Kesehatan Anak, KIE
kesehatan remaja diberikan antara lain melalui ceramah tanya jawab, kelompok
140
diskusi terarah, dan diskusi interaktif dengan menggunakan sarana dan media
komunikasi, informasi, dan edukasi. Materi KIE yang diberikan meliputi: Perilaku
Hidup Bersih dan Sehat (PHBS); tumbuh kembang anak usia sekolah dan remaja;
kesehatan reproduksi; imunisasi; kesehatan jiwa dan NAPZA; gizi; penyakit
menular termasuk HIV dan AIDS; Pendidikan Ketrampilan Hidup Sehat (PKHS);
dan kesehatan intelegensia.
141
LAPORAN KEGIATAN KESEHATAN ANAK DI SEKOLAH
SDN 1 1 1 1 1 1 1 2 2
1 PEUNARON 6 3 6 1 27 5 0 0 0 0 0 0 0 7 0 0 0 0 0 7 0 27
SDN 2 2 3 2 2 3 2 5 4
2 PEUNARON 6 0 3 8 51 1 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 7 0 51
SDN 3
3 PEUNARON 6 6 4 4 8 8 0 0 0 0 0 0 0 8 0 0 0 0 0 8 0 8
SDN 4 3 2 1 1 1 1 2 2
4 PEUNARON 2 0 4 4 28 8 0 0 0 0 0 0 0 8 0 0 0 0 0 8 0 28
SDN 5 1 1 1
5 PEUNARON 9 8 8 5 13 3 0 0 0 0 0 0 0 3 0 0 0 0 0 3 0 13
1 1 1 1
6 SDN ALUR KIJING 0 7 0 7 17 5 2 0 0 0 0 0 0 7 0 0 0 0 0 7 0 17
SDN KRUENG
7 BAUNG 5 6 5 4 9 9 0 0 0 0 0 0 0 9 0 0 0 0 0 0 0 9
SDN UPT 3
8 PEUNARON 3 3 2 3 5 4 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 5
1 1
9 SDN TRANS SP 6 8 6 7 6 13 3 0 0 0 0 0 0 0 3 0 0 0 0 0 0 0 13
1
1 2 1 1
1 9 8 8 6 4 6 3
TOTAL 5 9 9 2 171 2 0 0 0 0 0 0 7 0 0 0 0 0 0 0 171
142
b. Memprioritaskan masalah kesehatan
Selanjutnya adalah menetapkan prioritas masalah kesehatan. Prioritas masalah
kesehatan tersebut yang akan di intervensi melalui KIE perlu ditetapkan karena
adanya keterbatasan sumber daya. Cara menetapkan masalah yang prioritas bisa
dilakukan melalui berbagai pertimbangan, diantaranya dengan cara menetapkan
skoring dari beberapa parameter sebagai berikut yaitu berdasarkan:
1) Kegawatannya: besar/kecilnya akibat masalah kesehatan ini bagi masyarakat.
2) Mendesaknya: berkaitan dengan waktu. Kalau tidak segera ditanggulangi akan
menimbulkan akibat yang serius.
3) Penyebarannya: semakin banyak penduduk atau semakin luas wilayah yang
terkena, menjadi semakin penting.
4) Kemudahan mengatasi masalah, yaitu berkaitan dengan ketersediaan
sumberdaya dan kemampuan yang mereka miliki untuk mengatasi masalah
tersebut dana, sarana, tenaga, dan teknologinya.
5) Keinginan masyarakat untuk menyelesaikan masalah kesehatannya.
Biasanya nilai skoring berkisar 1-6, bila masalahnya gawat bisa diberi nilai 6 atau 5,
sedangkan bila ringan bisa diberi nilai 1 atau 2. Masalah prioritas adalah masalah
yang mempunyai total nilai paling besar.
Masalah kesehatan yang diidentifikasi dari hasil penjaringan kesehatan dan
pemeriksaan berkala di sekolah, panti dan lain-lain diprioritaskan dengan bantuan
matrik penetapan urutan prioritas masalah berikut:
190
e. Kajian formatif, untuk mengidentifikasi perilaku usia sekolah dan remaja saat ini dan
perilaku yang diharapkan, dari setiap segmentasi sasaran
191
No Sasaran Tujuan Jenis KIE Media KIE
Umum Khusus
Primer Individu Daftar menu,
food model
Sekunder Kelompok/massa Daftar menu,
food model
Tertier Kelompok/massa Daftar menu,
food model
192
Ruang lingkup kegiatan KIE dalam bidang kesehatan di puskesmas.
a. Ruang lingkup kegiatan KIE berdasarkan pada tujuan KIE
1) KIE untuk meningkatkan pengetahuan sasaran
2) KIE untuk membangun sikap sasaran
3) KIE untuk membudayakan PHBS
4) KIE untuk meningkatkan peran serta atau partisipasi sasaran
5) KIE untuk membangun opini publik
6) KIE untuk mendapatkan dukungan kebijakan, dana, sarana, serta
sumberdaya lainnya dari penentu kebijakan atau stakeholders.
b. Ruang lingkup kegiatan KIE berdasarkan lokasi kegiatan:
1) Kegiatan KIE di dalam gedung
2) Kegiatan KIE di luar gedung.
c. Ruang lingkup kegiatan KIE berdasarkan upaya kesehatan di puskesmas
1) Kegiatan KIE dalam upaya kesehatan esensial puskesmas
2) Kegiatan KIE dalam upaya kesehatan pengembangan / pilihan yang
diselenggarakan puskesmas
3) Kegiatan KIE yang bersifat promotif, preventif, kuratif dan rehabilitatif
d. Ruang lingkup kegiatan KIE berdasarkan metode dan teknik KIE
1) Kegiatan KIE secara individu : komunikasi interpersonal dan konseling,
konsultasi, bimbingan, dll
2) Kegiatan KIE secara kelompok : diskusi kelompok, pelatihan, seminar,
lokakarya, dll
3) Kegiatan KIE secara massa: siaran radio, pameran, pidato, pertunjukkan,
dll
193
konsekuensi dan keuntungan terhadap pilihan pemecahan masalah yang
telah ditetapkan.
3) Meningkatkan kemampuan untuk memutuskan dan bertindak
4) Meningkatkan hubungan antar perorangan
5) Membantu klien untuk dapat mengurangi ketegangannya
6) Meningkatkan potensi seseorang untuk mengatasi masalah
7) Meningkatkan kemampuan untuk mampu berpikiran positif dan optimis
b. Kelompok
Metoda dan teknik yang digunakan dalam melakukan KIE didalam
kelompok adalah ceramah tanya jawab, diskusi kelompok, demontrasi,
permainan/ bermain peran.
Sedangkan teknik yang dilakukan adalah teknik menggunakan media/alat
peraga, teknik membangun peran aktif semua peserta, teknik mengatasi
peserta yang dominan, teknik peserta yang acuh, dll. Agar peserta mau
mengikuti pertemuan diskusi kelompok, demonstrasi, ceramah tanya jawab
maupun permainan, ada beberapa teknik yang dapat dipergunakan yaitu
menggunakan fasilitator yang mempunyai kredibilitas baik, dipercaya sasaran,
atau menggunakan teknik perintah, kompetisi, penggunaan media KIE yang
menarik, pemberian hadiah, dll
1) Ceramah tanya jawab
Ceramah tanya jawab (CTJ) adalah penyampaian pesan oleh
seorang pembicara di depan se-kelompok sasaran yang disertai tanya
jawab. CTJ dapat dilakukan untuk sasaran yang berpendidikan tinggi
maupun rendah. CTJ akan berhasil apabila pembicara mengasai materi,
menguasai audiens serta menguasai penggunaan alat bantu atau media.
Disamping itu, pembicara berpenampilan baik dan meyakinkan, percaya
diri, tidak bersikap ragu-ragu, kemudian suaranya jelas dan keras, sesekali
disertai humor, pandangan tertuju keseluruh peserta, berdiri didepan
(ditengah), menggunakan alat bantu semaksimal mungkin. Mampu
menciptakan suasana serius tapi santai, menggunakan bahasa sederhana,
memberikan kesempatan sasaran untuk bertanya, kemudian menjawab
194
sesuai pertanyaan, memberikan pertanyaan evaluasi serta menyampaikan
rangkuman sebelum ceramah diakhiri.
2) Diskusi/ Diskusi kelompok
Diskusi berasal dari bahsa latin discutio atau discussum yakni
“kurang lebih sama dengan bertukar pikiran” atau membahas sesuatu
masalah dengan mengemukakan dasar alasannya untuk mencari jalan
keluar sebaik-baiknya. Oleh karena itu dapat dikatakan bahwa diskusi
merupakan ajang bertukar pikiran diantara sejumlah orang, membahas
masalah tertentu yang dilaksanakan dengan teratur, dan bertujuan untuk
memecahkan masalah secara bersama. Metode ini dipakai dalam kegiatan
KIE untuk meningkatkan partisipasi aktif, tukar pengalaman dan pendapat
peserta diskusi. Untuk kegiatan ini anggota kelompok yang ideal adalah 7
s/d 9 orang.
3) Peragaan atau demonstrasi
Demonstrasi adalah kegiatan yang dilakukan oleh seseorang untuk
memberi contoh nyata bagaimana suatu kegiatan dilakukan dengan benar.
Ada beberapa macam demonstrasi, yaitu:
– Mengembangkan keterampilan sasaran dalam bidang tertentu
– Menunjukkan proses kerja penanganan suatu perilaku (misalnya:
proses/cara melakukan perawatan tali pusat bayi baru lahir).
– Menunjukkan suatu alat yang baru.
– Memantapkan penerimaan hal baru
4) Curah pendapat (brain storming)
Metode ini merupakan modifikasi metode diskusi kelompok.
Prinsipnya sama dengan metode diskusi kelompok. Bedanya, pada
permulaan pemimpin kelompok memancing dengan satu masalah dan
kemudian tiap peserta memberikan jawaban atau tanggapan (curah
pendapat). Tanggapan atau jawaban-jawaban tersebut ditampung dan
ditulis dalam flipchart atau papan tulis. Sebelum semua peserta
mencurahkan pendapatnya, tidak boleh dikomentari oleh siapa pun. Baru
setelah semua anggota mengeluarkan pendapatnya, tiap anggota dapat
mengomentari, dan akhirnya terjadi diskusi.
5) Bola Salju (snow balling)
Kelompok dibagi dalam pasangan-pasangan (1 pasang terdiri dari 2
orang) dan kemudian diberikan suatu pertanyaan atau masalah. Setelah
lebih kurang 5 menit maka tiap 2 pasang bergabung menjadi satu. Mereka
tetap mendiskusikan masalah tersebut, dan mencari kesimpulannya.
Kemudian tiap 2 pasang yang sudah beranggotakan 4 orang ini bergabung
lagi dengan pasangan lainnya dan demikian seterusnya sehingga akhirnya
akan terjadi diskusi seluruh anggota kelompok.
6) Kelompok-kelompok kecil (buzz group)
Kelompok langsung dibagi menjadi kelompok-kelompok kecil (buzz
group) yang kemudian diberi suatu permasalahan yang sama atau tidak
sama dengan kelompok lain. Masing-masing kelompok mendiskusikan
masalah tersebut. Selanjutnya hasil dari tiap kelompok didiskusikan
kembali dan dicari kesimpulannya. Metode ini digunakan apabila :
- Kelompok terlalu besar, sehingga tidak dimungkinkan setiap orang
berpartisipasi.
- Pokok pembahasan terhadap pemecahan masalah dapat dibahas
dari beberapa sudut pandang.
- Ada anggota kelompok yang kurang aktif dalam kegiatan kelompok
- Waktu terbatas
- Ingin diciptakan suasana yang menyenangkan dalam kelompok.
195
7) Memainkan peran (role play)
Dalam metode ini beberapa anggota kelompok ditunjuk sebagai
pemegang peran tertentu untuk memainkan peranan, misalnya sebagai
bidan, dokter, perawat, pasien dan sebagainya, sedangkan anggota yang
lain sebagai pengamat atau anggota masyarakat. Mereka memperagakan
konseling dengan menggunakan kaidah “SATU TUJU” tentang pentingnya
minum tablet tambah darah bagi remaja putri.
Anggota kelompok yang tidak bermain peran, diberi tugas untuk
melakukan pengamatan. Setelah bermain peran selesai, pemain diminta
menyampaikan perasaannya saat melakukan kegiatan bermain peran.
Selanjutnya, pengamat diberi kesempatan untuk menyampaikan hasil
pengamatannya. Pada akhir bermain peran disimpulkan bersama tentang
peran bidan dalam melakukan konseling tentang pentingnya minum TTD
bagi remaja putri.
8) Permainan simulasi (simulation game)
Metode ini merupakan gabungan antara bermain peran dengan
diskusi kelompok. Pesan-pesan kesehatan disajikan dalam beberapa
bentuk permainan seperti permainan monopoli, ular tangga, beberan. Cara
memainkannya persis seperti bermain monopoli dengan menggunakan
dadu, gaco (petunjuk arah), selain papan main. Beberapa orang menjadi
pemain, dan sebagian lagi berperan sebagai narasumber.
c. Massa
Metode dan teknik KIE yang diterapkan dalam komunikasi massa, dapat
menggunakan ceramah, pidato, siaran radio, siaran di televisi, di surat kabar,
media cetak dan media sosial. Dengan demikian metode promosi kesehatan
yang diterapkan melalui kegiatan komunikasi massa dapat dilakukan melalui
komunikasi langsung maupun tidak langsung.
1) Ceramah umum
Pada acara-acara tertentu, misalnya pada peringatan Hari Kesehatan
Nasional (HKN), wabah DMF, Kepala Puskesmas memberikan ceramah
Pemberantasan Sarang Nyamuk didepan warga masyarakat. Metode ini
dillakukan jika ada kelompok orang yang perlu mendapat penjelasan yang
sama, sedangkan waktu terbatas. Ceramah memerlukan ruangan yang
bisa ditempati sekelompok orang, dengan pembicara yang menguasai
masalah yang akan diberikan. Ceramah jangan terlalu lama, cukup 30
menit. 10 menit pertama untuk memberi penjelasan yang singkat tetapi
jelas, 20 menit berikutnya untuk tanya jawab.
2) Pidato
Pidato tentang kesehatan melalui media elektronik baik TV maupun radio,
pada hakikatnya merupakan bentuk promosi kesehatan massa.
3) Siaran berprogram
Siaran berprogram adalah penyampaian informasi secara terprogram
melalui siaran radio dan televisi yang bertujuan mengubah sikap,
pengetahuan dan tindakan masyarakat. Metode ini dapat dipakai dengan
beberapa persyaratan, antara lain:
- Sasaran heterogen dilihat dari segi umur, sosial ekonomi dan
sebagainya.
- Informasi bersifat umum atau terbuka.
- Pesawat radio dan televisi sudah banyak dimiliki oleh dan tersebar
merata di masyarakat.
4) Pemutaran film dan slide
Informasi disampaikan kepada sasaran melalui media film dan slide.
Persyaratan penggunaan cara ini antara lain adalah:
196
- Tersedia proyektor, listrik dan tenaga untuk mengoperasikan proyektor
tersebut.
- Tersedia ruangan yang dapat menghalangi cahaya dari luar.
5) Pemasangan/penggunaan pamflet, leaflet dan booklet
Penyampaian informasi kepada sasaran dilakukan dengan menggunakan
pamflet, leaflet, booklet dan sebagainya sebagai media. Persyaratan
umum dalam penggunaan metode ini antara lain adalah:
- Harus dirancang sedemikian rupa sehingga mudah ditangkap oleh
sasaran.
- Tidak menimbulkan persepsi yang salah pada sasaran (masyarakat).
- Harus menyolok agar menarik perhatian penerima informasi secara
spontan.
6) Tulisan-tulisan di majalah atau koran
Membuat tulisan di media cetak, seperti koran, majalah, atau bisa juga
membuat tulisan di majalah dinding sekolah.
7) Melakukan interaksi melalui media sosial : internet, facebook email, twitter,
dll
8) Bentuk lain: billboard, spanduk, poster pencanangan, menyelipkan pesan
pada khotbah keagamaan, menyelipkan pesan pada kesenian tradisional,
memanfaatkan pengeras suara di tempat ibadah, membuat koran dinding
di sekolah, menempelkan pesan di tempat-tempat ramai, pemutaran film di
tempat terbuka juga termasuk promosi kesehatan massa.
d. Media KIE
Ketika remaja meminta bantuan dari Anda untuk suatu masalah atau
kekhawatiran, saat itu mereka cenderung mau menerima informasi dan
nasihat. Gunakan kesempatan ini dengan memberikan mereka informasi dari
bagian Panduan penanganan remaja ini, untuk memastikan bahwa informasi
yang diberikan sesuai dengan tingkat perkembangan dan masalah yang
dialami. Jika waktunya cukup, periksalah pemahaman dan berikan informasi
tambahan atau klarifikasi yang mungkin mereka perlukan.
Gunakan setiap kesempatan yang disampaikan untuk memberikan
informasi dan mengedukasi orang tua, dan memberikan tanggapan terhadap
berbagai pertanyaan dan kekhawatiran yang mungkin mereka alami. Jelaskan
kepada mereka bahwa sebagai putra dan putri yang sedang tumbuh dan
berkembang mereka harus dapat membuat keputusan dalam hal pola makan,
aktivitas fisik, keselamatan pribadi, aktivitas seksual, berhadapan dengan
keadaan yang penuh tekanan, dan penggunaan tembakau, alkohol, atau zat
lainnya. Remaja yang orang tuanya membahas masalah-masalah ini dengan
anak-anaknya cenderung akan mengambil pilihan-pilihan yang akan
melindungi mereka dan orang lain. Katakan kepada mereka bahwa meskipun
membahas masalah tersebut akan membuat mereka merasa tidak nyaman,
tetapi tetap harus dilakukan.
Pastikan bahwa Anda selalu memfasilitasi keinginan pasien remaja untuk
melibatkan orang tuanya ke dalam diskusi, demikian juga dengan usia, tingkat
perkembangan, dan keadaan sosial remaja.
(Catatan: Banyak remaja yang tinggal dengan orang tua atau pengasuh
mereka. Banyak – terutama remaja yang usianya lebih tua – tidak tinggal
bersama orang tua atau pengasuhnya. Beberapa tinggal sendirian, selain
dengan pasangannya).
Puskesmas PKPR dalam melaksanaan KIE selain bagi anak usia sekolah dan remaja
yang datang ke puskesmas, juga untuk menjangkau ke luar puskesmas melalui:
1. Sekolah
a. Gerakan Literasi
197
Dalam upaya menumbuhkan budi pekerti siswa, pemerintah melalui
Kemdikbud meluncurkan sebuah gerakan yang disebut Gerakan Literasi
Sekolah. Gerakan ini bertujuan agar siswa memiliki budaya membaca dan
menulis sehingga tercipta pembelajaran sepanjang hayat. GLS memperkuat
gerakan penumbuhan budi pekerti sebagaimana dituangkan dalam Peraturan
Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 23 Tahun 2015.
Salah satu kegiatan di dalam gerakan tersebut adalah kegiatan 15 menit
membaca buku non pelajaran sebelum waktu belajar dimulai. Kegiatan ini
dilaksanakan untuk menumbuhkan minat baca peserta didik serta
meningkatkan keterampilan membaca agar pengetahuan dapat dikuasai
secara lebih baik. Gerakan literasi ini dapat digunakan untuk membaca dan
mendiskusikan materi-materi terkait kesehatan seperti buku Rapor
Kesehatanku, komik MKM dan lain sebagainya.
b. Komite sekolah
Pertemuan komite sekolah sangat baik dimanfaatkan memberikan KIE
terutama tentang informed consent pelayanan kesehatan yang diberikan
puskesmas, penggunaan instrumen Buku Rapor Kesehatanku untuk
pendampingan orang tua, pola asuh yang positif, dan lain lain.
c. MOS (masa orientasi siswa)
Pada kesempatan MOS di awal tahun ajaran baru, KIE terutama
menyampaikan informed consent pelayanan kesehatan yang akan diberikan
puskesmas baik jenis pelayanan, waktu pelayanan, manfaat dari pelayanan
tersebut.
d. Pelayanan kesehatan
Petugas puskesmas secara berkala memberikan pelayanan ke sekolah
sehingga dapat dimanfaatkan pemberian KIE yang sudah dipersiapkan
sebelumnya dengan mempertimbangkan KIE yang diberikan pada Gerakan
literasi atau MOS atau pada kesempatan lainnya. Pelayanan kesehatan yang
diberikan di sekolah antara lain:
- Penjaringan kesehatan
- Pemeriksaan berkala
- Bulan imunisasi anak sekolah
- Pemberian tablet tambah darah
2. Panti/LKSA,
Petugas puskesmas memiliki kewajiban untuk menjangkau panti/LKSA yang berada
di wilayah kerjanya. Pelayanan kesehatan yang diberikan meliputi:
- Penjaringan kesehatan penghuni panti yang dilakukan 1 tahun sekali
- Pemeriksaan berkala
- Imunisasi,
- Pemberian tablet tambah darah
- Pemantauan penyediaan makanan (higienis, sesuai kebutuhan energi dan
nutrisi)
- Survei penyakit menular
- Pemantauan pemeliharaan kesehatan lingkungan (kamar tidur, kamar mandi,
dapur)
Pada saat pelaksanaan pelayanan tersebut dapat dimanfaatkan juga untuk
memberikan KIE, seperti:
1. KIE kelompok/individu
2. Konseling pribadi/ kelompok kecil
3. Sanitasi dan higiene perorangan
4. Olahraga rutin dan kompetisi
5. Pencegahan NAPZA
198
6. Life Skill Education/ PKHS: empati, pemahaman diri, kompetensi dan
interpersonal, pengambilan keputusan, pemecahan masalah, berpikir kreatif
dankritis, pengendalian emosi, mengatasi stres
3. Lapas
Selain panti/LKSA, Petugas puskesmas juga memiliki kewajiban untuk menjangkau
lapas yang berada di wilayah kerjanya. Pelayanan kesehatan yang diberikan
meliputi:
- Penapisan andikpas baru yang dilakukan 1 tahun sekali
- Pemeriksaan berkala
- Imunisasi,
- Pemberian tablet tambah darah
- Pemantauan penyediaan makanan (higienis, sesuai kebutuhan energi dan
nutrisi)
- Survei penyakit menular
- Pemantauan pemeliharaan kesehatan lingkungan (kamar tidur, kamar mandi,
dapur)
Seperti halnya dipanti, saat pelayanan kesehatan di lapas juga dapat dimanfaatkan
untuk memberikan KIE terkait permasalahan kesehatan yang terdapat di lapas.
4. Posyandu Remaja
Posyandu remaja merupakan salah satu bentuk Upaya Kesehatan Bersumber
Daya Masyarakat (UKBM) yang dikelola dan diselenggarakan dari, oleh, untuk dan
bersama masyarakat termasuk remaja dalam penyelenggaraan pembangunan
kesehatan, guna memberdayakan masyarakat dan memberikan kemudahan dalam
memperoleh pelayanan kesehatan bagi remaja untuk meningkatkan derajat
kesehatan dan keterampilan hidup sehat remaja. Posyandu remaja bertujuan
untuk:
• Meningkatkan peran remaja dalam perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi
posyandu remaja
• Meningkatkan Pendidikan Keterampilan Hidup Sehat (PKHS)
• Meningkatkan pengetahuan dan ketrampilan remaja tentang kesehatan
reproduksi bagi remaja
• Meningkatkan pengetahuan terkait kesehatan jiwa dan pencegahan
penyalahgunaan Napza
• Mempercepat upaya perbaikan gizi remaja
• Mendorong remaja untuk melakukan aktifitas fisik
• Melakukan deteksi dini dan pencegahan Penyakit Tidak Menular (PTM)
• Meningkatkan kesadaran remaja dalam pencegahan kekerasan
Sasaran dari posyandu remaja adalah remaja usia 10-18 tahun, laki-laki dan
perempuan dengan tidak memandang status pendidikan dan perkawinan termasuk
remaja dengan disabilitas.
199
Langkah Kegiatan Pelaksana
Pertama Pendaftaran Kader
1. Pengisian daftar hadir
2. Untuk kunjungan pertama kali, remaja mengisi formulir data
diri dan pengisian form atau kuesioner kecerdasan majemuk
(form terlampir)
Kedua Pengukuran Kader
1. Penimbangan Berat Badan (BB)
2. Pengukuran Tinggi Badan (TB)
3. Pengukuran Tekanan darah (TD) dan
4. Lingkar Lengan Atas (LILA) dan Lingkar Perut
5. Pengecekan anemia untuk remaja putri secara klinis, apabila
ada tanda klinis anemia dirujuk ke fasilitas kesehatan.
