Anda di halaman 1dari 9

SHARING JOURNAL

“Feed-forward Control Nursing Model in Expectant Treatment of


Placenta Previa”

Untuk Memenuhi Tugas Profesi


Departemen Maternitas

DISUSUN OLEH:
NUR ANNISA ILMIATUN
145070201131003

PROGRAM PENDIDIKAN PROFESI NERS


FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
MALANG
2018
BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Telaah Hasil Penelitian


Plasenta previa adalah plasenta yang menutupi ostium uteri internum
baik sepenuhnya atau sebagian atau yang meluas cukup dekat dengan
leher rahim yang menyebabkan pendarahan saat serviks berdilatasi (Hull et
al., 2014). Plasenta previa merupakan salah satu penyebab perdarahan
antepartum. Perdarahan antepartum adalah perdarahan pervaginam yang
terdai pada kehamilan diatas 28 minggu (Manuaba, 2014). Perdarahan
antepartum merupakan salah satu dari kasus gawat darurat yang
kejadiannya berkisar 3-5% dari seluruh persalinan. Penyebab perdarahan
antepartum yang paling umum adalah plasenta previa (31%), solusio
plasenta (22%), dan penyebab lainnya (perdarahan sinus marginal, vasa
previa, servisitis, trauma genital dan infeksi) (Athanasias et al., 2011).
Komplikasi yang diakibatkan oleh perdarahan antepartum adalah
maternal shock, fetal hypoxia, peningkatan risiko kelahiran prematur, dan
kematian janin mendadak. Hal ini menyebabkan perdarahan antepartum
memiliki risiko yang tinggi, bahkan juga untuk janin (Calleja et al, 2006).
Selain itu, plasenta previa juga berhubungan dengan kematian neonatal
yang meningkat tiga kali lipat akibat prematuritas (Sekiguchi et al., 2013)
Prevalensi kejadian plasenta previa di dunia diperkirakan sekitar
0.52%. Prevalensi plasenta previa tertinggi terdapat wilayah Asia yaitu
sekitar 1,22% sedangkan untuk wilayah Eropa lebih rendah yaitu 0,36%.
Amerika Utara 0,29% dan Sub-Sahara Afrika 0,27% (Cresswell et al., 2013).
Hasil penelitian Yang et al. tahun 2008 menunjukkan sekitar 0,33%
ibu hamil ras kulit putih mengalami plasenta previa, sedangkan pada ibu
hamil ras kulit hitam sekitar 0,30% yang mengalami plesenta previa.
Frekuensi plasenta previa di Cina (0,56%), Jepang (0,51%), Filipina
(0,76%), India (0,45%), Korea (0,59%), Vietnam (0,44%) dan Asia lainnya
atau Kepulauan Pasifik (0,44%) (Yang et al., 2008). Prevalensi plasenta
previa di Indonesia pada tahun 2005 adalah 2,77% dan 0,85% diantaranya
meninggal (Kemenkes RI, 2007). Angka kejadian plasenta previa di
Sumatra Barat pada tahun 2010 berjumlah 106 berdasarkan data sistem
informasi rumah sakit (Handayani, 2013). Penelitian Rambey (2008) di
RSUP Dr M. Djamil Padang, pada tahun 2005-2006 ditemukan 2,53% kasus
plasenta previa dari seluruh persalinan (Rambey, 2008).
Plasenta previa disebabkan oleh implantasi blastokista yang terletak
