Lebih lanjut Yahya menjelaskan bahwa Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1981 tentang Hukum
Acara Pidana (“KUHAP”) tidak menjelaskan mengenai tindak pidana yang termasuk dalam
pemeriksaan acara ringan. Namun, KUHAP menentukan patokan dari segi “ancaman
pidananya”.[1]
Berikut pengaturan mengenai Tipiring dalam Pasal 205 ayat (1) KUHAP:
“Yang diperiksa menurut acara pemeriksaan tindak pidana ringan ialah perkara yang diancam
dengan pidana penjara atau kurungan paling lama tiga bulan dan atau denda sebanyak-
banyaknya tujuh ribu lima ratus rupiah dan penghinaan ringan kecuali yang ditentukan dalam
Paragraf 2 Bagian ini.”
Kemudian dengan adanya penyesuaian denda dalam Peraturan Mahkamah Agung Nomor 2 Tahun
2012 tentang Penyesuaian Batasan Tindak Pidana Ringan dan Jumlah Denda Dalam KUHP,
diterbitkanlah Nota Kesepakatan Bersama Ketua Mahkamah Agung, Menteri Hukum dan Hak
Asasi Manusia, Jaksa Agung, Kepala Kepolisian Negara Republik Indonesia Nomor
131/KMA/SKB/X/2012, M.HH-07.HM.03.02, KEP-06/E/EJP/10/2012, B/39/X/2012 Tahun 2012
tentang Pelaksanaan Penerapan Penyesuaian Batasan Tindak Pidana Ringan dan Jumlah Denda,
Acara Pemeriksaan Cepat, Serta Penerapan Keadilan Restoratif (Restorative Justice) (“Nota
Kesepakatan 2012”).
Nota Kesepakatan 2012 tersebut menyebutkan bahwa Tipiring adalah tindak pidana yang diatur
dalam Pasal 364, 373, 379, 384, 407 dan Pasal 482 Kitab Undang-Undang Hukum
Pidana (“KUHP”) yang diancam dengan pidana penjara paling lama 3 (tiga) bulan atau denda
10.000 (sepuluh ribu) kali lipat dari denda.[2]
Merujuk pada ketentuan-ketentuan di atas, jelas bahwa Tipiring adalah tindak pidana dimana
ancaman hukumannya adalah pidana penjara atau kurungan paling lama 3 (tiga) bulan, atau denda
sebanyak-banyak Rp 7.500 (dengan penyesuaian), dan penghinaan ringan.
2. Penipuan Ringan
Penipuan merupakan sebuah tindak pidana yang merugikan orang lain. Tindakan ini tentu layak
untuk dijatuhi hukuman sesuai dengan undang-undang yang berlaku sebagaimana dalam macam-
macam hukum di Indonesia . Sebagaimana dalam Pasal 379 KUHP, perbuatan yang dirumuskan
dalam Pasal 378, jika barang yang diserahkan itu bukan ternak dan harga daripada barang, hutang
atau piutang itu tidak lebih dari dua ratus lima puluh rupiah diancam sebagai penipuan ringan
dengan pidana penjara paling lama tiga bulan atau pidana denda paling banyak dua ratus lima
puluh rupiah.
Penipuan ringan juga dapat menimpa pihak penjual sebagai tersangka. Pasal 384 KUHP ditentukan
bahwa perbuatan yang dirumuskan dalam Pasal 384 diancam dengan pidana penjara paling lama
tiga bulan atau denda paling banyak sembilan ratus rupiah jika jumlah keuntungan yang diperoleh
tidak lebih dari dua ratus lima puluh rupiah. Pasal 383 KUHP sendiri menyatakan diancam dengan
pidana penjara paling lama satu tahun empat bulan, seorang penjual yang berbuat curang terhadap
pembeli:
3. Perusakan Ringan
Perusakan ringan menjadi salah satu bentuk tindak pidana ringan. Sebagaimana jenis tindak pidana
ringan lainnya tentu saja hukuman yang dijatuhkan juga relatif ringan. Terlebih lagi biasanya
perusakan ringan tidak menimbulkan kerugian yang besar yang harus dialami oleh para korbannya.