Ketiga Pencatatan Kader
Kader melakukan pencatatan hasil pengukuran ke dalam buku
register dan Buku Pemantauan Kesehatan Remaja
Keempat Pelayanan Kesehatan Kader atau
Pelayanan kesehatan diberikan sesuai dengan permasalahan kader
antara lain: bersama
1. Konseling sesuai permasalahan yang dialami remaja, dapat petugas
menggunakan anamnesis HEEADSSS kesehatan
2. Pemberian tablet tambah darah atau Vitamin
3. Memberikan konseling atau menjelaskan hasil pengisian
kuesioner kecerdasan majemuk
4. Merujuk remaja ke fasilitas kesehatan jika diperlukan
Kelima KIE Kader
Kegiatan dilakukan secara bersama-sama seperti :
1. Kegiatan penyuluhan, pemutaran film, bedah buku, dll
2. Pengembangan keterampilan (soft skill) seperti ketrampilan
membuat kerajinan tangan, ketrampilan berwirausaha dan lain
sebagainya.
3. Senam atau peregangan
Setiap Posyandu Remaja beranggotakan maksimal 50 remaja. Jika dalam satu wilayah
terdaftar lebih dari 50 remaja, maka wilayah tersebut dapat mendirikan Posyandu
Remaja lainnya.
Posyandu Remaja dilaksanakan sekali setiap bulan, sebaiknya berada pada tempat
yang mudah dijangkau oleh remaja. Hari, waktu, dan tempat pelaksanaan kegiatan
sesuai dengan hasil kesepakatan. Tempat penyelenggaraan tersebut dapat di salah satu
rumah warga, halaman rumah, balai desa/kelurahan, balai RW/RT/dusun, tempat
Karang Taruna atau tempat khusus yang dibangun secara swadaya oleh masyarakat.
Apabila memungkinkan, kegiatan Posyandu Remaja dapat diintegrasikan dengan
penyelenggaraan posbindu, PPKS (Pusat Pelayanan Keluarga Sejahtera), pertemuan
karang taruna, atau kegiatan remaja lainnya.
B. POKOK BAHASAN 2
Konsep PKHS pada Usia Sekolah dan Remaja
1. Pengertian, Tujuan dan Komponen PKHS
• Life Skill adalah kemampuan untuk beradaptasi dan perilaku positif yang
diperlukan seseorang dalam mengatasi tantangan dan kebutuhan hidup
sehari-hari secara efektif (WHO, 1997).
200
• Life Skill Education atau Pendidikan Keterampilan Hidup Sehat (PKHS)
adalah kemampuan psikososial seseorang untuk memenuhi kebutuhan dan
mengatasi masalah dalam kehidupan sehari-hari secara efektif.
• Kompetensi psikososial adalah suatu kemampuan yang berorientasi pada
aspek kejiwaan seseorang terhadap diri sendiri dan interaksi dengan orang
lain serta lingkungan di luar, dalam konteks kesehatan.
• Keterampilan Hidup Sehat adalah suatu kemampuan untuk menyusun pola
pikir dan perilaku sehingga menjadi serangkaian kegiatan yang terintegrasi
dan dapat diterima oleh lingkungan budaya setempat atau mempunyai tujuan
interpersonal yang menuju pada perilaku hidup sehat fisik, mental dan sosial.
a. Kesadaran Diri
Kesadaran diri adalah kemampuan untuk mengenal diri sendiri tentang
karakter, kekuatan, kelemahan, keinginan dan ketidak-inginan. Hal ini
dikembangkan untuk membantu kita mengetahui bahwa kita berada dalam
keadaan stress atau merasa ada tekanan. Seringkali hal ini dipergunakan
sebagai prasyarat komunikasi yang efektif dan hubungan interpersonal, juga
berempati terhadap orang lain. Remaja harus mengembangkan keterampilan
sosial ini karena masih berada pada tahap transisi, mudah dipengaruhi oleh
orang lain, mengikuti atau meniru hal-hal yang sedang tren. Oleh karena itu
dibutuhkan kemampuan kesadaran diri (pembelajaran reflektif), menganalisis
diri, menilai dan mengantisipasi tantangan masa depan. Tidak berkembangnya
keterampilan sosial ini pada remaja menyebabkan remaja menjadi cengeng
(tidak mandiri, lemah semangat), menyalahkan orang lain sebagai penyebab
kegagalannya, meragukan diri sendiri, tenggelam dalam kesalahan, dan gagal
201
memanfaatkannya untuk kemajuan. Target pengembangan keterampilan sosial
ini adalah kemandirian dan integritas diri.
Kompetensi ini dapat digunakan pada kasus remaja yang datang dengan
keluhan misalnya tidak percaya diri karena kegemukan atau merasa terlalu
kurus/masalah body image, nakal, malas dan perasaan negatif lainnya.
Petugas kesehatan dapat memberikan dukungan dengan menggali kelebihan
dan mendorong klien untuk lebih memiliki rasa harga diri yang positif sehingga
klien lebih percaya diri.
b. Empati
Empati adalah kemampuan untuk memposisikan perasaan orang lain
pada diri sendiri, bahkan untuk situasi yang tidak terbiasa bagi kita sekalipun.
Empati dapat membantu seseorang untuk bisa menerima satu sama lain,
saling menolong, mendorong dan memberi semangat serta toleransi antar
sesama. Remaja harus mengembangkan kompetensi ini karena dalam
kehidupan sehari-hari mereka masih cenderung mementingkan diri sendiri, dan
kurang peduli terhadap lingkungan, sehingga tidak terlalu mudah untuk
memahami perasaan orang lain. Target pengembangan keterampilan sosial ini
pada remaja adalah mampu memahami orang lain sehingga dapat hidup
berkelompok.
Kompetensi ini dapat digunakan saat menghadapi klien remaja dengan
kasus misalnya seorang remaja merasa sangat kesal terhadap temannya yang
menjengkelkan. Petugas kesehatan dapat mendorong klien untuk
menempatkan diri pada posisi orang lain dan memikirkan alasan mengapa
temannya berusaha menyakiti. Jika remaja menemukan jawaban yang masuk
akal, maka remaja akan mengerti mengapa temannya berperilaku demikian.
c. Pengambilan Keputusan
Pengambilan keputusan adalah suatu kemampuan yang dapat
membantu kita untuk untuk menentukan pilihan yang tepat secara konstruktif,
dengan mempertimbangkan berbagai alternatif dan dan dampak yang
menyertainya. Remaja harus mengembangkan kompetensi sosial ini karena
masih banyak remaja yang masih perlu dibantu dalam mengambil keputusan
yang tepat. Target pengembangan kompetensi sosial ini pada remaja adalah
kemampuan mengambil keputusan yang tepat.
Tidak berkembangnya kompetensi ini pada remaja menyebabkan remaja
menjadi frustasi, putus asa atau asal-asalan dalam menentukan langkah.
Target pengembangan kompetensi sosial ini pada remaja adalah mampu
menghadapi berbagai permasalahan dengan cara yang tepat dan cepat.
Kompetensi ini dapat digunakan saat menghadapi klien remaja yang sulit
mengambil keputusan misalnya seorang remaja yang hamil tidak diinginkan.
Petugas kesehatan dapat mendorong klien untuk mempertimbangkan berbagai
202
alternatif beserta dampak dari masing-masing alternatif, sehingga klien dapat
mengambil keputusan yang tepat.
d. Pemecahan Masalah
Pemecahan masalah adalah suatu kemampuan yang memungkinkan
seseorang dapat menyelesaikan permasalahan secara konstruktif di dalam
kehidupan. Untuk menyelesaikan masalah tersebut diperlukan kemampuan
menguraikan informasi atau permasalahan, menghubungkan permasalahan
dengan hal-hal lain yang relevan, untuk kemudian dirumuskan menjadi suatu
ide baru yang berkaitan dengan penyelesaian permasalahan.
Kompetensi ini dapat digunakan oleh petugas kesehatan saat
menghadapi remaja dengan berbagai kasus misalnya seorang remaja
mengalami prestasi akademik yang menurun, terlalu banyak kegiatan
ekstrakurikuler, kecanduan gadget. Petugas kesehatan dapat mendorong
remaja untuk mengatasi permasalahannya dengan mempertimbangkan potensi
diri remaja dan prioritas yang dibutuhkan saat itu.
e. Berpikir Kritis
Berpikir kritis adalah kemampuan untuk menganalisis informasi dan
pengalaman-pengalaman secara objektif. Dengan berpikir kritis, dapat
menolong kita untuk mengenal dan memperkirakan faktor-faktor yang
mempengaruhi sikap dan perilaku, antara lain: tata nilai/norma, tekanan teman
sebaya dan media. Tidak berkembangnya keterampilan sosial ini
menyebabkan remaja sulit memahami sebuah fakta dengan benar. Target
pengembangan keterampilan sosial ini adalah kemampuan menganalisis
situasi/masalah.
Kompetensi ini dapat digunakan oleh petugas pada kasus misalnya
remaja yang dipaksa teman sebayanya untuk merokok ataupun dibujuk rayu
oleh pacar untuk berhubungan seksual, sehingga klien dapat menyampaikan
penolakan terhadap ajakan tersebut tanpa dikucilkan oleh teman-temannya.
Petugas kesehatan dapat mendorong remaja untuk berpikir secara kritis
sebelum menggambil keputusan/tindakan.
203
Beberapa cara mengembangkan kompetensi berpikir kritis, antara lain:
• Jangan mudah percaya
• Waspada tipu daya, modus, bujuk rayu
• Berpikir sebelum bertindak/mengambil keputusan
• Berani menolak ajakan negatif dari teman sebaya
f. Berpikir Kreatif
Berpikir kreatif adalah kemampuan membuat ide baru dengan
menganalisis informasi dan berbagai pengalaman, untuk menciptakan sesuatu
yang berbeda. Remaja harus mengembangkan keterampilan sosial ini,
melakukan uji coba dan eksplorasi dalam menciptakan ide baru. Tidak
berkembangnya keterampilan sosial ini pada remaja menyebabkan remaja
tidak produktif, cenderung meniru dan malas. Target pengembangan
keterampilan sosial ini adalah mampu berinovasi untuk menemukan ide-ide
baru.
Kompetensi ini dapat digunakan oleh petugas pada kasus misalnya
remaja yang malas dan hanya mengikuti yang diperintahkan oleh temannya
atau mencontoh yang sudah ada, sehingga remaja dapat mengembangkan
kreatifitasnya dan menemukan ide-ide baru. Petugas kesehatan dapat
mendorong remaja untuk berpikir lebih kreatif.
g. Komunikasi Efektif
Kompetensi komunikasi efektif adalah kemampuan untuk
mengekspresikan diri secara verbal maupun non verbal yang mengikuti budaya
dan situasi/ untuk menyampaikan gagasan sehingga dimengerti oleh orang lain
maupun kelompok di lingkungannya. Dalam hal ini berarti, kemampuan untuk
mengeluarkan pendapat, keinginan, kebutuhan, ketakutan dan juga untuk
meminta nasihat dan bantuan yang diperlukan. Remaja harus
mengembangkan kompetensi sosial ini karena dalam kehidupan sehari-hari
dibutuhkan berkomunikasi secara efektif, baik dengan teman sebaya, orang tua
maupun orang dewasa lainnya. Komunikasi yang menimbulkan rasa aman dan
nyaman baik bagi diri sendiri maupun orang lain adalah komunikasi asertif.
204
Tidak berkembangnya kompetensi sosial ini pada remaja menyebabkan
remaja mengalami kegagalan berkomunikasi dengan pihak lain yang
menyebabkan kurang baiknya hubungan pribadi, merasa tidak nyaman dalam
beraktivitas serta selalu merasa kesepian dan kurang mampu.
Kompetensi ini dapat digunakan oleh tenaga kesehatan pada kasus
misalnya remaja yang telalu pasif atau terlalu agresif. Petugas kesehatan dapat
mendorong remaja untuk menerapkan komunikasi lebih asertif dalam
kehidupan sehari-hari.
h. Hubungan Interpersonal
Hubungan interpersonal adalah kemampuan yang dapat menolong kita
berinteraksi dengan sesama secara positif dan harmonis. Remaja harus
mengembangkan keterampilan sosial ini karena sangat membutuhkan jaringan
dan kelompok yang dapat memberikan dorongan dan dukungan.
Pengembangan kemampuan sosial ini dilakukan untuk meningkatkan rasa
percaya diri dan keyakinan dalam melakukan interaksi yang menyenangkan.
Tidak berkembangnya keterampilan sosial ini pada remaja, menyebabkan
mereka merasa terkucil dan sulit mencari teman. Target pengembangan
keterampilan sosial ini pada remaja adalah kemampuan berinteraksi positif
dengan orang lain.
Kompetensi ini dapat digunakan oleh tenaga kesehatan pada kasus
misalnya remaja yang mengisolasi diri, menyalahkan orang lain, anti sosial,
tidak bisa lepas dari gadget dan lainnya. Petugas kesehatan dapat mendorong
remaja untuk lebih mampu bergaul dengan teman sebaya.
i. Pengendalian Emosi
Merupakan suatu kemampuan untuk meredam gejolak emosi sehingga
bermanifestasi dalam perilaku yang terkendali. Remaja harus mengembangkan
keterampilan sosial ini karena dalam kehidupan sehari-hari diperlukan
kemampuan mengontrol emosi, mengendalikan diri agar mampu menghadapi
situasi yang emosional dengan tenang. Tidak berkembangnya keterampilan
sosial ini pada remaja menyebabkan remaja mudah marah, agresif, tidak
205
tenang dan mudah tersinggung. Target pengembangan keterampilan sosial ini
adalah kemampuan untuk meredam gejolak emosi dan melatih pengungkapan
emosi secara positif.
Kompetensi ini dapat digunakan oleh tenaga kesehatan pada kasus
misalnya remaja yang pemarah, mudah sedih, tersinggung dan lainnya.
Petugas kesehatan dapat mendorong remaja untuk mampu mengendalikan
emosi dengan berbagai cara yang positif.
j. Mengatasi Stres
Kemampuan mengatasi stres adalah kemampuan pengenalan sumber
yang menyebabkan stres dalam kehidupan, bagaimana efeknya dan cara
mengontrol diri terhadap stres. Remaja harus mengembangkan keterampilan
sosial ini, karena dalam kehidupan sehari-hari mereka masih rentan dalam
menghadapi kesulitan dan kegagalan yang membutuhkan kemampuan
bertahan dan bangkit dari keterpurukan, agar cepat pulih dan melakukan
pengembangan diri. Tidak berkembangnya keterampilan sosial ini pada remaja
menyebabkan mereka menjadi lamban, pasif, tidak termotivasi, dan tidak
berdaya. Target pengembangan keterampilan sosial ini pada remaja adalah
ketegaran (resiliensi).
Kompetensi ini dapat digunakan oleh tenaga kesehatan pada kasus
misalnya remaja yang tidak mempunyai kemampuan mengatasi stres secara
positif dalam kehidupan dan cenderung mengalami masalah. Petugas
kesehatan dapat mendorong remaja untuk menggali kemampuan dan cara-
cara mengatasi stres dalam kehidupan seperti menyalurkan hobi, berlibur,
curhat dengan teman, relaksasi, dan lain-lain.
206
Keterampilan yang ingin dikembangkan :
a. Berpikir kritis
b. Pemecahan masalah
c. Pengambilan keputusan
Keterampilan tersebut perlu dikembangkan untuk memahami penyebab
penyalahgunaan narkoba, kondisi awal penyalahgunaan narkoba, faktor
pendorong penyalahgunaan narkoba dan tahap-tahap penyalahgunaan narkoba.
Ada beberapa faktor pendorong penyalahgunaan narkoba:
a. Faktor Indvidu
Penyalahgunaan obat dipengaruhi oleh: keadaan mental, kondisi fisik dan
psikologis seseorang. Kondisi mental seperti gangguan kepribadian,
depresi, dan retardasi mental dapat memperbesar kecenderungan
seseorang untuk menyalahgunakan narkoba. Faktor individu ditentukan
oleh dua aspek yaitu:
- Aspek biologis
Para ahli menunjukkan bukti-bukti bahwa faktor genetika berperan
pada alkoholisme serta pada beberapa bentuk perilaku yang
menyimpang dan antisosial termasuk penyalahgunaan zat. Juga
kelainan-kelainan biokimiawi yang spesifik didapatkan pada orang-
orang yang mengalami ketergantungan obat atau alkohol.
- Aspek psikologis
Karakteristik perkembangan remaja dapat mendorong
penyalahgunaan obat seperti keinginan mencoba-coba, eksplorasi
seksual, mencari identitas diri, kurang percaya diri, keinginan diterima
oleh teman sebaya, dan ketidakmampuan mengelola masalah/stress
yang dihadapi.
b. Faktor Zat Psikoaktif
Hanya zat yang memiliki khasiat tertentu dapat menyebabkan
penyalahgunaan obat, selain faktor pengalaman, harapan pemakai dan
dosis yang digunakan.
c. Faktor Lingkungan
Beberapa faktor sosiologis yang dianggap dapat menyebabkan
penyalahgunaan zat:
- Hubungan dalam keluarga
Kualitas hubungan anggota keluarga yang tidak harmonis dapat
menyebabkan penyalahgunaan zat atau obat terlarang misalnya ibu
yang dominan, terlalu melindungi dan ayah yang memisahkan diri dan
tidak mau terlibat dalam keluarga. Selain itu, kebiasaan
penyalahgunaan obat oleh anggota keluarga lain juga ikut
mempengaruhi. Penyalahgunaan zat ini juga meningkatkan prevalensi
depresi dan aktivitas seksual dikalangan remaja.
- Pengaruh teman
Tekanan teman sebaya sangat mempengaruhi penyalahgunaan
narkoba. Selain itu, hukuman oleh kelompok sebaya terhadap
temannya yang ingin berhenti dari pemakaian narkoba dirasakan lebih
berat daripada bahaya penggunaan narkoba.
- Pengaruh lingkungan
Penyalahgunaan obat terlarang diakui sebagai salah satu sumber
penerimaan seseorang di lingkungan tertentu dan selanjutnya akan
diperkuat oleh budaya penggunaan yang ada di lingkungan tersebut.
207
c. Pemecahan masalah
d. Pengambilan keputusan
Gaya hidup menunjuk pada frame of reference (kerangka acuan) yang
dipakai seseorang dalam bertingkah laku. Setiap individu umumnya berusaha
membuat seluruh aspek hidupnya mengikuti suatu pola tertentu dan mengatur
strategi bagaimana ia ingin dipersepsi oleh orang lain. Setiap orang memiliki
gaya hidup yang berbeda dan biasanya diwarnai oleh agama yang dianut, suku
bangsa, tingkat pendidikan, sosial ekonomi dan kewarganegaraan.
Masa remaja merupakan masa kehidupan yang paling menarik bagi
semua orang pada umumnya. Sesuai dengan usianya, remaja sedang
mengalami perkembangan fisik, mental dan sosial yang pesat. Dalam
perkembangan sosialnya remaja ingin tampil baik dan sempurna. Untuk itu,
mereka akan memenuhi segala kebutuhannya agar mendukung penampilannya
seperti pakaian, alat kosmetik bahkan teman dalam bergaul.
Keadaan ini dimanfaatkan oleh para produsen untuk mengambil
keuntungan dengan cara menjual produk yang dibutuhkan remaja untuk tampil
menarik melalui iklan media cetak maupun elektronik yang dibuat sedemikian
rupa untuk membujuk remaja membeli. Apabila remaja kurang atau tidak
memiliki pengetahuan tentang nilai-nilai hidup yang bermanfaat maka mereka
mudah terpengaruh oleh tawaran tersebut, misalnya iklan obat menurunkan
berat badan dengan bintang iklan yang tampil langsing dan cantik akan
membuat remaja terpengaruh untuk mengikuti model dengan mengkonsumsi
obat pelangsing tersebut, terkadang tanpa memperhatikan kandungan zat
berbahaya yang mengganggu keseimbangan tubuhnya. Remaja perlu
ditegaskan bahwa mereka merupakan sasaran empuk produsen dalam menjual
barang.
208
a. Meningkatkan pengetahuan tentang kesehatan reproduksi dan kesehatan
seksual.
b. Menunda untuk memulai melakukan hubungan seksual pada remaja yang
belum aktif secara seksual.
c. Meningkatkan penggunaan kondom dan menurunkan jumlah pasangan
seksual pada remaja yang sudah aktif secara seksual.
d. Meningkatkan kepedulian dan upaya pencegahan Penyakit Menular
Seksual termasuk HIV/AIDS.
e. Meningkatkan kemampuan berkomunikasi dengan pasangan setelah
menikah.
f. Meningkatkan penggunaan kontrasepsi setelah menikah.
209
4. Gunakan kata-kata yang konkret serta kalimat yang singkat dan sederhana.
5. Gunakan stimulasi visual seperti gambar, video, tulisan atau alat peraga.
6. Gunakan isyarat yang umum untuk menunjang komunikasi.
7. Bila memungkinkan menggunakan demonstrasi atau bahasa tubuh yang
ekspresif.
8. Mengajak berbicara dengan hal-hal yang konkret.
9. Menyampaikan informasi secara konsisten.
10. Bila dibantu dengan bahasa isyarat dan teknik membaca ujaran (lips
reading), petugas kesehatan perlu mengetahui bahasa isyarat yang
berkaitan dengan kesehatan reproduksi seperti pacaran, berpelukan,
berciuman, menikah, bersetubuh, hamil, melahirkan, dan menyusui.
11. Petugas kesehatan harus teliti dan cermat dalam menyampaikan pesan
dan menangkap respon dari remaja penyandang disabilitas rungu wicara
karena mereka berbicara tidak menggunakan struktur bahasa yang benar.
C. POKOK BAHASAN 3
Konseling Pada Usia Sekolah dan Remaja
1. Pengertian, Tujuan dan Dasar-dasar Konseling
Konseling adalah proses pemberian bantuan dari seorang konselor kepada
seorang atau sekelompok orang (klien) agar dapat memahami masalahnya dan
mengambil keputusan dalam menyelesaikan masalah tersebut. Konseling
merupakan salah satu teknik untuk membantu orang sehingga ia mampu
menyelesaikan masalah dan membuat keputusan dengan memahami fakta-fakta
dan emosi yang terlibat.
Orang yang memberikan konseling disebut konselor dan yang diberi
konseling disebut klien. Dalam konseling terjadi proses hubungan saling membantu
dan bekerjasama antara konselor dan klien remaja dalam situasi tatap muka dan
kedudukan yang setara sebagai upaya menolong klien remaja untuk
menyelesaikan masalah tertentu dalam kehidupannya, agar lebih mengerti dirinya
dan lebih dapat menyesuaikan diri.
Konseling dapat dilakukan secara individual maupun kelompok. Kelebihan
konseling kelompok adalah memberikan kesempatan klien untuk belajar dari
pengalaman orang lain.
Konseling kesehatan remaja adalah konseling yang diberikan oleh konselor
kepada seorang klien remaja atau kelompok remaja yang membutuhkan teman
bicara untuk mengenali dan memecahkan masalahnya.
Materi percakapan konseling disesuaikan dengan umur remaja,
perkembangan fisik, mental dan permasalahannya, seperti masalah gizi (anemia,
kegemukan, gizi kurang), pacaran, kesulitan belajar, kesehatan reproduksi secara
umum, HIV/AIDS, Infeksi Menular Seksual (IMS), Infeksi Saluran Reproduksi (ISR),
Kehamilan Tak Diinginkan (KTD), penyalahgunaan NAPZA dll.
Dalam menjangkau remaja agar dapat memanfaatkan layanan konseling di
Puskesmas, penyelenggara Pelayanan Kesehatan Peduli Remaja (PKPR) ataupun
di fasilitas kesehatan lain, terkadang bukanlah suatu hal yang mudah. Remaja
cenderung membutuhkan seseorang yang dapat dipercaya sehingga membuat
mereka merasa nyaman untuk membicarakan masalahnya. Oleh karena itu,
memerlukan kesabaran tenaga kesehatan dalam berproses.
210
mengembangkan alternatif pemecahan masalah dan mampu membuat orang
lain tersebut mengambil keputusan atas permasalahannya.
c. Suasana/atmosfer konseling kesehatan remaja
Dalam melaksanakan konseling membutuhkan suasana/atmosfer psikologis
yang positif, yaitu:
- Adanya kepercayaan dari klien remaja terhadap konselor
- Adanya keterbukaan dan kejujuran klien remaja dalam mengekspresikan
diri
211
3) Empati
Upaya dan kemampuan untuk mengerti, menghayati dan menempatkan
diri pada posisi orang lain tanpa memasukkan nilai pribadi kita kepada
orang tersebut
c. Akhiri konseling pada saat klien merasa aman
• Return – Undang
Bertujuan untuk mengevaluasi proses konseling apakah sudah sesuai dengan
kebutuhan klien sebaya. Selain itu juga untuk mengakhiri proses konseling
(terminasi) dengan tetap membuka kesempatan bagi klien sebaya untuk
tindak lanjut atau kembali jika diperlukan.