rendah dalam rongga rahim. Faktor-faktor yang mempengaruhi terjadinya
plasenta previa ialah peningkatan paritas ibu, meningkatnya usia ibu,
perbesaran ukuran plasenta akibat kehamilan ganda, kerusakan pada
endometrium seperti dilatasi sebelumnya dan tindakan kuretase, riwayat
operasi seksio sesarea sebelumnya, adanya bekas luka pada rahim dan
miomektomi atau endometritis, riwayat plasenta previa, dan kebiasaan
merokok (Giordano et al., 2010).
Paritas menurut Kamus Kedokteran Dorland (2012) adalah sebuah
istilah yang digunakan untuk menunjukkan keadaan seorang wanita yang
pernah melahirkan keturunan yang mampu hidup tanpa memandang anak
tersebut hidup saat lahir atau tidak. Grandemultipara dilaporkan memiliki
risiko 5% untuk plasenta previa dibandingkan nullipara yang memiliki risiko
0,2% untuk (Francois dan Foley et al., 2012). Berdasarkan penelitian Abdat
(2010) di Rumah Sakit Dr. Moewardi Surakarta didapatkan hasil bahwa
besar peluang terjadinya plasenta previa pada multiparitas sebesar 2,53 kali
dibandingkan dengan primiparitas.
Plasenta previa juga secara signifikan berhubungan dengan adanya
jaringan parut uterus dan perlukaan pada endometrium seperti yang terjadi
akibat kuretase dan terutama adanya riwayat operasi caesar sebelumnya
(Oyelese dam Smulian, 2006). Kejadian plasenta previa pada kehamilan
anak kedua dengan riwayat seksio sesarea sebelumnya adalah sekitar
0,87% (Gurol et al, 2011). Penelitian Hartono et al. (2013) risiko untuk
plasenta previa dengan riwayat seksio sesarea yaitu sebesar 1,35 kali
dibandingkan dengan yang tidak memiliki riwayat seksio sesarea,
sedangkan penelitian Trianingsih et al. (2015) plasenta previa dengan
riwayat ≥ 2 kali seksio sesarea memiliki peluang 4,7 kali. Seksio sesarea
sebelumnya pada ibu hamil dapat meningkatkan kejadian plasenta previa
dikarenakan adanya perlukaan uterus di segmen bawah rahim (Deshpande,
2011).
Kuretase merupakan salah satu faktor risiko untuk terjadinya plasenta
previa, yaitu dengan riwayat kuretase dapat meningkatkan risiko sebesar
1,3 kali (Francois dan Foley, 2012). Penelitian Trianingsih et al. (2015)
menemukan bahwa ibu dengan riwayat kuretase memiliki peluang 3,4 kali
untuk plasenta previa pada kehamilan berikutnya dibandingkan dengan ibu
yang tidak memiliki riwayat kuretase. Risiko plasenta previa dapat
meningkat akibat kuretase yang tajam pada aborsi (Jhonson et al., 2003).
Cacat rahim akibat miomektomi, seksio sesarea, dan kuretase
beperan dalam proses peradangan dan kejadian atrofi di endometrium yang
meningkatkan risiko terjadinya plasenta previa (Chalik, 2010). Kejadian
plasenta previa dengan riwayat miomektomi sebelumnya adalah 0,57%
(Gyamfi-Bannerman et al., 2012)