Perusakan ringan masuk dalam macam macam hukum publik Pasal 407 Ayat (1) KUHP
ditentukan bahwa perbuatan-perbuatan yang dirumuskan dalam Pasal 406 KUHP, jika harga
kerugian tidak lebih dari dua ratus lima puluh rupiah diancam dengan pidana penjara paling lama
tiga bulan atau denda paling banyak dua ratus lima puluh rupiah.
Pasal ini menunjuk pada pasal 406 KUHP yang rumusannya mengancam pidana terhadap
perbuatan merusakkan barang orang lain. Pasal 407 KUHP tidak menyebut nama dari
tindak pidana, tetapi dengan melihat pada adanya rumusan ”harga kerugian tidak lebih dari dua
ratus lima puluh rupiah”, yang juga terdapat pada Pasal 364, Pasal 373 dan Pasal 379 KUHP,
maka dapat dipahami bahwa pasal 407 Ayat (1) KUHP dimaksudkan sebagai perusakan ringan.
Bahkan hal ini bisa diselesaikan secara kekeluargaan dengan memberikan ganti rugi atau
mengganti jenis barang yang dirusak. Sehingga tentu pelakunya tidak sampai harus masuk
kedalam sel penjara.
4. Penggelapan Ringan
Penggelapan ringan juga menjadi tindak pidana ringan yang selanjutnya. Dengan ketentuan bahwa
penggelapan yang dilakukan tidak lebih dari senilai 250.000. Jika diatas nilai nominal tersebut
maka tentu sudah tidak lagi masuk kategori penggelapan ringan. Tentunya penggelapan ringan
menjadi salah satu jenis tindak pidana yang banyak dilakukan. Terlebih lagi, tindakan ini biasanya
dilakukan oleh mereka yang telah bekerja dan dapat berimbas pada kerugian terhadap perusahaan.
Tindak pidana penggelapan ringan sebagaimana macam macam hukum positif diatur dalam Pasal
373 KUHP, perbuatan yang dirumuskan dalam Pasal 372, apabila yang digelapkan bukan ternak
dan harganya tidak lebih dari dua ratus lima puluh rupiah, diancam sebagai penggelapan ringan
dengan pidana penjara paling lama tiga bulan atau pidana denda paling banyak dua ratus lima
puluh rupiah.
Sponsors Link
5. Penadahan Ringan
Penadah merupakan istilah yang diapakai untuk menyebut seseorang atau sekelompok orang yang
menyimpan atau menampung barang hasil tindak kejahatan. Meskipun tidak terlibat langsung
dalam tindak kejahatan. Namun keberadaan penadah ini dapat memperlancar akdi kejahatan.
Sebab para pelaku sudah memiliki link atau jaringan sehingga tidak lagi mengalami kesulitan saat
akan menyembunyikan barang hasil tindak kejahatan atau bahkan menjualnya.
Penadahan ringan dapat dikenakan Pasal 482 KUHP ditentukan bahwa perbuatan sebagaimana
dirumuskan dalam Pasal 480 KUHP, diancam karena penadahan ringan dengan pidana penjara
paling lama tiga bulan atau denda paling banyak sembilan ratus rupiah, jika kejahatan dari mana
benda tersebut diperoleh adalah salah satu kejahatan yang dirumuskan dalam Pasal 364, Pasal 373
dan Pasal 379 KUHP.
Itulah tadi 5 5 Macam-Macam Tindak Pidana Ringan Dalam KUHP. Tentunya dapat menjadi
referensi dan sumber pengetahuan bagi anda. Sehingga anda akan semakin memehami
bagaimana sistem hukum yang berlaku di indonesia saat ini. Semoga artikel ini dapat bermanfaat.