Syarat Konselor
a. Menerima klien apa adanya
b. Bersifat optimis
c. Mampu simpan rahasia
d. Sansitif menilai
e. Mampu beri informasi
f. Fleksibel
g. Dapat menghargai orang lain
h. Mampu jadi tempat bergantung
i. Terbuka dan jujur
j. Bersikap tidak menilai
k. Percaya diri
l. Punya rasa humor
m. Pendengar yang baik
n. Terampil dalam membantu
o. Dapat berempati
212
Berikut ini merupakan uraian teknik konseling untuk kasus-kasus kesehatan
remaja:
a. Kesulitan Belajar
b. Masalah Gizi
Masalah kekurangan dan kelebihan gizi pada remaja merupakan
masalah penting, karena selain mempunyai resiko penyakit tertentu juga dapat
mempengaruhi kebugaran dan daya konsentrasi remaja. Ada beberapa
213
masalah gizi yang sering dijumpai pada remaja, yaitu: Anemia, Kurang Energi
Kronik (KEK) dan Gizi Lebih (obesitas). Materi lengkap tentang permasalahan
gizi dapat dilihat pada pokok bahasan materi inti 4 tentang pencegahan
masalah gizi.
Teknik Konseling Masalah Gizi
Topik Masalah Gizi
Tujuan Konseling • Mengenali permasalahan gizi
• Mencari penyebab masalah gizi
• Membantu mencari solusi permasalahan
Greet Mengucapkan salam dan berkenalan (jika belum saling
kenal), untuk mencairkan suasana
Ask • Mengidentifikasi mulai timbulnya masalah gizi
• Mengidentifikasi faktor yang mempengaruhi
timbulnya masalah gizi
- Pola makan
- Psikologis/stress, meniru idola
- Keluhan penyakit (kecacingan, malaria, TB, dan
infeksi kronis)
Tell Memberikan informasi gizi yang dibutuhkan klien remaja
Help • Mendiskusikan upaya yang dapat dilakukan untuk
mengatasi masalah gizi sehingga klien remaja
mampu menentukan pilihan upaya yang bisa
dilakukan untuk mengatasi masalah gizi
• Mendorong klien remaja melakukan pilihan solusi
yang telah disepakati
Explain • Mendiskusikan langkah-langkah apa yang perlu
dilakukan klien remaja setelah mengambil keputusan
untuk mengatasi masalah gizi
• Setelah klien remaja mengambil kepuitusan,
konselor perlu mengingatkan risiko keputusan yang
telah diambil
Return • Mengevaluasi apakah proses konseling sudah
sesuai dengan kebutuhan klien remaja
• Mengidentifikasi informasi berkelanjutan konseling
dan rujukan:
- Apakah klien remaja perlu dirujuk kepada
seseorang ahli seperti dokter, ahli gizi, psikolog
dan psikiater
- Apakah konselor perlu memfasilitasi komunikasi
antara lain dengan orang tua atau orang
terdekat lainnya
- Apakah konseling perlu dirujuk pada layanan
rujukan
• Mengukur keberhasilan dan perubahan positif
terhadap upaya yang telah dilakukan klien remaja
untuk mengatasi masalah gizi pada akhir sesi ke 2
214
dan sesi berikutnya (control)
• Membuka kesempatan klien remaja untuk kembali
konseling jika diperlukan.
c. Kesehatan Reproduksi
215
- Apakah konseling perlu dirujuk pada layanan
rujukan
• Mengukur keberhasilan dan perubahan positif
terhadap upaya yang telah dilakukan klien remaja
untuk mengatasi masalah tumbuh kembang akhir
sesi ke 2 dan sesi berikutnya (control)
• Membuka kesempatan klien remaja untuk kembali
konseling jika diperlukan.
216
dan psikiater
- Apakah konselor perlu memfasilitasi komunikasi
antara lain dengan orang tua atau orang
terdekat lainnya
- Apakah konseling perlu dirujuk pada layanan
rujukan
• Mengukur keberhasilan dan perubahan positif
terhadap upaya yang telah dilakukan klien remaja
untuk mengatasi masalah kesehatan reproduksi
pada akhir sesi ke 2 dan sesi berikutnya (control)
• Membuka kesempatan klien remaja untuk kembali
konseling jika diperlukan.
Dalam mempermudah tugas pelaksana konseling di lapangan, maka pada
remaja penyandang disabilitas, petugas kesehatan harus melibatkan
pendamping pada semua tahapan yang dilakukan.
Bahan Bacaan :
Pelayanan Kesehatan Reproduksi bagi Remaja Penyandang Disabilitas
Netra dan Rungu Wicara
Kondisi kesehatan reproduksi yang diharapkan dimiliki oleh remaja
penyandang disabilitas netra dan rungu wicara tidak berbeda dengan kondisi
kesehatan reproduksi yang diharapkan pada remaja lainnya. Kesehatan
reproduksi remaja adalah suatu keadaan sejahtera fisik, mental, dan sosial
pada remaja, yang mencakup :
• Kemampuan untuk memutuskan tidak melakukan hubungan seksual
dan/atau hamil pada usia terlalu muda; serta
• Keadaan terbebas dari tindakan aborsi tidak aman, penyakit menular
seksual, kekerasan seksual, dan perkosaan.
217
kesehatan reproduksi dan layanan kesehatan repproduksi yang dibutuhkan
berbagai kelompok remaja.
218
d. NAPZA
Teknik Konseling Penyalahgunaan Narkotika, Psikotropika dan Zat Aditif
(NAPZA)
Topik Penyalahgunaan Narkotika, Psikotropika dan Zat
Aditif (NAPZA)
Tujuan Konseling • Penyalahgunaan NAPZA mampu mengidentifikasi
permasalahan yang menyebabkan dirinya
menyalahgunakan NAPZA
• Penyalahguna NAPZA mampu mengmbil langkah-
langkah menyelesaikan masalah interpersonal dan
emosionalnya
• Penyalahgunaan NAPZA mampu mengambil
keputusan untuk mengatasi ketergantungan
• Penyalahguna NAPZA memahami jenis-jenis dan
dampak dari penyalahguna NAPZA
Greet Mengucapkan salam dan berkenalan (jika belum saling
kenal), untuk mencairkan suasana
Ask • Mengidentifikasi perilaku berisiko klien remaja
• Konselor dapat melakukan penggalian latar
belakang klien remaja menyalahgunakan NAPZA,
jenis yang digunakan, intensitas penggunaan,
tahapan penggunaan dan mengidentifikasi orang-
orang terdekat klien remaja yang dapat
memberikan dukungan emosional terhadap klien
remaja.
Tell • Mendiskusikan upaya yang dapat dilakukan untuk
mengatasi masalah penyalahgunaan NAPZA
sehingga klien remaja mampu menentukan pilihan
upaya yang bisa dilakukan untuk mengatasi
penyalahgunaan NAPZA
• Mendorong klien remaja melakukan pilihan solusi
yang telah disepakati
Help • Mendiskusikan upaya yang dapat dilakukan untuk
mengatasi masalah gizi sehingga klien remaja
mampu menentukan pilihan upaya yang bias
dilakukan untuk mengatasi masalah gizi
• Mendorong klien remaja melakukan pilihan solusi
yang telah disepakati
Explain • Mendiskusikan langkah-langkah yang perlu
dilakuakn klien remaja setelah mengambil
keputusan untuk mengatasi penyalahgunaan
NAPZA
• Setelah klien remaja mengambil keputuan, konselor
perlu mengingatkan risiko keputusan yang telah
diambil
Return • Mengevaluasi apakah proses konseling sudah
sesuai dengan kebutuhan klien remaja
• Mengidentifikasi informasi berkelanjutan konseling
dan rujukan:
- Apakah klien remaja perlu dirujuk kepada
219
seseorang ahli seperti dokter, ahli gizi, psikolog
dan psikiater
- Apakah konselor perlu memfasilitasi
komunikasi antara lain dengan orang tua atau
orang terdekat lainnya
- Apakah konseling perlu dirujuk pada layanan
rujukan
• Mengukur keberhasilan dan perubahan positif
terhadap upaya yang telah dilakukan klien remaja
untuk mengatasi penyalahgunaan NAPZA pada
akhir sesi ke 2 dan sesi berikutnya (control)
• Membuka kesempatan klien remaja untuk kembali
konseling jika diperlukan.
Bahan Bacaan:
1) Pengertian NAPZA
NAPZA merupakan singkatan dari Narkotika, Psikotropika dan Zat-zat
aditif lainnya.Secara umum NAPZA adalah zat-zat kimiawi yang apabila
dimasukkan ke dalam tubuh dapat mempengaruhi pikiran, suasana hati
atau perasaan dan perilaku seseorang (WHO, 1982).
220
(withdrawal timbul akibat penghentian atau pengurangan dosis
syndrome) pemakaian, yang sebelumnya sudah digunakan
secara teratur.
Craving (sakau) Keadaan sangat menginginkan obat/sakau
Adiksi Suatu keadaan kebutuhan fisik atau psikis/jiwa
(ketergantungan) terhadap NAPZA yang terjadi sebagai akibat
pemakaian NAPZA secara terus menerus dan
berlebihan. Ketergantungan fisik ditunjukkan oleh
adanya toleransi dan gejala putus obat.
Ketergantungan psikis/jiwa adalah
keinginan/dorongan yang tidak tertahankan untuk
memakai zat. Hal ini disebut juga ketagihan atau
sugesti.
2) Jenis-Jenis/Penggolongan NAPZA
Berdasarkan Undang-Undang:
• Narkotika dibagi menjadi 3 golongan
- Golongan I: narkotika yang hanya dapat digunakan untuk tujuan
ilmu pengetahuan dan mempunyai potensi sangat tnggi
menimbulkan ketergantungan (contoh: heroin, kokain, ganja).
- Golongan II: narkotika yang berkhasiat pengobatan digunakan
sebagai pilihan terakhir untuk terapi dan mempunyai potensi tinggi
mengakibatkan ketergantungan (contoh: metadon, morfin,
petidin).
- Golongan III: narkotika yang berkhasiat pengobatan dan banyak
digunakan dalam terapi dan mempunyai potensi ringan
mengakibatkan ketergantungan (contoh: kodein, bufrenorfin).
• Psikotropika, dibagi menjadi 4 golongan:
- Golongan I: hanya dapat digunakan untuk kepentingan ilmu
pengetahuan dan mempunyai potensi amat kuat menimbulkan
sindroma ketergantungan (contoh: ekstasi, shabu, LSD).
- Golongan II: berkhasiat pengobatan dan dapat digunakan dalam
terapi serta mempunyai potensi kuat untuk menimbulkan
sindroma ketergantungan.
- Golongan III: berkhasiat pengobatan dan banyak digunakan
dalam terapi serta mempunyai potensi ringan menimbulkan
sindroma ketergantungan (contoh: fenobarbital, flunitrazepam).
- Golongan IV: berkhasiat pengobatan dan sangat luas digunakan
dalam terapi serta berpotensi ringan menimbulkan
ketergantungan (contoh: diazepam, klordiazepoksid, pil KB, pil
Koplo, Mogadon, dan lain-lain).
• Zat aditif lainnya, meliputi:
- Minuman beralkohol
- Inhalansia (gas yang dihirup) dan solven (zat pelarut) contoh: lem,
tiner, penghapus cat kuku, bensin
- Tembakau
Menurut efek terhadap susunan saraf pusat yang ditimbulkannya terbagi
kedalam 3 golongan:
• Depresan: jenis obat atau zat yang berfungsi mengurangi aktivitas
fungsional tubuh. Obat jenis ini dapat membuat si pemakai merasa
tenang, pendiam dan bahkan tertidur atau tak sadarkan diri. Contoh:
opium, morfin, heroin, kodein, dan lain-lain.
221
• Stimulant: jenis obat atau zat yang dapat merangsang fungsi tubuh
dan meningkatkan kegairahan kerja (segar dan bersemangat).
Contoh: ekstasi, kafein, kokain, amfetamin.
• Halusinogen: jenis obat atau zat yang dapat menimbulkan efek
halusinasi yang bersifat merubah perasaan dan pikiran dan seringkali
dengan menciptakan daya pandang yang berbeda sehingga seluruh
perasaan dapat terganggu. Contoh: ganja, LSD dan lain-lain.
Ketiga efek diatas sangat berbahaya, karena mengganggu lingkungan
sosial.
222
Penyebab penyalahgunaan NAPZA secara umum dapat diuraikan menurut
3 aspek dalam kolom di bawah ini:
Individu Zat Lingkungan
• Coba-coba • Merubah pikiran • Hubungan keluarga
• Penilaian diri • Merubah suasana kurang harmonis
yang negatif hati • Orang ua yang
• Ingin diterima • Merubah perasaan permisif atau terlalu
dalam kelompok • Menimbulkan otoriter
• Ikut tren ketergantungan • Pengaruh teman
• Kenikmatan • Mudah didapat sebaya
sesaat • Pergeseran nilai
• Cari perhatian dalam masyarakat
• Identitas diri • Pengangguran
• Pelarian dari • Lingkungan yang
masalah individualistic
• Membangkitkan • Lingkungan yang
keberanian rawan narkoba
• Ikut tokoh idola (ada pengedar,
• Hambatan kemudahan
perkembangan mendapat obat,
psikoseksual lemahnya
penegakan hukum)
• Kurang pendidikan
keagamaan
• Sekolah kurang
disiplin, tidak tertib,
tidak memberi
fasilitas bagi
penyaluran minat
dan bakat anak
• Penegakan hukum
yang kurang
konsisten
223
• Faktor pelindung (yang menghindari penyalahgunaan NAPZA), yaitu
remaja yang mempunyai karakteristik atau ciri-ciri sebagai berikut:
- Sehat secara fisik maupun mental
- Mempunyai kemampuan adaptasi sosial yang baik
- Memiliki sifat jujur dan bertanggung jawab
- Mempunyai cita-cita yang rasional
- Dapat mengisi waktu senggang secara positif
- Perhatian orang tua yang positif
• Faktor Risiko (yang mendorong terjadinya penyalahgunaan NAPZA) yaitu
remaja yang mempunyai karakteristik atau ciri-ciri sebagai berikut:
- Mempunyai sifat mudah kecewa dan untuk mengatasinya cenderung
agresif dan destruktif
- Bila mempunyai keinginan tidak bisa menunggu, menuntut kepuasan
segera
- Pemborosan, sering merasa tertekan, murung dan tidak sanggup
berfungsi dalam hidup sehari-hari
- Suka mencari sensasi, melakukan hal-hal berbahaya atau
mengandung risiko
- Kurang dorongan untuk berhasil dalam pendidikan, pekerjaan atau
kegiatan lain, prestasi belajar buruk, partisipasi pada kegiatan
ekstrakurikuler kurang, kurang berolahraga dan cenderung makan
berlebihan
- Mempunyai rasa rendah diri, kecemasan, obsesi, apatis, menarik diri
dari pergaulan, depresi, kurang mampu menghadapi stress, hiperaktif
- Ada riwayat penyimpangan perilaku, hubungan seksual dini, putus
sekolah dan perilaku anti sosial pada usia dini (agresivitas, berbohong,
mencuri, mengabaikan peraturan, merokok)
- Merasa hubungan dalam keluarga kurang dekat, ada keluarga yang
alkoholik atau pemakai obat-obatan
- Berteman dengan alkoholik/penyalahgunaan zat psikoaktif, kehidupan
agama yang kurang religious
.
3) Tingkat Pemakaian NAPZA
• Pemakaian coba-coba
Sekedar mencoba dan memenuhi rasa ingin tahu. Sebagian besar
pemakai akan berhenti dan sebagian lainnya akan meneruskan pada
tingkatan berikutnya
• Pemakaian Sosial/Rekreasi
Hanya untuk bersenang-senang saat bertemu dengn teman di pesta,
rekreasi atau santai. Sebagian pemakai akan tetap pada tahap ini,
tetapi sebagian lagi akan meningkat pada tingkatan berikutnya
• Pemakaian Situasional
Pemakaian zat pada saat mengalami situasi tertentu (misalnya
merasa kecewa, sedih dan tegang) dengan tujuan untuk
menghilangkan perasaan tersebut
• Penyalahgunaan (Abuse)
Pemakaian sebagai suatu pola penggunaan yang bersifat patologik
ditandai oleh intoksikasi (efek racun) sepanjang hari, tak mampu
mengurangi atau menghentikan, berusaha berulangkali
mengendalikan, terus menggunakan walaupun sakit fisiknya kambuh.
• Ketergantungan
Telah terjadi toleransi dan gejala putus zat, bila pemakaian zat
dihentikan atau dikurangi dosisnya.
224
4) Dampak Penyalahgunaan NAPZA
Dampak penyalahgunaan NAPZA berupa gangguan fisik, gangguan
mental emosional dan memburuknya kehidupan sosial.
a. Gangguan fisik, dapat disebabkan oleh hal sebagai berikut:
• Akibat zat itu sendiri, misalnya:
- Opioda: kemandulan, ganguan haid, impotensi dan sulit buang
air besar berkepanjangan
- Alkohol: gastritis, perdarahan lambung, perlemakan hati,
pengerasan hati, gangguan metabolisme lemak, kerusakan
jaringan otak, dll.
- Ganja: bronchitis, gangguan aliran darah jantung, dll
- Kokain:a nemia, kurang gizi, kehilangan berat badan karena
tidak nafsu makan, dll
- Amfetamin: sama dengan kokain
- Kafein: tukak lambung, jantung berdebar dan tekanan darah
tinggi
• Akibat bahan campuran atau pelarut: sering terdapat pada
pemakaian parenteral (suntik) misalnya emboli menyebabkan
infark paru atau kebutaan (emboli pembuluh darah retina)
• Akibat cara pemakaian jarum suntik yang tidak steril: pengguna
jarum suntik sangat berbahaya jika alat suntik yang digunakan
dipakai bersama-sama, karena dapat menularkan virus HIV,
hepatitis B, hepatitis C, menyebabkan sepsis, abses, selulitis,
endokarditis, tromboflebitis, HIV dan AIDS
• Akibat pertolongan salah: pada keadaan tidak sadarkan diri,
keluarga sering member minum air sehingga air masuk kedalam
saluran nafas mengakibatkan radang paru
• Akibat cara hidup kurang bersih: Penyakit kulit, gigi, anemia dan
kurang gizi
b. Gangguan mental emosional: gangguan membaca, berbahasa,
berhitung serta menghambat keterampilan sosial. Memburuknya
kehidupan sosial: hubungan dengan keluarga menjadi buruk, mulai
menjual barang, mencuri, tindak criminal, dll.
a. Kehamilan
Teknik Konseling Kehamilan Tidak Diinginkan
Topik Kehamilan Tidak Diinginkan
Tujuan Konseling Klien remaja mampu menerima dan menjaga kesehatan
diri dan kehamilannya
Greet Mengucapkan salam dan berkenalan (jika belum saling
kenal), untuk mencairkan suasana
Ask Mengidentifikasi kesiapan klien menghadapi
kehamilannya
Tell • Memberikan informasi konsekuensi melanjutkan
kehamilan
• Memberikan informasi konsekuensi melakukan
aborsi
• Memberikan informasi pentingnya menjaga
kehamilan, seperti kontrol kehamilan secara rutin,
dan lain-lain sesuai kebutuhan klien remaja
Help • Menentukan pilihan upaya yang bisa dilakukan klien
remaja untuk menjaga kesehatan diri dan
kehamilannya
225
• Mendorong klien berani melakukan pilihan solusi
yang telah disepakati
Explain • Mendiskusikan langkah-langkah yang perlu
dilakuakn klien remaja setelah mengambil keputusan
untuk mengatasi masalah kehamilan tidak diinginkan
• Setelah klien remaja mengambil keputuan, konselor
perlu mengingatkan risiko keputusan yang telah
diambil
Return • Mengevaluasi apakah proses konseling sudah
sesuai dengan kebutuhan klien remaja
• Mengidentifikasi informasi berkelanjutan konseling
dan rujukan:
- Apakah klien remaja perlu dirujuk kepada
seseorang ahli seperti dokter, ahli gizi, psikolog
dan psikiater
- Apakah konselor perlu memfasilitasi komunikasi
antara lain dengan orang tua atau orang
terdekat lainnya
- Apakah konseling perlu dirujuk pada layanan
rujukan
• Mengukur keberhasilan dan perubahan positif
terhadap upaya yang telah dilakukan klien remaja
untuk mengatasi masalah kehamilan tidak diinginkan
akhir sesi ke 2 dan sesi berikutnya (control)
• Membuka kesempatan klien remaja untuk kembali
konseling jika diperlukan.
226
Tell Memberikan informasi mengenai tanda-tanda,
penyebab, dampak depresi, dan lain-lain yang
dibutuhkan klien remaja
Help • Mendiskusikan upaya yang dapat dilakukan untuk
mengatasi masalah depresi sehingga klien remaja
mampu menentukan pilihan upaya yang bias
dilakukan untuk mengatasi masalah tersebut
Explain • Mendiskusikan langkah-langkah yang perlu
dilakukan klien remaja setelah mengambil keputusan
untuk mengatasi masalah depresi
• Setelah klien remaja mengambil keputusan, konselor
perlu mengingatkan risiko keputusan yang telah
diambil
Return • Mengevaluasi apakah proses konseling sudah
sesuai dengan kebutuhan klien remaja
• Mengidentifikasi informasi berkelanjutan konseling
dan rujukan:
- Apakah klien remaja perlu dirujuk kepada
seseorang ahli seperti dokter, ahli gizi, psikolog
dan psikiater
- Apakah konselor perlu memfasilitasi komunikasi
antara lain dengan orang tua atau orang
terdekat lainnya
- Apakah konseling perlu dirujuk pada layanan
rujukan
• Mengukur keberhasilan dan perubahan positif
terhadap upaya yang telah dilakukan klien remaja
untuk mengatasi masalah depresi akhir sesi ke 2 dan
sesi berikutnya (control)
• Membuka kesempatan klien remaja untuk kembali
konseling jika diperlukan.
Bahan Bacaan:
1.) Pengertian Depresi
Gangguan depresi adalah perasaan sedih atau tertekan yang
menetap. Perasaan tertekan sedemikian beratnya sehingga yang
bersangkutan tak dapat melaksanakan fungsi sehari-hari sebagaimana
mestinya. Ia merasa putus asa dan tak ada lagi kenikmatan untuk
melakukan kegiatan yang biasa ia lakukan.
Keluarga atau kerabat seringkali tidak menyadari adanya depresi,
dan menyuruh orang tersebut untuk melawan perasaannya. Hal ini hanya
akan memperburuk keadaannya. Kadang-kadang depresi juga tampil
dalam bentuk keluhan fisik yang beragam, sehingga orang juga
dihadapkan pada pemeriksaan fisik yang bermacam-macam walaupun
akhirnya tidak ditemukan kelainan pada organ tubuh.
Gangguan depresi harus dibedakan dengan perasaan sedih biasa.
Semua orang pada saat tertentu dapat merasa sedih dan tidak bahagia.
Apabila kehilangan orang yang dicintai, orang akan merasa sedih yang
mendalam. Rasa sedih dan berkabung yang demikian adalah normal dan
merupakan reaksi sementara menghadapi stress dalam kehidupan. Orang
tersebut masih dapat melaksanakan fungsi dalam kehidupan sehari-hari
dan dengan berlalunya waktu, perasaan ini juga akan menghilang.
227
Seseorang yang menderita depresi akan mengalami gejala, baik fisik
maupun mental emosional. Berikut ini gejala depresi yang membutuhkan
pertolongan:
• Suasana perasaan
Merasa sedih, murung, kehilangan minat dan rasa senang terhadap
pekerjaan yang biasa dilakukan. Sering pula merasa rendah diri, mudah
tersinggung, mengalami rasa cemas dan panik bahwa sesuatu yang
buruk akan terjadi
• Pikiran
Isi pikiran biasanya tentang kegagalan dan kesalahan. Orang tersebut
cenderung menyalahkan diri sendiri terhadap kegagalan yang terjadi.
Sulit memusatkan perhatian dan daya ingat menjadi terganggu.
Kadang-kadang timbul pikiran ingin mati
• Keluhan fisik
Rasa lelah berkepanjangan, gangguan tidur (sulit tidur atau terlalu
banyak tidur atau bangun dini hari dan tidak dapat tidur kembali),
gangguan makan (tidak nafsu makan atau terlalu banyak makan),
kehilangan minat seksual, rasa sakit dan nyeri di leher dan punggung,
sakit kepala, nyeri di dada dan keluhan di perut serta keluhan fisik
lainnya dari ujung rambut ke ujung kaki. Beberapa orang yang
mengalami depresi, hanya mengeluh gangguan fisik dan menolak
adanya masalah emosional atau depresi. Orang ini disebut menderita
depresi terselubung, depresinya tertutup oleh keluhan fisik.