1.2. Tujuan Telaah Hasil Penelitian


Tujuan dari telaah jurnal ini adalah untuk mengetahui perbedaan hasil
pemberian intervensi feed forward control nursing pada kelompok pasien dengan
plasenta previa
BAB II
ISI

2.1. Identitas Jurnal


Judul jurnal : Feed-forward Control Nursing Model in Expectant
Treatment of Placenta Previa
Tim Peneliti : Yanfei Zhu, Shuxuan Zhang, Wenxian Shan and
Ming Hu
Sumber : Iran J Public Health
Tahun Publikasi : 2016

2.2. Metode Penelitian


Penelitian ini melibatkan 60 ibu hamil yang terdiagnosa plasenta previa mulai
Januari 2010 sampai Januari 2016. Dari 60 ibu hamil yang terlibat, kemudian
dibagi menjadi 2 kelompok yang masing-masing kelompok berjumlah 30 orang. Di
kelompok kontrol, dilakukan beberapa tindakan keperawatan seperti pengkajian,
memposisikan tubuh, mengkaji riwayat perdarahan per vaginal, konsultasi
psikologis, dan observasi pengobatan yang dilakukan. Sedangkan di kelompok
lainnya yaitu kelompok observasi digunakan metode feed-forward nursing yang
meliputi beberapa hal untuk meningkatkan cara kerja tim, meminimalkan adanya
gangguan pada kualitas dan untuk meningkatkan hasil akhir. Dalam kelompok
kontrol pasien yang terlibat ada di usia 25-43 tahun, dengan terdapat 5 kasus di
usia kehamilan kurang dari 28 minggu, dan 25 kasus di usia kehamilan antara 28-
36 minggu. Dalam kelompok ini terdapat 27 kasus plasenta previa (3 plasenta
previa total, 4 primipara, dan 26 multipara). Pasien yang ada di kelompok
observasi berada di rentang usia 24-44 tahun, dengan terdapat 4 kasus dengan
usia kehamilan kurang dari 28 minggu, dan 26 kasus dengan usia kehamilan
diantara 28-36 minggu. Dua puluh sembilan kasus dengan plasenta previa parsial
dan 1 kasus plasenta previa total. Dalam kelompok ini terdapat 5 primipara da 25
multipara yang dibandingkan dengan kelompok lainnya.
Pasien yang ada di kelompok kontrol dilakukan beberapa tindakan mulai dari
pengkajian sampai dengan observasi penggunaan obat. Pasien dianjurkan untuk
bedrest untuk meningkatkan sirkulasi darah plasenta dengan posisi tubuh miring
kiri yang digunakan untuk mengurangi tekanan vena kava. Dengan tujuan untuk
meningkatkan suplai oksigen untuk ibu dan bayi dilakukan pemberian oksigen
intermitten sebanyak 3 kali sehari, dengan masing-masing selama 1 jam.
Pengkajian fisik juga dilakukan dengan tidak melakukan tindakan pemeriksaan
anus atau vagina. Dilakukan pula pengkajian mengenai riwayat terjadinya
perdarahan per vaginal, dan pemeriksaan tanda-tanda vital. Dilakukan pula
perawatan perineal sebanyak 2 kali sehari yang digunakan untuk memonitor
keadaan bayi. Pasien juga dilibatkan untuk menghitung pergerakan bayi selama 3
kali sehari, dengan masing-masing 1 jam. Pergerakan bayi selama 12 jam
dikalkulasikan dengan 3 kali pergerakan dengan kelipatan angka 4. Pengukuran
ini digunakan mengukur pergerakan bayi dan kemampuan kontraksi uterus,
sedangkan pemeriksaan denyut jantung bayi dilakukan hanya jika diperlukan.
Untuk intervensi konseling psikologis, dilakukan promosi kesehatan terkait
plasenta previa, penjelasan juga digunakan untuk mengetahui emosi dari ibu hamil
terkait kecemasan dan ketakutan yang dialami. Untuk kenyamanan pada saat ibu
hospitalisasi, dilakukan pula pengaturan lingkungan sekitar dan penggunaan
program edukasi audio-visual. Pasien diberikan transfusi darah apabila diperlukan,
pasien juga mendapatkan obat penambah darah, kalsium dan obat lainnya sesuai
dengan anjuran dokter. Pasien juga dianjurkan untuk mengonsumsi makanan
yang banyak mengandung Fe dan protein.
Untuk kelompok observasi, dilakukan tindakan dengan anggota 10 orang
kepala departemen keperawatan. Dengan tugas utama yang dilakukan adalah
untuk menemukan kemungkinan adanya gangguan, demonstrasi profesional,
supervisi dan untuk mengevaluasi keefektifan program. Kriteria dari pengkajian
yang dilakukan adalah tindakan profesional, kemampuan mengenai resiko,
edukasi, tingkat kepuasan, SOP, dan tindakan perbaikan. Untuk tindakan
perbaikan digunakan kuesioner evaluasi terkait kondisi ibu dan bayi, faktor
keluarga, kognisi pasien, kebutuhan ibu hamil, dan kepuasan dari pilihan yang
dibuat.
Dari kedua kelompok, dilakukan perbandingan mengenai kesuksesan
perawatan, komplikasi yang terjadi, usia kehamilan, berat janin, perdarahan saat
kehamilan, skor kepuasan perawatan, dan adanya perawatan yang eror.
Analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah menggunakan
SPPS 20.0 for Windows.
2.3. Hasil Penelitian

