PENDAHULUAN
A. Latar belakang
1
B. Rumusan masalah
1. Apa definisi dari aborsi?
C. Tujuan
1. Mengetahui Definisi aborsi
2
BAB II
PEMBAHASAN
A. Definisi
3
terutama pada janin yang dikandung seorang Ibu. Seseorang tersebut telah
menghentikan kehidupan seorang janin yang akan bertumbuh menjadi seorang
bayi dengan berbagai alasan tertentu
Dari uraian di atas perwujudan dari sila kemanusiaan yang adil dan
beradab yang pertama perlu diperhatikan dan yang merupakan dasar sesama
hubungan ummat manusia , ialah pengakuan hak asasi manusia. Selanjutnya
hal yang kedua yang perlu diwujudkan menurut Notanagoro, sebagai dasar
ajaran moral Pancasila. Dengan memelihara nilai-nilai hidup kemanusiaan, dan
nilai-nilai hidup religius , melakukan perbuatan lahir batin sesuai dengan
susunan kodrat manusia. Adapun dalam ajaran perikemanusiaan yang harus
diperhatikan adalh sikap saling menghormati dan cinta kasih sesama manusia.
Dengan demikian, apabila sudah terlaksana dengan baik, maka sila
perikemanusiaan yang adil dan beradab sangat tepat menjadi landasan atau
dasar negara Indonesia.
1. Sila pertama “ketuhanan yang maha esa” sebagai makhluk yang beragama
tidak sepantasnya kita melakukan hal tersebut karena sama saja dianggap
sebagai pembunuhan dan termasuk dalam golongan dosa besar.selain itu
melakukan aborsi merupakan hal yang dilarang dan bertentangan dengan
syariat agama.
2. Sila ke dua “ kemanusiaan yang adil dan beradab” dalam sila ini
disebutkan bahwa Negara Indonesia menjunjung tinggi adab dan
keadilan.Seseorang yang telah melakukan paktik aborsi sama halnya
dengan orang yang tidak memiliki adab dan tidak menghargai hak orang
lain untuk hidup.karena semua orang memiliki hak yang sama untuk hidup
4
dan melangsungkan kehidupanya.selain itu orang yang telah melakukan
praktik aborsi juga telah bertindak tidak adil kepada janin tersebut
5
2. Hukum yang memperbolehkan abortus demi keselamatan kehidupan
penderita (ibu), seperti di Perancis dan Pakistan.
6
5. Untuk memenuhi desakan masyarakat.
a. Pasal 299
c. Pasal 347
7
1) Ayat (1) : Barang siapa dengan sengaja menggugurkan atau
mematikan kandungan seorang wanita tanpa persetujuan, diancam
dengan pidana penjara paling lama dua belas tahun.
d. Pasal 348
e. Pasal 349 : Jika seorang dokter, bidan atau juru obat membantu
melakukan kejahatan yang tersebut pasal 346, ataupun melakukan
atau membantu melakukan salah satu kejahatan yang diterangkan
dalam pasal 347 dan 348, maka pidana yang ditentukan dalam pasal
itu dapat ditambah dengn sepertiga dan dapat dicabut hak untuk
menjalankan pencaharian dalam mana kejahatan dilakukan.
8
1) Seorang wanita hamil yang sengaja melakukan abortus atau ia
menyuruh orang lain, diancam hukuman empat tahun.
2) Seseorang yang sengaja melakukan abortus terhadap ibu hamil,
dengan tanpa persetujuan ibu hamil tersebut diancam hukuman
12 tahun, dan jika ibu hamil itu mati diancam 15 tahun.
3) Jika dengan persetujuan ibu hamil, maka diancam hukuman 5,5
tahun penjara dan bila ibu hamil tersebut mati diancam hukuman
7 tahun penjara.