• Kegiatan (aktivitas)
Biasanya orang yang mengalami depresi kegiatannya menjadi
menurun, hanya ingin berbaring di tempat tidur sepanjang hari atau
menarik diri dari pergaulan. Dalam keadaan ini kadang-kadang ada
usaha untuk bunuh diri
• Khusus untuk anak dan remaja
Depresi sering muncul dalam bentuk gangguan tingkah laku, misalnya
menantang, kebut-kebutan, berkelahi atau tingkah laku mencederai diri
sendiri.
Bila mengalami salah satu dari gejala tersebut di atas atau kesedihan yang
tak kunjung hilang, mungkin tidak hanya mengalami kesedihan biasa, tapi
sudah mengalami depresi yang membutuhkan pertolongan.
c. HIV
Teknik Konseling HIV
228
di lingkungan keluarga dan masyarakat
setempat.
• Memastikan bahwa klien remaja memahami
kekurangan dan implikasi hasil tes sebelum
memutuskan untuk melakukan tes HIV
• Memberikan klien remaja waktu yang cukup
untuk mempertimbangkan apakah akan
menjalani tes atau tidak
• Mempersiapkan/membantu klien remaja dalam
menghadapi hasil tes dengan sikap yang baik
bila terbukti terinfeksi HIV. Namun bila hasilnya
negatif, dapat mengarahkan klien remaja untuk
menjaga agar tetap negatif
Greet Mengucapkan salam dan berkenalan (jika belum
saling kenal), untuk mencairkan suasana
Ask • Mengidentifikasi apakah klien remaja mungkin
pernah berada dalam risiko tertular HIV
• Menggali kemungkinan berbagai kerahasiaan
memberitahu hasil tes kepada pasangan, teman
atau keluarga dekat
Tell • Memberikan informasi umum tentang tes HIV
• Memberikan informasi tentang masa jendela
(window period)
• Memberikan informasi tentang penurunan risiko
penularan HIV
• Memberikan informasi tentang pengobatan yang
tersedia
• Memberikan informasi kekurangan dan implikasi
hasil tes sebelum memutuskan untuk melakukan
tes HIV
• Menjelaskan bagaimana kerahasiaan akan
dijaga
• Menginformasikan pentingnya memberitahu
hasil pre tes kepada pasangan atau keluarga
terutama bila hasilnya positif
Help • Mendiskusikan alternatif pemecahan masalah
beserta konsekuensinya sehingga klien remaja
bisa membuat keputusan
• Mengatur strategi dalam menghadapi tes HIV
Explain • Mendiskusikan langkah-langkah yang perlu
dilakukan klien remaja setelah mengambil
keputusan untuk melakukan pre test
• Konselor perlu mengingatkan risiko jika nanti
hasil tesnya positif maupun dampaknya, dalam
hal ini pasangan dan keluarga jika
mengetahuinya
Return • Mengevaluasi apakah proses konseling sudah
sesuai dengan kebutuhan klien remaja
• Mengidentifikasi informasi berkelanjutan
konseling dan rujukan:
- Apakah klien remaja perlu dirujuk kepada
seseorang ahli seperti dokter, ahli gizi,
229
psikolog dan psikiater
-Apakah konselor perlu memfasilitasi
komunikasi antara lain dengan orang tua
atau orang terdekat lainnya
- Apakah konseling perlu dirujuk pada
layanan rujukan
• Membuka kesempatan klien remaja untuk
kembali konseling jika diperlukan.
230
yang telah diambil
Return • Evaluasi/penilaian kebutuhan tes ulang untuk
menentukan tingkat risiko penularan HIV dalam
masa 3 bulan mendatang
• Memotivasi agar klien remaja mau melakukan
tes ulang dalam masa 3 bulan mendatang, pada
klien remaja yang masih mempunyai kebiasaan
berperilaku berisiko tertular HIV
• Mengidentifikasi informasi berkelanjutan
konseling dan rujukan:
- Apakah klien remaja perlu dirujuk kepada
seseorang ahli seperti dokter, ahli gizi,
psikolog dan psikiater
- Apakah konselor perlu memfasilitasi
komunikasi antara lain dengan orang tua
atau orang terdekat lainnya
- Apakah konseling perlu dirujuk pada
layanan rujukan
• Mengukur keberhasilan dan perubahan positif
terhadap upaya yang telah dilakukan klien dalam
mengatasi masalah perilakunya yang berisiko
terhadap penularan HIV pada akhir sesi ke 2
dan sesi berikutnya (control)
• Membuka kesempatan klien remaja untuk
kembali konseling jika diperlukan.
231
terapi untuk menghadapinya
• Menginformasikan pentingnya memberitahu
hasil post tes kepada pasangan atau keluarga
Help • Mendiskusikan upaya yang dapat dilakukan
untuk menghadapi infeksi HIV termasuk
kebutuhan konsultasi dengan dokter yang
kompeten dalam bidang ini dengan alas an:
- Memahami status keuangan klien remaja,
apakah punya asuransi atau tidak untuk
kepentingan pembiayaan perawatnya
- Bahwa perawatan dan pengobatan sangat
penting sebab bisa memberikan peluang
memperpanjang waktu kemungkinan
menjadi AIDS
- Perlunya segera dilakukan pemeriksaan
CD4 dan pemeriksaan laboratorium lainnya
untuk mendapatkan obat ARV.
• Mendiskusikan berbagai implikasi dari hasil tes
positif terhadap pergaulan, pekerjaan dan
kesehatan di masa mendatang
• Mendiskusikan upaya yang dapat dilakukan
untuk mengatasi masalah perilaku berisikonya
sehingga dapat menghindari penularan HIV
kepada orang lain.
• Mendorong klien remaja melakukan pilihan
solusi yang telah disepakati
Explain • Mendiskusikan langkah-langkah yang perlu
dilakuakan klien remaja setelah mengambil
keputusan tentang upaya yang dilakukan untuk
menghadapi hasil tes positif
• Setelah klien remaja mengambil keputusan,
konselor perlu mengingatkan risiko keputusan
yang telah diambil termasuk risiko jika pasangan
dan keluarga mengetahuinya
Return • Mengevaluasi apakah proses konseling sudah
sesuai dengan kebutuhan klien remaja
• Mengidentifikasi informasi berkelanjutan
konseling dan rujukan:
- Apakah klien remaja perlu dirujuk kepada
seseorang ahli seperti dokter, ahli gizi,
psikolog dan psikiater
- Apakah konselor perlu memfasilitasi
komunikasi antara lain dengan orang tua
atau orang terdekat lainnya
- Apakah konseling perlu dirujuk pada
layanan rujukan
• Mengukur keberhasilan dan perubahan positif
terhadap upaya yang telah dilakukan klien dalam
menghadapi infeksi HIV pada akhir sesi ke 2 dan
sesi berikutnya (kontrol)
• Membuka kesempatan klien remaja untuk
kembali konseling jika diperlukan.
232
Bahan Bacaan:
1.) Pengertian HIV/AIDS
HIV (Human Immunodeficiency Virus) adalah virus penyebab
AIDS. Virus ini menyerang sistem kekebalan tubuh manusia dan
melemahkan kemampuan kita untuk melawan segala penyakit yang
datang. Namun demikian, orang yang tertular HIV tidak berarti
langsung jatuh sakit, seseorang bisa hidup dengan HIV dalam
tubuhnya selama bertahun-tahun tanpa merasa sakit atau mengalami
gangguan kesehatan yang serius. Walaupun tampak sehat, kita dapat
menularkan HIV pada orang lain melalui hubungan seks yang tidak
aman, tranfusi darah, pemakaian jarum suntik secara bergantian, dan
lain sebagainya.
AIDS (Acquired Immune Deficiency Syndrome) adalah suatu
kumpulan gejala berkurangnya kemampuan pertahanan diri yang
disebabkan oleh masuknya HIV ke dalam tubuh seseorang. Ini artinya
orang yang mengidap AIDS sangat mudah tertular berbagai macam
penyakit karena sistem kekebalan tubuhnya menurun, penyakit yang
muncul disebut dengan infeksi opportunistik (IO).
3.) Gejala
Gejala penyakit HIV/AIDS yang timbul sesuai dengan perjalanan
penyakit HIV/AIDS itu sendiri, yaitu:
• Fase I (Masa Jendela/Window Period)
Fase dimana tubuh sudah terinfeksi HIV, namun gejala
dan tanda belum terlihat jelas, kadang kala timbul dalam bentuk
influenza. Tetapi pada fase ini sudah dapat menularkan pada
233
orang lain. Lama masa jendela antara 1-3 bulan, bahkan ada
yang berlangsung hingga 6 bulan.
• Fase II (Masa tanpa gejala/Asimptomatik)
Masa tanpa gejala berlangsung rata-rata selama 2 atau 5-
10 tahun setelah terinfeksi HIV. Hasil tes darah terhadap HIV
sudah positif, tetapi belum menunjukkan gejala-gejala sakit.
Terjadi pembengkakan kelenjar getah bening, namun tidak
menjadi perhatian atau dianggap disebabkan penyakit infeksi
lainnya. Orang ini dapat menularkan HIV ke orang lain.
• Fase III (Masa dengan Gejala/Simptomatik)
Pada fase ini biasanya mulai muncul gejala-gejala penyakit
terkait HIV, terdiri dari 4 stadium klinis:
Stadium klinis 1 Stadium klinis 2 Stadium klinis 3 Stadium klinis 4
234
pada anak yang radang panggul simpleks kronik
tidak terinfeksi, berat) (orolabial, genital
kemungkinan • Stomatitis, atau anorektal)
skabies atau gigitan ginggivitis, atau selama >1 bulan,
serangga harus periodontitis atau viseral tanpa
disingkirkan ulseratif melihat lokasi
• Dermatitis seboroik nekrotikans akut ataupun durasi
(Kondisi kulit Kandidiasis
bersisik dan gatal, esophageal
umumnya di daerah
berambut TB ekstraparu
(kulit kepala, aksila,
punggung atas, Sarkoma Kaposi
selangkangan) (Gambaran khas di
• Infeksi jamur pada kulit atau orofaring
kuku (Paronikia berupa bercak
(dasar kuku datar, persisten,
membengkak, berwarna merah
merah dan nyeri) muda atau merah
atau onikolisis lebam, lesi kulit
(lepasnya kuku dari biasanya
dasar kuku) dari berkembang
kuku menjadi plak atau
(warna keputihan, nodul)
terutama di bagian Infeksi
proksimal kuku, sitomegalovirus
dengan penebalan (retinitis atau
dan pelepasan kuku infeksi CMV pada
dari dasar kuku). organ lain kecuali
• Onikomikosis liver, limpa dan
proksimal berwarna KGB)
putih jarang timbul
tanpa disertai Anemi yang tidak Toksoplasmosis
imunodefisiensi) dapat dijelaskan otak
• Hepatosplenomegal (<8g/
i persisten yang dl), netropenia
tidak (<1000/mm3)
dapat dijelaskan dan/atau atau
(Pembesaran hati trombositopenia
dan limpa kronik (<50,000/
tanpa sebab yang mm3, >1
jelas) bulan)
235
seperti buliran beras meningitis)
ukuran kecil, teraba
kasar, atau rata pada
telapak kaki (plantar
warts) wajah, meliputi
> 5% permukaan kulit
dan merusak
penampilan)
Kriptosporidiosis
kronik
Isosporiasis kronik
Mikosis diseminata
(histoplasmosis,
coccidiomycosis)
Septisemia
berulang (termasuk
Salmonella non-
tifoid)
Limfoma (sel B
nonHodgkin atau
limfoma serebral)
236
atau tumor solid
terkait HIV lainnya
Karsinoma serviks
invasive
Leishmaniasis
diseminata atipikal
Nefropati terkait
HIV (HIVAN)
Kardiomiopati
terkait HIV
Malnutrisi, wasting
dan stunting berat
yang tidak dapat
dijelaskan
dan tidak
berespons
terhadap terapi
standar
Infeksi bacterial
berat yang
berulang
(misalnya,
empiema,
piomiositis, infeksi
tulang dan sendi,
meningitis, kecuali
pneumonia)
Kandidiasis
esophagus (atau
trakea, bronkus,
atau paru)
• Infeksi Oportunistik:
Ketika sistem kekebalan tubuh kita sudah sangat lemah,
tubuh tidak dapat lagi melawan kuman-kuman, sehingga timbul
penyakit yang disebut Infeksi Oportunistik. Padahal pada kondisi
normal, kuman-kuman tersebut sangat umum dalam tubuh kita
dan biasanya tidak menyebabkan penyakit.
Infeksi Oportunistik disebabkan oleh berbagai virus, jamur
dan bekteri dan dapat menyerang berbagai organ tubuh.
Beberapa jenis kanker juga dapat timbul karena adanya Infeksi
Oportunistik. Infeksi Oportunistik dapat diobati. Sebagian infeksi
ini juga dapat dicegah dengan obat profilaksis. Contoh Infeksi
opportunistik pada stadium 2 (dua) adalah herpes zoster, keilitis
angularis, erupsi papular pruritik, dermatitis seboroik, dll.
237
Saling setia dan terikat hanya dalam hubungan seksual yang sah
(suami-istri)
• Condom
Menggunakan kondom, terutama kelompok risiko tinggi seperti
pekerja seks komersial dan pelanggan
• Drug
Dianjurkan tidak nge-drug atau memakai NAPZA terutama
NAPZA suntik
• Equipment
Pakai alat-alat yang bersih steril, sekali pakai dan tidak
bergantian, diantaranya jarum suntik, alat cukur, dll (“E” dapat
juga berarti Education, pemberian informasi yang benar).
Manfaat kondom:
• mencegah penularan IMS termasuk HIV.
• membantu mencegah kehamilan.
• memberikan rasa nyaman, wanita tidak terlalu merasa basah di
dalam vaginanya.
• memberikan rasa aman, terhadap kemungkinan tertular atau
hamil.
• menghemat dana untuk perawatan dan obat-obatan bila
seseorang tertular IMS
238
5.) Cara Mendeteksi HIV/AIDS
Cara mendeteksi HIV/AIDS adalah dengan melakukan tes darah
sesuai tahapan perkembangan penyakitnya. Untuk diagnosis, sesuai
dengan prosedur Kementerian Kesehatan RI, dilakukan tes cepat HIV
(Rapid Test) dengan 3 metoda reagen yang berbeda.Sedangkan
untuk menentukan waktu mulai pengobatan ARV, kita menggunakan
tes CD4 dan pemantauan hasil pengobatan mengggunakan tes hitung
viral load (VL).
Konseling dan tes HIV (KT HIV) dilaksanakan dengan 2 metode
yaitu dengan metode VCT dan PITC. VCT (Voluntary Counseling and
Testing for HIV/AIDS) atau KTS (konseling tes sukarela) adalah
konseling dan tes HIV sukarela bukan dengan paksaan maupun
perintah dari orang lain. Tahap-tahap dalam VCT adalah sebagai
berikut:
• Pre test counseling: yaitu konseling yang dilakukan sebelum
dilakukan tes HIV. disini konselor akan menjelaskan semua hal
yang berhubungan dengan HIV/AIDS dan masalah yang ada.
• HIV Test: pada tahap ini dilakukan Tes Diagnosis HIV
• Post Test Counseling: yaitu konseling yang dilakukan setelah
didapatkan hasil tes HIV untuk selanjutnya dapat dilaksanakan
konseling lanjutan.
239
• Connections to, care, treatment and prevention services.
Pasien/klien harus dihubungkan atau dirujuk ke layanan
pencegahan, perawatan, dukungan dan pengobatan HIV yang
didukung dengan sistem rujukan yang baik dan terpantau.
240
3. Konselor Sebaya
Untuk lebih meningkatkan jangkauan pelayanan dalam PKPR, remaja tidak hanya
sebagai sasaran namun juga sebagai pelaku/pelaksana dengan peran mereka
sebagai Konselor Sebaya. Peran konselor sebaya menjadi sangat penting, karena
membuat nyaman teman sebayanya untuk mencurahkan segala permasalahan
yang dihadapi karena dari segi usia, mereka tidak terpaut jauh.
241
MATERI INTI 4
PENCEGAHAN MASALAH GIZI PADA USIA SEKOLAH DAN REMAJA
I. Deskripsi Singkat
Masalah gizi pada anak usia sekolah dan remaja yang umum ditemukan antara lain adalah
kurus (Kekurangan Energi Kronik/KEK), obesitas/kegemukan dan anemia. Data Riskesdas
tahun 2013 menunjukkan prevalensi KEK pada Wanita Usia Subur (WUS) usia 15-49 tahun
sebesar 20,8%. Prevalensi Obesitas berdasarkan indeks IMT/U untuk usia 5-12 tahun
sebesar 8,0%, usia 13-15 tahun sebesar 2,5% dan usia 16-18 tahun sebesar 1,6%.
Sedangkan prevalensi anemia untuk usia 5-14 tahun sebesar 26,4% dan usia 15-24 tahun
sebesar 18,4%.
Pencegahan masalah gizi pada anak usia sekolah dan remaja perlu dilakukan untuk
menjaga anak tetap sehat, berprestasi di sekolah dan menjadi agen perubahan perilaku
sehat bagi keluarga dan masyarakat. Pencegahan tersebut dilaksanakan melalui
pendekatan kepada anak sekolah dan orang-orang terdekatnya (orang tua, guru dan
pengelola sekolah lainnya). Kementerian Kesehatan melalui Permenkes nomor 41 tahun
2014 tentang Pedoman Gizi Simbang mengamanahkan peningkatan kualitas sumber daya
manusia dengan melakukan upaya perbaikan gizi masyarakat melalui penerapan gizi
seimbang.
Materi ini akan membahas tentang Gizi Seimbang, Pengaturan menu makanan sesuai
Pedoman Gizi Seimbang (PGS), Aktivitas Fisik, Kantin sekolah, Peran Warga Sekolah dan
Pencegahan Masalah Gizi pada usia sekolah dan remaja.
Pada modul ini akan dibahas pokok bahasan dan sub pokok bahasan berikut:
190
Pokok bahasan 2. Pengaturan menu makanan sesuai Pedoman Gizi Seimbang (PGS)
Pokok bahasan 5. Peran warga sekolah dalam pencegahan masalah gizi pada usia sekolah
dan remaja.
Sub pokok bahasan:
a. Penyelenggaraan makan bersama di sekolah
b. PMT AS untuk anak sekolah yang kurus
Pokok bahasan 6. Pencegahan masalah gizi pada usia sekolah dan remaja.
Sub pokok bahasan:
a. Kurang Energi Kronis (KEK)
b. Obesitas
c. Anemia
V. Langkah-Langkah Pembelajaran
Dalam sesi ini peserta akan mempelajari 6 (enam) pokok bahasan dengan masing-masing
sub pokok bahasannya. Kegiatan pembelajaran ini dilangsungkan dengan metode Ceramah
Tanya jawab (CTJ), Curah pendapat, Diskusi kelompok di Kelas dan Praktek/Demo
pengaturan menu gizi seimbang.Jumlah jam pembelajaran yang digunakan dalam modul ini
sebanyak 5 jam pelajaran (T = 3 Jpl, P = 2 Jpl) dan untuk memudahkan proses
pembelajaran dilakukan langkah-langkah kegiatan pembelajaran sebagai berikut.
191
Langkah 1.
Pengkondisian (5 menit)
Langkah kegiatan:
1. Fasilitator menyapa peserta dengan ramah dan hangat. Apabila belum pernah
menyampaikan sesi di kelas, mulailah dengan perkenalan. Perkenalkan diri dengan
menyebutkan nama lengkap dan instansi tempat bekerja.
2. Fasilitator menyampaikan judul materi yang akan disampaikan, deskripsi singkat, tujuan
pembelajaran umum dan tujuan pembelajaran khusus, serta pokok bahasan.
Langkah 2.
Penyampaian dan pembahasan pokok bahasan 1. Gizi seimbang pada usia sekolah
dan Remaja (30 menit)
Langkah kegiatan:
1. Fasilitator memulai sesi dengan melakukan pengukuran pemahaman peserta dengan
mengajukan beberapa pertanyaan tentang gizi seimbang pada anak usia sekolah dan
remaja
2. Fasilitator menyampaikan materi tentang pengertian, tujuan, prinsip dan pesan gizi
seimbangdengan menggunakan bahan tayang.
3. Fasilitator memberikan kesempatan peserta untuk bertanya atau menyampaikan
klarifikasi, kemudian fasilitator menyampaikan jawaban atau tanggapan yang sesuai.
Langkah 3.
Penyampaian dan pembahasan pokok bahasan 2. Pengaturan menu makanan sesuai
Pedoman Gizi Seimbang (30 menit)
Langkah kegiatan:
1. Fasilitator menyampaikan materi tentang pengaturan menu makanan sesuai Pedoman
Gizi Seimbang pada usia sekolah dan remaja dengan menggunakan bahan tayang dan
memperagakan alat bantu berupa food model.
2. Fasilitator mengajak peserta untuk melakukan latihan pengaturan menu makanan gizi
seimbang pada usia sekolah dan remaja dengan membuat 4 kelompok diskusi masing-
masing terdiri 7-8 orang sesuai dengan panduan latihan pada lampiran 1.
3. Selesai diskusi, fasilitator memberikan kesempatan kepada peserta untuk bertanya atau
menyampaikan klarifikasi, kemudian fasilitator menyampaikan jawaban atau tanggapan
yang sesuai.
Langkah 4.
Penyampaian dan pembahasan pokok bahasan 3. Aktifitas fisik pada usia sekolah dan
Remaja (10 menit)
Langkah kegiatan:
1. Fasilitator menyampaikan materi tentang aktifitas fisik pada usia sekolah dan remaja
dengan menggunakan bahan tayang.
2. Fasilitator melakukan uji pemahaman dengan mengajukan beberapa pertanyaan
mengenai aktifitas fisikpada usia sekolah dan remaja, yaitu :1) pengertian, klasifikasi dan
manfaat aktifitas fisik, 2) rekomendasi aktifitas fisik.
3. Fasilitator memberikan kesempatan peserta untuk bertanya atau menyampaikan
klarifikasi, kemudian fasilitator menyampaikan jawaban atau tanggapan yang sesuai.
192
Langkah 5.
Penyampaian dan pembahasan pokok bahasan 4. Pengelolaan Kantin Sekolah (15
menit)
Langkah kegiatan:
1. Fasilitator menyampaikan materi tentang pengelolaan kantin sekolah dengan
menggunakan bahan tayang.
2. Fasilitator melakukan uji pemahaman dengan mengajukan beberapa pertanyaan
mengenai pengelolaan kantin sekolah, yaitu :1) pengertian, tujuan penyediaan makanan
di kantin sekolah dan pengelolaan kantin sekolah 2) syarat makanan sehat di kantin
sekolah
3. Fasilitator memberikan kesempatan peserta untuk bertanya atau menyampaikan
klarifikasi, kemudian fasilitator menyampaikan jawaban atau tanggapan yang sesuai.
Langkah 6.
Penyampaian dan pembahasan pokok bahasan 5. Peran warga sekolah dalam
pencegahan masalah gizi pada usia sekolah dan remaja (10 menit)
Langkah kegiatan:
1. Fasilitator menyampaikan materi tentang peran warga sekolah dalam pencegahan
masalah gizi pada usia sekolah dan remaja dengan menggunakan bahan tayang.
2. Fasilitator melakukan uji pemahaman dengan mengajukan beberapa pertanyaan
mengenai peran warga sekolah dalam pencegahan masalah gizi pada usia sekolah dan
remaja
3. Fasilitator memberikan kesempatan peserta untuk bertanya atau menyampaikan
klarifikasi, kemudian fasilitator menyampaikan jawaban atau tanggapan yang sesuai.
Langkah 7.
Penyampaian dan pembahasan pokok bahasan 6. Pencegahan masalah gizi pada usia
sekolah dan remaja (30 menit)
Langkah kegiatan:
1. Fasilitator menyampaikan materi tentang pencegahan masalah gizi (KEK, Obesitas dan
Anemia) pada usia sekolah dan remaja dengan menggunakan bahan tayang.
2. Fasilitator melakukan uji pemahaman dengan mengajukan beberapa pertanyaan
mengenai pencegahan masalah gizi (KEK, Obesitas dan Anemia) pada usia sekolah dan
remaja
3. Fasilitator mengajak peserta untuk melakukan diskusi kelompok tentang pencegahan
masalah gizi pada usia sekolah dan remaja dengan membuat 6 kelompok sesuai
panduan diskusi kelompok pada lampiran 2.
4. Selesai berdiskusi fasilitator memberikan kesempatan peserta untuk bertanya atau
menyampaikan klarifikasi, kemudian fasilitator menyampaikan jawaban atau tanggapan
yang sesuai.
Langkah 8.
Penutup (5 menit)
Langkah kegiatan:
1. Setelah semua rangkaian pokok bahasan telah disampaikan, fasilitator membuat
rangkuman dan menyampaikan tips terkait materi gizi sembang, pengaturan menu
makanan sesuai PGS, pencegahan masalah gizi, aktifitas fisik, kantin sekolah, peran
warga sekolah pada usia sekolah dan remaja.
