LP KDM Ansietas
LP KDM Ansietas
LAPORAN PENDAHULUAN
KEBUTUHAN RASA NYAMAN : ANSIETAS
1.1 PENGERTIAN
Kenyamanan/rasa nyaman adalah suatu keadaan telah terpenuhinya kebutuhan
dasar manusia yaitukebutuhan akan ketentraman (suatu kepuasan yang meningkatkan
penampilan sehari-hari), kelegaan (kebutuhan telah terpenuhi), dan transenden
(keadaan tentang sesuatuyang melebihi masalah dan nyeri). Kenyamanan mesti
dipandang secara holistik yangmencakup empat aspek yaitu:
1. Fisik, berhubungan dengan sensasi tubuh.
2. Sosial, berhubungan dengan hubungan interpersonal, keluarga, dan sosial.
3. Psikospiritual, berhubungan dengan kewaspadaan internal dalam diri
sendiriyang meliputi harga diri, seksualitas, dan makna kehidupan).
4. Lingkungan, berhubungan dengan latar belakang pengalaman eksternal
manusiaseperti cahaya, bunyi, temperatur, warna, dan unsur alamiah lainnya.
Meningkatkan kebutuhan rasa nyaman diartikan perawat telah memberikan
kekuatan, harapan, hiburan, dukungan, dorongan, dan bantuan. Secara umum dalam
aplikasinya pemenuhan kebutuhan rasa nyaman adalah kebutuhan rasa nyaman bebas
dari rasa nyeri, rasa cemas, dan hipo/hipertermia. Hal ini disebabkan karena kondisi
nyeri, rasa cemas, dan hipo/hipertermia merupakan kondisi yang mempengaruhi
perasaan tidak nyaman pasien yang ditunjukan dengan timbulnya gejala dan tanda
pada pasien.
Cemas atau ansietas merupakan suatu perasaan khawatir yang samar-samar
sumbernya, seringkali tidak spesifik atau tidak diketahui oleh individu tersebut.
Ansietas adalah perasaan/respon emosional terhadap penilaian, perasaan tidak
pasti dan tidak berdaya. Keadaan emosi dialami secara objektif dan dikomunikasikan
dalam hubungan interpersonal. Ansietas adalah respon emosional terhadap penilaian
dalam kehidupan sehari-hari. Ansietas menggambarkan keadaan khawatir, gelisah,
takut, tidak tentram disertai berbagai keluhan fisik.
Ansietas merupakan hasil frustasi dari segala sesuatu yang mengganggu
kemampuan seseorang untuk mencapai tujuan yang diinginkan.
Teori ini meyakini bahwa manusia yang pada awal kehidupannya dihadapkan
pada rasa takut yang berlebihan akan menunjukkan kemungkinan ansietas yang berat
pada kehidupan pada masa dewasanya.
Keluhan-keluhan yang sering dikemukakan oleh orang yang mengalami
ansietas (Hawari, 2008), sebagai berikut:
a. Cemas, khawatir, firasat buruk, takut akan pikirannya sendiri, mudah tersinggung.
b. Merasa tegang, tidak senang, gelisah, mudah terkejut
c. Takut sendirian, takut pada keramaian dan banyak orang
d. Gangguan pola tidur, mimpi-mimpi yang menegangkan
e. Gangguan konsentrasi dan daya ingat
f. Keluhan-keluhan somatic, misalnya rasa sakit pada otot dan tulang, pendengaran
berdenging (tinitus), berdebar-debar, sesak nafas, gangguan pencernaan, gangguan
perkemihan, sakit kepala dan sebagainya.
Tingkat ansietas sebagai berikut:
1. Ansietas ringan, berhubungan dengan ketegangan dalam kehidupan sehari- hari
dan menyebabkan seseorang menjadi waspada dan menghasilkan lahan
persepsinya. Ansietas dapat memotivasi bekpar dan menghasilkan pertumbuhan
dan kreatifitas.
1) Respons fisik
1. Ketegangan otot ringan
2. Sadar akan lingkungan
3. Rileks atau sedikit gelisah
4. Penuh perhatian
5. Rajin
2) Respon kognitif
1. Lapang persepsi luas
2. Terlihat tenang, percaya diri
3. Perasaan gagal sedikit
4. Waspada dan memperhatikan banyak hal
5. Mempertimbangkan informasi
6. Tingkat pembelajaran optimal
3) Respons emosional
1. Perilaku otomatis
2. Sedikit tidak sadar
3. Aktivitas menyendiri
4. Terstimulasi
5. Tenang
2. Faktor Predisposisi
Berbagai teori telah dikembangkan untuk menjelaskan asal ansietas :
a. Dalam pandangan psikoanalitik, ansietas adalah konflik emosional yang
terjadi antara dua elemen kepribadian, id dan superego. Id mewakili dorongan
insting dan impuls primitif seseorang, sedangkan superego mencerminkan hati
nurani seseorang dan dikendalikan oleh norma- norma budaya seseorang. Ego
atau Aku, berfungsi menengahi hambatan dari dua elemen yang bertentangan
dan fungsi ansietas adalah mengingatkan ego bahwa ada bahaya.
b. Menurut pandangan interpersonal, ansietas timbul dari perasaan takut terhadap
tidak adanya penerimaan dari hubungan interpersonal. Ansietas juga
berhubungan dengan perkembangan, trauma seperti perpisahan dan kehilangan
sehingga menimbulkan kelemahan spesifik. Orang dengan harga diri rendah
mudah mengalami perkembangan ansietas yang berat.