4) Jika yang melakukan dan atau membantu melakukan abortus
tersebut seorang dokter, bidan atau juru obat (tenaga kesehatan)
ancaman hukumannya ditambah sepertiganya dan hak untuk
praktek dapat dicabut.
2. Abortus atas indikasi medik ini diatur dalam Undang Undang Republik
Indonesia Nomor 23 Tahun 1992 Pasal 15 tentang Kesehatan yang
berbunyi :
9
c. Ketentuan lebih lanjut mengenai tindakan medis tertentu sebagaimana
dimaksud dalam ayat (1) dan ayat (2) ditetapkan dengan Peraturan
Pemerintah.
b. Pasal 3
Ayat (1) “Setiap orang dilahirkan bebas dengan harkat dan martabat
manusia yang sama dan sederajat serta dikaruniai akal dan hati
nurani untuk hidup bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara dalam
semangat persaudaraan”.
Ayat (3) “Setiap orang berhak atas perlindungan hak asasi manusia
dan kebebasan dasar manusia, tanpa diskriminasi”.
11
2. Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan
a. Pasal 71 :
12
3) menentukan sendiri kapan dan berapa sering ingin bereproduksi
sehat secara medis serta tidak bertentangan dengan norma agama.
c. Pasal 73
d. Pasal 74
e. Pasal 75
13
a) indikasi kedaruratan medis yang dideteksi sejak usia dini
kehamilan, baik yang mengancam nyawa ibu dan/atau janin,
yang menderita penyazkit genetik berat dan/atau cacat bawaan,
maupun yang tidak dapat diperbaiki sehingga menyulitkan
bayi tersebut hidup di luar kandungan; atau
3). Ayat (3) Tindakan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) hanya
dapat dilakukan setelah melalui konseling dan/atau penasehatan
pra tindakan dan diakhiri dengan konseling pasca tindakan yang
dilakukan oleh konselor yang kompeten dan berwenang.
g. Pasal 77
14
“Pemerintah wajib melindungi dan mencegah perempuan dari aborsi
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 75 ayat (2) dan ayat (3) yang
tidak bermutu, tidak aman, dan tidak bertanggung jawab serta
bertentangan dengan norma agama dan ketentuan peraturan
perundang-undangan”.
4) Para pelaku yang telah melakukan aborsi juga tak dapat dipandang
sebelah mata. Mereka mempunyai hak untuk dapat kita tolong karena bisa
saja hal telah mereka lakukan tersebut adalah suatu kekhilafan yang tak
ingin diulanginya lagi. Maka, bagi para penyandang PAS, dapat kita
tolong dengan memberikan pelayanan konseling serta dukungan sosial
untuk dapat bangkit kembali menjalani kehidupan secara normal dengan
diiringi taubat yang sebenar-benarnya (taubat nasukha).
BAB III
PENUTUP
16
A. Kesimpulan
Abortus adalah pengguran janin atau terputusnya kehamilan hasil
dari konsepsi sebelum janin/bayi dapat hidup di luar kandungan dengan
berat janin kurang dari 500 gram dan usia kehamilan kurang dari 28
minggu.
17
juga keagamaan akan penting dan mulianya untuk menjaga kehormatan
diri, dan Menguatkan kembali kontrol sosial di masyarakat
B. Saran
Diharapkan makalah ini dapat dijadikan suatu refrensi atau
informasi bagi mahasiswa keperawatan khususnya dan kalangan umum
tentunya untuk menambah ilmu pengetahuan. Mohon maaf apabila banyak
terdapat kekurangan dalam makalah ini. Dengan segala kerendahan hati,
kritik dan saran yang konstruktif sangat kami harapkan dari para pembaca
guna untuk meningkatkan dan memperbaiki pembuatan makalah pada
tugas yang lain dan pada waktu mendatang.
18
DAFTAR PUSTAKA
JS. Badudu dan Sutan Mohammad Zain, Kamus Umum Bahasa Indonesia,
Pustaka Sinar Harapan; Jakarta, 1996.
19