2. Fasilitator memberikan kesempatan kepada peserta untuk mengajukan pertanyaan atau
klarifikasi
193
3. Fasilitator menjawab pertanyaan atau klarifikasi
4. Fasilitator membuat simpulan materi dan menutup sesi materi ini dengan mengucapkan
terimakasih.
Pokok Bahasan 1.
Gizi Seimbang Pada Usia Sekolah Dan Remaja
1. Pengertian
Susunan pangan sehari-hari yang mengandung zat gizi dalam jenis dan jumlah yang
sesuai dengan kebutuhan tubuh, dengan memperhatikan prinsip keanekaragaman
pangan, aktivitas fisik, perilaku hidup bersih dan memantau berat badan secara teratur
dalam rangka mempertahankan berat badan normal untuk mencegah masalah gizi.
2. Tujuan
Pedoman Gizi Seimbang (PGS) bertujuan untuk memberikan panduan konsumsi
makanan sehari-hari dan berperilaku sehat berdasarkan prinsip aneka ragam pangan,
perilaku hidup bersih, aktivitas fisik dan memantau berat badan secara teratur dalam
rangka mempertahankan berat badan normal.
3. Prinsip
Prinsip gizi seimbang terdiri dari 4 (empat) pilar yang pada dasarnya merupakan
rangkaian upaya untuk menyeimbangkan antara zat gizi yang keluar dan zat gizi yang
masuk dengan memantau berat badan secara teratur.
194
kebutuhan untuk tumbuh dan berkembang dengan optimal, serta sesuai dengan
kondisi fisiologis pencernaan dan fungsi lainnya dalam tubuh.
195
dikenal dengan Indeks Masa Tubuh (IMT). Oleh karena itu, pemantauan BB normal
merupakan hal yang harus menjadi bagian dari ‘Pola Hidup’ dengan ‘Gizi
Seimbang’, sehingga dapat mencegah penyimpangan BB dari BB normal, dan
apabila terjadi penyimpangan dapat segera dilakukan langkah-langkah pencegahan
dan penanganannya. Yang dimaksud dengan Berat Badan Normal untuk orang
dewasa yaitu IMT 18,5 – 25,0 kg/m2.
1. Pesan umum
Pesan ini berlaku untuk masyarakat umum dari berbagai lapisan yang dalam kondisi
sehat
a. Syukuri dan nikmati anekaragam makanan
Kualitas atau mutu gizi dan kelengkapan zat gizi dipengaruhi oleh keragaman jenis
pangan yang dikonsumsi. Semakin beragam jenis pangan yang dikonsumsi
semakin mudah untuk memenuhi kebutuhan gizi. Bahkan semakin beragam
pangan yang dikonsumsi semakin mudah tubuh memperoleh berbagai zat lainnya
yang bermanfaat bagi kesehatan. Oleh karena itu konsumsi anekaragam pangan
merupakan salah satu anjuran penting dalam mewujudkan gizi seimbang.
196
c. Biasakan mengonsumsi lauk pauk yang mengandung protein tinggi
Lauk pauk terdiri dari pangan sumber protein hewani dan pangan sumber protein
nabati. Kelompok pangan lauk pauk sumber protein hewani meliputi daging
ruminansia (daging sapi, daging kambing, dll), daging unggas (daging ayam, daging
bebek, dll), ikan termasuk seafood, telur dan susu serta hasil olahnya. Kelompok
pangan lauk pauk sumber protein nabati meliputi kacang-kacangan dan hasil
olahnya seperti kedele, tahu, tempe, kacang hijau, kacang tanah, kacang merah,
kacang hitam, kacang tolo dan lain-lain.
f. Biasakan sarapan
Sarapan adalah kegiatan makan dan minum yang dilakukan antara bangun pagi
sampai jam 9 untuk memenuhi sebagian kebutuhan gizi harian (15-30% kebutuhan
gizi) dalam rangka mewujudkan hidup sehat, aktif, dan produktif. Sarapan
membekali tubuh dengan zat gizi yang diperlukan untuk berpikir, bekerja, dan
melakukan aktivitas fisik secara optimal setelah bangun pagi. Bagi anak sekolah,
sarapan yang cukup terbukti dapat meningkatkan konsentrasi belajar dan stamina.
Bagi remaja dan orang dewasa sarapan yang cukup terbukti dapat mencegah
197
kegemukan. Membiasakan sarapan juga berarti membiasakan disiplin bangun pagi
dan beraktifitas pagi dan tercegah dari makan berlebihan dikala makan kudapan
atau makan siang.
j. Lakukan aktivitas fisik yang cukup dan pertahankan berat badan normal
Aktivitas fisik adalah setiap gerakan tubuh yang meningkatkan pengeluaran
tenaga/energi dan pembakaran energi. Aktivitas fisik dikategorikan cukup apabila
seseorang melakukan latihan fisik atau olah raga selama 30 menit setiap hari atau
minimal 3-5 hari dalam seminggu. Beberapa aktivitas fisik yang dapat dilakukan
antara lain aktivitas fisik sehari-hari seperti berjalan kaki, berkebun, menyapu,
mencuci, mengepel, naik turun tangga dan lain lain. Mempertahankan berat badan
198
normal memungkinkanseseorang dapat mencegah berbagai penyakit tidak
menular.
2. Pesan khusus
a. Pesan gizi seimbang untuk anak dan remaja (6 – 9 tahun)
Anak pada kelompok usia ini merupakan anak yang sudah memasuki masa
sekolah dan banyak bermain diluar, sehingga pengaruh kawan, tawaran makanan
jajanan, aktivitas yang tinggi dan keterpaparan terhadap sumber penyakit infeksi
menjadi tinggi. Sebagian anak usia 6-9 tahun sudah mulai memasuki masa
pertumbuhan cepat prapubertas, sehingga kebutuhan terhadap zat gizi mulai
meningkat secara bermakna. Oleh karena itu, pemberian makanan bergizi
seimbang untuk anak pada kelompok usia ini harus mempertimbangkan kondisi-
kondisi tersebut.
1) Biasakan makan 3 kali sehari (pagi, siang dan malam) bersama keluarga
Kebutuhan zat gizi anak usia 6-9 tahun dipenuhi dengan makan utama 3 kali
sehari (sarapan atau akan pagi, makan siang dan makan malam) dan disertai
makanan selingan sehat. Untuk menghindarkan/mengurangi anak-anak
mengonsumsi makanan yang tidak sehat dan tidak bergizi dianjurkan agar selalu
makan bersama keluarga. Sarapan setiap hari penting terutama bagi anak-anak
oleh karena mereka sedang tumbuh dan mengalami perkembangan otak yang
sangat tergantung pada asupan makanan secara teratur.
Dalam satu hari kebutuhan tubuh untuk energi, protein,vitamin, mineral dan juga
serat disediakan dari makanan yang dikonsumsi. Dalam sistem pencernaan
tubuh, makanan yang dibutuhkan tidak bisa sekaligus disediakan tetapi dibagi
dalam 3 tahap yaitu tahap makan pagi, tahap makan siang dan tahap makan
malam. Hasil penelitian menunjukkan bahwa sekitar 40% anak sekolah tidak
makan pagi. Akibatnya jumlah energi yang diperlukan untuk belajar menjadi
berkurang dan prestasi belajar kurang optimal. Pada tubuh seseorang yang
normal, setelah tidur 8-10 jam dan tidak melakukan kegiatan makan dan minum
(puasa) kadar gula darah berada pada kisaran yang normal yaitu 80 g/dl.
Apabila tidak melakukan kegiatan makan terutama makanan yang mengandung
karbohidrat kadar gula darah akan menurun karena gula dipakai sebagai sumber
energi.
Oleh karena itu makan pagi sangat penting untuk menambah gula darah sebagai
sumber energi. Pada anak sekolah makan pagi atau sarapan sangat dianjurkan
sehingga pada saat menerima pelajaran (1-2 jam setelah makan) gula darah
naik dan dapat dipakai sebagai sumber energi otak. Otak mendapat energi
terutama dari glukosa. Pada proses belajar otak merupakan organ yang sangat
penting untuk menerima informasi, mengolah informasi, menyimpan informasi
dan mengeluarkan informasi. Dalam melakukan makan pagi atau sarapan
sebaiknya dipenuhi kebutuhan zat gizi bukan hanya karbohidrat saja tetapi juga
protein, vitamin dan mineral. Porsi kecil disediakan untuk makan pagi karena
jumlah yang disediaakan cukup 20-25 % dari kebutuhan sehari. Dengan
membiasakan diri melakukan makan pagi atau sarapan, dapat dihindari makan
yang tidak terkontrol yang akan meningkatkan berat badan. Makan pagi dengan
cukup serat akan membantu menurunkan kandungan kolesterol darah sehingga
dapat terhindar dari penyakit jantung akibat timbunan lemak yang teroksidasi
dalam pembuluh darah. Sarapan pada anak sekolah sebaiknya dilakukan pada
199
jam 06.00 atau sebelum jam 07.00 yaitu sebelum terjadi hipoglikemia atau kadar
gula darah sangat rendah. Menu yang disediakan sangat bervariasi selain
sumber karbohidrat yang berupa nasi, mie, roti, umbi juga sumber protein seperti
telur, tempe, olahan daging atau ikan, sayuran dan buah. Persiapan makanan
untuk makan pagi atau sarapan yang waktunya sangat singkat perlu dipikirkan
dan dipertimbangkan menu yang cocok, dan cukup efektif dipergunakan sebagai
menu makan pagi dan telah memenuhi kebutuhan zat gizi.
Protein hewani memiliki kualitas yang lebih baik dibanding protein nabati karena
komposisi asam amino lebih komplit dan asam amino esensial juga lebih
banyak. Berbagai sumber protein hewani dan nabati mempunyai kandungan
protein yang berbeda jumlahnya dan komposisi asam amino yang berbeda pula.
Oleh karena itu mengonsumsi protein juga dilakukan bervariasi. Dianjurkan
konsumsi protein hewani sekitar 30% dan nabati 70%. Ikan selain sebagai
sumber protein juga sumber asam lemak tidak jenuh dan sumber zat gizi mikro.
Konsumsi ikan dianjurkan lebih banyak dari pada konsumsi daging.
Sumber protein nabati dari kacang-kacangan ataupun hasil olahnya seperti tahu
dan tempe banyak dikonsumsi masyarakat. Kandungan protein pada tempe
tidak kalah dengan daging. Tempe selain sebagai sumber protein juga sebagai
sumber vitamin asam folat dan B12 serta sebagai sumber antioksidan. Tempe,
kacang-kacangan dan tahu tidak mengandung kolesterol. Konsumsi tempe
sekitar 100g (4 potong sedang) per hari cukup untuk mempertahankan tubuh
tetap sehat dan kolesterol terkontrol dengan baik. Daging dan unggas (misalnya
ayam, bebek, burung puyuh, burung dara) merupakan sumber protein hewani.
Daging dan unggas selain sebagai sumber protein juga sumber zat besi yang
berkualitas sehingga sangat bagus bagi anak dalam masa pertumbuhan. Namun
ada hal yang harus diperhatikan bahwa daging juga mengandung kolesterol
dalam jumlah yang relatif tinggi, yang bisa memberikan efek tidak baik bagi
kesehatan. Susu dan hasil olahannya (yogurt, keju, dll) merupakan minuman
atau makanan dengan kandungan zat gizi yang cukup lengkap yang setara
dengan telur. Konsumsi ikan, telur dan susu bagi kelompok anak usia 6-9 tahun
sangat membantu untuk pertumbuhan dan perkembangan serta peningkatan
daya ingat dan kognitif di sekolah.
200
buah juga mengandung gula, ada yang sangat tinggi sehingga rasa buah sangat
manis dan juga ada yang jumlahnya cukup. Konsumsi buah yang sangat manis
dan rendah serat agar dibatasi. Hal ini karena buah yang sangat manis
mengandung fruktosa dan glukosa yang tinggi. Asupan fruktosa dan glukosa
yang sangat tinggi berisiko meningkatkan kadar gula darah.
Bekal yang dibawa anak sekolah tidak hanya penting untuk pemenuhan zat gizi
tetapi juga diperlukan sebagai alat pendidikan gizi terutama bagi orang tua anak-
anak tersebut. Guru secara berkala melakukan penilaian terhadap unsur gizi
seimbang yang disiapkan orangtua untuk bekal anak sekolah dan ditindaklanjuti
dengan komunikasi terhadap orang tua.
201
tidur, gigi juga harus dibersihkan dari sisa makanan yang menempel di sela-sela
gigi. Saat tidur, bakteri akan tumbuh dengan pesat apabila disela-sela gigi ada
sisa makanan dan ini dapat mengakibatkan kerusakan gigi.
7) Hindari merokok
Merokok sebenarnya merupakan kebiasaan dan bukan merupakan kebutuhan,
seperti halnya makan atau minum. Oleh karena itu kebiasaan merokok dapat
dihindari kalau ada upaya sejak dini. Merokok juga bisa membahayakan orang
lain (perokok pasif). Banyak penelitian menunjukkan bahwa merokok berakibat
tidak baik bagi kesehatan misalnya kesehatan paru-paru dan kesehatan
reproduksi. Pada saat merokok sebenarnya paru-paru terpapar dengan hasil
pembakaran tembakau yang bersifat racun. Racun hasil pembakaran rokok akan
dibawa oleh darah dan akan menyebabkan gangguan fungsi pada alat
reproduksi.
b. Pesan gizi seimbang untuk remaja usia 10-19 tahun (Pra Pubertas dan
Pubertas)
Kelompok ini adalah kelompok usia peralihan dari anak-anak menjadi remaja muda
sampai dewasa. Kondisi penting yang berpengaruh terhadap kebutuhan zat gizi
kelompok ini adalah pertumbuhan cepat memasuki usia pubertas, kebiasaan jajan,
menstruasi dan perhatian terhadap penampilan fisik citra tubuh (body image) pada
remaja puteri. Dengan demikian perhitungan terhadap kebutuhan zat gizi pada
kelompok ini harus memperhatikan kondisi-kondisi tersebut. Khusus pada remaja
puteri, perhatian harus lebih ditekankan terhadap persiapan mereka sebelum
menikah.
Secara umum anak usia 10-19 tahun telah memasuki masa remaja yang
mempunyai karakteristik motorik dan kognitif yang lebih dewasa dibanding usia
sebelumnya. Anak remaja laki–laki pada umumnya menyukai aktivitas fisik yang
berat dan berkeringat. Dari sisi pertumbuhan linier (tinggi badan) pada awal remaja
terjadi pertumbuhan pesat tahap kedua. Hal ini berdampak pada pentingnya
kebutuhan energi, protein, lemak, air, kalsium, magnesium, vitamin D dan vitamin A
yang penting bagi pertumbuhan. Pesan gizi seimbang untuk remaja sama dengan
pesan-pesan untuk anak usia 6-9 tahun, yang membedakan adalah porsinya yang
lebih banyak. Sedangkan untuk remaja putri dan calon pengantin diberikan pesan
khusus sebagai berikut:
Kebutuhan zat besi bagi remaja putri dan calon pengantin diperlukan untuk
membentuk haemoglobin yang mengalami peningkatan dan mencegah anemia
yang disebabkan karena kehilangan zat besi selama menstruasi. Asam folat
digunakan untuk pembentukan sel dan sistem saraf termasuk sel darah merah.
Asam folat berperan penting pada pembentukan DNA dan metabolisme asam
amino dalam tubuh. Kekurangan asam folat dapat mengakibatkan anemia
karena terjadinya gangguan pada pembentukan DNA yang mengakibatkan
gangguan pembelahan sel darah merah sehingga jumlah sel darah merah
menjadi kurang. Asam folat bersama-sama dengan vitamin B6 dan B12 dapat
202
membantu mencegah penyakit jantung. Seperti halnya zat besi, asam folat
banyak terdapat pada sayuran hijau, kacang-kacangan, dan biji-bijian. Konsumsi
asam folat pada orang dewasa disarankan sebanyak 1000 gr/hari.
Remaja putri (di atas 16 tahun) yang menikah sebaiknya menunda kehamilan.
Bila hamil perlu mengonsumsi pangan kaya asam folat dan zat besi secara
cukup, minimal 4 bulan sebelum kehamilan agar terhindar dari anemia dan risiko
bayi lahir dengan cacat pada sistem saraf (otak) atau cacat tabung saraf (Neural
Tube Deffect).
Pokok Bahasan 2.
Pengaturan Menu Makanan Sesuai Pedoman Gizi Seimbang
Tabel 1. Kecukupan Gizi bagi Anak Usia Sekolah berdasarkan Anjuran Penukar (p)
Zat Gizi & Kelompok Umur (Tahun)
Bahan 4-6 7-9 10-12 13-15 16-18
Makanan
P W P W P W
Energi (Kal) 1600 1850 2100 2000 2475 2125 2675 2125
Nasi 3p 4p 5p 5p 6p 5p 6p 5p
Daging sapi 3p 3p 3p 3p 4p 3p 4p 3p
Tempe 2p 3p 3p 3p 4p 3p 4p 3p
Sayuran 2p 3p 4p 3p 3p 3p 4p 3p
Buah 31/2p 4p 5p 4p 4p 4p 5p 4p
Susu 1p 1p 1p 1p 2p 1p 2p 1p
Minyak 3p 41/2p 5p 5p 7p 7p 7p 7p
Gula 2p 2p 1p 1p 1p 1p 1p 1p
Keterangan:
1p Nasi = 100 gram 1p Susu = 200 ml
1p Daging sapi = 50 gram 1p Minyak = 5 gtam
1p Tempe = 50 gram 1p Gula = 10 gram
1p Sayuran = 100 gram 1p Buah = 100 gram
Tabel 2. Daftar pangan sumber karbohidrat sebagai penukar 1 (satu) porsi nasi
203
Gram
Bihun ½ gelas 50
Biskuit 4 buah besar 40
Jagung segar 2 buah sedang 125
Kentang 2 buah sedang 210
Makaroni ½ gelas 50
Mie basah 2 gelas 200
Mie kering 1 gelas 50
Nasi beras giling ¾ gelas 100
merah
Roti putih 3 iris 70
Roti warna coklat 3 iris 70
Singkong 1 ½ potong 120
Sukun 3 potong sedang 150
Talas ½ biji sedang 125
Tepung Beras 8 sendok makan 50
Tepung Terigu 5 sendok makan 50
Ubi jalar kuning 1 biji sedang 135
Kerupuk udang/ikan 3 biji sedang 30
3. Daftar lauk pauk sumber Protein hewani sebagai penukar 1 porsi Ikan segar
adalah:
Tabel 3. Daftar lauk pauk sumber Protein hewani sebagai penukar 1 porsi Ikan segar
4. Daftar pangan sumber protein nabati sebagai penukar 1 porsi tempe adalah:
Tabel 4. Daftar pangan sumber protein nabati sebagai penukar 1 porsi tempe
204
Sari kedelai 2 ½ gelas 185
▪ Golongan B, kandungan zat gizi per porsi (100 gram) adalah: 25 kal, 5 gram
karbohidrat , dan 1 gram protein.
Satu (1) porsi sayuran adalah kurang lebih 1 (satu) gelas sayuran setelah dimasak
dan ditiriskan.
▪ Golongan C, kandungan zat gizi per porsi (100 gram) adalah 50 kal, 10 gram
karbohidrat, dan 3 gram protein.
Satu (1) porsi sayuran adalah kurang lebih 1 (Satu) gelas sayuran setelah dimasak
dan ditiriskan.
Kandungan zat gizi per porsi buah (setara dengan 1 buah Pisang Ambon ukuran
sedang) atau 50 gram, mengandung 50 kalori dan 10 gram karbohidrat
205
Jambu biji 1 buah besar 100
Jambu bol 1 buah kecil 90
Jeruk bali 1 potong 105
Jeruk garut 1 buah sedang 115
Jeruk manis 2 buah sedang 100
Jeruk nipis 1 ¼ gelas 135
kedondong 2 buah sedang/besar 100/120
Kesemek ½ buah 65
Kurma 3 buah 15
Leci 10 buah 75
Mangga ¾ buah besar 90
Manggis 2 buah sedang 80
Markisa ¾ buah sedang 35
Melon 1 potong 90
Nangka Masak 3 biji sedang 50
Nanas ¼ buah sedang 85
Pear ½ buah sedang 85
Pepaya 1 potong besar 100-190
Pisang ambon 1 buah sedang 50
Pisang kepok 1 buah 45
Pisang mas 2 buah 40
Pisang raja 2 buah kecil 40
Rambutan 8 buah 75
Sawo 1 buah sedang 50
Salak 2 buah sedang 65
Semangka 2 potong sedang 180
Sirsak ½ gelas 60
Sirkaya 2 buah besar 50
Strawberry 4 buah besar 215
Contoh Menu Gizi Seimbang yang dapat diterapkan pada anak dan remaja sesuai umur
dan kalori yang dibutuhkan:
Contoh Menu Seimbang untuk Anak Sekolah 1850 Kalori (7-9 tahun)
Waktu Menu Bahan Makanan URT Jumlah Satuan
Makan
Pagi Nasi putih Beras ¾ gelas 100 gram
Ayam Kecap Ayam 1 potong sedang 50 gram
Tahu bumbu bali Tahu 1 potong sedang 50 gram
Cah sayur Buncis muda ½ mangkuk 50 gram
Wortel 2 potong sedang 50 gram
Susu Susu 1 gelas 200 mL
206
Minyak 1 sdm 10 mL
Sate tempe Tempe 1 potong sedang 50 gram
Cah sayuran Wortel 1 potong sedang 25 gram
Sawi hijau 5 lembar 20 gram
Kol 2 lembar 20 gram
Buah Pepaya 1 potong sedang 150 gram
Selingan Buah Semangka 1 potong sedang 150 gram
(15.00)
Puding buah Pepaya 1 potong sedang 100 gram
sari jeruk 2 buah jeruk 75 gram
Gula 2 sdm 20 gram
Malam Nasi putih Beras ¾ gelas 100 gram
Telur dadar Telur ayam 1 butir 50 gram
Minyak 1 sdt 5 mL
Pepes tahu Tahu 1 potong sedang 50 gram
Sup Sayuran Wortel 1 potong sedang 50 gram
Buncis 2 buah 30 gram
Kol 1 lembar 20 gram
Buah Jeruk 1 buah 75 gram
Contoh Menu Seimbang untuk Anak Sekolah 2100 kalori (10-12 tahun)
Waktu Menu Bahan Makanan URT Jumlah Satuan
Makan
Pagi Nasi putih Beras 1 gelas 150 gram
Telur Telur 1 butir 50 gram
dadarsayuran
Kol 2 lembar 20 gram
Minyak 1 sdm 10 gram
Tahu bumbu acar Tahu 1 potong sedang 50 gram
Tumis Kangkung Kangkung 1 gelas 100 gram
Minyak 1 sdm 10 gram
Susu Susu 1 gelas 200 mL
Selingan Buah Pisang 1 buah sedang 75 gram
(10.00)
Bakwan sayuran Tepung 2 sdm 20 gram
Wortel, Kol 2 sdm 30 gram
MInyak 1 sdm 10 gram
Siang Nasi putih Beras 1 ½ gelas 200 gram
Semur daging Daging sapi 1 potong sedang 50 gram
sapi
207
Gula 1 sdm 10 gram
Nasi putih Beras 1 gelas 150 gram
Malam
Opor ayam Ayam 1 potong 50 gram
Santan ½ gelas 100 gram
Tumis Kacang Kacang Tolo 2 sdm 20 gram
Tolo
Capcai Wortel 1 potong kecil 40 gram
Kol 3 lembar 30 gram
Sawi 3 lembar 30 gram
Buah Pepaya 1 potong sedang 150 gram
Contoh Menu Seimbang untuk Anak Sekolah 2475 Kalori (13-15 tahun)
Waktu Menu Bahan Makanan URT Ukuran Satuan
Makan
Pagi Nasi putih Beras 1 gelas 150 gram
Empal Gepuk Daging sapi 1 potong sedang 50 gram
Bola-bola tahu Tahu 1 potong sedang 50 gram
Acar matang Wortel 1 potong sedang 50 gram
Ketimun 1 potong sedang 50 gram
Susu Susu 1 gelas 200 mL
Selingan Buah Semangka 1 potong sedang 75 gram
(10.00)
Batagor kuah Tepung 1 potong sedang 75 gram
Tahu ½ potong 50 gram
Minyak 1 sdm 10 mL
Siang Nasi putih Beras 1 ½ gelas 200 gram
Ikan bakar Ikan kembung 1 ekor sedang 50 gram
Tempe bacem Tempe 1 potong 50 gram
Gula 1 sdm 10 gram
Sayur bening Bayam ½ mangkuk 50 gram
Jagung ½ buah 25 gram
Wortel ½ buah 25 gram
Buah Nanas 1/6 buah 150 gram
Selingan Sup Buah Aneka buah + 1 mangkok 150 gram
(15.00) susu
Tahu isi goring Tahu ½ potong 50 gram
sedang
Wortel ¼ buah 25 gram
Tauge 1 sdm 10 gram
Malam Nasi putih Beras 1 ½ gelas 200 gram
Sambal goreng Telur puyuh 5 butir 50 gram
telur puyuh
Kentang 1 buah sedang 50 gram
Tempe bumbu Tempe 1 potong sedang 25 gram
kuning
Tumis sayuran Buncis muda ½ mangkuk 50 gram
Buah Pisang raja 1 buah 75 gram
Contoh Menu Seimbang untuk Anak Sekolah 2675 Kalori (16-19 tahun)
Waktu Menu Bahan Makanan URT Ukuran Satuan
Makan
Pagi Nasi putih Beras 1 ½ gelas 200 gram
208
Ayam goreng Ayam 1 potong sedang 50 gram
tepung
Tepung 1 sdm 10 gram
Minyak 1 sdm 10 mL
Semur Tahu Tahu 1 potong sedang 50 gram
Tumis Kacang Kacang panjang ½ mangkuk 50 gram
Panjang
Minyak 1 sdm 10 mL
Susu Susu 1 gelas 200 mL
Selingan Buah Pisang Ambon 1 buah sedang 75 gram
(10.00)
Lontong Isi Beras ¼ gelas 25 gram
Ayam 1 potong kecil 25 gram
Wortel ½ buah 25 gram
Siang Nasi putih Beras 1 ¾ gelas 250 gram
Ikan pesmol Ikan mas 1 potong sedang 50 gram
Minyak 1 sdm 10 gram
Tempe bacem Tempe 1 potong sedang 25 gram
Gula 1 sdm 10 gram
Sayur bening Bayam 1 potong sedang 50 gram
Gambas 1 potong sedang 40 gram
Buah Pepaya 1 potong sedang 150 gram
Selingan Buah Semangka 1 potong sedang 150 gram
(15.00)
Bubur kacang Kacang hijau 2 ½ sdm 25 gram
hijau
Gula Merah 2 sdm 20 gram
Santan ¼ gelas 50 gram
Malam Nasi putih Beras 1 ½ gelas 200 gram
Rendang daging Daging sapi 1 potong sedang 50 gram
sapi Kacang
merah
Kacang merah 1 sdm 25 gram
Santan ½ gelas 100 gram
Tumis Daun Daun singkong 1 gelas 100 gram
singkong
Minyak 1 sdm 10 gram
Buah Pisang raja 1 buah 75 gram
Pokok Bahasan 3.
