Anda di halaman 1dari 8

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Luka Perineum adalah luka yang di akibatkan oleh episiotomy.

Episiotomy adalah insisi dari perineum untuk memudahkan persalinan

dan mencegah ruptur perineum totalis. Tujuan episiotomi adalah untuk

mencegah robekan berlebihan pada perineum, membuat tepi luka rata

agar mudah dilakukan heacting, mencegah penyakit atau tahanan pada

kepala dan infeksi, tetapi itu tidak didukung oleh bukti-bukti ilmiah yang

cukup. Episiotomy tidak diperbolehkan karena ada indikasi tertentu

untuk tetap dilakukan tindakan episiotomy (Sulistyawati & Nugraheny,

2016).

Luka perineum didefinisikan sebagai adanya robekan pada jalan

lahir maupun karena episotomi pada saat melahirkan janin. Robekan

perineum terjadi pada hampir semua persalinan pertama dan tidak

jarang juga terjadi pada persalinan berikutnya. Perineum adalah

merupakan bagian permukaan pintu bawah panggul, yang terletak

antara vulva dan anus. Perineum terdiri dari otot dan fascia urogenitalis

serta diafragma pelvis (Wiknjosastro, 2015).

Masalah kesehatan terus berkembang mengikuti perkembangan

ilmu pengetahuan teknologi serta masyarakat yang dinamis, semakin

memacu tenaga kesehatan untuk terus meningkatkan kualitas

pelayanan dalam upaya mencapai pembangunan kesehatan.

1
Derajat kesehatan keluarga dan masyarakat ditentukan oleh

kesehatan ibu dan anak. Salah satu keberhasilan pembangunan

kesehatan ditentukan berdasarkan angka kematian ibu dan angka

kematian bayi (Santika, 2015).

Kematian maternal merupakan salah satu masalah kesehatan

yang terus menjadi perhatian masyarakat dunia. Memasuki abad ke

XXI, 189 negara menyerukan Millenium Declaration dan menyepakati

Millenium DevelopmentGoals. Salah satu tujuan pembangunan

Millenium (MDG) 2015 adalah perbaikankesehatan maternal. Kematian

maternal dijadikan ukuran keberhasilan terhadap pencapaian tujuan

tersebut. Dengan demikian, akses dan kualitas pelayanan; memerangi

kemiskinan; pendidikan dan pemberdayaan perempuan atau

kesetaraan gender menjadi persoalan penting untuk dikelolah dan

diwujudkan. Millenium Declaration menempatkan kematian maternal

sebagai prioritas utamayang harus ditanggulangi melalui upaya

sistemik dan tindakan yang nyata untuk meminimalisasi resiko

kematian, menjamin reproduksi sehat dan meningkatkankualitas hidup

ibu atau kaum perempuan (Santika, 2015).

Kematian maternal merupakan salah satu kematian dari setiap

wanita selama masa kehamilan, bersalin atau dalam 42 hari sesudah

berakhirnya kehamilan yang berhubungan dengan atau diperberat oleh

kehamilan dan penanganannya tetapi bukan oleh kecelakaan oleh

insidental (faktor kebetulan). Hal ini sesuai dengan defenisi

2
International Statistical Classification of Disease and Related

HealthProblems (ISCD & RHP). Angka kematian maternal difenisikan

sebagai jumlah kematian maternal selama satu periode waktu dalam

100.000 kelahiran hidup. Data organisasi kesehatan dunia atau Word

Health Organitation (WHO) memperkirakan bahwa setiap tahun

sejumlah 500 orang wanita meninggal dunia akibat kehamilan dan

persalinan, fakta ini mendekati terjadinya satu kematian setiap menit.

Diperkirakan 99 % kematian tersebut terjadi di Negara-negara

berkembang (WHO, 2017).

Di seluruh dunia pada tahun 2017 terjadi 2,7 juta kasus robekan

(ruptur) perineum pada ibu bersalin. Angka ini diperkirakan mencapai

6,3 juta pada tahun 2020, seiring dengan bidan yang tidak mengetahui

asuhan kebidanan dengan baik dan kurang pengetahuan ibu tentang

perawatan mandiri ibu di rumah (Hilmi dalam Bascom, 2018). Di

Amerika dari 26 juta ibu bersalin, terdapat 40% mengalami ruptur

perineum (Heimburger dalam Bascom, 2011). Di Asia masalah robekan

perineum cukup banyak dalam masyarakat, 50% dari kejadian robekan

perineum di dunia terjadi di Asia. Prevalensi ibu bersalin yang

mengalami robekan perineum di Indonesia pada golongan umur 25-30

tahun yaitu 24%, dan pada ibu umur 32-39 tahun sebesar 62%

(Campion dalam Bascom, 2018).

Asuhan masa nifas diperlukan karena dalam periode ini

merupakan masa kritis baik ibu maupun bayinya. Diperkirakan 60%

3
kematian ibu akibat kehamilan terjadi setelah persalinan dan 50%

kematian masa nifas terjadi dalam 24 jam pertama, salah satu

penyebabnya adalah pendarahan masa nifas karena itu diperlukan

penanganan yang tepat (Wulandari dkk. 2011).