Berdasarkan hasil di tabel mengenai rata-rata kepuasan,


didapatkan hasil kepuasan yang lebih besar pada kelompok observasi,
dengan total komplikasi yang dialami berbanding terbalik. Untuk hasil dari
berat janin didapatkan terdapat peningkatan yang lebih besar kelompok
observasi jika dibandingkan dengan kelompok kontrol. Dalam hal
perdarahan post partum, tidak ada perbedaan diantara dua kelompok

Dari tabel 3 dapat dilihat mengenai perbandingan kepuasan pada


kedua kelompok yang menggambarkan tingkat kepuasan yang lebih tinggi
dan minimalnya perawatan yang eror pada kelompok observasi
BAB III
PEMBAHASAN

Berdasarkan hasil penelitian didapat bahwa feed-forward control dapat


mengeliminasi faktor-faktor yang mengganggu selama proses perawatan. Feed-
forward control nursing juga dapat mendeteksi adanya gangguan atau tindakan
yang kurang tepat yang muncul selama perawatan pada pasien dengan plasenta
previa.
Pasien dengan plasenta previa biasanya secara emosional tidak stabil
dan kurang penalaran terhadap perkembangan penyakit dan pengobatan hamil.
Mereka tidak dapat menilai kondisi mereka sendiri secara akurat; oleh karena itu,
mereka sering memerlukan perawatan medis dan bantuan. Jika pasien merasa
lebih nyaman selama rawat inap, mereka lebih cenderung puas dengan pengasuh
mereka. Pelaksanaan manajemen rinci dalam perawatan klinis membuat
pekerjaan menyusui untuk memulai dari tujuan kecil dan secara bertahap
bergerak menuju tujuan yang lebih besar seperti membawa staf klinis dan pasien
lebih dekat satu sama lain. Hal ini juga dapat lebih memenuhi harapan pasien dan
kebutuhan kesehatan diversifikasi mereka. Selain itu, melalui manajemen feed-
forward control, kita dapat menyelesaikan Departemen kami sistem manajemen
keamanan keperawatan, dan menetapkan peraturan relatif dan jalur perawatan
klinis, seperti kecelakaan darurat besar, rencana evakuasi darurat, rencana
kontinjensi untuk berbagai jenis kateter kehilangan, Meja kemoterapi dan proses
operasi input komputer. Oleh karena itu, kita akan dapat mengubah kontrol umpan
balik keselamatan Keperawatan menjadi feed-forward control.
Hasil dari penelitian juga menunjukkan bahwa tingkat keberhasilan dalam
kelompok observasi kami jauh lebih tinggi dibandingkan dengan kelompok
kontrol. Selain itu, tingkat komplikasi jelas lebih rendah di kelompok observasi.
Usia kehamilan dan berat janin meningkat di kelompok observasi juga. Tingkat
kepuasan pasien terhadap Layanan Keperawatan jelas lebih tinggi dalam
kelompok observasi sementara tingkat kesalahan Keperawatan jauh lebih rendah
dalam kelompok ini. Jumlah Postpartum dan perdarahan kehamilan tidak
mengungkapkan variasi yang bermakna.
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Aplikasi dari feed-forward control nursing model pada pasien yang
terdiagnosa plasenta previa dapat meningkatkan

3.2 Saran

Saran bagi peneliti selanjutnya hendaknya penelitian dalam jurnal


diperjelas untuk bagian feed-forward control nursing agar untuk penelitian
selanjutnya hasil yang didapatkan dapat lebih optimal.

Anda mungkin juga menyukai