Aktivitas Fisik Pada Usia Sekolah Dan Remaja
1. Pengertian
a. Aktivitas fisik adalah setiap gerakan tubuh yang dapat meningkatkan pengeluaran
tenaga atau energi.
b. Latihan fisik adalah semua bentuk aktivitas fisik yang dilakukan secara terstruktur,
terencana, dan berkesinambungan dengan tujuan untuk meningkatkan kebugaran
jasmani.
209
c. Olahraga adalah salah satu bentuk aktivitas fisik yang dilakukan secara terstruktur,
terencana, dan berkesinambungan dengan mengikuti aturan-aturan tertentu dan
bertujuan untuk meningkatkan kebugaran jasmani dan prestasi.
1. Prinsip
a. Membudayakan aktivitas fisik sebagai kegiatan yang menyenangkan dan
menyehatkan.
b. Meningkatkan aktivitas fisik minimal 30 menit per hari.
c. Mengurangi kegiatan non aktif seperti nonton TV, nonton video, permainan
komputer, dll.
d. Kegiatan aktivitas fisik dapat dilakukan di rumah, di sekolah, di tempat bermain, di
dalam gedung, di luar gedung, di perjalanan ke sekolah. Kegiatan ini dilakukan
bersama orang tua dan anggota keluarga lain.
210
peregangan (stretching) di antara waktu pergantian jam pelajaran untuk
menghilangkan kepenatan dan kekakuan akibat duduk terlalu lama. Teman bermain
dan kegiatan berkelompok perlu dipupuk untuk menghilangkan kejenuhan bermain
sendiri.
Tabel. Rekomendasi aktivitas fisik, latihan fisik, dan olahraga pada anak untuk
mencegah kegemukan
Pokok Bahasan 4.
Pengelolaan Kantin Sekolah
211
1. Pengertian
Kantin sekolah merupakan tempat penjualan makanan yang dikelola oleh warga
sekolah, berada dalam pekarangan sekolah dan dibuka selama hari sekolah. Kantin
sekolah harus dikelola dan diselenggarakan dengan memperhatikan kebersihan,
keamanan makanan, cara pemasakan, penyajian dan pengolahan yang sesuai
dengan syarat kesehatan serta mempertimbangkan aspek ekonomi.
Dengan keteladanan yang dapat ditiru dari kantin sekolah dalam aspek penyediaan
makanan memenuhi syarat gizi, perlakuan dan penanganan yang memenuhi syarat
kesehatan, maka kantin sekolah akan menjadi wahana belajar dan praktik peserta
didik untuk menerapkan cara makan makanan sehat dan bergizi bagi dirinya dan
lingkungannya.
Tenaga pelaksana perlu memiliki pengetahuan gizi praktis dan sederhana sehingga
tahu makanan atau jajanan yang baik untuk dijual di kantin sekolah. Selain itu,
tenaga pelaksana harus mengerti cara pemasakan bahan makanan menurut syarat
gizi dan kesehatan, serta memelihara kebersihan alat-alat makan (mencuci dengan
air bersih dan sabun).
212
tempat pembuangan sampah. Ruangan makan harus cukup luas, bersih, nyaman
dan ventilasi cukup dengan sirkulasi udara yang baik. Lantai hendaknya terbuat
dari bahan yang kedap air dan mudah dibersihkan. Dinding dan langit-langit selalu
bersih dan di cat terang. Jendela yang digunakan sebagai ventilasi hendaknya
berkasa untuk menghindari lalat masuk. Ruang makan dilengkapi dengan tempat
cuci tangan (Sebaiknya dengan air yang mengalir/kran) dan sabun yang letaknya
mudah dijangkau oleh peserta didik.
c. Peralatan dan perlengkapan
Penyediaan makanan yang baik perlu ditunjang oleh peralatan yang sesuai dengan
kebutuhan dan kapasitas yang dilayani. Kebutuhan perlengkapan dan peralatan
sesuai menu yang diselenggarakan. Peralatan selalu dicuci dengan sabun dan air
bersih.
d. Dana
Investasi pertama yang diperlukan dalam penyelenggaraan makanan kantin
sekolah adalah dana untuk sarana fisik dan bahan makanan. Dana dapat
bersumber dari sekolah sepenuhnya, dari sekolah dengan orang tua murid, dari
orang tua murid sepenuhnya ataupun diborongkan pada pengusaha jasa boga.
Dana selanjutnya diperoleh dan dimanfaatkan melalui penjualanan makanan di
kantin sekolah.
b. Makanan yang dipersiapkan dengan campuran zat tenaga, zat pembangun atau zat
pengatur, misalnya: soto ayam, mi bakso. Mi goreng, gado-gado, nasi uduk, nasi
pecel, nasi kuning, lontong sayur, siomay, nasi rames, tauge goreng, gandasturi, kue
dadar isi kacang ijo, lemper, risoles, kroket, combro dan tahu isi.
213
4) Makanan dan jajanan dikantin sekolah harus di simpan dalam tempat yang tertutup
agar tidak tercemar oleh bakteri.
5) Makanan tidak dibungkus dengan kertas koran atau kertas bertinta dan plastik
kresek.
1. Bahan Pewarna
Penambahan bahan pewarna pada makanan dilakukan untuk memperbaiki atau
memberi warna pada makanan agar kelihatan lebih menarik. Bahan pewarna
digolongkan menjadi bahan pewarna alami dan sintetik. Pewarna alami diambil dari
tumbuhan misalnya warna hijau dari daun suji, warna kuning dari kunyit, warna
merah dari tomat atau bit, warna coklat dari karamel. Pewarna sintetik dibuat
dengan menggunakan bahan kimia. Makanan yang sering diberi pewarna adalah
sirup, minuman ringan, permen dan selai, contohnya: karmin merah alura, biru
berlian, indigotin, klorofil, karoten, titanium dioksid. Beberapa pewarna terlarang
dan berbahaya yang sering ditemukan pada makanan terutama makanan jajanan
adalah Metanin Yellow (kuning metanin) dan Rodhamin B berwarna merah. Kedua
pewarna ini telah dibuktikan penyebab gangguan kesehatan yang gejalanya tidak
dapat terlihat langsung setelah mengonsumsi. Oleh karena itu dilarang digunakan
di dalam makanan dan minuman meskipun digunakan dalam jumlah sedikit.
2. Bahan Pengawet
Bahan pengawet umumnya digunakan untuk mencegah atau menghambat
fermentasi, pengasaman atau penguraian lain terhadap makanan yang disebabkan
oleh mikroorganisme. Contoh bahan pengawet: asam benzoat, asam ascorbat,
asam propionat yang sering digunakan untuk mengawetkan makanan dan
minuman seperti sari buah. minuman ringan, saus tomat, saus sambal, jeli, kecap
dan lain-lain.
5. Bahan Berbahaya
Selain Bahan Tambahan Pangan yang boleh digunakan sesuai aturan, terdapat
bahan-bahan berbahaya yang sering disalahgunakan pada produksi makanan.
214
Bahan-bahan berbahaya ini digunakan untuk keperluan non pangan dan sama
sekali tidak boleh digunakan pada makanan.
Makanan yang dijual belum tentu aman dan sehat karena mungkin mengandung
bahan berbahaya yang peruntukkannya bukan untuk makanan. Makanan seperti ini
dapat memberi efek negatif bagi tubuh karena mengandung bahan berbahaya.
Beberapa pewarna yang dilarang dan berbahaya yang sering ditemukan pada
makanan terutama makanan jajanan adalah metanil yellow (warna kuning) dan
rhodamin B (warna merah). Kedua pewarna ini menyebabkan gangguan kesehatan
yang gejalanya tidak dapat terlihat langsung setelah mengonsumsi. Oleh karena itu
bahan tersebut dilarang digunakan dalam makanan dan minuman meskipun
digunakan dalam jumlah sedikit.
Pada saat ini masih banyak ditemukan penyalahgunaan bahan yang dilarang dan
berbahaya bagi kesehatan misalnya boraks dan formalin. Penggunaan boraks
sering ditemukan pada pembuatan bakso, mie basah, lontong dan ketupat.
Pokok Bahasan 5.
Peran Warga Sekolah Dalam Pencegahan Masalah Gizi Pada Usia Sekolah Dan
Remaja
215
- Masing-masing wali kelas bertangungjawab untuk mengontrol menu makanan
yang dibawa oleh peserta didik.
- Peserta didik diharuskan mencuci tangan menggunakan sabun sebelum dan
sesudah sarapan dengan tertib dan teratur.
- Sarapandiawali dan diakhiri dengan berdo’a.
- Waktu pelaksanaan sarapan adalah pagi hari sebelum dimulainya pemberian
mata pelajaran pertama. Waktu yang diperlukan kurang lebih 30 menit dan
dapat dilakukan bersama di aula/ halaman/ lapangan/ ruang kelas.
- Peserta didik sekaligus diberikan edukasi gizi seimbang yang dapat dilakukan
oleh tenaga kesehatan atau guru.
- Contoh menu sarapan lengkap:
Menu 1:
Nasi putih, ikan pepes, tempe goreng, sayur sop dan buah jeruk
Menu 2:
Nasi Putih, Ayam Bacem, Tahu Bumbu Kuning, Sayur Capcay dan Buah
Pisang
Menu 3:
Nasi Putih, Semur Telur Ayam, Tahu Bakso Tumis Kacang Panjang + Wortel
dan Buah Semangka
b. Kudapan Bersama
1) Kegiatan:
Makan kudapan bersama dengan bekal dari rumah
2) Menu:
Buah-buahan/rebusan/makanan berprotein
3) Waktu Pelaksanaan:
Waktu jam istirahat pertama
4) Pelaksana :
- Masing-masing Wali Kelas
- Guru UKS (koordinator)
- Orang tua peserta didik
- Peserta didik
5) Mekanisme Pelaksanaan:
- Mekanisme kudapan bersama seperti mekanisme pada sarapan bersama.
Yang membedakan adalah bekal kudapan yang dibawa oleh peserta didik
berupa buah-buahan/rebusan/makanan berprotein yang mencukupi 10%
kebutuhan gizi anak dalam sehari.
- Peserta didik sekaligus diberikan edukasi gizi seimbang yang dapat dilakukan
oleh tenaga kesehatan atau guru.
216
B. PMT AS Untuk Anak Sekolah Yang Kurus
Pemberian Makanan Tambahan merupakan salah satu kegiatan suplementasi gizi yang
bertujuan untuk memenuhi kebutuhan gizi bagi balita, anak sekolah dan ibu hamil
(Sesuai dengan PMK Nomor 51 Tahun 2016 Tentang Suplementasi Gizi). Pemberian
Makanan Tambahan yang khusus untuk anak sekolah dasar disebut Pemberian
Makanan Tambahan Anak Sekolah (PMT AS).
1. Pengertian
Merupakan makanan tambahan dalam bentuk biskuit yang diformulasi khusus dan
difortifikasi dengan vitamin serta mineral untuk melengkapi kebutuhan gizi anak usia
sekolah dasar kurus agar mencapai berat badan normal.
2. Sasaran
Sasaran utama PMT Anak Sekolah adalah anak murid SD/MI kurus dengan indikator
Badan (BB) menurut Tinggi Badan (TB) kurang dari minus 2 Standar Deviasi (-2 SD)
3. Kandungan Gizi
Setiap 100 gram mengandung energi 40-600 kalori, protein 11-16 gram, lemak 14-21
gram, karbohidrat 38 gram serta mengandung 11 macam vitamin (A, B1, B2, B3, B5,
B6, B12, C, D, E, Asam Folat) dan 8 macam mineral (Besi, Selenium, Kalsium,
Natrium, Seng, Iodium, Fosfor dan Fluor).
4. Ketentuan Pemberian:
• Anak sekolah dasar diberikan 6 keping per hari untuk mencukupi kebutuhan
makanan tambahan anak usia sekolah dasar, yaitu 180 kalori per hari.
• Bila berat badan telah mencapai atau sesuai perhitungan berat badan sesuai
umur, pemberian PMT Anak Sekolah bisa dihentikan. Selanjutnya mengonsumsi
makanan keluarga gizi seimbang.
• Dilakukan monitoring pertambahan berat badan tiap bulan di sekolah untuk
memastikan perkembangan status gizi buruk.
• Setiap siswa SD/MI diwajibkan makan biskuit di sekolah bersama-sama sesuai
jadwal yang ditetapkan oleh sekolah.
• Petunjuk makan mengikuti anjuran yang terdapat pada label kemasan yang
dijelaskan guru kelas.
• Biskuit tersebut harus dimakan habis di sekolah dan tidak di bawa pulang.
Referensi:
- PMK No 51 Tahun 2016 Tentang Standar Produk Suplementasi Gizi
- Brosur “Pemberian Suplementasi Gizi PMT Anak Balita, PMT ibu Hamil dan PMT Anak
Sekolah”
217
Dalam pelaksanaan pelayanan kesehatan usia sekolah dan remaja, diperlukan peran
peserta didik, peran orang tua peserta didik, peran guru dan peran komite sekolah.
Pokok Bahasan 6.
Pencegahan Masalah Gizi Pada Usia Sekolah Dan Remaja
1. Pengertian KEK
Kekurangan Energi Kronis (KEK) adalah keadaan dimana remaja putri/wanita
mengalami kekurangan gizi (kalori dan protein) yang berlangsung lama atau menahun.
Risiko Kekurangan Energi Kronis (KEK) adalah keadaan dimana remaja putri/wanita
mempunyai kecenderungan menderita KEK. Seseorang dikatakan menderita risiko
KEK bila lingkar lengan atas yang diukur dengan pita LiLA <23,5 cm. Hal ini
218
diakibatkan karena pada pada umumnya remaja putri ingin langsing sehingga
mengurangi masukan makanan dan hal ini pula berdampak terjadi masalah anemia.
Di Indonesia banyak terjadi kasus Kurang Energi Kronik (KEK) terutama yang
disebabkan karena ketidakseimbangan asupan gizi, sehingga zat gizi yang dibutuhkan
tubuh tidak tercukupi. Hal tersebut mengakibatkan pertumbuhan tubuh baik fisik
ataupun mental tidak sempurna seperti yang seharusnya. Banyak anak yang bertubuh
kurus akibat kekurangan gizi, jika sudah terlalu lama maka akan terjadi Kurang Energi
Kronik (KEK).
Wanita Usia Subur (WUS) KEK
3. Pencegahan KEK
KEK dapat dicegah dengan mengonsumsi makanan beraneka ragam dan cukup
mengandung kalori dan protein, termasuk makanan pokok seperti nasi, ubi, kentang,
daging, ikan, telur, kacang-kacangan atau susu sekurang-kurangnya sehari sekali.
Minyak dari kelapa atau mentega dapat ditambahkan pada makanan untuk
meningkatkan pasokan kalori, terutama pada anak-anak atau remaja yang tidak terlalu
suka makan.
Anak usia sekolah dan remaja yang sedang sakit sebaiknya tetap diberikan makanan
dan minuman yang cukup. Kurang gizi juga dapat dicegah secara bertahap dengan
mencegah cacingan, infeksi, muntaber melalui sanitasi yang baik dan perawatan
kesehatan, terutama mencegah cacingan. Selain itu, pemberdayaan ekonomi
219
masyarakat sehingga mereka mampu memenuhi kebutuhan dasar mereka, terutama
dalam mencukupi kebutuhan akan makanan bergizi. Memberikan pengertian dan
pemahaman bagi mereka yang ingin memiliki tubuh kurus tentang bahaya tubuh yang
terlalu kurus apalagi jika mereka menguruskan badan dengan cara tidak lazim, seperti
anoreksia atau bulimia.
Untuk mengetahui risiko Kurang Energi Kronik (KEK) pada usia sekolah dan remaja
putri adalah dengan mengukur lingkar lengan atas dengan pita LILA. Pengukuran LILA
tidak dapat digunakan untuk memantau perubahan status gizi dalam jangka pendek.
Pengukuran dilakukan dengan pita LILA dan ditandai dengan sentimeter, dengan
batas ambang 23,5 cm (batas antara merah dan putih). Apabila tidak tersedia pita
LILA dapat digunakan pita sentimeter/metlin yang biasa dipakai penjahit pakaian.
Apabila ukuran LiLA kurang dari 23,5 cm atau di bagian merah pita LILA, artinya
remaja putri mempunyai risiko Kurang Energi Kronik (KEK). Bila anak usia sekolah
dan remaja putri menderita risiko Kurang Energi Kronik (KEK) segera dirujuk ke
puskesmas/sarana kesehatan untuk mendapat penanganan. Selain dengan pita LilA
untuk mengetahui apakah remaja putri tersebut menderita Kurang Energi Kronik (KEK)
dapat dilakukan juga dengan mengukur Index Massa Tubuh (IMT). Agar tidak
berisiko KEK remaja putri harus berperilaku gizi seimbang dengan mengonsumsi
aneka ragam makanan, berperilaku hidup bersih, melakukan aktifitas fisik dan
memantau berat badan badan secara teratur.
Untuk mencegah terjadinya KEK dapat dilakukan beberapa langkah sebagai berikut:
a. Deteksi dini risiko KEK dengan mengukur lingkar lengan atas menggunakan pita
LiLA atau mengukur IMT dengan menimbang berat (kg) dan mengukur tinggi
badan (cm) berdasarkan umur.
• Kurus jika nilai IMT/U<-2SD
• Normal jika nilai IMT/U -2SD s/d 1SD dan LiLA ≥ 23,5 cm
• Gemuk jika nilai IMT/U 1 SD s/d 2 SD
• Obesitas jika nilai IMT/U > 2SD
• Risiko KEK bila LiLA < 23,5 cm
• Setelah menghitung IMT, selanjutnya adalah melihat daftar tabel IMT/U yang
berada pada lampiran untuk menentukan dalam kategori
kurus/normal/gemuk/obesitas.
b. Memantau berat badan secara teratur setiap bulan sekali. Dengan memantau berat
dan tinggi badan secara berkala, akan diketahui apakah anak usia sekolah dan
remaja berada pada berat badan normal, kurang atau lebih. Pemantauan berat
badan dan tinggi badan setiap bulan sebaiknya menjadi bagian dari perilaku anak
usia sekolah dan remaja, untuk dapat mengambil tindakan pencegahan terjadinya
kekurangan gizi yang berisiko KEK.
c. Konseling dan edukasi gizi seimbang
Upaya ini dilakukan dengan memberikan KIE kepada anak sekolah dan remaja
tentang pentingnya berperilaku gizi seimbang dengan mengonsumsi makanan
yang cukup secara kuantitas (jumlah makanan yang dimakan) serta kualitas (variasi
makanan dan zat gizi yang sesuai kebutuhan).
220
d. Menerapkan perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS), diantaranya selalu
menggunakan air bersih, cuci tangan dengan sabun dan air yang mengalir,
menggunakan jamban sehat dan tidak merokok.
B. Obesitas
1. Pengertian
Kegemukan/ obesitas adalah kelebihan berat badan sebagai akibat dari penimbunan
lemak berlebihan dengan ambang batas masing-masing sesuai dengan standar
WHO 2005:
Gemuk : IMT/U >1 SD
Obesitas : IMT/U >2 SD
IMT/U merupakan Indeks Massa Tubuh berdasarkan umur. Daftar tabel IMT/U
terdapat dalam lampiran.
Obesitas disebabkan oleh faktor lingkungan dan genetik. Faktor lingkungan yang
menjadi penyebab utama masalah obesitas adalah pola makan yang tidak
memenuhi prinsip gizi seimbang dan kurangnya aktivitas fisik. Menurut WHO (2000),
di seluruh dunia ada dua karakteristik yang sangat berkaitan dengan peningkatan
prevalensi obesitas yaitu diet tinggi lemak tinggi energi dan pola hidup kurang aktif
(sedentary life styles). Faktor genetik meskipun berperan tetapi tidak dapat
menjelaskan terjadinya peningkatan prevalensi.
Selain pola makan yang tidak seimbang, kurangnya aktivitas fisik juga merupakan
faktor risiko terjadinya masalah obesitas. Perkembangan pembangunan yang
memudahkan akses transportasi dan penggunaan mesin dalam bekerja, baik di
rumah maupun di tempat kerja cenderung merubah pola hidup menjadi kurang gerak
dan banyak duduk. Aktivitas fisik mempunyai pengaruh terhadap pengaturan berat
badan. Konsumsi energi yang berlebihan dan tidak diimbangi oleh aktivitas yang
cukup dapat menyebabkan penimbunan energi dalam bentuk lemak di tubuh
sehingga mengakibatkan kenaikan berat badan.
Gambar 1. Prevalensi gemuk dan sangat gemuk anak umur 5–12 tahun menurut
provinsi, Indonesia 2013
221
Sumber: Riskesdas, 2013
Gambar 2. Prevalensi status gizi gemuk dan sangat gemuk (IMT/U) remaja umur
13 – 15 tahun menurut provinsi, Indonesia 2013
3. Pencegahan
Pencegahan obesitas pada anak sekolah merupakan suatu upaya komprehensif
yang melibatkan stakeholder yang ada di wilayah. Stakeholder mempunyai peran
sesuai dengan tanggung jawab dan kewenangan melalui koordinasi dengan kepala
puskesmas dan pihak terkait lainnya. Kegiatan pencegahan obesitas pada anak
meliputi promosi, penemuan yang dalam pelaksanaannya melibatkan anak, orang
tua, guru, komite sekolah, stakeholder.
222
merupakan tempat yang baik untuk pendidikan kesehatan yang dapat memberikan
pengetahuan, keterampilan serta dukungan sosial dari warga sekolah. Pengetahuan,
keterampilan serta dukungan sosial ini memberikan perubahan perilaku makan sehat
yang dapat diterapkan dalam jangka waktu lama. Tujuan pencegahan ini adalah
terjadinya perubahan pola dan perilaku makan meliputi meningkatkan kebiasaan
konsumsi buah dan sayur, mengurangi konsumsi makanan dan minuman manis,
mengurangi konsumsi makanan tinggi energi dan lemak, mengurangi konsumsi junk
food, serta peningkatan aktivitas fisik dan mengurangi sedentary life style.