Berdasarkan data yng diperoleh dari RSUD Labuang Baji

Makassar pada tahun 2016 sebanyak 19 orang yang mengalami luka

perineum ,pada tahun 2017 sebanyak 32 orang pada tahun 2018

sebanyak 15 orang dan pada tahun 2019 sebanyak 11 orang (Data

Sekunder, 2019)

Berdasarkan uraian diatas, penulis tertarik untuk mengambil

kasus dengan judul ”Asuhan kebidanan postnatal pada Ny. “X” dengan

nyeri luka perineum di RSUD Labuang Baji Makassar”.

B. Rumusan Masalah

Bagaimana asuhan kebidanan postnatal pada Ny. “X” dengan

nyeri luka perineum di RSUD Labuang Baji Makassar?

C. Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum

Untuk memperoleh asuhan kebidanan postnatal pada Ny. “X”

dengan nyeri luka perineum di RSUD Labuang Baji Makassar.

2. Tujuan Khusus

a. Dapat mengkaji secara lengkap padaNy. “X”dengan nyeriluka

perineum di RSUD Labuang Baji Makassar

4
b. Dapat menginterpretasi data yang meliputi diagnosa kebidanan,

masalah dan kebutuhan pada Ny. “X” dengan nyeri luka perineum

di RSUD Labuang Baji Makassar

c. Dapat merumuskan diagnosa potensial pada Ny. “X” dengan nyeri

luka perineum di RSUD Labuang Baji Makassar

d. Dapat mengidentifikasi serta melakukan antisipasi dan tindakan

segera padaNy. “X” dengan nyeri luka perineum di RSUD Labuang

Baji Makassar

e. Dapat merencanakan tindakan yang akan dilakukan pada pada

Ny. “X” dengan nyer iluka perineum di RSUD Labuang Baji

Makassar

f. Dapat melakukan tindakan secara cepat dan tepat sesuai dengan

rencana tindakan pada Ny. “X” dengan nyeri luka perineum di

RSUD Labuang Baji Makassar

g. Dapat melakukan evaluasi pada pelaksanaan asuhan kebidanan

pada Ny. “X” dengan nyeri luka perineum di RSUD Labuang Baji

Makassar

D. RuangLingkup

1.Sasaran

Sasaran yang akan diberikan asuhan kebidanan adalah ibu nifas

yang mengalami nyeri luka perineum.

2. Tempat

Lokasi pengambilan kasus di RSUD Labuang BajiMakassar

5
3. Waktu

Penelitian akan dilakukan pada bulan juli 2019.

E. Manfaat Penelitian

1. Bagi Diri Sendiri

Sebagai tambahan pengalaman yang berharga bagi penulis untuk

memperluas dan menambah wawasan dalam asuhan kebidanan

khususnya ibu nifas.

2.Bagi Profesi

Menambah ilmu pengetahuan bagi tenaga kesehatan terutama

bidan, sehingga dapat memberikan asuhan kebidanan pada ibu nifas

dengan tepat sesuai dengan standar yang telah ditentukan.

3.Bagi Institusi

a.Rumah Sakit

Dengan melihat hasil pengkajian dari studi kasus ini dapat

meningkatkan mutu pelayanan tenaga kesehatan dalam pemberian

asuhan kebidanan postnatal di RSUD Labuang Baji Makassar.

b.Pendidikan

Dapat dijadikan sebagai bahan referensi sehingga dapat

memberikan wawasan yang luas mengenai asuhan kebidanan

postnatal di RSUD Labuang Baji Makassar.

6
F. SistematikaPenulisan

Studi kasus ini terdiri dari lima bab dan disusun dengan sistematika

sebagai berikut :

BAB I : PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

B. Rumusan Masalah

C. Tujuan

D. Ruang Lingkup

E. Manfaat

F. Sistematika Penulisan

BAB II : TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjauan Umum tentang Masa Nifas

B. Tinjauan Umum tentang Nyeri Luka Perienum

C. Konsep Dasar Manajemen Asuhan Kebidanan

BAB III : METODE PENELITIAN

A. Rancangan dan Desain Penelitian

B. Tempat dan Waktu Penelitian

C. Konsep Dasar Manajemen Asuhan Kebidanan

D. Subjek Penelitian

E. Metode Memperoleh Data

F. Etika Penelitian

7
BAB IV : STUDI KASUS

A. Langkah I : Identifikasi Data Dasar

B. Langkah II : Identifikasi Diagnosa/MasalahAktual

C. Langkah III : Identifikasi Diagnosa./MasalahPotensial

D. Langkah IV : Tindakan Segera/Kolaborasi

E. Langkah V : Intervensi

F. Langkah VI : Implementasi

G. Langkah VII : Evaluasi

BAB V : PEMBAHASAN

BAB VI :PENUTUP

A. Kesimpulan

B. Saran

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

Anda mungkin juga menyukai