c. Menurut pandangan perilaku, ansietas merupakan produk frustasi yaitu segala
sesuatu yang mengganggu kemampuan seseorang untuk mencapai tujuan yang
diinginkan. Daftar tentang pembelajaran meyakini bahwa individu yang
terbiasa dalam kehidupan dininya dihadapkan pada ketakutan yang berlebihan
lebih sering menunjukkan ansietas pada kehidupan selanjutnya.
d. Kajian keluarga menunjukkan bahwa gangguan ansietas merupakan hal yang
biasa ditemui dalam suatu keluarga. Ada tumpang tindih dalam gangguan
ansietas dan antara gangguan ansietas dengan depresi.
e. Kajian biologis menunjukkan bahwa otak mengandung reseptor khusus
benzodiazepine. Reseptor ini mungkin membantu mengatur ansietas
penghambat dalam aminobutirik. Gamma neuroregulator (GABA) juga
mungkin memainkan peran utama dalam mekanisme biologis berhubungan
dengan ansietas sebagaimana halnya endorfin. Selain itu telah dibuktikan
kesehatan umum seseorang mempunyai akibat nyata sebagai predisposisi
terhadap ansietas. Ansietas mungkin disertai dengan gangguan fisik dan
selanjutnya menurunkan kapasitas seseorang untuk mengatasi stressor.
3. Faktor Presipitasi
Stressor pencetus mungkin berasal dari sumber internal atau eksternal. Stressor
pencetus dapat dikelompokkan menjadi 2 kategori :
a. Ancaman terhadap integritas seseorang meliputi ketidakmampuan fisiologis
yang akan datang atau menurunnya kapasitas untuk melakukan aktifitas hidup
sehari- hari.
b. Ancaman terhadap sistem diri seseorang dapat membahayakan identitas, harga
diri dan fungsi sosial yang terintegrasi seseorang.
Ansietas
Stressor
1.5.2 Diagnosa
Masalah yang sering muncul pada gangguan ansietas adalah sebagai berikut :
1. Ansietas
2. Koping individu tidak efektif
3. Gangguan konsep diri
4. Isolasi sosial
5. Gangguan persepsi sensori
Intervensi
1. Bina hubungan saling percaya dengan prinsip komunikasi
therapeutic
2. Gali mekanisme koping yang digunakan klien dimasa lalu
3. Tunjukkan akibat maladaptif dari koping yang digunakan
4. Dorong klien untuk menggunakan respon koping yang adaptif
5. Tawarkan beberapa alternatif koping yang dapat dilakukan
6. Bantu klien untuk memilih koping adaptif
7. Bantu klien dalam menggunakan koping yang adaptif
Intervensi
1. Jalin hubungan saling percaya dengan menggunakan prinsip
komunikasi terapeutik
a. Gali penyebab ansietas
b. Beri kesempatan pada klien untuk mengungkapkan perasaan
c. Terima perasaan positif maupun negatif termasuk
perkembangan ansietasnya
d. Bersikap terbuka dan tenang
e. Bantu klien untuk mengungkapkan penyebab ansietasnya
f. Klien dapat menggunakan mekanisme koping yang adaptif
g. Gali caara klien mengurangi ansietas dimasa lalu
h. Tunjukkan akibat maladaptif dan destruktif dari respon koping
yang digunakan
i. Dorong klien untuk menggunakan respon komunikasi adaptif
yang dimilikinya
j. Bantu klien untuk menyusun kembali tujuan hidup,
memodifikasi tujuan menggunakan sumber dan mencoba hal
baru
k. Latih klien dengan menghadapi ansietas ringan
l. Beri aktifitas fisik untuk menyalurkan energi
m. Libatkan keluarga untuk membantu klien menggunakan koping
adaptif baru
2. Ajarkan klien teknik relaksasi untuk meningkatkan kontrol dan
rasa percaya diri
3. Dorong klien untuk menggunakan teknik relaksasi dalam
menurunkan tingkat ansietas.
4. Identifikasi kemampuan keluarga merawat klien dan sikap apa
yang telah dilakukan keluarga selama ini
5. Jelaskan cara – cara merawat klien
6. Bantu keluarga untuk mempraktikkan merawat klien
7. Diskusikan manfaat minum obat dan kerugian berhenti minum
obat tanpa seizin dokter
8. Jelaskan prinsip benar minum obat
9. Anjurkan klien minta obat dan minum obat secara teratur
10. Beri pujian jika klien minum obat dengan benar
11. Anjurkan klien melaporkan pada perawat / dokter / orang terdekat
jika merasa afek yang tidak menyenangkan.
Intervensi
1. Gali penyebab ansietas
2. Beri kesempatan pada klien untuk mengungkapkan
perasaannya
3. Bantu klien untuk mengungkapkan penyebab ansietasnya
4. Pantau pola tidur klien
5. Kaji tingkat aktifitas klien
6. Kaji gangguan pola tidur yang langsung Berhubungan dengan
rasa takut dan ansietas tertentu
7. Berikan lingkungan yang tenang dengan tingkat stimulus yang
rendah
8. Sebelum tidur berikan tindakan keperawatan yang mendukung
tidur seperti minum hangat dan latihan relaksasi
9. Cegah minuman yang mengandung kafein seperti the, kopi dan
cola
10. Berikan obat – obatan penenang sesuai yang diprogramkan
DAFTAR PUSTAKA
https://www.scribd.com/doc/112521965/LAPORAN-PENDAHULUAN-Cemas
https://www.scribd.com/document/364853903/ASKEP-PSIKOSOSIAL-Kecemasan
https://www.scribd.com/doc/257004979/LAPORAN-PENDAHULUAN-PSIKOSOSIAL-doc