Pola hidup sehat mencegah kegemukan dengan melakukan hal-hal sebagai berikut:
a. Mengonsumsi buah dan sayur > 5 porsi per hari.
b. Membatasi menonton TV, bermain komputer, game/playstation < 2 jam sehari.
c. Tidak menyediakan TV di kamar anak.
d. Mengurangi makanan dan minuman manis.
e. Mengurangi makanan berlemak dan gorengan.
f. Mengurangi makan di luar.
g. Membiasakan makan pagi dan membawa makanan bekal ke sekolah.
h. Membiasakan makan bersama keluarga minimal 1 x sehari.
i. Makan makanan sesuai dengan waktunya.
j. Meningkatkan aktivitas fisik minimal 1 jam/hari.
k. Melibatkan keluarga untuk perbaikan gaya hidup untuk pencegahan gizi lebih.
l. Membiasakan menimbang berat badan secara teratur.
m. Target penurunan BB yang sehat.
Penemuan Kasus
1. Pengukuran Antropometri :
- Berat badan
- Tinggi badan
2. Penentuan Status Gizi (IMT/U)
Tindak Lanjut
2. Penyebab anemia
Penyebab anemia adalah ketidakseimbangan antara konsumsi bahan makanan
sumber zat besi yang masuk ke dalam tubuh dengan kebutuhan tubuh akan zat besi.
Penyebab anemia gizi, sebagian besar dikarenakan karena kekurangan konsumsi
zat besi dalam makanan sehari-hari. Selain konsumsi zat besi yang kurang dari
kebutuhan, anemia juga dapat disebabkan oleh karena meningkatnya kebutuhan
tubuh akan zat besi misalnya masa menstruasi, masa tumbuh kembang remaja, ibu
hamil, akibat penyakit kronis seperti TBC, Infeksi dan lain lain.
Fakta di lapangan kebanyakan dari remaja putri tidak menyadarinya dan bahkan
ketika tahu pun masih mengganggap anemia masalah sepele. Remaja putri mudah
terserang anemia karena:
(1) Pada umumnya masyarakat Indonesia termasuk remaja putri lebih banyak
mengonsumsi makanan nabati yang kandungan zat besinya sedikit,
dibandingkan dengan makanan hewani, sehingga kebutuhan tubuh akan zat
besi tidak terpenuhi.
(2) Remaja putri biasanya ingin tampil langsing, sehingga membatasi asupan
makanan.
(3) Setiap hari manusia kehilangan zat besi 0,6 mg yang diekskresi, khususnya
melalui feses.
224
(4) Remaja putri mengalami haid setiap bulan, dimana kehilangan zat besi ± 1,3 mg
per hari, sehingga kebutuhan zat besi lebih banyak dari pada laki-laki.
3. Pencegahan anemia
Salah satu pilihan untuk mencegah dan menanggulangi anemia adalah dengan
mengonsumsi Tablet Tambah Darah (TTD). Untuk suplementasi TTD diwajibkan
mengonsumsi 1 tablet per minggu setiap bulannya (SE Nomor
HK.03.03/V/0595/2016 ditetapkan tanggal 20 Juni 2016).
Oleh karena itu program penanggulangan anemia pada wanita usia subur (WUS)
dan remaja putri, menjadi bagian sangat penting, untuk mempersiapkan kondisi fisik
sebelum hamil agar siap menjadi ibu hamil yang sehat tidak anemia dan melahirkan
bayi sehat.
225
MATERI PENUNJANG 1
BUILDING LEARNING COMMITMENT
(MEMBANGUN KOMITMEN BELAJAR)
I. Deskripsi Singkat
Dalam suatu pelatihan, bertemu sekelompok orang yang belum saling mengenal
sebelumnya, berasal dari tempat yang berbeda, dengan latar belakang sosial budaya,
pendidikan/pengetahuan, pengalaman, serta sikap dan perilaku yang berbeda pula,
pada awal memasuki suatu pelatihan, sering para peserta menunjukkan suasana
kebekuan (freezing).
Agar pelatihan sukses, partisipatif dan berbasis aktivitas peserta, harus diperkenalkan
rasa percaya antar peserta, melalui perkenalan antara peserta, fasilitator dan panitia.
Dalam lingkungan peserta yang saling percaya, peserta akan lebih disiapkan untuk
berani berkontribusi dan lebih menyenangi proses belajar dan membantu kelancaran
peroses pembelajaran.
Untuk menciptakan rasa saling percaya ini, kebekuan harus dipecahkan dengan proses
pencairan (unfreezing) pada awal pelatihan dengan cara saling mengenal antar peserta
dan menciptakan perasaan positif satu sama lain. BLC juga mengajak peserta mampu
mengemukakan harapan-harapan dan kekhawatiran mereka dalam pelatihan, serta
merumuskan nilai-nilai dan norma kelas serta kontrol kolektifnya yang kemudian
disepakati bersama untuk dipatuhi selama proses pembelajaran
Pada modul ini akan dibahas pokok bahasan dan sub pokok bahasan berikut:
Pokok bahasan 1. Perkenalan dan pencairan antara peserta, fasilitator dan panitia
Pokok bahasan 2. Perumusan harapan, kekhawatiran dan komitmen terhadap proses
pelatihan.
Pokok bahasan 3. Kesepakatan nilai, norma, dan kontrol kolektif
Pokok bahasan 4. Penetapan organisasi kelas.
190
IV. Bahan Belajar
Dalam proses pembelajaran modul ini, peserta dapat menggunakan bahan belajar berikut:
▪ Permainan/games
▪ Instrumen
▪ Alat Permainan
▪ Departemen Kesehatan RI, 2010, Membangun Komitmen Belajar, Pusdiklat
▪ LAN 2010, Dinamika Kelompok
▪ Pusdiklat Depkes RI, 2010,Team Building.
▪ Bahan Presentasi
Jumlah jam yang digunakan dalam modul ini sebanyak 2 jam pelajaran (T=0, P=2, PL=0)
@45 menit untuk memudahkan proses pembelajaran, dilakukan langkah-langkah kegiatan
pembelajaran sebagai berikut.
Di dalam ruang kelas, kursi disusun melingkar sejumlah peserta
Langkah 1.
Pengantar (Briefing)
Langkah kegiatan:
1. Fasilitator menyapa peserta dengan ramah dan hangat dan menyampaikan tujuan
pembelajaran
2. Dilanjutkan dengan penyampaian judul materi, deskripsi singkat, tujuan pembelajaran
umum, tujuan pembelajaran khusus, pokok bahasan dan sub pokok bahasan pada sesi
ini.
Langkah 2.
A. Penyampaian dan pembahasan
Pokok bahasan 1. Perkenalan dan pencairan antara peserta, fasilitator dan panitia.
Langkah Kegiatan
Memandu peserta untuk melakukan proses perkenalan dengan pilihan metode:
• Memperkenalkan Fasilitator yang hadir dan Panitia disertai tugas yang
dilakukannya.
• Fasilitator membagi Peserta dalam kelompok, tiap kelompok terdiri minimal 10 orang.
Pembagian kelompok berdasarkan kesamaan Pilihan Warna:
- Fasilitator menyediakan potongan kertas berwarna sebanyak jumlah peserta,
dengan warna-warna: biru, hijau, kuning, merah hati, merah jambu, ungu, coklat,
oranye, dan sebagainya yang terbagi secara merata.
- Peserta diminta mengambil salah satu warna yang paling disukainya, disesuaikan
dengan jumlah potongan kertas yang tersedia.
- Peserta dengan pilihan warna yang sama diminta berkumpul menjadi satu
kelompok.
Mengenal diri sendiri dan orang lain dengan Permainan “Kereta Api”
• Fasilitator meminta seluruh peserta untuk berdiri dan membentuk lingkaran dalam
kelompok yang telah dibagi.
• Peserta pertama memperkenalkan diri dengan menyebutkan nama, dan unit kerja.
• Peserta berikutnya diminta menyebutkan terlebih dahulu nama-nama peserta
sebelumnya baru kemudian memperkenalkan dirinya sendiri
• Demikian seterusnya sehingga merangkai seperti rangkaian Kereta Api
• Peserta terakhir harus menyebutkan seluruh nama peserta sebelum
meperkenalkan dirinya sendiri
191
• Masing-masing kelompok diwakili oleh satu peserta memperkenalkan semua
anggota kelompok, dengan menyebut nama dan asal instansi.
• Kelompok digabung menjadi kelompok besar, dan untuk mengukur efektifitas
proses perkenalan, fasilitator mengecek kemampuan peserta dengan minta
beberapa diantara peserta menyebutkan seluruh nama peserta yang hadir.
Langkah-langkah:
- Peserta dibagi dalam dua kelompok yang sama banyak.
- Fasilitator menjelaskan aturan permainan, sebagai berikut:
• Kedua kelompok akan berlomba menyusun barisan. Barisan disusun berdasarkan
aba-aba:
o Berbaris menurut ukuran sepatu (mulai dari ukuran sepatu paling kecil)
o Berbaris menurut urutan nama secara alpabet (mulai dari A s/d Z).
o Berbaris menurut urutan usia (mulai dari usia yang muda)
o Berbaris menurut tempat kelahiran (mulai dari A s/d Z)
o Berbaris menurut tahun kelahiran (mulai dari tahun kelahiran paling muda)
o Berbaris menurut jumlah saudara kandung (mulai dari jumlah saudaranya
yang paling banyak)
• Fasilitator akan menghitung sampai 10, kemudian kedua kelompok, selesai atau
belum selesai, harus jongkok.
• Setiap kelompok secara bergantian memeriksa apakah kelompok lawan telah
melaksanakan tugasnya dengan benar.
• Kelompok yang menang adalah kelompok yang melaksanakan tugasnya dengan
benar dan cepat (bila kelompok dapat menyelesaikan tugasnya sebelum hitungan
192
ke sepuluh mereka boleh langsung jongkok untuk menunjukkan bahwa mereka
telah selesai melakukan tugas).
Tugas kelompok adalah menentukan peran yang menjadi petani, macan, kambing
dan rumput, dan selanjutnya menentukan bagaimana cara menyelesaikannya.
Langkah Kegiatan
Fasilitator membagi peserta dalam kelompok kecil @ 5-6 orang, kemudian
menjelaskan penugasan kelompok, yaitu:
1. Masing-masing kelompok menentukan harapan terhadap pelatihan ini serta
kekhawatiran dalam mencapai harapan tersebut. Mula-mula secara individu,
kemudian hasil setiap individu dibahas dan dilakukan kesepakatan sehingga
menjadi harapan kelompok.
2. Setiap kelompok diminta untuk mempresentasikan hasil diskusi. Peserta lainnya
diminta untuk memberikan tanggapan dan masukan.
193
3. Fasilitator memandu peserta untuk membahas harapan dan kekhawatiran dari
setiap kelompok tersebut sehingga menjadi harapan kelas yang disepakati
bersama.
4. Peserta difasilitasi sedemikian rupa agar semua berperan aktif dan memberikan
komitmennya untuk mentaati norma kelas tersebut.
Pokok Bahasan 3: Kesepakatan nilai, norma, dan kontrol kolektif. (15 menit)
Langkah Kegiatan
1. Fasilitator mengarahkan peserta untuk membentuk kelompok kecil @ 5-6 orang
per kelompok.
2. Berdasarkan harapan kelas yang telah disepakati, kemudian fasilitator memandu
peserta untuk merumuskan nilai kelas untuk disepakati bersama.
2. Fasilitator membagikan kertas berisi daftar nilai-nilai pribadi sebagai referensi
3. Peserta diminta menyepakati nilai kelompok
4. Selanjutnya nilai kelompok tersebut disepakati menjadi nilai kelas yang
disepakati secara bersama-sama dan dijabarkan menjadi norma kelas, termasuk
kontrol kolektif (sanksi) bagi yang melanggar
5. Fasilitator memandu brainstorming tentang sanksi apa yang harus diberlakukan
bagi orang yang tidak mematuhi atau melanggar norma yang telah disepakati.
Tuliskan hasil brainstorming di papan flipchart agar bisa dibaca oleh semua
peserta. Peserta difasilitasi sedemikian rupa sehingga aktif dalam melakukan
brainstorming.
6. Fasilitator memandu membahas hasil brainstorming, sehingga dapat dirumuskan
sanksi yang disepakati kelas.
7. Fasilitator meminta salah seorang peserta untuk menuliskan dengan jelas
rumusan norma dan sanksi yang telah disepakati tersebut pada kertas flipchart
serta menempelnya di dinding agar bisa dibaca dan dipergunakan sebagaimana
mestinya.
Langkah Kegiatan
Pada tahap akhir perlu ditetapkan Pengurus Kelas agar memudahkan koordinasi
dengan fasilitator dan panitia.
1. Fasilitator meminta tiap kelompok mengirimkan satu peserta sebagai “Kandidat”
Ketua Kelas.
2. Masing-masing Kandidat secara bergilir mempromosikan dirinya di hadapan
peserta.
3. Kandidat membalikkan badan dan peserta diminta berdiri di belakang kandidat.
Kandidat yang mempunyai barisan terpanjang, maka dialah yang terpilih menjadi
Ketua Kelas. Selanjutnya Ketua Kelas akan menentukan Pengurus Kelas.
194
VI. URAIAN MATERI
1. Konsepsi Building Learning Commitment (BLC)
2. Komitmen
Adalah keterikatan, keterpanggilan seseorang terhadap apa yang dijanjikan atau
yang menjadi tujuan dirinya atau kelompoknya yang telah disepakati dan
terdorong berupaya sekuat tenaga untuk mengaktualisasikannya dengan
berbagai macam cara yang baik, efektif dan efisien.
Komitmen belajar/pembelajaran, adalah keterpanggilan seseorang/kelompok/
kelas untuk berupaya dengan penuh kesungguhan mengaktualisasikan apa yang
menjadi tujuan pelatihan/ pembelajaran. Keadaan ini sangat menguntungkan
dalam mencapai keberhasilan individu/ kelompok/ kelas, karena dalam diri setiap
orang yang memiliki komitmen tersebut akan terjadi niat baik dan tulus untuk
memberikan yang terbaik kepada individu lain, kelompok dan kelas secara
keseluruhan.
Dengan terbangunnya BLC, juga akan mendukung terwujudnya saling percaya,
saling kerja sama, saling membantu, saling memberi dan menerima, sehingga
tercipta suasana/ lingkungan pembelajaran yang kondusif.
195
memberikan pendapat/argumentasi atas pilihannya dan belajar saling
menghargai serta saling memahami akan nilai-nilai yang diyakini peserta lainnya.
Perbedaan haruslah dipahami sebagai kekayaan cara setiap individu
memandang sesuatu. Semakin banyak perbedaan semakin kaya dan luas kita
memandang sesuatu. Meskipun demikian semakin banyak perbedaan semakin
rentan terjadi konflik dan friksi, sehingga peserta latih belajar untuk tenggang
rasa. Melalui proses interaksi dalam diskusi peserta belajar untuk mencari solusi
untuk mensinergikan perbedaan diantara kelompok.
Agar nilai-nilai yang telah disepakati tetap terjaga, maka diperlukan norma belajar
yang mengatur tata pergaulan selama proses belajar sehingga semua
memperoleh kesempatan untuk sukses. Nilai-nilai yang sudah ditetapkan
bersama dijabarkan dalam norma yang terukur dan jelas operasionalisasinya.
Norma merupakan nilai yang diyakini oleh suatu kelompok atau masyarakat,
kemudian menjadi kebiasaan serta dipatuhi sebagai patokan dalam perilaku
kehidupan sehari-hari kelompok/masyarakat tersebut. Norma adalah gagasan,
kepercayaan tentang kegiatan, instruksi, perilaku yang seharusnya dipatuhi oleh
suatu kelompok.
VII. REFERENSI:
- Ir. Sri Ratna, MM dan Dra Sri Murtini, MPA, Dinamika Kelompok, Bahan Ajar
Diklat Prajabatan Golongan III, Lembaga Administrasi Negara RI, 2006
- Adi Soemarmo, Icebreaker, Permainan Atraktif Efektif, Penerbit: Andi, Yogyakarta,
2006
- Munir Baderel, Drs, Apt, Dinamika Kelompok, Penerapan Dalam Laboratorium
Perilaku, Universitas Sriwijaya, 2001
196
VIII. LAMPIRAN
FORMULIR NILAI DIRI
Kesetiaan Keberhasilan Kedamaian Kebahagiaan
Kesejahteraan Kekayaan Persahabatan Kearifan
Kebebasan Persaudaraan Kebenaran Keadilan
Kejujuran Kesehatan Kebersamaan Persatuan
Keunggulan Ketegasan Tanggung Ketenaran
jawab
Status Penghargaan Kehormatan diri Stabilitas
Kemerdekaan Efisiensi Keamanan Keluarga
Harga diri Ketulusan Pengabdian Agama
Kepastian masa Jaminan Menbantu Menghormati
depan ekonomi orang lain sesama
Reputasi Kredibilitas Kreativitas Kekuasaan
Hak azasi Integritas Keharmonisan Ketengan
Berguna bagi Melayani pada Berkorban bagi Kelangsungan
orang lain sesama orang lain hidup
Disiplin pribadi Ketegasan Keluhuran budi Keikhlasan
Kerja sama Jabatan Kedudukan Keterbukaan
Prestasi kerja Kepemimpinan Cita-cita Tujuan hidup
Hidup yang Sukses dalam Dipercaya oleh Dihargai oleh
berarti pekerjaan orang lain orang lain
Kesucian diri Negara Pekerjaan Bangsa
Alam semesta Lingkungan Ketaatan Harta kekayaan
Keseimbangan Penghargaan Imajinasi Keimanan
Kasih sayang Perhatian Keakraban Pengetahuan
Informasi Demokrasi Menepati janji Gairah hidup
Menghargai Usaha dan Rakmat dan Tantangan hidup
waktu perjuangan anugerah
Semangat juang Prakarsa Keberanian Kesempatan
Kemenangan Keahlian Kepandaian Bakat pribadi
Ide & pemikiran Cinta keselarasan Persaingan
Kecepatan Ketelitian Kecermatan Ketepatan
Rendah hati Kesopanan Kebudayaan Etika
Pranata hukum Toleransi Musyawarah Kekuatan diri
Kesederhanaan Kenyamanan Kewibawaan Kesabaran
Ayah-ibu Pengembangan Pertumbuhan Kemajuan
Ketahanan Fleksibilitas Kualitas kepribadian
197
MATERI PENUNJANG 2
RENCANA TINDAK LANJUT
I. DESKRIPSI SINGKAT
Secara makro bahwa proses pembelajaran dikelas adalah langkah awal dalam
memperoleh kompetensi pengetahuan, sikap, perilaku dan psikomotor terkait dengan
substansi diklat, kemudian langkah berikutnya upaya menerapkan kompetensi tersebut
di tempat peserta latih bekerja. Seluruh kompetensi akan mubazir bila tidak
diimplementasikan di tempat kerja.
Rencana tindak lanjut berupa rumusan rencana kegiatan terkait pelatihan harus
dirancang diakhir pembelajaran, sehingga peserta latih masih menyadari ada tugas
yang harus dikerjakan dengan kualitas yang lebih baik setelah bertugas kembali.
Dalam rencana tindak lanjut pelatihan TOT Pelayanan Kesehatan Usia Sekolah dan
Remaja, diharapkan peserta mampu melakukan penilaian berdasarkan data
Penjaringan Kesehatan, dan Pelayanan Kesehatan Peduli Remaja yang dituangkan
dalam Daftar Tilik Akselerasi Pembinaan dan Pelaksanaan UKS dan Instrumen Standar
Nasional Pelayanan Kesehatan Peduli Remaja yang telah dibawa peserta, serta mampu
menjadi pelatih dalam pelatihan Pelayanan Kesehatan Usia Sekolah dan Remaja.
190
IV. BAHAN BELAJAR/ REFERENSI
Jumlah jam yang digunakan dalam modul ini sebanyak 3 jam pelajaran (T=1 , P=2,
PL=0) @45 menit untuk memudahkan proses pembelajaran, dilakukan langkah-langkah
kegiatan pembelajaran sebagai berikut.
Langkah Kegiatan :
1. Fasiltator menyampaikan materi tentang konsep rencana tindak lanjut (RTL) dan
langkah-langkah penyusunan RTL Kegiatan PKPR dan UKS sesuai dengan format
yaitu SN PKPR dan akselerasi pembinaan dan pelaksanaan UKSdan kegiatan
setelah mengikuti pelatihan dengan bahan tayang
2. Fasiltator memberikan kesempatan kepada peserta utuk menanyakan atau
mengklarifikasikan hal-hal yang perlu ditanyakan.
3. Fasilitator memberikan jawaban atau tanggapan yang sesuai.
Rencana tindak lanjut (RTL) menjadi materi penunjang dalam suatu pelatihan, dan
disampaikan diakhir sesi pembelajaran. Materi ini sangat penting, untuk merefleksikan
kembali kompetensi diklat yang diperoleh di kelas di tempat kerja pada saat dikelas
(sesi terakhir). Rencana Tindak Lanjut dipersiapkan dalam bentuk rumusan format
standar, lalu setelah tiba ditempat tugas.
191
Pokok Bahasan 1 Konsep Rencana Tindak Lanjut (RTL)
b. Pengertian, Tujuan, Ciri-ciri RTL
Pengertian
Rencana tindak lanjut pelatihan adalah rencana kerja yang akan dilakukan oleh
peserta pelatihan setelah kegiatan pelatihan selesai. Dengan kata lain, RTL
pelatihan merupakan bentuk upaya peserta latih untuk mengimplementasikan hasil
belajarnya atau sebagai wujud implementasi hasil pelatihan di tempat tugas.
Selain bagi peserta latih, RTL juga bermanfaat bagi penyelenggara pelatihan. Bagi
peserta pelatihan dapat menjadi dasar penjabaran hasil pelatihan di tempat tugas.
Sedangkan manfaat bagi penyelenggara adalah akan memudahkan penelusuran
terhadap komitmen peserta dalam mengimplementasikan hasil pelatihan pada saat
melaksanakan evaluasi pasca pelatihan.
Modul ini menjelaskan tentang pengertian, ciri-ciri serta komponen-komponen RTL
untuk membekali peserta latih dalam proses menyusun RTL pada akhir pelatihan.
Tujuan
Tujuan akhir dari Rencana Tindak Lanjut adalah peningkatan kinerja khususnya
peningkatan kualitas tenaga kesehatan dalam melakukan tugas pokok dan
fungsinya. Peningkatan kinerja dapat dicapai dengan penerapan kompetensi
sebagai suatu standar proses. Selanjutnya pelaksanaan tugas pokok dan fungsi
berdasarkan standar proses yang meningkatkan mutu cakupan pelayanan
kesehatan dan derajat kesehatan masyarakat. Selaras dengan tujuan akhir
tersebut, secara spesifik tujuan dari Rencana Tindak Lanjut adalah sebagai berikut:
a. Teridentifikasinya rencana kegiatan tentang penerapan kompetensi pelatihan
yang diperoleh dari pelatihan di instansi asal peserta latih
b. Terdiseminasikannya materi pelatihan yang diperoleh di instansi asal peserta
latih.
b. Measurable
Measurable artinya rencana kegiatan dapat diukur dan mempunyai satuan
ukuran seperti satuan jumlah, satuan waktu serta memiliki indikator proses
seperti trend yang menurun/meningkat yang dinyatakan dalam bentuk %, rate
dan ratio.
Misalnya pelaksanaan penjaringan kesehatan di 100% SD, SMP dan SMA pada
bulan Desember 2016.
192
c. Achievable
Kegiatan memiliki ciri achievable, jika kegiatan tersebut dilaksanakan, maka
tujuan kegiatan akan dapat dicapai.
Misalnya sosialisasi tentang instrumen terbatas SN PKPR di internal puskesmas
untuk meningkatkan mutu puskesmas PKPR, sehingga peran mantan peserta
latih dapat dicapai sekalipun yang bersangkutan mutasi atau berhalangan.
d. Relevan
Relevan artinya rencana kegiatan berhubungan langsung dengan kompetensi
pelatihan serta tugas pokok dan fungsi mantan peserta latih di instansinya.
Sosialisasi kegiatan PKPR dan UKS ditempat kerja adalah kompetensi diklat
mantan peserta latih yang diharapkan diterapkan ditempat kerjanya dalam
kaitannya dengan pelaksanaan tugas pokok dan fungsi.
e. Timely
Timely artinya setiap rencana kegiatan yang dicantumkan dalam Rencana
Tindak Lanjut tepat waktuya dilakukan dan dapat dilaksanakan dalam kurun
waktu tertentu.
Penerapan kegiatan PKPR dan penjaringan kesehatan terhadap usia sekolah
dan remaja merupakan program Direktorat Kesehatan Keluarga sebegaimana
yang tertera dalam Renstra Kementerian Kesehatan RI 2015 - 2019.
b. Ruang lingkup
Ruang lingkup Rencana Tindak Lanjut (RTL) sebaiknya minimal mencakup:
a. Menetapkan kegiatan apa saja yang akan dilakukan
b. Menetapkan tujuan setiap kegiatan yang ingin dicapai
c. Menetapkan sasaran dari setiap kegiatan
d. Menetapkan metode yang akan digunakan pada setiap kegiatan
e. Menetapkan waktu dan tempat penyelenggaraan kegiatan
f. Menetapkan siapa pelaksana atau penangung jawab dari setiap kegiatan
g. Menetapkan besar biaya dan sumbernya.
a. RTL Fasilitator
Format :
Nama Peserta : Email :
Institusi : No. Hp :
193
Keterangan pengisian setiap kolom:
No Jelas
194
5. Manjemen Kesehatan
a. Kegiatan advokasi
b. Pencatatan dan pelaporan
c. Kegiatan supervisi, pemantauan dan evaluasi
d. Sistem rujukan
VII. REFERENSI
- Pedoman Akselerasi Pembinaan dan Pelaksanaan Usaha Kesehatan Sekolah,
Kementerian Kesehatan RI 2015
- Buku Pedoman Standar Nasional Pelayanan Kesehatan Peduli Remaja (SN-PKPR),
Kementerian Kesehatan, 2014
- Lembaga Administrasi Negara, Bahan Diklat Bagi Pengelola Diklat Rencana Tindak
Lanjut, Jakarta 2009
- BPPSDMK - Modul Pelatihan Pengangkatan Pertama Jabatan Fungsional Penyuluh
Kesehatan Masyarakat (PKM) Terampil 2013
- BPPSDMK - Modul Pelatihan Konseling Penanganan Kekerasan Terhadap
Perempuan dan Anak Bagi Tenaga Kesehatan di Puskesmas 2012
195
MATERI PENUNJANG 3
PENGARUSUTAMAAN GENDER BIDANG KESEHATAN (PUG-BK)
I. Deskripsi Singkat
Perempuan dan Laki-laki memang berbeda secara biologis dan dalam konstruksi
gender mereka. Karena itu dapat dipastikan laki-laki dan perempuan mempunyai
kebutuhan kesehatan yang berbeda. Untuk memenuhi kebutuhan kesehatan secara adil
dan efisien diperlukan pemahaman tentang tindakan yang tepat. Pengarusutamaan
gender adalah “salah satu strategi pembangunan yang dilakukan untuk keadilan dan
kesetaraan gender melalui kebijakan dan program yang memperhatikan pengalaman,
aspirasi, kebutuhan dan permasalahan perempuan dan laki-laki ke dalam perencanaan,
pelaksanaan, pemantauan dan evaluasi dari seluruh kebijakan, program, proyek, dan
kegiatan di berbagai bidang kehidupan dan pembangunan”.
Materi ini membahas tentang Ruang Lingkup Gender, Kesetaraan dan Keadilan Gender
(KKG), dan Pengarusutamaan Gender Bidang Kesehatan (PUG-BK). Materi
disampaikan dengan metode curah pendapat, ceramah dan tanya jawab.
Pada modul ini akan dibahas pokok bahasan dan sub pokok bahasan berikut:
Pokok bahasan 1. Ruang lingkup gender
Sub pokok bahasan:
a. Pengertian gender dan jenis kelamin.
b. Perspektif gender dalam bidang kesehatan.
Dalam proses pembelajaran modul ini, peserta dapat menggunakan bahan belajar berikut:
▪ Depkes RI, Modul Pelatihan Pengarusutamaan Gender Bidang Kesehatan Bagi
Pengelola Program Kesehatan, Jakarta, 2006.
▪ Depkes RI, Profil Kesehatan Reproduksi PUG Dalam Bidang Kesehatan. Jakarta,
2007.
▪ Dr. Riant Nugroho, Gender dan Administrasi Publik, Studi tentang Kualitas
Kesetaraan Gender dalam Administrasi Publik Indonesia Pasca Reformasi 1998 –
2002, Yogyakarta. November 2008.
Jumlah jam yang digunakan dalam modul ini sebanyak 2 jam pelajaran (T=2) @45 menit
untuk memudahkan proses pembelajaran, dilakukan langkah-langkah kegiatan
pembelajaran sebagai berikut.
Langkah Kegiatan:
1. Fasilitator menyapa peserta dengan ramah dan hangat. Apabila belum pernah
menyampaikan materi di kelas, mulailah dengan perkenalan. Perkenalkan diri
dengan menyebutkan nama lengkap, instansi tempat bekerja, dan topik materi yang
akan disampaikan.
2. Fasilitator menyampaikan tujuan dan pokok bahasan pembelajaran tentang gender
dalam bidang kesehatan sesuai dengan materi, dengan menggunakan bahan
tayang. Fasilitator juga menjelaskan mengapa materi ini diperlukan dalam pelatihan,
keterkaitan dengan materi lainnya, dan metode yang digunakan dalam materi ini.
3. Fasilitator menggali pengalaman peserta tentang PUG-BKdalam bidang kesehatan
dengan memberikan pertanyaan dan meminta peserta lain memberikan tanggapan.
Langkah 2:
Membahas pokok bahasan 1. Ruang lingkup gender (30 menit)
Langkah Kegiatan :
1. Fasilitator melakukan curah pendapat tentang pengertian gender dan jenis kelamin.
2. Fasilitator meminta peserta menggali lebih lanjut tentang perbedaan gender dan jenis
kelamin dengan mengajak peserta untuk menyampaikan perbedaan dan persamaan
perempuan dan laki-laki dengan menggunakan metaplan.
3. Fasilitator memberi kesempatan pada peserta untuk bertanya/ mengemukakan
pendapat.
4. Fasilitator menjawab pertanyaan peserta dan mengklarifikasi perbedaan gender dan
jenis kelamin, dengan menggunakan bahan tayang.
5. Fasilitator meminta peserta untuk menyimpulkan perbedaan gender dan jenis
kelamin.
6. Fasilitator merangkum hasil diskusi tanya jawab.
191
Langkah 3:
Membahas pokok bahasan 2. Kesetaraan dan Keadilan Gender/KKG (30 menit)
Langkah Kegiatan :
1. Dengan menggunakan bahan tayang, fasilitator menjelaskan tentang penyebab
ketidaksetaraan dan ketidakadilan gender, mencakup:
a. Stereotipi
b. Subordinasi
c. Marginalisasi
d. Violance
e. Beban majemuk
2. Fasilitator menayangkan bahan tayang serta meminta peserta untuk mengidentifikasi
penyebab ketidaksetaraan dan ketidakadilan gender yang terjadi, dikaitkannya
dengan 4 (empat) faktor kesenjangan gender yaitu akses, manfaat, partisipasi, dan
kontrol.
3. Fasilitator meminta tanggapan, pertanyaan maupun klarifikasi dari peserta.
4. Fasilitator merangkum hasil tanya jawab.
Langkah 4:
Membahas pokok bahasan 3. Pengarusutamaan Gender Bidang Kesehatan/PUG-
BK (15 menit)
Langkah Kegiatan :
1. Dengan menggunakan bahan tayang, fasilitator menguraikan tentang:
a. Karakteristik,
b. Tujuan, dan
c. Strategi PUG-BK
2. Fasilitator menanyakan kepada peserta apakah ada pertanyaan terkait dengan
materi PUG-BK.
Langkah5:
Rangkuman dan pembulatan (5 menit)
Langkah Kegiatan :
1. Fasilitator memandu peserta untuk membuat rangkuman dan pembulatan dari materi
yang sudah dibahas.
2. Fasilitator melakukan evaluasi pemahaman peserta.
3. Fasilitator menegaskan kembali pentingnya memahami tentang PUG-BK.
4. Fasilitator menutup materi dengan mengucapkan terima kasih dan salam.
1. Pokok bahasan 1.
RUANG LINGKUP GENDER
A. Pengertian Gender dan Jenis Kelamin
Selama ini ilmu kedokteran hanya melihat beberapa hal yang mempengaruhi
kesehatan khususnya dari perbedaan biologis. Hal ini disebabkan karena sebagian
besar petugas kesehatan kurang memahami pengertian tentang konsep gender
sebagai salah satu faktor penting. Walaupun istilah gender telah digunakan dalam
berbagai program dan pelayanan masyarakat, namun seringkali jenis kelamin
diartikan sama dengan gender. Hal ini karena pemahaman tentang gender belum
dipahami secara benar dan luas.
Kita dilahirkan sebagai laki-laki atau perempuan, kita
192
belajar bagaimana berperilaku sebagai laki-laki dan
perempuan dan bertumbuh menjadi dewasa dengan
peran yang berbeda.
Konsep gender memang sulit dipahami apalagi istilah tersebut masih baru bagi
kebanyakan orang. Tetapi istilah ini penting ssekali untuk diketahui secara tepat agar
kita dapat mengerti perbedaan antara seks dan gender.
Pengertian JENIS KELAMIN berhubungan dengan perbedaan biologis antara
perempuan dan laki-laki. Jenis kelamin merupakan anugerah yang melekat pada diri
kita sejak dilahirkan. Karena jenis kelamin itulah kita disebut laki-laki atau
perempuan. Secara normal kondisi ini tidak dapat berubah sampai mati sekalipun.
Perbedaan biologis ini bersifat kodrati dan bersifat universal (dimanapun di seluruh
muka bumi ini sama). Contohnya, perempuan melahirkan dan menyusui, sedangkan
laki-laki tidak, dan laki-laki membuahi dalam proses reproduksi sedangkan
perempuan tidak.
Pengertian GENDER berkaitan dengan peran dan tanggungjawab antara perempuan
dan laki-laki. Hal ini ditentukan oleh nilai-nilai sosial budaya yang berkembang. Laki-
laki dan perempuan, di semua lapisan masyarakat memainkan peran yang berbeda,
mempunyai kebutuhan yang berbeda, dan menghadapi kendala yang berbeda pula.
Masyarakatlah yang membentuk nilai yang diyakini tentang bagaimana laki-laki dan
perempuan dewasa harus berperilaku, berpakaian, bekerja dan lain sebagainya.
Nilai dan aturan bagi laki-laki dan perempuan di setiap kelompok masyarakat
berbeda sesuai dengan nilai sosial budaya setempat. Hal ini seringkali berubah
seiring dengan perkembangan budaya. Contohnya di beberapa daerah menjaga
hasil bumi yang akan dijual adalah tugas perempuan, akan tetapi di daerah lain
menjadi tugas laki-laki. Demikian halnya bekerja kasar dalam membangun jalan atau
bangunan rumah di satu daerah biasanya dilakukan oleh laki-laki, tetapi di daerah
lain menjadi tugas perempuan. Namun hal ini menegaskan bahwa ada aturan yang
menegaskan bahwa laki-laki dan perempuan mempunyai perbedaan peran dan
tugas serta tanggungjawab dalam kegiatan sosial dan ekonomi dalam memanfaatkan
sumberdaya dan proses pengambilan keputusan.
Dengan demikian jelaslah peran gender dapat berubah dan diubah seiring dengan
perubahan lingkungan sosial-budaya, ekonomi serta teknologi. Aturan yang berkaitan
dengan peran dan tanggungjawab laki-laki dan perempuan dalam sosial
kemasyarakatan seringkali lebih memperkuat kendala berbasis gender yang
menjadikan timbulnya ketidaksetaraan dalam akses, manfaat, partisipasi dan kendali
antara laki-laki dan perempuan.
194
2. Pokok bahasan 2.
KESETARAAN DAN KEADILAN GENDER (KKG)
A. Istilah Gender
1. Pengarusutamaan gender:
Suatu strategi untuk mencapai kesetaraan dan keadilan Gender.
2. Kesenjangan gender:
Ketidakseimbangan peran dan kedudukan antara perempuan dan laki-laki dalam
proses pembangunan.
3. Buta gender:
Anggapan bahwa pilihan pekerjaan bagi perempuan dan laki-laki sudah
ditentukan sesuai kodrat. Contoh: tugas perempuan hanya melaksanakan
pekerjaan rumah tangga.
4. Diskriminasi gender:
Memperlakukan seseorang atau kelompok orang secara berbeda karena jenis
kelamin.
5. Kesadaran gender:
Pengetahuan dan pemahaman seseorang akan kesamaan peran dan tanggung
jawab laki-laki dan perempuan dalam kehidupan berkeluarga dan bermasyarakat.
Contoh: Kader Posyandu lebih banyak perempuan, bagi yang sadar gender akan
memperjuangkan dapat dilakukan pula oleh laki-laki.
6. Bias gender:
Keadaan yang menunjukkan sikap berpihak lebih pada laki-laki daripada
perempuan. Misal: produk hukum yang lebih memihak laki-laki sehingga selalu
merugikan perempuan. Contoh: kasus aborsi ilegal pihak perempuan mengalami
hukuman karena tindakan aborsinya, sementara laki-laki terbebaskan
7. Kepekaan gender:
Suatu sikap dan perilaku yang tanggap dan peka terhadap perbedaan atau
persamaan perlakuan terhadap laki-laki dan perempuan dalam berbagai bidang
kehidupan, makhluk sosial maupun warga masyarakat.
8. Kesetaraan gender:
Kesamaan (equality) yaitu keadaan tanpa diskriminasi (sebagai akibat dari
perbedaan jenis kelamin) dalam memperoleh kesempatan, pembagian sumber-
sumber dan hasil pembangunan, serta akses terhadap pelayanan.
9. Keadilan gender:
Gambaran keseimbangan yang adil (fairness) dalam pembagian beban tanggung
jawabdan manfaat antara laki-laki dan perempuan. Keadilan gender didasari atas
pemahaman bahwa laki-laki dan perempuan mempunyai perbedaan kebutuhan
dan kekuasaan. Perbedaan ini perlu dikenali dan diperhatikan untuk dipakai
sebagaidasar atas penerapan perlakuan yang berbeda bagi laki-laki dan
perempuan.
10. Peran gender:
Peran sosial ekonomi yang dipandang layak oleh suatu masyarakat untuk
diberikan kepada laki-laki dan perempuan. Laki-laki sering diberi peran sebagai
pencari nafkah, sementara perempuan berperan ganda, yaitu tanggung jawab
pekerjaan rumah, pencari nafkah tambahan, dan kegiatan masyarakat.
B. Ketimpangan Gender
Laki-laki dan perempuan dari sisi biologis berbeda, namun dari sisi sosial, laki-laki
dan perempuan idealnya mempunyai peran dan tanggung jawab yang sama.
Contohnya laki-laki jadi ilmuwan, perempuan juga bisa jadi ilmuwan, laki-laki menjadi
pemimpin, perempuan juga bisa jadi pemimpin, dan lain-lain. Namun demikian,
195
kondisi ideal tersebut belum tercipta karena masih terjadi ketidaksetaraan atau
diskriminasi gender.
196
tangga, marginalisasi terhadap perempuan sudah terjadi dalam bentuk
diskriminasi atas anggota keluarga yang laki-laki dan perempuan.
4. Violence (kekerasan)
Merupakan assoult (invasi) atau serangan terhadap fisik maupun integritas mental
psikologis seseorang yang dilakukan terhadap jenis kelamin tertentu, umumnya
perempuan sebagai akibat dari perbedaan gender. Bentuk dari kekerasan ini
seperti pemerkosaan dan pemukulan hingga pada bentuk yang lebih halus lagi,
seperti: sexual harassment (pelecehan) dan penciptaan ketergantungan.
Violence terhadap perempuan banyak sekali terjadi karena stereotipe gender.
Pemerkosaan yang merupakan salah satu bentuk violence yang sering kali terjadi
sebenarnya disebabkan bukan karena unsur kecantikan melainkan karena
kekuasaan dan streotipe gender yang dilekatkan kepada kaum perempuan.
Gender violence yang disebabkan karena ketidaksetaraan kekuatan yang ada
dalam masyarakat. Violence yang disebabkan oleh bias gender ini disebut
gender - relate violence.
Bentuk dan macam kejahatan yang masuk dalam kategori gender violence dapat
meliputi, antara lain:
a. Bentuk pemerkosaan terhadap perempuan, perkosaan dalam
perkawinan juga termasuk di dalamnya. Arti nya perkosaan yang
terjadi jika seseorang untuk mendapatkan pelayanan seksuaI
dilakukan secara paksa tanpa kerelaan dari yang bersangkutan .
Munculnya ketidakrelaan ini sering kali tidak bisa terekspresikan
yang disebabkan oleh berbagai faktor, misalnya malu, ketakutan, dan
keterpaksaan baik dari segi ekonomi, sosial maupun kultural
sehingga tidak ada pilihan lain.
b. Serangan fisik dan tindakan pemukulan yang terjadi dalam rumah tangga
(domestic violence), termasuk di antaranya penyiksaan terhadap anak-
anak (child abuse).
c. Penyiksaan yang mengarah kepada organ alat kelamin (genital
mutilation), misalnya penyunatan terhadap anak perempuan. Penyunatan
ini dilakukan dengan berbagai alasan yang diungkapkan dalam suatu
kelompok masyarakat. Namun, salah satu alasan terkuat yaitu adanya
anggapan dan bias gender di masyarakat, yakni untuk memgontrol kaum
perempuan. Saat ini, penyunatan perempuan sudah mulai jarang dideng ar.
d. Prostitution (pelacuran) merupakan bentuk kekerasan terhadap
perempuan yang dilakukan dengan motif ekonomi yang merugikan kaum
perempuan. Setiap masyarakat dan negara selalu menggunakan standar
ganda terhadap pekerja seksual ini. Di satu sisi pemerintah melarang dan
menangkaipi, tetapi di sisi lain juga menarik pajak dari praktik prostitusi
tersebut. Seorang pelacur dianggap rendah oleh masyarakat, namun
tempat praktiknya selalu saja ramai dikunjungi orang.
e. Pornografi merupakan jenis kekerasan lain terhadap perempuan. Jenis
kekerasan ini termasuk kekerasan nonfisik, yakni berupa pelecehan
terhadap kaum perempuan dimana tubuh perempuan dijadikan objek demi
keuntungan seseorang.
f. Kekerasan dalam bentuk pemaksaan sterilisasi dalam program keluarga
berencana. Keluarga Berencana di banyak tempat ternyata telah menjadi
sumber kekerasan terhadap perempuan. Dalam rangka memenuhi target
mengontrol pertumbuhan penduduk, perempuan sering kali dija dikan
korban demi program tersebut, meskipun semua orang tahu bahwa
persoalannya tidak saja pada perempuan melainkan berasal dari kaum
laki-laki juga. Namun, lantaran bias gender, perempuan dipaksa
197
melakukan sterilisasi yang sering kali membahayakan, baik fisik maupun
jiwa mereka.
g. Jenis kekerasan terselubung (molestation), yakni menyentuh atau
memegang bagian tertentu dari tubuh perempuan dengan berbagai cara
dan kesempatan tanpa kerelaan si pemilik tubuh. Jenis kekerasan ini
sering terjadi di tempat pekerjaan ataupun di tempat umum seperti dalam
bis.
h. Tindakan kejahatan terhadap perempuan yang paling umum dilakukan di
masyarakat yakni yang dikenal dengan pelecehan seksual (sexual and
emotional harrasment). Ada banyak bentuk pelecehan, dan yang umum
terjadi adalah unwanted attention from men. Banyak orang membela bahwa
pelecehan seksual itu sangat relatif karena tindakan itu merupakan usaha
untuk bersahabat. Akan tetapi, sesungguhnya pelecehan seksual bukanlah
usaha untuk bersahabat, karena tindakan tersebut merupakan sesuatu yang
tidak menyenangkan bagi perempuan.
Ada beberapa bentuk yang bisa dikategorikan dalam pelecehan seksual, di
antaranya yaitu:
1) Menyampaikan lelucun jorok secara vulgar pada seseorang dengan cara
yang dirasakan sangat ofensif.
2) Menyakiti atau membuat malu seseorang dengan omongan kotor .
3) Menginterogasi seseorang tentang kehidupan atau kegiatan seksualnya
atau kehidupan pribadinya.
4) Meminta imbalan seksual dalam rangka janji untuk mendapatkan kerja
atau untuk mendapatkan promosi atau janji-janji lainnya.
5. Beban majemuk
Perempuan bekerja lebih beragam daripada laki-laki, dan lebih panjang waktu
kerjanya, misalnya fungsi reproduktif dan peran sebagai pengelola rumah tangga,
termasuk bekerja di luar rumah.
198
3. Pokok Bahasan 3.
PENGARUSUTAMAAN GENDER BIDANG KESEHATAN (PUG_BK)
Pengarusutamaan gender adalah suatu proses penelaahan implementasi terhadap
perempuan dan laki-laki dari setiap kegiatan, program, kebijakan, undang-undang di
setiap bidang dan tingkat. Pengarus-utamaan gender adalah suatu strategi untuk
memasukkan isu dan pengalaman perempuan dan laki-laki ke dalam suatu dimensi
yang integral dalam rancangan, pelaksanaan, pemantauan dan evaluasi, kebijakan dan
program dalam setiap bidang, agar perempuan dan laki-laki mendapat manfaat yang
sama.
STRATEGI
PENGARUS TUJUAN :
A. Karakteristik PUG-BK
1. Bertujuan mencapai kesetaraan gender dan menghapuskan kesenjangan gender.
2. Adanya pertimbangan terhadap peran dan hubungan gender serta dampak
terhadap ketidak-setaraan gender
3. Menggunakan strategi dan pendekatan yang tanggap gender ke dalam kebijakan
dan proses perencanaan program pembangunan
B. Tujuan PUG-BK
Tujuan PUG-BK adalah memastikan bahwa semua kebijakan dan program
kesehatan maupun menciptakan dan memelihara kondisi kesehatan yang optimal
baik untuk perempuan maupun laki-laki dari semua kelompok umur, secara adil dan
setara dengan mengatasi berbagai hambatan yang terkait gender.
C. Strategi PUG-BK
Usaha-usaha untuk mewujudkan PUG-BK dilakukan melalui strategi-strategi
berdasarkan isu-isu yang terjadi. Isu-isu untuk menghilangkan stereotip gender
terdengar cukup kuat di negara-negara Barat pada akhir 1960-an dan awal 1970-an.
Usaha-usaha untuk menghilangkan nature dengan nurture (sosialisasi dan
perubahan kultur) secara garis besarnya dapat ditempatkan pada peta yang telah
diajukan oleh Socrates tentang kesetaraan gender. Ada dua hal yang mendasar dari
proposal Socrates yang perlu dilakukan: pertama adalah menghilangkan sifat-sifat
feminine wanita (secara ekstrem Socrates mengilustrasikan dengan cara berlari
telanjang bersama-sama pria, dan menghilangkan maternal instink atau sifat-sifat
keibuan). Usaha ini lebih bertumpu pada perubahan sifat pada level individu; kedua
adalah melalui instrumen institusi sosial untuk mendukung usaha pertama. Instrumen
sosial yang digunakan adalah perubahan lingkungan sosial yang kondusif untuk
menghilangkan stereotif gender. Misalnya dengan menciptakan undang-undang
dimana negara harus menyediakan tempat pengasuhan anak komunal,
membenarkan adanya desakralisasi atau kehancuran keluarga, atau melegalkan
aborsi. Semuanya ditujukan agar segala insting keibuan (feminine mode) dapat
dihilangkan, sehingga kesetaraan gender dapat diciptakan.
199
Suatu Strategi Pengarus-Utamaan Gender terdiri dari lima komponen
dasar, yaitu:
Identifikasi isu gender dan dampaknya
Membangun isu gender kedalam kebijakan dan program.
Membangun kapasitas
Transformasi budaya internal organisasi
Monitoring
Penentu kebijakan dan pengelola program, serta petugas kesehatan pada umumnya
tentang isu gender dalam kesehatan, serta implikasinya terhadap peran dan fungsi masing-
masing di tiap tingkatan. Mengembangkan materi dan media komunikasi untuk advokasi dan
sensitisasi.
1. Pengarusutamaan Gender ke dalam kebijakan dan program ditiap tingkatan
dengan melakukan analisis kebijakan dengan pendekatan perspektif gender,
memberikan perhatian khusus pada hal-hal yang menunjukkan kesenjangan
derajat atau masalah kesehatan yang besar antara laki-laki dan perempuan.
Mencarikan upaya untuk mengurangi kesenjangan tersebut melalui kebijakan,
pengaturan alokasi biaya, modifikasi program dan legalisasi.
2. Operasionalisasi Pengarusutamaan Gender melalui pengembangan kapasitas
pengelola program untuk mendisain program berwawasan gender, menerapkan
program berwawasan gender, memantau perkembangan program berwawasan
gender dan dampaknya terhadap kesenjangan gender.
3. Mobilisasi sumber-sumber dan kemitraan yang dilakukan dengan bekerjasama
antara sektor terkait untuk koordinasi/sinkronisasi upaya. Bekerjasama dengan
LSM, NGO, agen donor dan pihak lain. Strategi tersebut dapat dikembangkan
menjadi kegiatan yang lebih rinci sesuai dengan kebutuhan.
200